PRAKTIKUM FITOFARMAKA
TUGAS 4
Pembuatan Produk Bahan Alam Kapsul Ekstrak Rimpang
(Kaempferia galanga)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK 4
KELAS: D
DOSEN PEMBINBING:
Apt. Siti Rofida, M. Farm.
Apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
Apt. Dita Ayu Winata., S. Farm
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan kapsul ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) dan mengetahui keseragaman bobot dari kapsul yang
baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kencur
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Order : Scitaminales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
2.1.2 Morfologi
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan
digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah
paling lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur
di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu
banyak air. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada
musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup
sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka.
Pada morfologi kencur memiliki batang berbentuk basal yang memiliki
ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur
memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal yang pinggir. Daunnya
berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun kencur menjorong ada yang
menjorong lebar dan ada juga yang berbentuk bundar, untuk ukurannya daun
kencur memiliki panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing
pangkai berkeluk dan tepi daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak
mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus.
Kemudian untuk tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar antara 3-
10 cm yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm yang
memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar
dengan susunan yang saling berhadapan (Haryudin 2016).
Kencur mempunyai Bunga yang tunggak yang berbentuk seperti terompet
dengan panjang bunga 3-5 cm. Kencur mempunyai benang sari berwarna kuning
yang memiliki panjang 4 mm, untuk putik kencur memiliki warna putih agak
keunguan. Kemudian untuk bunganya tersusun setengah duduk dengan jumlah
mahkota bunga 4-12 buah dengan warna yang dominan yaitu warna putih. Kencur
memiliki perbedaan dengan family yang lainnya pada bagian daun yang
menjalar dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang pendek dan serabut
akar yang memiliki warna coklat agak kekuningan. Adapun untuk rimpangnya
memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang tumpul dengan
warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna coklat
yang mengkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur.
Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti
daging yang tidak berserat (Ibrahim, 1999).
Untuk pemerian simplisia rimpang kencur menurut Farmakope Herbal
Indonesia edisi II (2011) berupa irisan rimpang, pipih, bentuk hampir bulat
sampai jorong atau tidak beraturan, bagian tepi berombak dan berkeriput, kasar,
bagian tengah tampak pembatas yang tegas antara korteks dan stele, korteks
sempit, berserat halus; warna cokelat hingga cokelat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecokelatan, bau khas dan rasa pedas.
2.3 Maserasi
2.6 KLT-Densitometri
KLT-densitometri merupakan metode analisis instrumental yang didasarkan pada
interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada kromatografi
lapis tipis. Dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), kuantitasi
dengan KLT-densitometri mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya KLT-
densitometri memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam memilih fase gerak, proses
kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja, semua
komponen dalam sampel dapat dideteksi. Kromatografi lapis tipis (KLT)-Densitometri
merupakan metode analisis yang masih banyak dipakai, karena dapat menganalisis secara
kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam campuran dengan waktu singkat, relatif
sederhana, dan murah,serta mudah dilaksanakan dan dapat digunakan pada kadar kecil
(Estika, 2017).
Penentuan kualitatif analit KLT-Densitometri dilakukan dengan cara
membandingkan nilai Rf analit dan standar. Noda analit yang memiliki Rf sama denga
standar diidentifikasi kemurnian analit dengan cara membandingkan spektrum
densitometri analit dan standar. Penentuan kuantitatif analit dilakukan dengan cara
membandingkan luas area noda analit dengan luas area noda standar pada fase diam yang
diketahui konsentrasinya atau menghitung densitas noda analit dan membandingkannya
dengan densitas noda standart. Densitometri lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatif
analit-analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih
dahulu dengan KLT. Penetapan kadar dengan menggunakan kombinasi KLT dan
Densitometer (KLT Densitometri) cukup ekonomis karena menggunakan fase gerak yang
sedikit, waktu yang relative singkat dan dapat dilakukan penetapan kadar beberapa sampel
secara simultan. Apabila dibandingkan dengan KCKT maka metode KLT tidak ada
batasan fase gerak yang harus digunakan, sampel yang berupa suspensi atau keruh dapat
langsung ditetapkan kadarnya, lebih cepat dan ekonomis serta memungkinkan penetapan
kadar secara simultan (Estika, 2017).
a) Bahan
b) Alat
- Labu Erlenmayer
- Beaker glass
- Sudip
- Al.foil
- Batang pengaduk
- Corong buchner
- Analytical balance
- Wadah selai
- Rotavapor
- Kertas saring & Pipet Panjang
- Loyang & Toples
- Benjana Maserasi
- Wadah kapsul berlabel
- Kertas Folio
- Klip penjepit kertas hitam kecil
.
3.3 BaganAlir
Ernawati, D. (2018). Prarancangan Pabrik Asam Formiat Dari Metil Format Dan Air Kapasitas 12.150
Ton/Tahun Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta 2018.
Estika, D. (2017). Validasi Metode Analisis.
Hamidah, R. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Ketumbar (Coriandrum Sativum L) Terhadap
Bakteri Bacillus Cereus Atcc 11778 Secara In Vitro. Prodi S1 Farmasi Stikes Karya Putra Bangsa.
Kemendikbud. (2018). Buku Informasi Melaksanakan Analisis Secara Kromatografi Konvensional
Mengikuti Prosedur.
Kemenkes Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi Ii (Ii).
Lichayati, S. N. (2013). Ringkasan Identifikasi Marker Ekstrak, Fraksi, Dan Produk Kapsul Artocarpus
Champeden Spreng Dengan Kckt.
Megantara, S., & Soleh. (2019). Karakteristik Morfologi Tanaman Kencur (Kaempferia Galanga L.)
Dan Aktivitas Farmakologi. 256–262.
Prabawati, C. A. (2015). Evaluasi Daya Penetrasi Etil P-Metoksisinamat Hasil Isolasi Dari Rimpang
Kencur (Kaempferia Galanga L.) Pada Sediaan Salep, Krim Dan Gel. Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah.
Romadanu, Rachmawati, S. H., & Lestari, S. D. (2014). Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga
Lotus (Nelumbo Nucifera). 3, 1–7.
Sari Liza Azura Nst, Reni Sutri, & Iriany. (2015). Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis,
Fermentasi Dan Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca L.). Jurnal Teknik Kimia Usu,
4(1)
Sudarwati, T. P. L., & Fernanda, M. A. H. F. (2019). Aplikasi Pemanfaatan Daun Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Biolarvasida Terhadap Larva Aedes Aegypti.
Utomo, S. (2016). Pengaruh Konsentrasi Pelarut (N-Heksana) Terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi
Minyak Biji Alpukat Untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Totoli, E., and Herida R. N. Salgado. 2014. Development of An Innovative, Ecological and Stability
Indicating Analytical Method for Semiquantitative Analysis of Ampicillin Sodium for Injection by
Thin Layer Chromatography (TLC).