LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh
Bela Aprilia Nuraini
NIM 172310101143
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya.Sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah individu mata kuliah Keperawatan Medikal dengan baik.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya
dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca supaya saya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.Serta dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Balance cairan ................................................................................................... 37
Aktivitas harian ................................................................................................. 38
Hasil pemeriksaan dan laboratorium ................................................................. 44
Analisa Data dan Masalah ................................................................................. 45
Intervensi ........................................................................................................... 49
Implementasi ..................................................................................................... 54
Evaluasi ............................................................................................................. 56
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I PENDAHULUAN
dalam praktek keperawatan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk membahas
tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien
ulkus kaki diabetikum.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Membahas tentang anatomi dan fisiologi sistem endokrin dan
pankreas
2. Membahas tentang definisi ulkus kaki diabetikum
3. Membahas tentang epidemiologi ulkus kaki diabetikum
4. Membahas tentang etiologi ulkus kaki diabetikum
5. Membahas tentang klasifikasi ulkus kaki diabetikum
6. Membahas tentang manifestasi klinis ulkus diabetikum
7. Membahas tentang patofisiologi ulkus kaki diabetikum
8. Membahas tentang pemeriksaan penunjang ulkus kaki diabetikum
9. Membahas tentang pathway ulkus kaki diabetikum
10. Membahas tentang penatalaksanaan ulkus kaki diabetikum
11. Membahas tentang komplikasi ulkus kaki diabetikum
12. Membahas tentang prognosis ulkus kaki diabetikum
13. Membahas tentang konsep asuhan keperawatan ulkus kaki
diabetikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar. pankreas
2.3 Epidemiologi
Prevalensi UKD berkisar antara 4-10%, dengan prevalensi yang lebih
rendah (1,5-3,5%) pada orang muda dan lebih tinggi (5-10%) padaorang tua.
Sekitar 14-24% pasien UKD akan memerlukan amputasi, dengan angka rekurensi
50% setelah tiga tahun. Kesintasan (survival rate) setelah amputasi ekstremitas
bagian bawah pada individu diabetes lebih rendah dibandingkan individu
nondiabetes. Mortalitas lima tahun paska amputasi sekitar 68%, dan angka
harapan hidup lebih rendah pada pasien dengan tingkat amputasi yang lebih
tinggi. Di Indonesia angka kematian dan angka amputasi akibat ulkus kaki
diabetikum masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25%, sebanyak 14,3%
akan meninggal setahun paska amputasi 37% meninggal dalam tiga tahun paska
amputasi (Langi, 2011).
Di amerika, prevalensi pasien ulkus diabetik mencapai angka sebesar 15-
20% dengan angka amputasi sebanyak 80.000 pertahun dan angka mortalitas
sebesar 17,6% serta menjadi sebab utama dilakukannya perawatan pasien di
rumah sakit. Sedangkan di Indonesia, prevalensi ulkus diabetik juga hampir sama
yaitu mencapai angka 15% dari seluruh penderita seluruh diabetes (Fahmi, 2015).
Prevalensi angka kematian akibat ulkus dan gangren berkisar 17-23%, sedangkan
angka amputasi berkisar 15-30%. Angka kematian satu tahun pasca amputasi
sebesar 14,8%. Jumlah itu meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%, rata-rata
umur pasien hanya 23,8 bulan pasca amputasi (Rina, 2015).
2.4 Etiologi
Terjadinya komplikasi pada pasien diabetes melitus sebagian besar
disebabkan karena 3 hal yaitu: neuropati, iskemik dan neuroiskemik. Dan
neuroiskemik tersebut merupakan perpaduan antara neuropati dan iskemik perifer
yang mengakibatkan terjadinya kelainan pembuluh darah perifer. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyebab utama kejadian ulkus diabetik diantaranya neuropati
dan kelainan pembuluh darah perifer yang menyebabkan iskenmik pada jaringan
perifer (Supriyadi, 2017).
Ulkus kaki diabetik sering terjadi karena kombinasi neuropatik (sensorik,
motorik, otonom) dan iskemia, kondisi ini diperparah lagi dengan infeksi.
Neuropati diabetikum menjadi faktor risiko utama terjadinya ulkus pada kaki.
Hilangnya sensasi nyeri akan merusak kaki secara langsung. Kerusakan saraf
perifer sering timbul perlahan-lahan dan sering tanpa gejala. Neuropati sensorik
membuat kaki penderita tidak dapat merusak apapun. Penggunaan alas kaki yang
tidak sesuai ukuran dan neuropati motorik akan mengubah karakteristik dari
postur kaki sehingga membuat kaki menjadi melengkung, ujung kaki menekuk,
dan membuat tekanan yang pada tumit dan kaput metatarsal yang akhirnya akan
membuat kulit menjadi tebal (kalus) yang sewaktu-waktu dapat pecah sehingga
menimbulkan ulkus. Kalus merupakan prediktor penting timbulnya ulkus (Eka
dkk, 2017).
7
2.5 Klasifikasi
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetik yaitu klasifikasi
olehEdmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool,
klasifikasi Wagner, klasifikasi Texas, serta yang lebih banyak digunakanadalah
yang dianjurkan oleh International Working Group On Diabetik Footkarena dapat
menentukan kelainan apa yang lebih dominan yakni vaskular,infeksi dan
neuropati, sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapattertuju dengan baik,
8
edema kurang dari 2 cm, berwarna merah muda, dan inflamasi minimal. Pasien
DM dengan kriteria infeksi ringan ditandai dengan demam, kemerahan, dan
edema pada kaki harus dirawat di rumah sakit. Kepekaan atau nyeri sebagian
besar tidak lagi terasa atau kadang-kadang dan tanpa maserasi atau kurang 25%.
Bukti adanya infeksi adalah timbulnya gejala klasik inflamasi (kemerahan, panas
di lokasi luka, bengkak, nyeri) atau sekresi purulen atau gejala tambahan (sekresi
non purulen, perubahan jaringan granulasi, kerusakan tepi luka atau maserasi dan
bau yang menyengat) (Eka dkk, 2017).
2.7 Patofisiologi
Penyebab utama UKD yaitu neuropati, kemudian iskemia pembuluh darah
perifer. Prevalensi neuropati perifer 23-50% pada pasien DM dan lebih dari 60%
UKD disebabkan neuropati yang berupa neuropati sensorik, motorik dan otonom.
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu akibat neuropati sensorik menyebabkan
hilangnya kewaspadaan akibat trauma atau benda asing, akibatnya banyak luka
yang tidak diketahui secara dini dan semakin memburuk karena terus menerus
mengalami penekanan. Kerusakan inervasi otot-otot intrinsik kaki akibat
neuropati motorik menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi dan ekstensi
kaki serta deformitas kaki, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan telapak kaki yang selanjutnya memicu timbulnya kalus. Kalus
yang tidak ditangani dengan baik akan menjadi sumber trauma bagi kaki tersebut.
Neuropati otonom menyebabkan penurunan fungsi kelenjar keringat dan sebum.
Kaki akan kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan kulit, kulit menjadi
kering dan pecah-pecah sehingga mudah terinfeksi (Langi, 2011).
Penyakit arteri perifer (PAP) merupakan faktor yang berkontribusi
terhadap perkembangan UKD pada 50% kasus. PAP jarang berdiri sendiri sebagai
penyebab UKD. Merokok, hipertensi dan hiperlipidemia memberikan kontribusi
pada perkembangan PAP. Adanya iskemia akibat insufisiensi artei perifer
menyebabkan terjadinya penurunan oksigenasi di daerah ulkus yang mempersulit
penyembuhan. Kelainan selanjutnya menyebabkan nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Selain itu PAP
juga menyebabkan sulitnya pengaliran antibiotik ke daerah infeksi (Langi, 2011;
Supriyadi, 2017).
2.10 Pathway
umur
Penurunan penurunan
fungsi indra fungsi
pengecap pankreas
Konsumsi penurunan
makanan manis kuantitas dan Gaya hidup
berlebih kualitas insulin
Hiperglikemia
Penurunan glukosa
dalam sel Kerusakan vaskuler
Ulkus
BB turun
Kerusakan integritas
Risiko kulit
ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Pembedahan
Nyeri akut (debridement)
Risiko infeksi
17
b. Sirkulasi
Tanda yang ditunjukkan adalah hipotensi, takikardia, disritmia, suara
jantung melemah, nadi perifer melemah, pengisian kapiler memanjang,
ekstrimitas dingin, sianosis, dan membran mukosa hitam keabu-abuan
(peningkatan pigmentasi).
c. Integritas ego
Gejala yang ditunjukkan adalah adanya riwayat faktor stress yang baru
dialami, termasuk sakit fisik, pembedahan, perubahan gaya hidup, dan
ketidakmampuan mengatasi stress. Tanda yang ditunjukkan adalah
ansietas, peka rangsang, depresi, dan emosi tidak stabil.
d. Eliminasi
Gejala yang ditunjukkan adalah diare sampai dengan adanya konstipasi,
kram abdomen, perubahan frekuensi dan karakteristik urin. Tanda yang
ditunjukkan adalah diuresis sampai dengan oligouria.
e. Makanan/ cairan
Gejalanya diantaranya anoreksi berat, mual, muntah, kekurangan zat
garam, berat badan menurun dengan cepat, mudah lapar. Tanda yang
ditunjukkan adalaha turgor kulit buruk dan membran mukosa kering,
penyembuhan luka lambat, ketidakstabilan kadar glukosa darah,
konjugtiva pucat.
f. Neurosensori
Gejala yang biasa terjadi adalah pusing, sinkope (pingsan sejenak),
gemetar, sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti diaphoresis,
kelemahan otot, penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stress,
kesemutan, baal, dan lemah. Tanda-tandanya adalah disorientasi waktu,
tempat, orang (karena kadarnatrium rendah), letargi, kelelahan mental,
peka rangsang, cemas, koma (dalam keadaan krisis), parestesia, paralisis,
asthesia (pada keadaan kritis), penciuman berlebihan, dan ketajaman
pendengaran meningkat.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala yang ditunjukkan adalah nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri
tulang belakang, nyeri pada abdomen, dan nyeri pada ekstrimitas.
h. Pernapasan
Gejala yang ditimbulkan adalah dispnea, pernapasan kussmaul. Tanda
yang muncul adalah kecepatan pernapasan meningkat, takipneas, suara
napas crackels atau rokhi.
i. Keamanan
Gejala yang muncul adalah tidak toleran terhadap panas atau cuaca panas.
Tanda yang ditunjukkan adalah hiperpigmentasi kulit menyeluruh atau
bintik-bintik, peningkatan suhu (demam yang diikuti dengan hipotermi),
otot menjadi kurus, gangguan atau tidak mampu berjalan.
19
j. Seksualitas
Gejala yang timbul adalah hilangnya tanda-tanda seks sekunder
(berkurangnya rambut-rambut pada tubuh), hilangnya libido, impotensi.
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala yang muncul adalah riwayat penyakit keluarga diabetes, TB, kanker,
pankreatitis, tiroiditis, hipertensi.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan diabetes
mellitus dan ulkus diabetic antara lain (NANDA, 2012-2014):
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmosis,
dehidrasi sel.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan insufisiensi insulin, intake kurang, mual muntah, gangguan
metabolisme nutrien
c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan manajemen
diabetes yang tidak tepat
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer kerusakan sirkulasi arteri, kurang
aktifitas, kebiasaan merokok
e. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Disfungsi seksual berhubungan dengan neuropati
g. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan
kesulitan ekonomi, kurangnya informasi mengenai tata cara minum obat
hipoglikemik oral
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit,
gangguan sirkulasi, penurunan sistem imun, gangguan sensasi, nutrisi tidak
adekuat
i. Nyeri akut berhubungan dengan luka terbuka, pembedahan.
j. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan dengan adanya ulkus
diabetes pada kaki kanan, penurunan kekuatan otot, gangguan neurosensori
pada ekstrimitas
k. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan persepsi
nyeri pada ekstrimitas
l. Risiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, kerusakan sistem
penyembuhan luka, perubahan sirkulasi
m. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan invasi bakteri ke area
luka, menurunnya sistem imun.
n. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri
20
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguanperfusi TJ: mempertahankan 1. Ajarkan pasien 1. Dengan mobilisasi
jaringan b.d sirkulasi perifer tetap untuk melakukan meningkatkan
menurunnya normal mobilisasi sirkulasi darah
aliran darah ke KH: 2. Ajarkan tentang
daerah gangren 1. Denyut nadi faktor-faktor yang 2. Meningkatkan dan
akibat adanya perifer teraba kuat dapat meningkatkan melancarkan aliran
obstruksi dan reguler aliran darah: darah sehingga tidak
pembuluh darah 2. Warna kulit tinggikan kaki terjadi oedema.
disekitar luka tidak sedikit lebih rendah
pucat/sianosis dari jantung (posisi
3. Kulit sekitar luka elevasi pada waktu
teraba hangat istirahat), hindari
4. Oedem tidak penyilangan kaki,
terjadi dan luka tidak hindari penggunaan
bertambah parah bantal di belakang
5. Sensorik dan lutut dan sebagainya,
motorik membaik hindari balutan ketat
3. Ajarkan tentang
modifikasi faktor- 3. Kolesterol tinggi
faktor resiko berupa: dapat mempercepat
hindari diet tinggi terjadinya
kolesterol, teknik arterosklerosis,
relaksasi, merokok dapat
menghentikan menyebabkan
kebiasaan merokok, terjadinya
dan penggunaan obat vasokontriksi
vasokontriksi. pembuluh darah,
relaksasi untuk
mengurangi efek
21
stres.
4. Kolaborasi
dengan tim 4. Pemberian
kesehatan lain dalam vasodilator akan
pemberian meningkatkan
vasodilator, dilatasi pembuluh
pemeriksaan gula darah sehingga
darah secara rutin perfusi jaringan
dan terapi oksigen. dapat diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dapat mengetahui
perkembangan dan
keadaan pasien,
terapi oksigen untuk
memperbaiki
oksigenisasi daerah
ulkus/gangren
membantu
mengurangi nyeri
pasien
meningkatkan
pemasukan glukosa
ke
dalam jaringan
sehingga gula darah
menurun,pemberian
diet yang sesuai
dapat mempercepat
penurunan gula
darah dan mencegah
komplikasi.
3. Kolaborasi 3. Untuk
Lakukan mengidentifikasi
27
akurat tentang
5. Berikan penyakitnya dan
keyakinan pada keikutsertaan pasien
pasien bahwa dalam melakukan
perawat, dokter, dan tindakan dapat
tim kesehatan lain mengurangi beban
selalu berusaha pikiran pasien.
memberikan
pertolongan yang 5. Sikap positif
terbaik dan dari timkesehatan
seoptimal mungkin. akan membantu
6. Berikan menurunkan
kesempatan pada kecemasan yang
keluarga untuk dirasakan pasien.
mendampingi pasien
secara bergantian.
7. lingkungan
yang tenang dan
nyaman dapat
membantu
mengurangi rasa
cemas pasien.
gambaran diri dilakukan tindakan psi pasien tentang adanya rasa negatif
berhubungan keperawatan selama 4 perubahan gambaran pasien terhadap
dengan perubahan x 24 jam Pasien diri berhubungan dirinya.
bentuk salah satu dapatmenerima dengan keadaan 2. Memudahkan
anggota tubuh perubahan bentuk anggota tubuhnya dalm menggali
salah satu anggota yang kurang permasalahan
tubuhnya secar berfungsi secara pasien.
positif. normal.
Kriteria Hasil : 2. Lakukan 3. Pasien akan
a. Pasien mau pendekatan dan bina merasa dirinya di
berinteraksi dan hubungan saling hargai.
beradaptasi dengan percaya dengan 4.dapat
lingkungan. Tanpa pasien. meningkatkan
rasa malu dan rendah 3. Tunjukkan rasa kemampuan dalam
diri. empati, perhatian mengadakan
b. Pasien yakin dan penerimaan pada hubungan dengan
akan kemampuan pasien orang lain dan
yang dimiliki. 4.Bantu pasien untuk menghilangkan
mengadakan perasaan terisolasi.
hubungan dengan
orang lain 5.Untuk
5. Beri kesempatan mendapatkan
kepada pasien untuk dukungan dalam
mengekspresikan proses berkabung
perasaan kehilangan. yang normal.
6. Beri dorongan
pasien untuk
berpartisipasi dalam 6.Untuk
perawatan diri dan meningkatkan
hargai pemecahan perilaku yang adiktif
masalah yang dari pasien.
konstruktif dari
30
pasien.
terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan
tidur
pasien akibat
gangguan pola tidur
sehingga dapat
diambil tindakan
yang
tepat.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
I. Identitas Klien
Nama : Tn. F No. RM : 95210
Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Buruh
Jenis : Laki-laki Status : Menikah
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 05 Oktober 2015
Pendidikan :- Tanggal : 26 Oktober 2015
Pengkajian
Alamat : Ikan paus III/3 Sumber Informasi : Pasien dan
sempusari, Kaliwates keluarga
Jember
Genogram:
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
3.2 Pengkajian
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien cukup mehamami tentang
penyakit yang dialami saat ini, terutama karena keluarga pasien juga
banyak yang pernah mengalam diabetes melitus. Sebelumnya jika pasien
sakit hanya di obati dengan cara tradisional, misalnya jika kembung hanya
di kompres hangat saja tanpa memberli obat di toko, dan apabila sakit
yang cukup parah biasanya di bawah ke klinik atau rumah sakit terdekat.
Menurut keluarga, meskipun pasien sudah memahami tentang penyakitnya
akan tetapi pasien sangat bandel untuk mengatur pola makan dan
pengobatannya. Makanan yang tidak boleh di makan, tetap di makan oleh
pasien.
Interpretasi :
35
- Biomedical sign :
Hemoglobin : 8,5 gr/dL
Leukosit : 14,2 109/L
Trombosit : 624 109/L
Hematocrit : 24,2 %
Albumin : 2,2 gr/dL
Bill rek : 6,76 mg/dL
Bilirirubin total : 8,67 mg/dL
Kalsium : 1,8 mmol/L
Interpretasi :
Pasien mengalami penurunan kadar Hb, hematocrit, kalsium, albumin
serta kenaikan kadar bilirubin, trombosit, dan leukosit.
- Clinical Sign :
36
Keterangan
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian oleh alat
2 = dibantu sebagian oleh orang
3 = dibantu alat dan orang lain
4 = ketergantungan penuh
Status Oksigenasi :
Jalan napas paten, mampu bernapas spontan, pasien tidak mengeluh
sesak nafas, RR=16 kali/menit, tidak menggunakan otot bantu
pernafasan
Fungsi kardiovaskuler :
TD = 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, BJ 1 dan BJ2 terdengar
tunggal, ictus cordis teraba di ICS 4-5
Terapi oksigen :
Pasien tidak mendapat terapi oksigenasi
Interpretasi :
Pasien tidak mengalami gangguan fungsi respiratori dan kardiovaskuler
39
Harga diri :
Pasien mengatakan bingung karena setelah kakinya mengalami luka
tidak bisa bekerja lagi
Ideal Diri :
-
Peran Diri :
Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah tidak bisa
bekerja sejak sakit sehingga istri yang bekerja sebagai pedagang
Interpretasi :
Pola persepsi diri pasien terganggu sejak mengalami sakit
7. Pola seksualitas & reproduksi
Pola seksualitas : Tidak terkaji
Fungsi reproduksi : Tidak terkaji
8. Pola peran & hubungan
Pasien mengatakan peran pasien sebagai kepala rumah tangga, namun
sejak sakit sudah tidak bisa bekerja lagi sehingga dibantu oleh istri
yang bekerja sebagai pedagang
Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan anak saudara terjalin
dengan baik
Interpretasi :
Peran pasien terganggu sejak sakit namun hubungan dengan sanak
saudara masih terbina dengan baik
9. Pola manajemen koping-stress
Pasien pasien mengatakan bahwa apabila memiliki suatu masalah atau
uneg-uneg terutama tentang pekerjaan, biasanya pasien menceritakan
kepada istrinya. Apabila marah juga biasanya tidak terlalu di ambil pusing,
hanya ditinggal tidur saja
Interpretasi :
Mekanisme koping pasien dalam menghadapi masalah sudah cukup
baik, karena pasien mampu mengungkapkan permasalahan dengan
berdiskusi dengan istri
41
2. Mata
Inspeksi : edema pelpebra (-), sklera ikterik, konjungtiva anemis, pupil
isokor, posisi mata simetris (seimbang kanan dan kiri),
gerakanbola mata normal, bulu mata tipis, penglihatan normal
(tidak kabur)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
3. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat serumen, tidak menggunakan alat
bantu dengar, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada secret yang keluar dari hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
5. Mulut
Inspeksi : susunan rata, tidak memakai gigi palsu, bibir kering, tidak ada
luka, tidak ada kesulitan menelan, bau amoniak (-)
6. Leher
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada pembesaran tiroid
7. Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benjolan, pengembangan dada
normal, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Palpasi : pergerakan nafas kanan dan kiri +/+ simetris, ictus cordis
teraba di ICS 4-5, nyeri tekan di kuadran 1 (hipokondrium
dekstra, lumbal dekstra)
Perkusi : bunyi sonor pada area paru dan redup pada area jantung dan
hati
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, BJ1
dan BJ2 terdengar tunggal
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung, tidak ada asites, umbilikus berada di tengah,
persebaran rambut merata, tidak ada bekas luka, spidernevi (-)
43
5555 5555
4444 5555
Terapi
Tanggal 26 Oktober 2015
Infus Martoz + actr 8iu + aminofusin + asering 20 tpm
Infus actrapid 3 X 6 iu
Infus Levofloxacin 1x 500 mg
Injeksi mecobalamin 2x1 g
Injeksi Radin 3x1 ampul
Injeksi SNMC 1x 1
Injeksi cefoperazole sufbactam 2 X1 g
Per oral aspilet 1x1
Per oral urdahex 2x1
Per oral CPG 75 mg 1x1
Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
Jenis Nilai normal Hasil (hari/tanggal)
pemeriksaan Nilai Satuan 19-10- 20-10- 21-10- 23-10-2015 23-10
2015 2015 2015 2015
Hematologi
lengkap
Hemoglobin 13,5- gr/dL 8,3 10,9
17,5
Leukosit 4,5-11 109/L 23,6 26,2
3.2 Diagnosa
Analisa Data
ketidafefektifan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh
26 Ds: pasien mengatakan Adanya luka Hambatan £
Oktober bahwa untuk saat ini gangren mobilitas Luna
46
Aktivitas
sebagian dibantu
keluarga
Hambatan
mobilitas fisik
26 Ds: Sering batuk- Gangguan £
Oktober 1. pasien merasa pusing dan batuk dimalam pola tidur Luna
2015 tidak segar ketika bangun hari
tidur
2. pasien mengatakan hanya Sering
tidur ±1-2 jam malam hari terbangun pada
3. pasien mengatakan sering malam hari
terbangun saat tidur karena
batuk-batuk Tidak dapat
Do: - tidur kembali
Gangguan pola
tidur
26 Ds: pasien mengatakan Gangren Gangguan £
Oktober malu dengan kondisi citra tubuh Luna
2015 kakinya saat ini Hilangnya
Do: beberapa bagian
1. jari tulunjuk, tengah dan tubuh
47
Respon
maladaptif ()
Gangguan citra
tubuh
26 Ds: Luka pada kaki Ketidakefe £
Oktober 1. pasien mengatakan ktifan Luna
2015 bingung karena kakinya Tidak dapat performa
luka sehingga tidak dapat bekerja peran
bekerja kembali
2. peran pasien digantikan Tidak dapat
oleh istrinya sebagai pencari menjalankan
nafkah peran
Do: - semestinya
Pergantian peran
Ketidakefektifan
performa peran
26 Ds: Gangren pada Hambatan £
Oktober 1. pasien merasa sedih kaki religiositas Luna
2015 karena sejak sakit pasien
kesulitan untuk beribadah Kesulitan
dan mengikuti kegiatan melakukan
keagamaan di rumahnya ibadah dan
2. adanya gangren pada kegiatan
bagian kaki kanan keagamaan
48
Luka semakin
meluas
Kerusakan
integritas
jaringan
Diagnosa :
1. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang
d.d membran mukosa pucat, turgor kulit kering
2. Kerusakan integritas jaringan b.d jaringan rusak d.d adanya luka mekrotik
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kekuatan otot tidak memadai d.d aktivitas sehari-
hari sebagian dibatu oleh keluarga
4. Gangguan pola tidur b.d ketidakpuasan tidur d.d sering terbangun karena
batuk-batuk
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri d.d banyaknya bagian tubuh
yang termputasi dan luka yang parah
49
6. Ketidakefektifan performa peran b.d perubahan citra tubuh d.d pasien tidak
dapat bekerja kembali
7. Hambatan religiositas b.d kesulitan beribadah d.d adanya luka pada kaki
3.3 Intervensi
No Diagnosa Intervensi Rasional Paraf
keperawatan
1. Diagnosa domain2. 1100 Manajemen 1. Memberi diet £
Nutrisi Kelas 1. Nutrisi sesuai kebutuhan Luna
Makan (00002) 1. Atur diet yang 2. Agar klien
Ketidakseimbanga diperlukan (makanan mengerti
n nutrisi: kurang protein tinggi, mengenai nutrisi
dari kebutuhan makanan pengganti yang dibutuhkan
tubuh gula/kandungan gula klien
Definisi: rendah) 3. Asupan cairan
Asupan nutrisi pasien tetap
1300 manajemen
tidak cukup untuk terkontrol
gangguan makan
memenuhi 4. Berat badan
2. Ajarkan dan dukung
kebutuhan pasien tetap
konsep nutrisi yang
metabolik terkontrol
baik dengan klien
Tujuan : 5. Agar asupan
(dan orang
Setelah dilakukan klien sesuai
terdekat/keluarga
tindakan dengan
klien dengan tepat)
keperawatan selama kebutuhan
3. Monitor
3x24 jam,
intake/asupan dan
diharapkan nutrisi
asupan cairan secara
pasien adekuat
tepat
Kriteria hasil:
4. Monitor berat badan
1004status nutrisi
klien secara rutin
1. Asupan
5. Kolaborasikan dengan
makanan
ahli gizi dalam
ditingkatkan
menentukan asupan
dari skala 3
kalori harian yang
(cukup
50
normal)
mukosa
1. Integritas kulit
ditingkatkan dari
skala 3 (cukup
terganggu)
ditingkatkan ke
skala 5 (tidak
terganggu)
2. Nekrosis
ditingkatkan dari
skala 3 (cukup
terganggu)
ditingkatkan ke
skala 5 (tidak
terganggu)
2. Menopang berat
badan ditingkatkan
dari skala 3 (cukup
terganggu)
ditingkatkan ke
skala 5 (tidak
terganggu)
54
3.4 implementasi
2015 tindakan
26 09.45 Mengganti balutan sesuai Klien kooperatif £
Oktober dengan jumlah eksudat dan ketika dilakukan Luna
2015 drainase tindakan
3.5 evaluasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
26 13.30 Ketidakseimbangan S: Pasien mengetakan merasa £
Oktober nutrisi: kurang dari lebih segar Luna
2015 kebutuhan tubuh O: membran mukosa berwarna
merah muda dan bibir lembab,
turgor kulit dan elastisitas kulit
kembali normal
A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi
26 13.30 Kerusakan S: - £
Oktober integritas jaringan O: tidak terjadi pelebaran lesi Luna
2015 pada kulit
A: masalah teratasi sebagian
P:
Hentikan intervensi:
1.Ajarkan pada klien mengenai
perawatan luka
Lanjutkan intervensi:
1. Monitor karakteristik luka,
termasuk drainase, warna
ukuran dan bau
2. Berikan perawatan ulkus
pada kulit
3. Oleskan salep yang sesuai
dengan kulit/lesi
4. Ganti balutan sesuai dengan
jumlah eksudat dan drainase
26 13.30 Hambatan S: - £
Oktober mobilitas fisik O: klien dapat melakukan Luna
2015 aktivitas mandiri dengan
57
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik
diabetes melitus (DM) yang sering dijumpai dan ditakuti oleh karena
pengelolaannya sering mengecewakan dan dapat berakhir dengan amputasi
bahkan kematian.
2. Di Indonesia angka kematian dan angka amputasi akibat ulkus kaki
diabetikum masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25%, sebanyak
14,3% akan meninggal setahun paska amputasi 37% meninggal dalam tiga
tahun paska amputasi
3. Terjadinya komplikasi pada pasien diabetes melitus sebagian besar
disebabkan karena 3 hal yaitu: neuropati, iskemik dan neuroiskemik.
4. Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetik, namun yang paling sering
digunakan di Indonesia yaitu klasifikasi Wagner yang mengklasifikasikan
UKD menjadi 6 derajat.
5. Tanda dan gejala UKD seperti sering kesemutan, nyeri pada kaki saat
istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi,
dingin dan kuku menebal serta kulit kering.
6. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu akibat neuropati sensorik menyebabkan
hilangnya kewaspadaan akibat trauma atau benda asing, akibatnya banyak
luka yang tidak diketahui secara dini dan semakin memburuk karena terus
menerus mengalami penekananyang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan telapak kaki yang selanjutnya memicu
timbulnya kalus yang dapat menyebabkan ulkus.
7. Pemeriksaan penunjang pada pasien ulkus kaki diabetikum antara lain X-
Ray, EMG (Electromyography), Pemeriksaan laboratorium.
8. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes yaitu dengan cara debridemen,
penanganan iskemia, perawatan luka, dll.
9. Sebagian besar apabila ulkus kaki diabetik tidak diatasi maka dapat
menyebabkan komplikasi amputasi.
10. Prognosis ulkus diabetikum tergantung dari derajat ulkus ketika mencari
pengobatan, pada ulkus diabetikum derajat Wagner 0-2 maka
prognosisnya adalah dubia dan derajat 3-5 adalah dubia ad malam.
4.2 Saran
4.2.1Bagi Rumah Sakit
1)Memberikan pendidikan dan pelatihan yang spesifik mengenai
ulkus kaki diabetikum.
59
RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 4(1): 243-248.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Supriyadi. 2017. Panduan Praktis Skrining Kaki Diabetes Melitus. Yogyakarta:
Deepublish.