Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis


guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI
PT WANASARI NUSANTARA KUANTAN SENGINGI

OLEH:
DWI TYA NURRAHMA
NIM. 2006110842

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKUTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis


Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PT WANASARI
NUSANTARA KUANTAN SENGINGI

OLEH:
DWI TYA NURRAHMA
NIM. 2006110842

Diajukan sebagai salah satu syarat


kelengkapan nilai Praktek Kerja Profesi

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKUTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022

ii
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis


Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PT WANASARI
NUSANTARA KUANTAN SENGINGI

Oleh:
DWI TYA NURRAHMA
NIM. 2006110842

Pekanbaru, 9 November 2022

Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing
Agroteknologi

Ir. Armaini, M.Si


Dr. M. Amrul Khoiri, S.P.,M.P NIP. 195711201985032001
NIP. 197811232008011003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktek kerja profesi dengan

judul “Identifikasi Penyakit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada

Tanaman Menghasilkan (TM) Di PT Wanasari Nusantara Kuantan Sengingi” tepat

pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan

praktik kerja profesi (PKP), agar saya lebih memahami kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan pada saat PKP.

Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir.

Armaini, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan hingga

selesainya laporan ini.

Saya menyadari bahwa di dalam laporan ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik

dan saran untuk kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, 9 November 2022

Dwi Tya Nurrahma

iv
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii

I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 5
2.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).................................. 5
2.2 Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)........... 9
2.3 Identifikasi Penyebab Penyakit Tanaman............................................... 14

III METODOLOGI........................................................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu.................................................................................. 15
3.2 Metode Pelaksanaan............................................................................... 15
3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data...................................................... 16
3.4 Analisis Data dan Informasi................................................................... 17

IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA PROFESI................... 18


4.1 Letak Geografis...................................................................................... 18
4.2 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.............................................. 20

V PELAKSANAAN KEGIATAN PKP........................................................... 21


5.1 Aspek Manajerial.................................................................................... 21
5.2 Aspek Teknis.......................................................................................... 21

VI PEMBAHASAN.......................................................................................... 24
6.1 Kegiatan Umum di Lokasi PKP............................................................. 24
6.2 Kegiatan Khusus..................................................................................... 32

VII KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 38


7.1 Kesimpulan............................................................................................. 38
7.2 Saran....................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 39
LAMPIRAN..................................................................................................... 41

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kegiatan Umum di Lokasi PKP
2. Tingkat intensitas serangan Ganoderma sp

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Peta Lokasi PT. Wanasari Nusantara....................................................... 19
2. Struktur Organisasi PT. Wanasari Nusantara.......................................... 20
3 Technical meeting di PT. Wanasari Nusantara......................................... 26
4 Pembibitan kelapa sawit pre-nursery........................................................ 27
5 Pemupukan................................................................................................ 28
6 Pengendalian Gulma................................................................................ 29
7 Pengendalian Hama................................................................................... 29
8 Pengendalian Penyakit Ganoderma.......................................................... 30
9 Pemberian Garlon Mix 333/17 EW.......................................................... 30
10 Pengaplikasian polen pada serangga penyerbuk..................................... 31
11 Pemanenan.............................................................................................. 32
12 Kelapa sawit yang terserang Ganoderma sp................................................. 34
13 Serangan Ganoderma sp. yang sudah parah........................................... 35

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Dokumentasi1

viii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penting penghasil minyak

makanan, minyak industri maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Kelapa sawit

memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Sebagai

salah satu komoditas ekspor pertanian terbesar Indonesia, membuat kelapa sawit

mempunyai peran penting sebagai sumber penghasil devisa maupun pajak yang besar.

Dalam proses produksi maupun pengolahan industri, perkebunan kelapa sawit juga

mampu menciptakan kesempatan dan lapangan pekerjaan khususnya bagi masyarakat

pedesaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Ditjenbun, 2019).

Prospek perkembangan industri kelapa sawit saat ini sangat pesat dimana

terjadi peningkatan baik luas areal maupun produksi kelapa sawit seiring dengan

meningkatnya kebutuhan masyarakat. Pada Tahun 2021, luas areal perkebunan kelapa

sawit tercacat mencapai 15.081.021 hektar. Dari luasan tersebut, sebagian besar

diusahakan oleh perusahaan besar swasta (PBS) yaitu seluas 8.417.232 hektar.

Perkebunan Rakyat (PR) menempati posisi kedua dalam kontribusinya terhadap total

luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia yaitu seluas 6.084.126 hektar

sedangkan sebagian kecil diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) yaitu

579.644 hektar (Ditjenbun, 2021).

Produksi CPO Indonesia meningkat dari 31 juta ton pada Tahun 2015 menjadi

49,71 juta ton pada Tahun 2021 atau meningkat sebesar 18,71 juta dengan

produktivitas 3.947 kg/ha dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (Ditjenbun,
2021). Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budi daya yang

diterapkan. Kegiatan budi daya kelapa sawit meliputi pembukaan lahan, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Salah satu aspek pemeliharaan

tanaman kelapa sawit yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budi daya kelapa sawit

adalah pengendalian hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit pada

tanaman kelapa sawit menyebabkan kehilangan hasil, penurunan produksi dan

kematian.

Hama dan penyakit adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan

dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Hama dan penyakit menimbulkan penurunan

produksi bahkan kematian tanaman. Hama dan penyakit dapat menyerang tanaman

kelapa sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Sebagian besar

hama yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah golongan serangga (insekta) dan

sebagian dari golongan mamalia, sedangkan penyakit yang menyerang kelapa sawit

disebabkan oleh mikroorganisme cendawan, bakteri, dan virus (Efendi et al., 2020).

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kelapa sawit adalah invasi

patogen tanaman. Patogen yang menyerang tanaman kelapa sawit antara lain jenis

bercak daun, Phytophthora botryo, Diplodia spp., penyakit tajuk Fusarium

oxysporum dan hawar batang Ganoderma boninense (Semangun, 2004). Busuk akar

yang disebabkan oleh jamur G. boninense penting karena gejala penyakit pada bibit

mencapai 50% dan gejala penyakit pada tahap perkecambahan mencapai 20% (Alesia

et al., 2021).

Penyakit G. boninense atau busuk pangkal batang sulit di kendalikan, karena

G. boninense merupakan patogen tular tanah yang memiliki kisaran inang luas

2
(Susanto, 2013). Gejala serangan pada bibit kelapa sawit ditandai dengan

menguningnya sebagian besar daun atau pola belang di beberapa bagian daun yang

diikuti klorotik daun kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil dari pada

daun normal dan mengalami nekrotik pada bagian ujungnya. Besarnya tingkat

kematian yang dapat ditimbulkan oleh G. boninense menyebabkan patogen ini perlu

dikendalikan di lapangan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian mengenai

Identifikasi Penyakit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Pada Tanaman

Menghasilkan (TM) di PT Wanasari Nusantara Kuantan Sengingi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktek kerja profesi (PKP) ini adalah:

1.2.1 Tujuan Umum


1. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan

terhadap masalah penyakit pada tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) yang ada di lapangan.

2. Dapat memahami cara kerja dalam melakukan praktik atau pekerjaan di PT.

Wanasari Nusantara, Kuantan Singingi, Riau.

3. Mendapatkan keahlian dalam budidaya tanaman Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) di PT. Wanasari Nusantara, Kuantan Singingi, Riau.

3
1.2.2 Tujuan Khusus:

1. Dapat mengidentifikasi penyakit tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di PT. Wanasari Nusantara,

Kuantan Singingi, Riau.

4
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria di Afrika Barat.

Namun ada juga yang berpendapat bahwa asal usul kelapa sawit adalah dari Amerika

Selatan yaitu Brazil, karena jenis kelapa sawit lebih banyak terdapat di hutan Brazil

daripada di Afrika. Faktanya, kelapa sawit tumbuh subur di luar daerah asalnya di

tempat-tempat seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Perkebunan

kelapa sawit penting untuk pengembangan pertanian negara. Kelapa sawit tidak

hanya menciptakan lapangan kerja dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan

masyarakat, tetapi juga merupakan sumber devisa negara, menjadikan Indonesia

sebagai salah satu produsen utama minyak sawit (Fauzi, 2008).

Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, yang berkecambah menjadi

tanaman. Komposisi buah kelapa sawit dari lapisan luar adalah: 1) Pericarp halus dan

keras (epicarp). 2) Daging buah (mesokarp) terdiri dari susunan serat dan

mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang/cangkang), hitam dan keras (endokarp).

4) Daging biji (Mesoperm) berwarna putih dan mengandung minyak. 5) Tubuh

(embrio). Institusi yang muncul dari Seed Court berkembang dalam dua arah: 1)

Arahnya tegak lurus dengan batang kelapa sawit dan puncaknya (fotosintesis) disebut

bulu yang menjadi daun. 2) Arahnya tegak lurus (geotropi) terhadap tanah, disebut

akar, yang menjadi akar (Fauzi, Y., Yusnita, E. W., Iman, 2018).

Menurut (Pahan, 2010), kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut,

Divisi : Embryophita siphonagama,


Kelas : Angiospermae,

Ordo : Monocotyledonae,

Famili : Arecaceae,

Subfamily : Cocoideae,

Genus : Elaesis,

Species : 1) E.guineensis Jacq, 2) E. oleifera, 3) E. odora.

Dua spesies kelapa sawit saat ini dibudidayakan: E. guineensis dan E.

oleifera. Ada fungsi dan keunggulan di antara kedua tipe tersebut. jenis E guineensis

sangat produktif sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak

orang menyilangkan kedua spesies tersebut untuk mencari varietas unggul yang

mudah dipanen. Spesies E. oleifera saat ini dibudidayakan untuk meningkatkan

keanekaragaman plasma nutfah yang ada. Elaeis guinensis Jacq Oil Palm adalah

tanaman tropis asli Afrika Barat. Tanaman ini bisa tumbuh di luar negeri asalnya,

termasuk Indonesia. Perkebunan kelapa sawit memiliki implikasi penting bagi

pembangunan nasional (Soewandita, 2018).

Faktor yang mempengaruhi tingginya produksi kelapa sawit adalah faktor

pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul maka harus dilakukan dari

tetuanya yang unggul pula. Perawatan harus dilakukan tidak hanya dalam

pemeliharaan yang baik, tetapi juga dalam penyiraman, pemupukan (pupuk primer),

dan pengendalian hama yang mempengaruhi bibit kelapa sawit. Ada tiga faktor utama

yang menjadi perhatian ketika merancang dan mengelola pembibitan kelapa sawit

untuk benih berkualitas: 1) Pemilihan kecambah/bibit, 2) Perawatan, 3) Pemilihan

benih (Susanto, 2013).

6
2.1.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan nilai jual

yang cukup tinggi dan merupakan penyumbang devisa terbesar bagi bangsa Indonesia

dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Setiap tumbuhan memiliki

morfologi, ciri, dan fungsi yang berbeda-beda yang dijual. Secara morfologi, kelapa

sawit terdiri dari bagian vegetatif (akar, batang, daun) dan bagian reproduksi (bunga

dan buah) (Sunarko, 2007).

2.1.2.1 Akar
Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil (tanaman yang memiliki 1

kotiledon) yang memiliki akar serabut. Saat perkecambahan dimulai, akar pertama

muncul dari biji yang bertunas (akar). Setelah ini, akar mati dan membentuk akar

tunggang atau akar tunggang. Selain itu, akar primer membentuk akar sekunder,

tersier, dan kuaterner. Akar kelapa sawit yang berkembang baik biasanya memiliki

diameter akar primer 5-10 mm, diameter akar sekunder 2-4 mm, diameter akar tersier

1-2 mm, dan diameter akar kuaterner 0,1-0,3 mm. Akar yang paling aktif menyerap

air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuaterner pada jarak 2-3 meter dari pangkal

pohon dan pada kedalaman 0-60 cm (Sunarko, 2007).

2.1.2.2 Batang
Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang.

Pertumbuhan awal setelah daun muda membentuk batang yang lebar tanpa

perpanjangan ruas. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang menopang

tajuk (daun, bunga, dan buah). Fungsi lain adalah sistem vaskular, yang membawa

7
nutrisi dan nutrisi tanaman. Tinggi tanaman biasanya tumbuh optimal antara 35 dan

75 cm per tahun tergantung kondisi lingkungan. Umur ekonomis tanaman sangat

dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin kecil pertambahan

tinggi, semakin lama umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007).

2.1.2.3 Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan menyediakan nutrisi bagi

tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan penempatannya memiliki pengaruh besar

pada cara mereka menangkap sinar matahari. Daun kelapa sawit dicirikan oleh

susunan daun majemuk, sirip, dan formasi tulang sejajar. Daun lontar ditopang oleh

pelepah sepanjang sekitar 9 meter. Jumlah anak daun pada setiap pelepah sekitar 250-

300, tergantung jenis kelapa sawitnya. Daun muda yang masih kuncup berwarna

kuning pucat. Pelepah daun batang tersusun dalam susunan yang mengelilingi batang

dan membentuk spiral. Kelapa sawit normal biasanya memiliki sekitar 40 hingga 50

pelepah. Pertumbuhan pelepah daun mencapai 30-40 helai pada tanaman muda umur

5-6 tahun, sedangkan tanaman tua berkisar 20-25 helai. Semakin pendek pelepah

daun, semakin tinggi hasil per satuan luas tanaman, karena populasi kelapa sawit

yang dapat ditanam per satuan luas lebih besar (Rustam Effendi Lubis & Agus,

2011).

2.1.2.4 Bunga
Kelapa sawit mulai berbunga sekitar umur 12 sampai 14 bulan. Bunga kelapa

sawit berumah satu. Artinya, bunga jantan dan bunga betina berada pada pohon yang

sama, tetapi tidak pada tandan yang sama. Kelapa sawit dapat melakukan

8
penyerbukan silang atau penyerbukan sendiri karena memiliki bunga jantan dan

betina. Bunga biasanya muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya

membentuk satu perbungaan (majemuk). Bagian dari perbungaan biasanya rontok

pada tahap awal perkembangan, sehingga ketiak daun mungkin tidak membentuk

perbungaan pada masing-masing tanaman (Sunarko, 2007).

2.1.2.5 Buah
Buah kelapa sawit adalah buah berbiji yang dicirikan oleh tiga bagian: bagian

luar yang disebut eksokarp (eksokarp), lapisan tengah (mesokarp) yang mengandung

minyak sawit yang disebut minyak sawit mentah (CPO), dan lapisan dalam.

(Endocarpium) disebut inti dan mengandung minyak inti yang disebut PKO atau

minyak inti sawit. Proses pembuahan dari saat penyerbukan hingga pematangan buah

membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Ada lebih dari 2000 sel dalam satu bundel

(Risza, 1994). Biasanya buah ini digunakan untuk diolah menjadi minyak nabati

untuk keperluan manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan sumber

minyak sawit (diekstrak dari inti kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji

buah) (Rustam Effendi Lubis & Agus, 2011).

2.2 Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

2.2.1 Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense)

Ganoderma merupakan cendawan Basidiomycota yang bersifat tular tanah

dan sebagai penyebab utama penyakit akar putih pada tanaman berkayu dengan

menguraikan lignin. Sebagian besar siklus Ganoderma ada didalam tanah atau

9
jaringan tanaman. Penularan penyakit busuk pangkal batang melalui tiga cara, yaitu

kontak akar tanaman dengan sumber inokulum Ganoderma, udara dengan

basidiospora, dan inokulum sekunder berupa tunggul tanaman atau inang alternative

(Susanto, 2013).

Ganoderma menghasilkan spora melalui struktur pembiakan yang disebut

basidium. Basidiospora dihasilkan setelah plasmogami, kariogami dan meiosis.

Kariogami dan meiosis berlaku dalam basidium dan empat basiodiospora dihasilkan

pada setiap basidium. Penularan penyakit BPB terutama terjadi melalui kontak akar

tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa sisa - sisa tanaman atau

akar yang sakit. Kemudian tunggul yang membusuk yang mengandung banyak hara

dan kelembaban tinggi. Agar dapat menginfeksi akar tanaman sehat, cendawan harus

mempunyai bekal makanan (food base) yang cukup (Semangun, 2000).

Basidiospora yang dihasilkan tubuh buah tidak dapat menyebabkan terjadinya

infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit sehat, tetapi mempunyai kemampuan

saprofitik untuk mengkoloni substrat dan membangun inokulum yang berpotensi

untuk menginfeksi tanaman sehat. Umur tanaman yang semakin dewasa, akan

membuat sistem perakarannya semakin panjang sehingga tingkat probabilitas

terjadinya inokulasi dengan inokulum semakin tinggi (Tobing. MC. Daeli. NC &

Predasi, 2009).

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur

Ganoderma boninense merupakan penyakit yang penting dalam industri kelapa sawit.

Umumnya, gejala dari BPB akan terlihat setelah 6 sampai 12 bulan setelah infeksi.

Pangkal batang kelapa sawit yang terinfeksi akan membusuk sehingga akan tumbang

10
sebelum masa produktif berakhir. Pada daerah endemik, penyakit ini dapat

menyerang tanaman dengan umur dua tahun. Penyebab penyakit BPB kelapa sawit di

beberapa negara dilaporkan berbeda-beda, yaitu beberapa spesies Ganoderma

saprofitik dari kelompok Basidiomycota (Abadi, 1987).

Gejala serangan penyakit pada daun bibit kelapa sawit terjadi setelah

munculnya tubuh buah pada bulan pertama, sebagian besar bibit menunjukkan

pertumbuhan tubuh buah pada pangkal batang yang diikuti dengan nekrosis

(kematian jaringan) pada pertulangan daun akibat kurangnya unsur hara yang

diangkut dari akar menuju daun, sehingga proses fotosintesis, sintesis klorofil,

transfer asimilat terganggu, dan dapat menyebabkan kematian pada bibit kelapa

sawit. Pada beberapa serangan jamur Ganoderma pada akar tanaman seperti

ditemukan adanya beberapa tubuh buah yang menandakan gejala busuk akar. Gejala

serangan yang menimbulkan gejala busuk akar pada umumnya mempunyai ciri yaitu

adanya rhizomorf pada permukaan akar. Pada serangan awal akar yang menunjukkan

gejala busuk akar akan diselimuti oleh miselium atau rhizomorf berwarna putih

kemudian pada pertumbuhan selanjutnya rhizomorf akan berubah warna. Rhizomorf

ini merupakan bentuk adaptasi miselium jamur terhadap kondisi lingkungan yang ada

(Yuniarti, 2010).

Secara umum, pada tanaman muda daun pada pelepah tua berwarna

kekuningan, kadangkala di pucuk daun menjadi kering atau nekrotik. Akhirnya

seluruh daun dan pelepah menjadi layu dan kering. Tanaman yang terserang

menunjukkan pertumbuhan yang lemah dan terhambat pertumbuhannya (Tobing.

MC. Daeli. NC & Predasi, 2009).

11
2.2.2. Penyakit Bercak Daun Kelapa Sawit

Penyakit BDK adalah penyakit yang dapat menurunkan produktifitas karena

daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.

Serangan berat penyakit BDK menyebabkan lebih dari 50% permukaan daun (bibit)

dan sebagian besar daun dewasa (kelapa produktif ) rusak dan tidak berfungsi.

Diperkirakan kehilangan buah kelapa akibat serangan penyakit ini mencapai 5%,

tergantung dari berat ringannya serangan. Perhatian pada penyakit BDK masih

kurang, padahal kerusakan yang ditimbulkannya cukup menganggu dibeberapa

pertanaman dan persemaian varietas kelapa tertentu. Sesungguhnya penyakit BDK

dapat menganggu dan merupakan produktivitas kelapa. Karena itu penyakit BDK

merupakan komponen kendala yang penting dalam produksi kelapa (Sunarko, 2007).

Penyakit-penyakit yang termasuk ke dalam kelompok bercak daun adalah

yang disebabkan oleh jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia, Cochiobolus,

Drechslera dan Pestalotiopsis. Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia lebih

dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai perkebunan

kelapa sawit di Indonesia, tetapi tingkat serangannya beragam tergantung pada

kondisi lingkungan setempat dan tindakan agronomik yang dijalankan (Efendi et al.,

2020).

Gejala penyakit BDK yang disebabkan oleh Pestalotia palmarum memiliki

gejala berupa bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian

berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai kelabu, kemudian bercak-

bercak tersebut bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-

bintik yang terdiri dari acervuli cendawan. Penyakit BDK juga bisa disebabkan oleh

12
cendawan Helminthosporium incurvatum dengan gejala yang mirip dengan gejala

yang disebabkan P. Palmarum (Rustam Effendi Lubis & Agus, 2011).

2.2.3 Penyakit busuk tandan pada tanaman sawit

Penyakit busuk tandan ini disebabkan jamur Marasmius palmivorus Jamur ini

menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga

menurunkan kualitas minyak sawit. Penyakit ini sering terjadi pada permulaan panen

akibat polinasi yang tidak sempurna. Jamur ini pada dasarnya banyak terdapat pada

tumpukan daun - daun tua dan sisa - sisa bagian bagian tanaman yang tertinggal dan

berakumulasi pada ketiakketiak daun tetapi sumber ini kolum yang utama adalah

tandan buah yang tertinggal dilapangan pada tanaman yang berumur 3-10 tahun

(Efendi et al., 2020).

Penyakit ini awalnya berkembang pada ujang tandan buah segar (TBS), yakni

pada bagian buah yang terjepit antara batang dan pelepah daun diatasnya, biasanya

penyakit ini menyerang tanaman yang berumur 3- 6 tahun. tandan terserang menjadi

rusak sebagaian atau seluruhnya menjadi busuk pada awalnya jamur membentuk

benang-benang (miselium) berwarna putih mengkilap yang banyak menutupi kulit

buah terutama 2-4 bulan antesis, setelah menyerang buah (mesokarp) dan

menghasilkan jaringan busuk berwarna coklat muda dan basah kerusakan buah ini

akan menyebabkan kandungan asam lemak bebas menjadi tinggi pada minyak kelapa

sawit yang dihasilkan. Penyakit ini lebih banyak di jumpai pada saat musim basah

atau hujan yang panjang ,bila seluruh tandan telah terserang jamur membentuk tubuh

buah (sporofor) yang membentuk jamur payung yang terdiri atas “topi” atau

13
“payung” berwarna putih dengan diameter 2,5-75cm yang ditunjang oleh “batang”

yang panjangnya 2,5 – 3,0 cm. Pada permukaan bawah payung terdapat papan-papan

(bilah) seperti ingsang (Pahan, 2010).

2.3 Identifikasi Penyebab Penyakit Tanaman

Identifikasi penyebab suatu penyakit (etiologi) merupakan suatu langkah

dalam studi penyakit dan sebagai titik awal untuk menentukan langkah-langkah

selanjutnya. Suatu komoditas pertanian yang penting dan telah menimbulkan

kerusakan yang cukup berarti atau diduga akan menimbulkan masalah yang besar,

maka langkah pertama yang harus dilakukan ialah menentukan organisme

penyebabnya (Fauzi, 2008).

Identifikasi penyebab penyakit atau diagnosis merupakan tahapan awal yang

perlu dilakukan dalam pengendalian penyakit. Penyakit utama tanaman umumnya

telah dikenal oleh petugas lapangan dan petani, walaupun mungkin memiliki nama

yang berbeda. Kekeliruan dalam diagnosis penyebab penyakit sering terjadi karena

gejala penyakit yang sama dapat disebabkan oleh dua kelompok mikroorganisme

yang sangat berbeda. Prosedur baku untuk diagnosis penyakit, yaitu postulat Koch,

tidak selalu dapat diikuti secara lengkap karena beberapa patogen tidak dapat

dibiakkan dalam media buatan (parasit obligat), atau dapat ditumbuhkan namun tidak

dapat membentuk spora untuk studi morfologinya. Namun dengan kemajuan

teknologi molekuler, identifikasi dapat dilakukan untuk membedakan spesies bahkan

sub spesiesnya (Susanto, 2013).

14
III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktik Kerja Profesi akan dilaksanakan di PT Wanasari Nusantara,

di desa Sungai Buluh (F.1), Kecamatan Singingi Hilir – Koto Baru, Kabupaten

Kuantan Singingi – Teluk Kuantan, Riau.

Waktu pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi ini akan berlangsung

selama kurang lebih satu bulan, dimulai pada tanggal 18 Juli hingga 22 Agustus

2022.

3.2 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja

Profesi (PKP) ini adalah dengan mengikuti agenda kegiatan yang akan disepakati dan

ditetapkan oleh mahasiswa berserta pihak dari PT. Wanasari Nusantara Kuantan

Singingi, kegiatan yang dilaksanakan yaitu :

1. Melakukan briefing dan diskusi materi sebelum memulai kegiatan harian dengan

pembimbing di PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi.

2. Melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah

didiskusikan bersama pembimbing dengan PT. Wanasari Nusantara Kuantan

Singingi sesuai dengan proposal yang telah dibuat.

3. Melakukan kegiatan pengamatan terhadap tanaman kelapa sawit menghasilkan

(TM) yang terdapat gejala penyakit.


Kegiatan pengamatan ini dilakukan di perkebunan PT. Wanasari Nusantara

Kuantan Singingi divisi 1 inti. Pengamatan dilakukan secara acak pada blok A02, dan

blok B01.

3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan tanaman kelapa sawit yang terserang gejala penyakit dilakukan

secara langsung dengan sample yang digunakan seluas 1 hektar yang dilakukan secara

acak pada blok A02, dan blok B01.

Pengamatan dan pengumpulan data informasi yang diperlukan diperoleh

dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan

metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode

langsung dilakukan melalui pengamatan di lapangan. Sedangkan pengumpulan data

dengan metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari

data dan informasi melalui studi pustaka.

Adapun hasil pengamatan dan pengumpulan data kondisi lokasi PKP yaitu

sebagai berikut:

1. Struktur organisasi, sarana dan prasarana di PT. Wanasari Nusantara Kuantan

Singingi.

2. Kondisi tanah dan iklim di PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi.

3. Standard Operating Procedure (SOP) di PT. Wanasari Nusantara Kuantan

Singingi.

Adapun pengamatan dan pengumpulan data primer lokasi PKP yang diperlukan

sebagai berikut:

1. Teknik budidaya kelapa sawit di PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi.

16
2. Komoditi dan varietas benih yang digunakan di PT. Wanasari Nusantara

Kuantan Singingi.

3. Identifikasi tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit di PT. Wanasari

Nusantara Kuantan Singingi dengan luas lahan yang digunakan untuk sampel

adalah seluas 1 hektar.

3.4 Analisis Data dan Informasi

Analisis data dilakukanan secara deskriptif dengan menjelaskan gejala yang

ditemukan pada tanaman kelapa sawit di PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi

yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Untuk diagnosis dilakukan dengan

membandingkan pada buku rujukan atau pedoman identifikasi penyakit tanaman

umumnya dan kelapa sawit khususnya.

17
IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA PROFESI

4.1 Letak Geografis

PT Wanasari Nusantara sebagai tempat pelaksanaan Praktek Kerja Profesi

(PKP) adalah Perusahaan PMA yang bergerak dibidang Perkebunan Kelapa Sawit

yang terintegrasi dengan Pengolahannya, yang didirikan pada tahun 1995,

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agraria/Kepala Pertanahan Nasional No.

13/HGU/BPN/95 tentang HGU atas nama PT Wanasari Nusantara, atas tanah

dikabupaten indragiri hulu. Secara Geografis PT. Wanasari Nusantara terletak pada

1010 28’ 18,041” E bujur timur dan 00 17’ 10,838” S lintang selatan dengan konstur

tanah datar dan begelombang (Mineral), saat ini lokasi kebun PT Wanasari Nusantara

berada di wilayah administrasi Desa Sungai Buluh Kecamatan Singingi Hilir dan desa

Petai Baru Kecamatan Singingi dan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Kebun inti PT Wanasari Nusantara Sebelah Barat berbatasan dengan HGU PT SAR,

Sebalah Timur berbatasan dengan HGU PT CITRA, Sebelah Utara berbatasan dengan

HGU PT SAR, Sebelah Selatan berbatasan dengan HGU PT ASMJ. Letak geografis

PT Wanasari Nusantara Kunatan Singingi dapat dilihat pada Gambar 1


Sumber: google maps

Gambar 1. Letak Geografis PT Wanasari Nusantara

19
4.2 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Berikut Bagan struktur organisasi PT. Wanasari Nusantara Sei Jake Kuantan Singingi:

General Manager
Munapi

Manager
Joko Siswono

KTU Humas
Martunus, S. Hendro
Ag

Asst. Divisi I Asst. Divisi II Asst. Divisi Ka. Pengawas Pemb.


Asst. Administrasi Inti Inti III Inti Mekanik Bibitan Humas
Manajeme Hertanto Sutarno
n Agian
Chief
Mdr. Mdr. Mdr. Security
Krani Krani Transport Bengkel Teknik
Mandor I Krani Mandor I Sipil
Divisi Mandor I Divisi
Divisi
Admin
Mandor Krani Mandor Supervisor
Mandor Krani Mandor Mandor Mandor Support
Krani Panen Produksi Pemel
Panen Produksi Pemel Panen Pemel
Produksi
Agt.
Security

Gambar 2 Bagan struktur organisasi PT. Wanasari Nusantara

20
V PELAKSANAAN KEGIATAN PKP

5.1 Aspek Manajerial

Setiap mahasiswa yang mengikuti kegiatan Praktek kerja Profesi (PKP) di PT.

Wanasari Nusantara Kuantan Singingi diberi gambaran mengenai kegiatan selama di PT.

Wanasari Nusantara Kuantan Singingi kemudian diberi arahan mengenai setiap kegiatan

yang akan dilaksanakan serta aturan yang harus diperhatikan selama mengikuti kegiatan

Praktek Kerja Profesi di PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi.

5.2 Aspek Teknis

Berdasarkan kegiatan selama pelaksanaan PKP, dilakukan beberapa kegiatan

yang diadakan oleh pihak PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi dan diikuti oleh

mahasiswa. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :

Berdasarkan kegiatan selama pelaksanaan PKP, dilakukan beberapa kegiatan

yang diadakan oleh pihak PT dan diikuti oleh mahasiswa. Kegiatan yang dilakukan

antara lain adalah sebagai berikut :

5.2.1 Pengenalan lokasi


Pengenalan lokasi dilakukan oleh manager PT. Wanasari Nusantara Kuantan

Singingi serta penyampaian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PT. Wanasari

Nusantara Kuantan Singingi.

5.2.2 Pembibitan kelapa sawit pre-nursery


Pengenalan bagian pembibitan kelapa sawit pre-nursery dimulai pada hari

Rabu, 20 Juli 2022 dengan menjelaskan bibit tanaman kelapa sawit yang ada di

lingkungan PT. Wanasari Nusantara.


5.2.3 Pemupukan
Kegiatan pemupukan pada tanaman kelapa sawit dilakukan pada hari Kamis,

21 Juli 2022 dilakukan pemupukan pupuk majemuk HG 13725TE dengan teknik

sebar di setiap blok tanaman kelapa sawit Pt. Wanasari Nusantara.

5.2.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang meliputi pengendalian OPT

(Organisme Pengganggu Tanaman) dan Pemusnahan anak sawit liar. Pemusnahan

anak sawit liar dilakukan pada hari Senin, 31 Juli 2022 dengan menggunkan racun

garlon mix 333/17 EW. Sedangkan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu

Tanaman) dilakukan pada hari kamis, 3 agustus 2022 dengan menggunakan Marshal

5 GR dan Dithane M-45 80 WP.

5.2.4.1 Cara Kerja Diagnosis Penyakit Tanaman


a. Survey langsung pada setiap blok-blok yang terdapat di divisi 1 inti.

b. Amati gejala luar pada bagian tanaman yang terserang penyakit. Catat gejala

yang timbul.

c. Foto bagian tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit untuk dibandingkan

dengan literatur.

d. Catat ciri-ciri gejala dan keterangan

5.2.4.2 Pengendalian Penyakit Tanaman Kelapa Sawit


Tanaman Kelapa Sawit yang memiliki gejala terserang patogen tanaman

diisolasi dengan membangun parit disekitar tanaman yag terserang untuk

memisahkan dengan tanaman kelapa sawit yang tidak bergejala. Ini bertujuan untuk

22
mencegah menularnya penyakit kepada Kelapa Sawit yang masih sehat. Setelah

dilakukan pengisolasian, kemudian asisten divisi melakukan pengendalian pada

bagian Kelap Sawit yang terkena gejala terserang patogen.

5.2.5 Pengenalan serangga penyerbuk (Elaeidobius camerunicus)


Pengenalan serangga penyerbuk dilakukn pada hari selasa, 7 agustus 2022

dengan mengamati penangkaran serangga penyerbuk, Pengambilan polen bunga

jantan untuk di penangkaran serangga penyerbuk, dan Pembuatan serbuk polen di

divisi I inti

5.2.5 Pemanenan
Panen dilakukan pada hari selasa, 26 juli 2022 dengan penurunan tandan buah

segar (TBS) kelapa sawit serta mengumpulkan tandan tersebut ketempat peletakan

hasil (TPH). Sedangkan Pengangkutan sawit ke pks dilakukan hari rabu,15 agustus

2022 dengan menggunkan mobil truk dan jonder.

23
VI PEMBAHASAN

6.1 Kegiatan Umum di Lokasi PKP

Kegiatan umum yang dilakukan selama kegiatan PKP di PT. Wanasari Nusantara

Kuantan Singingi dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1Kegiatan Umum di Lokasi PKP

No. Tanggal Kegiatan Jenis Kegiatan


 Pengenalan tempat PKP
1 Selasa, 19 Juli 2022  Pembagian divisi

 Pembibitan kelapa sawit pre-nursery


2 Rabu, 20 Juli 2022
 Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan
3 Kamis, 21 Juli 2022 (TM) di divisi 1 inti

 Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan


4 Jum’at, 22 Juli 2022 (TM) di divisi 1 inti

 Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan


5 Sabtu, 23 Juli 2022 (TM) di divisi 1 inti

 Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan


6 Senin, 25 Juli 2022 (TM) di divisi 1 inti

 Pemanenan di divisi 1 inti


7 Selasa, 26 juli 2022  Pruning kelapa sawit

 Pemanenan di divisi 1 inti


8 Rabu, 27 Juli 2022  Pruning kelapa sawit

 Pemanenan di divisi 1 inti


9 Kamis, 28 Juli 2022
 Pemanenan di divisi 1 inti
10 Jum’at. 29 Juli 2022
 Belajar pembukuan di kantor pusat
11 Sabtu, 30 Juli 2022
No Tanggal Kegiatan Jenis Kegiatan
 Pemusnahan anak sawit liar dengan cara
pelubangan pada pangkal batang dan
12 Senin, 31 Juli 2022
diberikan Garlon mix 333/17 EW

 Pemusnahan anak sawit liar dengan cara


pelubangan pada pangkal batang dan
13 Selasa, 1 Agustus 2022
diberikan Garlon mix 333/17 EW

 Pemusnahan anak sawit liar dengan cara


pelubangan pada pangkal batang dan
14 Rabu, 2 Agustus 2022
diberikan herbisida Garlon mix 333/17 EW

 Pengendalian hama kumbang tanduk


(Oryctes rhinoceros) dengan insektisida
15 Kamis, 3 Agustus 2022
Marshal 5 GR

 Pengendalian hama kumbang tanduk


(Oryctes rhinoceros) dengan insektisida
16 Jum’at, 4 Agustus 2022
Marshal 5 GR

 Belajar pembukuan di kantor pusat


17 Sabtu, 5 Agustus 2022
 Pengendalian hama kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros) dengan insektisida
18 Senin, 6 Agustus 2022
Marshal 5 GR

 Mengamati penangkaran serangga


19 Selasa, 7 Agustus 2022 penyerbuk (Elaeidobius camerunicus)

 Pengambilan polen bunga jantan untuk di


penangkaran serangga penyerbuk
20 Rabu, 8 Agustus 2022
(Elaeidobius camerunicus)

 Pembuatan serbuk polen


21 Kamis, 9 Agustus 2022
 Pengamatan burung hantu (Tyto alba)
22 Jum’at, 10 Agustus 2022 sebagai musush alami

 Pengamatan tanaman Kelapa Sawit


terserang busuk pangkal batang
23 Sabtu, 11 Agustus 2022 (Ganoderma boninense) di divisi 1 inti

25
No Tanggal Kegiatan Jenis Kegiatan
 Pengendalian tanaman Kelapa Sawit
terserang busuk pangkal batang
24 Senin, 13 Agustus 2022 (Ganoderma boninense) di divisi 1 inti
dengan fungisida Dithane M-45 80 WP

 Pengendalian tanaman Kelapa Sawit


terserang busuk pangkal batang
25 Selasa, 14 Agustus 2022 (Ganoderma boninense) di divisi 1 inti
dengan fungisida Dithane M-45 80 WP

 Pemuatan sawit ke PKS


26 Rabu, 15 Agustus 2022
 Pemuatan sawit ke PKS
27 Kamis, 16 Agustus 2022
 Partisipasi dalam rangka HUT RI ke-77
28 Jum’at, 17 Agustus 2022
29 Sabtu, 18 Agustus 2022  Pabrik Kelapa Sawit

6.1.1 Technical meeting


Technical meeting ini merupakan sebuah pertemuan yang membicarakan

rincian teknis pelaksanaan kegiatan PKP selama di PT. Wanasari Nusantara.

Pertemuan dimulai dari perkenalan mahasiswa dari Universitas Riau, serta dari pihak

PT. Wanasari Nusantara. Selanjutnya membahas tentang wilayah PKP yang terdiri

dari Divisi I inti, Divisi II inti dan Divisi III inti. Standar Operasional Prosedur (SOP)

selama di lingkungan PT. Wanasari Nusantara.

Gambar 3 Technical meeting di PT. Wanasari Nusantara

26
6.1.2 Pembibitan kelapa sawit pre-nursery

Pengenalan bagian pembibitan kelapa sawit pre-nursery oleh staf bagian

pembibitan kepada mahasiswa PKP dengan menjelaskan bibit tanaman kelapa sawit

dan cara penyiraman di pembibitan PT. Wanasari Nusantara.

Gambar 4 Pembibitan kelapa sawit pre-nursery

6.1.3 Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

Kegiatan pemupukan pada tanaman kelapa sawit terdapat beberapa hal yang

harus diperhatikan mulai dari pupuk tersebut didatangkan dari distributor sampai

dengan pupuk diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit. Pupuk yang akan

diaplikasikan harus memenuhi 4T (Tepat jenis, Tepat dosis, Tepat waktu, Tepat cara).

Tepat jenis artinya jenis pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan hara

yang diperlukan oleh tanaman kelapa sawit seperti Pupuk Urea, MOP, RP, Kieserit,

Borate, jenis pupuk yang diaplikasikan juga harus disesuaikan dengan dosis per

pokok. Apabila pupuk yang diaplikasikan tidak tepat dosis akan mengakibatkan

pertumbuhan kelapa sawit terhambat dan tidak mampu menghasilkan produksi.

Selain itu, waktu aplikasi juga mempengaruhi keefektifan pupuk tersebut dapat

terserap oleh tanaman dan cara serta lokasi pengaplikasian pupuk harus tetap agar

27
pupuk yang diberikan tidak tercuci oleh aliran air atau menguap karena cahaya

matahari.

Gambar 5 Pemupukan

6.1.4 Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Pengendalian OPT

(Organisme Pengganggu Tanaman) dilakukan dengan cara manual maupun cara

mekanik. Adapun yang dianggap OPT pada tanaman kelapa sawit adalah segala

sesuatu yang merugikan pertumbuhan kelapa sawit seperti hama, penyakit dan gulma.

Pengendalian dilakukan dengan pembersihan gulma di areal pasar pikul, piringan dan

gawangan tanaman kelapa sawit menggunakan herbisida. Tujuan pengendalian gulma

adalah untuk meminimalisir kompetisi unsur hara antara gulma dengan tanaman

kelapa sawit yang dibudidayakan

28
Gambar 6 Pengendalian Gulma

Pada pengendalikan hama kumbang tanduk dilakukan Penyemprotan yang

efektif dan efisien harus memenuhi 3T (Tepat dosis, Tepat jenis dan Tepat sasaran),

sehingga tidak akan menimbulkan regurgensi OPT di kemudian hari. Pada

pengendalian ini PT. Wanasari melakukan pemberian Marshal 5 GR pada tanaman

yang terkena serangan hama kumbang tanduk .

Gambar 7 Pengendalian Hama

Pada pengendalikan Penyakit ganoderma untuk tanaman kelapa sawit yang

terserang ganoderma dilakukan pemberishan dan pembuatan lubang. Kedalaman

lubang sekitar 60 cm pemberian fungisida Dithane M-45 80 WP. Tujuan dari

pembuatan lubang yakni agar penyakit tidak merambat ke tanaman lain yang berada

disekitar tanaman terserang, karena penyakit ganoderma bisa menyebar melalui akar

29
tanaman, oleh karena itu pembuatan lubang bertujuan untuk memutuskan akar agar

tidak bertemu dengan akar tanaman lainnya di dalam tanah.

Gambar 8 Pengendalian Penyakit Ganoderma

Pemusnahan anak sawit liar dilakukan dengan cara manual dan mekanik,

pengendalian dilakukan dengan pengemboran bagian batang pada anak sawit liar

kemudian di semprotkan Garlon mix 333/17 EW sebanyak 3 ml, lalu ditutup dengan

karung bertujuan agara tidak terkena air hujan. Tujuan dari pemusnahan anak sawit

liar adalah agar tidak meganggu jarak tanam yang telah dianjurkan dan agar tidak

terjadi perebutan unsur hara pada tanaman utama.

Gambar 9 Pemberian Garlon Mix 333/17 EW

30
6.1.5 Pengenalan serangga penyerbuk (Elaeidobius camerunicus)

Pengenalan serangga penyerbuk dilakukan dengan mengamati penangkaran

serangga penyerbuk, pengambilan polen pada tanaman sawit TBM karena bungan

jantan pada tanaman sawit TBM mudah di ambil sedangkan pada tanaman kelapa

sawit TM sulit dikarenkan tinggi pohon yang sulit di jangkau, Pembuatan serbuk

polen yang dilakukan yaitu polen yang sudah di ambil kemudian di oven selama 12

jam, pengaplikasian serbuk polen ke serangga penyerbuk di penangkaran ini

dilakukan pada jam 08.00 wib menggunkan alat semprot.

Gambar 10 Pengaplikasian polen pada serangga penyerbuk

6.1.6 Pemanenan

Panen merupakan suatu rangkaian pekerjaan penurunan tandan buah segar

(TBS) kelapa sawit serta mengumpulkan tandan tersebut ketempat peletakan hasil

(TPH). Kegiatan panen meliputi antara lain; (a) pemotongan tandan buah segar

(TBS), (b) pengutipan brondolan, (c) pengangkutan pelepah ke gawangan mati, (d)

pengangkutan TBS dan brondolan ke TPH dan (e) pengangkutan TBS serta

brondolan ke pabrik.

Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan

ini meliputi tenaga kerja, peralatan, pengangkutan dan pengetahuan tentang kerapatan

31
panen dan sarana panen. Persiapan tenaga panen meliputi jumlah tenaga kerja dan

keterampilannya. Kebutuhan tenaga kerja tergantung pada keadaan topografi,

kerapatan panen dan umur tanaman. Persiapan panen harus dilakukan dengan baik

dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan, sehingga

kegiatan panen dapat dilakukan sebaik mungkin. Kriteria matang panen adalah

perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Rotasi panen yang sesuai

dengan perkembangan buah adalah 8/10 hari.

Gambar 11 Pemanenan
6.2 Kegiatan Khusus

6.2.1 Identifikasi penyakit pada tanaman kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan sumber penghasil minyak nabati yang

digunakan secara luas dalam berbagai industri. (Abadi, 1987) menjelaskan bahwa

disamping digunakan sebagai bahan industri pangan, minyak kelapa sawit dapat

digunakan sebagai bahan baku industri non pangan. Salah satu penyebab rendahnya

mutu sawit tersebut adalah karena terserang penyakit, Penyakit sering menimbulkan

kerugian yang cukup berarti pada tanaman sawit. Setiap tahun kerugian yang

ditimbulkan bisa mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman sawit. Penyebab

32
penyakit yang sering dijumpai pada tanaman sawit adalah jamur. Sedangkan bakteri

atau virus jarang dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti (Efendi et

al., 2020).

Penyakit yang sering dijumpai pada perkebunan kelapa sawit adalah penyakit

busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense.

Ganoderma adalah penyakit terpenting pada tanaman kelapa sawit yang sampai

sekarang belum ditemukan fungisida yang dapat mengatasinya. Umumnya dijumpai

menyerang pada tanaman dewasa diatas umur 10 tahun. Pada tanaman ulang,

terutama generasi kedua dapat dijumpai serangan pada tanaman muda dibawah umur

5 tahun. Akibat serangan ganoderma adalah menurunnya jumlah tegakan secara

drastis dan hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi.

Ganoderma merupakan cendawan Basidiomycota yang bersifat tular tanah

dan sebagai penyebab utama penyakit akar putih pada tanaman berkayu dengan

menguraikan lignin. Sebagian besar siklus Ganoderma ada didalam tanah atau

jaringan tanaman. Penularan penyakit busuk pangkal batang melalui tiga cara, yaitu

kontak akar tanaman dengan sumber inokulum Ganoderma, udara dengan

basidiospora, dan inokulum sekunder berupa tunggul tanaman atau inang alternatif.

Ganoderma menghasilkan sporamelalui struktur pembiakan yang disebut

basidium. Basidiospora dihasilkan setelah plasmogami, kariogami dan meiosis.

Kariogami dan meiosis berlaku dalam basidium dan empat basiodiospora dihasilkan

pada setiap basidium. Penularan penyakit BPB terutama terjadi melalui kontak akar

tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa sisa - sisa tanaman atau

akar yang sakit. Kemudian tunggul yang membusuk yang mengandung banyak hara

33
dan kelembaban tinggi. Agar dapat menginfeksi akar tanaman sehat, cendawan harus

mempunyai bekal makanan (food base) yang cukup (Semangun, 2004).

Basidiospora yang dihasilkan tubuh buah tidak dapat menyebabkan terjadinya

infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit sehat, tetapi mempunyai kemampuan

saprofitik untuk mengkoloni substrat dan membangun inokulum yang berpotensi

untuk menginfeksi tanaman sehat (Yuniarti, 2010).

Umur tanaman yang semakin dewasa, akan membuat sistem perakarannya

semakin panjang sehingga tingkat probabilitas terjadinya inokulasi dengan inokulum

semakin tinggi (Susanto, 2013).

Gambar 12 Kelapa sawit yang terserang Ganoderma sp.

Sebagai gejala luar yang umum, seluruh tajuk menjadi kekuningan dan pucat

karena kekurangan zat hara dan air sebagai akibat rusaknya perakaran sehingga

pengisapannya dari dalam tanah menjadi terganggu. Hal ini disertai dengan

meningkatnya jumlah daun tombak (pupus yang belum terbuka) sampai 2-4 daun

didalam pucuk. Lebih lanjut, daun-daun sebelah bawah tajuk berangsur-angsur

merunduk, tapi yang sebelah atas tetap tegak serta lambat atau tidak mau membuka,

34
sehingga terjadi ruag kosong yang membelah dua tajuk. Daun-daun tua akhirnya

mengering dan terkulai menyelimuti ujung batang dari pohon (Semangun, 2000).

Gambar 13 Serangan Ganoderma sp. yang sudah parah


Pada beberapa serangan jamur Ganoderma pada akar tanaman seperti

ditemukan adanya beberapa tubuh buah yang menandakan gejala busuk akar. Gejala

serangan yang menimbulkan gejala busuk akar pada umumnya mempunyai ciri yaitu

adanya rhizomorf pada permukaan akar. Pada serangan awal akar yang menunjukkan

gejala busuk akar akan diselimuti oleh miselium atau rhizomorf berwarna putih

kemudian pada pertumbuhan selanjutnya rhizomorf akan berubah warna. Rhizomorf

ini merupakan bentuk adaptasi miselium jamur terhadap kondisi lingkungan yang ada

(Alesia et al., 2021).

6.1.2 Pengendalian penyakit Ganoderma boninense


 Pencegahan sudah harus dimulai dari pembibitan yaitu pada saat mencari

tanah untuk isian polibag kecil/besar.

 Untuk areal yang akan di replanting, pencegahan di lapangan dilakukan 2

tahun, 1 tahun dan pada saat penumbangan pohon dengan cara meracun,

35
menumbang dan membuat lobang terhadap semua tanaman yang terserang

ganoderma dengan ukuran 1,5 m x 1,5 m x 1 m.

 Pengendalian tahap awal bila sudah ada serangan pada kebun konversi atau

lahan baru, harus segera dilakukan isolasi terhadap pokok terinfeksi, karena

laju/ekspansi penularan akan sangat cepat meluas.

 Lakukan pembuatan parit keliling sedalam 80 cm pada jarak 2,5 m dari

pohon, kemudian taburkan Dithane M-45 80 WP dengan dosis 800 gram/Ha.

 Melaksanakan pembumbunan pokok dengan cara menimbun pangkal pokok

sampai leher akar tertutup seluruhnya dengan tinggi 40 cm, jari-jari atas 20

cm dan diameter lebar 60 cm.

 Jika serangan sudah parah maka pengendaliannya adalah dengan mengisolasi

pokok sawit dan dilakukan pembakaran.

Perhitungan intensitas serangan penyakit dengan menggunakan rumus :

Jumlah X
I= x 100 %
Jumlah Y

Dimana :

I = Intensitas Serangan

Jumlah X = jumlah pokok yang terserang

Jumlah Y = jumlah seluruh pokok sampel dalam blok (ha).

Dimana intensitas serangan penyakit busuk pangkal batang di PT.Wanasari

Nusantara pada blok A02 dan B01divisi I inti adalah:

Jumlah X
Blok A02 I= x 100 %
Jumlah Y

36
6
I= x 100 %
10

I =0 , 6 x 100 % = 60%

Jumlah X
Blok B01 I= x 100 %
Jumlah Y

5
I= x 100 %
10

I =0 , 6 x 100 % = 50%

Penentuan tingkat intensitas serangan penyakit busuk pangkal batang

(Ganoderma sp.) menurut (Alesia et al., 2021) dilakukan dengan melihat bagian

tanaman yang mengalami kerusakan dan berpedoman pada klasifikasi tingkat

kerusakan penyakit busuk pangkal batang seperti yang tersaji pada table dibawah ini:

Table 2 Tingkat intensitas serangan Ganoderma sp.

Tingkat kerusakan Tanda kerusakan yang terlihat Nilai

Sehat Kerusakan  5 % 0

Ringan Kerusakan antara > 5%-25% 1

Sedang Kerusakan >25%-50% 2

Berat Kerusakan 50%-75% 3

Sangat berat/mati Kerusakan >75%-100% 4

37
VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi ini telah memberikan

pengetahuan dalam identifikasi penyakit pada tanaman kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) pada tanaman menghasilkan (TM). Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan selama PKP di PT. Wanasari Nusantara penyakit yang menyerang tanaman

kelapa sawit adalah busuk pangkal batang dimana penyakit ini disebabkan oleh jamur

Ganoderma boninense dimana jamur ini merupakan patogen tular tanah. Tingkat

kerusakan yang disebabkan oleh jamur Ganderma sp. ini sangat parah karena

membuat tanaman kelapa sawit menjadi mati. Oleh karena itu perlunya dilakukan

penanganan dan pengendalian secara serius. Pada PT. Wanasari Nusantara

pengendalian yang dilakukan terhadap busuk pangkal batang ini adalah dengan

penggunaan Dithane M-45 80 WP dan dilakukan pengisolasian serta pembakaran

tanaman kelapa sawit yang tingkat keruakannya sudah sangat parah.

7.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pengalaman dan keterampilan

berharga yang diperoleh dari kegiatan PKP dalam dunia kerja setelah menjadi

sarjana. Bagi pekerja yang memiliki Standar Operasional Prosedur atau SOP, perlu

meningkatkan pengawasan terhadap para tenaga kerja. Pengawasan yang kurang,

mengakibatkan para pekerja tidak melakukan pekerjaannya dengan benar dan sesuai

SOP.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. 1987. Biologi Ganoderma boninense pada kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) dan pengaruh beberapa mikroba tanah antagonistik terhadap
pertumbuhan. Institut Pertanian Bogor.

Alesia, M., Suwandi, S., & Suparman, S. 2021. Aktivitas Pelapukan Kayu Inokulum
Ganoderma boninense pada Tumpangsari Bibit Kelapa Sawit dan Talas-Talasan.
Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 18(1), 108.
https://doi.org/10.31851/sainmatika.v17i3.5737

Ditjenbun. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia. Departemen Pertanian.

Ditjenbun. 2021. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jendral Perkebunan,


Departemen Pertanian.

Efendi, S., Febriani, F., & Yusniwati, Y. 2020. INVENTARISASI HAMA KELAPA
SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) PADA DAERAH ENDEMIK SERANGAN
DI KABUPATEN DHARMASRAYA. Agrifor, 19(1), 1.
https://doi.org/10.31293/af.v19i1.4476

Fauzi, Y., Yusnita, E. W., Iman, S. dan R. H. 2018. Kepala Sawit Budidaya,
Pemanfaatan dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya.

Fauzi, et al. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.

Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Penebar Swadaya.

Rustam Effendi Lubis & Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah


Mada University Press.

Semangun, H. 2004. Penyakit –penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM


Press.

Soewandita, H. 2018. KAJIAN PENGELOLAAN TATA AIR DAN


PRODUKTIVITAS SAWIT DI LAHAN GAMBUT (Studi Kasus : Lahan
Gambut Perkebunan Sawit PT Jalin Vaneo di Kabupaten Kayong Utara,
Propinsi Kalimantan Barat). Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 19(1),
41. https://doi.org/10.29122/jstmc.v19i1.3112

39
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Penggelolaan Kelapa Sawit.
AgroMedia Pustaka.

Susanto, d. 2013. Keragaman sekuen gen kitinase : Identifikasi penanda toleransi


kelapa sawit terhadap Ganoderma. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Tobing. MC. Daeli. NC, S. A. dan, & Predasi, S. A. 2009. Daya Predasi Sycanus
croceovittatus Terhadap Ulat Api Setothosea asigna pada Tanaman Kelapa
Sawit; Peranan Entomologi dalam Mendukung Pengembangan Pertanian
Ramah Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat.

Yuniarti. 2010. Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit Acacia Mangium Wild Sebagai
Antifungi Dan Pengujiannya Terhadap Fusarium sp. Dan Ganoderma sp.
Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit.

40
LAMPIRAN

1. Dokumentasi

Gambar 1 Apel pagi Gambar 2 Pemupukan

Gambar 3 Penyemprotan Gulma Gambar 4 Pembasmian anak sawit liar

Gambar 5 Pengendalian Hama Gambar 6 Pemanenan

41
Gambar 7 Pengutipan Brondolan Gambar 8 Pengenalan serangga
penyerbuk

Gambar 9 Pengaplikasian polen Gambar 10 HUT RI

Gambar 14 Foto bersama di pembibitan Gambar 12 Pengenalan Lab

42
Gambar 13 Foto bersama para mandor Divisi I (inti)

43

Anda mungkin juga menyukai