EKTIMA
Disusun oleh:
NURFINA SHOIMMAH
201810401011066
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
Laporan Kasus dengan judul “Ektima” yang disusun oleh:
NIM : 201810401011066
Mengetahui,
Pembimbing
( )
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Ektima. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis laksanakan
selama mengikuti kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sri Adila Nurainiwati, SpKK
dan dr. Dwi Nurwuan Pravitasari, SpKK atas bimbingan dan waktunya sehingga
penyusunan laporan kasus ini jauh dari sempurna. Penulis memohon maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat
Malang,
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2.5 Riwayat Sosial ...................................................................................... 14
2.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................ 14
2.3.1 Status Generalis .................................................................................... 14
2.3.2 Status Dermatologis .............................................................................. 15
2.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 15
2.5 Resume ........................................................................................................ 15
2.6 Diagnosis ..................................................................................................... 16
2.7 Diagnosis Banding ...................................................................................... 16
2.8 Planning ....................................................................................................... 16
2.8.1 Planning Diagnosis ............................................................................... 16
2.8.2 Planning Terapi ..................................................................................... 16
2.8.3 Planning Monitoring ............................................................................. 16
2.8.4 Planning Edukasi .................................................................................. 17
2.9 Prognosis ..................................................................................................... 17
FOTO KASUS .......................................................................................................18
EKTIMA ................................................................................................................18
Ekstremitas atas ................................................................................................. 18
Ekstremitas Bawah ............................................................................................ 19
BAB III ..................................................................................................................20
PEMBAHASAN ....................................................................................................20
3.1 Identitas Pasien ............................................................................................ 20
3.2 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik .............................................................. 20
3.3 Diagnosis ..................................................................................................... 21
3.4 Penatalaksanaan ........................................................................................... 22
3.5 Prognosis ..................................................................................................... 23
BAB IV ..................................................................................................................24
KESIMPULAN ......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................26
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3. Ektima ............................................................................................................... 5
9. Folikulitis ........................................................................................................ 10
vi
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
daya tahan tubuh, atau jika telah ada penyakit lain di kulit (Djuanda, 2010).
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai
pada ektima. Gambaran ektima mirip dengan impetigo, namun kerusakan dan
daya invasifnya pada kulit lebih dalam daripada impetigo. Infeksi diawali pada
lesi yang disebabkan karena trauma pada kulit, misalnya, ekskoriasi, varicella
atau gigitan serangga. Lesi pada ektima awalnya mirip dengan impetigo, berupa
vesikel atau pustul. Kemudian langsung ditutupi dengan krusta yang lebih keras
dan tebal daripada krusta pada impetigo, dan ketika dikerok nampak lesi
punched out berupa ulkus yang dalam dan biasanya berisi pus (Djuanda, 2010)
1.2 Definisi
1
kombinasi dari kedunya. Menyerang epidermis dan dermis membentuk ulkus
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai bawah
1.3 Etiologi
adekuat serta kondisi kebersihan yang kurang terjaga. Kuman Gram positif akan
Streptococcus β hemolyticus
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Pseudomonas aeruginosa
Kolonisasi kuman di atas diperparah oleh keadaan suhu yang hangat dan
kelembapan tinggi. Ektima sering pula ditemukan pada pasien dengan penurunan
1.4 Epidemiologi
kasus paling banyak terjadi pada anak - anak, insidennya menduduki tempat ketiga
dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi (Davis L, William DJ, 2016;
Djuanda, 2010).
Ektima paling sering terjadi di lutut dan kaki anak-anak dan dewasa muda,
terutama pada lesi ekskoriasi karena penyakit yang gatal misalnya gigitan serangga
2
dan lesi yang diabaikan. Frekuensi terjadinya ektima berdasarkan umur biasanya
terdapat pada anak-anak dan orang tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin
1.6 Patofisiologi
Kandungan M-protein pada bakteri ini menyebabkan bakteri ini resisten terhadap
beberapa toksin yang dapat menyebabkan kerusakan lokal atau gejala sistemik
tidak diterapi bisa menyerang ke lapisan kulit lebih dalam. Melalui penetrasi ke
diatasnya. Lesi ektima bisa mengikuti lesi awal pioderma, bisa juga tanpa didahului
lesi dermatosis (Hay RJ., Adrians BM. 2010; James WD et al., 2011.).
3
Faktor host seperti immunosuppresi, terapi glukokortikoid, dan atopic
Adanya trauma ataupun inflamasi dari jaringan (luka bedah, luka bakar, trauma,
dermatitis, benda asing) juga menjadi faktor yang berpengaruh pada pathogenesis
dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini (Craft N et al., 2008).
Ektima diawali dengan adanya vesikel atau pustul di atas kulit sekitar yang
mengakibatkan kulit mengalami ulserasi dengan ditutupi oleh krusta. Bila krusta
atau berbentuk cawan dengan dasar merah dan tepi meninggi. Lesi ini dapat
bertahan ukurannya, dan sembuh sendiri tanpa pengobatan, atau dapat pula
umumnya ditemukan pada daerah ekstremitas bawah tetapi bisa juga didapatkan
pada ekstremitas atas, wajah dan ketiak. Lesi yang terjadi pada ektima biasanya
serangga. Biasanya pasien datang dengan keluhan bengkak disertai krusta bewarna
coklat kehitaman, yang awalnya hanya dirasakan gatal lalu digaruk sampai timbul
4
Gambar 1. Lesi tipikal ektima pada ektremitas bawah
Gambar 2. Tahapan ektima. Lesi dimulai sebagai sebuah pustule yang kemudian
pecah membentuk ulkus.
Gambar 3. Ektima. Ulkus dengan krusta tebal pada tungkai pasien yang menderita
diabetes dan gagal ginjal
5
1.8 Diagnosis
yaitu pengecatan gram yang diambil dari dasar ulkus untuk memastikan kuman
a. Anamnesis
2) Durasi. Ektima terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang,
3) Lokasi. Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang,
b. Pemeriksaan Fisik
6
Gambar 5. Krusta coklat berlapis lapis pada ektima
c. Pemeriksaan Penunjang
diambil dengan mengerok tepi lesi yang aktif. Pemeriksaan dengan gram
ketika dicurigai adanya infeksi bakteri. Sebagian besar bahan yang diserahkan
harus diapus pada gelas objek, diwarnai gram dan diperiksa secara
mikroskopik.
bakteri (bentuk: kokus, batang, fusiform atau yang lain) harus diperhatikan.
7
Pada kultur atau biakan, kebanyakan streptokokus tumbuh dalam pembenihan
padat sebagai koloni discoid dengan diameter 1-2 mm. Strain yang
diinfeksi kokus, dengan infiltrasi PMN dan pembentukan abses mulai dari
folikel pilosebasea. Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat
1. Impetigo krustosa
muka, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber
infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang
8
cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat ialah
krusta tebal bewarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di
(Djuanda, 2010).
2. Folikulitis
multipel.
9
Gambar 9 Folikulitis
1.10 Penatalaksanaan
dan eradikasi kuman penyebab. Pengobatan yang utama adalah dengan pemberian
antibiotik secara topikal maupun sistemik. Kadang diberikan obat tambahan yang
demam dan gatal. Penatalaksanaan ektima sama dengan impetigo (Arta IGJ, 2014;
1. Farmakologi
Sistemik :
Dewasa : 250 – 500 mg/dosis P.O, 3 - 4 kali per hari selama 5 – 7 hari
10
Diberikan memiliki reaksi alergi terhadap obat - obatan lini pertama.
b. Klindamisin 15 mg/kgBB/hari
c. Eritomisin
Topikal
- Lesi sedikit dan dini dengan hanya obat topikal cukup menolong, Drainage
: bula dan pustule dengan ditusuk jarum steril untuk mencegah penyebaran
lokal.
- Mencuci lesinya pelan – pelan dan melepas krustanya. Bila krusta melekat
kuat, dikompres lebih dulu dengan larutan sodium chloride 0,9%. Krusta
Pengobatan topikal digunakan jika infeksi terlokalisir, tetapi jika luas maka
antibiotik pilihan yang dapat digunakan secara topikal pada ektima. Sebelumnya
2. Non Farmakologi
badan dan lingkungan untuk mencegah timbulnya dan penularan penyakit kulit.
Sebaiknya mandi secara teratur dengan sabun mandi. Pakaian, handuk, sprei sering
ganti dan dipakai sendiri (Davis L, William DJ, 2016, Craft N et al., 2012).
11
1.11 Komplikasi
1.12 Prognosis
Pada lesi yang tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat, dapat menyebabkan
bakterimia dan septikemia (Craft N et al., 2012; Hay RJ., Adrians BM. 2010).
12
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Tn. F
Umur : 23 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Malang
2.2 Anamnesis
dengan keluhan luka pada kedua tangan dan kaki. Luka tersebut muncul ± 1
tangan lalu menyebar ke jari- jari tangan dan kedua kaki. Pasien mengatakan
awalnya timbul bintil bintil kecil berisi cairan kuning dan terasa gatal lalu
13
tetapi tidak berkurang. Terkadang terasa nyeri saat berdiam diri (tidak
14
2.3.2 Status Dermatologis
- Terdapat pustula dan krusta berwarna kuning et digiti manus 2,3,4 dextra
dan sinistra
- Terdapat ulkus dan multiple krusta berwarna kuning et region dorsum pedis
2.5 Resume
tangan lalu menyebar ke jari- jari tangan dan kedua kaki. Pasien mengatakan
awalnya timbul bintil bintil kecil berisi cairan kuning dan terasa gatal lalu
tetapi tidak berkurang. Terkadang terasa nyeri saat berdiam diri (tidak
- Terdapat pustula dan krusta berwarna kuning et digiti manus 2,3,4 dextra
dan sinistra
15
- Terdapat pustula dan krusta berwarna kuning et regio wrist sinistra
2.6 Diagnosis
Ektima
Impetigo Krustosa
2.8 Planning
Pewarnaan gram
Kultur
Biopsi
a. Non Medikamentosa
b. Farmakologi
16
Keluhan pasien ( gatal dan luka )
Efloresensi
Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini disebabkan oleh
bekas pada kulit. Dan prognosis baik jika pasien menaati aturan terapi.
2.9 Prognosis
17
FOTO KASUS
EKTIMA
Ekstremitas atas
18
Ekstremitas Bawah
19
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien Tn F berusia 23 tahun berjenis kelamin laki – laki.
Hal ini sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa ektima lebih banyak
menyerang dewasa muda dan anak- anak (Davis L, William DJ, 2016).
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSI Aisyiyah Malang dengan
keluhan luka pada kedua tangan dan kaki. Luka tersebut muncul ± 1 minggu. Pasien
mengaku keluhan ini muncul 2 hari setelah membersihkan kolam ikan dirumahnya.
Awalnya luka muncul pada tangan pergelangan tangan lalu menyebar ke jari- jari
tangan dan kedua kaki. Pasien mengatakan awalnya timbul bintil bintil kecil berisi
cairan kuning dan terasa gatal lalu digaruk sehingga timbul luka. Gatal dirasakan
maleat (CTM) tetapi tidak berkurang. Terkadang terasa nyeri saat berdiam diri
(tidak melakukan aktivitas) dan berkurang jika dibuat beraktivitas. Demam (-).
- Terdapat pustula dan krusta berwarna kuning et digiti manus 2,3,4 dextra
dan sinistra
- Terdapat ulkus dan multiple krusta berwarna kuning et regio dorsum pedis
20
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa ektima diawali dengan adanya vesikel
atau pustule di atas kulit sekitar yang mengalami inflamasi, membesar yang
dengan ditutupi oleh krusta. Bila krusta terlepas, tertinggal ulkus superfisial dengan
gambaran “punched out appearance” atau berbentuk cawan dengan dasar merah
dan tepi meninggi. Lesi ini dapat bertahan ukurannya, dan sembuh sendiri tanpa
tetapi bisa juga didapatkan pada ekstremitas atas, wajah dan ketiak. Lesi yang
terjadi pada ektima biasanya disebabkan karena trauma kulit, misalkan ekskoriasi,
varicella atau gigitan serangga. Biasanya pasien datang dengan keluhan bengkak
disertai krusta bewarna coklat kehitaman, yang awalnya hanya dirasakan gatal lalu
digaruk sampai timbul luka. Ektima sering menjadi kelanjutan dari kerusakan
jaringan kulit seperti impetigo, ekskoriasi dan dermatitis yang tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat serta kondisi kebersihan yang kurang terjaga. Ektima
paling sering terjadi di lutut dan kaki anak-anak dan dewasa muda, terutama pada
lesi ekskoriasi karena penyakit yang gatal misalnya gigitan serangga dan lesi yang
diabaikan (Davis L, William DJ, 2016; Craft N et al., 2012; Arta IGJ, 2014).
3.3 Diagnosis
ektima.
Hal ini sejalan dengan teori bahwa diagnosis ektima dibuat berdasarkan dari
anamnesis dan gejala klinis yang ditemukan pada pasien, Anamnesis pada ektima,
antara lain:
21
1. Keluhan utama. Pasien datang dengan keluhan berupa luka maupun bengkak dan
bernanah.
2. Durasi. Ektima terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang, seperti
3. Lokasi. Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang, seperti
tungkai bawah.
berupa pustul kemudian pecah membentuk ulkus yang tertutupi krusta (Arta IGJ,
3.4 Penatalaksanaan
Hal ini sesuai dengan teori bahwa ektima sering menjadi kelanjutan dari
kerusakan jaringan kulit seperti impetigo, ekskoriasi dan dermatitis yang tidak
22
penyakit kulit. Sebaiknya mandi secara teratur dengan sabun mandi. Pakaian,
handuk, seprei sering ganti dan dipakai sendiri (Arta IGJ, 2014; Davis L, William
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa penatalaksanaan dari peyakit ektima
ini bertujuan untuk mengatasi infeksi dan eradikasi kuman penyebab. Pengobatan
yang utama adalah dengan pemberian antibiotik secara topikal maupun sistemik.
Pada kasus ini, infeksinya terdapat lebih dari satu lokasi sehingga pemberian obat
yang tepat adalah pemberian antibiotic sistemik. Kadang diberikan obat tambahan
yang bersifat simptomatis apabila pasien menunjukkan gejala sistemik lain seperti
3.5 Prognosis
Prognosis pada penderita baik bila pengobatan sesuai dengan petunjuk. Hal
ini sesuai dengan literatur bahwa ektima sembuh secara perlahan, dan biasanya
meninggalkan jaringan parut. Pada lesi yang tidak mendapatkan pengobatan yang
23
BAB IV
KESIMPULAN
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai bawah
Malang tanggal 7 januari 2019 dengan keluhan luka pada kedua tangan dan kaki.
Luka tersebut muncul ± 1 minggu. Pasien mengaku keluhan ini muncul 2 hari
setelah membersihkan kolam ikan dirumahnya. Awalnya luka muncul pada tangan
pergelangan tangan lalu menyebar ke jari- jari tangan dan kedua kaki. Pasien
mengatakan awalnya timbul bintil bintil kecil berisi cairan kuning dan terasa gatal
lalu digaruk sehingga timbul luka. Gatal dirasakan hilang timbul, untuk
menghilangkan rasa gatal pasien minum Chlorpheramine maleat (CTM) tetapi tidak
berkurang. Terkadang terasa nyeri saat berdiam diri (tidak melakukan aktivitas) dan
berkurang jika dibuat beraktivitas. Demam (-). Pasien menyangkal adanya gigitan
- Terdapat pustula dan krusta berwarna kuning et digiti manus 2,3,4 dextra
dan sinistra
24
- Terdapat ulkus dan multiple krusta berwarna kuning et regio dorsum pedis
kompres NaCl 0,9% 2-3x sehari selama 5-10 menit dan Cefadroksil 500 mg 2x1
selama 6 hari
salah satunya dengan cara mandi 2 – 3 kali sehari menggunakan sabun mandi. Dan
perlu dijelaskan juga bahwa jika sembuh, ektima masih akan menimbulkan bekas
Prognosis pada ektima ini tergantung kepatuhan pasien dengan terapi yang
diberikan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Denpasar. Hal: 1 – 5
Belazarian L., Lorenzo ME., Nicole PC., et al. 2012. Bacterial Colonizations and
General Medicine 8th edition . Mc Graw Hill Education. New York pp. 520
– 589
Medscape.
Djuanda Adhi.2010. Pioderma dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi .
James WD., Berger TG., Elston DM. 2011. Bacterial Infection in: Andrews’
Disease of The Skin Clinical Dermatology. 11th eds Saunders. USA. pp.
248 – 287.
26