LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
Dosen Pengampu :
Saifullah, S.Pi, M. Si
Disusun oleh :
Yogi
(4202208014)
Penulis
YOGI
NIM. 4202208014
i
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pengukuran Panjang Ikan ...................................................................... 31
Lampiran 2 Penimbangan Bobot Ikan ...................................................................... 31
Lampiran 3 Pembedahan .......................................................................................... 31
Lampiran 4 Penimbangan Usus/lambung ikan ......................................................... 31
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi Perikanan adalah salah satu cabang dari Biologi yang fokus pada ikan
sejak ikan tersebut menetas, kemudian mulai makan, tumbuh. beraktivitas,
bereproduksi, dan akhirnya mengalami kematian, baik kematian secara alami maupun
faktor-faktor lain. Ikan yang dimaksud dalam Biologi Perikanan adalah hewan binang
vertebrata berdarah dingin vang pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama
menggunakan sirip dan umumnya bernapas dengan insang serta hidup dalam
lingkungan air. Dalam klasifikasi taksonomi ikan disatukan dalam kelas Pisces
(Rahardjo et al. 2011).
Pertumbuhan adalah pertambahan beratatauisi sesuai dengan perubahan waktu.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor ekstern al
antara lain ketersediaaan makanan bagiikan dan kondisi lingkungan perairan.
Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme pakan yang
diakhiri dengan penyususnan unsur-unsur tubuh. Tidak semua pakan yang dimakan
oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energy dari pakan digunakan
untuk pemeliharaan tubuh. Sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan
reproduksi (Fujaya, 2008). Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan
protein dan pakan.
Reproduksi adalah suatu proses makhluk hidup dalam usaha pengabdian
spesies dan proses pemunculan spesies dengan ciri atau sifat yang merupakan
kombinasi perubahan genetik. Ikan mengembangkan berbagai strategi reproduksi
untuk mencapai keberhasilan reproduksi. Disini organ-organ yang terkait dengan
proses reproduksi sangat berperan. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan
perairan tempat hunian ikan. Perubahan lingkungan akan memberikan efek yang
berbeda pada spesies ikan yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan melakukan
perjalanan ruaya yang jauh untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat dan tepat
waktu untuk kepastian keberhasilan reproduksi terkait erat dengan peran sistem
endoktrin.
Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Umumnya, makanan yang pertama kali dari luar untuk semua ikan
1
dalam mengawali hidupnya adalah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil.
Jika untuk pertama kali ikan menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya,
diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Akan tetapi apabila dalam waktu yang
relatif singkat ikan tidak berhasil menemukan makanan yang cocok dengan ukuran
mulutnya, akan terjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang menyebabkan kematian.
Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai mortalitas
yang tinggi.
Pada praktikum yang telah dilakukan mengenai pertumbuhan ikan, aspek
reproduksi dan kebiasaan makanan ikan akan sangat berkaitan erat dengan program
studi biologi perikanan di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Pentingnya
pemahaman dan pengetahuan tentang biologi perikanan merupakan salah satu upaya
untuk memberikan kemampuan dalam menganalisis dan menduga pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan. Sehingga dengan demikian akan mempermudah dapat
melihat jumlah stok yang ada di alam berdasarkan ukuran pada ikan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan karena mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kurang
menguntungkan dan mudah dipijahkan, sehingga penyebarannya di alam sangat luas,
baik di daerah tropis maupun di daerah beriklim sedang. Ikan nila termasuk kedalam
golongan jenis ikan yang mampu bertahan dalam kondisi kekurangan oksigen, jika
ikan nila memgalami kekurangan oksigen maka dengan mudah ikan akan mengambil
oksigen dari udara bebas (Kordi, 2010). Ikan nila merupakan jenis Tilapia yang berasal
dari perairan di lembah sungai Nil Afrika, dan pertama kali didatangkan ke Indonesia
pada tahun 1969, 1990, dan 1994 yang masing-masing berasal dari Taiwan, Thailand,
dan Filipina.
Adapun morfologi ikan nila menurut Amri dan Khairuman (2007) yaitu lebar
badan ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya
memanjang dan ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar
dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di
punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari
3
keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari
lemah mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki
17 jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral
fin) memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin)
memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki sisik
cycloid yang menutupi seluruh tubuhnya.
4
ovarium terdiri atas oosit muda dan oosit yang berisi protoplasma yang belum
berkuning telur.
3. kematangan gonad tingkat III: ovarium besar, berwarna kuning gelap, dan ada oosit
yang mulai mengandung kuning telur.
4. kematangan gonad tingkat IV: ovarium besar, berwarna cokelat, banyak oosit
berukuran maksimal dan mudah dipisahkan.
5. kematangan gonad tingkat V: ovarium berwarna kuning terang, ukurannya
berkurang karena telur yang sudah matang telah dilepaskan. Ovarium berisi
oogonia, oosit berprotoplasma, dan sedikit oosit mengandung kuning telur, dan
banyak dijumpai folikel pecah (Dadzie dan Wangila, 1980).
Adapun morfologi ikan lele menurut Untung Tamsil (2019) yaitu kepala ikan
lele yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya dengan bentuk
kepala pipih ke bawah (depressed). Pada bagian atas dan bawah kepalanya tertutup
oleh tulang pelat, Tulang ini membentuk ruangan rongga di atas insang. Mulut ikan
lele dilengkapi oleh gigi, gigi nyata, atau hanya berupa permukaan yang kasar dimulut
bagian depan. Lele juga memiliki 4 pasang sungut yang terletak di sekitar mulut,
Sepasang sungut hidung, sepasang sungut mandibular luar, sepasang sungut
mandibular dalam, dan sepasang sungut maxilar. Ikan lele ini mempunyai alat olfaktori
dideket sungut yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan pada
ikan lele yang kurang berfungsi baik.
Pada bagian mata ikan lele berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas.
Tubuh ikan lele berbentuk memanjang, dengan agak bulat, dan tidak mempunyai sisik.
Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai bentuk yang membulat, sementara
bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed ). Sepasang sirip
ekor ikan lele berbentuk membulat dan tidak bergabung dengan sirip punggung
maupun sirip anal, sirip perut membulat dan panjangnya mencapai sirip dubur. Pada
bagian sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut dengan
nama patil. Warna ikan lele umunya lele berwarna hitam, coklat walau adapula yang
berbentuk merah muda dan albino terganung jenisnya.
8
hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di
alam ikan lele memijah pada musim penghujan.
2.3 Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan adalah sebuah perubahan yang terjadi secara normal dalam
lingkungan yang mendukung dalam satuan waktu tertentu. Untuk itu penting
mengenali indikator pengukuran dari pertumbuhan. Salah satu indikatornya adalah
panjang yang ditera dengan berbagai teknik baik secara langsung maupun
komparative. Pertumbuhan ikan merupakan pertambahan panjang dan berat ikan yang
dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut
Hidayat dan Sasanti (2013) pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
Pertumbuhan yang secara umum didefenisikan sebagai perubahan dimensi
(panjang, berat, volume, jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik pada level individu,
populasi, komunitas maupun ekosistem. Pertumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, di antaranya: ukuran makanan, jumlah ikan, jenis makanan, faktor
lingkungan, kualitas lingkungan tempat ikan tersebut hidup. Kecepatan (laju
pertumbuhan) sangat ditentukan oleh komponen diatas yang dikenal dengan controling
faktor.
pertumbuhan pada ikan didefinisikan sebagai perubahan berat atau panjang
dalam waktu tertentu dan merupakan suatu proses biologis yang dipengaruhi banyak
faktor baik internal maupun eksternal (Effendie, 1979). Menurut Effendie (1979),
pertumbuhan terdiri atas pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan
mutlak, yaitu ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, seperti panjang rata-rata ikan
pada umur satu tahun, atau panjang rata rata ikan pada siklus panen. Pertumbuhan
nisbi, yaitu panjang atau berat yang dicapai ikan dalam satu periode waktu tertentu
dihubungkan dengan panjang atau berat awal periode tersebut.
Hubungan ini, biasanya dalam bentuk rasio. Dua indikator ini merupakan
indikator kunci dalam menilai pertumbuhan ikan terutama kelompok ikan muti spesies
yang banyak tersebar diperairan Indonesia. Pengetahuan tentang panjang ikan adalah
bagian dari upaya untuk mengetahui umur ikan pada populasi ikan tropis. Dalam hal
ini, umur merupakan fungsi dari panjang yang diamati. Dengan demikian, sering kali
9
perubahan dalam panjang dideterminasi sebagai perubahan umur ikan atau
pertumbuhan ikan.
2.6 Fekunsitas
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk betina
dalam setiap pemijahan. Besarnya fekunditas salah satunya ditentukan oleh ukuran
induk. Semakin panjang atau besar ukuran induk biasanya diikuti oleh besarnya gonad.
13
Menurut Effendie (2002) dalam Damandiri.or.id (2008), pertambahan bobot gonad
ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 - 25 persen dari bobot
tubuh, dan pada ikan jantan 5 - 1 0 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin
bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin
besar, panjang atau besar induk pada umumnyadiikuti oleh perkembangan gonad.
Basyarie et al. (1991) dalam Karyaningsih et al. (1992) menyatakan bahwa
besarnya fekunditas dipengaruhi oleh diameter telur dan tingkat kematangan gonad.
Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al. (1979) dalam Damandiri.or.id (2008) bahwa
kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur
dan pola distribusi ukuran telurnya. Fekunditas dan daya tetas telur (fertilitas) perlu
mendapat perhatian karena bisa untuk memperkirakan jumlah benih yang dihasilkan
oleh induk.
Fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan metode gravimetrik dengan
rumus (Andy Omar, 2005) :
𝐵𝑔
F= x Fs
𝐵𝑠
14
Rusmadji et al, (1994) bahwa fekunditas mempunyai hubungan linier dengan variabel
lain seperti panjang total, berat tubuh dan berat ovarium yang keeratan hubungan
tersebut ditentukan oleh nilai koefisien korelasinya.
16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3. Mengambil gonad yang ada yang di dalam perut, hingga terpisah dari organ lain.
3.3.4 Fekunditas
Adapun prosedur kerja pada praktikum mengenai fekunditas adalah sebagai
berikut:
1. Mengambil gonad dari ovarium ikan betina.
2. Ambil seluruh gonad dan menimbangnya dengan timbangan.
3. Menghitung jumlah sampel telur tadi yang telah di timbang, setelah itu masukkan
kedalam rumus diatas.
4. Mencatat pada tabel pengamatan.
18
3.3.5 Kebiasaan Makan
Adapun prosedur kerja pada praktikum mengenai kebiasaan makan ikan adalah
sebagai berikut:
1. Mengambil usus ikan nila dan lele.
2. Kemudian timbang dan ukur usus ikan yang telah diamati tersebut.
3. Mencatat pada tabel pengamatan.
4. Melakukan penghitungan data yang telah didapatkan sesuai dengan rumus yang
telah di tentukan.
5. Mencatat pada tabel pengamatan.
20
3.5.2 Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad diamati secara morfologi. Pengamatan morfologi
adalah pengamatan secara visual dengan melihat warna gonad (Yusuf & Massora,
2018). Perkembangan gonad secara kualitatif ditentukan dengan mengamati TKG I-V
berdasarkan morfologi gonad, mengacu kepada deskripsi menurut Effendie (1997).
21
Indeks kematangan gonad (IKG) adalah nilai dalam % (persen) sebagai hasil
perbandingan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan. Sejalan dengan pertumbuhan
gonad yang dihasilkan akan semakin bertambah besar dan berat hingga batas
maksimum ketika terjadi pemijahan (Effendie 1997). Pengamatan tingkat kematangan
gonad dilakukan secara morfologi dan histologi. Pengamatan secara morfologi
didasarkan pada modifikasi dari Cassiein Effendie (1979).
Penghitungan IKG dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Effendie, 1979):
𝐵𝑔
IKG = x 100%
𝐵𝑡
Keterangan :
IKG = Indeks kematangan gonad
Bg = Berat gonad (gram)
Bt = Berat tubuh gonad (gram)
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Praktikum Biologi Ikan Nila Dan Ikan Lele
Adapun data hasil praktikum yang telah dikumpulkan pada praktikum biologi
ikan nila dan ikan lele ini adalah data nomor ikan, panjang ikan, bobot ikan, jenis
kelamin, TKG, bobot gonat total, bobot gonat contoh, fekunditas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
23
Lele
28 160 IV 19,5 8 Pellet Azolla _
Betina
2.
Nila
3. 13,7 40 I 51 4 Pellet _ _
Jantan
Nila
4. 11 39 I 61 5 Pellet _ _
Betina
= 23,3%
4.1.4 Struktur Saluran Percernaan
Adapun rasio panjang usus dihitung dengan rumus sebagai berikut (Zuliani et
al., 2016):
𝑃𝑈
Rasio panjang usus (%) = 𝑃𝑇 × 100
Keterangan :
PU = Panjang usus ikan (mm)
PT = Panjang total ikan (mm)
a. Ikan lele jantan
24
18 𝑐𝑚
Rasio panjang usus (%) = 29 𝑐𝑚 × 100
= 62,1%
b. Ikan lele betina
19,5 𝑐𝑚
Rasio panjang usus (%) = × 100
28 𝑐𝑚
= 69,6%
c. Ikan nila jantan
51 𝑐𝑚
Rasio panjang usus (%) = × 100
13,7 𝑐𝑚
= 377,7%
d. Ikan nila betina
61 𝑐𝑚
Rasio panjang usus (%) = 11 𝑐𝑚 × 100
= 554,5%
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengukuran Panjang Dan Berat Ikan Lele Dan Ikan Nila
Hasil pengukuran panjang total ikan lele jantan di dapatkan sepanjang 29 cm,
panjang standar di dapatkan sepanjang 24 cm, panjang kepala sepanjang 5 cm, dan
memiliki bobot sebesar 125 gram. Sedangkan pengukuran panjang total ikan lele
betina sepanjang 28 cm, panjang standar 23 cm, panjang kepala 5 cm dengan bobot
ikan sebesar 160. Pada pengukuran panjang total ikan nila jantan di dapatkan
sepanjang 13,7 cm, panjang standar di dapatkan hasil sepanjang 10 cm, dan panjang
kepala 3,7 cm dengan bobot ikan sebesar 49 gram. Sedangkan pada pengukuran
panjang total ikan nila betina di dapatkan sebesar 11 cm, panjang standar 8 cm, dan
panjang kepala 3 cm dengan bobot ikan 39 gram.
25
4.2.2 Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad diamati secara morfologi. Pengamatan morfologi
adalah pengamatan secara visual dengan melihat warna gonad (Yusuf & Massora,
2018). Perkembangan gonad secara kualitatif ditentukan dengan mengamati TKG I-V
berdasarkan morfologi gonad, mengacu kepada deskripsi menurut Effendie (1997).
Hasil TKG tertinngi pada praktikum ini adalah tingkat 4 pada ikan lele betina
dan 1 adalah TKG terendah terdapat pada ikan nila jantan dan betina karena masih
berukuran kecil dan belum mengalami matang gonad. Sedangkan pada lele jantan
adalah tingkat 3.
4.2.4 Fekunditas
Dalam praktikum fekunditas merupakan syarat penghitungan jumlah telur
tidak di lakukan karna kurangnya alat dan hengetahuan agak kurang tentang
fekunditas ikan sehingga penentuan fekunditas tidak dilaksanakan.
26
Analisis struktur saluran pencernaan dilakukan pengamatan secara
makroanatomi, dengan mengamati posisi mulut, bentuk gigi, struktur tapis insang,
faring, bentuk lambung dan panjang usus. Rasio panjang usus dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Zuliani et al., 2016):
𝑃𝑈
Rasio panjang usus (%) = 𝑃𝑇 × 100
Keterangan :
PU = Panjang usus ikan (mm)
PT = Panjang total ikan (mm)
Jadi dapat di simpulkan bahwa, Ikan herbivora mempunyai rasio usus yang
lebih panjang dari pada ikan omnivora.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pengukuran panjang total ikan lele jantan di dapatkan sepanjang 29 cm,
panjang standar di dapatkan sepanjang 24 cm, panjang kepala sepanjang 5 cm, dan
memiliki bobot sebesar 125 gram. Sedangkan pengukuran panjang total ikan lele
betina sepanjang 28 cm, panjang standar 23 cm, panjang kepala 5 cm dengan bobot
ikan sebesar 160. Pada pengukuran panjang total ikan nila jantan di dapatkan
sepanjang 13,7 cm, panjang standar di dapatkan hasil sepanjang 10 cm, dan panjang
kepala 3,7 cm dengan bobot ikan sebesar 49 gram. Sedangkan pada pengukuran
panjang total ikan nila betina di dapatkan sebesar 11 cm, panjang standar 8 cm, dan
panjang kepala 3 cm dengan bobot ikan 39 gram.
Pertumbuhan ikan pada umumnya dipengaruhi 2 faktor yaitu, faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu jumlah
makanan yang tersedia dan kualitas air. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah keturunan, jenis kelamin, umur, dan penyakit. Sangat penting
makanan untuk pertumbuhan ikan hal ini dikarenakan makanan berfungsi sebagai
pertumbuhan sel organisme. Makanan adalah organisme, bahan, maupun zat yang
dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan organ tubuhnya. Reproduksi pada ikan
pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen
kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada
jantan disebut testis beserta salurannya.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah pada praktikum
lainnya nanti alat praktikum harus di perbanyak sehingga lebih mengefisiensi waktu
agar lebih cepat pada saat praktikum lainnya nanti sehingga pemakaian atat tersebut
tidak berganti-gantian dan menambah alat praktikum yang belum ada.
28
DAFTAR PUSTAKA
Admin. Morfologi Ikan. Retrieved from Pemerintah Kabupaten Fakfak Dinas Kelautan
Dan Perikanan: https://dkp.fakfakkab.go.id/index.php/artikel/
Arifin, Y. M. (2016). Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp)
Strain Merah Dan Strain Hitam Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.
Herianti. (2013). Fekunditas Dan Diameter Telur Ikan Gabus (Channa Striata Bloch,
1793) Di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8,
No. 2, 18-24.
Juniar, A. E. dkk (2019). Kebiasaan makan ikan gelodok (Famili: Gobiidae) lokal Jawa
Timur. JURNAL BIOLOGI UDAYANA, 1-6.
Lukman. dkk. (2014). Efektivitas Pemberian Akar Tuba (Derris Elliptica) Terhadap
Lama Waktu Kematian Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Pengaruh waktu
penggunaan akar tuba.
Putri, F. R. dkk. (2021). Suhu terhadap Fekunditas Telur Ikan Nila (Oreochromis
niloticus): a Literature Review. Prosiding SEMNAS BIO, Universitas Negeri
Padang.
Rahmi, Y. (2021). Hubungan Panjang Berat Dan Faktor Kondisi Ikan Seurukan,
Osteochilus Vittatus (Valenciennes, 1842) Yang Terpapar Merkuri Di Sungai
Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya. Mahasiswa Fakultas Sains dan
Teknologi Program Studi Biologi.
Tarigan, A. dkk. (2017). Tangkapan dan tingkat kematangan gonad Ikan selar kuning
(Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka. Acta Aquatica Aquatic
Sciences Journal, 44-52.
Tsalis, N. (2018, Februari). Apa Yang Dimaksud Reproduksi Ikan. Retrieved from
Dictio: https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-reproduksi-
ikan/16222
29
Warseno, Y. (2018). Budidaya Lele Super Intensif di Lahan Sempit. Jurnal Riset
Daerah, XVII.
30
LAMPIRAN
31