Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 4
PEMBUATAN KAPSUL EKSTRAK KENCUR DAN
KESERAGAMAN BOBOT KAPSUL
(Kaempferia galanga)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 7

KELAS: D

ANANDA NOVIA RIZKY UJP (201610410311151)

DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh
sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan penggunaan obat
tradisional adalah antara lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya
murah. Delapan puluh persen penduduk Indonesia hidup di pedesaan, di antaranya
sukar dijangkau oleh obat modern dan tenaga medis karena masalah distribusi,
komunikasi dan transportasi disamping itu daya beli yang relatif rendah
menyebabkan masyarakat pedesaan kurang mampu mengeluarkan biaya untuk
pengobatan modern, sehingga masyarakat cenderung memilih pengobatan secara
tradisional (TULAINY, 2016).
Salah satu tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat tradisional yang sering
digunakan oleh masyarakat adalah Kencur (Kaempferia galanga L.). Kencur
merupakan tanaman tropis yang cocok untuk dibudidayakan diberbagai daerah di
Indonesia. Rimpang tanaman kencur dapat digunakan sebagai ramuan obat
tradisional yang berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit misalnya masuk
angin, radang lambung, batuk, nyeri perut, panas dalam dan lain-lain. Selain itu,
kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu masakan, sehingga kencur
banyak dibudidayakan sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah
yang besar. Rimpang kencur juga digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka,
industri kosmetika, pembuatan minuman, rempah, serta bahan campuran saus, dan
industri rokok kretek (TULAINY, 2016).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rati Anisah dkk, Kencur diketahui
memiliki kandungan kimia seperti saponin, flavonoid, dan polifenol (Annisah,
Batubara, Roslina, & Yenita, 2018). Selain itu kencur memiliki komponen utama
berupa Etil p-metoksi sinamat (EPMS). EPMS meruakan salah satu senyawa hasil
isolasi rimpang kencur (Kaempferia Galanga L) yang merupakan bahan dasar
senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari (Hudha, 2013).

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain sesuai. Kapsul keras biasanya terbuat
dari gelatin yang terdiri dari cangkang kapsul bagian badan dan bagian tutup
kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini akan saling menutupi bila dipertemukan
dan bagian tutupnya akan menyelubungi bagian badan kapsul.

Sediaan-sediaan yang beredar di pasaran tidak diketahui berapa kadar


senyawa aktif yang terkandung di dalamnya karena suatu sediaan tidak hanya
mengandung zat aktifnya saja tetapi juga mengandung bahan tambahan lainnya
yang berfungsi untuk menjaga kestabilan dari sediaan tersebut agar dapat
memberikan efek farmakologi yang baik. Khususnya dalam sediaan kapsul
penyebaran dosis per kapsulnya tidak selamanya seragam sehingga perlu
dilakukannya pengujian untuk mengetahui berapa besar kadar suatu senyawa
dalam sediaan tersebut.

1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka, tujuan dari praktikum ini adalah
mahasiswa mampu melakukan pembuatan kapsul ekstrak kencur dengan jumlah
senyawa marker yang ditentukan dalam kapsul.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kencur (Kaempferia galanga)


2.1.1 Taksonomi Kencur (Kaempferia galanga)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia L.
Jenis : Kaempferia galanga L.
(USDA, 2010)

Gambar 2.1
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) (Preetha, 2016)

2.1.2 Morfologi Tanaman Kaempferia galanga L.


Kencur merupakan terna tahunan, berbatang basal tidak begitu tinggi, lebih
kurang 20 cm dan tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal, berwarna hijau
dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang. Bentuk daun jorong lebar
sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai
berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu,
sedangkan bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek, berukuran 3-10
cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih.
Jumlah daun tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan
(Damayanti, 2008).
Bunga tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari
panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih
keunguan. Bunga tersusun setengah duduk, mahkota bunga berjumlah 4-12
buah dengan warna putih lebih dominan. Tanaman kencur berbeda dengan
famili Zingiberaceae lainnya, yaitu daunnya merapat ke permukaan tanah,
batangnya pendek, akar serabut berwarna coklat kekuningan, rimpang pendek
berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul, bagian luarnya atau kulit
rimpangnya berwarna coklat mengkilat, memiliki aroma yang spesifik, bagian
dalamnya berwarna putih dengan daging lunak, dan tidak berserat (Damayanti,
2008).

2.1.3 Kandungan Kimia Kaempferia galanga L.


Rimpang kencur paling banyak mengandung alkaloid dan minyak atsiri,
yang terdiri atas sineol, asam sinamat, etil ester, kamphene, paraeumarin dan
asam anisat (Gendrowati, 2013).
Tabel 2.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Rimpang Kencur
Uji Fitokimia Hasil
Alkaloid ++++
Minyak Atsiri +++
Saponin +++
Tanin ++++
Flavonoid ++++
Fenolik +++
Steroid/Triterpenoid -
Glikosida ++++
(Gholib, 2007)
Flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi
yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap jamur
(Agrawal, 2011).
Senyawa alkaloid sebagai antibakteri mampu menghambat sintesis dinding
sel bakteri, jika dinding sel bakteri tidak terbentuk dengan sempurna maka sel
bakteri akan lisis dan hancur. Ekstrak etanol rimpang kencur juga
mengandung saponin dan steroid.
Saponin juga merupakan senyawa aktif yang mempunyai aktivitas
antifungi. Mekanisme kerja saponin sebagai antijamur adalah menurunkan
tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau
kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Hal ini
menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian
sel (Nuria dkk, 2009).
Senyawa steroid dapat mengakibatkan kebocoran pada lisosom bakteri.
Interaksi steroid dan membran fosfolipid bakteri akan menyebabkan
menurunnya integritas membrane dan terjadi perubahan morfologi membran
bakteri (Hayati et al., 2017).
Rimpang kering dari Kaempferia galanga L. mengandung 2,5 sampai 4%
minyak esensial yang banyak digunakan dalam penyedap makanan,
wewangian, dan obat-obatan. Penelitian barubaru ini menunjukkan potensi
antijamur, antibakteri, antibiofilm, antioksidan dan aktivitas antitumor dari
minyak esensial yaitu minyak atsiri yang diisolasi dari rimpang Kaempferia
galanga L (Kumar, 2014).
Ethyl cinnamate dan ethyl-p-methoxycinnamate dan merupakan golongan
ester yang memiliki peran sebagai nematisida, antikanker, antituberkulosis,
anti-inflamasi, antifungal and larvisida (Kumar, 2014).

Gambar 2.2
Gambar Rantai Kimia Ethyl Cinnamate (Kumar, 2014)

Gambar 2.3
Gambar Rantai Kimia Ethyl-p-methoxycinnamate (Kumar, 2014)
2.1.5 Manfaat Kaempferia galanga L.
Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan
minuman, rempah, serta bahan campuran saus, rokok pada industri rokok
kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan,
infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit
perut (Pujiharti, 2012).
Kencur juga juga memiliki bermacam-macam kegunaan lain, diantaranya
sebagai antibakteri, antifungi, analgesik, anti-inflamasi, antioksidan, antivirus,
antihipertensi, antikarsinogenik, antinosiseptif, antituberkulosis dan larvasida.
Minyak atsiri rimpang kencur juga digunakan sebagai bahan parfum, obat-
obatan, dan untuk aromaterapi inhalan dan pijat untuk mengurangi kecemasan,
stres, dan depresi (Kumar, 2014).

2.2 Kapsul
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk kesediaan padat, dimana satu bahan
macam obat atau lebih dan atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam
cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Tergantung
pada formulasinya, kapsul dari gelatin bisa merupakan kapsul lunak dan bisa
merupakan kapsul keras. Kebanyakan kapsul-kapsul yang sudah diedarkan dipasaran
adalah kapsul yang semuanya dapat ditelan oleh pasien, untuk keuntungan dalam
pengobatan.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi
dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran
cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran nomor 00 dalah ukuran terbesar yang
diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk
memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan kapasitas isi lebih besar
tanpa peningkatan diameter. Kapsul gelatin keras terdiri atas dua bagian, bagian tutup
dan induk. Umumnya, ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk, untuk
memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya
diletakkan sepenuhnya, yang mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi,
selama transportasi dan penanganan (Farmakope Indonesia Edisi V, 2014).
Proses pengolahan kapsul dimulai dari penimbangan bahan baku yang diluluskan
oleh bagian Quality assurance. Ada dua metode pengolahan kapsul, yaitu
pencampuran langsung serbuk menggunakan mixer atau melalui proses granulasi
basah. Pada metode granulasi basah, dilakukan proses granulasi seperti pada
pembuatan tablet, kemudian granul yang dihasilkan dicampur dengan bahan lainnya.
Setelah itu dilakukan proses pengisian dengan menggunakan Filling Capsule
Machine. Setelah proses pengisian, tahap selanjutnya adalah polishing kapsul yang
berguna untuk menghilangkan serbuk yang lengket pada permukaan cangkang kapsul
sehingga kapsul tampak lebih bersih dan mengkilap.

2.3 Keseragaman Bobot


Tetapkan kadar 10 kapsul, satu per satu sebagaimana dicantumkan dalam
monografi masing-masing bahan. Persyaratan untuk keseragaman dosis terletak antara
85 sampai 115% dari yang disyaratakan dalam monografi atau yang ditentukan dalam
label. Bila suatu atau lebih unit dosis berada diluar batas tersebut, maka unit tambahan
harus ditetapkan kadarnya dan selanjutnya diperoleh persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam USP.
KAPSUL KERAS – Timbang satu per satu secara seksama 10 buah kapsul. Isi
dari tiap kapsul dikeluarkan dengan cara yang sesuai, isi dari kapsul disatukan.
Timbang secara seksama kapsul kosong satu per satu dan hitung untuk tiap kapsul
berat bersih dari isinya dengan cara mengurangkan berat cangkang kapsul dari
masing-masing berat kotor. Dari hasil penentuan kadar didapat sebagaimana
diperintahkan dalam monografi masing-masing, hitung kandungan zat aktif merata.
KAPSUL LUNAK – Timbang dengan seksama 10 kapsul yang dimaksud satu per
satu untuk mendapatkan berta kotornya. Kemudian kapsul dibuka dengan cara
menggunakan alat pemotong yang kering seperti gunting atau pisau terbuka yang
tajam dan mengeluarkan isinya dengan pencucian menggunakan pelarut yang tepat.
Biarkan pelarut menguap dari cangkang pada temperatur kamar setelah jangka waktu
sekitar 30 menit, lakukan tindakan pencegahan untuk menjaga jangan sampai
kehilangan uap air. Timbang masing-masing cangkang dan hitung isi netto. Dari hasil
penentuan kadar yang diperoleh sebagaimana diperintahkan dalam masing-masig
monografi, hitung kandungan zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan distribusi
zat aktif merata.
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan
ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang
kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap
isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul,tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2
kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.
Tabel 2. 2 Penyimpangan % Keseragaman Bobot

Bobot rata- rata A B

120 mg 10 % 20 %

120 mg atau lebih 7,5 % 15

(PP BPOM No. 29 Tahun 2019)

2.4 Bahan Tambahan


2.4.1 Cab – O sil
Sinonim : Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed
silica; fumed silicon dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS; silica colloidalis
anhydrica; silica sol; silicic anhydride; silicon dioxide colloidal; silicon dioxide
fumed; synthetic amorphous silica.
Pemerian : Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica submicroscopic dengan
ukuran partikel 15 nm. Cab-O-Sil berwarna putih kebiru-biruan, terang, tidak berbau,
tidak berasa, serbuk amorf tidak berpasir.
Rumus Kimia : SiO2 (BM = 60.08)
Fungsi : Adsorbent; anticaking agent; emulsion stabilizer; glidant; suspending
agent; tablet disintegrant; thermal stabilizer; viscosity-increasing agent.
Cab-O-Sil digunakan secara luas dalam farmasi, kosmetik dan produk
makanan. Cab-O-Sil memiliki ukuran partikel kecil dan luas area permukaan
spesifiknya besar sehingga memberikan karakter aliran yang diinginkan yang
dieskplorasi untuk memperbaiki aliran serbuk kering pada proses pembuatan tablet.
Penggunaan Cab-O-Sil sebagai :
 Aerosol = 0,5 – 2,0 %
 Emulsion = 1,0 – 5,0 %
 Glidant = 0,1 – 1,0 %
 Suspending dan thickening agent = 2,0 – 10,0 %
 pH : 3,5-4,0 (4 % w/v aqueous dispersion)
 Distribusi partikel : 7-16 nm
 Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan larutan
asam, kecuali hydrofluoric acid. Larut dalam larutan alkali hidroksida panas.
Membentuk dispersi koloidal dalam air.
Cab-O-Sil higroskopis tetapi mengadsorbsi sejumlah besar air tanpa mencair.
Ketika digunakan dalam sistem aqueous pada pH 0-7.5, Cab-O-Sil dapat
meningkatkan viskositas dari sistem. Tapi pada pH lebih dari 7.5 peningkatan
viskositas Cab-O-Sil akan berkurang dan pada pH lebih dari 10.7 kemampuan Cab-O-
Sil menghilang karena Cab-O-Sil terlarut membentuk silikat (Rowe et al., 2009).

2.4.1 Avicel
Sinonim : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum
microcristallinum; Celphere; Ceolus KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel;
Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel; Tabulose; Vivapur.
Rumus Kimia : (C6H10O5)
Fungsi : Adsorbent; suspending agent; capsule diluent; tablet disintegrant.
Avicel digunakan secara luas dalam farmasi, umumnya sebagai binder/diluent
pada tablet oral dan formula kapsul dimana ini digunakan baik dalam granulasi basah
dan proses kempa langsung. Pada penambahannya sebagai binder/diluent, avicel juga
memiliki fungsi sebagai lubrikan dan disintegran yang berguna dalam tabletasi.
 pH : 5,0-7,5
 Densitas : 1,512-1,668 g/cm3
 Titik lebur : 260-270oC
 Distribusi partikel : 20-200 μm
 Kelarutan : mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut
dalam air, asam terlarut, dan sebagian besar pelarut organik.
 Kompatibilitas : avicel inkompatibel dengan agen oksidator kuat.
(Rowe et al., 2009).
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1. Kerangka operasional


3.1.1 Pembuatan kapsul
Ekstrak kencur ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam mortir, digerus ad
halus

timbang avicel, lalu dimasukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit,


digerus ad homogen

timbang cab-o-sil, lalu dimasukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit,


digerus ad homogen

Setelah tercampur homogen, lalu ditimbang campuran kemudian dibagi 2


sama banyak, tiap bagian dibagi menjadi 10 bagian secara visual

Dimasukkan ke dalam kapsul/ cangkang kapsul satu per satu

Kemudian tutup cangkang dan bersihkan cangkang kapsul


Gambar 3. 1. Mekanisme pembuatan kapsul

3.1.2 Keseragaman Bobot

Dibuka kapsul yang telah berisi campuran ekstrak kencur + cab-o-sil +


avicel, satu per satu ( sebanyak 20 kapsul )

Campuran ditimbang satu per satu , dicatat bobotnya

Kemudian dimasukkan campuran (yang ditimbang tadi) ke dalam cangkang,


lalu diberikan

Kapsul dimasukkan ke dalam botol obat, diberi etiket dan label

Gambar 3. 2. Mekanisme Keseragaman Bobot Kapsul


3.2. Prosedur Operasional
3.2.1 Pembuatan Kapsul
1. Ditimbang ekstrak kencur yang diinginkan, kemudian dimasukkan
kedalam mortar dan digerus sampai halus
2. Ditimbang avicel, dan Cab-O-Sil sesuai perhitungan
3. Diaduk avicel dan Cab-O-Sil dalam mortir ad homogen. Dimasukkan
ekstrak dan aduk ad homogen.
4. Campuran dibagi 2 bagian secara visual sama banyak. Masing-masing
campuran dibagi menjadi 10 bagian.
5. Masing-masing bagian dimasukan kedalam cangkang kapsul satu persatu
6. Ditutup cangkakng kapsul lalu dibersihkan kapsul

3.2.2 Keseragaman Bobot


1. Dibuka sebanyak 20 kapsul yang telah berisi campuran ekstrak kencur
dengan cab-o-sil dan avicel, satu per satu.
2. Campuran ditimbang satu per satu kemudian dicatat bobotnya yang
diperoleh
3. Dimasukkan campuran yang telah ditimbang tadi ke dalam cangkang, lalu
dihitung keseragaman bobot berdasarkan literature yaitu :
Tabel 3.1 % Penyimpangan Keseragaman Bobot

Bobot rata- rata A B

120 mg 10 % 20 %

120 mg atau lebih 7,5 % 15

4. Kapsul dimasukan kedalam botol dan diberi etikat serta label


BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

4.1. Hasil Perhitungan


BAB V

PEMBAHASAN
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar
[USDA] United State Departement of Agriculture. 2010. USDA National Nutrient
Database forStandart Reference.
Preetha, T. S., Hemanthakumar, A. S. & Krishnan, P. N., 2016. A Comprehensive
Review of Kaemferia galang L. (Zingiberaceae) : A High Sought Medical
Plant in Tropical Asia.
Damayanti R. (2008). Uji efek sediaan serbuk instan rimpang temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) sebagai tonikum terhadap mencit jantan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Agrawal, A. 2011, Pharmacological Activities of Flavonoids: A Review, International
Journal of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology.
Nuria, Cut., 2009, Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha
curcas L.) terhadap bakteri staphylococcus aureus , Escherechia coli dan
Salmonela typhi , Jurnal uji antibakteri.
Aggarwal J, Kumar M, 2014, Prevalence of Microalbuminuria among Rural North
Indian Population with Diabetes Mellitus and its Correlation with
Glycosylated
Haemoglobin and Smoking, in Journal of Clinical and Diagnostic Research.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan

Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2009. Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba

dan Kimia dalam Makanan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia.

Wulandari, Lstyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT Taman Kampus

Presindo.
Anonim, 2007, USP 32: United States Pharmacopeia Convention, United States

Pharmacopeia and the National Formulary (USP 32 - NF 27), The United

States Pharmacopeial Convention, Rockville (MD).

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Gendrowati, F., 2014, TOGA: Tanaman Obat Keluarga, Padi, Jakarta.

Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai