Etil-p-metoksisinamat
a. Morfologi Kencur
Kencur memiliki bentuk batang basal yang memiliki ukuran kurang lebih
20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur memiliki daun berwarna
hijau berbentuktunggal yang pinggir daunnya berwatna merah kecoklatan. Bentuk
dari daun kencur menjorong ada yang menjorong lebar dan ada juga yang
berbentuk bundar, untuk ukurannya daun kencurmemiliki Panjang 7-15 cm, lebar
2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan tepi daun rata.
Permukaan bagian atas tidak berbulu tetapi bagian bawah terdapat bulu halus.
Kemudian tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar antara 3-10 cm
yang terbenam didalam tanah, mempunyai Panjang berkisar 2-4 cm yang memiliki
warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari2-3 lembar dengan susunan
yang saling berhadapan. (Haryudin 2016 dalam Soleh 2019).
Rimpang kencur memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang
tumpul dengan warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kencur memiliki
warna coklat yang memngkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang
kencur. Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur
seperti daging yang tidak berserat. (Ibrahim 1999 dalam Soleh 2019).
b. Khasiat Kencur
Kencur telah dimanfaatkan cukup banyak sebagai tonikum yaitu sebagai
obat bengkak-bengkak, reumatik, obat batuk, obat sakit perut, manghilangkan
keringat, penambah nafsu makan, infeksi bakteri, ekspektoran (memperlancar
keluarnya dahak), disentri, karminatif, menghangatkan badan, pelangsing,
penyegar, mengobati luka dan bengkak perut, encok, obat batuk, dan sakit perut
(Anonim, 2000).
Di Indonesia, penggunaan kencur digunakan masyarakat sebagai bumbu
makanan, penghilang rasa lelah dan obat batuk. Di India, kencur digunakan
sebagai obat tradisional untuk mengatasi onflamasi, obesita, dan diabetes melitus
(achuan, 1997).
1.6. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau
bahan lain yang cocok (Depkes RI, 1995). Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan
serbuk atau granul. Pada formulasi masa kapsul, bila dosis obat atau jumlah obat yang akan
dimasukkan tidak memenuhi untuk mengisi volume kapsul, maka diperlukan penambahan
bahan pengisi yang cocok dalam jumlah yang tepat. Bila jumlah obat yang akan diberikan
dalam satu kapsul cukup besar untuk mengisi penuh kapsul, bahan pengisi tidak dibutuhkan.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk,butiran atau granul, butiran gula
inert dapat dilapisi dengan komposisi bahan aktif dan penyalut yang dapat memberikan profil
lepas lambat (Depkes RI, 1995). Penyimpanan sediaan kapsul yaitu disimpan dalam wadah
tertutup rapat, tidak tembus cahaya, dan pada suhu kamar terkendali (Depkes RI, 1995).
Evaluasi sediaan kapsul meliputi evaluasi terhadap sediaan jadi (Depkes RI, 1995).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. Preparasi Sampel
Masukkan masing masing kapsul dalam 3labu alas bulat yang berbeda
Totolkan larutan standar pada plat KLT masing-masing sebanyak 2µL, dan
sampel sebanyak 2µL dengan replikasi sebanyak 3 kali
MEngeluasi plat KLT dengan eluen n-Heksan : Etil asetat (9:1) sebanyak 40 ml
BAB linear
Data yang diperolah dibuat persamaan regresi IV antara konsentrasi dengan area noda
Hitung harga koefisien regresinya, sehingga kadar EPMS dapat diketahui dalam
sediaan kapsul
Kelompok 2
Sampel Replikasi 1 0,310 gram
Sampel Replikasi 2 0,302 gram
Sampel Replikasi 3 0,311 gram
Konsentrasi Luas
Larutan
(ppm) Area
Konsentrasi Luas
Larutan
(ppm) Area
y = bx + a
a : 7428.2
b : 39.896
r = 0.992270125
y = 39.896x + 7428.2
Konsentrasi EPMS dalam sediaan kapsul (ppm)
1. Sampel 1
Luas area : 21146,7
y = 39.896x + 7428.2
21146,7 = 39.896x + 7428.2
x = 343.857 ppm
2. Sampel 2
Luas area : 20764.4
y = 39.896x + 7428.2
20764.4 = 39.896x + 7428.2
x = 334.274 ppm
3. Sampel 3
Luas area : 20273.2
y = 39.896x + 7428.2
20273.2 = 39.896x + 7428.2
x = 321.962 ppm
10000 𝑚𝑐𝐿
×6.8771 x10-4 mg = 3.4386 mg
2 𝑚𝑐𝐿
2. Sampel 2
2 𝑚𝑐𝐿
×334.2741 𝑚𝑔 = 6.6855 x10-4 mg
1000000 𝑚𝑐𝐿
10000 𝑚𝑐𝐿
×6.6855 x10-4 mg = 3.3427 mg
2 𝑚𝑐𝐿
3. Sampel 3
2 𝑚𝑐𝐿
×321.9621 𝑚𝑔 = 6.4392 x10-4 mg
1000000 𝑚𝑐𝐿
10000 𝑚𝑐𝐿
×6.4392 x10-4 mg = 3.2196 mg
2 𝑚𝑐𝐿
Dalam 10 ml larutan sampel mengandung 3.2196 mg EPMS
Dalam 10 ml larutan sampel mengandung 0,311 gram isi kapsul
2. Sampel 2
3.3427 mg
× 100% = 1.1069 % b/b
302 𝑚𝑔
3. Sampel 3
3.2196 mg
× 100% = 1.0352 % b/b
311 𝑚𝑔
X̅ : 1.08378 %.
BAB V
Pembahasan dan Kesimpulan
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar EPMS dalam sediaan kapsul ekstrak rimpang
kencur (Kaempferia galanga). Penetapan kadar dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis
Tipis-Densitometri. Sampel kapsul yang didapat mula mula diekstraksi terlebih dahulu untuk
mendapatkan seluruh ekstrak kencur yang terdapat pada kapsul.
Pada praktikum ini mula mula dilakukan linearitas, linieritas ini didapatkan dari hasil analisis
baku kerja dan sampel dengan menggunakan KLT densitometri. Dari analisis tersebut didapatkan
data konsentrasi (ppm) dan luas area dari baku kerja dan sampel. Dari hasil tersebut didapatkan
regresi linier dengan persamaan y=bx + a. Pada praktikum ini kami menggunakan 5 baku kerja
pada konsentrasi 200.2; 299.16; 400.18; 499.18;599.11 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,9922 dengan persamaan linier y = 39.896x + 7428.2.
Penentuan kadar EPMS dalam larutan sampel dilakukan dengan mensubstitusikan luas area
sampel yang didapat pada persamaan linier yang telah didapat. Konsentrasi x (ppm) pada sampel
1 = 343.857 ppm; pada sampel 2 = 334.274 ppm; dan pada sampel 3 = 321.962 ppm. Dari data
tersebut didapatkan kadar EPMS dalam sediaan kapsul yaitu, pada sampel 1 didapatkan kadar
1.1092 % Pada sampel 2 didapatkan kadar 1.1069 %pada sampel 3 didapatkan kadar 1.0352
%.Didapatkan % rata-rata sebesar 1,0837 %.
Dari persentase kadar yang didapat, diketahui bahwa ketiga sampel yang didapat tidak
memenuhi kadar EPMS yang tertera pada label, kadar EPMS yang tertera pada label sebesar 5-10
%. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah ekstrak yang digunakan dalam formula,
metode dan pelarut yang digunakan pada saat ekstraksi rimpang kencur kurang optimal.
Kurangnya jumlah ekstrak yang digunakan dalam formula dapat diperkirakan menjadi salah
satu hal yang memengaruhi kurangnya kadar EPMS dalam kapsul, menurut praktikum
sebelumnya, telah diketahui bahwa rata rata kadar EPMS dalam ekstrak kencur dengan pelarut
etanol 96% sebesar 26.91% atau dalam 20 mg ekstrak rimpang kencur mengandung kurang lebih
5.382 mg EPMS. Kadar EPMS yang tertera pada label 5-10 % atau diinginkan jumlah EPMS
sebasar 15-30 mg dalam kapsul berisi 300 mg. Maka, diperlukan optimasi formula kapsul untuk
mendapat kadar EPMS dalam kapsul yang diinginkan. Bobot ekstrak kencur yang
direkomendasikan untuk memenuhi kadar EPMS dalam kapsul yang diinginkan sebesar 55.74-
111.48 mg.
Kesimpulan
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kadar EPMS pada 3 sampel kapsul ekstrak
kencur berturut-turut 1.1092 %; 1.1068%; dan 1.0352% tidak memenuhi kadar EPMS dalam
kapsul yang tertera pada label yaitu 5-10 %. Perlu adanya optimasi formula untuk memperbaiki
kadar senyawa EPMS yang terkandung dalam sediaan kapsul
Daftar Pustaka
Rohman, A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dash PR, Mou KM, Erina IN, Ripa FA, Masud KN, Ali MS. Study of anthelmintic and insecticidal
activities of different extracts of Kaempferia galanga. Int J Pharm Sci Res. 2017; 8(2):29-
33.
Gholib, D. 2011. Uji daya antifungi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaemfera galanga L.) terhadap
pertumbuhan jamur Trichophyton verrucosum secara in vitro. Seeminar Nasional
Teknologi dan Veteriner. Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor
Munda, Sunita & Saikia, Pompy & Lal, Dr. (2018). Chemical composition and biological activity
of essential oil of Kaempferia galanga: A review. Journal of Essential Oil Research. 30. 1-
6. 10.1080/10412905.2018.1486240.
Team Teaching. 2019. Buku Petunjuk Praktikum Fitofarmasi. Surabaya: Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.