Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TUGAS I
PRAKTIKUM 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia Galanga
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 1
FARMASI B
1. TANTI DWI R (201410410311241)
2. SAKINAH MUSAAD (201510410311138)
3. DIKNA EKA KOMSANIA (201510410311183)
4. FIRDHA JULIANTY SUKMA (201610410311004)

DOSEN PEMBIMBING:
1. SITI ROFIDA, S.SI., M.FARM., APT.
2. DRS. HERRA STUDIAWAN, M.SI.,APT.
3. AMALIYA DINA ANGGRAENI, M.FARM., APT.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kencur (Kaempferia galangal L.) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh
diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak
digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga
para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan. Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang ada
didalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus, 2009).
Komponen yang terkandung di dalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol
dan minyak atsiri. Tanaman ini termasuk kelas monocotyledonae, bangsa Zingiberales,
suku Zingiberaceae dan, marga Kaempferia (Winarto 2007).
Ekstrak adalah sedian kental yang di peroleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisa nabati atau simplisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI
Dirjen POM, 2000).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
1995).
Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari suatu
serbuk simplisia, sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Beberapa metode
yang banyak digunakan untuk ekstraksi bahan alam antara lain maserasi, perkolasi,
soxhlet, refluks, digesti, infusa dan dekok (Depkes RI,2006).

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka bertujuan untuk :
1. Mahasiswa mampu memahami cara pembutan ekstrak dari rimpang kencur
2. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi menggunakan metode maserasi, metode
maserasi kinetika dan metode maserasi ultrasonika

1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas maka manfaatnya diharapkan mampu memahami juga
memberikan informasi mengenai cara pembutan ekstrak dari rimpang kencur dengan
menggunkan metode maserasi, metode maserasi kinetika dan metode maserasi
ultrasonika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kencur (Kaemferia galanga L)


a. Klasifikasi

Klasifikasi tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) dalam dunia botani menurut
Rukmana (1994) sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaemferia galanga L

b. Nama Lain Kencur


Nama daerah : ceuko, tekur (Aceh), kawicer (Batak), cakue(Minang), cikur (Sunda),
sikor (Kalimantan), Cekuh (Bali), Cakuru(Makasar), Asauli (Ambon), Ukap (Irian).
Nama Asing : Humala(Benggala), Kamung (Burma), prao,shan nai (Cina), herbe a
kemfer (perancis) (Muhlisah, 1999).

c. Morfologi

Tanaman kencur berukuran kecil dengan bunga berwarna putih. Tumbuh


merapat dengan tanah dan tidak memiliki batang. Rimpang kencur bercabang-cabang
dan berdesak-desakan serta berwarna coklat. Daunnya berbentuk jorong, sedangkan
pangkal daun berbentuk jantung serta berujung lancip. Permukaan bagian atas daun
tidak berbulu, sedangkan bagian bawah berbulu. Adapun helaian 9 daun bagian
pinggir berwarna merah kecoklatan, sementara bagian tengah berwarna hijau. Daun
bila diremas memberikan aroma harum.
Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi
dengan tanah yang subur dan gembur serta sedikit terlindung. Kencur dapat
digunakan sebagai tanaman hias atau tumpang sari. Pengembangbiakan dapat
dilakukan dengan rimpang (Mursito, 2003).

d. Kandungan Kimia
Rimpang kencur juga mengandung pati (4,14%) ; mineral (13,7%); dan
minyak atsiri (0,02%) berupa sineol, asam metil kanil, dan penta dekaan, etil aster,
asam sinamik, borneol, kamfena, paraeumarin, asam anisik, alkaloid, saponin,
flavonoid, senyawa-senyawa polifenol dan gom (Agoes, 2010).
Selain itu kandungan kimia tanaman kencur adalah etil sinamat, etil p-
metoksisinamat, p-metoksistiren, karen, borneol,dan parafi n. Kandungan minyak
atsiri kencur adalah α-pinena, kampena, δ-3-carene, α-pelandrena, limonene, p-simena
$$ 4-isopropiltoluena, 7,8-epoksitrisiklo dodekana, 5-metiltrisiklo undek-2-en-4-one,
2-asam propenoat,3-(4-metoksifenil)-,etilester (Assaat, 2011).

e. Manfaat
Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional
(jamu),fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah,
sertabahan campuran saus rokok pada industrirokok kretek, bahkan dapat
dimanfaatkan sebagai bioinsektisida. Secara empirik kencur digunakan sebagai
penambah nafsu makan, ekspektoran, obat batuk, disentri,tonikum, infeksi bakteri,
masuk angin,sakit perut(Assaat, 2011).

2.2 Ekstrak
a. Pengertian
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Depkes RI, 1995).

b. Macam-macam Ekstrak
Pembagian ekstrak menurut konsistensinya :
1. Ekstrak kering (Ekxtracta sicca)
Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan
tidak mengandung pelarut lagi serta mempunyai konsistensi yang padat (kering).
Farmakope menghendaki agar ekstrak kering mudah digerus menjadi serbuk dan
pada umumnya higroskopis, maka harus disimpan dalam botol dengan tutup kapur
tohor (CaO). Ekstrak kering dibagi menjadi dua macam :
Ekstrak kering yang dibuat dengan etanol, karena bahan tidak larut
sepenuhnya dengan air, contoh :
 Extractum Calumba
 Extractum Chinae
 Extractum Colocyathidis (biji dibuang terlebih dahulu)
 Extractum Granati
 Extractum Rhei
 Extractum Strychni (hilangkan lemak pada biji dengan campuran eter-minyak
tanah)

Ekstrak kering yang dibuat dengan air, contoh:


 Extractum aloes
 Extractum Opii
 Extractum Ratanhie
 Extractum Dhamni frangulae (Van Duin, 1947)

2. Ekstrak kental (Ekstracta spissa)


Ekstrak kental adalah ekstrak dengan kadar air 20-25%,namun hanya pada
ekstrak Liquiritiae diizinkan kadar air mencapai 35%.). Ekstrak kental juga
mengalamai proses penguapan namun konsistensi tetap kental pada suhu kamar,
contoh :
 Extractum Belladone
 Extractum Hycoscyami (Van Duin,1947)

3. Ekstrak cair (Ekxtracta liquid)


Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-
masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif 1g simplisia yang
memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat
didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dituangkan, beningan yang
diperoleh memenuhi persyaratan farmakope (Depkes RI, 1995).

4. Ekstrak encer (Extractum tenue)


Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang (Voight, 1971).
2.3. Metode Ekstraksi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), ekstraksi adalah proses penarikan
kandungan kimia yang dapat larut dari suatu serbuk simplisia, sehingga terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut. Beberapa metode yang banyak digunakan untuk ekstraksi
bahan alam antara lain:

1. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan dengan
merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan
dilakukan dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari maserasi adalah
prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh juga
dapat menghabiskan sejumlah besar volume pelarut yang dapat berpotensi hilangnya
metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut
pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi secara maserasi dilakukan pada suhu kamar
(27oC), sehingga tidak menyebabkan degradasi metabolit yang tidak tahan panas
(Departemen Kesehatan RI, 2006).

2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa terlarut dari jaringan
selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya
dilakukan pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk ekstraksi
pendahuluan maupun dalam jumlah besar (Departemen Kesehatan RI, 2006).

3. Soxhlet
Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan
dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel. Dengan
demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam
pelarut organik. Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin udara
yang akan mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan terkumpul
kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet maka akan terjadi
sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan ekstrak yang baik
(Departemen Kesehatan RI, 2006).

4. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat
yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih.
Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak
dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam (Departemen Kesehatan RI,
2006).

5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu yang
lebih tinggi dari suhu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-50oC
(Departemen Kesehatan RI, 2006).

6. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih), suhu terukur (96- 98 oC) selama waktu
tertentu (15-20 menit) (Departemen Kesehatan RI, 2006).
7. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan suhu sampai titik didih
air, yaitu pada suhu 90-100oC selama 30 menit (Departemen Kesehatan RI, 2006).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
A. Bahan
1. Ekstrak rimpang kencur
2. Etanol 96%
3. Cab-o-sil
B. Alat

1. Wadah maserasi (botol kaca)


2. Labu erlenmeyer
3. Beaker glass
4. Batang pengaduk
5. Corong buchner
6. Kertas saring
7. Rotavapor
8. Sudip
9. Botol selai
10. Loyang
11. Mortir dan stamper

3.2 Prosedur Pembuatan ekstrak kering rimpang Kaempferia galanga


A. Metode Maserasi
1. Ditimbang 400g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi.
2. Ditambahkan 1000ml etanol 96%, aduk sampai serbuk terbasahi.
3. Hasil nomor 2 ditambahkan 600ml etanol 96%, aduk sampai homogen, tutup
bagian mulut bejana dengan alumunium, dan diamkan selama 24jam.
4. Hasil maserasi nomor 2 disaring. Tamping filtrat dan lakukan kembali maserasi
dengan 1200ml etanol 96% pada residu selama 24jam.
5. Disaring hasil maserasi nomor 3. Tamping filtrat dan lakukan kembali maserasi
dengan 1200ml etanol pada residu selama 24jam.
6. Disaring kembali maserasi nomor 4. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu.
7. Kalibrasi labu pada rotavapor (berisi ektrak), berikan tanda pada volume 400mL.
8. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemkatan dengan rotavapor yaitu penguapan
dengan penurunan tekanan hingga volume terisisa ± 400ml (tanda kalibrasi) dan
pindahkan hasilnya kedalam Loyang. Ratakan ekstrak pada loyang.
9. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari esktrak (20g) dengan ditaburkan sedikit
demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering).
10. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai)
11. Berikan label identitas pada wadah.
B. Metode Maserasi Kinetika
1. Ditimbang 400g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi.
2. Ditambahkan 1000ml etanol 96%, aduk sampai serbuk terbasahi.
3. Hasil nomor 2 ditambahkan 600ml etanol 96%, aduk sampai homogen, tutup
bagian mulut bejana dengan alumunium, lakukan pengadukan pada kecepatan
tertentu (semua serbuk simplisia teraduk) selama 2jam. (catat kecepatan yang
digunakan).
4. Hasil maserasi nomor 2 disaring. Tamping filtrat dan lakukan kembali maserasi
kinetika dengan 1200ml etanol 96% pada residu selama 2 jam pada kecepatan
yang sama (perlakuan).
5. Disaring hasil maserasi nomor 3. Tamping filtrat dan lakukan kembali maserasi
kinetika dengan 1200ml etanol pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang
sama (perlakuan nomor 3).
6. Disaring kembali maserasi nomor 4. Kumpulkan semua filtrate menjadi satu.
7. Kalibrasi labu rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400mL.
8. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemkatan dengan rotavapor yaitu penguapan
dengan penurunan tekanan hingga volume terisisa ± 400ml (tanda kalibrasi) dan
pindahkan hasilnya kedalam Loyang. Ratakan ekstrak pada loyang.
9. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari esktrak (20g) dengan ditaburkan sedikit
demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering).
10. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai)
11. Berikan label identitas pada wadah.
C. Metode Maserasi Ultrasonika
1. Ditimbang 50g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi
(Erlenmeyer 250ml).
2. Ulangi perlakuan nomor 1 sebanyak 7kali.
3. Ditambahkan 200ml etanol 96% pada masing-masing bejana maserasi (8
erlenmeyer), aduk sampai serbuk terbasahi.
4. Hasil nomor 3 tutup bagian mulut bejana dengan alumunium, masukkan dalam
bejana ultrasonik, dan getarkan selama 15menit.
5. Hasil maserasi pada nomor 4 disaring (8 erlenmeyer). Tampung filtrat dan
lakukan kembali maserasi dengan getaran ultrasonik dengan 200ml etanol 96%
pada masing-masing residu (8 erlenmeyer) selama 15menit. (Perlakuan nomor 4).
6. Hasil maserasi pada nomor 5 disaring. Tamping filtrat dan lakukan kembali
maserasi dengan getaran ultrasonik dengan 200ml etanol 96% pada masing-
masing residu (8 erlenmeyer) selama 15 menit (perlakuan nomor 4).
7. Disaring kembali maserasi nomor 6. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu.
8. Kalibrasi labu rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400mL.
9. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu penguapan
dengan penurunan tekanan hingga volume tersisa ± 400mL (tanda kalibrasi) dan
pindahkan hasilnya kedalam Loyang. Ratakan ekstrak pada Loyang.
10. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (20g) dengan ditaburkan sedikit
demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering).
11. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai).
12. Berikan label identitas pada wadah

3.3 Bagan Alir


A. Metode Maserasi

Ditimbang 400 g serbuk rimpang kencur, dimasukan dalam bejana maserasi

Ditambahkan 1000 ml etanol 96% aduk hingga seluruh serbuk


terbasahi

Residu ditambahkan 600 ml etanol 96%, dan di diamkan selama 24 jam

Hasil maserasi di saring, tampung filtrat, dan dilakukan kembali maserasi dengan 1200 ml etanol
96% selama 24 jam

Disaring hasil maserasi, tampung filtrat, dan dialkukan kembali maserasi dengan 1200 ml
etanol 96% selama 24 jam

Disaring kembali maserasi no. 4. Kumpulkan semua filtrat menjadi


satu

Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400
ml

Filtrat dipekatkan dengan rotavapor hingga volume tersisa 400 ml (tanda kaliberasi). Kemudian
hasilnya dipindahkan kedalam loyang dan diratakan

Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20 g dengan ditaburkan sedikit demi sedikit
secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering)

Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai)

Berikan label identitas pada


wadah
B. Metode Maserasi Kinetika

Ditimbang 400 g serbuk rimpang kencur, dimasukan dalam bejana maserasi

Ditambahkan 1000 ml etanol 96% aduk hingga seluruh serbuk terbasahi

Residu ditambahkan 600 ml etanol 96%, tutup mulut bejana dan lakukan) selama
2 jam

Hasil maserasi disaring. Tampung filtrat dan dilakukan kembali maserasi dengan 1200 ml
etanol 96% pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang sama

Hasil maserasi disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi dengan 1200 ml
etanol 96% pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang sama

Disaring kembali dan dikumpulkan semua filtrat menjadi satu

Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml

Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan rotavapor hingga volume tersisa 400 ml
(tanda kaliberasi). Kemudian hasilnya dipindahkan kedalam loyang dan diratakan

Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20 g dengan ditaburkan sedikit


demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering)

Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai)

Berikan label identitas pada wadah


C. Metode Maserasi Ultrasonika

Ditimbang 50 g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi (erlenmeyer


250 ml)

Ulangi perlakuan no. 1 sebanyak 7 kali.

Ditambahkan 200 ml etanol 96% pada masing-masing bejana maserasi (8 erlenmeyer), aduk
sampai serbuk terbasahi

Tutup bagian mulut bejana dengan alumunium, masukkan dalam bejana ultrasonik, dan
digetarkan selama 15 menit

Hasil maserasi disaring (8 erlenmeyer). Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
dengan getaran ultrasonik dengan 200 ml etanol 96% pada masing-masing residu selama 15
menit

Hasil maserasi disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi dengan getaran
ultrasonik dengan 200 ml etanol 96% pada masing-masing residu selama 15 menit

Disaring kembali dan dikumpulkan semua filtrat menjadi satu

Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400
ml

Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan rotavapor hingga volume tersisa 400
ml (tanda kaliberasi). Kemudian hasilnya dipindahkan kedalam loyang dan
diratakan

Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20 g dengan ditaburkan


sedikit demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam
(sampai kering)

Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol


selai)

Berikan label identitas pada


wadah
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.

Assaat, L.D .2011. Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga
Linn) sebagai Pelangsing Aromaterapi in Vivo. Tesis. Pascasarjana IPB Bogor.

Barus, R. 2009. Amidasi p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga,
L) [Tesis]. Sumatera Utara: Program Pascasarjana USU.

Departemen Kesehantan RI. 1995. Farmokepe Indonesia Edisi IV. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Vol.2.
Jakarta: Depkes RI.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3-5, 10-11.

Muhlisah, F. I999. Temu-temuan dan Empon- empon Budidaya dan Manfaatnya Cetakan 1,
Yogyakarta: Kanikus

Mursito. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta : Swadaya.

Rukmana, R. 1994. Kencur.Yogyakarta: Kanikus

Van Duin, C.F., 1947, Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori, Penerjemah K.
Satiadarma Apt., Pecenongan, Jakarta.

Voight, R.. 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Winarto, W. P., 2007, Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152-153, Jakarta,
Karyasari Herba Media.

Anda mungkin juga menyukai