Pembimbing:
dr. Rismauli Veronika P. Aruan
Disusun oleh:
dr. Meilia Zainudin
PUSKESMAS KELURAHAN TEGAL ALUR II
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 6 FEBRUARI 2019 – 6 JUNI 2019
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO
Disusun oleh:
dr. Meilia Zainudin
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan mini project mengenai Aplikasi Tanaman Serai Pada
Warga RT 08 RW 05 Kelurahan Tegal Alur Untuk Mengurangi Angka Kejadian DBD.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyusunan mini project ini, yaitu dr. Rismauli Veronika P. Aruan selaku dokter pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta
memberikan dukungan selama proses mini project ini. Terimakasih juga Penulis ucapkan
kepada Ibu RT 08, Ibu Kader Jumantik, dan juga pihak-pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis berharap mini project ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
mengenai kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di wilayah kelurahan Tegal Alur 2 guna
menurunkan angka kejadian DBD yang sedang marak. Penulis menyadari bahwa mini project
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis ingin meminta maaf apabila terdapat
kesalahan-kesalahan di dalamnya. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki kekurangan mini project ini di kemudian hari sehingga
kebermanfaatannya dapat terus dirasakan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................. 3
1.4.1 Bagi Masyarakat ........................................................................................... 3
1.4.2 Bagi Tenaga Keshatan dan Instansi.............................................................. 3
1.4.3 Bagi Penulis .................................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 46
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 48
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan utama di 100 negara-negara
tropis dan subtropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan. Kira-kira 50 juta kasus baru terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya (WHO,
2011). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
di Indonesia. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya
pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya
meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini
menyebar luas ke seluruh Indonesia (Kemenkes, 2010).
Di Indonesia jumlah kasus DBD fluktuatif setiap tahunnya. Data dari Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes RI, pada
2014 jumlah penderita mencapai 100.347, 907 orang diantaranya meninggal. Pada 2015,
sebanyak 129.650 penderita dan 1.071 kematian. Sedangkan di 2016 sebanyak 202.314
penderita dan 1.593 kematian. Di tahun 2017, terhitung sejak Januari hingga Mei tercatat
sebanyak 17.877 kasus, dengan 115 kematian. Angka kesakitan atau Incidence Rate (IR)
di 34 provinsi di 2015 mencapai 50,75 per 100 ribu penduduk, dan IR di 2016 mencapai
78,85 per 100 ribu penduduk. Angka ini masih lebih tinggi dari target IR nasional yaitu
49 per 100 ribu penduduk (Kemenkes, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus dengue ini
sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemik, dan
peningkatan sarana transportasi. Morbiditas dan mortalitas infeksi dengue dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain status imunologis pejamu, kepadatan vektor nyamuk,
transmisi virus dengue, faktor keganasan virus, dan kondisi geografis setempat (WHO,
2011).
1
Sulitnya menurunkan insiden DBD di Jakarta merupakan tantangan sendiri bagi
pemerintah DKI Jakarta. Hal ini perlu dikaji lebih jauh, mengingat sudah ada nya
beberapa program untuk mengurangi angka kejadian DBD seperti program larvitrap,
abatisasi massal, Pemberantasan Sarang Nyamuk yang rutin dilakukan setiap hari rabu
dan jumat. Menjadi tanda tanya besar, sesungguhnya bagaimana praktik pencegahan
DBD yang berjalan di wilayah DKI Jakarta, terutama Jakarta Barat mengingat masih
tingginya angka kejadian DBD. Upaya pengendalian virus Dengue melalui gerakan PSN
ini membutuhkan ketekunan, motivasi, dan partisipasi dari masyarakat. Untuk itu
diperlukan penelitian yang bertujuan memberikan gambaran tentang perilaku kesehatan
terkait praktik pencegahan DBD pada masyarakat dengan insiden DBD tinggi serta
metode baru dengan menanam tanaman pemberantas nyamuk seperti serai.
Dari data surveilan Kelurahan Tegal Alur pada januari-februari 2019 ditemukan
kasus Demam Berdarah Dengue sebanyak 123 kasus, dengan rincian bulan januari 59
kasus dan bulan februari 64 kasus. Dari 123 kasus yang ada, RT 08 RW 05 menempati
urutan pertama kasus terbanyak yaitu 21 kasus pada bulan januari dan 14 kasus pada
bulan februari (Dinkes, 2019). Karena alasan itulah maka perlu ditingkatkan kembali
usaha pemberantasan nyamuk khususnya di RT 08 RW 05 guna menurunkan angka DBD
di wilayah tersebut.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengurangi angka kejadian DBD di wilayah Kelurahan Tegal Alur khususnya RT
08 RW 05.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga di wilayah RT 08, RW 05,
Kelurahan Tegal Alur tentang penyakit demam berdarah dan kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Menerapkan metode baru yaitu menanam serai guna memberantas nyamuk.
3
Mengembangkan kemampuan dalam penulisan ilmiah serta sebagai pemenuhan
syarat dalam Program Internsip Dokter di puskesmas kelurahan Tegal Alur 2.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vektor
2.1.1 Vektor Penyakit DBD
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam gugus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat . Terdapat 4 serotipe virus tipe ini yaitu DEN-
1,DEN-2,DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue
atau demam berdarah dengue (Suhendro et al., 2006). DEN-1 dan DEN-2
ditemukan di Irian ketika perang dunia ke II, DEN-3 dan DEN-4 ditemukan di
Filipina pada tahun 1953-1954. Virus ini berbentuk batang, stabil pada suhu 7 ̊0C,
sensitive terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksisiklat. Keempat
serotipe ditemukan pada pasien di Indonesia dengan Dengue-3 merupakan tipe yang
paling banyak (Mandriani, 2010). Terdapat reaksi silang antara serotype dengue
dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanase encephalitis, dan west Nile
Virus (Suhendro et al., 2006).
Nyamuk ini dapat hidup optimal pada ketinggian di atas 1000 meter di atas
permukaan laut, tapi dari beberapa laporan dapat ditemukan pada daerah dengan
ketinggian sampai dengan 1.500 meter, bahkan di India dilaporkan dapat ditemukan
pada ketinggian 2.121 meter serta di Kolombia pada ketinggian 2.200 meter (Aryu,
2010). Jarak terbang maksimum antara breding place dengan sumber makanan pada
Aedes sp. antara 50 sampai 100 meter. Umumnya nyamuk tertarik oleh cahaya
terang, pakaian berwarna gelap dan oleh adanya manusia atau hewan. Daya penarik
jarak jauh disebabkan karena perangsangan bau dari zat – zat yang dikeluarkan dari
hewan ataupun manusia, CO2, dan beberapa Asam Amino serta lokasi yang dekat
dengan temperature hangat serta lembab (Palgunadi, 2011).
Pada keadaan istirahat nyamuk dewasa hinggap dalam keadaan sejajar
dengan permukaan. Nyamuk Aedes betina mempunyai abdomen yang berujung
lancip dan mempunyai cerci yang panjang. Hanya nyamuk betina yang mengisap
5
darah dan kebiasaan mengisap darah pada Aedes aegypti umumnya pada waktu
siang hari sampai sore hari. Lazimnya yang betina tidak dapat membuat telur yang
dibuahi tanpa makan darah yang diperlukan untuk membentuk hormone
gonadotropik yang diperlukan untuk ovulasi. Hormon ini berasal dari corpora allata
yaitu pituitary pada otak insecta, dapat dirangsang oleh serotonin dan adrenalin dari
darah korbannya (Palgunadi, 2011).
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping
pula Aedes albopictus betina (Guzman, 2007). Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit
demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti) (Shu, 2006):
Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
Hidup di dalam dan di sekitar rumah
Menggigit/menghisap darah pada siang hari
Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah
Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-
lain.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti,
maka virus dengue akan masuk bersama darah yang dihisap olehnya. Didalam
tubuh nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada
dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka
alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu
dihisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang dihisapnya
tidak membeku (Mansjoer, 2000). Bersama dengan air liur inilah virus dengue
tersebut ditularkan kepada orang lain.
Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti (Sembel, 2009) :
1. Telur
Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur di atas permukaan air satu per satu.
Telur dalam keadaan kering dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama,
6
sekitar 6 bulan bahkan sampai hitungan tahun dalam bentuk dorman. Namun, bila air
cukup tersedia, telur-telur biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan.
2. Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering disebut dengan jentik. Larva nyamuk
memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas.
Untuk mendapatkan oksigen dari udara, larva nyamuk Aedes aegypti biasanya
menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus dengan permukaan air. Kebanyakan
larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya dalam air.
Larva biasanya melakukan pergantian kulit sebanyak empat kali dan berpupasi
sesudah 7 hari.
3. Pupa
Setelah mengalami pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa
berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air
terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah 2
atau 3 hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar dan terbang.
4. Dewasa
Nyamuk dewasa yang keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air
untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya. Setelah itu nyamuk akan
terbang untuk mencari makan. Dalam keadaan istirahat, nyamuk Aedes aegypti
hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan.
7
2.1.2 Pencegahan dan Pengendalian Vektor DBD
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara
utama yang dilakukan untuk memberantas DBD karena vaksin untuk mencegah dan
obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti dengan fogging (pengasapan) pada mulanya dianggap oleh masyarakat sebagai
cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah penyakit demam berdarah. Hal
tersebut ternyata tidak selalu benar, karena pemberantasan nyamuk Aedes aegypti
dengan metode ini hanyalah bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa yang infektif,
yaitu nyamuk yang di dalam tubuhnya telah mengandung virus Dengue dan siap
menularkan pada orang lain. Sedangkan cara mengatasi / mencegah terjangkitnya
penyakit Demam Berdarah Dengue yang paling penting adalah menanamkan
pengetahuan terhadap masyarakat, agar masyarakat berperilaku hidup sehat, yaitu
menjaga kebersihan lingkungan yang dapat menjadi sarang & tempat
berkembangbiaknya vektor penyakit termasuk nyamuk Aedes aegypti. Hal ini
dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit, yaitu memutus mata rantai
perkembangbiakan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa (Kusumawati Y. Et al.,
2008).
Program yang dianggap efeketif yang dapat dilakukan adalah gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara masssal atau nasional. PSN dilakukan
dengan menerapkan 4M plus. Kegiatan ini dilakukan seminggu sekali hingga dua kali,
gerakan ini dilakukan pada hari rabu maupun hari jumat oleh kader jumantik (Juru
Pemantau Jentik).
Pencegahan demam dilakukan dengan kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 4M Plus. 4M terdiri dari:
Menguras tempat penampungan air secara teratur seperti bak mandi, tempayan,
ember, vas bunga, tempat makan burung, dispenser, tempat penampungan air
kulkas.
Menutup rapat semua penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan
bertelur.
8
Menyingkirkan atau mendaur ulang semua barang bekas dan sampah yang dapat
menampung air hujan seperti ban bekas, kaleng bekas, bungkus makanan, plastic,
botol plastic, dan lain lain agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Memantau jentik nyamuk yang terdapat dalam semua penampungan air yang
berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk.
9
digunakan sebagai repellent nyamuk, fumigant (racun inhalasi) dipemukiman ataupun
bahan pewangi pada makanan dan kosmetik (Nakahara et al., 2003).
10
penduduk yang diiringi oleh peningkatan sarana transportasi menyebabkan penyebaran
virus DBD semakin mudah dan semakin luas (Kemenkes, 2016).
Incidence rate DBD berdasarkan provinsi pada tahun 2015, 3 provinsi tertinggi
adalah provinsi Bali, yaitu 208,7 per 100.000 penduduk, provinsi Kalimantan Timur
yaitu 183,12 per 100.000 penduduk dan provinsi Kalimantan Tenggara dengan IR
sebesar 120,08 per 100.000 penduduk. Sedangkan 3 dengan insiden rate terendah
adalah provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 0,68 per 100.000 penduduk, provinsi
Maluku sebesar 4,63 per 100.000 penduduk, dan Provinsi Papua Barat IR sebesar 7,57
per 100.000 penduduk. Dalam 5 tahun terakhir Provinsi Bali selalu menjadi salah satu
dari 5 provinsi dengan IR tertinggi dan merupakan provinsi dengan IR tertinggi setiap
tahunnya, kecuali pada tahun 2012 Provinsi Kalimantan Timur juga selalu berada pada
lima provinsi dengan IR tertinggi dari tahun 2012-2015. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya kejadian DBD di Provinsi Kalimantan Timur, kemungkinan
karena curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dan adanya lingkungan biologi yang
menyebabkan nyamuk lebih mudah berkembang biak (Kemenkes, 2016).
11
Distribusi Menurut Tempat (Place)
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat
dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi
dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Aedes aegypti tidak sempurna (Depkes
RI, 2007). Penyakit akibat Infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas diberbagai
Negara terutama di Negara tropik dan subtropik yang terlentak antara 300 lintang utara
dan 400 lintang selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik barat dan Caribbean dengan
estimasi kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Di Indonesia yang
merupakan negara kepulauan yang terbentang antara 60 lintang utara dan 110 lintang
selatan dengan iklim yang tropik, terjadinya epidemik suatu penyakit di Batavia
Jakarta yang kemungkinan besar adalah dengue dilaporkan pertama kali oleh David
Beylon pada tahun 1779 (Djunaedi, 2006).
Penyakit demam berdarah Dengue di jawa timur pertama kali terjadi di
surabaya tahun 1968 dengan penderita 58 dan 24 orang meninggal dunia (Case
Fatality Rate/KFR sebesar 41,3%). Pada tahu 1993 tercatat jumlah kasus 4.376 orang
(insidens 12,82 per 100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 74 orang
(CFR sebesar 1.69%). Pada tahun 1997 telah meningkat menjadi 7.622 orang (insidens
12,19 per 100.000 penduduk) dengan jumlah kematian 138 orang atau CFR sebesar
1,81% (Soegijanto, 2006).
12
yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu
lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat
maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di jawa pada
umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal januari, meningkat terus sehingga
kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.
13
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang
pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi
antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak.
Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi (virus
antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen.
Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang
intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma
dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam.
Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit,
penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura,
asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan
anoksia, yang dapat berakhir fatal. Oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting
guna mencegah kematian (Suhendro, 2006).
Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang
lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan
replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik
dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan
wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan
wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan
laboratoris (Suhendro, 2006).
14
Secondary heterologous dengue infection
Replikasi virus Anamnestic antibody response
Kompleks virus-antibody
Aktivasi komplemen Komplemen
Anafilatoksin (C3a, C5a) Histamin dalam urin ↑
Permeabilitas kapiler ↑ Ht ↑
> 30% pada Perembesan plasma Natrium ↓
kasus syok 24-48 jam
Hipovolemia Cairan dalam rongga serosa
15
Secondary heterologous dengue infection
Replikasi virus Anamnestic antibody
Kompleks virus antibody
16
2.2.4 Klasifikasi DBD
17
yang disertai dengan perdarahan seperti : epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan
saluran cerna, hematuri, dan menoragi. Demam Dengue (DD) yang disertai dengan
perdarahan harus dibedakan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita
Demam Dengue tidak dijumpai kebocoran plasma sedangkan pada penderita DBD
dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural
efusi, dan asites (Hadinegoro, 2004).
Confirmed diagnosis:
Probable diagnosis dengan setidaknya satu dari hal berikut:
• Isolasi virus dengue dari serum, CSF atau sampel otopsi.
18
• Peningkatan IgG serum empat kali lipat atau lebih besar (dengan uji penghambatan
hemaglutinasi) atau peningkatan IgM antibodi spesifik untuk virus dengue.
• Deteksi virus dengue atau antigen dalam jaringan, serum atau cairan serebrospinal
oleh imunohistokimia, imunofluoresensi atau uji imunosorben enzim-link.
• Deteksi urutan genom virus dengue dengan reaksi terbalik rantai transkripsi-
polimerase.
19
2.2.7 Tatalaksana DBD
Warning sign
• Tidak ada perbaikan klinis atau memburuknya keadaan sebelum atau selama
transisi ke fase afebril atau saat penyakit berkembang.
• Muntah yang persisten.
• Nyeri perut parah.
• Lesu dan / atau gelisah, perubahan perilaku yang tiba-tiba.
• Pendarahan: Epistaksis, feses hitam, hematemesis, perdarahan berlebihan saat
menstruasi, urin berwarna gelap (hemoglobinuria) atau hematuria.
• Pusing.
• Tangan dan kaki pucat, dingin dan lembab.
• Sedikit atau tidak ada urin keluar selama 4-6 jam.
Tatalaksana di rumah
• Pasien perlu istirahat total.
• Asupan cairan yang cukup seperti susu, jus buah, larutan elektrolit isotonik, larutan
rehidrasi oral (ORS) dan air jelai / beras. Waspadalah terhadap overhidrasi pada
bayi dan anak kecil.
• Jaga suhu tubuh di bawah 39° C. Jika suhu melampaui 39° C, berikan parasetamol
dengan dosis yang disarankan adalah 10 mg/kg/dosis dan harus diberikan dalam
frekuensi tidak kurang dari enam jam. Dosis maksimum untuk orang dewasa
adalah 4 gram / hari. Hindari penggunaan parasetamol terlalu banyak, dan aspirin
atau NSAID tidak dianjurkan.
• Kompres hangat pada dahi, ketiak, dan ekstremitas. Mandi air hangat
direkomendasikan untuk orang dewasa.
• Observasi warning sign.
20
• shock / impending shock .
21
diindikasikan untuk menemukan penyebab lain. Manajemen DBD/DSS dirinci di
bawah ini. Untuk penyebab lain, cairan IV, suportif, serta pengobatan simptomatik
harus diberikan saat pasien dalam pengawasan di rumah sakit. Pasien dapat
dipulangkan dalam waktu 8 hingga 24 jam jika menunjukkan pemulihan yang
cepat dan tidak dalam periode kritis (mis. ketika jumlah trombositnya> 100.000 sel
/ mm3).
22
Gambar 2.5 Tatalaksana DBD grade 3
(WHO, 2011)
24
BAB III
METODOLOGI
3.1 Desain Penelitian
25
3.5 Instrumen Penelitian
Penyuluhan :
- Media audio visual berupa laptop dan proyektor sebagai media presentasi materi
DBD dan PSN
Kunjungan rumah :
- Kartu kendali yang berisikan identitas dasar subyek, data ketertiban kegiatan
4M+ serta pemanfaatan tanaman serai, materi singkat 4M plus.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu
data yang diambil dari responden langsung pada saat kunjungan rumah dan melalui
kartu kendali yang diperiksa setiap dilakukan kunjungan rumah.
Pengambilan data 1
26
3.8 Wilayah Kerja
a. Data Umum
Kelurahan Tegal Alur terletak di bagian barat Provinsi DKI Jakarta di bawah Kota
Administrasi Jakarta Barat, dengan ketinggian dataran antara 0,5 – 1 meter diatas
permukaan laut dengan wilayah seluas 496,69 Ha. Kelurahan Tegal Alur memiliki
batas wilayah sebagai berikut :
b. Jumlah Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
No. Tahun Jumlah Penduduk
1. 2014 87.928 Jiwa
2. 2015 88.242 Jiwa
27
3. 2016 89.019 Jiwa
4. 2017 95.984 Jiwa
5. 2018 93.640 jiwa
Usia Jumlah
0–4 5.718
5–9 5.683
10 – 14 6.120
15 – 19 6.300
20 – 24 7.293
25 – 29 7.292
30 – 34 6.852
35 – 39 6.915
40 – 44 6.893
45 – 49 7.134
50 – 54 6.772
55 – 59 7.068
60 – 64 3.883
65 – 69 3.704
70 – 74 3.094
> 75 2.919
Jumlah 93.640
28
Jumlah RT/RW di Kelurahan Tegal Alur
RW RT
1 11
2 11
3 15
4 8
5 10
6 12
7 13
8 8
9 15
10 9
11 11
12 13
13 6
14 6
15 11
16 6
29
BAB IV
a. Sesi I
Kegiatan ini diikuti oleh 36 peserta yang sebagian besarnya adalah ibu
rumah tangga. Kegiatan ini dimulai tidak tepat waktu karena jumlah warga yang
hadir masih sangat sedikit sehingga kader dan ibu RT menyarakan untuk
memanggil kembali warga untuk segera hadir. Materi yang disampaikan dalam
penyuluhan ini mencakup definisi, tanda dan gejala, tatalaksana, serta pencegahan
DBD dengan 4M plus, serta pemaparan terkait tanaman serai yang menurut
beberapa penelitian dapat mengusir dan membunuh vektor DBD. Penyuluhan ini
menggunakan metode kuliah dengan powerpoint sebagai medianya lalu diikuti
oleh sesi tanya jawab. Sebelum pemberian materi, pemateri mencoba melontarkan
beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga terkait DBD,
hasilnya masih banyak warga yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup terkait
DBD walaupun penyuluhan tentang DBD sudah beberapa kali dilakukan di RT 08
RW 05 Kelurahan Tegal Alur. Pada saat penyuluhan, peserta tampak antusias dan
interaktif dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan terkait DBD. Di akhir
sesi penyuluhan, pemateri mencoba mengevaluasi tingkat pengetahuan warga
terkait DBD melalui beberapa pertanyaan dan sebagian besar warga sudah dapat
menjawab pertanyaan dari pemateri dengan benar.
30
b. Sesi II
Setelah sesi I berupa penyuluhan dan tanya jawab selesai, acara dilanjutkan
ke sesi II berupa pemaparan program untuk mengurangi angka kejadian DBD di
RT 08 RW 05 Kelurahan Tegal Alur. Warga dipaparkan dengan program dari
pemateri yang akan dilaksanakan 1 minggu setelah penyuluhan dengan durasi
kurang lebih 6 minggu dimana setiap rumahnya akan dikunjungi sebanyak 2 kali.
Program yang dilaksanakan adalah evaluasi 4M mandiri dan aplikasi tanaman serai
melalui kunjungan ke setiap rumah yang ada di RT 08 RW 05 Kelurahan Tegal
Alur. Evaluasi dilakukan menggunakan kartu kendali yang diberikan kepada setiap
rumah. Kartu ini berisi data dasar berupa : nama, usia, jumlah penghuni rumah,
pendidikan terakhir serta data kegiatan 4M (menguras, menutup, mendaur ulang,
memantau jentik), perawatan tanaman serai, jumlah jentik, serta angka kejadian
DBD di rumah tersebut. Pada kartu ini juga dicantumkan panduan 4M sehingga
warga dapat mengetahui apa yang harus dikerjakan, juga dicantumkan angka
kematian DBD setiap tahunnya di Indonesia, hal ini diharapkan mampu
meningkatkan kewaspadaan warga akan berbahayanya penyakit tersebut.
31
Berikut ini data masyarakat yang hadir pada penyuluhan dan pemaparan program
DBD :
No Nama No Nama
1 ny sanah 19 ny marni
2 ny jarulah 20 ny jirah
3 ny sudiyati 21 ny mia
4 ny maryamah 22 ny nurhayati
5 ny saen 23 ny janah
6 ny jamih 24 ny daimah
7 ny kas 25 ny evi
8 ny marwati 26 tn mumin
9 ny minaroh 27 tn daman
10 ny ridah 28 tn mamat
11 ny erna 29 ny darmii
12 ny emi 30 ny tasmini
13 ny rasmawati 31 ny ela
14 ny siti 32 ny indah
15 ny tika 33 tn mamat
16 ny lutfiah 34 tn jamin
17 ny nimah 35 ny diah
18 ny lastri 36 ny minah
Tabel 4.1 Absensi penyuluhan dan pemaparan program di Musholla RT08 RW05
32
4.2 Pelaksanaan Program
Kunjungan I
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan program adalah menanam
bibit serai dalam pot plastik yang akan berikan untuk semua warga yang
memenuhi kriteria program. Kunjungan rumah dimulai pada tanggal 5 Maret 2019.
Kunjungan setiap rumahnya dilakukan dengan mempertimbangkan cuaca pada hari
tersebut. Rumah yang dikunjungi adalah 12-18 rumah setiap sesi kunjungan sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada kunjungan pertama, setiap rumah akan
ditanyakan terlebih dahulu data dasar untuk dicantumkan pada kartu kendali dan
disimpan sebagai data mini project. Setelah itu, akan ditanyakan dan dievaluasi
secara langsung mengenai pelaksanaan 4M mandiri, juga dilakukan pemeriksaan
jentik dan pemberian tanaman serai. Penghuni rumah juga diedukasi kembali
terkait pelaksanaan 4M dan aplikasi tanaman serai serta mengingatkan kembali
bahwa akan dilakukan evaluasi kunjungan ke 2 kurang lebih 3 minggu setelah
kunjungan pertama. Kunjungan pertama berakhir pada tanggal 28 Maret 2019.
Pada kunjungan I didapatkan 136 rumah sebagai subjek peneltian.
33
Gambar 4.2 Kunjungan I
Menutup 133
136
x 100 = 97.9%
Memantau Jentik 51
x 100 = 37.5%
136
Kasus DBD 12
x 100 = 8.82%
136
34
Kunjungan II
Setelah setiap rumah yang memenuhi kriteria program mendapat
kunjungan I, rumah-rumah tersebut akan dilakukan kunjungan II. Apabila ada
rumah yang tidak dapat dikunjungi, rumah tersebut akan dilewati. Kunjungan II
dimulai pada tanggal 4 April 2019 dan berakhir pada 19 April 2019. Pada
kunjungan II warga akan ditanyakan dan dievaluasi secara langsung terkait
kepemilikan kartu kendali sekaligus pelaksanaan 4M+, perawatan tanaman serai,
kasus kejadian DBD terbaru, pemeriksaan jentik nyamuk, serta himbauan agar
warga secara mandiri tetap melaksanakan program ini secara berkesinambungan.
Pada kunjungan II dari 136 rumah sebagai subjek hanya terdapat 111 rumah yang
dapat dikunjungi kembali dan ada 44 rumah yang kehilangan kartu kendali yang
sudah diberikan sebelumnya pada kunjungan I.
35
Menguras 95
x 100 = 85.6%
111
Menutup 109
x 100 = 98.2%
111
Memantau Jentik 68
x 100 = 61.3%
111
Perawatan Serai 80
x 100 = 72.1%
111
Kasus DBD 0
x 100 = 0%
111
Kartu Hilang 44
x 100 = 32.4%
136
Absen Kedatangan 25
x 100 = 18.4%
136
Pada saat proses penelitian ada beberapa hal yang menurut peneliti dapat
menjadi faktor penyebab tingginya angka kejadian DBD di RT 08 RW 05. Salah
satu faktor yang diamati oleh peneliti adalah potensi perkembangbiakan jentik
lebih tinggi pada lingkungan ini jika dibandingkan dengan lingkungan lain dalam
RW yang sama. Tingginya jumlah jentik pada lingkungan ini dapat dipengaruhi
oleh kelembaban yang lebih tinggi pada sebagian besar rumah warga yang
mendapatkan sinar matahari dengan jumlah sedikit. Selain itu, curah hujan yang
tinggi pada bulan januari-maret dapat membuat jumlah genangan air lebih banyak
khususnya pada RT 08. Menurut pengamatan peneliti, RT 08 lebih rentan terjadi
banjir dibandingkan dengan RT lain pada RW yang sama, hal ini beberapa kali
mempengaruhi rencanana kunjungan peneliti akibat banjir.
Menurut pegamatan peneliti, kepadatan penduduk di lingkungan RT 08
RW 05 cukup padat jika dibandingkan dengan RT lainnya. Hal ini dapat dinilai
dari jumlah kepala keluarga kurang lebih 180 dengan rata-rata tiap gang nya
terdapat 5-10 rumah yang dimana tidak terdapat jarak antar rumah. Pada beberapa
tempat terlihat tumpukan sampah di sekitar rumah warga yang seharusnya lahan
36
tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal lainnya namun warga terbiasa membuang
sampah di lahan tersebut.
Sebagian besar rumah di RT 08 RW 05 terdiri dari satu lantai dengan
ukuran kurang lebih 25-50 m2 dan minimnya sekat antar ruangan dalam rumah
tersebut. Rata-rata setiap rumah memiliki satu tempat sampah sehingga sampah
basah dan kering tidak dipisah. Setiap rumah juga memilki tempat penampungan
air masing masing, sebagian besar terdiri dari satu tempayan dan penampungan
air dengan jumlah yang bervariatif antara 5-7 untuk mandi dan mencuci. Pada
umumnya tempayan terbuat dari plastik dan sudah ditutup rapat. Penampungan air
berupa bak ada yang terbuat dari semen dan ada yang berupa ember plastik. Dari
data yang dikumpulkan oleh peneliti, setiap rumahnya dihuni kurang lebih lima
orang dengan sebagian besar berlatar pendidikan SD dan SMP.
Jumlah sampel
Kunjungan I Kunjungan II
136 111
Dari 136 warga yang dikunjungi pada kunjungan I, terdapat 120 warga
yang sudah menguras tempat penampungan air secara rutin, sedangkan pada
37
kunjungan II terdapat 95 warga yang sudah menguras tempat penampungan air
secara rutin dari total 111 warga yang dikunjungi. Dari hasil tersebut, terdapat
penurunan persentase perilaku menguras tempat penampungan air sebesar 2,65%.
Menguras
Kunjungan I Kunjungan II
88.24 85.59
Dari 136 warga yang dikunjungi pada kunjungan I, terdapat 133 warga
yang menutup tempat penampungan air secara rutin, sedangkan pada kunjungan II
terdapat 109 warga yang menutup tempat penampungan air secara rutin dari total
111 warga yang dikunjungi. Dari hasil tersebut, terdapat kenaikan persentase
perilaku menutup tempat penampungan air sebesar 0,41%.
Menutup
Kunjungan I Kunjungan II
97.79 98.20
38
Daur Ulang
Kunjungan I Kunjungan II
32.35 59.46
Pantau Jentik
Kunjungan I Kunjungan II
37.5 61.26
Kunjungan I Kunjungan II
100.00 72.07
39
Ada beberapa indikator untuk jentik nyamuk Ae.aegypti salah satunya
adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase
antara rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik terhadap seluruh
rumah/bangunan yang diperiksa. Dari 136 rumah yang dikunjungi pada
kunjungan I, 27 rumah diantaranya terdapat jentik nyamuk pada tempat
penampungan air, sedangkan pada kunjungan II ditemukan 12 rumah yang
terdapat jentik nyamuk pada tempat penampungan air dari total 111 rumah yang
dikunjungi. Dari hasil tersebut, terdapat kenaikan ABJ sebesar 9,04 %. Walaupun
pada kunjungan II ABJ naik, namun angka tersebut masih di bawah ABJ ideal
yaitu sebesar 95%.
Kunjungan I Kunjungan II
80.15 89.19
Kasus DBD
Kunjungan I Kunjungan II
8.82 0
Pada kunjungan I dari total 136 warga yang dikunjungi semuanya
diberikan kartu kendali untuk memantau kegiatan 4M+ mandiri dan aplikasi
tanaman serai serta panduan singkatnya. Pada kunjungan II dari total 111 warga
yang dikunjungi terdapat 36 warga yang kehilangan kartu kendali namun hal ini
tidak menghambat pengambilan data.
40
Kartu Hilang
44 kartu 32.4%
42
BAB V
5.1 Kesimpulan
43
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti adanya program
lain yang dilakukan oleh pihak-pihak selain peneliti pada waktu yang bersamaan,
program lain tersebut berupa abatesasi massal, fogging massal, jumantik sekolah,
PSN grebek, dan pemasangan larvitrap. Selain program tersebut, juga terdapat
perubahan cuaca berupa penurunan curah hujan yang berpengaruh terhadap
penurunan genangan air yang berdampak pada perkembangbiakan nyamuk. Dari
hal tersebut disimpulkan bahwa meskipun adanya penurunan angka kejadian DBD
pada warga RT 08 RW 05 Kelurahan Tegal Alur setelah program aplikasi tanaman
serai, namun terdapat pula faktor-faktor perancu yang mempengaruhi hasil akhir
penelitian.
Penulis harap dengan diadakan program tersebut, pengetahuan warga
tentang DBD khususnya dalam hal pencegahan semakin meningkat sehingga hal
ini dapat meningkatkan semangat dan kesadaran warga akan pentingnya
pencegahan penyakit demam berdarah dengue dan warga dapat melaksanakan
kegiatan tersebut secara mandiri dan berkesinambungan sehingga diharapkan
kasus terjangkit demam berdarah dengue dapat di cegah dan berkurang setiap
tahunnya.
5.2 Saran
44
5.2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya
45
DAFTAR PUSTAKA
Aryu Candra. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010: 110 –119
Depkes RI, 2007. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia,
Jakarta.
Gubler D, Ooi E, Vasudevan S, Farrar J. 2014. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. CABI;
p.1
Guenther E. (1990). The Essential Oils. Diterjemahkan Ketaren, R. S. Minyak Atsiri, Jilid IV A.
UI.Press. Jakarta.
Guzman MG, Kouri G. Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J Infect Dis 2007;8:69-
80
Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. 2004. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan.. Edisi 3. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI (Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi). 2010. Buletin Jendela
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue vol. 2. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2016. Pusat Data dan Informasi (INFODATIN). Jakarta.
46
Mandriani E. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Yang Mengalami
Dengue Shock Syndrome (DSS) Rawat Inap Di RSU DR Pirngadi Medan Tahun 2008,
2010; Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14602
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI
: Media Aescullapius. Jakarta.
Palgunadi BU, Rahayu A. 2011. Aedes Aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah
Dengue. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulin M (IgM) and IgG ELISA and non- structural
protein NS1 serotype-specific IgG ELISA for differentiation of primary and secondary
dengue virus infections. Clin Diagn Lab Immunol 2006;10:622-30.
Soegijanto, S., 2006. Demam Berdarah Dengue, Cetakan I, Edisi Ke-2, Surabaya : Airlangga
University Press.
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. 4th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006.
Ulfa Y. Gafur A dan Pujawati E.D. (2009). Penetasan Telur dan Mortalitas Pupa Nyamuk Aedes
aegypti Pada perbedaaan Konsentrasi Air RebusanSerai (Andropogonnardus
L).Bioscientiae Jurnal. 37–48.
World Health Organization. 2009. DENGUE Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and
control (New Edition)
WHO, Regional Office for South East Asia (2011). Comprehensive Guidelines for Prevention
and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever: Revised and expanded edition.
SEARO Technical Publication Series No. 60. India
47
LAMPIRAN
1. Kartu Kendali
Tampak Depan
48
Tampak Belakang
49
2. Data Dasar Sampel
50
37 Abdullah Leha 40 3 0 sd sd
38 Jamin Samah 70 69 2 0 0 0
39 Sodikin Winda 25 21 3 1 smp smp
40 Andi Amel 25 25 5 0 smp sd
41 Jamadong Risma 56 54 10 1 sma sma
42 Krisnadi Sukeri 30 30 3 0 sma sma
43 Karjaya Nuhanah 43 42 14 0 sma sma
44 Triagus Sunarti 43 43 3 0 sd smp
45 Mukmin Isah 45 44 4 0 sd sd
46 Alinafiah Sulastri 54 48 4 0 stm smp
47 Mukhtar Gustina 35 33 4 0 stm smp
48 Sanah 80 2 0 0
49 Hasanuri Erna 36 34 4 0 smp smp
50 Sarman Nurhadi 54 52 6 0 0 smp
51 Saman Muinah 70 70 2 0 0 0
52 M Nasir Amsah 45 35 6 0 smp sd
53 Dodo Fitri 36 29 4 2 sma smp
54 Andres Luthfiah 21 20 3 0 smp smp
55 Bayu Sadiah 27 23 3 1 smk smp
56 Sani 50 2 0 sd
57 Namosnin Maniai 50 53 6 0 sma s1
58 Nanang Demitriana 50 51 3 0 sd smp
59 Otong Alijah 44 43 5 1 sma sma
60 Nifan Ida 65 50 5 0 0 0
61 Agus Epi 26 26 4 0 sd sd
62 Marwito Kaswati 62 52 3 0 sma d3
63 Saripah 70 1 0 0
64 Mustika Darmawati 40 32 4 0 smp sd
65 Cecep Nuraini 28 28 3 0 sma sma
66 Romla 60 2 0 0 0
67 Supriadi Yani 32 28 3 0 sma sma
68 Isa 70 3 0 0
69 Jamila 58 2 0 sd
70 Sugeng Indah 52 42 15 0 sma sd
71 Didi Iin 30 29 3 0 smp smp
72 Iwan Misah 56 52 4 0 sd 0
73 Apas Suryani 40 38 4 0 sd sd
74 Piin Suwarni 58 54 3 0 sd 0
75 Suwandi Yuyun 37 35 5 0 sma sd
51
76 sanah 57 1 0 0
77 Enjen Dian 40 38 5 0 smp smk
78 Adon Siti 28 30 5 0 sd smp
79 Sarjiman Tika 36 34 4 0 sma sma
80 Asep Murianti 28 26 4 0 smp sma
81 Tukugusmae Rosma 22 22 3 0 sd sd
82 Damanhuri Marina 45 44 4 0 smp smp
83 Firman Pujadiningsih 45 32 7 0 smp sd
84 Uri Mulyani 49 39 5 0 smp smp
85 Feri Suwani 41 40 4 0 smk sma
86 Leyad Saidi Minaroh 40 35 5 0 sma smp
87 Kotib Marwati 35 32 4 0 sma smp
88 Emi 59 1 0 sd
89 Saudi Indah 40 36 4 0 sma stm
90 Arwani Sani 40 37 4 0 sd sd
91 Saklan Rina 32 30 6 0 sd sd
92 Nasir Ana 45 36 4 0 sd smp
93 Sanip Maisaroh 35 34 5 0 sd sd
94 Adi Unah 51 46 5 0 sd sd
95 Mijan Novi 42 32 5 0 smp sma
96 Suhandi Analisa 34 32 5 0 sd sma
97 Karyono Ita 40 35 3 0 sd sd
98 Latif Ratih 51 47 6 0 sd sd
99 Amsin Ismi 53 48 6 0 sd sd
100 Pendi Siti 45 41 4 0 smp smp
101 Ali Ariati 54 63 2 0 sd sd
102 Mamat Nica 58 60 2 0 0 0
103 Didi Maryam 41 40 6 0 sd sd
104 Saiman Anis 34 26 3 0 smp smp
105 Sani 70 2 0 0 0
106 Saman Sutiah 48 40 8 0 0 0
107 Rohman Sumartini 40 40 11 0 sma sma
108 Karsono Ridha 38 33 4 0 sma sma
109 Napyar Maryamah 55 50 4 0 sd sd
110 Aji Heni 26 27 4 0 smp smp
111 Andri Asnawati 35 25 4 0 sd smp
112 Teguh Raitun 35 45 2 0 sd smp
113 Sanwani Nurfa 38 35 3 0 sma sma
114 Erot 46 5 0 sd
52
115 Bambang Siti Jamilah 37 32 4 0 smp smp
116 Sudianto Tika 35 30 4 0 sma sma
117 Asep Mimin 39 33 4 0 sd sd
118 Yohanes Salimah 46 44 3 0 sma sd
119 Mahmud Yanti 50 48 3 0 0 0
120 Husni Mely 36 30 4 0 smp smp
121 Kurnia Ayuliana 36 36 6 0 smp sma
122 Ade Suparman Sudiati 46 45 10 2 smp smp
123 Hajanafsiah 68 5 0 0 smp
124 Yanto Kokom 60 50 4 1 sd sd
125 Musa Defi 47 37 5 0 sma sma
126 Jamiat Hamidah 38 34 5 1 sma sma
127 Denis 28 2 0 smk
128 Acang Unah 65 50 4 0 sd sd
129 Amsiah 60 5 0 0
130 Masan Maemunah 57 50 10 0 sd sd
131 Ifan Risma 33 31 4 1 sma sma
132 Maman Ayanah 82 50 2 0 0 sd
133 Fauzi Warni 39 36 5 0 sd sd
134 Dede Tati 55 55 15 0 smp sd
135 Ramli Maesaroh 50 45 3 0 smp smp
136 Awi Sulis 32 28 2 0 sma sma
53
3. Dummy Table
4M
Daur Serai DBD
No Nama
Menguras Menutup ulang Pantau Jentik
1 2 1 2 1 2 1 jml 2 jml 1 2 1 2
1 Milah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
2 Marhati 1 1 1 1 0 0 1 3 1 0 1 1 1 0
3 Engkas 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
4 Nurhayati 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
5 Nurita 1 1 1 1 0 1 1 15 1 0 1 0 0 0
6 Jami 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
7 Bariyah 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
8 Rosida 1 1 0 1 1 1 0 0
9 Ahyani 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
10 Darti 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
11 Aisah 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0
12 Siti Komariyah 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
13 Ismi Wardah 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
14 Minah 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
15 Aas 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
16 Rosmiati 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
17 Munarah 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
18 Maemunah 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
19 Mia 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
20 Iis 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
21 Kanti 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
22 Rosdiana 1 1 1 1 0 1 1 0 0 3 1 0 1 0
23 Isnawati 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
24 Ayi 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0
25 Nur Asiah 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
26 Daimah 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
27 Warti 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
28 Elisa 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
29 Kaina 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
30 Epi 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
31 Nunung 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0
32 Darmiona 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0
33 Muna 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
34 Jannah 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
54
35 Ita 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
36 Suti 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
37 Leha 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
38 Samah 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
39 Winda 1 1 0 1 2 1 1 0
40 Amel 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
41 Risma 0 1 1 1 0 1 0 5 1 0 1 1 1 0
42 Sukeri 1 1 0 0 0 1 0 0
43 Nuhanah 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
44 Sunarti 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
45 Isah 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
46 Sulastri 1 1 0 0 0 0 1 0 0
47 Gustina 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
48 Sanah 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
49 Erna 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
50 Nurhadi 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
51 Muinah 1 1 1 0 0 1 0 0
52 Amsah 0 1 1 1 0 0 1 2 0 1 1 1 0 0
53 Fitri 1 1 1 1 0 1 0 3 1 0 1 1 2 0
54 Luthfiah 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0
55 Sadiah 0 1 1 1 0 0 0 5 0 0 1 1 1 0
56 Sani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
57 Maniai 1 1 0 0 0 1 0 0
58 Demitriana 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
59 Alijah 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
60 Ida 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
61 Epi 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
62 Kaswati 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0
63 Saripah 1 1 1 1 1 0 0 3 0 0 1 0 0 0
64 Darmawati 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 0 0 0
65 Nuraini 1 1 0 0 0 1 0 0
66 Romla 0 0 0 0 0 1 0 0
67 Yani 1 1 0 0 0 1 0 0
68 Isa 1 1 1 1 1 0 0 4 1 0 1 1 0 0
69 Jamila 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
70 Indah 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0
71 Iin 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
72 Misah 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
73 Suryani 1 1 0 0 0 1 0 0
55
74 Suwarni 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
75 Yuyun 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0
76 sanah 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
77 Dian 1 1 0 0 0 1 0 0
78 Siti 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
79 Tika 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
80 Murianti 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
81 Rosma 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
82 Marina 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
83 Pujadiningsih 1 1 1 1 0 0 0 2 0 3 1 0 0 0
84 Mulyani 1 1 0 0 0 1 0
85 Suwani 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
86 Minaroh 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 1 0 0 0
87 Marwati 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
88 Emi 1 1 1 1 1 1 1 0 1 3 1 1 0 0
89 Indah 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0
90 Sani 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
91 Rina 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
92 Ana 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0
93 Maisaroh 0 1 1 1 0 1 0 5 0 0 1 1 0 0
94 Unah 0 1 1 1 0 1 0 3 1 0 1 0 0 0
95 Novi 1 1 0 1 0 1 0
96 Analisa 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
97 Ita 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0
98 Ratih 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0
99 Ismi 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
100 Siti 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
101 Ariati 1 1 0 0 0 1 0
102 Nica 1 1 0 0 0 1 0
103 Maryam 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
104 Anis 1 1 0 0 0 1 0
105 Sani 0 0 1 1 1 1 0 2 0 0 1 1 0 0
106 Sutiah 1 1 0 1 0 1 0
107 Sumartini 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
108 Ridha 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0
109 Maryamah 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
110 Heni 1 1 0 1 0 1 0
111 Asnawati 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
112 Raitun 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
56
113 Nurfa 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0
114 Erot 1 1 0 0 0 1 0
115 Siti Jamilah 1 1 0 1 0 1 0
116 Tika 1 1 0 0 0 1 0
117 Mimin 1 1 0 1 0 1 0
118 Salimah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
119 Yanti 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0
120 Mely 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
121 Ayuliana 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0
122 Sudiati 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0
123 Hajanafsiah 1 0 1 1 1 1 0 2 0 1 1 1 0 0
124 Kokom 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
125 Defi 1 1 1 1 1 1 0
126 Hamidah 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0
127 Denis 1 1 1 0 0 1 0
128 Unah 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
129 Amsiah 1 1 1 1 0 0 3 0 0 1 1 0 0
130 Maemunah 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
131 Risma 1 1 0 1 0 1 1
132 Ayanah 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
133 Warni 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
134 Tati 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
135 Maesaroh 1 1 0 0 10 1 0
136 Sulis 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
jumlah 120 95 133 109 44 66 51 0.6 68 0.16 136 80 12 0
57
4. Data kehilangan dan Absen kedatangan
Absen
Kartu
No Nama Kunjungan
Hilang
2
1 Milah
2 Marhati
3 Engkas
4 Nurhayati 1
5 Nurita 1
6 Jami 1
7 Bariyah
8 Rosida 1
9 Ahyani
10 Darti
11 Aisah 1
12 Siti Komariyah
13 Ismi Wardah
14 Minah 1
15 Aas
16 Rosmiati
17 Munarah 1
18 Maemunah
19 Mia
20 Iis
21 Kanti
22 Rosdiana
23 Isnawati
24 Ayi 1
25 Nur Asiah
26 Daimah
27 Warti
28 Elisa
29 Kaina 1
30 Epi
31 Nunung 1
32 Darmiona 1
33 Muna
58
34 Jannah 1
35 Ita 1
36 Suti
37 Leha
38 Samah
39 Winda 1
40 Amel
41 Risma
42 Sukeri 1
43 Nuhanah 1
44 Sunarti
45 Isah
46 Sulastri 1
47 Gustina
48 Sanah
49 Erna
50 Nurhadi
51 Muinah 1
52 Amsah 1
53 Fitri 1
54 Luthfiah
55 Sadiah 1
56 Sani 1
57 Maniai
58 Demitriana 1
59 Alijah 1
60 Ida 1
61 Epi 1
62 Kaswati
63 Saripah 1
64 Darmawati
65 Nuraini 1
66 Romla 1
67 Yani 1
68 Isa 1
69 Jamila
70 Indah
71 Iin 1
72 Misah 1
59
73 Suryani 1
74 Suwarni
75 Yuyun
76 sanah
77 Dian 1
78 Siti
79 Tika
80 Murianti 1
81 Rosma 1
82 Marina
83 Pujadiningsih 1
84 Mulyani 1
85 Suwani
86 Minaroh
87 Marwati
88 Emi 1
89 Indah 1
90 Sani
91 Rina 1
92 Ana
93 Maisaroh
94 Unah
95 Novi 1
96 Analisa
97 Ita
98 Ratih
99 Ismi
100 Siti 1
101 Ariati 1
102 Nica 1
103 Maryam 1
104 Anis 1
105 Sani 1
106 Sutiah 1
107 Sumartini
108 Ridha
109 Maryamah 1
110 Heni 1
111 Asnawati 1
60
112 Raitun
113 Nurfa
114 Erot 1
115 Siti Jamilah 1
116 Tika 1
117 Mimin 1
118 Salimah
119 Yanti
120 Mely
121 Ayuliana
122 Sudiati
123 Hajanafsiah 1
124 Kokom
125 Defi 1
126 Hamidah 1
127 Denis 1
128 Unah 1
129 Amsiah 1
130 Maemunah 1
131 Risma 1
132 Ayanah 1
133 Warni 1
134 Tati
135 Maesaroh 1
136 Sulis 1
jumlah 44 25
61