Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 3
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia gelanga L.
Dengan Metode Maserasi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK: 1

KELAS: D

1. Asti Prenolin Rimadina (201810410311155)


2. Sri Wahyuni (201810410311136)
3. Nadya Shabrina Arsyad (201810410311172)
4. Alif Aldizar Zulfin (201810410311187)
5. Hendrawan (201810410311198)
6. Nurfaida Dwigusti Shafira (201810410311204)

DOSENPEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Mahasiswa mempelajari dan melakukan praktik kontrol kualitas bahan baku


obat tradisional (ekstrak kering) yang meliputi aspek parameter spesifik dan non
spesifik.

1.2 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di
dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi dari total
40.000 jenis tumbuh-tumbuhan obat. Hingga saat ini, tercatat 7000 spesies tanaman
telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai
bahan baku industri farmasi secara regular (Maryam, Taebe, & Toding, 2020).

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman herbal yangmemiliki


khasiat obat yang hidup didaerah tropis dan subtropis. Pemanfaatan kencur baik
pada kalangan industry maupun rumah tangga bukan hanya digunakan sebagai obat
namun bisa juga sebagai makanan, minuman yang kaya akan manfaat bagi
kesehatan. Pada negara berkembang seperti Indonesia penggunaan bahan baku
herbal kini lebih sering digunakan karena memiliki harga yang lebih murah serta
banyak tumbuh didaerah tropis sediaan herbal juga pada dasarnya dianggap lebih
aman, lebih efektif, dan memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan
dengan bahan kimia pada sediaan obat (Megantara et al.,2019).

Kencur diketahui memiliki kandungan kimia seperti saponin, flavonoid, dan


polifenol. Bahan aktif yang terkandung dalam kencur yang bersifat sebagai
antijamur adalah flavonoid, tannin, sineol dan saponin. Berdasarkan hasil
penelitianzat aktif lain yang terkandung dalam kencur adalah minyak atsiri yang
memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan jamur melalui proses
denaturasi protein yang melibatkan perubahan dalam stabilitas molekul protein
sehingga menyebabkan perubahan struktur protein dan terjadi proses koagulasi
(Annisah et al., 2018).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kencur (Kaempferia galanga L)

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman herbal yang memiliki


khasiat obat yang hidup didaerah tropis dan subtropis. Pemanfaatan kencur baik pada
kalangan industry maupun rumah tangga bukan hanya digunakan sebagai obat namun
bisa juga sebagai makanan, minuman yang kaya akan manfaat bagi kesehatan
(Megantara, Farmasi, Padjadjaran, & Farmakologi, 2016).

2.2 Klasifikasi Kencur (Kaempferia galanga L.)

Taksonomi

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Phanerogamae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Order : Scitaminales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Species : Kaemferia galangal
(Shetu et al., 2018)
2.3 Morfologi

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman berimpang yang


tumbuh subur didaerah dataran rendah atau pengunungan yang tanahnya gembur
dan tidak terlalu banyak air. Tingginya kira-kira 20 cm,batangnya semu, pendek,
membentuk rimpang, daunnya lebar, letaknya mendatar, hampir rata dengan
permukaan tanah, bunganya tersusun dalam bulir. Jumlah helaian daun kencur tidak
lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan.
Kencur memiliki perbedaan dengan family yang lainnya pada bagian daun
yang menjalar dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang pendek dan serabut
3
akar yang memiliki warna coklat agak kekuningan. Adapun untuk rimpangnya
memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang tumpul dengan warna
coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna coklat yang mengkilat,
dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur. Kemudian pada bagian
dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti daging yang tidak berserat
(Megantara et al., 2016).

2.4 Kandungan Senyawa Kimia

Rimpang kencur paling banyak mengandung alkaloid dan minyak atsiri,


yang terdiri atas sineol, asam sinamat, etil ester, kamphene, paraeumarin dan asam
anisat (Gendrowati, 2013). Flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik
dan transport nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik
terhadap jamur (Agrawal, 2011). Senyawa alkaloid sebagai antibakteri mampu
menghambat sintesis dinding sel bakteri, jika dinding sel bakteri tidak terbentuk
dengan sempurna maka sel bakteri akan lisis dan hancur. Ekstrak etanol rimpang
kencur juga mengandung saponin dan steroid.
Saponin juga merupakan senyawa aktif yang mempunyai aktivitasantifungi.
Mekanisme kerja saponin sebagai antijamur adalah menurunkan tegangan
permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Senyawa ini berdifusi melalui
membran luar dan dinding sel yang rentan, lalu mengikat membrane sitoplasma dan
mengganggu dan mengurangi kestabilan itu. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor
keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel (Nuria dkk, 2009).
Senyawa steroid dapat mengakibatkan kebocoran pada lisosom bakteri.
Interaksi steroid dan membran fosfolipid bakteri akan menyebabkan menurunnya
integritas membrane dan terjadi perubahan morfologi membran bakteri (Hayati et
al., 2017).
Rimpang kering dari Kaempferia galanga L. mengandung 2,5 sampai 4%
minyak esensial yang banyak digunakan dalam penyedap makanan, wewangian,
dan obat-obatan. Penelitian barubaru ini menunjukkan potensi antijamur,
antibakteri, antibiofilm, antioksidan dan aktivitas antitumor dari minyak esensial
yaitu minyak atsiri yang diisolasi dari rimpang Kaempferia galanga L (Kumar,
2014).
Kandungan minyak atsiri kencur adalah α-pinena, kampena, δ-3- carene, α-
pelandrena, limonene, p-simena 4-isopropiltoluena, 7,8-epoksitrisiklo dodekana,5-
metiltrisiklo undek-2-en-4- one, 2-asam propenoat,3-(4-metoksifenil)- ,etilester.
dapat digunakan sebagai pelangsing. Etilester mempunyai nama trivial etil p-
metoksi sinamat (Hydrodistillation, 2015)
Ethyl cinnamate dan ethyl-p-methoxycinnamate dan merupakan golongan
ester yang memiliki peran sebagai nematisida, antikanker, antituberkulosis, anti-
inflamasi, antifungal and larvisida (Kumar, 2014).

4
2.5 Manfaat Rimpang Kencur
Masyarakat Indonesia memanfaatkan kencur sebagai ramuan obat-obatan
dan bumbu masakan. Masyarakat mempercayai bahwa kencur dapat mengobati
penyakit tertentu, antara lain sebagai obat masuk angin atau perut kembung, sakit
tenggorokan, mual, obat batuk, reumatik, obat sakit perut, penambah nafsu makan,
infeksi bakteri, ekspektoran (memperlancar keluarnya dahak), asma, bronkitis,
disentri, penyumbatan hidung, menghangatkan badan, pelangsing, mengobati luka,
penyakit kulit, dan bisul selain itu kencur juga banyak digunakan sebagai obat
tradisional (Jamu).
Ekstrak dari Kaempfreia galangal L memiliki aktivitas antiinflamasi,
analgesik, nematasida, penolak nyamuk, larvisida, vasorelaksan, sedatif,
antineoplastik, antimikroba, antioksidan, antialergidan penyembuh luka (Umaret
al., 2011). Etil p- metoksisinamat dan etil sinamat ditemukan sebagai senyawa vital
yang berperan dalam kebanyakan sifat farmakologi. Efek aktinosiseptik dari
ekstrak Kaempferia galangal L. sebanding dengan aspirin, mengingat efek
nematisida Kaempferia galangal L. bahkan lebih poten dari pada Carbofuran dan
Nametan (Umar et al., 2011). Kaempferia galanga L. dilaporkan memiliki efek
antinflamasi, analgetik, antidiare, antibakteri, sedatif, sitotoksik, insektisidal,
antihelmint, dan antioksidan (Cahyawati, 2020).

2.6 Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat


aktifdari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai,kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yangtersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan(Depkes RI, 2014). Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi
bahan bakuobat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara
destilasidengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin
terkena panas(Depkes RI, 2014).

Simplisisa banyak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan


senyawayang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain
sebagainya. Untukmemisahkan senyawa aktif tersebut, maka perlu dilakukan
proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses yang dilakukan untuk
memperoleh kandungan senyawakimia dari jaringan tumbuhan ata hewan (Depkes
RI, 1979).

Ekstrak dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan sifatnya yaitu (Lidinilla,


2014):
1. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan
dapat dituang
2. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin dan tidak dapat
dituang. Kandungan air sampai 30%. Tinggi kandungan air menyebabkan
ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri
5
3. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah
dituang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%
4. Ekstrak cair yang diuat sedemikiannya sehingga 1 bagian simplisia sesuaidengan
2 bagian ekstrak cair

Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna dimana
teknik pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut antara dua pelarut
atau lebih yang saling bercampur.Pada umumnya, zat terlarut yang diekstrak
bersifat tidak larut atau sedikit larut dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan
pelarut lain (Harbone, 1987).
Beberapa metode ekstraksi yang dapat digunakan yaitu :
1.Ektraksi dengan menggunakan pelarut
a. Cara dingin : Maserasi, Perkolasi
b.Cara panas : Refluks, Soxhlet, Digesti, Infus, Dekok.
2. Ekstraksi dengan menggunakan uap (Destilasi uap)
3. Metode lain: ekstraksi berkesinambungan, superkritikal karbondioksida,
ekstraksi ultrasonic, ekstraksi energy listrik.

2.7 Maserasi

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.


Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri.(Agoes,2007). Metode
ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke
dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah
memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja
sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifattermolabil.

Pada praktikum yang akan kami lakukan, kami menggunakan tiga metode
ekstraksi dengan teknik perendaman, kinetika dan teknik sonikasi.

1. Ekstraksi dengan Teknik Perendaman


Merupakan perendman simpisia mengunkan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu kamar.
2. Ekstraksi dengan Tekni Kinetika
Maserasi kinetik adalah maserasi yang dilakukan pengadukan secara
terus-menerus. Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu
dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan
konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan
pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan
konsentrasi yang sebesar-besarnya antara larutan di dalam sel
6
dengan larutan di luar sel. Penggunaan mesin pengaduk yang
berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat
menjadi 6 sampai 24 jam (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1986).
Salah satu unsur dalam maserasi adalah pengadukan. Pada alat
maserasi orbital shaker pengadukan memiliki satuan rpm (kecepatan
putar). Selain itu, unsur lain yang berperan dalam proses maserasi
ini adalah waktu. Diharapkan semakin lama sejumlah simplisia
dimaserasi maka ekstrak yang didapat semakin banyak. Namun
demikian waktu tetap perlu dibatasi, karena menurut Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI (1986) apabila terlalu
lama simplisia tersebut akan ditumbuhi mikroorganisme.
3. Ekstraksi dengan Teknik Sonikasi
Ini adalah metode maserasi yang dimodifikasi dimana ekstraksi
difasilitasi dengan menggunakan ultrasound (pulsa frekuensi tinggi,
20 kHz). Ekstrak ditempatkan dalam botol. Vial ditempatkan dalam
penangas ultrasonik, dan USG digunakan untuk menginduksi
mekanik pada sel melalui produksi kavitasi dalam sampel.
Kerusakan seluler meningkat pelarutan metabolit dalam ekstraksi
pelarut dan meningkatkan hasil. Efisiensi ekstraksi tergantung pada
frekuensi instrumen, dan panjang dan suhu sonikasi. Ultrasonication
jarang diterapkan untuk ekstraksi skala besar, itu adalah sebagian
besar digunakan untuk awal ekstraksidari sejumlah kecil bahan.
Hal ini umumnya diterapkan untuk memfasilitasi ekstraksi metabolit
intraseluler dari kultur sel tanaman. Penggunaan ultrasonik pada
dasarnya menggunakan prinsip dasar yaitu dengan dengan
mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan
melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat,
medium yangdilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan
memberikan pengadukan yang intensif terhadap proses ekstraksi.
Pengadukan
akan meningkatkan osmosis antara bahan dengan pelarut sehingga
akan meningkatkan proses ektraksi.

2.8 Konvensional

Salah satu contoh ekstraksi maserasi konvensional adalah soxhlet. Soxhlet


adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Metode konvensional pada umumnya
menggunakan pelarut organik dalam jumlah besar, selain itu membutuhkan waktu
yang relatif lama seperti maserasi pada umunya yaitu selama2x24 jam, waktu yang
lama dianggap tidak efektif, karena menggunakan energi dalam jumlah besar
dengan kandungan dalam bahan yang rusak karenapemanasan yang lama.

7
Kinetik Berdasarkan penelitian Fauzana, maserasi sederhana didefinisikan
sebagai metode ekstraksi dimana sampel direndam menggunakan pelarut dalam
kurun waktu tertentu dengan atau tanpa pengadukan pada suhu ruang. Kinetika
maserasi dan maserasi dengan tekanan tidak jauh berbeda dengan maserasi
sederhana. Titik perbedaan kinetika maserasi terletak pada dilakukannya
pengadukan berkecepatan konstan. Metode maserasi yang digunakan dalam
penelitian sebelumnya cenderung mengarah pada kinetika maserasi karena
menggunakan pengadukan yang konstan, yakni 200 rpm dan waktu selama 4 jam
(Fauzana, 2010)

Ultrasonik Maserasi ultrasonik merupakan metode maserasi yang dimodifikasi


dengan
menggunakan bantuan sinyal dengan frekuensi tinggi. Wadah yang berisi serbuk
sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonik. Hal ini dilakukan untuk memberikan
tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel
dapat menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan
meningkatkan hasil ekstraksi (Mukhriani, 2014). Getaran uktrasonik (> 20.000
Hertz) memberikan efek pada proses ekstrak dengan prinsip meningkatkan
permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan sebagai stress dinamik
serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi
getaran, kapasitas alat dan lama proses ultrasonik (Depkes RI., 2000).

8
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

1. Botol Selai/ Toples


2. Pipet
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Beker glass 200 ml
5. Aluminium Foil
6. Rotavapor
7. Kertas Saring
8. Sudip
9. Batang Pengaduk
10. Bejana ultrasonic
11. Loyang

3.2 Bahan

1. Serbuk rimpang kencur


2. Etanol 96%
3. Cab-o-sil

9
BAB IV

PROSEDUR KERJA

4.1 Bagan Alir

(+) 450 ml
etanol 96%
aduk ad
Timbang 300 g Masukkan (+) 750 ml etanol
serbuk ke dalam 96% aduk hingga
rimpang bejana serbuk terbasahi

Maserasi kembali dgn 900 ml Saring hasil Tutup bejana dgn


etanol 96% dan diamkan 24 maserasi dan aluminum foil
jam tampung filtrat diamkan 24 jam
yang didapat

Ulangi proses maserasi


dan kumpulkan filtrate
yang di dapat
Saring hasil maserasi Kalibrasi labu
dan tampung filtrat rotavapor 400
yang didapat ml
Pekatkan filtrate
dengan dengan
rotavapor hingga
Pindahkan hasil 400 ml
(+) Tambahkan Cab-o-sil 20
ke dalam loyang
g dgn ditaburkan sedikit
kemudian ratakan
demi sedikit scr merata dan
diamkan semalam ad kering

Beri label identitas


Homogenkan dan simpang dalam pada wadah
wadah tertutup (Botol selai)

10
4.2 Prosedur Kerja
Metode Marasi

1. Ditimbang 300 g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana


maserasi.
2. Ditambahkan 1000 ml etanol 96%, aduk sampai serbuk terbasahi.
3. Hasil no. 2 ditambahkan 200 ml etanol 96%, aduk sampai homogen, tutup
bagian mulut bejana dengan aluminium, dan diamkan selama 24 jam.
4. Hasil maserasi pada no. 2 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali
maserasi dengan 900 ml etanol 96% pada residu selama 24 jam.
5. Disaring hasil maserasi pada no. 3. Tampung filtrat dan lakukan kembali
maserasi dengan 900 ml etanol pada residu selama 24 jam.
6. Disaring kembali maserasi no. 4. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu.
7. Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume
400 ml.
8. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu
penguapan dengan penurunan tekanan hingga volume tersisa + 400 mL
(tanda kaliberasi) dan pindahkan hasilnya kedalam loyang. Ratakan ekstrak
pada loyang.
9. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (20 g) dengan ditaburkan
sedikit demi sedikit secara merata. kemudian diamkan selama semalam
(sampai kering).
10. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai).
11. Berikan label identitas pada wadah.

11
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

12
13
14
15
DAFTAR PUSTAKA

Hydrodistillation, M. A. (2015) ‘Jurnal Bahan Alam Terbarukan’, Jurnal Bahan


Alam Terbarukan, 4(1), pp. 14–20. doi: 10.15294/jbat.v4i1.3769.

Istnaeny Hudha, M. (2013) ‘Jumlah Pelarut Dan Waktu Maserasi Galanga Oil From
Kaempferia Galanga With Variable Number of Oil Solvent and’, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional (ITN)Malang, 8(1),
pp. 1–7.
Maryam, F., Taebe, B., & Toding, D. P. (2020). Pengukuran Parameter Spesifik
Dan Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Matoa (Pometia pinnata J.R & G.Forst).
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, 6(01), 1–12.
https://doi.org/10.35311/jmpi.v6i01.39
Jumiarni, W. O. and Komalasari, O. (2017) ‘Eksplorasi Jenis Dan Pemanfaatan
Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Muna Di Permukiman Kota Wuna’,
Traditional Medicine Journal, 22(1), pp. 45–56.

Marpaung, M. P. and Anggun, S. (2020) ‘Penentuan Parameter Spesifik Dan


Nonspesifik Ekstrak Kental Etanol Batang Akar Kuning (Fibraurea chloroleuca
Miers) Mauritz)’, Journal of pharmacopolium, 3(2), pp. 58–67.

Megantara, S. et al. (2016) ‘KARAKTERISTIK MORFOLOGI BUNGA


KENCUR (Kaempferia galanga L.)’, Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, 19(2), pp. 109–116. doi: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p.

Sarno, S. (2019) ‘Pemanfaatan Tanaman Obat (Biofarmaka) Sebagai Produk


Unggulan Masyarakat Desa Depok Banjarnegara’, Abdimas Unwahas, 4(2), pp. 73–
78. doi: 10.31942/abd.v4i2.3007.

Shetu, H. J. et al. (2018) ‘Pharmacological importance of Kaempferia galanga (


Zingiberaceae )’, International Journal of Research in Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 3(3), pp. 32–39.

Silalahi, M. (2019) ‘KENCUR (Kaempferia galanga) DAN


BIOAKTIVITASNYA’, Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, 8(1), p. 127.
doi: 10.31571/saintek.v8i1.1178.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (2000). Parameter Standar


Umum Ekstrak Tanaman Obat. In Departemen Kesehatan RI. (Vol. 1, pp. 10– 11).
Lidinilla, N. G. (2014). UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN
BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP PENURUNAN
KADAR ASAM URAT DALAM DARAH TIKUS PUTIH Diajukan sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi NIDA GHANIA LIDINILLA
109102000038 PROGRAM ST.
Sumiwi, S. A., Muhtadi, A., Marline, A., Zuhrotun, A., Tjitraresmi, A., Y, F., &
Tivagar. (2013). PENETAPAN PARAMETER STANDARISASI EKSTRAK
HERBA PUTRIMALU (Mimosa pudica Linn.) DAN UJI TOKSISITAS AKUT
16
NYA PADA

17

Anda mungkin juga menyukai