Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PRAKTIKUM

PRAKTIKUM FITOFARMAKA
TUGAS 4
Pembuatan Produk Bahan Alam Kapsul Ekstrak Rimpang
(Kaempferia galanga)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK 4

KELAS: D

1. Alya Fira (202010410311088)


2. Rifqi Ramatullah (202010410311125)
3. Edna Sicilia (202010410311155)
4. Paramida Tuseptsada (202010410311200)
5. Irwansyah Riantoro Nugroho (202010410311337)

DOSEN PEMBINBING:
Apt. Siti Rofida, M. Farm.
Apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
Apt. Dita Ayu Winata., S. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kencur merupakan tanaman herbal yang umum digunakan sebagai ramuan
obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga banyak petani di
Indonesia yang membudidayakan ini. Kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan dalam jumlah besar, salah satunya adalah rimpang kencur atau
rizoma. Ekstrak kencur terbukti memliki banyak sekali manfaat, antara lain sakit
kepala, keseleo, menghilangkan lelah, radang, lambung, batuk, memperlancar
haid, radang telinga anak, darah kotor, mata pegal, diare, dan masuk angin.
Untuk memperoleh suatu ekstrak pada dasarnya adalah sebuah rangkaian
yang panjang dan melibatkan banyak faktor. Pada rangkaiannya ada tanaman
segar yang dikeringkan, selanjutnya hasil olahan diserbukkan dan disari.
Penyaringan atau yang disebut ekstraksi juga melibatkan larutan penyaring.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk mengekstraksi rimpang kencur
adalah metode perasan, infusa, dan maserasi. Maserasi adalah metode perendaman
dan syarat utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup
antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi. Penyaringan zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai dengan
waktu tertentu pada temperatur kamar terlindungi dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan kapsul ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) dan mengetahui keseragaman bobot dari kapsul yang
baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kencur

Kaempferia galanga (K. galanga) atau yang dikenal sebagai "kencur"


di Indonesia digunakan sebagai salah satu bahan makanan. Diperkirakan
berasal dari daerah asia tropika yang kemudian menyebar kemana-mana dan
sampai di Indonesia sebagai tanaman budidaya (Yoanna & Yovita, 2000).
Kaempferia galanga atau kencur merupakan salah satu jenis dalam famili
Zingiberaceae merupakan salah satu jenis tanaman obat penting bagi masyarakat
Asia termasuk Indonesia. Tanaman ini sering dijadikan pasta karena dipercaya
dapat mengatasi kelelahan. Berdasarkan hasil review dalam jurnal Putu Nita
(2020), secara tradisonal tanaman ini sering digunakan untuk pengobatan diare,
migrain dan meningkatkan energi, dan mengatasi kelelahan. Rimpang kencur
selama ini digunakan oleh untuk menghilangkan sakit gigi, sakit perut,
pembengkakan pada otot dan rematik.

2.1.1 Klasifikasi

Gambar 2.1 Kencur (Tri S, 2021)

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Phanerogamae

Division : Spermatophyta

Sub Division : Angiospermae

Class : Monocotyledonae
Order : Scitaminales

Family : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Species : Kaempferia galanga L.

(Shetu et al, 2018)

2.1.2 Morfologi
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan
digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah
paling lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur
di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu
banyak air. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada
musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup
sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka.
Pada morfologi kencur memiliki batang berbentuk basal yang memiliki
ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur
memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal yang pinggir. Daunnya
berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun kencur menjorong ada yang
menjorong lebar dan ada juga yang berbentuk bundar, untuk ukurannya daun
kencur memiliki panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing
pangkai berkeluk dan tepi daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak
mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus.
Kemudian untuk tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar antara 3-
10 cm yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm yang
memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar
dengan susunan yang saling berhadapan (Haryudin 2016).
Kencur mempunyai Bunga yang tunggak yang berbentuk seperti terompet
dengan panjang bunga 3-5 cm. Kencur mempunyai benang sari berwarna kuning
yang memiliki panjang 4 mm, untuk putik kencur memiliki warna putih agak
keunguan. Kemudian untuk bunganya tersusun setengah duduk dengan jumlah
mahkota bunga 4-12 buah dengan warna yang dominan yaitu warna putih. Kencur
memiliki perbedaan dengan family yang lainnya pada bagian daun yang
menjalar dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang pendek dan serabut
akar yang memiliki warna coklat agak kekuningan. Adapun untuk rimpangnya
memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang tumpul dengan
warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna coklat
yang mengkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur.
Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti
daging yang tidak berserat (Ibrahim, 1999).
Untuk pemerian simplisia rimpang kencur menurut Farmakope Herbal
Indonesia edisi II (2011) berupa irisan rimpang, pipih, bentuk hampir bulat
sampai jorong atau tidak beraturan, bagian tepi berombak dan berkeriput, kasar,
bagian tengah tampak pembatas yang tegas antara korteks dan stele, korteks
sempit, berserat halus; warna cokelat hingga cokelat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecokelatan, bau khas dan rasa pedas.

2.1.3 Kandungan Kimia


Komponen utama yang terkandung dalam Kaempferia galanga antara
lain ethyl-p-methoxycinnamate (31.77%), methylcinnamate (23.23%), carvone
(11.13%), eucalyptol (9.59%) dan pentadecane (6.41%), ethyl cinnamate (23,2%),
1,8-cineole (11,5%), transcinnamaldehyde (5,3%), dan borneol (5,2%) (Liu et al.,
2014). Ekstrak kencur dilaporkan memiliki efek antinflamasi, analgetik,
antidiare, antibakteri, sedatif, sitotoksik, insektisidal, antihelmint, dan
antioksidan.
Secara etnobotani Kaempferia galanga digunakan sebagai obat
ekspektorat, karminatif, obat batuk, rematik, dan anti kanker, kolera,
vasorelaksasi, anti mikroba, antioksidan, anti alergi penyembuhan luka. Dan pada
bioaktivitasnya membuktikan aktivitas K. galanga sebagai anti kanker, anti
oksidan, anti inflamasi, analgesik dan anti bakteri (Marina S, 2019).
Rajendra et al. (2011) menyatakan bahwa rizoma Kaempferia galanga yang
diekstak dengan menggunakan petroleum mengandung sterols, triterpenoids dan
resins: sedangkan jika diekstrak dengan menggunakan kloroform akan
diperoleh, sterols, triterpenoids, flavanoids dan resins. Sedangkan jika
diekstrak dengan menggunakan metanol akan diperoleh steroids,
triterpenoids, alkaloids, flavanoids, carbohydrates, resins dan protein. Dan jika
diekstrak menggunakan air akan diperoleh saponins, carbohydrates dan protein.

2.2 Ektraksi dan Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat


aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Farmakope Indonesia ed. 6, 2020).

Berdasarkan konsistensinya ekstrak dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Ekstrak cair: ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Liquida)


2. Semi solid : ekstrak kental (Extracta Spissa)
3. Kering : ekstrak kering (Extracta Sicca)

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan
senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi
perlu ditentukan terlebih dahulu (Mukhriani, 2014).

2.3 Maserasi

Maserasi merupakan salah satu metode sederhana ekstraksi suatu simplisia


tanaman. Dilakukan dengan merendam simplisia dalam pelarut dengan beberapa
kali dilakukan pengadukan pada suhu ruangan. Metode ini memerlukan waktu
yang cukup lama dan penggunaan cairan penyari yang lebih banyak. Tetapi
metode ini bisa digunakan untuk ekstraksi komponen termolabil (Qing-Wen et al.,
2018).
Prinsip metode ini ialah penyarian zat aktif dengan merendam simplisia dalam zat
penyari yang sesuai selama kurang lebih sehari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya. Selama proses tersebut, cairan penyari masuk ke
dalam sel melewati dinding sel dan sel akan larut. Hal tersebut disebabkan adnya
perbedaan konsentrasi larutan di dalam dan di luar sel. Dan proses ini
berlangsung hingga terjadi keseimbangan antara larutan di dalam dan di luar sel
(Hasrianti, et al., 2016). Macam-macam metode maserasi ialah metode maserasi,
maserasi kinetika, dan maserasi ultrasonika.
Maserasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu maserasi non kinetik atau
sederhana, maserasi kinetik, dan maserasi ultrasonika. Maserasi sederhana
didefinisikan sebagai metode ekstraksi dimana sampel direndam
menggunakan pelarut dalam kurun waktu tertentu dengan atau tanpa
pengadukan pada suhu ruang. Maserasi kinetik dan maserasi dengan tekanan
tidak jauh berbeda dengan maserasi non kinetik. Titik perbedaan maserasi
kinetika terletak pada dilakukannya pengadukan dengan kecepatan konstan,
sedangkan perbedaan pada maserasi tekanan terletak pada kondisi tekanan
yang digunakan dalam ekstraksi (bukan tekanan ruang), sehingga proses
tersebut lebih efektif (Fauzana dkk., 2010).
Maserasi kinetik yaitu maserasi termodifikasi dengan pengadukan terus
menerus menggunakan kecepatan konstan sehingga proses ekstraksi lebih
efektif (Fauzana, 2010; Depkes, 2000). Gerakan pelarut dapat mempercepat
proses difusi dan membantu meningkatkan penyebaran larutan di sekitar partikel
(Singh, 2008).Pengadukan pada maserasi kinetik bertujuan
untukmemperbanyak kontak antara bahan dengan pelarut dan mendapatkan
derajat homogenitas yang tinggi. Semakin cepat putaran pengaduk maka
semakin besar perpindahanpanas yang terjadi pada waktu tertentu dan semakin
besar kontak bahan dengan pelarut maka hasil yang diperoleh akan semakin
meningkat. Proses maserasi non kinetik dilakukan dengan cara menuangkan
pelarut pada simplisia, selanjutnya mengatur waktu tertentu sehingga sesuai
untuk tiap-tiap simplisia, ekstrak dikeluarkan dan ampashasil ekstraksi dicuci
dengan pelarut yang baru (remaserasi) sampai didapat berat yang sesuai.
Sedangkan proses maserasi kinetik dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti maserasi non kinetik yaitu menuangkan pelarut yang sesuai kemudian
dimodifikasi dengan ntensitas pengadukan yang konstan dalam kecepatan dan
waktu tertentu (Agoes, 2007).
2.4 Senyawa Marker
Senyawa marker adalah satu atau lebih senyawa yang secara alami
terdapat dalam bahan tumbuhan dengan atau tanpa memiliki aktivitas farmakologi
dan dipilih untuk tujuan kontrol kualitas oleh peneliti atau pabrik.Pemilihan
senyawa marker tergantung pada beberapa faktor yaitu ; stabilitas senyawa,
metode analisis, waktu dan biaya analisis, manfaatnya untuk identifikasi, relevansi
dengan efek terapetik, indikator kualitas, dan stabilitas produk (Lichayati, 2013).

Senyawa marker diklasifikasikan menjadi dua, yang pertama adalah senyawa


marker aktif, yaitu senyawa atau golongan senyawa yang diketahui secara umum
mempunyai kontribusi dalam aktifitas terapetik. Yang kedua adalah senyawa marker
analisis yaitu senyawa atau golongan senyawa yang digunakan untuk tujuan analisis
tanpa perlu mengetahui adanya kontribusi aktifitas terapetik atau tidak

2.5 Kromatografi Lapis Tipis


`Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari
eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala
kecil. Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh
karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda, sehingga hal inilah yang
menyebabkan pemisahan. (KEMENDIKBUD, 2018).
Analisis kromatografi lapis tipis banyak digunakan karena :
a) Waktu yang diperlukan untuk analisis senyawa relatif pendek
b) Dalam analisis kualitatif dapat memberikan informasi semi kuantitatif tentang
konstituen utama dalam sampel
c) Cocok untuk memonitor identitas dan kemurnian sampel
d) Dengan bantuan prosedur pemisahan yang sesuai, dapat digunakan untuk analisis
kombinasi sampel terutama dari sediaan herbal.
(KEMENDIKBUD, 2018)
Kelebihan Metode Kromatografi Lapis Tipis adalah sebagai berikut :
a) Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis
b) Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
c) Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.
d) Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan
metode kertas tidak bisa
e) Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
f) Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
g) Waktu analisis yang singkat (15-60 menit)
h) Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
i) Preparasi sample yang mudah
j) Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak
mungkin
k) Kebutuhan ruangan minimum
(KEMENDIKBUD, 2018)

2.6 KLT-Densitometri
KLT-densitometri merupakan metode analisis instrumental yang didasarkan pada
interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada kromatografi
lapis tipis. Dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), kuantitasi
dengan KLT-densitometri mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya KLT-
densitometri memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam memilih fase gerak, proses
kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja, semua
komponen dalam sampel dapat dideteksi. Kromatografi lapis tipis (KLT)-Densitometri
merupakan metode analisis yang masih banyak dipakai, karena dapat menganalisis secara
kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam campuran dengan waktu singkat, relatif
sederhana, dan murah,serta mudah dilaksanakan dan dapat digunakan pada kadar kecil
(Estika, 2017).
Penentuan kualitatif analit KLT-Densitometri dilakukan dengan cara
membandingkan nilai Rf analit dan standar. Noda analit yang memiliki Rf sama denga
standar diidentifikasi kemurnian analit dengan cara membandingkan spektrum
densitometri analit dan standar. Penentuan kuantitatif analit dilakukan dengan cara
membandingkan luas area noda analit dengan luas area noda standar pada fase diam yang
diketahui konsentrasinya atau menghitung densitas noda analit dan membandingkannya
dengan densitas noda standart. Densitometri lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatif
analit-analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih
dahulu dengan KLT. Penetapan kadar dengan menggunakan kombinasi KLT dan
Densitometer (KLT Densitometri) cukup ekonomis karena menggunakan fase gerak yang
sedikit, waktu yang relative singkat dan dapat dilakukan penetapan kadar beberapa sampel
secara simultan. Apabila dibandingkan dengan KCKT maka metode KLT tidak ada
batasan fase gerak yang harus digunakan, sampel yang berupa suspensi atau keruh dapat
langsung ditetapkan kadarnya, lebih cepat dan ekonomis serta memungkinkan penetapan
kadar secara simultan (Estika, 2017).

2.7 Penggunaan Eluen


2.7.1 N-Heksana
N-heksana merupakan jenis pelarut nonpolar sehingga n-heksana dapat
melarutkan senyawasenyawa bersifat nonpolar (Romadanu et al., 2014).
Pelarut n-heksana adalah pelarut non-polar yang bersifat stabil dan mudah
menguap, selektif melarutkan dan mengekstrak pewangi dalam jumlah besar.
Heksana, adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14.
Heksana merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya
dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya berkisar 50% dari berat rantai
isomer dan mendidih pada 60 – 70˚C. Seluruh isomer heksana dan sering
digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat inert karena non-polarnya.
Dalam industri, heksana digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk
kulit, dan pengatapan serta untuk pembersihan. nheksana juga dipakai sebagai
agen pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu dan percetakan (Utomo,
2016).
2.7.2 Etil asetat
Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa
semi polar pada dinding sel (Romadanu et al., 2014). Etil Asetat merupakan
senyawa organik berumus molekul CH3COOCH2CH3 adalah zat sintesis dari
ethanol dan asam asetat dengan katalis asam sulfat melalui proses esterifikasi.
Etil asetat atau juga sering disebut sebagai EtOAc mempunyai massa molar
88,12g/mol. Senyawa ini berwujud cairan tidak berwarna dan memiliki aroma
yang khas. Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang
digunakan sebagai pelarut tinta, perekat dan resin. Jika dibandingkan dengan
etanol, etil asetat memiliki koefisien distribusi yang lebih tinggi dibanding
etanol termasuk kelarutannya dalam gasoline. Selain dari penggunaannya
sebagai pelarut, etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan aditif untuk
meningkatkan bilangan oktan pada bensin serta dapat berguna sebagai bahan
baku kimia serba guna (Sari Liza Azura Nst et al., 2015)

2.7.3 Asam Formiat

Asam formiat atau asam metanoat dengan rumus molekul HCOOH


memiliki sifat tidak berwarna, larut dalam air, memiliki titik didih 100,8 oC
dan titik beku 8,3oC. Asam formiat atau asam format adalah asam karboksilat
yang paling sederhana. Asam format secara alami terdapat pada sengat lebah
dan semut sejenis semut Formica rufa, sehingga dikenal pula dengan sebutan
asam semut. Asam format merupakan senyawa antara yang penting dalam
banyak sintesis bahan kimia. Asam formiat merupakan suatu cairan yang
bewarna jernih yang tidak bewarna, bersifat mudah menguap (volatile) serta
berbau khas yaitu mempunyai bau asam dan juga menyebabkan kerusakan
pada kulit karena bersifat korosif. Dalam segala perbandingan asam formiat
dapat larut dan bercampur dengan air, alkohol dan eter. Pada industri asam
formiat ini mempunyai rumus kimia HCOOH atau CH2O2. Dari kegunaan
asam formiat, senyawa ini tergolong senyawa penting dalan proses
pembuatan senyawa lain atau produk lainnya (Ernawati, 2018).

2.8 Tinjauan tentang Kaspul


2.9 Uji Keseragaman Bobot
BAB III PROSEDUR KERJA

3.1 Bahan dan Alat

a) Bahan

- Serbuk Rimpang Kencur


- Etanol 96%
- Ca-b-osil
- Avicel
- Cangkang Kapsul
- Standart EPMS

b) Alat

- Labu Erlenmayer
- Beaker glass
- Sudip
- Al.foil
- Batang pengaduk
- Corong buchner
- Analytical balance
- Wadah selai
- Rotavapor
- Kertas saring & Pipet Panjang
- Loyang & Toples
- Benjana Maserasi
- Wadah kapsul berlabel
- Kertas Folio
- Klip penjepit kertas hitam kecil

3.2 Prosedur Kerja


A. Pembuatan Kapsul Ekstrak Rimpang Kencur
Dibuat Kapsul dari bahan ekstrak kencur dengan komposisi senyawa marker EPMS
sebanyak 15mg/kapsul. Bahan tambahan yang digunakan yaitu campuran Cab-o-sil dan
Avicel pada perbandingan 3:1

B. Evaluasi Keseragaman Bobot


Uji Keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan kapsul sekaligus dab ditimbang
lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari kapsul
tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot
isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, Tidak boleh melebihi dari yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak lebih dari 2 kapsul yang lebih dari yang ditetapkan pada
kolom B

.
3.3 BaganAlir

3.3.1 Prosedur Pembuatan Kapsul Ekstrak Kencur


(kaempferia galangal L.)

3.3.2 Prosedur Uji Keseragaman Bobot


DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, D. (2018). Prarancangan Pabrik Asam Formiat Dari Metil Format Dan Air Kapasitas 12.150
Ton/Tahun Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta 2018.
Estika, D. (2017). Validasi Metode Analisis.
Hamidah, R. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Ketumbar (Coriandrum Sativum L) Terhadap
Bakteri Bacillus Cereus Atcc 11778 Secara In Vitro. Prodi S1 Farmasi Stikes Karya Putra Bangsa.
Kemendikbud. (2018). Buku Informasi Melaksanakan Analisis Secara Kromatografi Konvensional
Mengikuti Prosedur.
Kemenkes Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi Ii (Ii).
Lichayati, S. N. (2013). Ringkasan Identifikasi Marker Ekstrak, Fraksi, Dan Produk Kapsul Artocarpus
Champeden Spreng Dengan Kckt.
Megantara, S., & Soleh. (2019). Karakteristik Morfologi Tanaman Kencur (Kaempferia Galanga L.)
Dan Aktivitas Farmakologi. 256–262.
Prabawati, C. A. (2015). Evaluasi Daya Penetrasi Etil P-Metoksisinamat Hasil Isolasi Dari Rimpang
Kencur (Kaempferia Galanga L.) Pada Sediaan Salep, Krim Dan Gel. Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah.
Romadanu, Rachmawati, S. H., & Lestari, S. D. (2014). Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga
Lotus (Nelumbo Nucifera). 3, 1–7.
Sari Liza Azura Nst, Reni Sutri, & Iriany. (2015). Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis,
Fermentasi Dan Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca L.). Jurnal Teknik Kimia Usu,
4(1)
Sudarwati, T. P. L., & Fernanda, M. A. H. F. (2019). Aplikasi Pemanfaatan Daun Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Biolarvasida Terhadap Larva Aedes Aegypti.
Utomo, S. (2016). Pengaruh Konsentrasi Pelarut (N-Heksana) Terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi
Minyak Biji Alpukat Untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Totoli, E., and Herida R. N. Salgado. 2014. Development of An Innovative, Ecological and Stability
Indicating Analytical Method for Semiquantitative Analysis of Ampicillin Sodium for Injection by
Thin Layer Chromatography (TLC).

Anda mungkin juga menyukai