Kabupaten Kampar
PENDAHULUAN
Desa Bina Baru memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi, hal ini
dikarenakan desa bina baru berada memiliki daerah masih asli dengan hutan. Oleh
karena itu, budidaya tanaman perlu dilakukan, terutama tanaman yang tidak
membutuhkan perawatan yang rumit dari proses pembibitan sampai dengan panen.
Salah satu tanaman yang berpotensi ekonomis dan dapat tumbuh dengan baik di
wilayah ini adalah jamur tiram. Letak wilayah ini sangat strategis, yakni termasuk
kawasan tumbuh, didukung oleh ketersediaan air tawar dan sumber daya manusia
yang cukup
Jamur dalam bahasa indonesia disebut “cendawan” dan dalam istilah botani
disebut “fungi”. Jamur termasuk kedalam golongan tumbuhan sederhana karena tidak
berklorofil. Salah satu jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan dan dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia adalah jamur tiram putih. Jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang tumbuh dipermukaan batang
pohon yang sudah lapuk. Nama jamur tiram diambil dari bentuk tudungnnya yang
melengkung, lonjong, dan membulat menyerupai kerang atau cangkang tiram dengan
bagian tepi yang bergelombang (Alex, 2011).
Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan zat-zat seperti selulosa, kalsium
karbonat, air, glukosa, kapur, fosfor, nitrogen, karbon, kitin, dan beberapa mineral
lainnya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos
serbuk gergaji kayu, sekam, jerami padi dan alang-alang. Pada umumnya budidaya
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang diterapkan oleh petani jamur yaitu
menggunakan serbuk kayu sebagai media tanam. Kelebihan serbuk kayu sebagai
media tanam antara lain mudah di peroleh dalam bentuk limbah sehingga harganya
relatif murah, mudah dicampur dengan bahan-bahan lain pelengkap nutrisi, serta
mudah dibentuk dan dikondisikan (Maulana, 2011).
Desa Bina Baru juga memiliki beberapa tempat pemotongan kayu balok untuk
dijadikan sebagai bahan untuk membuat kusen, daun pintu, daun jendela, dan bahan
baku lainnya yang berasal dari kayu. Hal ini menyebabkan banyaknya limbah serbuk
kayu dari hasil pemotongan kayu balok tersebut yang tidak di manfaatkan oleh
masyarakat. Permasalahan yang ditimbulkan akibat limbah serbuk kayu yang tidak
dimanfaatkan oleh masyarakat ini disebabkan karena minimnya pengetahuan
masyarakat tentang cara pengolahan limbah serbuk kayu. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi limbah serbuk kayu ialah dengan cara dijadikan sebagai
media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Oleh karena itu, perlu
dikembangkan budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) sebagai sebuah
solusi untuk mengurangi limbah serbuk kayu yang ada di Desa Bina Baru dan sebagai
edukasi kepada masyarakat Desa Bina Baru tentang bagaimana cara mengolah limbah
serbuk kayu menjadi media tanam jamur tiam putih (Pleurotus ostreatus). Selain
dapat mengurangi limbah serbuk kayu, budidaya jamur tiram putih juga dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat.
PEMBAHASAN
Komoditas jamur tiram putih yang menggunakan media serbuk kayu
dibudidayakan pada suatu unit rumah jamur yang dilengkapi dengan beberapa unit
rak susun yang terbuat dari bambu untuk meletakkan baglog yang berisi media tanam
dan bibit jamur yang siap untuk dibudidayakan. Proses produksi jamur tiram putih
diawali dengan penyiapan media tanam dan bibit di dalam wadah yang biasa disebut
dengan baglog. Baglog yang digunakan adalah kantong plastik putih transparan.
Baglog yang telah berisi media tanam steril dan diinokulasikan bibit kemudian
diletakkan pada rak susun bambu agar mudah dalam mengontrol pertumbuhan jamur
tiram putih tersebut.
Budidaya jamur tiram memerlukan media tumbuh yang mempunyai
komposisi formulasi tertentu, diantaranya serbuk kayu gergaji, bekatul, kapur, dan
gips. Komposisi masing-masing media berbeda, hal ini sangat menentukan
keberhasilan tumbuh dan besarnya produksi jamur (Widyastuti dan Istini, 2004).
Pertumbuhan miselium yang baik disebabkan oleh adanya media tumbuh jamur yang
terdekomposisi secara cepat dan merata, sehingga unsur-unsur hara yang terdapat
pada media tumbuh. Serbuk kayu sengon selain memiliki kandungan lignin, juga
memliki kandungan selulosa dan hemiselulosa. Kandungan selulosa pada serbuk kayu
sengon sebesar 49,40% dan kandungan hemiselulosa sebesar 24,59%. Fungsi selulosa
adalah memperkuat dinding sel tanaman sedangkan di dalam pencernaan, berperan
sebagai pengikat air, namun jenis serat ini tidak larut dalam air. Hemiselulosa
berfungsi memperkuat dinding sel tanaman dan sebagai cadangan makanan
bagitanaman. Sifatnya sama dengan selulosa, yaitu mampu berikatan dengan air
(Henni Elfandar, 2021).
Petani jamur umumnya menggunakan substrat atau media tanam serbuk
gergaji kayu sengon karena mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
serbuk gergaji sulit diperoleh, kalaupun ada harganya cukup mahal. Hal ini terjadi
karena potensi hutan saat ini berkurang dan dibatasi. Selain itu pemanfaatan serbuk
gergaji juga untuk pembuatan arang aktif, briket arang, campuran pembuatan
batako dan lain-lain. Upaya untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dicari substrat
alternatif yang tersedia dan mudah didapat. Alternatif bahan yang bisa digunakan
untuk menggantikan serbuk gergaji kayu salah satunya adalah berbagai limbah
DAFTAR PUSTAKA
Alex, M. S. 2011. Meraih Sukses dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur Merang, dan
Jamur Kuping. Jakarta : Penebar Swadaya.
Djuwendah E Septiarini E. 2016. Manajemen Risiko Usaha tani Jamur Tiram Putih
(Plerotus Astreotus) dalam Upaya Mempertahankan Pendapatan Petani.
Paspalum. IV: 11–22. https://doi.org/10.35138/paspalum.v4i2.26
Elfandari, H., Yusanto, dan Septiana. 2021. Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Sengon dan
Jerami. Jurnal Agrotektropika. 9(2) : 301 – 305.
Hariadi, Nurul dkk, 2013.” Studi Pertumbuhan dan Hasil Produksi Jamur Tiram Putih
(Pleorotus ostreatus) Pada Media Tumbuh Jerami Padi dan Serbuk Gergaji”.
Jurnal Produksi Tanaman. 1(1) : 55- 60
Maulana. 2011. Panen Jamur Tiap Musim. Lampung: Lily Publisher.
Widyastuti, N. dan S. Istini. 2004. Optimasi Proses Pengeringan Tepung Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2 (1) : 1-4.
Yateno, Ratmono. 2014. Analisis Perbandingan Studi Kelayakan Budidaya Jamur
Tiram dengan Pendekatan Model Outsourcing di Kota Metro. Akuisisi Jurnal
Akuntansi. 10(2): 1–14.
Bioeksperimen
Volume 1 No. 2, (September 2015)
37
ISSN 2460-1365
Abstrak – Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan yang
banyak dikonsumsi mengandung protein 27%. Kandungan protein pada jamur tiram
putih dapat dipengaruhi oleh komposisi media tanam seperti selulosa, hemiselulosa,
lignin dan nutrisi tambahan. Sekam padi dan daun pisang kering merupakan salah satu
limbah organik yang dapat digunakan sebagai media alternatif untuk meningkatkan
produktivitas jamur tiram putih.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
produktivitas jamur tiram putih yang ditumbuhkan pada media limbah sekam padi
dan daun pisang kering sebagai media alternatif. Jenis penelitian eksperimen dengan
metode rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor yaitu faktor 1 penambahan sekam
padi dan faktor 2 daun pisang kering (0%, 5%, 10%, 15%), masing-masing dengan
empat perlakuan dan dua kali ulangan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
penambahan sekam padi dan daun pisang kering 15% (S3T3) memberikan pengaruh
nyata terhadap lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dan berat segar jamur
tiram putih.Perlakuan yang paling baik untuk pertumbuhan jamur pada perlakuan S3T3,
dengan rata-rata lama penyebaran miselium 25,5 hari, jumlah badan buah 64,5 buah
dan berat segar yang dihasilkan 402,5. Hasil data tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan yang lain.
Subyek penelitian ini adalah limbah sekam kembali cincin log dengan koran yang
padi dan daun pisang kering sebagai media diikat karet gelang. Tahap pemeliharaan
tambahan jamur tiram putih. Obyek penelitian yaitu mengatur suhu dan kelembaban
ini adalah produktivitas jamur tiram putih. ruangan. Suhu yang baik berkisar 220C-230C
Parameter penelitian ini adalah pertumbuhan, dengan kelembaban 80-90%, dan menjaga
miselium (hari), jumlah badan buah (buah), kelembaban ruangan dengan penyiraman
berat segar (g). Tujuan penelitian ini adalah lantai kumbung. Selanjutnya penyobekan
untuk mengetahui pengaruh limbah sekam padi platik baglog sekitar 3 sampai 4 tempat dan
dan daun pisang kering sebagai media tambahan membuka penutup baglog bila miselium
terhadap produktivitas jamur tiram putih. sudah penuh, Setelah dibuka dalam
waktu kurang lebih 7 hari tubuh buah
METODE PENELITIAN
akan tumbuh. Tahap pemanenan yaitu
Penelitian dilaksanakan di
melakukan dua kali pemanenan. Data yang
Laboratorium Budidaya Jamur Biologi diamati adalah lama penyebaran miselium,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. jumlah badan buah dan berat segar jamur
Alat yang digunakan dalam penelitian (dua kali panen).
ini meliputi: timbangan, skop pengaduk, Penelitian ini menggunakan
plastik polipropilen, cincin log jamur dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
penutup, drum, selang karbulator, kompor dua faktor dengan 4 taraf konsentrasi
gas, ember, spatula, bunsen, kertas koran, penambahan sekam padi dan daun
karet gelang, penyemprot air, karung padi, pisang kering (0%, 5%, 10% dan 15%),
ember, ayakan, dan gunting. Bahan yang masing-masing dengan 2 kali ulangan.
digunakan dalam penelitian ini meliputi Media standar/asli: serbuk kayu sengon,
bibit F3 jamur tiram putih, serbuk gergaji bekatul dan kapur= 904g. Data dianalisis
25600g, bekatul 2560g, kapur CaCO3 768g, menggunakan Two Way Anova.
sekam padi 2169,6g, daun pisang kering Sampai miselium memenuhi baglog.
2169,6g , air, gas, alkohol 70%. Inokulasi sangat berpengaruh terhadap
Tahap penelitian meliputi tahap keberhasilan miselium. Jika baglog tidak
persiapan yaitu mempersiapkan limbah ditumbuhi miselium atau miseliumnya
daun pisang kering dan sekam padi, berwarna hijau kehitaman maka
selanjutnya pengomposan yaitu dengan pelaksanaan inokulasi dinyatakan gagal.
mengomposkan sekam padi dan daun
pisang kering selama 2 hari dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
ember.Tahap pencampuran bahan yaitu 1. Pertumbuhan miselium
mencampur semua media jamur hingga rata Pertumbuhan miselium diamati
dan tidak menggumpal. Tahap sterilisasi sejak munculnya miselium, yaitu pada
yaitu memasukkan log pada drum sterilisasi bagian dekat cincin (Gambar 1). Hasil
pada suhu 100oC dengan tekanan 1,5 atm pengamatan terhadap lama penyebaran
selama 4-5jam kemudian setelah 4jam tutup miselium menunjukkan adanya
drum dibuka dan membiarkan dingin pengaruh paling baik pada perlakuan
selama 1jam kemudian ditaruh di tempat S3T3 (penambahan media sekam padi
yang steril. Tahap inokulasi yaitu, membuka 15% dan daun pisang kering 15%):
tutup cincin padabaglog ± 2 sendok makan rerata lama penyebaran miselium 25,5
bibit jamur tiram putih dalam baglog hari setelah inokulasi. Hal ini karena
dengan tongkat inokulasi dan menutup sekam padi dan daun pisang kering
Bioeksperimen
Volume 1 No. 2, (September 2015)
40
ISSN 2460-1365
mengandung selulosa dan lignin yang selulosa (33%-44%) dan lignin (19%-47%)
dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur (Sipahutar, 2010). Kandungan selulosa
tiram putih yang terdapat pada kayu dan lignin pada daun pisang kering
sengon. yaitu selulosa 10,85% dan lignin 18,21%.
Dari hasil analisis data yang Kayu sengon memiliki kandungan
sudah dilakukan dapat dilihat bahwa selulosa tinggi (Holo-selulosa 74,9% dan
sekam padi dan daun pisang kering Alfa-selulosa 46,0%) dan kandungan
tidak berpengaruh nyata terhadap laju lignin yaitu 25,7% (Atmosuseno, 1996).
pertumbuhan miselium jamur tiram Perlakuan yang kurang baik dalam
putih.Dalam uji hipotesis Ho diterima, merangsang pemenuhan miselium
sehingga penambahan sekam padi yaitu S0T0, tanpa penambahan sekam
maupun daun pisang kering tidak padi dan daun pisang kering dengan
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rata-rata 44 hari. Hal ini dikarenakan
miselium jamur tiram putih. tidak adanya penambahan nutrisi dari
Selulosa dan lignin merupakan media tambahan sekam padi dan daun
senyawa organik yang digunakan sebagai pisang kering, sehingga jamur kurang
media pertumbuhan jamur tiram putih. mendapatkan nutrisi dan mengakibatkan
Kandungan selulosa sekam padi yaitu lambatnya pemenuhan miselium jamur.
membantu asimilasi tanaman dengan agar tidak mudah gugur pada bagian
membantu memperkuat tubuh tanaman bunga, buah dan daun (Aak, 1993).
baik adalah pada perlakuan S3T3pada segar jamur tiram putih. Di samping itu,
media standar 904g dengan penambahan faktor suhu yang baik yaitu 220C-280C serta
media sekam padi 15% dan daun pisang kelembapan yang baik yaitu 80-90.Pengisian
kering 15%. Berat segar yang memiliki media kedalam baglog juga mempengaruhi
rata-rata paling tinggi yaitu 402,5 g. produktivitas hasil jamur jika baglog padat
Perlakuan ini paling tinggi karena maka hasilnya akan lebih bagus dan banyak,
mempunyai cadangan energi dari namun jika baglog kendor maka hasilnya
media tambahan yang dapat membantu juga kurang bagus.
merangsang hasil produktivitas jamur Hasil analisis data yang sudah
tiram putih, sehingga jamur yang tumbuh dilakukan menunjukkan bahwa media
mempunyai berat yang berbobot. tambahan sekam padi dan daun pisang
Artinya bahan media mampu diserap kering berpengaruh nyata terhadap
secara sempurna oleh jamur tiram. produktivitas (berat segar buah) jamur
Sedangkan pada perlakuan S0T0tanpa tiram putih. dalam uji hipotesis Ho
penambahan sekam padi dan daun ditolak, sehingga penambahan sekam
pisang kering menunjukkan hasil paling padi dan daun pisang kering berpengaruh
rendah yaitu 217,5g. Hal ini dikarenakan nyata terhadap pruduktivitas (berat
media standar tanpa penambahan sekam segar buah) jamur tiram putih.
padi dan daun pisang kering tidak
KESIMPULAN
memiliki nutrisi atau nutrisinya kurang
Penambahan media sekam padi
diserap.Nutrisi pada media tanam
dan daun pisang kering ke dalam media
jamur yang dapat diabsorbsi oleh jamur jamur tiram putih menghasilkan tidak
dapat meningkatkan berat segar jamur berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
(Suriawiria, 2004). miselium jamur tiram putih.
Penambahan sekam padi dan
daun pisang kering sebanyak 15% (135,6
g) ke dalam media jamur tiram putih
menghasilkan rata-rata jumlah badan buah
64,5 buah dan berat segar badan buah
402,5g.
SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai media tambahan sekam padi
dan daun pisang kering dengan dosis yang
lebih tinggi untuk dapat menghasilkan
produktivitas jamur tiram yang lebih baik.
Para petani jamur diharapkan dapat
membuat media jamur tidak hanya dengan
Gambar 5 Histogram rata-rata berat segar jamur (g) menggunakan media standar tetapi dengan
memanfaatkan berbagai macam limbah
Supiah (2000), penambahan daun daun pisang kering dan sekam padi sebagai
pisang kering 15% pada media serbuk gergaji media tambahan seperti sekam padi atau
kayu sengon 75%, dapat meningkatkan berat daun pisang kering.
Bioeksperimen
Volume 1 No. 2, (September 2015)
44
ISSN 2460-1365
* Corresponding Author, Diterima: 6 Apr. 2021, Direvisi: 27 Apr. 2021, Disetujui: 17 Mei 2021
ABSTRACT
Oyster mushrooms are one of the most popular consumption mushrooms because they have a delicious
taste and high nutritional value. Oyster mushrooms can be cultivated in a medium (baglog) derived from
rotten wood dust or lignin and wrapped in plastic and sterilized. The raw material for sawdust is increas-
ingly difficult to obtain because of the reduced use of wood which causes the price of sawdust to be more
expensive and the cost of producing mushrooms to be more expensive. So that we need an alternative
lignocellulosic waste as a medium for fungal growth, one of which is straw. This study used a single
treatment in a randomized block design (RBD) with four replications. The combination treatment of sengon
and straw media consisted of 8 levels. P0 = Sawdust 100%; P1 = Sawdust 90% + Straw 10%; P2 = Sawdust
80% + Straw 20%; P3 = Sawdust 70% + Straw 30%; P4 =Sawdust 60% + Straw 40%; P5 = Sawdust 50%
+ Straw 50%; P6 = Sawdust 40% + Straw 60%; P7 = Sawdust 30% + Straw 70%. The experiment was
repeated four times.The results showed that oyster mushrooms grown on 100% sengon wood powder media
showed the best growth and productivity compared to other treatments.
Keywords: Oyster mushroom, sawdust, straw, sengon
ABSTRAK
Jamur tiram merupakan jamur konsumsi yang disukai oleh masyarakat karena memiliki rasa yang enak dan nilai
gizi yang tinggi. Jamur tiram dapat dibudidayakan dalam media (Baglog) yang berasal dari serbuk kayu atau bahan
lignin yang telah lapuk dan dibungkus plastik dan disterilkan.Bahan baku serbuk kayu semakin sulit diperoleh karena
berkurangnya pemanfaatan kayu, yang menyebabkan harga serbuk kayu semakin tinggi dan biaya produksi jamur
akan meningkat. Oleh karena itu diperlukan alternatif limbah lignoselulosa yang diperlukan sebagai media untuk
pertumbuhan jamur, salah satunya adalah jerami. Penelitian ini menggunakan perlakuan tunggal dalam rancangan
acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Perlakuan kombinasi media sengon dan jerami terdiri dari 8 taraf.
P0 = Serbuk kayu sengon 100%; P1 = Serbuk kayu sengon 90% + Jerami 10%; P2 =Serbuk kayu sengon 80% +
Jerami 20%; P3 = Serbuk kayu sengon 70% + Jerami 30%; P4 = Serbuk kayu sengon 60% + Jerami 40%; P5 =
Serbuk kayu sengon 50% + Jerami 50%; P6 = Serbuk kayu sengon40% + Jerami 60%; P7 = Serbuk kayu sengon
30% + Jerami 70%. Percobaan diulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian diketahui bahwa jamur yang ditanam
pada media 100% serbuk kayu sengon menunjukkan pertumbuhan dan produktivitas terbaik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.
Kata kunci : Jamur tiram, jerami, sengon, serbuk kayu.
302 Jurnal Agrotek Tropika 9(2): 301-305, 2021
yang diperoleh akan diuji F (analisis ragam), dan tanaman dan sebagai cadangan makanan bagitanaman.
dilanjutkan dengan uji pemisahan nilai tengah dengan Sifatnya sama dengan selulosa, yaitu mampu berikatan
Uji BNT pada taraf 5 %. dengan air (Sunanto, 2000).
Pengaruh waktu pertumbuhan miselium selaras
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan hari munculnya badan buah. Pada perlakuan
Berdasarkan pengamatan selama penelitian P0 memiliki waktu tercepat dalam pertumbuhan badan
didapatkan data sebagaimana pada Tabel 1. Hasil buah yakni 28,3 hsi. Hal ini sejalan dengan pendapat
analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan P0 Sumiati (2005), bahwa jika penyebaran miselium cepat
memiliki waktu tercepat pada pertumbuhan miselium maka akan semakin cepat pula dalam pembentukan
yaitu miselium muncul pada 3 hari setelah masa inkubasi badan buah.
(hsi) jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Panjang tangkai buah jamur terpanjang
Pertumbuhan miselium yang baik disebabkan terdapat pada perlakuan P0 dan P1sebesar 4,9 cm.
oleh adanya media tumbuh jamur yang terdekomposisi Media tanam dengan bahan-bahan yang cepat
secara cepat dan merata, sehingga unsur-unsur hara terdekomposisi menjadi media yang ideal bagi
yang terdapat pada media tumbuh. Serbuk kayu sengon pertumbuhan jamur. Bahan organik yang mengandung
selain memiliki kandungan lignin, juga memliki selulosa dan lignin dalam jumlah yang besar akan
kandungan selulosa dan hemiselulosa. Kandungan mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh
selulosa pada serbuk kayu sengon sebesar 49,40% jamur (Stevani, 2011).
dan kandungan hemiselulosa sebesar 24,59%. Fungsi Perlakuan media tanam 100% serbuk kayu
selulosa adalah memperkuat dinding sel tanaman sengon (P0) menghasilkan jumlah tubuh buah terbanyak
sedangkan di dalam pencernaan, berperan sebagai yaitu 4,9 tubuh buah jamur. Hal ini disebabkan karena
pengikat air, namun jenis serat ini tidak larut dalam air. badan buah yang terbentuk biasanya tergantung pada
Hemiselulosa berfungsi memperkuat dinding sel banyaknya primordia yang tumbuh. Jika primordianya
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram pada Berbagai Komposisi Medai Tanam
Hari munculnya Hari munculnya Panjang tangkai Jumlah Diameter tudung Bobot basah
Perlakuan
miselium (hsi) tubuh buah (hsi) buah (cm) tubuh buah buah (cm) tubuh buah (g)
P0 3,0 d 28,3 c 4,9 a 4,9 a 12,0 ab 9,1 a
P1 5,0 c 32,0 b 4,9 a 3,8 bc 11,9 ab 4,2 b
P2 5,3 c 33,3 ab 4,8 a 4,4 abc 11,7 ab 3,3 bc
P3 6,7 b 35,3 a 3,8 b 3,9 abc 10,7 b 3,0 bc
P4 7,0 b 34,0 ab 4,6 a 3,3 c 12,5 ab 3,2 bc
P5 9,7 a 34,6 ab 4,5 a 4,8 ab 14,7 a 2,0 cd
P6 0,0 e 0,0 d 0,0 c 0,0 d 0,0 c 0,0 d
P7 0,0 e 0,0 d 0,0 c 0,0 d 0,0 c 0,0 d
BNT (0,05) 0,6 3,0 0,7 1,1 3,0 2,0
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%.
304 Jurnal Agrotek Tropika 9(2): 301-305, 2021
banyak, maka jumlah badan buah yang terbentuk juga DAFTAR PUSTAKA
banyak karena nutrisi yang terdapat dalam media tanam
Amelia, F. J., K. Ferdinand, M.G. Maria, Waluyan,
tersebar pada tiap primordia yang membentuk badan
dan I.J. Sari. 2017. Pengaruh Suhu dan
buah (Ningsih, 2008). Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan
Pengamatan diameter tudung buah dilakukan Jamur Tiram di Tangerang. Jurnal Ilmiah
Biologi (Biogenesis) 5(1): 1-6.
pada minggu ke 6-9 MSI. Dari hasil pengamatan
diketahui bahwa perlakuan P5 menghasilkan diameter Cahyana, Y.A., Muchrodji, dan M. Bakrun. 2006.
tudung buah terbesar 14,7cm dan tidak berbeda Jamur Tiram Pembibitan Pembudidayaan
dengan diameter tudung buah pada perlakuan P0-P4 dan Analisis Usaha. Penebar Swadaya.
Jakarta.
karena pada penelitian ini menggunakan bahan tanam
yang sama yaitu satu varietas jamur. Hal ini sejalan Dundar, A., H. Acay, and A. Yildiz . 2008. Yield
dengan pernyataan Hariadi, dkk. (2013), bahwa salah Performances And Nutritional Contents Of
satu faktor utama yang menyebabkan tidak adanya Three Oyster Mushroom Species Cultivated
On Wheat Stalk. African Journal of
perbedaan diameter buah yang dihasilkan pada setiap
Biotechnology (7):3497-3501.
perlakuan adalah dikarenakan faktor genetik yang sama
yang berasal dari satu varietas jamur. Hariadi, N., L. Setyobudi, dan E. Nihayati. 2013. Studi
Pertumbuhan Dan Hasil Produksi Jamur Tiram
Produktivitas jamur juga dapat dilihatdari
Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media
parameter bobot basat tubuh buah jamur. Pengamatan Tumbuh Jerami Padi Dan Serbuk Gergaji.
bobot basah jamur dilakukan pada minggu ke 6-9 Jurnal Produksi Tanaman 1(1): 47-53
MSI. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
Ningsih, L. 2008. Pengaruh jenis media tanam dan
perlakuan P0 menghasilkan bobot basah tubuh buah jamur
konsentrasi terhadap pertumbuhan dan
terberat yaitu 9,1 gram dibandingkan dengan perlakuan produksi jamur tiram merah (Pleurotus
lainnya. Bobot basah tubuh buah jamur dipengaruhi oleh flabellatus). Skripsi: 63-86. UIN. Malang.
pertumbuhan miselium. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Rahma A. R. dan A. S. Purnomo. 2016. Pengaruh
Subowo dan Nurhasanah (2000) bahwa produksi
campuran ampas tebu dan sabut kelapa sebagai
jamur dapat dilihat dari pertumbuhan miseliumnya. media pertumbuhan alternatif terhadap
kandungan jamur tiram (Pleurotus ostreatus).
Jurnal Sains dan Seni ITS 5(2) :90-92
KESIMPULAN
Pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram Subowo,Y.B. dan Nurhasanah. 2000. Produksi Jamur
putih dipengaruhi oleh komposisi media tanam. Kuping (Auricularia polytrica) Menggunakan
Perlakuan media tanam P0 (Serbuk kayu sengon 100%) Berbagai Media dan Umur Bibit. Jurnal Biologi
Indonesia (2): 44-48.
memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.
Elfandari et al. : Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur Tiram Putih 305
Sunanto, H. 2000. Budidaya Jamur Tiram, Edisi 1. CV. Wiardani. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Lily
Aneka Ilmu ,Anggota IKAPI. Semarang. publisher. Yogyakarta
Steviani, S. 2011. Pengaruh Penambahan Molase Widyastuti, N. dan S. Istini. 2004. Optimasi Proses
dalam berbagai Media pada Jamur Tiram Pengeringan Tepung Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Skripsi 19-48. (Pleurotus ostreatus). Jurnal Ilmu
Universitas Sebelas Maret Surabaya. Kefarmasian Indonesia 2 (1) : 1-4
ABSTRAK
Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan produktivitas usaha tani jamur tiram Kelompok Usaha Budi daya
(KUB) Jamur Gamol melalui penerapan inovasi teknologi banker pintar. Kegiatan penerapan inovasi teknologi
dilakukan pada bulan Maret‒Juni 2019 dan diikuti oleh petani jamur tiram yang tergabung dalam KUB di Dusun
Gamol, Desa Balecatur, Kabupaten Sleman sejumlah 20 orang. Agar teknologi dapat diterapkan secara efektif
dan efisien, metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan meliputi perancangan dan pembuatan alat sesuai
dengan kapasitas produksi kelompok, penjelasan fungsi dan komponen, pendampingan penggunaan alat,
edukasi perawatan, dan monitoring kendala yang dihadapi oleh KUB Jamur Gamol. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan ini adalah mampu menghemat biaya pasteurisasi sebesar 51%. Penerapan inovasi teknologi bangker
pintar juga mampu menghemat air, penggunaan air sebelumnya mencapai 1.100 L, dapat berkurang hingga
mencapai 35 L. Selain itu, penerapan inovasi teknologi juga dapat meningkatkan produksi jamur tiram di lokasi
sasaran. Produksi kelompok yang awalnya rata-rata hanya 1,6 ons/baglog, meningkat menjadi 3,25 ons/baglog.
Hal tersebut berdampak pada meningkatknya keuntungan kelompok, yang awalnya hanya Rp 607.500/1.000
baglog, meningkat menjadi Rp 2.659.000/1.000 baglog.
ABSTRACT
The purpose of this activity was to increase the productivity of oyster mushroom farming, Gamol Mushroom
Cultivation Business Group (CBG) through the application of Smart Banker technology innovation. The activity
of implementing technological innovation was carried out March until June 2019 and was by oyster mushroom
farmers, who are members of the CBG in Gamol, Balecatur Village, Sleman District. In order the technology
effectively and efficiently, the method includes the design and manufacture of tools the group's production
capacity, explanation of functions and components, assistance in the use of tools, maintenance education and
monitoring of obstacles faced by the Gamol Mushroom CBG. The results obtained from this activity wereable to
save pasteurization costs by 51%. The application of Smart Banker technology innovation was also able to save
water, which previously used 1,100 L of water use, can be reduced up to 35 L. In addition, the application of
technological innovation can also increase the production of oyster mushrooms. Initially the average group
production was only 1.6 ounces/baglog, increasing to 3.25 ounces/baglog. This has an impact on increasing
profits, which initially only IDR 607,500/1,000 baglog, increased to IDR 2,659,000/1,000 baglogs.
105
Agrokreatif Vol 6 (2): 105–111
106
Vol 6 (2): 105111 Agrokreatif
Partisipan Kegiatan
Kegiatan ini diikuti oleh petani jamur tiram,
yang tergabung dalam Kelompok Usaha Budi
daya (KUB), yang ada di Dusun Gamol, Desa
Balecatur, Kabupaten Sleman. KUB Jamur Gamol
Gambar 1 Alat peustorisasi tradisional milik KUB. merupakan kelompok tani yang bergerak dalam
budi daya dan pengolahan jamur, yang terdiri
tiram, sehingga pertumbuhan spora jamur tiram dari 20 orang anggota. Kelompok ini melakukan
tidak maksimal (Sánchez 2010). Masalah ter- aktivitas mulai dari pembuatan baglog (media
sebut dialami oleh KUB Gamol karena peng- tanam jamur), budi daya jamur di dalam
gunaan alat pasteurisasi tradisional, dan kumbung, hingga pengolahan yang dilakukan
menyebabkan tingkat kegagalan budi daya oleh ibu-ibu istri petani. Kelompok ini memiliki
mencapai 15–50% (Zahro & Agustini 2013). kendala dalam melakukan produksi baglog, yaitu
Proses pasteurisasi yang tidak efisien keterbatasan kapasitas produksi pada alat
menyebabkan biaya bahan bakar pasteurisasi pasteurisasi yang dimiliki, sehingga tidak dapat
dan biaya tenaga kerja tinggi. Satu kali proses memenuhi permintaan konsumen.
pasteurisasi membutuhkan satu kubik kayu
bakar dengan kisaran harga Rp 150.000. Selain Perancangan dan Pembuatan Alat
itu, waktu pasteurisasi yang mencapai 12 jam Langkah pertama yang dilakukan dalam
mengakibatkan pengeluaran biaya tenaga kerja penerapan inovasi teknologi bangker pintar
juga tinggi. Apabila dibandingkan dengan alat adalah merancang alat sesuai dengan kebutuhan
pasteurisasi standar yang digunakan perusahaan kelompok tani jamur di Dusun Gamol. Alat
jamur tiram, biaya pasteurisasi rendah dan dirancang sesuai dengan rata-rata kemampuan
waktu yang dibutuhkan dalah satu kali proses produksi tenaga kerja, tempat penyimpanan
pasteurisasi hanya 3–4 jam. Namun, alat baglog serta permintaan terhadap baglog, se-
pasteurisasi standar yang biasa digunakan oleh hingga alat dapat digunakan secara efektif dan
perusahaan jamur skala besar harganya lebih efisien. Setelah dilakukan rancangan alat, langkah
dari 200 juta rupiah. Harga tersebut dirasa sangat selanjutnya adalah pembuatan alat bangker
mahal oleh petani jamur skala kecil, termasuk pintar yang dilakukan di Laboratorium Teknik
KUB Jamur Gamol. Mesin, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh Perancangan dan pembuatan alat membutuhkan
KUB Jamur Gamol, perlu dilakukan penerapan waktu sekitar 3 minggu.
teknologi tepat guna yang dapat mengatasi
permasalah pasteurisasi dalam budi daya jamur. Penjelasan Fungsi dan Komponen Bangker
Teknologi tepat guna dimaksud adalah teknologi Pintar
yang sesuai dengan kapasitas produksi kelompok Kegiatan penjelasan fungsi dan komponen
sasaran, dapat dimengerti cara kerjanya, serta bangker pintar dilakukan untuk memberikan
adanya keberlanjutan usaha oleh kelompok pemahaman pada kelompok sasaran terkait
sasaran. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan komponen yang ada pada bangker pintar beserta
untuk menerapkan teknologi alat pasteurisasi fungsinya. Pada tahapan dilakukan penjelasan
yang disebut dengan “bangker pintar” dengan tiap komponen lalu anggota kelompok sasaran
tepat guna. Sehingga, penerapan teknologi ini mengamati masing-masing komponen dan me-
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan nanyakan terkait fungsi serta manfaat pada tiap-
efisiensi usaha tani jamur di KUB Gamol, tiap komponen. Proses penjelasan fungsi
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. komponen diiringi dengan simulasi penggunaan
107
Agrokreatif Vol 6 (2): 105–111
bangker pintar. Penerapan metode ini cukup kelompok masyarakat sasaran. Bangker pintar
efektif, terbukti dengan meningkatnya pema- memiliki ruang pasteurisasi berdiameter 1,2 m
haman kelompok sasaran mengenai fungsi membuat uap panas dapat menyebar dengan
bangker pintar. baik sehingga baglog yang dipasteurisasi dapat
matang dengan cepat. Berbeda dengan alat
Pendampingan Penggunaan Bangker Pintar sebelumnya dengan ukuran 2 x 2 m yang
Setelah kelompok sasaran memahami fungsi memiliki pintu bocor, ruang pasteurisasi bangker
dan cara menggunakan bangker pintar, ke- dilengkapi dengan pintu yang rapat sehingga pro-
lompok sasaran mulai menggunakan bangker ses pasteurisasi berlangsung secara maksimal.
pintar. Proses pendampingan dilakukan untuk Selain itu, bangker pintar memiliki terobosan
memastikan bahwa kelompok sasaran mampu berupa reproduksi uap yang cepat. Jika se-
menggunakan alat bangker pintar dengan benar. belumnya boiler yang digunakan berkapasitas air
Proses pendampingan penggunaan alat di- 600 L, boiler bangker pintar dibuat dengan
lakukan selama satu minggu. kapasitas air 10 L dan ditambah 24 pipa-pipa
berukuran 0,5 inci pada bagian dalam boiler. Hal
Edukasi Perawatan Bangker Pintar ini memungkinkan proses produksi uap air dapat
Bangker pintar merupakan alat pasteurisasi terjadi dengan cepat sehingga suhu dalam ruang
dengan komponen yang tidak terlalu rumit, pasteurisasi dapat meningkat dengan cepat. Suhu
sehingga perawatannya cenderung mudah. yang meningkat dengan cepat memungkinkan
Kegiatan edukasi perawatan bangker pintar bahan bakar yang dibutuhkan sedikit sehingga
dilakukan agar mitra mampu merawat alat biaya pasteurisasi efisien.
dengan baik sehingga alat dapat awet digunakan. Selain dua komponen inti di atas, bagker
Proses edukasi perawatan alat dilakukan dengan pintar juga dilengkapi dengan komponen
cara memberikan pemahaman mengenai peng- pendukung berupa termometer, safety valve, ma-
gunaan alat yang baik, pembersihan ruang nometer, pengatur tekanan parsial, dan indikator
pasteurisasi setelah digunakan, dan pembersihan air. Termometer merupakan komponen pen-
boiler bangker pintar. dukung yang sangat penting. Termometer sangat
dibutuhkan untuk mengetahui suhu pada ruang
Monitoring Kendala pasteurisasi. Pada proses pasteurisasi baglog
Kegiatan monitoring kendala dilakukan untuk jamur tiram, setelah suhu mencapai 100°C
memastikan bangker pintar berfungsi dengan kompor didiamkan hidup selama 2 jam. Tanpa
baik sehingga tidak menghambat kegiatan pro- termometer akan sulit memprediksi waktu ber-
duksi. Kegiatan monitoring kendala dilakukan 2 akhirnya pasteurisasi. Safety valve berfungsi
hari sekali pada minggu pertama dan tiga hari untuk mengeluarkan uap panas yang berlebihan
sekali pada minggu berikutnya. sehingga meningkatkan keamanan kerja. Mano-
meter digunakan untuk mengetahui besaran
tekanan pada ruang pasteurisasi. Pengatur
HASIL DAN PEMBAHASAN tekanan parsial berfungsi sebagai lubang udara
108
Vol 6 (2): 105111 Agrokreatif
pengatur uap panas. Indikator air merupakan bagian mana saja yang harus dibersihkan setelah
pipa kaca kecil yang dipasang di samping boiler. proses produksi dilakukan.
Keberadaan indikator air cukup penting untuk
memastikan boiler tidak mengalami kekurangan Efisiensi Biaya Pasteurisasi
air saat proses pasteurisasi. Penggunaan alat pasteurisasi jamur tiram
tradisional oleh KUB Jamur Gamol belum efisien.
Penjelasan Fungsi dan Komponen Bangker Tidak efisiennya alat pasteurisasi dapat dilihat
Pintar dari biaya pasteurisasi, dan kebutuhan air untuk
Pada tahapan penjelasan fungsi dan kom- proses pasteurisasi, namun dengan menggu-
ponen bangker pintar diikuti oleh 5 orang nakan bangker pintar biaya pasteurisasi lebih
pengurus inti dari KUB Jamur Gamol. Penjelasan efisien. Dengan menggunakan bangker pintar
fungsi dan komponen dilakukan sebanyak 2 kali. KUB Jamur Gamol mampu menghemat biaya
Hal ini dimaksudkan agar anggota kelompok pasteurisasi sebesar 51%. Hal itu disebabkan
dapat mengetahui fungsi dan komponen dari penggunaan bangker yang lebih efisien sehingga
bangker pintar dengan jelas, sehingga peng- proses menghasilkan uap semakin cepat yang
gunaan dan perawatan alat sesuai dengan berdampak terhadap penghematan biaya bahan
Standar Operational Procedure (SOP) agar tidak bakar pasteurisasi. Tabel 2 menunjukkan
membahayakan dan tidak cepat rusak. perbadingan biaya pasteurisasi dan kebutuhan
air menggunakan bangker pintar dan alat
Pendampingan Penggunaan dan Edukasi pasteurisas sebelumnya (untuk 1.000 baglog).
Perawatan Bangker Pintar Penggunaan bangker pintar juga mampu
Hasil observasi yang dilakukan sebelum pe- menghemat air yang digunakan untuk pas-
laksanaan program adalah strategi agar program teurisasi. Sebelumnya air yang digunakan untuk
dapat dilakukan dengan baik oleh masyarakat proses pasteurisasi mencapai 1.100 L, namun
dan ada keberlanjutan. Salah satu faktor dengan menggunakan bangker pintar air yang
keberlanjutan program pengabdian masyarakat dibutuhkan untuk pasteurisasi hanya 35 L.
adalah pola pendampingan yang dilakukan oleh Penghematan ini dapat dilakukan karena boiler
pelaksana program. Hal ini sesuai dengan bangker pintar hanya berdiameter 60 cm dengan
pendapat Asnawati (2015) yang menyatakan dilengkapi 24 pipa kecil pada bagian dalam
bahwa hal yang memengaruhi kecepatan adopsi bangker. Adanya pipa-pipa kecil memungkinkan
inovasi petani adalah komunikasi dan kualifikasi proses produksi uap semakin cepat karena api
penyuluh. Untuk itu cara kami menyampaiakn mengenai lebih banyak besi yang tergenang air.
inovasi terbaru agar dapat diterima oleh masya-
rakat adalah dengan pendampingan penggunaan Peningkatan Produktivitas dan Keuntungan
dan edukasi, bukan sekedar memberikan alat Proses pasteurisasi yang sempurna meng-
kepada masyarakat. hasilkan baglog jamur yang steril sehingga
Setelah pada tahapan sebelumnya dilakukan tingkat kontaminasi berkurang. Baglog yang
penjelasan fungsi dan komponen, tahap selanjut- tanpa mikroorganisme patogen memungkinkan
nya adalah pendampingan penggunaan bangker misilium jamur tiram dapat tumbuh dengan baik
pintar. Pendampingan penggunaan dilakukan dan cepat. Dengan demikian semua sumber
sebanyak 4 kali setiap akhir pekan. Peserta dalam makanan berupa protein, karbohidrat, lignin,
kegiatan ini berganti-ganti, dikarenakan aktivitas selulose, hemniselulose mampu dicerna dengan
anggota kelompok. Pendampingan penggunaan baik oleh misilium jamur tiram sehingga ter-
meliputi menentukan jumlah baglog yang dapat konversi menjadi buah jamur tiram.
dipasteurisasi dalam sekali proses produksi, cara Berdasarkan data produksi jamur tiram KUB
bagaimana memasukkan baglog jamur ke dalam Jamur Gamol hasil produksi jamur tiram sejak
bangker dengan tepat, hingga menjelaskan 2014‒2018 rata-rata hanya 160kg/1.000 baglog.
Tabel 2 Perbadingan biaya pasteurisasi dan kebutuhan air menggunakan bangker pintar dan alat pasteurisas
sebelumnya (untuk 1.000 baglog)
Indikator pembanding Bangker pintar Alat pasteurisasi sebelumnya
Biaya pasteurisasi (Rp) 146.000 300.000
Kebutuhan air (L) 35 1.100
109
Agrokreatif Vol 6 (2): 105–111
Tabel 3 Perbadingan hasil produksi menggunakan bangker pintar dan alat pasteurisasi sebelumnya (untuk
1.000 baglog)
Indikator pembanding Bangker pintar Alat pasteurisasi sebelumnya
Tingkat kontaminasi <1% 15‒50%
Hasil produksi (kg) 332,5 160
Keuntungan usahatani (Rp) 2.659.000 607.500
110
Vol 6 (2): 105111 Agrokreatif
Zhang Y, Geng W, Shen Y, Wang Y, Dai Y. 2014. Innovation, Technological Dissemination and
Edible Mushroom Cultivation for Food Marketing. Sustainability. 6(5): 2961–2973.
Security and Rural Development in China: Bio- https://doi.org/10.3390/su6052961 .
111