OLEH :
Golongan V2
FAKULTAS PERTANIAN
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk
memperoleh tanaman yang mempunyai sifat dan produksi yang sama dengan induknya.
Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit di sekitar batang, lebar
sayatan tergantung dari jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dibentuk sedemikian rupa
sehingga lapisan formasi dapat dihilangkan (dengan cara di kikis). Setelah luka cukup kering
diberikan perawatan Rootone-F agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tanam yang
digunakan terdiri dari tanah dan kompos, serta dibungkus dengan sabut kelapa atau plastik.
Ketika batang di atas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang baik, batang dapat
segera dipotong dan ditanam di lapangan.
Tujuan pencangkokan adalah untuk mendapatkan anakan atau bibit untuk pembangunan
bank klon, kebun benih klon,dan kebun persilangan karena dengan teknik ini, bibit yang
dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga atau berbuah.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempraktekkan bagaimana cara mencangkok yang baik dan
memenuhi syarat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan tanaman secara tidak kawin atau aseksual merupakan dasar pembiakan
vegetatif suatu tanaman yang membatasi adanya variasi genetik pada hasilnya atau
turunannya. Bahan tanam yang digunakan dalam perbanyakan secara vegetatif meliputi
batang bawah, batang atas, dan mata tunas, setek batang, daun, akar/umbi, cabang muda, dan
planlet atau “bayi” tanaman pada perbanyakan secara kultur jaringan. Pada prinsipnya
teknologi cangkok yaitu dengan merangsang akar tumbuh dari cabang yang masih melekat
pada pohon. Pencangkokan yang berlangsung selama lima bulan dapat menghasilkan bibit
hidup dan berbunga yang lebih baik. Perbanyakan dengan cangkok tidak memerlukan batang
bawah karena perakaran keluar langsung dari cabang pohon induk yang dicangkok
(Limbongan dan Yasin, 2016).
Untuk mendapatkan tanaman yang berbuah lebih cepat daripada tanaman yang berasal
dari biji dan buah yang dihasilkan serupa buah dari tanaman induknya, perbanyakan vegetatif
melalui cangkok merupakan salah satu alternatif. Mencangkok merupakan salah satu teknik
perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan
dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Teknik ini sudah lama dikenal
oleh petani. Pada cara mencangkok akar tumbuh ketika cabang yang dicangkoknya masih
berada di pohon induk (Prameswari, 2014).
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
1. Batang atau cabang yang tidak begitu tua atau muda (umur sedang), kuat, sehat dan
subur.
2. Tanah, humus, pupuk kandang atau kompos.
3. Pembungkus dapat berupa plastik, sabut kelapa, dan lain-lain.
4. Tali rafia
1. Memilih batang atau cabang yang cukup dewasa tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda, berumur kurang lebih satu tahun, subur dan kuat pertumbuhannya. 2. Batang atau
cabang yang telah dipilih disayat atau dikupas kulitnya sekeliling batang, selebar 2-3 cm
tergantung jenis tanaman dan besarnya batang atau cabang. 3. Penyayatan dilakukan
sedemikian rupa, sehingga lapisan kambium hilang dan terlihat bagian kayu.
4. Hasil penyayatan dibiarkan 2 hari agar luka mengering dan kambium pada batang
kering. Dikeringkan 2-3 minggu pada tanaman yang bergetah.
5. Perlakuan selanjutnya disekeliling luka ditutupi dengan tanah humus dan dibalut
dengan sabut kelapa atau pembalit yang lainnya.
6. Menjaga kelembabannya dengan cara disiram dengan air, bisa dengan cara sistem
tetesan (infus).
7. Apabila akar telah keluar (kira-kira 2 bulan setelah dilakukan pengcangkokan), maka
cangkok siap dipotong.
8. Pemotongan dilakukan tepat dibawah pembalut dan dipotong dengan gergaji atau
dengan pisau yang tajam.
BAB IV
4.2 Pembahasan
Agustiansyah (2018) menyatakan cangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif yang
mudah, murah dan relatif efisien untuk menghasilkan bibit jambu biji unggul, karena dapat
menghasilkan bibit true-to-type dan dapat memangkas fase juvenil tanaman sehingga bibit
yang dihasilkan lebih cepat berproduksi. Langkah awal dalam mencangkok yang dilakukan di
UTD adalah memilih indukan jambu biji yang unggul dari tanaman induk yang produktif,
artinya selama hidupnya sudah berkali-kali menghasilkan buah yang lebat, pertumbuhan
tanaman bagus, kualitas tumbuh serta menghasilkan bunga dan penyerbukannya baik.Batang
pohon indukan yang akan dicangkok memiliki kriteria seperti batang yang agak tua dan
berkambium dengan diameter setidaknya 2 cm. Batang dikupas dengan luas sekitar 10 cm
persegi dan membiarkan beberapa saat agar batang mengering sehingga kambium pada
batang telah hilang akar tidak berubah menjadi kulit baru. Namun perlu diperhatikan dalam
proses mencangkok dalam satu pohon agar tidak berlebihan karena dapat mengganggu
pertumbuhan pohon induk.
Bagian ujung sayatan yang mengarah ke atas diberikan zat pengatur tumbuh (ZPT), hal
ini berguna untuk merangsang munculnya akar agar cepat muncul. Ramayulis (2013)
menyatakan hormon ZPT adalah senyawa organik yang bukan merupakan zat hara, dan dalam
jumlah sedikit berfungsi menghambat atau mengatur proses fisiologis di dalam tanaman.
Perawatan dilakukan dengan penyiraman teratur agar media cangkok tidak kering. Akar baru
yang muncul pada bekas sayatan biasanya muncul setelah berusia sekitar 1,5 – 2 bulan.
Dari hasil praktikum diketahui bahwa penggunaan media cangkok dengan pupuk kompos
yang didibalut dengan menggunakan plastik berwarna transparan memberikan hasil yang
baik, hal ini karena pada cangkokan ini diperlakukan baik dengan menyiram media
cangkokan tersebut setiap harinya serta pada prinsipnya
pupuk kaompos dapat menyimpan air cukup lama sehingga persediaan air untuk merangsang
pembentukan akar pada cangkokan akan terus terjaga. Pembalutan dengan plastik membuat
temperature cangkokan menjadi sesuai dan kelembapannya seimbang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Agustiansyah, A., Jamaludin, J., Yusnita, Y., & Hapsoro, D. (2018). NAA lebih efektif
dibanding IBA untuk pembentukan akar pada cangkok jambu bol (Syzygium
malaccense (L.) Merr & Perry). J. Hortikultura Indonesia. 9 (1): 1-9.
Agustiansyah, A., Jamaludin, J., Yusnita, Y., & Hapsoro, D. (2018). NAA lebih efektif
dibanding IBA untuk pembentukan akar pada cangkok jambu bol (Syzygium
malaccense(L.) Merr & Perry). J. Hortikultura Indonesia. 9 (1): 1-9.
Bambang, Farm BigBook - Budi Data Tanaman Buah Dalam Pot. Lily publisher, Yogyakarta,
2015
Harahap,S.(2018).PengaruhPemberianZatPengaturTumbuhTerhadapPertumbuhan
CangkokAnakanSalakSidimpuan(SalaccasumatranaBecc.).Grahatani,4(3). Limbongan, J., dan
Yasin, M. (2016). Teknologi Multiplikasi Vegetatif Tanaman Budi Daya. Bogor: Indonesian
Agency for Agricultural Research and Development (IAARD) Press.
Norlita, W., & KN, T. S. (2017). Pemanfaatan jambu biji bagi kesehatan pada masyarakat di
desa Sialang Kubang Kecamatan Perhentian Raja, Kampar. J. Sain dan Kesehatan. 7
(2):131-133.
Prameswari, Z. K., Trisnowati, S., & Waluyo, S. (2014). Pengaruh macam media dan zat
pengatur tumbuh terhadap keberhasilan cangkok sawo (Manilkara zapota (L.) van
Royen) pada musim penghujan. Vegetalika, 3(4), 107-118.