Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROEKOLOGI

RABIATUL MUNTAMAH

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROEKOLOGI

Oleh

RABIATUL MUNTAMAH
2010512120002
KELOMPOK 5

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian praktikum


mata kuliah Agroekologi guna memperoleh nilai mata kuliah
Agroekologi

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan ini menyatakan bahwa praktikan terkait telah


menyelesaikan seluruh praktikum Agroekologi sebagai syarat untuk mengikuti
Ujian Praktikum Agroekologi dan memperoleh nilai akhir mata kuliah
Agroekologi Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung
Mangkurat.
Judul : Laporan Praktikum Agroekologi
Nama : Rabiatul Muntamah
NIM : 2010512120002
Jurusan : Agroekoteknologi

Mengetahui,

Asisten Kelompok, Koordinator Asisten,

Muhammad Naufal Aliy Lidia Nur Afifah


NIM. 1910512210015 NIM.1810512220011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan bimbingan dan


pertolongannya sehingga dalam penulisan laporan ini bisa berjalan dengan lancar.
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Agroekologi. Selain itu, penulisan laporan ini dimaksudkan sebagai penambah
wawasan pembaca serta sumbang saran kepada pelajar dan masyarakat Indonesia,
khususnya pelajar dan masyarakat desa dalam memahami tentang Agroekologi.
Di sisi lain, penulis mengajak kepada para pembaca agar dapat memahami dan
mendalami masalah topik di atas, sekaligus menerapkan hasil laporan ini dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari akan segala
kekurangannya, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi
perbaikan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan
terutama bagi unsur-unsur yang berkepentingan.

Banjarbaru, 11 April 2022


Praktikan,

Rabiatul Muntamah
NIM. 2010512120002
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP...................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vi

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

Latar Belakang.................................................................................... 1
Tujuan................................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

Tanaman Edamame............................................................................ 3
Deskripsi Edamame.................................................................. 3
Klasifikasi Edamame................................................................ 3
Morfologi Edamame................................................................. 4
Syarat Tumbuh Edamame......................................................... 5
Lingkungan Tumbuh.......................................................................... 6
Suhu Udara................................................................................
Intensitas Cahaya...................................................................... 6
Kadar Air Tanah........................................................................ 7
Kemasaman Tanah (pH)........................................................... 7
Inokulasi Rhizobium................................................................. 8
METODE PRAKTIKUM ........................................................................... 10
Bahan dan Alat................................................................................... 10
Bahan......................................................................................... 10
Alat............................................................................................ 10
Waktu danTempat............................................................................... 10
Metode
Pelaksanaan Praktikum....................................................................... 11
Halaman

Pengamatan......................................................................................... 12

Analisis Data....................................................................................... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 14

Hasil.................................................................................................... 14
Pembahasan........................................................................................ 16

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 20

Kesimpulan......................................................................................... 20
Saran................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 21
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tanaman Edamame............................................................................... 4

2. Diagram pH Tanah................................................................................ 14

3. Grafik Kadar Air................................................................................... 14

4. Grafik Intensitas Cahaya....................................................................... 15

5. Grafik Kelembaban Udara.................................................................... 15

6. Grafik Suhu Udara................................................................................ 16


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Data pH Tanah...................................................................... 23

2. Analisis Data Kadar Air..................................................................... 23

3. Data pH Tanah.................................................................................... 24

4. Data Kadar Air.................................................................................... 25

5. Data Intensitas Cahaya, Suhu dan Kelembaban Udara...................... 25

6. Kartu Praktikum................................................................................. 26

7. Nilai Prestest....................................................................................... 27

8. Dokumentasi Kegiatan....................................................................... 27
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Iklim merupakan pengetahuan yang mempelajari tentang pola cuaca yang


terjadi di wilayah yang relatif luas dalam jangka waktu yang lama. Unsur-unsur
iklim meliputi suhu udara, tekanan udara, angin, kelembapan udara, awan, dan
curah hujan. Keadaan iklim dipengaruhi oleh letak suatu wilayah (Iswanto, 2018).
Letak wilayah Indonesia sangat berpengaruh terhadap tipe iklim. Indonesia
berada di garis khatulistiwa. Garis khatulistiwa merupakan garis semu 0ᴼ yang
membagi bola dunia menjadi dua bagian yang sama, yaitu belahan bumi utara dan
belahan bumi selatan. Wilayah Indonesia berada di sepanjang garis khatulistiwa,
yaitu 95ᴼ-141ᴼ BT dan 6ᴼ LU-11ᴼ LS. Berdasarkan klasifikasi iklim Matahari,
wilayah Indonesia termasuk ke dalam wilayah yang beriklim tropis (Iswanto,
2018).
Keadaan tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan,
suhu, dan kelembaban. Pengaruh itu kadang menguntungkan, tapi tidak jarang
pula merugikan. Berbeda dengan faktor tanah yang telah banyak di pelajari dan
dipahami, cuaca dan iklim merupakan salah satu peubah dalam produksi pangan
yang sukar dikendalikan. Dalam proses pembentukan tanah, faktor-faktor tersebut
di atas bekerja secara dinamis dan simultan melalui proses fisika, kimia, biologis,
maupun proses ketiga-tiganya bekerja secara bersamaan serta saling berinteraksi.
Proses pembentukan tanah berjalan terus menerus dan saling mempengaruhi,
dominasi dari masing-masing faktor pembentuk tanah sangat beragam. Kesuburan
tanah salah satunya adalah kemampuan tanah dalam menyediakan hara bagi
tanaman (Suryono et al, 2015).
Edamame (Glycine max (L.) Merill) termasuk tanaman sayuran dengan
nilai ekonomis yang tinggi. Namun, produksi kedelai khususnya edamame di
daerah Kalimantan Selatan masih minim sehingga sangat berpotensi untuk
dikembangkan (Pratama, 2019). Rata-rata produksi tanaman kedelai di
Kalimantan Selatan selama lima tahun terakhir (2014-2018) sebesar 24,647 ton,
2

dengan besar produktivitasnya 1,38 ton/ha, sedangkan produktivitas nasional


mencapai 1,71 ton/ha (BPS, 2021).
Produktivitas edamame rendah karena disebabkan beberapa faktor salah
satunya tingkat kesuburan tanah atau lahan. Tingkat kesuburan lahan di
Kalimantan Selatan tergeolong rendah. Tanah-tanah yang berkembang merupakan
tanah sub-optimal. Tanah sub optimal terdiri dari lahan basah dan lahan kering.
Untuk menggunakan tanah sub-optimal untuk pertanian harus ditambah input dari
luar seperti pupuk maupun pembenah tanah ( Saputra, 2021).
Pengetahuan petani bisa di peroleh melalui dua sumber yaitu di bangku
sekolah (pendidikan formal) ataupun kursus dan pengalaman yang didapat dari
pekerjaan bertani selama bertahun-tahun. Pengetahuan petani untuk melakukan
budidaya pertanian serta dalam budidaya sangatlah penting. Sebab, petani yang
tidak memiliki pengetahuan terhadap lahan maupun tanaman yang akan ia
tanaman maka kemungkinan besar ia akan mengalami kerugian yang terus
menerus, dengan pengetahuan juga petani dapat mencari solusi terhadap masalah
masalah yang akan mereka hadapi nantinya (Saputra & Sari, 2021).

Tujuan

Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui pengaruh pemberian trichokompos terhadap pertumbuhan
tanaman edamame.
2. Mengetahui kondisi lingkungan yang terbaik dalam menunjang pertumbuhan
tanaman edamame.
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman edamame

Deskripsi Edamame

Kedelai Edamame (Glycine max L. Merril) merupakan tanaman semusim


berupa semak rendah, tubuh tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi.
Tinggi tanaman berkisar antara 30 sampai lebih dari 50 cm, dapat bercabang
sedikit atau banyak tergantung kultivar lingkungan hidupnya. Daun pertama yang
keluar dari buku sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal berbentuk sederhana
dan letaknya berseberangan ( unifoliolat). Daun-daun yang terbentuk kemudian
adalah daun-daun trifoliolat (daun bertiga) dan seterusnya. Edamame juga
didefinisikan sebagai jenis kedelai berbiji sangat besar dan dipanen dalam bentuk
polong segar pada stadia tumbuh R-6 atau R-7, (Samsu, 2001).
Edamame merupakan istilah untuk kedelai hijau yang berasal dari china.
Edamame disebut juga dengan green soybean atau vegetable soybean. Nama
edamame berasal dari bahasa jepang yang berarti kacang yang tumbuh di bawah
cabang. Kedelai edamame ukurannya lebih besar dari kedelai biasa (Soewanto et
al, 2016).

Klasifikasi Edamame

Menurut Khancana et al. (2015) edamame dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceaes
Genus : Glycine
4

Spesies : Glycine max (L.) Merril

Morfologi Edamame

Gambar 1. Tanaman Edamame


(Dokumentasi pribadi)
Edamame memiliki morfologi yang berbeda-beda setiap varietas dan
lingkungannya. Edamame memiliki tinggi sekitar 30 sampai 50 cm dengan jumlah
cabang yang relatif. Edamame memiliki daun berwarna hijau muda atau
kekuningan. Bentuk daun edamame dapat bulat (oval) atau lancip (lanceolate) dan
berupa daun majemuk yang terdiri atas tiga helai anak daun (Soewanto et al.,
2016).
Batang kedelai edamame berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang
berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian
kecil dari poros bakal hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada epikotil
yang terdiri dari dua daun sederhana, yaitu primordia daun bertiga pertama dan
ujung batang. Sistem perakaran di atas hipokotil berasal dari epikotil dan tunas
aksiler. Pola percabangan akar dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan, seperti
panjang hari, jarak tanam, dan kesuburan tanah (Adie, 2013).
Polong kedelai edamame berwarna hijau terang dan sedikit abu-abu
dengan isi biji edamame berbentuk oval dan berwarna hijau terang. Edamame bisa
5

menghasilkan polong sebanyak 40-50 polong/tanaman. Panjang polong berkisar 5


cm dan lebar sekitar 1,4 cm. Secara umum berisi dua atau lebih biji dalam satu
polongnya ( Khancana et al., 2015).
Edamame memiliki sistem perakaran tunggang, yang bercabang
membentuk akar sekunder. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar
adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang pada edamame
umumnya tumbuh mencapai kedalaman 30-50 cm, bahkan mampu mencapai 2
meter pada kondisi tanah yang optimal. Akar sekunder tumbuh mencapai 20-30
cm ke dalam tanah. Akar cabang terdapat bintil akar yang merupakan simbiosis
bakteri Rhizobium dengan tanaman kedelai. Bintil akar berfungsi untuk menambat
N2 dari udara bebas (Andrianto et al., 2004).
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami.
Periode perkembangan vegetatif bervariasi pada varietas dan keadaan lingkungan,
termasuk panjang hari dan suhu. Tanaman memasuki fase reproduksi saat tunas
aksiler berkembang menjadi kelompok bunga dengan 2 hingga 35 kuntum bunga
setiap kelompok (Adie, 2013).
Bunga akan muncul pada ketiak daun, tumbuh berkelompok pada ruas-
ruas batang, berwarna putih atau ungu, memiliki kelamin jantan dan betina. Mulai
berbunga pada umur tanaman antara 30 sampai 50 hari setelah tanam.
Penyerbukaan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup, sehingga
persilangan alami sangat kecil kemungkinan akan terjadi. Bunga akan rontok
sekitar 60 % sebelum membentuk polong (Logo et al., 2017).

Syarat Tumbuh Edamame

Kedelai lebih menyukai jenis tanah yang berstruktur lempung berpasir atau
liat berpasir. Selain itu, faktor lingkungan tumbuh dan ketersediaan air juga
berpengaruh terhadap produktivitas suatu tanaman. Edamame dapat tumbuh pada
berbagai kondisi suhu, namun suhu yang optimal untuk perkecambahan kedelai
6

adalah 30 ℃, serta curah hujan berkisar antara 350-450 mm selama masa


pertumbuhan (Fachruddin, 2000).
Tanaman kedelai cocok di iklim tropis dan subtropis. Tanaman kedelai
dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400
mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai
membutuhkan curah hujan antara 100/200 mm/bulan. Tanaman dapat tumbuh
pada tanah alluvial, regosol, grumusol, latosol, atau andosol. Toleransi keasaman
tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah Ph 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5
kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat lambat
karena keracunan alumunium sehingga pertumbuhan bakteri bintil akar dan proses
nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Suhaeni, 2007).

Lingkungan Tumbuh

Lingkungan tumbuh tanaman sangat mempengaruhi produktivitas


tanaman. Lingkungan tumbuh dapat berupa iklim mikro yang meliputi tanah,
sinar matahari, suhu udara, curah hujan, ketinggian tempat dari permukaan laut.
Di mana dalam unsur tanah juga terkait pada nutrisi (hara dan mineral) kadar air,
udara dan suhu (Samsu, 2001).

Suhu Udara

Dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman dikenal ada titik suhu


udara yang disebut suhu kardinal. Saat suatu suhu menyebabkan tanaman tumbuh
baik maka suhu tersebut disebut suhu optimum. Sementara itu, terdapat suatu
suhu yang berada di bawah atau di atas suhu optimum yang menyebabkan
tanaman tidak dapat tumbuh. Suhu di bawah suhu optimum disebut suhu
minimum, sedangkan di atas suhu optimum disebut suhu maksimum (Samsu,
2001)
7

Suhu Kardinal bervariasi pada antarspesies tanaman. Misalnya, suhu 30℃


dapat menjadi suhu minimum bagi tanaman padang pasir dan menjadi suhu
maksimum bagi tanaman di dataran tinggi. Tinggi tempat berkaitan dengan suhu
udara setempat. Biasanya semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka
akan semakin rendah suhunya. Berdasarkan pengukuran, setiap kenaikan tinggi
100 meter akan terjadi penurunan suhu rata-rata sebesar 0,6 0C. Oleh karena
tinggi tempat berkaitan dengan suhu udara dan suhu kardinal setiap tanaman
berbeda-beda, maka dikenal kelompok tanaman dataran tinggi dan tanaman
dataran rendah (Samsu, 2001).

Intensitas Cahaya

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa tanaman merupakan suatu


pabrik yang mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia (bahan
kering tanaman) melalui proses fotosintesis.Dalam proses fotosintesis tanaman
terdapat tiga aspek sinar matahari yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan
tanaman, yaitu kualitas sinar (panjang gelombang), intensitas sinar (kuat
penyinaran) dan lama penyinaran (panjang hari). Lama penyinaran identik dengan
panjang hari dan berkaitan dengan intensitas cahaya total yang dapat diterima
tanaman. Oleh karena itu, lama penyinaran pun berkaitan dengan lamanya
fotosintesis efektif. Lama penyinaran ini lebih ditentukan oleh letak suatu tempat
di permukaan bumi. Tempat-tempat di Indonesia tidak mengalami masalah dalam
hal lamanya penyinaran karena terletak di daerah ekuator yang mataharinya
bersinar 12 jam (Samsu, 2001).

Kadar Air Tanah

Unsur lainnya dalam tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan


tanaman ialah air tanah. Kadar air tanah harus berada dalamkeadaan ideal.
Kekurangan atau kelebihan air dalam tanah biasanya memiliki efek yang tidak
8

baik terhadap pertumbuhan tanaman. Kadar air tanah ideal biasanya dikenal
dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) dan salah satu faktor yang
mempengaruhi ketersediaan air tanah adalah curah hujan (Samsu, 2001).

Kemasaman Tanah (pH)

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kisaran pH tanah 4,5-8,5 tergantung


dari kultivarnya. Kebanyakan unsur hara tanaman tersedia pada tanah-tanah netral
(pH 6,5-7,5). Pada nilai pH > 8,0 unsur-unsur hara makro terutama seng (Zn) akan
kurang tersedia, sedangkan apabila kemasaman tanah meningkat yakni pH > 5,5
maka Molybdenum (Mo), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) menjadi sangat
kurang tersedia bagi tanaman. Aluminium (Al) dan Mangan (Mn) meningkat dan
akan meracun tanah serta menghambat nodulasi Rhizobium. Ada beberapa
kultivar kedelai yang toleran terhadap kemasaman tanah, namun apabila kadar Al
mencapai 15% dari total nilai tukar kation (Cation Electricity Conductivity) maka
produktivitas kedelai akan turun drastis. Keracunan tanaman akan dijumpai pada
nilai pH 4,5 di mana pengapuran dengan kapur pertanian (kaptan) adalah salah
satu cara mengatasi problematika tanah masam. Akan tetapi, pelaksanaannya
harus hati-hati dan dengan cara yang benar serta diikuti dengan tindakan lain
untuk mencegah dampak negatif pengapuran yang mungkin terjadi (Samsu,
2001).

Inokulasi Rhizobium

Pada dasarnya tanaman kedelai edamame yang dikembangkan di Jember


kebanyakan mempergunakan lahan sawah yang sudah pernah ditanami kedelai
sebagai rotasi tanaman setelah tanaman padi. Jadi, sebenarnya tidak diperlukan
proses inokulasi Rhizobium kembali pada benih maupun pertanaman edamame,
mengingat bakteri Rhizobium ini dapat bertahan sampai dengan lima tahun di
dalam tanah. Namun dari hasil penelitian menggambarkan bahwa, tanaman
9

kedelai adalah “konsumen” Nitrogen yang besar, yakni memerlukan 1 kg N untuk


setiap 10 kg biji yang dihasilkan. Dengan demikian, setiap produksi 2,5 ton biji
kedelai per hektar tanaman ini memerlukan 250 kg N/ha. Sebagian besar
kebutuhan N tanaman kedelai dipasok langsung oleh bakteri Rhizobium yang
mampu membentuk bintil-bintil akar distem perakaran kedelai dan mampu
menambat N dari udara (N2) di dalam tanah (Samsu, 2001).
Inokulasi Rhizobium pada tanaman kedelai sudah lama dikenal sebagai
salah satu pupuk hayati. Inokulasi Rhizobium diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan nitrogen pada tanaman kedelai sehingga dapat mengurangi kebutuhan
pupuk nitrogen anorganik. Kebutuhan tanaman kedelai akan unsur hara nitrogen
sangat tinggi sehingga adanya sumber nitrogen yang murah akan membantu
mengurangi biaya produksi. Pada tanaman kedelai untuk menghasilkan 1 kg biji,
tanaman menyerap 70-80 gram nitrogen dari dalam tanah sehingga jika hasil
panen 1,5 ton/ha maka akan menyerap 105-120 nitrogen dari dalam tanah. Adanya
inokulasi Rhizobium yang efektif, 50-75 % total kebutuhan nitrogen dapat
dipenuhi dari fiksasi oleh Rhizobium (Pasaribu, 1989). Fiksasi N2 terjadi karena
adanya hubungan simbiosis antara tanaman tingkat tinggi dengan bakteri
prokariotik diazotrop yaitu bakteri yang dapat menambat molekul gas nitrogen
yang ada dalam udara (MacDicken, 1994). Organisme diazotrop ini menghasilkan
enzim nitrogenase yang berperanan sebagai katalisator dalam peruraian gas
nitrogen dan mereduksi menjadi NH3 + (Purwaningsih et al ., 2012).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2022. Bertempat di Lahan


Percobaan dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


Benih kedelai edamame. Benih kedelai edamame digunakan sebagai
tanaman indikator, dengan varietas Ryokkoh-75.
Pupuk trichokompos. Pupuk trichokompos digunakan sebagai perlakuan
pada praktikum.

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


Parang. Parang digunakan sebagai alat bantu pembersihan lahan.
Cangkul. Cangkul digunakan sebagai alat bantu dalam pengolahan lahan
budidaya kedelai edamame.
Meteran. Meteran digunakan sebagai alat bantu mengukur luas lahan
dalam budidaya kedelai edamame.
Lux Meter. Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.
Hygrometer. Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara.
pH meter. pH meter digunakan untuk mengukur keasaman tanah.
Termometer. Termometer digunakan untuk mengukur suhu.
11

Oven. Oven digunakan untuk mengeringkan sampel tanah pada


pengukuran kadar air.
Kamera. Kamera digunakan sebagai alat bantu dalam mendokumentasikan
saat penelitian berlangsung.
Alat tulis. Alat tulis digunakan untuk data hasil saat penelitian

Metode

Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok


(RAK) yang terdiri atas empat perlakuan pemberian pupuk trichokompos
terhadap tanaman edamame dan dengan tiga ulangan, sehingga terdapat
12 satuan percobaan. Perlakuan konsentrasi pemberian pupuk
trichokompos yang dicobakan, sebagai berikut:
d0 : Tanpa pemberian pupuk trichokompos 0 ton ha-1
d1 : Dosis pemberian pupuk trichokompos sebanyak 20 ton ha-1
d2 : Dosis pemberian pupuk trichokompos sebanyak 40 ton ha-1
d3 : Dosis pemberian pupuk trichokompos sebanyak 60 ton ha-1

Pelaksaan Praktikum

Pengolahan Lahan. Lahan yang dijadikan sebagai media tanam kedelai


edamame berjenis tanah ultisol, lalu dibersihkan terlebih dahulu dari gulma dan
sisa-sisa tanaman, kemudian diolah petakan dengan ukuran 2 x 2 m, dengan
ketinggian 20 cm dan berjumlah 12 petakan serta jarak antar petakan satu dengan
petakan lainnya adalah 50 cm.
Pemberian Pupuk Trichokompos. Pemberian pupuk trichokompos
terhadap tanaman kedelai edamame dilakukan sesuai dengan perlakuan
konsentrasi yang telah ditentukan. Pemberian pupuk trichokompos dapat
dilakukan pada sore hari.
12

Penanaman. Benih kedelei edamame yang akan digunakan adalah varietas


Ryokkoh-75. Penanaman kedelei edamame dilaksanakan dengan jarak tanam
25x25 cm, sehingga didapatkan sebanyak 64 lubang tanam dengan kedalaman
benih sekitar 2 cm dan 2 benih dalam setiap lubang tanam, dilakukan ± 7 hari
setelah masa inkubasi pupuk trichokompos dilahan.

Pengamatan

Pengukuran Intensitas Cahaya. Pengamatan yang dilakukan pada


parameter intensitas cahaya diukur dengan menggunakan lux meter. Pengukuran
dilakukan pada petak percobaan baik pada bagian atas ataupun bawah
tumbuhan.Nyalakan alat dalam keadaan sensor tertutup, atur skala rentang
intensitas yangakan dipergunakan dan tekan tombol zero. Setelah itu, letakkan alat
di tempatterbuka yang mewakili wilayah pengamatan dan buka penutup sensor.
Tekan tombol record untuk memulai pencatatan intensitas cahaya, biarkan selama
tiga menit. Catat nilai intensitas rata-rata selama pengamatan.
Pengamatan Suhu dan Kelembaban Udara. Pengamatan yang dilakukan
pada parameter udara suhu dan kelembaban udara diukur menggunakan
termohigrometer. Pengukuran dilakukan pada petak percobaan dengan
meletakkan alat berada pada ketinggian ± 50-100 cm di atas permukaan tanah.
Tekan tombol on pada alat dan biarkan selama tiga menit. Catat nilai yang
ditampilkan pada layar.
Pengukuran pH Tanah. Pengamatan yang dilakukan pada parameter
timbang sebanyak 5 gram tanah yang diambil dari lahan percobaan. Tambahkan
aquades sebanyak 25 ml. Kocok hingga homogen. Biarkan beberapa saat hingga
tanah mengendap. Ukur pH tanah dengan menggunakan pH meter.
Pengukuran Kadar Air Tanah. Pengamatan yang dilakukan pada parameter
timbang 10 gram tanah dalam pinggan aluminium yang telah diketahui bobotnya.
Keringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam. Angkat pinggan dengan
13

penjepit dan masukkan ke dalam eksikator. Setelah contoh dingin kemudian


ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.
Nodulasi Rhizobium. Pengamatan yang dilakukan pada parameter buat
lingkaran menggunakan sekop dengan radius 15 cm di sekitar tanaman dan gali
hingga kedalaman 20 cm lalu angkat gumpalan tanah beserta tanamannya. Tanah
yang menempel dibersihkan dengan hati-hati. Sampel akar dicuci dengan air
mengalir (aliran air diusahakan tidak terlalu besar). Hitung bintil akar yang
terdapat pada akar tanaman. Ambil tiga bintil akar kemudian belah dengan pisau
secara hati-hati dan amati warnanya. Jika berwarna merah maka Rhizobium dalam
keadaan aktif.

Analisis Data

Data hasil diuji kehomogenannya dengan menggunakan uji kehomogenan


levene. Jika datanya homogen, analisis data dilakukan dengan One Way Analysis
of Variance (ANOVA). Untuk menguji homogenitas varians data indeks gain
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini, digunakan statistik uji
Levene dengan taraf signifikan 0,05 menggunakan software SPSS 22.0 for
windows. Menurut Santoso (2012) kriteria pengambilan keputusannya yaitu:
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka data berasal dari
populasi yang mempunai varians tidak sama dan jika nilai signifikansi atau
probabilitas > 0,05, maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians
sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil praktikum ini berupa data pengamatan yang dapat dilihat pada
diagram dan beberapa grafik berikut:

pH Tanah
7
5.98 6.18
5.85 5.94
6

5 4.8

0
1

ph tanah sebelum aplikasi d0


d1 d2
d3
Gambar 2. Diagram pH Tanah

Kadar Air
40.00%
35.00%
30.00%
d0
25.00% d1
d2
20.00% d3
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Gambar 3. Grafik Kadar Air
15

Intensitas Cahaya
180000
163000
160000

140000

120000

100000

80000 69970
62490
60000 52600

40000 28190 28470


22390 19620
20000 10620

0
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST
Gamba
r 4. Grafik Intensitas Cahaya

Kelembaban Udara
80

70
67 69 67
60 66 65
63 63
50
51 52
48
40

30

20

10

0
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST
Gambar 5. Grafik Kelembaban Udara
16

Suhu Udara
45 41.5 41.2
39.5
40
33.7
35 32 31.7 31.3
29 29.6 29.5
30
25
20
15
10
5
0
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9MST 10
MST
Gambar 6. Grafik Suhu Udara
Tabel 1. Nodulasi Rhizobium
Jumlah bintil akar Keaktifan Rhizobium Gambar
2 Aktif

Pembahasan

Kemasaman Tanah (pH)

Berdasarkan hasil analisis pada lampiran 1, pemberian trichokompos


berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Berdasarkan tes kehomogenan pH tanah
17

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,410. Hal ini menunjukkan bahwa datanya
homogen. Berdasarkan tes anova pH tanah didapatkan nilai signifikansi sebesar
0,003 maka nilai Ho ditolak, hal ini menunjukkan data yang dihasilkan
bepengaruh nyata. Rata-rata dan hasil pengaruh pengaplikasian trichokompos
terhadap tanah pada tanaman edamame (Glycine max (L) Merr) dapat dilihat pada
gambar 2.
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa pada sebelum
pengaplikasian trichokompos diukur dengan pH meter hasil yang didapatkan
adalah 4,8. Pada perlakuan d0 hasil yang didapatkan adalah 5,85. Pada perlakuan
d1 hasil yang didapatkan adalah 5,94. Pada perlakuan d2 hasil yang didapatkan
adalah 5,98. Pada perlakuan d3 hasil yangg didapatkan adalah 6,18. Kandungan
pH tanah memungkinkan tanaman edamame tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Worwood (2014) mengemukakan bahwa toleransi kemasaman
tanah sebagai syarat pertumbuhan optimal kedelai edamame adalah pH 5,5-7,5.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH pada
tanah yang diamati berbeda-beda menurut perlakuan pemberian trichokomposnya.
Semakin banyak pemberian trichokompos, semakin meningkat pula pH tanah.
Menurut Nuraini (2020) dalam penelitiannya disebutkan bahwa pengaplikasian
trichokompos dapat meningkatkan ph tanah. proses perombakan trichokompos
dalam tanah akan menghasilkan asam-asam organik yang dapat mengikat kation-
kation asam, seperti H+ melalui gugus karboksil yang bermuatan negatif, sehingga
pH tanah meningkat.

Kadar Air

Berdasarkan hasil analisis pada lampiran 1 pengaruh pemberian dosis


pupuk trichokompos terhadap kadar air tanah, didapatkan pada data tes homogen
sebesar 0,282, hal ini menunjukkan data yang dihasilkan bersifat homogen. Pada
tes anova didapatkan data kadar air tanah sebesar 0,267, hal ini menunjukkan data
18

yang dihasilkan berpengaruh nyata. Rata-rata pengaruh trichokompos terhadap


tinggi tanaman kedelai edamame dapat dilihat pada gambar 3.
Perbedaan kadar air pada setiap perlakuan ini disebabkan oleh perbedaan
pemberian trichokompos dalam setiap perlakuan. Dari berbagai nilai kadar air ini
edamame masih dapat tumbuh dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Samsu
(2001) yang menyatakan bahwa kadar air yang baik dan optimal untuk
pertumbuhan maupun produktivitas tanaman kedelai Edamame (Glycine max. L.
Merrill) yaitu berkisar antara 60% namun juga tetap dapat berproduksi optimal
pada keadaan kadar air yang besarnya sekitar 50%.
Semakin banyak pemberian trichokompos dalam berbagai perlakuan,
semakin tinggi kadar airnya. Menurut Prasetiawan (2019) dalam penelitiannya
menyatakakan pemberian pemberian trichokompos pada tanah dapat
meningkatkan kadar air tanah. Hal ini disebabkan bahan organik yang dapat
terurai menjadi humus. Humus memiliki sifat dapat menyerap air sehingga
kandungan air dalam tanah meningkat.

Intensitas Cahaya

Berdasarkan hasil grafik di atas yaitu data intensitas cahaya selama


sembilan minggu, pengukuran pertama dimulai sejak 2 MST dan didapatkan
bahwa intensitas cahaya paling tinggi yaitu 163.000 lux pada 3 MST, sedangkan
intensitas cahaya paling rendah yaitu 10620 lux 8 MST. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Susanto & Sundari (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan kedelai Edamame yang mendapatkan intensitas cahaya yang
rendah berdampak pada umur panen yang lebih cepat, batang yang lebih tinggi
(etiolasi), jumlah polong yang lebih sedikit, dan ukuran juga berat biji lebih
rendah dibandingkan dengan lingkungan normal.

Kelembaban Udara
19

Berdasarkan hasil grafik 4 di atas yaitu data kelembaban udara selama 10


minggu. Pada minggu pertama didapatkan kelebaban udara sebesar 67%. Pada
minggu kedua didapatkan kelembaban udara sebesar 66%. Pada minggu ketiga
didapatkan kelembaban udara sebesar 51%. Pada minggu keempat didapatkan
kelembaban udara sebesar 63%. Pada minggu kelima didapatkan kelembaban
udara sebesar 52%. Pada minggu keenam didapatkan kelembaban udara sebesar
48%. Pada minggu ketujuh didapatkan kelembaban udara sebesar 63%. Pada
minggu kedelapan didapatkan 69%. Pada minggu kesembilan didapatkan
kelembaban udara sebesar 67%. Pada minggu kesepuluh didapatkan kelembaban
udara sebesar 65%. Pada hasil data tersebut didapatkan bahwa kelembaban udara
paling tinggi yaitu 69 % pada minggu kedelapan, sedangkan kelembaban udara
paling rendah yaitu 48% pada minggu keenam. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sumarno (2016) yang menyatakan bahwa kelembaban udara yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman kedelai Edamame berkisar antara RH 75-90% selama
periode vegetative tanaman hingga stadia pengisian polong dan kelembaban udara
rendah berkisar RH 60-75% pada waktu pematangan polong hingga proses
pemanenan.

Suhu Udara

Berdasarkan hasil grafik 5 di atas yaitu data suhu udara selama 10 minggu
didapatkan bahwa suhu udara paling tinggi yaitu 41,5 °C pada minggu ke-3,
sedangkan suhu udara paling rendah yaitu 29 °C pada minggu ke-8. Dengan
kisaran suhu tersebut, edamame dapat tumbuh dengan baik. Sesuai dengan
pendapat Aep (2006) lingkungan yang tepat untuk pertumbuhan edamame adalah
20°C-25°C, jika suhu mencapai 40°C maka akan terjadi perangsangan bunga dan
daun edamame. Jika suhu kurang dari 10°C akan mengakibatkan terhambatnya
proses pembungaan dan pembentukan polong edamame.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan


sebagai berikut:
Pengaplikasian trichokompos berpengaruh nyata terhadap derajat
keasaman pH tanah. pH tanah sebelum diberikan perlakuan 4,8 dan setelah diberi
perlakuan menjadi d1 sebesar 5,9; d2 6,0; dan d3 6,2. Perlakuan terbaik di antara
empat perlakuan pada budidaya tanaman edamame ialah jatuh pada perlakuan d3.
Pada perlakuan d3 pH tanah mencapai kisaran optimum syarat tumbuh edamame.

Saran

Saran untuk praktikum ini diharapkan kepada praktikan untuk


meningkatkan kerjasamanya dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Adie, M dan M. Krisnawati. (2013). Biologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian


Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Andrianto T.T dan Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani: Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. (2021). Analisis Produktivitas Jagung dan Kedelai di


Indonesia 2020 (Hasil Survei Ubinan), dari
https://www.
bps.go.id/publication/2021/07/27/16e8f4b2ad77dd7de2e53ef2/analisisp
roduktivitas-jagung-dan-kedelai-diindonesia-2020-hasil-surveiubinan
.html

Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kasinius. Yogyakarta.

Iswanto. 2018. Mengenal Cuaca dan Iklim di Indonesia. Pakar Jaya. Bandung.

Kanchana, P., M. L. Santha, dan K. D. Raja. 2015. A review on Glycine max L.


Merril (soybean). World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. 5(1): 356-371.

Logo, NJB. S. Zubaidah, dan H. Kuswantoro. 2017. Karakteristik morfologi


polong beberapa genotipe kedelai (Glycine max L. Merill). Prosiding
Seminar Nasional Hayati V. Malang. ISBN: 978-602-61371-1-1.

Samsu, Sigit H. 2001. Membangun Agroindustri Bernuansa Ekspor: Edamame


(Vegetable Soybean). Graha Ilmu. Yogyakarta.

Saputra, RA & Sari, NN. (2021). Ameliorant engineering to elevate soil pH,
growth, and productivity of paddy on peat and tidal land, IOP Conf.
Ser.: Eart Environ. Sci. Vol. 648, No. 012183, doi: 10.1088/1755
1315/648/1/012183.

Nuraini, Yulia dan Muzna A. (2020). Peran Trichokompos dan Pupuk NPK 16-
16-16 terhadap Serapan dan Residu Hara N dan P, serta Hasil
Jagung Ketan (Zea mays ceratina). Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan Vol 7 No. 1: 93-10.

Soewanto, H., A. Prasongko, dan Sumarno. 2016. Agribisnis edamame


untuk ekspor dalam Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan.
http://balitkabi.lilbang.pertanian.go.id (diakses 10 April 2021).

Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. Nuansa. Bandung.


22

Suryono, Jojon, Koko Kusuma S, dan Mulyadi. (2015). Petunjuk Teknis


Pelaksanaan Pelenitian Kesuburan Tanah. Pengambilan Contoh Tanah
Untuk Penelitian Kesuburan Tanah. Hal 75-89. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Data pH Tanah

Test of Homogeneity of Variances


ph Tanah
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.082 3 8 .410

ANOVA
pH Tanah
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .175 3 .058 11.327 .003
Within Groups .041 8 .005
Total .216 11

Lampiran 2. Analisis Data Kadar Air


Test of Homogeneity of Variances
Kadar Air
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.521 3 8 .282

ANOVA
Kadar Air
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 29.695 3 9.898 1.586 .267
Within Groups 49.932 8 6.242
Total 79.627 11
24

Lampiran 3. Data pH Tanah


ph tanah
Sampel Rata-
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 sebelum
Ulangan rata
aplikasi
d0 1 5.3 6 5.4 6 6.2 6 5.9 5.7 5.9 6 5.84 4.8
d0 2 5.5 5.5 5.8 5.3 6.4 6 5.9 5.8 5.7 6.1 5.8 4.8
d0 3 6.5 5.9 5.5 5.8 5.9 6 5.6 5.3 5.8 6.9 5.92 4.8
d1 1 5.5 5.3 5.6 6.1 6.3 6.1 6.1 5.8 5.5 6.9 5.92 4.8
d1 2 5.6 5.8 5.7 6.3 6 5.9 6.1 6.1 6 6.3 5.98 4.8
d1 3 6.6 6.6 5.5 5.8 5.9 6 5.6 5.8 5.7 5.8 5.93 4.8
d2 1 5.6 6.3 5.8 5.9 5.6 6.2 6.1 6 6 6.6 6.01 4.8
d2 2 5.4 5.3 5.8 5.7 6.1 6.2 5.9 5.8 6.2 6.7 5.91 4.8
d2 3 4.8 6.9 6.1 6.9 6 6 5.9 5.7 6 5.9 6.02 4.8
d3 1 5.5 5.6 5.5 6.7 6.9 6.9 6.1 6.1 5.7 6.9 6.19 4.8
d3 2 6.5 5.5 5.5 5.6 6.2 6.2 6.4 6.3 6.2 6.3 6.07 4.8
d3 3 6.6 5.9 5.5 6.7 6.2 6.4 6.4 6.1 6.2 6.9 6.29 4.8
25

Lampiran 4. Data Kadar Air


Perlakua Ulanga
n n Rata-rata
d0 1 26.51%
d0 2 30.72%
d0 3 29.50%
d1 1 29.40%
d1 2 27.76%
d1 3 29.59%
d2 1 23.25%
d2 2 28.10%
d2 3 30.81%
d3 1 29.80%
d3 2 31.38%
d3 3 34.04%

Lampiran 5. Data Intensitas Cahaya, Suhu Udara dan Kelembaban Udara


Intensitas Suhu Kelembaban
Waktu Pengamatan
Cahaya (lux) Udara(˚C) Udara (%)
18 Maret 2022 - 32 67
25 Maret 2022 2819 31.7 66
01 April 2022 1630 41.5 51
08 April 2022 2239 33.7 63
15 April 2022 6997 39.5 52
22 April 2022 6249 41.2 48
29 April 2022 5260 31.3 63
06 Mei 2022 1062 29 69
13 Mei 2022 1962 29.6 67
19 Mei 2022 2847 29.5 65
26

Lampiran 6. Kartu Praktikum


27

Lampiran 7. Nilai Pretest


Teknologi Produksi Tanaman
Pretest 1 Pretest 2 Pretest 3 Pretest 4
67 100 75 34
Rata-rata 69

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan

Persiapan Lahan Penanaman Benih

Pemasangan Sungkup Benih Tumbuh


28

Tanaman Edamame Pengukuran pH tanah

Pengukuran Intensitas Cahaya Pengukuran Suhu dan Kelembaban


Udara
29

Pemanenan Edamame
`

Anda mungkin juga menyukai