Dosen Pengampu :
Dita Atasa, SP., MP.
Disusun Oleh :
Kelompok 2 Golongan U2
Livia Marcella Devani 20024010109
Amanda Ayun Salsabila 20024010110
Ken Budi Sampurno 20024010111
Hilman Hasibur Rohman 20024010116
Adinda Dwi Ulfah Maharani 20024010117
Saffaana Shofa Zahrah 20024010118
Alief Ramadhani Novita C. P 20024010120
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Laporan
Resmi Praktikum Ilmu Usahatani ini yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Jambu
Merah Miracle Kurnia Farm” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang juga turut serta membantu dalam pembuatan laporan
praktikum ini dan berbagai sumber yang telah dipakai sebagai data dan fakta dalam laporan
resmi ini
Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan
dalam penyusunan laporan praktikum ini. Tidak semua hal yang dapat penulis deskripsikan
dengan sempurna dalam laporan resmi ini. Penulis telah melakukan semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang dimiliki. Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan
yang dimiliki.
Dengan demikian, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan dengan tujuan untuk menyempurnakan laporan resmi praktikum kali ini. Penulis akan
menerima segala kritik dan saran yang diberikan tersebut sebagai referensi yang dapat
memperbaiki laporan praktikum ini di masa mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................... 7
PENDAHULUAN................................................................................................................ 7
BAB II.................................................................................................................................. 9
2.6 Analisis Kelayakan Usahatani (BEP Produksi, BEP Penerimaan, BEP Harga,
RC Ratio) ....................................................................................................................... 16
BAB IV .............................................................................................................................. 20
iii
4.1.1 Klasifikasi Usahatani ................................................................................... 20
4.3.4 Pendapatan................................................................................................... 28
BAB V ................................................................................................................................ 30
PENUTUP ......................................................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 30
5.2 Saran.................................................................................................................... 30
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 32
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
7
lahan dan alam sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang baik. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
menentukan, mengorganisasikan, dan mengkondisikan penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan
pendapatan yang maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk memberikan informasi mengenai klasifikasi usahatani Miracle Kurnia
Farm
2. Untuk memberikan gambaran kedudukan usahatani Miracle Kurnia Farm dalam
sistem agribisnis
3. Untuk mengidentifikasi apakah Miracle Kurnia Farm termasuk transformasi
pertanian susbsisten atau pertanian komersial
4. Untuk menjelaskan faktor produksi apa saja yang digunakan dalam usahatani
Miracle Kurnia Farm
5. Untuk menjelaskan struktur biaya dan penerimaan oleh Miracle Kurnia Farm
6. Untuk menganalisis kelayakan usahatani Miracle Kurnia Farm
1.3 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami mengenai subsistem
pertanian Miracle Kurnia Farm mulai dari klasifikasi usahatani, kedudukan usahatani,
dan transformasi pertanian. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan untuk mengetahui
mengenai kelayakan usahatani Miracle Kurnia Farm dengan mengidentifikasi dari
faktor produksi, struktur biaya dan penerimaan, serta analisis kelayakan usahatani.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
sehingga para pelaku komersil ini jauh memiliki fasilitas yang lengkap dan
terjamin kualitasnya dari pada para pelaku corak subsisten.
3. Menurut pola usaha tani
Pola pada usaha tani umumnya dipengaruhi dengan banyaknya cabang
pertanian yang ada. Sehingga munculnya ragam pola pertanian seperti usaha
tani khusus yang hanya membuka satu cabang usaha pertaniannya seperti usaha
tani padi, usahatani kelapa sawit, dll. Kemudian ada usaha tani tidak khusus
dimana para pelaku petani memiliki macam-macam usaha tani dengan lahan
yang berbeda pada setiap usahanya. Sedangkan, pada usaha tani campuran
petani memanfaatkan mixed farm dari berbagai usahanya seperti ternak hewan
serta budidaya tanaman yang di jadikan satu lahan dalam usahanya (Dewi
2016).
Dengan melihat kondisi fisis tanah terlebih dahulu dimana para petani perlu
melakukan pengamatan secara matang dalam mengambil keputusan pola tanam
yang ingin di ambil.
Para petani juga harus memperhatikan keuntungan komparatif dimana tujuan
utama dari petani tersebut menghasilkan keuntungan yang maksimal demi
menunjang kehidupannya serta kelangsungan bertani nya pada waktu yang akan
datang.
Menurut tipe usaha tani, Dalam usaha tani terdapat 2 tipe di dalamnya, yaitu:
10
merupakan pola penanaman campuran dari berbagai jenis tanaman dalam satu
lahan tertentu dengan musim tanam secara bergilir umumnya satu tahun.
2.2 Kedudukan Usahatani dalam Sistem Agribisnis
Usaha tani merupakan sebuah ilmu yang berkembang dan mempelajari
bagaimana cara seseorang dalam mengusahakan serta mengkoordinir faktor – faktor
produksi berupa lahan sebagai modal agar dapat dimanfaat dengan sebaik-baiknya.
Ilmu ini mempelajari tata cara petani dalam menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi, organisasi alam, tenaga kerja, modal, dan
pengelolaan modal yang ditunjukkan kepada produksi di lapangan pertanian.
Agribisnis yaitu sebuah bisnis dalam bidang pertanian yang mendukung dari
sektor hulu ataupun hilir. Penyebutan hulu dan hili mengacu terhadap rantai sektor
pangan (food supply chain). Agribisnis mempelajari strategi memaksimalkan
keuntungan dengan cara mengelolah aspek budidaya, pasca panen, proses
pengolalahan, hingga tahap pemasaran. Usahatani memiliki kedudukan sebagai ilmu
terapan dan penghubung antara ilmu Teknik pertanian dengan ilmu sosial ekonomi,
karena di dalamnya tercantum pelaksanaannya mencakup semua cabang ilmu
pengetahuan.
Agribisnis merupakan suatu sistem kesatuan dari kegiatan usaha yang meliputi
salah satu atau bahkan keselurugan dari mata rantai pengadaan saprodi, produksi,
pengolahan hasil dan pemasaran yang dihasilkan oleh usahatani atau hasil olahannya.
Kedudukan usaha tani dalam agribisinis:
11
2. Sebagai produksi pertanian (usahatani) on farm
On farm merupakan penghasil produk domestic bruto terbesar seperti pertanian
primer (bahan pangan, hasil perkebunan dll)
3. Sebagai pengolahan hasil pertanian (off farm)
Kegiatan ekonomi mulai dari pasca panen hingga akhir pengolahan, misalnya
pengupasan
4. Sebagai pemasaran hasil pertanian (off farm)
Dalam hal ini meliputi penanganan distribusi pelakunya adalah pedagang dan
penyalur ke konsumen.
2.3 Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Pertanian Komersial
Transformasi pertanian dapat dijelaskan sebagai bentuk, karakteristik, struktur
dan dapat merangsang, menumbuhkan, mengembangkan dan memelihara ekonomi
masyarakat pedesaan yang relevan dengan berkembangnya pertanian tradisional
menuju pertanian komersial. Sistem pertanian tradisonal merupakan sistem pertanian
yang masih bersifat ekstensif serta tidak memaksimalkan input yang ada. Hal ini
disebabkan hasil produksi dari sistem pertanian tradisional hanya untuk memenuhi
kebutuhan pokok keluarga petani itu sendiri. Ciri-ciri pertanian subsisten adalah
penggunaan teknologi budaya yang masih rendah, jumlah tenaga kerja yang relatif
banyak, modal yang sedikit, dan hasil produksi yang minim. Sementara itu, kelemahan
dari pertanian subsisten sendiri antara lain rendahnya produktivitas dan kualitas produk
yang dihasilkan oleh para petani dan bertahan pada rantai kemiskinan.
Sistem konvensional adalah sistem pertanian yang menargetkan untuk
mencapai produksi pertanian maksimum dengan menggunakan teknologi modern
seperti pupuk kimia sintetis dosis tinggi dan pestisida dengan sedikit atau tanpa
penggunaan pupuk organik. Sistem ini mengintensifkan penggunaan modal dan
memperhatikan efisiensi ekonomi dengan cara meminimumkan biaya untuk
mendapatkan keuntungan tertentu. Pertanian yang menerapkan sistem konvensional
sendiri tentu memiliki kelemahan berupa lahan sawah yang bergantung pada
penggunaan dan ketersediaan pupuk kimia, sawah tidak subur karena kurangnya unsur
hara alami sebagai akibat dari penggunaan pupuk kimia, dan memburuknya sifat kimia
dan fisik pada tanah.
12
Figure 2 Tahapan Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia
13
sendiri. Pada dasarnya setiap lahan memiliki potensi ekonomi yang bervariasi. Hal ini
disebabkan lahan pertanian memiliki karakteristik yang berbeda yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan di sekitarnya (Septian, Thoyyibah, & Mutiara, 2020).
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan
perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup. Bukan saja
dilihat dari tersedianya tenaga kerja, tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu
pula diperhatikan. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai
tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini
memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis
kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Dalam proses produksi barang-barang pertanian
selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan
sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu. Namun,
ketersediaannya dalam jumlah yang terbatas. Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi
oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria
mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan
tenaga kerja wanita biasanya mengerjakan kegiatan menanam. Pertanian ditentukan
oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran
tenaga kerja musiman pula (Septian, Thoyyibah, & Mutiara, 2020).
Manajemen atau kewirausahaan juga dikategorikan sebagai faktor produksi dari
usahatani. Manajemen sendiri terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, dan
melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Dalam proses kegiatannya,
manajemen melibatkan sejumlah orang atau tenaga kerja dari berbagai tingkatan. Oleh
karena itu, manajemen juga dapat didefinisikan sebagai proses bagaimana mengelola
orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi. Faktor
manajemen dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya adalah tingkat pendidikan,
pengalaman berusahatani, skala usaha, besar kecilnya kredit, dan macam komoditas
(Septian, Thoyyibah, & Mutiara, 2020).
Modal (capital) adalah faktor produksi yang meliputi semua jenis barang dan
jasa untuk menunjang kegiatan produksi. Modal dapat juga diartikan sebagai kekayaan
perusahaan yang menghasilkan keuntungan misalnya dalam bentuk nilai uang. Dalam
kegiatan proses produksi pertanian organik, maka modal dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan ini disebabkan oleh ciri yang
dimiliki dari model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin
14
sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Oleh karena itu, modal tetap diartikan
sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali
proses produk tersebut. Besar kecilnya modal dalam kegiatan usahatani ditentukan oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
a) Skala usaha, semakin besar skala usaha maka semakin besar pula modal yang akan
digunakan
b) Macam komoditas, dalam proses usahatani komoditas tertentu juga dapat
memengaruhi besar kecilnya modal yang digunakan
c) Ketersediaan kredit juga sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani
2.5 Struktur Biaya dan Penerimaan
Pada kegiatan usahatani, struktur biaya merupakan faktor penting sebab akan
dikelola dan dikontrol dengan tepat agar dapat membuat usahatani memeroleh hasil
keuntungan yang lebih baik. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi biaya yang
digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan dalam
usahatani sehingga dalam kegiatannya akan lebih efisien. Biaya dapat didefinisikan
sebagai harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memeroleh
pendapatan (revenues) dan akan dipakai untuk pengurangan pendapatan. Biaya
usahatani dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel
(Marthalia, 2018).
15
menurut strata luas garapan usahatani. Biaya usahatani dihitung dengan berdasarkan
jumlah nilai uang yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk membiayai kegiatan
usahataninya. Pada umumnya hal ini meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja
dan biaya lain-lain.
Biaya tetap adalah biaya produksi yang besar kecilnya tidak di pengaruhi oleh
volume produksi dan hasilnya tidak habis dalam satu musim tanam. Satu kali musim
tanam dimulai dari pengolahan tanah sampai dengan produksi siap yang dijual dalam
kurun waktu 4 bulan. Biaya tetap biasanya terdiri dari pajak lahan yang dihitung dalam
satuan rupiah per hektar, penyusutan alat, dan bunga modal biaya tetap yang dihitung
berdasarkan bunga bank yang berlaku pada saat penelitian. Biaya variabel adalah biaya
yang berubah dan mengikuti aktivitas usahatani. Dengan demikian, biaya variabel dapat
diartikan sebagai biaya yang besar kecilnya tergantung pada volume operasional
usahatani dan sifatnya habis dalam satu kali proses produksi. Pada umumnya yang
termasuk ke dalam biaya variabel adalah benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja
(Nurjaman, Soetoro, & Yusuf, 2018).
Penerimaan dalam usahatani adalah total pemasukan yang diterima oleh
produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan dan telah
menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan selama
produksi. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh sejumlah faktor di antaranya adalah
luas usahatani, jumlah produksi, jenis, dan harga komoditas usahatani yang diusahakan.
Faktor-faktor tersebut berbanding lurus, sehingga apabila salah satu faktor mengalami
kenaikan atau penurunan maka dapat mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh
produsen atau petani yang melakukan usahatani. Semakin besar luas lahan yang
dimiliki oleh petani maka hasil produksinya akan semakin banyak sehingga penerimaan
yang akan diterima oleh produsen atau petani semakin besar pula (Septian, Thoyyibah,
& Mutiara, 2020).
2.6 Analisis Kelayakan Usahatani (BEP Produksi, BEP Penerimaan, BEP Harga, RC
Ratio)
Analisis kelayakan usahatani adalah upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan
suatu jenis usaha, dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu.
Dengan demikian suatu usaha dikatakan layak jika keuntungan yang diperoleh dapat
menutup seluruh biaya yang dikeluarkan baik biaya yang langsung maupun yang tidak
langsung. Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis dengan menggunakan
beberapa indikator pendekatan atau alat analisis yaitu dengan menggunakan titik
16
peluang pokok (Break Event Point), Revenue Cost Ratio (R/C ratio), Benefit Cost Ratio
(B/C ratio), Payback period, dll (Prajnanta, Final dalam Waldi, 2017).
BEP Produksi adalah titik impas atau imbang, di mana beragam total biaya yang
dikeluarkan untuk proses produksi berakhir seimbang dengan total penghasilan di akhir
periode pencatatan keuangan, tanpa laba atau rugi bersih yang diterima perusahaan.
Faktor yang berhubungan dengan BEP yaitu komponen biaya yang dimasukkan sebagai
biaya tetap, apa saja komponen biaya variable, prosentase profit yang ingin diraih, porsi
pembiayaan sales marketing perusahaan. Selain itu, BEP produksi ganda merupakan
perbandingan biaya variable dengan harga jual produk tersebut (Marthalia, 2018).
Pendapatan atau yang disebut juga keuntungan absolut digunakan terutama bagi
usaha atau bisnis yang ditujukan untuk mencari keuntungan absolut. Pendapatan atau
keuntungan absolut adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi total.
Secara matematis definisi ini dinyatakan dengan rumus : π = TR – TC di mana : π =
pendapatan/keuntungan absolut TR = total revenue/penerimaan total TC = total
cost/biaya produksi total Usaha atau bisnis dinyatakan layak (feasible) jika π > 0. Jika
π < 0 usaha atau bisnis dinyatakan tidak layak, sedangkan jika π = 0 usaha dinyatakan
impas. Perolehan pendapatan merupakan motivasi bagi petani untuk berusahatani guna
memenuhi berbagai kebutuhan hidup (Roidah, 2015).
R/C Ratio merupakan rasio atau nisbah antara penerimaan total dan biaya
produksi total yang secara matematis dinyatakan dengan rumus : R/C Ratio = TR TC
Usaha atau bisnis dinyatakan layak (feasible) jika R/C Ratio > 0. Jika R/C Ratio < 0
usaha atau bisnis dinyatakan tidak layak, sedangkan jika R/C Ratio = 0 usaha
dinyatakan impas. Semakin besar nilai R/C Ratio maka usaha atau bisnis akan semakin
menguntungkan, sebab penerimaan yang diperoleh produsen dari setiap pengeluaran
biaya produksi sebesar 1 unit akan semakin besar (Junaidi & Achmad, 2014).
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
18
Pd = Pendapatan
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
4. BEP Produksi
FC
BEP Produksi =
P−AVC
Keterangan:
AVC = Biaya variabel rata-rata
5. BEP Penerimaan
FC
BEP Penerimaan = VC
1 – TR
Keterangan:
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
6. BEP Harga
TC
BEP Harga =
Q
Keterangan:
TC = Total Cost (Biaya Total)
Q = Jumlah produksi
7. Analisis R/C Ratio (Revenue-Cost Ratio)
Penerimaan Total
R/C =
Biaya Total
Keterangan:
Revenue = Besarnya penerimaan yang diperoleh
Cost = Besarnya biaya yang dikeluarkan
Usaha atau bisnis dinyatakan layak (feasible) jika R/C Ratio > 0. Jika R/C Ratio <
0 usaha atau bisnis dinyatakan tidak layak, sedangkan jika R/C Ratio = 0 usaha
dinyatakan impas. Semakin besar nilai R/C Ratio maka usaha atau bisnis akan semakin
menguntungkan, sebab penerimaan yang diperoleh produsen dari setiap pengeluaran
biaya produksi sebesar 1 unit akan semakin besar (Mamondol, 2016)
19
BAB IV
20
makanan dalam negeri. Tanaman jambu biji merah dapat tumbuh dengan baik
di dataran rendah dan berbuah sepanjang tahun. Hal inilah yang membuat
pemilik Miracle Kurnia Farm berfokus pada komoditas jambu merah sebagai
komoditas unggulan pada usahataninya.
21
menanam jambu merah adalah sprayer dan alat pemotong rumput dengan
bantuan 4 pekerja dengan gaji Rp 80.000 – Rp 130.000/hari.
Bibit jambu merah yang digunakan oleh Miracle Kurnia Farm adalah
bibit (nama bibit) (alasan memilih bibit), pupuk yang digunakan adalah pupuk
Za, Sp36, NPK Phonska, dan KCL. Keempat pupuk tersebut akan dicampurkan
dengan perbandingan 5:5:5:1. Dalam pemberian pupuk tersebut kepada masing-
masing pohon sebanyak 1-2 kg tergantung besar kecilnya pohon jambu merah
tersebut. Untuk proses pemanenan biasanya dilakukan dalam kurun waktu
kurang lebih 4 bulan sekali.
Miracle Kurnia Farm menjual komoditas buah-buahannya terutama
jambu merah dalam kondisi segar. Pengolahan hasil pertanian usahatani Miracle
Kurnia Farm dimulai dari pengupasan jambu biji merah, kemudian melakukan
langkah pembersihan dengan menggunakan air dari sumbernya. Dari lahan,
buah jambu merah yang sudah masak fisiologis dengan ciri-ciri berwarna
kuning, aromakhas jambur merah akan dipetik kemudian disortir berdasarkan
grade atau besar kecilnya buah ke pedagang. Selain itu, dalam pendistribusian
jambu merah juga dilakukan dengan cara membuka agrowisata di mana
pengunjung yang datang dapat memilih buah langsung dari pohonnya sendiri
dan dimakan di sana atau dapat dibawa pulang setelah ditimbang terlebih
dahulu. Metode dalam pendistribusian olahan jus jambu merah tentu berbeda.
Jambu biji merah tersebut diolah menjadi jus jambu merah. Setelah itu,
melakukan pengemasan dengan menggunakan packaging plastik. Distribusi
pemasaran jambu biji merah hanya menggunakan sistem pre-order di mana
distribusi tersebut dilakukan ketika terdapat pesanan dari customer. Customer
tersebut dapat memesan jus jambu merah melalui produsen.
4.1.3 Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Pertanian Komersial
Usahatani adalah ilmu terapan yang mempelajari tentang penggunaan
sumberdaya secara efesien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau
peternakan. Beberapa sumberdaya yang digunakan dalam pertanian yaitu lahan,
tenaga kerja, modal dan manajemen. Seperti pada hasil penelitian di Miracle
Kurnia Farm yang ada di Desa Sambibulu, Kabupaten Sidoarjo mempunyai
komoditas buah jambu. Usahatani Miracle Kurnia Farm merupakan pertanian
komersial yang di mana tujuan dari usahatani tersebut murni dari awal
berdirinya usaha merupakan usahatani komersial. Pada awalnya berdiri
22
usahatani disiapkan untuk keperluan komersial. Tahapan-tahapan yang
dilakukan, sehingga disebut sebagai usahatani komersial, antara lain sewa
lahan, lalu menyediakan saprotan, kemudian menyediakan alat-alat pertanian,
dan juga penyediaan tenaga kerja. Semua tahapan tersebut dirinci secara detail
dan masuk ke dalam biaya produksi, sehingga usahatani tersebut disebut
sebagai usahatani komersial dikarenakan sekecil apapun pengeluaran keperluan
pertanian semuanya dihitung.
Penjualan tahunan paling banyak dalam satu tahun usahatani tersebut
secara bersih Kurang lebih peruntungan bersih Rp. 270.000.000,00/tahun sudah
termasuk usahatani jambu dan jeruk. Jika terdapat perluasan lahan, maka modal
tenaga kerja pun akan bertambah. Untuk status lahan usahatani Miracle Kurnia
Farm berstatus sewa. Untuk penyewaan lahan tersebut kurang lebih sekitar Rp
3.000.000,00/tahun. Modal yang dikeluarkan dalam satu kali musim tanam
adalah kurang lebih Rp. 25.000.000,00 yang meliputi benih bibit, obat-obatan,
upah tenaga kerja, dan yang lainnya. Untuk daya beli masyarakat pada usahatani
Miracle Kurnia Farm kurang lebih petani panen masing-masing buah jambu dan
jeruk sebesar 5-6 ton tiap minggunya, jadi tiap bulan sekitar 23-24 ton. Buah
jambu dan jeruk sebanyak 5-6 ton dari hasil pertanian usahatani tersebut laku
semua karena tiap bulannya karena sudah ada pesanan sebelumnya dari
konsumen.
Untuk pengelolaan usahatani menggunakan tenaga mesin dan tenaga
kerja manusia, seperti sprayer menggunakan tenaga mesin bukan tenaga
manusia secara manual, potong rumput juga menggunakan tenaga mesin, tetapi
ada juga yang menggunakan tenaga kerja manusia, seperti membungkus jambu.
Usahatani Miracle Kurnia Farm sensitif terhadap keadaan alam sekitar seperti
contohnya pancaroba, kemudian hama-hama yang meresahkan seperti tikus,
lalat buah, dan hama lainnya. Tanaman usahatani Miracle Kurnia Farm ditanam
secara monokultur semuanya. Maka dari hasil wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwa usahatani Miracle Kurnia Farm dalam segi transformasi,
pada awalnya pada awalnya berdiri usahatani disiapkan untuk keperluan
komersial yang dapat dilihat dari ciri-ciri usahatani komersial cocok dengan
ciri-ciri usahatani Miracle Kurnia Farm di mana melalui tahapan-tahapan yang
telah dilaksanakan usahatani tersebut dirinci secara detail dan masuk ke dalam
biaya produksi, sehingga usahatani tersebut disebut sebagai usahatani komersial
23
dikarenakan sekecil apapun pengeluaran keperluan pertanian semuanya
dihitung.
4.2 Faktor Produksi dalam Usahatani
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, yaitu pada mitra usahatani
Miracle Kurnia Farm milik Bapak Ahmad Irdhoni yang kami sesuaikan dengan
keempat faktor produksi usahatani, yaitu lahan pertanian, tenaga kerja, modal, dan
manajemen.
Faktor produksi yang pertama adalah faktor produksi lahan. Lahan yang
digunakan dalam usahatani Miracle Kurnia Farm ini adalah lahan sewa. Penyewaan
lahan ini disewa dari perusahaan swasta dengan luasan sekitar 1 hektar. Miracle Kurnia
Farm ini bertempat di Desa Sambibulu, Gang Masjid No. 19, Kec. Taman, Kab.
Sidoarjo, Jawa Timur. Biaya untuk penyewaan lahan ini sebesar Rp 3.000.000/tahun.
Faktor produksi yang kedua adalah tenaga kerja. Pemilik Miracle Kurnia Farm
yaitu Pak Irdhoni sendiri hanya mempekerjakan 5 orang dan mereka memiliki bagian
dalam pekerjaan masing-masing tetapi tetap saling membantu. Misalnya saja mulai
menanam, membersihkan lahan, mengecek air dan pipa untuk pengairan, serta
memanen mereka tetap saling bantu karena tenaga kerja kurang profesional dan kurang
dalam hal pengalaman. Setiap tenaga kerja digaji mulai dari Rp 80.000 – Rp
130.000/hari. Untuk hari kerjanya sendiri dilakukan selama lima hari. Mulai hari Senin
hingga Sabtu. Selanjutnya adalah faktor produksi modal. Usaha ini merupakan usaha
keluarga sehingga untuk modalnya berkisar kurang lebih Rp 25.000.000 setiap musim
tanamnya. Modal tersebut digunakan untuk pembelian benih, bibit, pupuk, alat dan
mesin pertanian, gaji pegawai, sampai pembiayaan lahan sewa.
24
Faktor produksi yang terakhir adalah manajemen. Dalam pengelolaan usahatani
Miracle Kurnia Farm menggunakan bibit unggul untuk tanaman jambu merahnya yaitu
yang tahan terhadap hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Za, Sp36,
NPK Phonska, dan KCL. Keempat pupuk tersebut akan dicampurkan dengan
perbandingan 5:5:5:1. Dalam pemberian pupuk tersebut kepada masing-masing pohon
sebanyak 1-2 kg tergantung besar kecilnya pohon jambu merah tersebut. Untuk proses
pemanenan biasanya dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 4 bulan sekali.
25
Table 2 Biaya Variabel Miracle Kurnia Farm 1 Kali Produksi
Biaya tetap digunakan untuk menghitung atau menilai faktor produksi yang
tidak habis dalam satu kali musim tanam. Misalnya saja alat-alat pertanian dan lahan
sewa dengan cara menghitung biaya penyusutan atau depresiasi. Depresiasi merupakan
pengalokasian biaya secara sistematis dari sebagian harga perolehan modal tetap pada
setiap periode. Untuk bangunan dan sawah ataupun alat dapat juga diperhitungkan
dengan cara menyewa.
26
4.3.2 Analisis biaya usahatani Miracle Kurnia Farm
TC = FC + VC
Biaya Tetap :
Pembuatan Gedung Serba Guna = Rp 12.125.000
Pembuatan parit jambu = Rp 1.000.000
Cangkul = Rp 600.000
Mesin potong rumput = Rp 1.500.000
Sprayer = Rp 2.600.000
Sabit = Rp 400.000
Sewa lahan = Rp 3.000.000
Jumlah = Rp 21.225.000
Biaya Variabel :
4.3.3 Penerimaan
Penerimaan = Py x y
= 8000 kg x Rp 8.000
= Rp 64.000.000
27
Penerimaan diperoleh dari jumlah seluruh produksi jambu merah yang
dihasilkan lalu dikalikan dengan harga jual pada saat penelitian. Rata-rata hasil
penerimaan dari usahatani Miracle Kurnia Farm untuk komoditas jambu merah
adalah sebesar Rp 64.000.000
4.3.4 Pendapatan
Pendapatan = Penerimaan total – Biaya total
= Rp 64.000.000 - Rp 44.630.000 = Rp 19.370.000
21.225.000
BEP Penerimaan = 23.405.000
1 − 64.000.000
28
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Miracle Kurnia Farm untuk
komoditas jambu merah didapatkan hasil terkait Break Event Point (BEP)
produksi sebesar 2,73. Sementara itu, BEP penerimaan sebesar Rp
33.690.476,19 dan BEP harga sebesar Rp 5.578,75. Dengan menghitung titik
impas usahatani ini, petani dapat mengevaluasi usahatani miliknya di masa yang
akan datang. Mana biaya yang harus ditekan agar pendapatan yang diterima bisa
lebih banyak atau menguntungkan dan mampu mengukur kemampuan
berusahatani.
R/C = 1,43
Berdasarkan hasil penelitian maka R/C yaitu 1,43 yang artinya angka
R/C Ration > 1 sehingga layak untuk diusahakan. Hasil ini juga
mengindikasikan setiap pengeluaran biaya Rp. 1,00 maka petani Miracle Kurnia
Farm akan mendapat penerimaan Rp 1,43 sehingga petani Miracle Kurnia Farm
memperoleh keuntungan Rp. 0,43. Nilai R/C yang semakin besar akan
memberikan keuntungan yang semakin besar juga kepada petani dalam
melaksanakan usahataninya.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari keseluruhan hasil
penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Keadaan finansial dari usahatani Miracle Kurnia Farm untuk komoditas
jambu merah dari segi produksi selama satu kali musim tanam adalah
sebesar 8.000 kg/musim tanam. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya
total biaya usahatani untuk satu kali musim tanamn adalah sebesar Rp
44.630.000. Penerimaan yang diperoleh usahatani dalam satu kali musim
panen adalah sebesar Rp 64.000.000. Pendapatan usahatani Miracle Kurnia
Farm untuk komoditas jambu merah sebesar Rp 19.370.000.
2. Hasil tingkat efisiensi terhadap produksi jambu merah pada usahatani
Miracle Kurnia Farm yaitu 1,43 yang menunjukkan angka lebih dari 1
(satu) sehingga usahatani tersebut pada komoditas jambu merah dapat
dikatakan layak atau menguntungkan dari segi aspek finansial.
5.2 Saran
1. Untuk ke depannya, usahatani Miracle Kurnia Farm dapat mengembangkan
lagi jangkauan bisnisnya agar mendapatkan keuntungan yang lebih optimal
daripada saat ini.
2. Usahatani Miracle Kurnia Farm dapat mengembangkan lagi olahan
produksinya sehingga tidak hanya berpatokan pada produksi buah jambu
merah dalam bentuk buah saja. Mungkin bisa diolah menjadi makanan atau
minuman segar agar dapat menambah pendapatan untuk petani.
30
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, L. 2006. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru: Pustaka Banua.
Junaidi, Z., & Achmad, E. (2014). Analisis Produksi, Distribusi Pendapatan Petani dan
Dampak Program Optimalisasi Lahan Terhadap Produksi Sawah di Kabupaten Muaro
Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, 51-61.
Marthalia, E. (2018). Analisis Struktur Biaya, Pendapatan, dan Risiko Usahatani Terung Ungu
(Solanum melongena L.) di Desa Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Tanggamus. Bandar Lampung: Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Nurjaman, T., Soetoro, & Yusuf, M. N. (2018). Analisis Biaya, Penerimaan, Pendapatan, dan
R/C Usahatani Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Agroinfo Galuh, 585-590.
Septian, R., Thoyyibah, N., & Mutiara, D. (2020). Praktikum Ilmu Usahatani. Laporan Resmi,
1-87.
Dewi, Ratna Komala. 2016. “Mata kuliah manajemen usahatani Fakultas Pertanian Universitas
udayana.” 1–49.
Shinta, Agustina. 2012. Ilmu Usaha Tani.
Usahatani, Pembelajaran Klasifikasi, dan Capaian Pembelajaran. n.d. “Modul Manajemen
Usahatani 1.” (1):1–7.
R. K. Dewi, “Mata kuliah manajemen usahatani Fakultas Pertanian Universitas udayana,” pp.
1–49, 2016.
I. Erdiyansya, “USAHATANI KARET RAKYAT ( Studi Kasus di Desa Blok 10 , Kecamatan
Dolok Masihul , Kabupaten Serdang Bedagai ) SKRIPSI,” 2017.
31
LAMPIRAN
32
KUISIONER PRAKTIKUM USAHATANI
MIRACLE KURNIA FARM
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Ahmad Irdhoni
Alamat : Desa Sambibulu, Gang Masjid No. 19, Kec. Taman, Kab. Sidoarjo,
Jawa Timur
1. Usia : 36 tahun
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Pendidikan tertinggi
b. Kolektif
b. Komersial
b. Campuran d. Hortikultura
4. Berdasarkan hasil produksi selama ini, tipe komoditas usahatani manakah yang
b. Perkebunan e. Peternakan
c. Hortikultura f. Kehutanan
Sarana produksi yang dipakai adalah benih bibit, selain itu ada alat dan
bahan meliputi pupuk, herbisida, pestisida, fungisida dan lain sebagainya..
B. Lahan
C. Bibit
a. Membeli c. Bantuan
D. Pola Tanam
a. Monokultur c. Rotasi
b. Polikultur
E. Pupuk
a. Ya
b. Tidak
2. Jenis hama dan penyakit apa yang menyerang tanaman sayuran milik
Bapak/Ibu?
3. Jika dengan obat, jenis obat pemberantas hama dan penyakit apa yang
digunakan :
Asal perolehan obat
No Jenis obat Toko Lainnya Harga /ml
KUD Bantuan
pertanian
POC - - - Rp 120
1.
Antilat
4. Berapa biaya yang dihabiskan untuk membuatnya? Untuk pestisida sendiri
seharga Rp 60.000 dan membutuhkan 3 unit untuk mengendalikan hama
G. Panen
= 4 kali
KUISIONER PRAKTIKUM USAHATANI
MIRACLE KURNIA FARM
2. Berapa rata-rata jumlah hasil panen usahatani dalam satu kali panen?
A. Pengolahan
2. Alat bantu apa saja yang Bapak/Ibu gunakan untuk proses pengolahan
tanah Miracle Kurnia Farm menggunakan dasar tanah pupuk kandang yang
pertama itu kurang lebih umur 3 bulan dengan indikasi tanaman yang
pertama sudah keluar tunas atau cabang baru. Ketika sudah mulai keluar
tunas atau cabang baru, kemudian diberikan pupuk daun sedikit demi
B. Pemasaran
KUISIONER PRAKTIKUM USAHATANI
MIRACLE KURNIA FARM
1. Apakah Bapak/Ibu melakukan pengolahan hasil sehingga menjadi produk
2. Dalam bentuk apa saja produk yang Bapak/Ibu buat ? buah segar dan
6. Berapa harga jual untuk setiap komoditas? Harga jual jambu merah
8.000/kg
a. Upahan
a. Borongan
b. Harian
3. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan usahatani Miracle
Kurnia Farm?
Tenaga Kerja
Luar Kel./Orang Total
Keluarga
KUISIONER PRAKTIKUM USAHATANI
MIRACLE KURNIA FARM
Jenis Kegiatan lain pengeluaran
Jml. Jml.
Upah Upah
Orang Orang
- Pengolahan tanah 1 Rp 130.000 - - Rp 130.000
- Pembibitan/penyemaian
- Penanaman
Pemeliharaan tanaman 1 Rp 130.000 - - Rp 130.000
- Penjarangan
- Penyiangan
- Penyulaman
- Pemupukan
- Pemberantasan hama
- Pengairan
Pemanenan 1 Rp 80.000 - - Rp 80.000
Pengelolaan hasil panen 1 Rp 80.000 - - Rp 80.000
Jumlah 4 Rp 420.000 Rp 420.000
a. Ya
b. Tidak
3. Berapa besar modal yang dibutuhkan untuk usahatani jambu merah dalam satu
musim tanam?
a. Ada
b. Tidak
5. Jika ada, hambatan apa saja yang Bapak/Ibu alami dari usahatani?
Faktor fisik :
Iklim
Pancaroba
Saat musim pancaroba tidak sedikit komoditas jambu merah ada yang
terserang hama atau penyakit tanaman lainnya.
Faktor non fisik :
Tenaga kerja
Karena berada di wilayah perindustrian, susah untuk mencari tenaga kerja
yang terampil dan terlatih karena masyarakat produktif kerja di sana lebih
memilih untuk bekerja di pabrik atau industri.
Teknologi
Karena keterbatasan tenaga kerja yang terampil dan terlatih di bidangnya,
penggunaan teknologi belum dapat dikatakan maksimal.
VII. UPAYA MENGATASI
1. Upaya apa saja yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi hambatan
tersebut?
Faktor fisik :
Iklim
Sebelum musim pancaroba datang, petani melakukan persiapan ekstra
dalam mengendalikan hama yang akan menyerang komoditas jambu
merah
Faktor non fisik :
Tenaga kerja
Tenaga kerja untuk saat ini diambil dari masyarakat sekitar dengan usia
25 tahun ke atas dan diberikan pengalaman sendiri oleh pemilik usahatani
Miracle Kurnia Farm
Teknologi
KUISIONER PRAKTIKUM USAHATANI
MIRACLE KURNIA FARM
Untuk saat ini masih menerapkan teknologi yang tidak terlalu susah agar
para petani yang bekerja dapat memahami dengan mudah.