KESEHATAN KELUARGA
KELOMPOK VIII - 23
PEMBIMBING:
dr. Astri Handayani
ANGGOTA KELOMPOK:
Tassya Annisa 030.14.189
Viona Violeta 030.14.196
Yogi Mandala Suprapto 030.14.201
Rizvialdi 030.15.002
Achmad Fikri Al Habieb 030.15.004
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
Rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah PBL Kesehatan Keluarga.
Makalah ini telah kami susun dan buat dengan semaksimal mungkin dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
3. Tujuan .................................................................................................... 2
a. Umum .................................................................................................... 2
b. Khusus .................................................................................................... 2
4. Manfaat .................................................................................................... 3
a. Bagi ilmu Pengetahuan .......................................................................... 3
b. Bagi Profesi ....................................................................................... 3
c. Bagi Masyarakat ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
1. Diabetes Melitus.................................................................................................................... 4
1.1. Definisi ................................................................................................................. 4
1.2. Epidemiologi ........................................................................................................ 4
1.3. Klasifikasi............................................................................................................ 5
1.4. Patogenesis ........................................................................................................... 6
1.5. Tanda dan gejala.................................................................................................... 9
1.6. Diagnosis............................................................................................................... 10
1.7. Komplikasi............................................................................................................ 11
2. Nyeri Neuropati................................................................................................................. 12
2.1. Definisi ................................................................................................................ 12
2.2. Patofisiologi........................................................................................................... 13
2.3. Diagnosis............................................................................................................. 14
2.4. Tatalaksana.......................................................................................................... 16
2.5. Prognosis............................................................................................................. 17
BAB III HASIL PENGALAMAN BELAJAR (PBL) ............................................................. 18
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................... 24
1. Analisis Penyakit................................................................................................................ 24
2. Nilai Fungsi Keluarga........................................................................................................ 25
3. Rencana Penatalaksanaan................................................................................................. 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 28
LAMPIRAN..................................................................................................................................... 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tahun berjumlah 150 juta orangdan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada
tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Diabetes sudah
merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.(3)
Pada penyandan DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan
semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat
pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan pada mata, glomerulus ginjal,
saraf, dan pada otot jantung. Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi
kronik DM dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit
jantung koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi
lain DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya
terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat
berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes.
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling
ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
dokter pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki
diabetes berakhir dengan kecacatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia
kaki diabetes masih merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan
maksimal, karena sedikit sekali orang berminat menggeluti kaki diabetes. Maka
demikian, disini penulis akan mencoba mengangkat kasus mengenai kaki
diabetes.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Memenuhi persyaratan Modul Komprehensif Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti
1.3.2 Tujuan Khusus
Memahami penyakit pasien dan penyebabnya,, menerapkan prinsip pelayanan
kedokteran keluarga secara komprehensif dan holistic serta peran aktif pasien.
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kesehatan supaya masyarakat dapat memenuhi kualitas
dan kehiduan masyarakat
1.4.2 Manfaat Bagi Profesi
hasil dari pembelajaran modul komprehensif dapat menambah wawasan
tentang pengaruh Diabetes Melitus dengan kehidupan pasien
1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu pengetahuan
Menambah pengalaman baru dan pengetahuan yang luas dalam pembelajaran
lapangan dengan topik kedokteran keluarga terhadap Diabetes Melitus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
mengalihkan” (siphon). Mellitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.1
2.1.2 Epidemiologi
Pada tahun 2000, menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang diseluruh
dunia menderita Diabetes Melitus atau sekitar 2.8% dari total populasi. Insidennya terus
meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa
atau sekitar 4.4% dari populasi dunia. DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis
adalah di Asia dan di Afrika. Hal ini diakibatkan karena tren urbanisasi dan perubahan
berusia > 15 tahun , 10,2% mengalami toleransi glukosa tergangggu (kadar glukosa
140-200 mg/dl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glukosa sebanyak 75 gram).
DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding dengan pria serta pada golongan
tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah. Kelompok usia terbanyak DM adalah
55-64 tahun yaitu 13.5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko DM
4
adalah obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya konsumsi sayur dan
buah.2
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai dengan anjuran
Mellitus, menurut ADA (2006) adalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tipe Keterangan
3. Karena obat
4. Infeksi
antibody insulin
6. Resistensi insulin
5
berkaitan dengan DM
2.1.4 Patogenesis
Pada DM tipe 1 atau yang disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
insulin dari luar. Kondisi ini disebabkan karena adanya lesi pada sel beta pankreas.
Pembentukan lesi ini disebabkan karena mekanisme gangguan autoimun dan infeksi
virus yang terlibat dalam kerusakan sel-sel beta. Adanya antibodi atau autoimun yang
menyerang sel beta biasanya dideteksi beberapa tahun sebelum timbulnya penyakit.
DM tipe 1 dapat berkembang secara tiba-tiba, dengan tiga gejala pokok: (1)
meningkatnya glukosa darah, (2) peningkatan penggunaan lemak untuk energi dan
pembentukan kolesterol oleh hati, dan (3) penipisan protein tubuh.4 Bagan patofisiologi
6
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang progresif, dimulai
dengan resistensi insulin yang mengarah ke peningkatan produksi glukosa hepatik dan
ketidakmampuan jaringan target seperti otot dan jaringan adiposa untuk merespon
bebas yang terjadi sebagai akibat tekanan hambatan hormone sensitive lipase (HSL).
resistensi insulin tidak terjadi secara efisien. Hasil dari peningkatan lipolisis adalah
peningkatan asam lemak bebas, dan inilah yang menyebabkan obesitas dan peningkatan
fosforilasi serin pada reseptor insulin yang dapat mengurangi aktivitas insulin
signalling pathway. Fosforilasi reseptor insulin pada asam amino tirosin penting untuk
mengaktifkan insulin signalling pathway, jika tidak, maka GLUT-4 akan gagal untuk
hiperglikemia.5
Pada individu non-diabetik sel beta mampu menangkal resistensi insulin dengan
resistensi insulin bertambah berat disertai tingginya glukosa yang terus terjadi, sel beta
pankreas dalam jangka waktu yang tidak lama tidak mampu mensekresikan insulin
dalam jumlah cukup untuk menurunkan kadar gula darah, disertai dengan peningkatan
glukosa hepatik dan penurunan penggunaan glukosa oleh otot dan lemak akan
mempengaruhi kadar gula dara puasa dan postpandrial. Akhirnya sekresi insulin oleh
7
Gambar 2.2 Patofisiologi DM Tipe 27
resistensi adiponektin melalui penurunan regulasi ekspresi reseptor AdipoR1. Hal ini
memilik efek metabolik yang poten terutama pada otot skeletal, mengalami resistensi
asam lemak dan meningkatkan oksidasi asam lemak sebagai respon dari fAd
8
2.1.5 Tanda dan Gejala
mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan
gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (tripoli) yaitu: banyak makan
tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala nafsu makan mulai berkurang, berat
badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu), dan mudah
lelah. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit
terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capai, mudah
mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah
9
2.1.6 Diagnosis
Dapat ditegakkan melalui tiga cara dengan melihat dari tabel dibawah ini
Glukosa plasma 2 jam pada TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) > 200 mg/dl,
10
2.1.7 Komplikasi
dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolic yang paling serius pada
koma nonketotik (HHNK) juga merupakan komplikasi metabolic akut dari diabetes
yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua. Hiperglikemia
menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera ditangani.
Komplikasi metabolic lain yang sering terjadi pada diabetes adalah hipoglikemia
sebagai akibat dari syok insulin yang dikarenakan pemberian insulin yang berlebih.11
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetic) dan saraf-saraf perifer
(neuropati diabetic), otot-otot serta kulit (Price dan Wilson, 2006). Komplikasi
11
Pada diabetes, terjadi kerusakan pada lapisan endotel arteri dan dapat
disebabkan secara langsung oleh tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit
glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering dijumpai pada
endotel akan mencetuskan reaksi imun dan inflamasi sehingga akhirnya terjadi
merusak lapisan endotel arteri karena menimbulkan gaya yang merobek sel-sel
endotel.1
2.2.1. Definisi
Nyeri neuropatik adalah rasa nyeri yang timbul akibat adanya kerusakan dari
jaras pembawa rasa nyeri itu sendiri, baik berupa gangguan fungsi atau perubahan
patologik pada suatu saraf. Rasa nyeri neuropatik kadang tetap terasa nyeri
meskipun lesi penyebab cedera tersebut sudah lama sembuh.1 Contoh nyeri
postherpetic neuralgia dan lain-lain. Ciri-ciri utama dari nyeri neuropatik adalah
diabetes melitus dan sangat mengganggu aktivitas penderita sehari-hari. Selain itu
NND sangat sulit diobati dan seringkali membuat frustasi baik pasien maupun
12
Neuropati diabetik dijumpai pada 50 % pasien diabetes melitus, sedangkan
NND terjadi pada 16-26 % dari total pasien diabetes melitus. Neuropati diabetik
paling sering terjadi pada DM tipe II. Sekitar 10% pasien mengeluhkan gejala
neuropati diabetik tersering adalah polineuropati distal simetri, biasanya kaki lebih
berat dari pada tangan. Insiden komplikasi meningkat sejalan dengan lamanya
2.2.2. Patofisiologi
meliputi: 1). Aktivitas ektopik, 2). Sensitisasi nosiseptor, 3). Interaksi abnormal
sentral meliputi: 1). Sensitisasi sentral, 2). Reorganisasi sentral, 3). Hilangnya
kontrol inhibisi. Sampai sekarang belum diketahui dengan jelas kenapa satu pasien
(Aslam,et al, 2014). Sebuah penelitian mendapatkan kadar TNF-α, ekspresi iNOS
dan TNF-α memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap derajat
nyeri pada penderita NND. Kadar TNF-α, ekspresi TNF-α, dan ekspresi iNOS
merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya NND. Sedangkan umur, jenis
kelamin, lama menderita DM, gula darah puasa, gula darah 2 jam postprandial,
kadar HbA1c, tidak berhubungan dengan kejadian NND dan tidak sebagai faktor
13
2.2.3. Diagnosis
gambaran kaos kaki dan sarung tangan (stocking and gloves) atau disebut juga
Anamnesis 16
Keluhan dapat disertai rasa baal seperti pakai sarung tangan, hilang
tanpa nyeri. Keluhan akan memberat pada malam hari sehingga tidak jarang
antara lain sulit naik tangga, sulit bangkit dari kursi/lantai, terjatuh, sulit
bekerja atau mengangkat lengan atas diatas bahu, gerakan halus tangan
terganggu, sulit putar kunci, buka toples, ibu jari tertekuk, tersandung,
14
Neuropati diabetik dicurigai pada pasien DM tipe 1 yang lebih dari 5 tahun
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pemeriksaan neurologik
• Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrofisiologik
Velocity
15
Laboratorium:
2.2.4. Tatalaksana16
dibawah 6- 7% .
• Terapi simtomatik.
Farmakologik:
karbamasepin, okskarbasepin.
• Antiaritmia: meksiletin.
16
Non-farmakologik16
sepatu.
2.2.5. Prognosis
17
BAB III
I. Identitas Pasien
Umur : 57 tahun
Alamat : RW 06
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Agama : Islam
III. Anamnesis
a. Keluhan utama : Sakit kaki terutama malam hari
Keluhan tambahan :-
b. Riwayat penyakit sekarang : nyeri tidak tertahankan, muncul tiba-tiba selepas jam 9
malam
c. Riwayat penyakit dahulu : sakit kaki kurang lebih 16 tahun, diabetes dan hipertensi
baru diketahui 4 tahun terakhir
d. Riwayat penyakit keluarga : ibu menderita penyakit gula, ayah menderita sakit kaki
seperti yang di alami pasien, kakak pertama meninggal karena kanker otak, kakak kedua
merasakan rasa sakit yang sama
e. Riwayat trauma : -
18
f. Riwayat pengobatan: mengkonsumsi obat oskadon 3x sehari membuat sakit mereda
g. Perilaku :
- Kegiatan sehari-hari menjadi seorang penjahit tetapi sekarang menganggur.
- Olahraga jarang
- Pola makan teratur, 2-3x sehari. Menu makanan bervariasi (Nasi, ikan, sayur, dsb)
h. Lingkungan tempat tinggal :
- Kondisi rumah sempit
- Pencahayaan cukup
- Sirkulasi udara kurang
- Lantai rumah dari keramik
- Sanitasi buruk
i. Akses penilaian kesehatan : Pasien memiliki KIS
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tidak terlihat sakit
b. Kesadaran : Compos mentis.
c. Tanda Vital :
- Nadi : 98x/menit.
- Suhu : 37,1 oC
- Nafas : 25x/menit.
- Tekanan darah : 140/90 mmHg.
d. Status gizi
- Tinggi badan : 145,5 cm
- Berat badan : 74 kg
- BMI : 35,23 (obese)
e. Kulit : Kulit baik tidak ada bercak hipopigmentasi atau bercak alergi
f. Kepala : Distribusi rambut baik
g. Mata : Penglihatan baik tanpa pengukuran, refleks pupil kiki dan kanan baik
h. THT : Tidak ada kelainan
i. Mulut : Tidak ada kelainan
j. Leher : Tidak ada kelainan
k. Thoraks : Pernafasan baik dan suara paru normal
l. Abdomen : Obesitas sentral
m. Ekstremitas : Pada kaki kanan dan kiri terasa sakit dan takut apabila tersenggol
19
V. Pemeriksaan Penunjang: pemeriksaan gula darah puasa : 160 mg/dl,
pemeriksaan glukosa 2 jam pp : 262 mg/dl, rontgen lutut → pengapuran
VII. Penatalaksanaan
K.
MANDI
R. UTAMA
Gang Utama
DAPUR
20
c. Kondisi rumah
• Jenis Bangunan : Rumah Pribadi, dinding tembok
• Luas rumah : Sempit
• Lantai Rumah : Keramik
• Penerangan : Cukup
• Kebersihan : Kurang
• Ventilasi : Kurang
• Dapur : Sempit dan kurang baik
• Jamban Keluarga : Kurang bersih
• Sumber air minum : air keran
• Sanitasi ;ingkungan : kurang
21
b. Genogram
Ayah, mempunyai riwayat sakit kaki Ibu, meninggal karena penyakit ginjal
22
➢ Fungsi budaya : Pasien mempunyai budaya sunda yang
kental
➢ Fungsi religius : Pasien rajin beribadah
b. Fungsi Fisiologis
➢ Adaptation / adaptasi : Pasien berhubungan baik dengan anggota
keluarganya
➢ Partnership / kemitraan : anak pasien kurang berkomunikasi dengan
pasien. Sehingga pasien banyak terlambat mengetahui tentang anak-anaknya.
➢ Growth / pertumbuhan : Keluarga sangat mendukung pasien
➢ Affection / kasih sayang : Hubungan kasih sayang pasien dengan
keluarganya baik
➢ Resolve / kebersamaan : Pasien kurang menghabiskan waktu dengan
anak-anak dan cucu-cucu nya.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Ibu Sri Rahayu usia 57 tahun dengan keluhan utama nyeri hilang timbul pada kedua
kakinya. Keluhan dirasakan sejak 16 tahun yang lalu, sekitar 4 tahun yang lalu baru di
periksa ke dokter puskesmas ternyata pasien menderita diabetes. Pasien juga mempunyai
hipertensi dan penyakit maag (gastritis). Pasien rutin melakukan pemeriksaan ke puskesmas
setiap 2 minggu sekali dan pasien rutin meminum obat diabetes glimepiride dan metformin,
obat hipertensi amlodipine besilat, serta antasida doen untuk meredakan sakit maag nya.
Pasien juga diberikan ibuprofen oleh dokter untuk mengatasi rasa nyeri pada kakinya. Selain
itu pasien 3 hari sekali minum oskadon untuk meredakan rasa nyeri pada kakinya, kandungan
oskadon tersebut adalah ibuprofen dan parasetamol. Ayah pasien dan juga kakak laki-laki
pasien juga mengalami keluhan sakit kaki yang sama, tetapi ayah dan juga kakak pasien tidak
pernah memeriksakan ke dokter. Dari data-data tersebut didapatkan diagnosis kerja sebagai
berikut:
a. Diabetes → diabetes pasien baru terdeteksi 4 tahun yang lalu dengan gula darah
400 mg/dL. Pasien rutin kontrol ke puskesmas dan minum obat. Gula darah puasa
pasien pada saat terakhir kontrol 160 mg/dL dan gula darah PP 262 mg/dL.
b. Nyeri neuropati diabetik → pasien merasakan nyeri pada kakinya jauh sebelum
pasien terdiagnosis diabetes. Kemungkinan pasien sudah mengalami diabetes jauh
sebelum pasien memeriksakan ke dokter. Nyeri tersebut disebabkan oleh
kerusakan saraf akibat komplikasi dari diabetes yang diderita pasien. Selain nyeri
pada kakinya, pasien juga sudah mulai merasakan kebas pada tangannya, hal ini
menandakan pasien telah mengalami polineuropati diabetik.
c. Hipertensi → pasien lupa kapan hipertensi pada pasien di deteksi. Pada
kunjungan pertama kami mengukur tekanan darah pasien adalah 140/90 mmHg,
lalu keesokan harinya pasien kontrol ke puskesmas dan tekanan darahnya
menurun 130/40 mmHg.
d. Obesitas → berat badan pasien 74 kg dan tinggi badan 145 cm, hasil IMT sebesar
35,23 merupakan obesitas tingkat 2.
24
e. Osteoarthritis → pasien kadang merasakan nyeri pada lututnya. Pasien sudah
melakukan rontgent di RS Sumber Waras dan menunjukkan hasil terdapat
pengkapuran pada lututnya. Pasien mempunyai obesitas yang merupakan faktor
risiko terjadinya osteoarthritis.
Fungsi fisiologis keluarga pasien secara keseluruhan juga baik, namun pada
fungsi Resolve sedikit mengalami gangguan. Pasien hanya tinggal berdua dengan
adiknya dirumah, adiknya bekerja sehingga pasien lebih banyak sendirian dirumah.
Anak-anak pasien juga sudah berkeluarga, tetapi pasien memiliki waktu yang sedikit
untuk berkumpul dengan anak dan cucunya, paling tidak 3 bulan sekali.
3. Rencana Penatalaksanaan
a. Promotif
b. Preventif
25
c. Kuratif
• Non-farmakologis
o Perawatan harian kaki secara teliti.
o Sepatu: jangan sempit, diperiksa adanya tonjolan di dalam
sepatu.
o Infeksi lokal di terapi dan berat badan diturunkan.
o Nyeri kaki: rendam kaki dalam air panas-dingin bergantian
selama 10 menit (cek suhu air panas).
o Rajin berolahraga atau aktivitas fisik minimal 30 menit
setiap hari
o Rutin ke puskesmas untuk mengontrol kada gula darah
o Mengurangi makan nasi dan bakmi dan meningkatkan
konsumsi buah dan sayur
o Konsul ke dokter spesialis neurologi
• Farmakologis
o Obat diabetes (glimepiride dan metformin)
o Antihipertensi (amilodipin besilat)
o NSAID (ibuprofen)
o Analgesik (asam mefenamat)
o Antasida doen untuk meredakan maag
• Rehabilitatif
o Menjaga kadar gula darah tubuh agar tetap normal dengan
upaya-upaya yang telah disebutkan di atas
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ibu Sri umur 57 tahun mengalami Diabetes, Nyeri Neuropati Diabetes, Hipertensi,
Obesitas, dan Osteoarthritis sehingga memerlukan terapi medikamentosa dan non-
medikamentosa
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pasien/Masyarakat
Memperbaiki pola hidup secara baik dan teratur seperti rajin berolahraga ataupun
mengontrol asupan makanan. Serta memeriksakan kesehatan secara teratur dan
Konsumsi obat secara rutin
5.2.2 Bagi Institusi Pemerintah
Menginformasikan kondisi wilayah setempat dengan harapan diberikan perhatian
yang lebih lagi terhadap masyarakat setempat serta memberikan penyuluhan secara
berkala
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi secara lengkap dan komprehensif dan melakukan kegiatan
sosial di lingkungan Kel. Krendang dan turut serta dalam kegiatan pengabdian
masyarakat untuk memberikan pelayanan dan juga edukasi kepada masyarakat
dibidang kesehatan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
14. Purwata, T.E. Kadar TNF-α, Ekspresi iNOS, dan TNF-α Yang Tinggi
Sebagai Faktor Risiko Nyeri Neuropati Diabetik. Disertasi. Universitas Udayana
Denpasar. 2010. 2 (1); 77-92.
15. Dyck, P.J. Diabetic Neuropathies: The Nerve Damage of Diabetes. National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK)1-12.2009.
16. Callaghan, B.C., Cheng, H.T., Stables, C.L., Smith, A.L., Feldman, E.L.Diabetic
neuropathy: clinical manifestations and current treatments. Lancet Neurology. 2012. 11:
521–534.
29
LAMPIRAN
1. Foto Kegiatan
30
31
32