OLEH:
DWI TYA NURRAHMA
NIM. 2006110842
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKUTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI
OLEH:
DWI TYA NURRAHMA
NIM. 2006110842
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKUTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
ii
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI
Oleh:
DWI TYA NURRAHMA
NIM. 2006110842
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing
Agroteknologi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktek kerja profesi dengan
judul “Identifikasi Penyakit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada
pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan
praktik kerja profesi (PKP), agar saya lebih memahami kegiatan-kegiatan yang akan
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 5
2.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).................................. 5
2.2 Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)........... 9
2.3 Identifikasi Penyebab Penyakit Tanaman............................................... 14
III METODOLOGI........................................................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu.................................................................................. 15
3.2 Metode Pelaksanaan............................................................................... 15
3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data...................................................... 16
3.4 Analisis Data dan Informasi................................................................... 17
VI PEMBAHASAN.......................................................................................... 24
6.1 Kegiatan Umum di Lokasi PKP............................................................. 24
6.2 Kegiatan Khusus..................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 39
LAMPIRAN..................................................................................................... 41
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kegiatan Umum di Lokasi PKP
2. Tingkat intensitas serangan Ganoderma sp
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Lokasi PT. Wanasari Nusantara....................................................... 19
2. Struktur Organisasi PT. Wanasari Nusantara.......................................... 20
3 Technical meeting di PT. Wanasari Nusantara......................................... 26
4 Pembibitan kelapa sawit pre-nursery........................................................ 27
5 Pemupukan................................................................................................ 28
6 Pengendalian Gulma................................................................................ 29
7 Pengendalian Hama................................................................................... 29
8 Pengendalian Penyakit Ganoderma.......................................................... 30
9 Pemberian Garlon Mix 333/17 EW.......................................................... 30
10 Pengaplikasian polen pada serangga penyerbuk..................................... 31
11 Pemanenan.............................................................................................. 32
12 Kelapa sawit yang terserang Ganoderma sp................................................. 34
13 Serangan Ganoderma sp. yang sudah parah........................................... 35
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi1
viii
I PENDAHULUAN
makanan, minyak industri maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Kelapa sawit
salah satu komoditas ekspor pertanian terbesar Indonesia, membuat kelapa sawit
mempunyai peran penting sebagai sumber penghasil devisa maupun pajak yang besar.
Dalam proses produksi maupun pengolahan industri, perkebunan kelapa sawit juga
Prospek perkembangan industri kelapa sawit saat ini sangat pesat dimana
terjadi peningkatan baik luas areal maupun produksi kelapa sawit seiring dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat. Pada Tahun 2021, luas areal perkebunan kelapa
sawit tercacat mencapai 15.081.021 hektar. Dari luasan tersebut, sebagian besar
diusahakan oleh perusahaan besar swasta (PBS) yaitu seluas 8.417.232 hektar.
Perkebunan Rakyat (PR) menempati posisi kedua dalam kontribusinya terhadap total
luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia yaitu seluas 6.084.126 hektar
sedangkan sebagian kecil diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) yaitu
Produksi CPO Indonesia meningkat dari 31 juta ton pada Tahun 2015 menjadi
49,71 juta ton pada Tahun 2021 atau meningkat sebesar 18,71 juta dengan
produktivitas 3.947 kg/ha dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (Ditjenbun,
2021). Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budi daya yang
diterapkan. Kegiatan budi daya kelapa sawit meliputi pembukaan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Salah satu aspek pemeliharaan
tanaman kelapa sawit yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budi daya kelapa sawit
adalah pengendalian hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit pada
kematian.
Hama dan penyakit adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Hama dan penyakit menimbulkan penurunan
produksi bahkan kematian tanaman. Hama dan penyakit dapat menyerang tanaman
kelapa sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Sebagian besar
hama yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah golongan serangga (insekta) dan
sebagian dari golongan mamalia, sedangkan penyakit yang menyerang kelapa sawit
disebabkan oleh mikroorganisme cendawan, bakteri, dan virus (Efendi et al., 2020).
patogen tanaman. Patogen yang menyerang tanaman kelapa sawit antara lain jenis
oxysporum dan hawar batang Ganoderma boninense (Semangun, 2004). Busuk akar
yang disebabkan oleh jamur G. boninense penting karena gejala penyakit pada bibit
mencapai 50% dan gejala penyakit pada tahap perkecambahan mencapai 20% (Alesia
et al., 2021).
G. boninense merupakan patogen tular tanah yang memiliki kisaran inang luas
2
(Susanto, 2013). Gejala serangan pada bibit kelapa sawit ditandai dengan
menguningnya sebagian besar daun atau pola belang di beberapa bagian daun yang
diikuti klorotik daun kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil dari pada
daun normal dan mengalami nekrotik pada bagian ujungnya. Besarnya tingkat
kematian yang dapat ditimbulkan oleh G. boninense menyebabkan patogen ini perlu
dikendalikan di lapangan.
Identifikasi Penyakit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Pada Tanaman
1.2 Tujuan
2. Dapat memahami cara kerja dalam melakukan praktik atau pekerjaan di PT.
3
1.2.2 Tujuan Khusus:
4
II TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria di Afrika Barat.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa asal usul kelapa sawit adalah dari Amerika
Selatan yaitu Brazil, karena jenis kelapa sawit lebih banyak terdapat di hutan Brazil
daripada di Afrika. Faktanya, kelapa sawit tumbuh subur di luar daerah asalnya di
kelapa sawit penting untuk pengembangan pertanian negara. Kelapa sawit tidak
tanaman. Komposisi buah kelapa sawit dari lapisan luar adalah: 1) Pericarp halus dan
keras (epicarp). 2) Daging buah (mesokarp) terdiri dari susunan serat dan
(embrio). Institusi yang muncul dari Seed Court berkembang dalam dua arah: 1)
Arahnya tegak lurus dengan batang kelapa sawit dan puncaknya (fotosintesis) disebut
bulu yang menjadi daun. 2) Arahnya tegak lurus (geotropi) terhadap tanah, disebut
akar, yang menjadi akar (Fauzi, Y., Yusnita, E. W., Iman, 2018).
Ordo : Monocotyledonae,
Famili : Arecaceae,
Subfamily : Cocoideae,
Genus : Elaesis,
oleifera. Ada fungsi dan keunggulan di antara kedua tipe tersebut. jenis E guineensis
sangat produktif sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak
orang menyilangkan kedua spesies tersebut untuk mencari varietas unggul yang
keanekaragaman plasma nutfah yang ada. Elaeis guinensis Jacq Oil Palm adalah
tanaman tropis asli Afrika Barat. Tanaman ini bisa tumbuh di luar negeri asalnya,
pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul maka harus dilakukan dari
tetuanya yang unggul pula. Perawatan harus dilakukan tidak hanya dalam
pemeliharaan yang baik, tetapi juga dalam penyiraman, pemupukan (pupuk primer),
dan pengendalian hama yang mempengaruhi bibit kelapa sawit. Ada tiga faktor utama
yang menjadi perhatian ketika merancang dan mengelola pembibitan kelapa sawit
6
2.1.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan nilai jual
yang cukup tinggi dan merupakan penyumbang devisa terbesar bagi bangsa Indonesia
morfologi, ciri, dan fungsi yang berbeda-beda yang dijual. Secara morfologi, kelapa
sawit terdiri dari bagian vegetatif (akar, batang, daun) dan bagian reproduksi (bunga
2.1.2.1 Akar
Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil (tanaman yang memiliki 1
kotiledon) yang memiliki akar serabut. Saat perkecambahan dimulai, akar pertama
muncul dari biji yang bertunas (akar). Setelah ini, akar mati dan membentuk akar
tunggang atau akar tunggang. Selain itu, akar primer membentuk akar sekunder,
tersier, dan kuaterner. Akar kelapa sawit yang berkembang baik biasanya memiliki
diameter akar primer 5-10 mm, diameter akar sekunder 2-4 mm, diameter akar tersier
1-2 mm, dan diameter akar kuaterner 0,1-0,3 mm. Akar yang paling aktif menyerap
air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuaterner pada jarak 2-3 meter dari pangkal
2.1.2.2 Batang
Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang.
Pertumbuhan awal setelah daun muda membentuk batang yang lebar tanpa
perpanjangan ruas. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang menopang
tajuk (daun, bunga, dan buah). Fungsi lain adalah sistem vaskular, yang membawa
7
nutrisi dan nutrisi tanaman. Tinggi tanaman biasanya tumbuh optimal antara 35 dan
tinggi, semakin lama umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007).
2.1.2.3 Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan menyediakan nutrisi bagi
tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan penempatannya memiliki pengaruh besar
pada cara mereka menangkap sinar matahari. Daun kelapa sawit dicirikan oleh
susunan daun majemuk, sirip, dan formasi tulang sejajar. Daun lontar ditopang oleh
pelepah sepanjang sekitar 9 meter. Jumlah anak daun pada setiap pelepah sekitar 250-
300, tergantung jenis kelapa sawitnya. Daun muda yang masih kuncup berwarna
kuning pucat. Pelepah daun batang tersusun dalam susunan yang mengelilingi batang
dan membentuk spiral. Kelapa sawit normal biasanya memiliki sekitar 40 hingga 50
pelepah. Pertumbuhan pelepah daun mencapai 30-40 helai pada tanaman muda umur
5-6 tahun, sedangkan tanaman tua berkisar 20-25 helai. Semakin pendek pelepah
daun, semakin tinggi hasil per satuan luas tanaman, karena populasi kelapa sawit
yang dapat ditanam per satuan luas lebih besar (Rustam Effendi Lubis & Agus,
2011).
2.1.2.4 Bunga
Kelapa sawit mulai berbunga sekitar umur 12 sampai 14 bulan. Bunga kelapa
sawit berumah satu. Artinya, bunga jantan dan bunga betina berada pada pohon yang
sama, tetapi tidak pada tandan yang sama. Kelapa sawit dapat melakukan
8
penyerbukan silang atau penyerbukan sendiri karena memiliki bunga jantan dan
betina. Bunga biasanya muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya
pada tahap awal perkembangan, sehingga ketiak daun mungkin tidak membentuk
2.1.2.5 Buah
Buah kelapa sawit adalah buah berbiji yang dicirikan oleh tiga bagian: bagian
luar yang disebut eksokarp (eksokarp), lapisan tengah (mesokarp) yang mengandung
minyak sawit yang disebut minyak sawit mentah (CPO), dan lapisan dalam.
(Endocarpium) disebut inti dan mengandung minyak inti yang disebut PKO atau
minyak inti sawit. Proses pembuahan dari saat penyerbukan hingga pematangan buah
membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Ada lebih dari 2000 sel dalam satu bundel
(Risza, 1994). Biasanya buah ini digunakan untuk diolah menjadi minyak nabati
untuk keperluan manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan sumber
minyak sawit (diekstrak dari inti kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji
dan sebagai penyebab utama penyakit akar putih pada tanaman berkayu dengan
menguraikan lignin. Sebagian besar siklus Ganoderma ada didalam tanah atau
9
jaringan tanaman. Penularan penyakit busuk pangkal batang melalui tiga cara, yaitu
basidiospora, dan inokulum sekunder berupa tunggul tanaman atau inang alternative
(Susanto, 2013).
Kariogami dan meiosis berlaku dalam basidium dan empat basiodiospora dihasilkan
pada setiap basidium. Penularan penyakit BPB terutama terjadi melalui kontak akar
tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa sisa - sisa tanaman atau
akar yang sakit. Kemudian tunggul yang membusuk yang mengandung banyak hara
dan kelembaban tinggi. Agar dapat menginfeksi akar tanaman sehat, cendawan harus
infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit sehat, tetapi mempunyai kemampuan
untuk menginfeksi tanaman sehat. Umur tanaman yang semakin dewasa, akan
terjadinya inokulasi dengan inokulum semakin tinggi (Tobing. MC. Daeli. NC &
Predasi, 2009).
Ganoderma boninense merupakan penyakit yang penting dalam industri kelapa sawit.
Umumnya, gejala dari BPB akan terlihat setelah 6 sampai 12 bulan setelah infeksi.
Pangkal batang kelapa sawit yang terinfeksi akan membusuk sehingga akan tumbang
10
sebelum masa produktif berakhir. Pada daerah endemik, penyakit ini dapat
menyerang tanaman dengan umur dua tahun. Penyebab penyakit BPB kelapa sawit di
Gejala serangan penyakit pada daun bibit kelapa sawit terjadi setelah
munculnya tubuh buah pada bulan pertama, sebagian besar bibit menunjukkan
pertumbuhan tubuh buah pada pangkal batang yang diikuti dengan nekrosis
(kematian jaringan) pada pertulangan daun akibat kurangnya unsur hara yang
diangkut dari akar menuju daun, sehingga proses fotosintesis, sintesis klorofil,
transfer asimilat terganggu, dan dapat menyebabkan kematian pada bibit kelapa
sawit. Pada beberapa serangan jamur Ganoderma pada akar tanaman seperti
ditemukan adanya beberapa tubuh buah yang menandakan gejala busuk akar. Gejala
serangan yang menimbulkan gejala busuk akar pada umumnya mempunyai ciri yaitu
adanya rhizomorf pada permukaan akar. Pada serangan awal akar yang menunjukkan
gejala busuk akar akan diselimuti oleh miselium atau rhizomorf berwarna putih
ini merupakan bentuk adaptasi miselium jamur terhadap kondisi lingkungan yang ada
(Yuniarti, 2010).
Secara umum, pada tanaman muda daun pada pelepah tua berwarna
seluruh daun dan pelepah menjadi layu dan kering. Tanaman yang terserang
11
2.2.2. Penyakit Bercak Daun Kelapa Sawit
daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.
Serangan berat penyakit BDK menyebabkan lebih dari 50% permukaan daun (bibit)
dan sebagian besar daun dewasa (kelapa produktif ) rusak dan tidak berfungsi.
Diperkirakan kehilangan buah kelapa akibat serangan penyakit ini mencapai 5%,
tergantung dari berat ringannya serangan. Perhatian pada penyakit BDK masih
dapat menganggu dan merupakan produktivitas kelapa. Karena itu penyakit BDK
merupakan komponen kendala yang penting dalam produksi kelapa (Sunarko, 2007).
Drechslera dan Pestalotiopsis. Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia lebih
dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai perkebunan
kondisi lingkungan setempat dan tindakan agronomik yang dijalankan (Efendi et al.,
2020).
gejala berupa bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian
bercak tersebut bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-
bintik yang terdiri dari acervuli cendawan. Penyakit BDK juga bisa disebabkan oleh
12
cendawan Helminthosporium incurvatum dengan gejala yang mirip dengan gejala
Penyakit busuk tandan ini disebabkan jamur Marasmius palmivorus Jamur ini
menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga
menurunkan kualitas minyak sawit. Penyakit ini sering terjadi pada permulaan panen
akibat polinasi yang tidak sempurna. Jamur ini pada dasarnya banyak terdapat pada
tumpukan daun - daun tua dan sisa - sisa bagian bagian tanaman yang tertinggal dan
berakumulasi pada ketiakketiak daun tetapi sumber ini kolum yang utama adalah
tandan buah yang tertinggal dilapangan pada tanaman yang berumur 3-10 tahun
Penyakit ini awalnya berkembang pada ujang tandan buah segar (TBS), yakni
pada bagian buah yang terjepit antara batang dan pelepah daun diatasnya, biasanya
penyakit ini menyerang tanaman yang berumur 3- 6 tahun. tandan terserang menjadi
rusak sebagaian atau seluruhnya menjadi busuk pada awalnya jamur membentuk
buah terutama 2-4 bulan antesis, setelah menyerang buah (mesokarp) dan
menghasilkan jaringan busuk berwarna coklat muda dan basah kerusakan buah ini
akan menyebabkan kandungan asam lemak bebas menjadi tinggi pada minyak kelapa
sawit yang dihasilkan. Penyakit ini lebih banyak di jumpai pada saat musim basah
atau hujan yang panjang ,bila seluruh tandan telah terserang jamur membentuk tubuh
buah (sporofor) yang membentuk jamur payung yang terdiri atas “topi” atau
13
“payung” berwarna putih dengan diameter 2,5-75cm yang ditunjang oleh “batang”
yang panjangnya 2,5 – 3,0 cm. Pada permukaan bawah payung terdapat papan-papan
dalam studi penyakit dan sebagai titik awal untuk menentukan langkah-langkah
kerusakan yang cukup berarti atau diduga akan menimbulkan masalah yang besar,
telah dikenal oleh petugas lapangan dan petani, walaupun mungkin memiliki nama
yang berbeda. Kekeliruan dalam diagnosis penyebab penyakit sering terjadi karena
gejala penyakit yang sama dapat disebabkan oleh dua kelompok mikroorganisme
yang sangat berbeda. Prosedur baku untuk diagnosis penyakit, yaitu postulat Koch,
tidak selalu dapat diikuti secara lengkap karena beberapa patogen tidak dapat
dibiakkan dalam media buatan (parasit obligat), atau dapat ditumbuhkan namun tidak
14
III METODOLOGI
di desa Sungai Buluh (F.1), Kecamatan Singingi Hilir – Koto Baru, Kabupaten
selama kurang lebih satu bulan, dimulai pada tanggal 18 Juli hingga 22 Agustus
2022.
Profesi (PKP) ini adalah dengan mengikuti agenda kegiatan yang akan disepakati dan
ditetapkan oleh mahasiswa berserta pihak dari PT. Wanasari Nusantara Kuantan
1. Melakukan briefing dan diskusi materi sebelum memulai kegiatan harian dengan
Kuantan Singingi divisi 1 inti. Pengamatan dilakukan secara acak pada blok A02, dan
blok B01.
secara langsung dengan sample yang digunakan seluas 1 hektar yang dilakukan secara
dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan
metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode
dengan metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari
Adapun hasil pengamatan dan pengumpulan data kondisi lokasi PKP yaitu
sebagai berikut:
Singingi.
Singingi.
Adapun pengamatan dan pengumpulan data primer lokasi PKP yang diperlukan
sebagai berikut:
16
2. Komoditi dan varietas benih yang digunakan di PT. Wanasari Nusantara
Kuantan Singingi.
Nusantara Kuantan Singingi dengan luas lahan yang digunakan untuk sampel
ditemukan pada tanaman kelapa sawit di PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi
yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Untuk diagnosis dilakukan dengan
17
IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA PROFESI
(PKP) adalah Perusahaan PMA yang bergerak dibidang Perkebunan Kelapa Sawit
dikabupaten indragiri hulu. Secara Geografis PT. Wanasari Nusantara terletak pada
1010 28’ 18,041” E bujur timur dan 00 17’ 10,838” S lintang selatan dengan konstur
tanah datar dan begelombang (Mineral), saat ini lokasi kebun PT Wanasari Nusantara
berada di wilayah administrasi Desa Sungai Buluh Kecamatan Singingi Hilir dan desa
Petai Baru Kecamatan Singingi dan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.
Kebun inti PT Wanasari Nusantara Sebelah Barat berbatasan dengan HGU PT SAR,
Sebalah Timur berbatasan dengan HGU PT CITRA, Sebelah Utara berbatasan dengan
HGU PT SAR, Sebelah Selatan berbatasan dengan HGU PT ASMJ. Letak geografis
19
4.2 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Berikut Bagan struktur organisasi PT. Wanasari Nusantara Sei Jake Kuantan Singingi:
General Manager
Munapi
Manager
Joko Siswono
KTU Humas
Martunus, S. Hendro
Ag
20
V PELAKSANAAN KEGIATAN PKP
Setiap mahasiswa yang mengikuti kegiatan Praktek kerja Profesi (PKP) di PT.
Wanasari Nusantara Kuantan Singingi diberi gambaran mengenai kegiatan selama di PT.
Wanasari Nusantara Kuantan Singingi kemudian diberi arahan mengenai setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan serta aturan yang harus diperhatikan selama mengikuti kegiatan
yang diadakan oleh pihak PT. Wanasari Nusantara Kuantan Singingi dan diikuti oleh
yang diadakan oleh pihak PT dan diikuti oleh mahasiswa. Kegiatan yang dilakukan
Singingi serta penyampaian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PT. Wanasari
Rabu, 20 Juli 2022 dengan menjelaskan bibit tanaman kelapa sawit yang ada di
5.2.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang meliputi pengendalian OPT
anak sawit liar dilakukan pada hari Senin, 31 Juli 2022 dengan menggunkan racun
Tanaman) dilakukan pada hari kamis, 3 agustus 2022 dengan menggunakan Marshal
b. Amati gejala luar pada bagian tanaman yang terserang penyakit. Catat gejala
yang timbul.
c. Foto bagian tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit untuk dibandingkan
dengan literatur.
memisahkan dengan tanaman kelapa sawit yang tidak bergejala. Ini bertujuan untuk
22
mencegah menularnya penyakit kepada Kelapa Sawit yang masih sehat. Setelah
divisi I inti
5.2.5 Pemanenan
Panen dilakukan pada hari selasa, 26 juli 2022 dengan penurunan tandan buah
segar (TBS) kelapa sawit serta mengumpulkan tandan tersebut ketempat peletakan
hasil (TPH). Sedangkan Pengangkutan sawit ke pks dilakukan hari rabu,15 agustus
23
VI PEMBAHASAN
Kegiatan umum yang dilakukan selama kegiatan PKP di PT. Wanasari Nusantara
25
No Tanggal Kegiatan Jenis Kegiatan
Pengendalian tanaman Kelapa Sawit
terserang busuk pangkal batang
24 Senin, 13 Agustus 2022 (Ganoderma boninense) di divisi 1 inti
dengan fungisida Dithane M-45 80 WP
Pertemuan dimulai dari perkenalan mahasiswa dari Universitas Riau, serta dari pihak
PT. Wanasari Nusantara. Selanjutnya membahas tentang wilayah PKP yang terdiri
dari Divisi I inti, Divisi II inti dan Divisi III inti. Standar Operasional Prosedur (SOP)
26
6.1.2 Pembibitan kelapa sawit pre-nursery
pembibitan kepada mahasiswa PKP dengan menjelaskan bibit tanaman kelapa sawit
Kegiatan pemupukan pada tanaman kelapa sawit terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan mulai dari pupuk tersebut didatangkan dari distributor sampai
dengan pupuk diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit. Pupuk yang akan
diaplikasikan harus memenuhi 4T (Tepat jenis, Tepat dosis, Tepat waktu, Tepat cara).
Tepat jenis artinya jenis pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan hara
yang diperlukan oleh tanaman kelapa sawit seperti Pupuk Urea, MOP, RP, Kieserit,
Borate, jenis pupuk yang diaplikasikan juga harus disesuaikan dengan dosis per
pokok. Apabila pupuk yang diaplikasikan tidak tepat dosis akan mengakibatkan
Selain itu, waktu aplikasi juga mempengaruhi keefektifan pupuk tersebut dapat
terserap oleh tanaman dan cara serta lokasi pengaplikasian pupuk harus tetap agar
27
pupuk yang diberikan tidak tercuci oleh aliran air atau menguap karena cahaya
matahari.
Gambar 5 Pemupukan
mekanik. Adapun yang dianggap OPT pada tanaman kelapa sawit adalah segala
sesuatu yang merugikan pertumbuhan kelapa sawit seperti hama, penyakit dan gulma.
Pengendalian dilakukan dengan pembersihan gulma di areal pasar pikul, piringan dan
adalah untuk meminimalisir kompetisi unsur hara antara gulma dengan tanaman
28
Gambar 6 Pengendalian Gulma
efektif dan efisien harus memenuhi 3T (Tepat dosis, Tepat jenis dan Tepat sasaran),
pembuatan lubang yakni agar penyakit tidak merambat ke tanaman lain yang berada
disekitar tanaman terserang, karena penyakit ganoderma bisa menyebar melalui akar
29
tanaman, oleh karena itu pembuatan lubang bertujuan untuk memutuskan akar agar
Pemusnahan anak sawit liar dilakukan dengan cara manual dan mekanik,
pengendalian dilakukan dengan pengemboran bagian batang pada anak sawit liar
kemudian di semprotkan Garlon mix 333/17 EW sebanyak 3 ml, lalu ditutup dengan
karung bertujuan agara tidak terkena air hujan. Tujuan dari pemusnahan anak sawit
liar adalah agar tidak meganggu jarak tanam yang telah dianjurkan dan agar tidak
30
6.1.5 Pengenalan serangga penyerbuk (Elaeidobius camerunicus)
serangga penyerbuk, pengambilan polen pada tanaman sawit TBM karena bungan
jantan pada tanaman sawit TBM mudah di ambil sedangkan pada tanaman kelapa
sawit TM sulit dikarenkan tinggi pohon yang sulit di jangkau, Pembuatan serbuk
polen yang dilakukan yaitu polen yang sudah di ambil kemudian di oven selama 12
6.1.6 Pemanenan
(TBS) kelapa sawit serta mengumpulkan tandan tersebut ketempat peletakan hasil
(TPH). Kegiatan panen meliputi antara lain; (a) pemotongan tandan buah segar
(TBS), (b) pengutipan brondolan, (c) pengangkutan pelepah ke gawangan mati, (d)
pengangkutan TBS dan brondolan ke TPH dan (e) pengangkutan TBS serta
brondolan ke pabrik.
ini meliputi tenaga kerja, peralatan, pengangkutan dan pengetahuan tentang kerapatan
31
panen dan sarana panen. Persiapan tenaga panen meliputi jumlah tenaga kerja dan
kerapatan panen dan umur tanaman. Persiapan panen harus dilakukan dengan baik
dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan, sehingga
kegiatan panen dapat dilakukan sebaik mungkin. Kriteria matang panen adalah
perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Rotasi panen yang sesuai
Gambar 11 Pemanenan
6.2 Kegiatan Khusus
digunakan secara luas dalam berbagai industri. (Abadi, 1987) menjelaskan bahwa
disamping digunakan sebagai bahan industri pangan, minyak kelapa sawit dapat
digunakan sebagai bahan baku industri non pangan. Salah satu penyebab rendahnya
mutu sawit tersebut adalah karena terserang penyakit, Penyakit sering menimbulkan
kerugian yang cukup berarti pada tanaman sawit. Setiap tahun kerugian yang
ditimbulkan bisa mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman sawit. Penyebab
32
penyakit yang sering dijumpai pada tanaman sawit adalah jamur. Sedangkan bakteri
atau virus jarang dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti (Efendi et
al., 2020).
Penyakit yang sering dijumpai pada perkebunan kelapa sawit adalah penyakit
Ganoderma adalah penyakit terpenting pada tanaman kelapa sawit yang sampai
menyerang pada tanaman dewasa diatas umur 10 tahun. Pada tanaman ulang,
terutama generasi kedua dapat dijumpai serangan pada tanaman muda dibawah umur
dan sebagai penyebab utama penyakit akar putih pada tanaman berkayu dengan
menguraikan lignin. Sebagian besar siklus Ganoderma ada didalam tanah atau
jaringan tanaman. Penularan penyakit busuk pangkal batang melalui tiga cara, yaitu
basidiospora, dan inokulum sekunder berupa tunggul tanaman atau inang alternatif.
Kariogami dan meiosis berlaku dalam basidium dan empat basiodiospora dihasilkan
pada setiap basidium. Penularan penyakit BPB terutama terjadi melalui kontak akar
tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa sisa - sisa tanaman atau
akar yang sakit. Kemudian tunggul yang membusuk yang mengandung banyak hara
33
dan kelembaban tinggi. Agar dapat menginfeksi akar tanaman sehat, cendawan harus
infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit sehat, tetapi mempunyai kemampuan
Sebagai gejala luar yang umum, seluruh tajuk menjadi kekuningan dan pucat
karena kekurangan zat hara dan air sebagai akibat rusaknya perakaran sehingga
pengisapannya dari dalam tanah menjadi terganggu. Hal ini disertai dengan
meningkatnya jumlah daun tombak (pupus yang belum terbuka) sampai 2-4 daun
merunduk, tapi yang sebelah atas tetap tegak serta lambat atau tidak mau membuka,
34
sehingga terjadi ruag kosong yang membelah dua tajuk. Daun-daun tua akhirnya
mengering dan terkulai menyelimuti ujung batang dari pohon (Semangun, 2000).
ditemukan adanya beberapa tubuh buah yang menandakan gejala busuk akar. Gejala
serangan yang menimbulkan gejala busuk akar pada umumnya mempunyai ciri yaitu
adanya rhizomorf pada permukaan akar. Pada serangan awal akar yang menunjukkan
gejala busuk akar akan diselimuti oleh miselium atau rhizomorf berwarna putih
ini merupakan bentuk adaptasi miselium jamur terhadap kondisi lingkungan yang ada
tahun, 1 tahun dan pada saat penumbangan pohon dengan cara meracun,
35
menumbang dan membuat lobang terhadap semua tanaman yang terserang
Pengendalian tahap awal bila sudah ada serangan pada kebun konversi atau
lahan baru, harus segera dilakukan isolasi terhadap pokok terinfeksi, karena
sampai leher akar tertutup seluruhnya dengan tinggi 40 cm, jari-jari atas 20
Jumlah X
I= x 100 %
Jumlah Y
Dimana :
I = Intensitas Serangan
Jumlah X
Blok A02 I= x 100 %
Jumlah Y
36
6
I= x 100 %
10
I =0 , 6 x 100 % = 60%
Jumlah X
Blok B01 I= x 100 %
Jumlah Y
5
I= x 100 %
10
I =0 , 6 x 100 % = 50%
(Ganoderma sp.) menurut (Alesia et al., 2021) dilakukan dengan melihat bagian
kerusakan penyakit busuk pangkal batang seperti yang tersaji pada table dibawah ini:
Sehat Kerusakan 5 % 0
37
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
dilakukan selama PKP di PT. Wanasari Nusantara penyakit yang menyerang tanaman
kelapa sawit adalah busuk pangkal batang dimana penyakit ini disebabkan oleh jamur
Ganoderma boninense dimana jamur ini merupakan patogen tular tanah. Tingkat
kerusakan yang disebabkan oleh jamur Ganderma sp. ini sangat parah karena
membuat tanaman kelapa sawit menjadi mati. Oleh karena itu perlunya dilakukan
pengendalian yang dilakukan terhadap busuk pangkal batang ini adalah dengan
7.2 Saran
berharga yang diperoleh dari kegiatan PKP dalam dunia kerja setelah menjadi
sarjana. Bagi pekerja yang memiliki Standar Operasional Prosedur atau SOP, perlu
mengakibatkan para pekerja tidak melakukan pekerjaannya dengan benar dan sesuai
SOP.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, A. 1987. Biologi Ganoderma boninense pada kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) dan pengaruh beberapa mikroba tanah antagonistik terhadap
pertumbuhan. Institut Pertanian Bogor.
Alesia, M., Suwandi, S., & Suparman, S. 2021. Aktivitas Pelapukan Kayu Inokulum
Ganoderma boninense pada Tumpangsari Bibit Kelapa Sawit dan Talas-Talasan.
Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 18(1), 108.
https://doi.org/10.31851/sainmatika.v17i3.5737
Efendi, S., Febriani, F., & Yusniwati, Y. 2020. INVENTARISASI HAMA KELAPA
SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) PADA DAERAH ENDEMIK SERANGAN
DI KABUPATEN DHARMASRAYA. Agrifor, 19(1), 1.
https://doi.org/10.31293/af.v19i1.4476
Fauzi, Y., Yusnita, E. W., Iman, S. dan R. H. 2018. Kepala Sawit Budidaya,
Pemanfaatan dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya.
Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Penebar Swadaya.
Rustam Effendi Lubis & Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka.
39
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Penggelolaan Kelapa Sawit.
AgroMedia Pustaka.
Tobing. MC. Daeli. NC, S. A. dan, & Predasi, S. A. 2009. Daya Predasi Sycanus
croceovittatus Terhadap Ulat Api Setothosea asigna pada Tanaman Kelapa
Sawit; Peranan Entomologi dalam Mendukung Pengembangan Pertanian
Ramah Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat.
Yuniarti. 2010. Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit Acacia Mangium Wild Sebagai
Antifungi Dan Pengujiannya Terhadap Fusarium sp. Dan Ganoderma sp.
Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit.
40
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
41
Gambar 7 Pengutipan Brondolan Gambar 8 Pengenalan serangga
penyerbuk
42
Gambar 13 Foto bersama para mandor Divisi I (inti)
43