Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN II
Ektraksi dengan Metode Perkolasi

DISUSUN OLEH:

NAMA NIM PARAF/TTD ASISTEN


CHINDY FATIKA SARI F.21.009
DEWINTA ARYASANTHI F.21.010
DIAN SAFRIYANTI F.21.012
EVA NURSYALINA F.21.016
IRMA MEI ANDANI F.21.024
KELAS 3 A FARMASI
KELOMPOK III (TIGA)
ASISTEN INGGIT SURYANINGSIH A.Md. Farm
TGL KOREKAI/ACC

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI D III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman obat sudah digunakan oleh masyarakat, sebelum

ditemukan obat sintetik. Bagian tanaman yang digunakan dapat diambil

dari berbagai bagian mulai dari daun, batang, akar, rimpang, buah,

maupun bunganya. Tanaman tertentu digunakan sebagai obat tradisional

oleh masyarakat karena memiliki khasiat yang terbukti secara empiris dan

tanpa efek samping. Hal inilah yang mendorong masyarakat modern untuk

kembali ke alam, karena obat-obat sintetik disamping harganya mahal, juga

telah banyak terbukti memberi efek samping yang tidak diinginkan.

Tumbuhan mempunyai kandungan senyawa kimia yang kompleks

dan beragam. Kandungan senyawa tersebut dapat dikelompokkan menjadi

senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder. Senyawa

metabolit primer merupakan senyawa hasil metabolisme yang digunakan

untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu organisme. Senyawa

metabolit sekunder yang dihasilkan pada tanaman sangat beragam antara

tanaman satu dengan yang lain. Pada umumnya senyawa metabolit

sekunder mempunyai bioaktivitas yang spesifik dan berfungsi juga sebagai

pertahanan terhadap hama atau untuk melawan penyakit.

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia, dapat digunakan

sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Untuk itu ekstrak

yang dibuatharus memenuhi standar mutu, mulai bahan baku, proses sampai
pengujian produk. Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak

diantaranya yaitu faktor kimia seperti jenis dan jumLah senyawa kimia,

metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan (Arifiantiet al., 2014).

Pada praktikum ini menggunakan tumbuhan herba suruhan.

Pengolahan yang akan digunakan pada praktikum ini adalah perkolasi.

Perkolasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut

mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi

metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak

tahan panas (Agutina, 2013).Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik

B. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi senyawa metabolit dengan

metode perkolasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi dan Klasifikasi Sampel

1. Morfologi Sampel

Tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) termasuk

tanaman herbaceous liar yang termasuk dalam suku Piperaceae. Batang

tanaman suruhan memiliki tinggi batang 20 sampai 40 cm, tegak,

bercabang, bulat, tebalnya sekitar 5 mm, berair, dan lunak warnanya

hijau pucat atau hijau muda. Dahan berbuku-buku serupa tumbuhan

sirih. Daun suruhan memiliki bentuk daun tunggal, duduk spiral,

lonjong, panjang 1-4 cm. Lebar daun suruhan ini sekitar 0,5-2 cm

berbentuk hati dan panjang sekitar 4 cm, ujung runcing, pangkal

bertoreh, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, lunak dan

berwarna hijau. Bunga suruhan tersusun dalam rangkaian berbentuk

bulir yang panjangnya 1-6 cm, warnanya hijau, terletak di ujung tangkai

dan buah berbentuk bulat, ujung runcing, sangat kecil dengan diameter

kurang dari 1 mm tersusun seperti buah lada, berbentuk bujur dan

berwarna hijau ketika muda dan coklat apabila matang (Atihuta, 2018).
Gambar 1. Herba Suruhan

Sumber: channel-e.id/manfaat-tanaman-suruhan-untuk-kesehatan

2. Klasifikasi Sampel (Sarjani, dkk. 2017)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Paperomia

Spesies : Paperomia pellucida L.Kunth

3. Kandungan kimia

Tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) mengandung

senyawa kimia alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, kalsium oksalat,

lemak, dan minyak atsiri polifenil, kardenolid, steroid, triterpenoid, dan

karbohidrat (Dewijanti dkk, 2014). Berbagai penelitian sudah dilakukan

dan menunjukkan bahwa tumbuhan suruhan memiliki aktivitas

analgesik, antipiretik, antiinflamasi, hipoglikemik, antijamur,

antimikroba, antikanker, antioksidan, antidiabetik, dan antibakteri

(Samila dkk, 2016).


4. Khasiat

Tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) secara

tradisional telah dimanfaatkan dalam mengobati beberapa penyakit,

seperti abses, bisul, jerawat, radang kulit, penyakit ginjal, dan sakit

perut (Sitorus dkk,2013). Selain itu suruhan juga digunakan untuk

mengobati kolik, kelelahan, asam urat, sakit kepala, rematik, dan nyeri

sendi (Dewijanti dkk, 2014).

B. Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi

Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa

dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut

organik yang digunakan. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh

dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Anonim,1995).

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat

dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode

ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna

(Ansel, 1989).
2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan

komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan

tujuan dari suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi

dan pertimbangan berikut ini menurut Marjoni (2016) adalah sebagai

berikut:

a. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas

Untuk senyawa kimia telah memiliki identitas, maka proses

ekstraksi dapat dilakukan dengan cara mengikuti prosedur yang telah

dipublikasikan atau dapat juga dilakukan sedikit modifikasi untuk

mengembangkan proses ekstraksi.

b. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu

Dalam hal ini, proses ekstraksi bertujuan untuk menemukan

kelompok senyawa kimia metabolit sekunder tertentu dalam

simplisia seperti alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Metode umum

yang dapat digunakan adalah studi pustaka dan untuk kepastian hasil

yang diperoleh, ekstrak diuji lebih lanjut secara kimia atau analisa

kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia yang

dituju.

c. Organisme (tanaman atau hewan)

Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya

dibuat dengan cara mendidihkan atau menyeduh simplisia tersebut

dalam air. Dalam hal ini, proses ekstraksi yang dilakukan secara
tradisional tersebut harus ditiru dan dikerjakan sedekat mungkin,

apalagi jika ekstrak tersebut akan dilakukan kajian ilmiah lebih

lanjut terutama dalam hal validasi penggunaan obat tradisional.

d. Penemuan senyawa baru

Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui

sifatnya dan belum pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda

apapun maka, metoda ekstraksi dapat dipilih secara random atau

dapat juga dipilih berdasarkan penggunaan tradisional untuk

mengetahui adanya senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologi

khusus.

C. Perkolasi

1. Pengertian Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari

melalui bahan yang telah dibasahi. Perkolasi adalah metoda ekstraksi

cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru.

Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari

bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Agutina,

2013).

Jadi, perkolasi adalah suatu metode estraksi dengan

mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi sehingga

pelarut yang digunakan selalu baru.


2. Prinsip Perkolasi

Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: Serbuk simplisia

ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi

sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui

serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang

dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya., dikurangi

dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.

3. Alat Perkolasi

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan

yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum,

larutan zat aktif yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat,

sedangkan sisa setelah dilakukanya penyarian disebuat ampas atau sisa

perkolasi.

Bentuk percolator ada 3 macam yaitu percolator berbentuk

tabung, percolator berbentuk paruh, dan percolator berbentuk corong.

Percolator berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan

ekstrak cair, percolator berbentuk paruh biasanya digunakan untuk

pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi, percolator

berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau

tingtur dengan kadar rendah.

Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan

pelarut yaitu (Rohman, 2007):


1) Pelarut polar. Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk

mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut

polar cenderung digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap

dapat membuat senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih

rendah. Contoh: metanol, etanol, asam asetat.

2) Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah

dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk

mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh:

aseton, etil asetat, kloroform.

3) Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik

untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut

dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai

jenis minyak. Contoh: heksana dan eter.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat Dan Bahan Praktikum

1. Alat yang digunakan dalam praktikum

Alat yang digunakan yaitu rangkaian alat perkolasi, batang

pengaduk, corong, dan wadah penampung ekstrak

2. Bahan yang digunakan dalam praktikum

Bahan yang digunakan dalam ekstraksi dengan metode perkolasi

adalah sampel(herba suruhan), pelarut (etanol), aquadest, kain flannel

dan aluminium foil.

B. Prosedur Kerja

1. Cara kerja pembutan simplisia

a. Diambil herba suruhan dari jam 9 – 12 siang dan diambil diambil

semua bagian tumbuhan kecuali akar.

b. Dilakukan sortasi basah dengan cara memisahkan kotoran atau

bagian daun yang rusak pada saat pengambilan.

c. Dicuci herba suruhan dengan air mengalir lalu ditiriskan dan

selanjutanya ditimbang bobot basahnya.

d. Di rajang herba suruhan menggunakan pisau atau gunting stainless

e. Di keringkan herba suruhan dengan cara diangin anginkan pada

suhu ruang atau menggunakan oven dengan suhu 25⁰C.


f. Dilakukan sortasi kering dengan cara memisahkan kotoran atau

sampel yang rusak pada saat pengeringan lalu ditimbang bobot

simplisia kering.

g. Dihaluskan simplisia yang telah kering menggunakan blender dan

kemudian di ayak lalu ditimbang bobot simplisia halusnya

2. Cara kerja perkolasi

a. Ditimbang simplisia yang telah diserbukkan kemudian dimaserasi

selama 3 jam.

b. Dipindahkan sampel kedalam percolator dan ditambahkan cairan

penyari selapis diatas sampel.

c. Dijalankan kran percolator dengan kecepatan 1mL/menit atau setara

dengan 20 tetes permenit .

d. Ditambahkan cairan penyari secara kontinyu hingga penyarian

sempurna ditandai dengan hasil ekstraksi yang sudah berwarna

bening

e. Dikumpulkan ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan pada oven

untuk mendapatkan ekstrak kental.

f. Setelah ekstrak kental di dapat kemudian simasukkan ke dalam

wadah untuk dilakukan pengujian selanjutnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel hasil pengamatan ekstraksi dengan metode perkolasi herba suruhan:

Bobot Sampel Volume Penyari


Sampel Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi
Herba Suruhan 82 gram 173 gram 750 mL 385 mL

B. Pembahasan

Pada praktikum ekstrasi dengan metode perkolasi, alat yang kami

gunakan yaitu modifikasi alat perkolasi menggunakan percolator

berbentuk tabung, botol infus digunakan sebagai wadah cairan penyari,

dan infus set digunakan sebagai selang kapilernya, dengan herba suruhan

sebagai sampel ekstrasinya.

Kami mengekstraksi herba suruhan yang sudah dihaluskan dan

dimaserasi dengan pelarut etanol sebanyak 500 mL selama 3 jam.

Kemudian dimasukkan sampel kedalam perkolator bentuk tabung dan

ditambahkan cairan penyari selapis diatas sampel, dan dialiri dengan

cairan penyari dengan kecepatan 1mL/menit atau setara dengan 20 tetes

permenit. Setelah cairan penyari habis, kami tambahkan cairan penyari

sebanyak 250 mL. Ekstrasi perkolasi kami menggunakan waktu selama

selama 1 minggu sampai ekstraksi yang dihasilkan berwarna bening. Hasil

dari perkolasi disaring dan diperas sisa pelarut yang masih berada pada
sampel, ekstrak yang telah dihasilkan dimasukkan kedalam botol kaca dan

terlindung dari cahaya matahari.

Ekstrak sampel yang kami hasilkan mengalami kekurangan

volume, itu dikarenakan pada saat cairan penyari menguap, karna pelarut

yang kami gunakan etanol yang sifatnya mudah menguap sehingga ekstrak

kami mengalami kekurangan volume dan pada saat ekstrak disaring berapa

mL ekstrak kami tumpah sehingga ekstrak yang kita dapat volumenya

tidak sesuai dengan penyari sebelumnya.

Ekstrak cair yang dihasilkan dijadikan ekstrak kental, dengan cara

dimasukkan ekstrak kedalam mangkuk kemudian dimasukkan kedalam

oven dengan suhu 60⁰c sampai ekstrak cair mengental dan dimasukkan

kedalam wadah botol kaca.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi pada praktikum ekstrasi dengan metode perkolasi, metode

ekstraksi perkolasi dengan menggunakan alat modifikasi ini, dibutuhkan

waktu selama satu minggu dengan kecepatan cairan penyari dialirkan 20

mL/menit untuk mendapatkan hasil ekstrasi sempurna, atau sampai warna

cairan penyari yang didapat berwarna bening. Hasil ekstrak yang kami

dapat pada ekstraksi metode perkolasi ini adalah sebanyak 385 mL dan

selanjutnya di uapkan pada oven dengan suhu 60⁰C hingga kental untuk

kemudian di lakukan uji selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agustina, Sunyoto, Agustina. 2013. Penetapan Kadar Tanin Pada Daun Sirih
Merah [(Piper crocatum Ruiz dan Pav)] Secara Spektrofotometri UV
Vis .CERATA Journal Of Pharmacy Science. Vol. 16(2)

Atihuta, F. 2018. Uiji Aktivitas Ekstrak Kombinasi Batang Dan Daun Suruhan
(Peperomia Pellucida L. Kunth) Sebagai Antidiabetes Pada Tikus
Putih. Jurnal Mitra Pendidikan vol. 2 No.2.

Dewijanti, I. D., Marissa A., Sri H., Betty E. D. dan Lia. M. (2014). Nilai
LD50dan LC50 Ekstrak Etanol Herba Ketumpang Air (Peperomia
pellucida L. Kunth). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 2 (2), 255–
260

Sarjani, Tri Mustika; Mawardi; Padia, Ekariana S; dan Wulandari, Devi. 2017.
Identifikasi Morfologi Dan Anatomi Tipe Stomata Famili Piperaceae
di Kota Langsa. Jurnal IPA dan Pembelajaran. 1(2). Langsa : FKIP
Universitas Samudra, Langsa.
LAMPIRAN

1. Perhitungan

jumlah ekstrak cair


%C = x 100%
jumlah awal cairan penyari penyari

385 ml
= x 100%
750 ml

= 0,51 %

bobot sampel sebelum ekstraksi


%K = x 100%
bobot sampel setelah ekstraksi

82 gram
= x100 %
173 gram
= 0,47%
bobot ekstrak kental
% R=
bobot sampel awal
(32−22,5)
= x100%
82 g

= 0,11 %
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai