Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN 1
Ektraksi dengan Metode Maserasi

DISUSUN OLEH:

NAMA NIM PARAF/TTD ASISTEN


DEWINTA ARYASANTHI F.21.010
DIAN SAFRIYANTI F.21.012
EVA NURSYALINA F.21.016
IRMA MEI ANDANI F.21.024
CHINDY FATIKA SARI F.21.009
KELAS 3 A FARMASI
KELOMPOK III (TIGA)
ASISTEN INGGIT SURYANINGSIH A.Md. Farm
TGL KOREKAI/ACC

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI D III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak

ribuan tahun yang lalu, mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang

memiliki iklim tropis dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia

setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman yang

merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia.

Saat ini pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan

pengobatanmodern yang berarti dapat bersama-sama masuk dalam jalur

pelayanan formal.Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan

menteri KesehatanIndonesia, tentang fitofarmaka, yang brarti diperlukan adanya

pengendalian mutusimplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau

sediaan galenik (Hananiet al., 2003).

Dasarnya pembuatan obat tradisional memiliki prinsip yang sama

dengan pembuatan obat sintetik pada umumnya. Hanya saja, pada pembuatan

obattradisional bahan baku (raw material ) yang berupa simplisia ataupun

estrakmendapat perhatian yang lebih dalam prosesnya. Pada proses pembuatan

obattradisional, simplisia atau pun ekstrak yang digunakan sebagai bahan

bakunyatelah memenuhi persyaratan mutunya, baik parameter standar umum

(kadar air,kadar abu, susut pengeringan dan bobot jenis) maupun parameter
standar spesifik(organoleptis, senyawa pelarut dalam pelarut tertentu, uji

kandungan kimiaekstrak dan penetapan kadar). Standarisasi dilakukaan agar

dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek

farmakologi tanamantersebut. Salah satu parameter penting dalam standarisasi

adalah profil plantmetabolomic (metabolic profiling ) (Hananiet al., 2003).

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia, dapat digunakan

sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Untuk itu ekstrak yang

dibuatharus memenuhi standar mutu, mulai bahan baku, proses sampai pengujian

produk. Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak diantaranya yaitu

faktor kimia seperti jenis dan jumLah senyawa kimia, metode ekstraksi dan

pelarut yang digunakan (Arifiantiet al., 2014).

Praktikum ini menggunakan tumbuhan daun tempuyung. Pengolahan

yang akan digunakan pada praktikum ini adalah maserasi. Maserasi merupakan

proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Pelarut yang digunakan

adalah pelarut organik pada temperature tertentu.

B. Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi senyawa metabolit dengan metode

maserasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi dan Klasifikasi Sampel

1. Morfologi Sampel

Tempuyung memiliki ciri fisik yang khas, yaitu daun tunggal yang

berbentuk lanset atau lonjong dengan panjang 6-48 cm dan lebar 3-12 cm

(Sulasna et al., 2004). Tepi daun menyirip tidak beraturan dan berwarna

hijau muda. Bungan berbentuk bonggol yang tergabung dalam mali,

bertangkai, mahkota berbentuk jarum dengan warna kuning cerah, dan

buah tempuyung berbentuk kotak dan berusuk lima, berwarna kuning

degan panjang hingga 4 mm (Dalimartha, 2005).

Gambar 1. Daun Tempuyang


(sumber: orami.co.id/magazine/manfaat-daun-tempuyung)

2. Klasifikasi Tanaman Tempuyang

Klasifikasi tanaman Tempuyung adalah sebagai berikut (Materia

Medika Indonesia, 1989):

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Sonchus

Spesies : Sonchus arvensis L.

3. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada daun tempuyung, yaitu berupa

ion-ion mineral, seperti Si, K, Mg, Na, dan senyawa organik flavonoid

(kaempferol, luteolin-7-O-glukosida, apigenin-7-O-glukosida) (Rohaeti et

al., 2011),kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol dan asam fenolat

(sinamat, kumarat, vanilat) (Yuliarti, 2013).

4. Khasiat Tanaman

Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah tempuyung

(Sonchus arvensis L.). Sebagian masyarakat banyak memanfaatkannya

untuk dijadikan lalap. Tidak hanya itu, tanaman tempuyung juga

bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Banyak pengalaman

yang menunjukkan khasiat dari tempuyung untuk menyembuhkan

penyakit, seperti batu ginjal, asam urat, darah tinggi, beberapa kasus sakit

kepala, batu empedu, batu kandung kemih dan prostat (Sulaksana, et

al.,2004). Di daerah Tawangmangu Surakarta, daun tempuyung sudah

dikenal dan dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai jamu bagi


perempuan yang habis melahirkan guna memulihkan kesehatan fisik.

Sementara di Cina, daun tempuyung juga digunakan sebagai insektisida

selain sebagai tanaman obat (Anonim, 2002).

B. Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

mengalami perubahan proses apa pun dan umumnya berupa bahan yang telah

dikeringkan. Menurut Herbie (2015), simplisia dibagi menjadi tiga golongan

yaitu:

1. Simplisia Nabati

Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,

eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura folium

dan Piperis nigri fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan

dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati

lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

2. Simplisia Hewani

Simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang

dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya

minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

3. Simplisia pelikan atau mineral

Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah

atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. Simplisia tanaman obat

termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian nama

atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti

dengan nama bagian dari tanaman, misalnya merica dengan nama spesies

Piperis albi maka nama simplisianya disebut Piperis albi Fructus. Fructus

menunjukkan bagian tanaman yang artinya "buah".

C. Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi

Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa

dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut

organik yang digunakan. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh

dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim,1995).

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat

dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode

ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna

(Ansel, 1989).

2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan

komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan


dari suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan

pertimbangan berikut ini menurut Marjoni (2016) adalah sebagai berikut:

a. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas

Untuk senyawa kimia telah memiliki identitas, maka proses

ekstraksi dapat dilakukan dengan cara mengikuti prosedur yang telah

dipublikasikan atau dapat juga dilakukan sedikit modifikasi untuk

mengembangkan proses ekstraksi.

b. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu

Dalam hal ini, proses ekstraksi bertujuan untuk menemukan

kelompok senyawa kimia metabolit sekunder tertentu dalam simplisia

seperti alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Metode umum yang dapat

digunakan adalah studi pustaka dan untuk kepastian hasil yang

diperoleh, ekstrak diuji lebih lanjut secara kimia atau analisa

kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia yang dituju.

c. Organisme (tanaman atau hewan)

Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya

dibuat dengan cara mendidihkan atau menyeduh simplisia tersebut

dalam air. Dalam hal ini, proses ekstraksi yang dilakukan secara

tradisional tersebut harus ditiru dan dikerjakan sedekat mungkin, apalagi

jika ekstrak tersebut akan dilakukan kajian ilmiah lebih lanjut terutama

dalam hal validasi penggunaan obat tradisional.


d. Penemuan senyawa baru

Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui

sifatnya dan belum pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda

apapun maka, metoda ekstraksi dapat dipilih secara random atau dapat

juga dipilih berdasarkan penggunaan tradisional untuk mengetahui

adanya senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologi khusus.

D. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi digunakan untuk

penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan

penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari,

tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi

dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari yang digunakan dapat berupaair, etanol, air-etanol, atau pelarut lain.

(Sidik dan Mudahar, 2000). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan

diluar sel, maka larutan terpekatakan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang

sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam

sel.
Modifikasi maserasi antara lain (Adrian, 2000):

1. Remaserasi

Cairan penyari dibagi menjadi dua. Seluruh serbuk dimaserasi dengan

cairan pertama. Kemudian filtrat yang didapat dituang dan diperas.

Kemudian dimaserasi lagi dengan cairan penyari kedua.

2. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,

yaitu pada suhu 40-50℃ . Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk

simplisia yangzat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan

diperoleh keuntunganantara lain:

a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan

berkurangnya lapisan-lapisan batas.

b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan

tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.

c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan

berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan

berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan

meningkat bila suhu dinaikkan.

d. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan,maka

perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan

menguapkembali ke dalam bejana.

3. Maserasi dengan mesin pengaduk


Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu

prosesmaserasi dapat disingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

4. Maserasi melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar aturan penyari

selalu bergerak mrnyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali

secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat

aktifnya.

Keuntungan cara ini:

a. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas

b. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga

akanmemperkecil kepekatan stempat

c. Waktu yang diperlukan lebih pendek

5. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilakukan secara

sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan

telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar

bertingkat.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Alat yang digunakan dalam pembuatan metode ekstraksi maserasi yaitu

sebagai berikut bejana, batang pengaduk, corong, dan wadah penampung

ekstrak.

2. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah simplisia daun

tempuyang, etanol 70 %, aquadest, kain flanel.

B. Cara Kerja

1. Cara kerja pembutan simplisia

a. Diambil rumput mutiara dari jam 9 – 12 siang dan diambil diambil semua

bagian tumbuhan kecuali akar.

b. Dilakukan sortasi basah dengan cara memisahkan kotoran atau bagian

daun yang rusak pada saat pengambilan.

c. Dicuci daun sirih dengan air mengalir lalu ditiriskan dan selanjutanya

ditimbang bobot basahnya.

d. Di rajanh daun sirih menggunakan pisau aatu gunting stanless

e. Di keringkan daun sirih dengan cara diangin anginkan pada suhu ruang

atau menggunakan oven dengan suhu 25⁰C

f. Dilakukan sortasi kering dengan cara memisahkan kotoran atau sampel

yang rusak pada saat pengeringan lalu Ditimbang bobot simplisia kering
g. Dihaluskan simplisia yang telah kering menggunakan blender dan

kemudian di ayak lalu ditimbang bobot simplisia halusnya

2. Cara kerja maserasi

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Sampel dibuat dalam bentuk simplisia, yaitu melalui proses pencucian,

sortasi basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, penyerbukkan,

terakhir di masukkan dalam wadah.

c. Dimasukkan sampel simplisia sebanyak 191 gram ke dalam bejana

maserasi, kemudian ditambah kan pelarut 1000 mL.

d. Ditutup dan dibiarkan selama 3-5 hari pada temperatur kamar terlindungi

dari cahaya, sambil berulang-ulang di aduk.

e. Setelah 3-5 hari, di saring ke dalam bejana penampung, kemudian

ampasnya di peras.

f. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindungi

dari cahaya selama 2 hari. Kemudian endapan yang terbentuk dipisahkan

dan filtratnya di uapkan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel hasil pengamatan ekstraksi dengan metode maserasi daun tempuyung:

Bobot Sampel Volume Penyari


Sampel Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi
Daun
191 gram 205 gram 1000 mL 960 mL
tempuyung

B. Pembahasan

Pada praktikum ekstrasi dengan metode maserasi, alat yang kami

gunakan yaitu modifikasi alat maserasi menggunakan toples yang di tutup

lakban hitam dan di tutup dengan aluminium foil dan penutup toples.

Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan ekstrak kental daun

tempuyang dengan maserasi. Sebanyak 191 gram serbuk daun tempuyang

dimasukkan ke dalam wadah kaca atau bejana yang dilengkapi tutup, kemudian

ditambahkan etanol 70 % sebanyak 1000 mL diaduk hingga semua serbuk

simplisia terbasahi cairan penyari, kemudian ditutup dan serbuk simplisia

dibiarkan terendam selama beberapa hari. Proses perendaman ini bertujuan agar

cairan penyari tersebut bisa melarutkan zat-zat aktif yang terkandung di dalam
serbuk simplisia. Selama proses perendaman berlangsung, sambil sesekali

dilakukan pengadukan selama 5 hari berturut-turut dengan tujuan untuk

menjamin bahwa semua permukaan serbuk dapat kontak dengan cairan penyari,

sehingga zat aktifnya dapat terlarut dengan sempurna, ekstrak yang telah

dihasilkan dimasukkan kedalam botol kaca dan terlindung dari cahaya matahari.

Hasil ekstrak sampel yang dihasilkan mengalami kekurangan volume,

hal ini di sebab kan karena beberapa faktor yaitu pada saat pengadukan yang

dilakukan setiap hari selama 5 hari berturut-turut ekstrak yang di dalam bejana

menguap, karena pelarut yang kami gunakan etanol. Etanol mempunyai sifat

yang mudah menguap sehingga ekstrak mengalami kekurangan volume dan

pada saat ekstrak disaring ke dalam wadah penampung yang gelap berapa mL

ekstrak yang kami tuang tumpah, sehingga ekstrak yang kita dapat volumenya

tidak sesuai dengan penyari sebelum rendemen.

Setelah dilakukan perendaman serbuk simplisia selama kurang lebih 5

hari, filtrat atau menstrum yang terbentuk kemudian disaring dan dipisahkan

dari endapannya menggunakan corong, yang pada bagian atasnya diletakkan

kertas saring. Filtrat hasil saringan kemudian ditampung di dalam botol kaca di

tutup dengan lakban. Diperoleh filtrat sebanyak 960 mL. Proses selanjutnya

adalah menguapkan ekstrak dengan menggunakan oven pada suhu 60°C sampai

ekstrak cair sampai menjadi ekstrak kental.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi pada praktikum ekstraksi dengan metode maserasi, dimana alat

maserasi terbagi menjadi 2 yaitu, alat maserasi yang dilengkapi dengan

pengaduk mekanik dan alat maserasi yang di modifikasi, pada praktikum kali

ini kami menggunakan alat maserasi modifikasi yang menggunakan toples

dengan di tutupi menggunakan lakban hitam, dan atas nya di tambah dengan

aluminium foil sebelum di tutup dengan penutup toples.

Hasil yang diperoleh dari ekstraksi dengan metode maserasi daun

tempuyung bobot sampel yang di per oleh setelah ekstraksi yaitu 205 gram

dan volume cairan penyari setelah ekstraksi yaitu 960 mL.


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, A. Latif, S. Fachri dan S. Sulaksana. 2004. Optimalisasi Produksi Anak


dan Susu Kambing Peranakan Ettawa dengan Superovulasi dan
Suplementasi Seng. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Agoes, A., dan Jacob T, 1996, Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid I, ECG,
Jakarta.
Dalimartha, S., 2001, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus
Agriwidya, Jakarta
Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta:
Penerbit Puspa Swara.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur
Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi 2. Jakarta.
LAMPIRAN

1. Perhitungan

JUMLAH EKSTRAK CAIR


%C= X 100 %
JUMLAH AWAL CAIRAN PENYARI

960 mL
= X 100 %
1000 mL

= 96%

BOBOT SAMPEL SEBELUM EKSTRAKSI


%K= X 100 %
BOBOT SAMPEL SETELAH EKSTRAKSI

191 gram
= x 100 %
205 gram

= 93%

BOBOOT EKSTRAK KENTAL


%R= X 100 %
BOBOT SAMPEL AWAL

(30−22,5)
= x 100 %
191 gram

= 3,9%
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai