Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu negara yang dikenal sebagai gudang

jamur terkemuka di dunia. Jamur-jamur yang telah dibudidayakan dan banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan dan sayuran serta banyak di

perjual belikan di pasar baik pasar tradisional maupun swalayan, seperti jamur

tiram, jamur merang, jamur kuping, dan jamur shitake.

Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi

lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram

mengandung protein, lemak fosfor, besi thiamin, dan riboflavin lebih tinggi

dibanding jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino

yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolestrol. Macam

asam amino yang terkandung adalah isoleosin, lysin, methionin, cystein,

penylalanin, tyrosin, treonin, triptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam

aspartat, asam glutamat, glysin, prolin, dan serin (Juandi, 2019).

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak

sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada

waktu tertentu, pada kondisi tanah tertentu yang mendukung, dan lama

hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di

kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. Namun jamur ini segera

mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur


dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping

(Alex, 2015: 3-4).

Di Indonesia, budidaya jamur konsumsi, terutama jamur champignon,

baru dimulai sekitar tahun 1969 oleh sebuah perusahaan swasta nasional yang

bergerak di bidang agrobisnis. Sebagian besar hasil budidaya jamur secara

modern tersebut diekspor dalam bentuk kalengan ke beberapa negara.Lama-

kelamaan, kegiatan pembudidayaan jamur konsumsi menciptakan sebuah

pekerjaan baru dibidang pertanian yang selama ini belum dikenal masyarakat

petani di Indonesia. Membudidayakan jamur konsumsi, khususnya jamur

kuping, tiram, dan jamur merang, mendatangkan keuntungan yang sangat

menggiurkan baik dilakukan dalam skala kecil maupun besar (Tim Karya Tani

Mandiri, 2014:1-2).

Jamur tiram merupakan jamur pangan yang berasal dari kelompok

Basidiomycetes, disebut jamur tiram karna tudungnya berbentuk lingkaran

seperti cangkang tiram. Warna tudung beragam dari mulai putih, putih

kekuningan, kuning, abu-abu, abu kecoklatan, coklat, bahkan ada yang

berwarna coklat dan biru. Permukaan tudungnya sedikit licin namun tidak

lengket, berdiameter antara 3 sampai 15 cm. sebagai jamur ini memiliki

tangkai yang bercabang, tubuh atau batangnya berwarna putih, pendek dan

menyamping. Pada umurnya jamur tiram tumbuh bergerombol, namu beberapa

jenis ada yang tumbuh soliter. Jamur tiram berdaging tebal, berwarna putih,

kenyal, dan teksturnya mirip daging ayam (Meinanda, 2013 : 2).


Sejauh ini Budidaya Jamur Tiram sudah mulai dipandang oleh para

usahawan muda di Lombok Timur. Hal ini disebabkan karena, budidaya

Jamur Tiram relatif mudah karena jamur tiram mempunyai daya adaptasi

yang cukup baik terhadap lingkungan, serta dalam membudidayakannya tidak

membutuhkan modal yang besar (Riadi, 2015).

Masalah yang sering dihadapi dalam budidaya jamur tiram selama ini

adalah penumbuhan dan penyebaran miselium jamur yang masih relatif lama

dan produksi yang berkurang. Pertumbuhan miselium berkisar antara 45-60

hari, pemanenan tubuh buah dapat dilakukan dengan selang waktu antara

masing-masing panen adalah 1-2 minggu dengan masa panen ideal sebanyak

5-6 kali panen tiap baglog.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya

penambahan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dari luar yang dapat berupa

hormon ataupun nutrisi dari dalam berupa bahan-bahan pembuatan media

tanam jamur tiram putih. Nutrisi dan zat pengatur pertumbuhan hendaknya

aman bagi konsumen.

Salah satu nutrisi spesifik yang dibutuhkan oleh jamur tiram cokelat

adalah Karbohidrat (amilum). Selama ini dalam pembuatan media tumbuh

jamur tiram cokelat , penambahan nutrisi biasanya dengan menambahkan

tepung jagung, ini dikarenakan tepung jagung mengandung beberapa unsur

yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram cokelat. Menurut

Kusumastuty (2014) dalam 50 gram/batang mengandung energi 232,43

kkal, protein 6,35 gram, lemak 9,41 gram dan karbohidrat sebesar 30,58
gram. Akan tetapi jagung merupakan bahan pokok yang banyak digunakan

dalam berbagai industri, hal ini menyebabkan harga jualnya akan stabil dan

relatif tinggi. Oleh karena itu perlu dicari bahan alternatif pengganti nutrisi

bagi jamur, salah satunya adalah air tebu yang diketahui memiliki

kandungan karbohidrat yang setara dengan kedua bahan diatas dan juga

memiliki harga relatif lebih murah.

Air tebu mengandung 20 -25 persen bahan kering dan mengandung

unsur amilum (karbohidrat) berupa sukrosa (gula tebu), yang terdiri dari

glukosa dan fruktosa. Dalam 100 g batang tebu, terdiri dari 62 kalori, 82,5 g

air, 0,6 g protein, 0,l g lemak, 16,5g karbohidrat, 10,16 g serabut, 0,3 g abu,

8 mg Ca, 6 mg P, 1,4 mg Fe, 0,02 mg tiamin, 0,01 mg riboflavin, 0.10 mg

niasin, 3 mg cuka yang askorbik (Duke dan Atchley dalam Bardan, dkk,

2009).

Jamur memerlukan makanan dalam bentuk unsur-unsur kimia

misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon yang telah tersedia

dalam jaringan kayu, walaupun dalam jumlah sedikit untuk kehidupan dan

perkembangannya. Oleh karena itu, diperlukan penambahan dari luar missal

dal bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan

substrat tanaman atau media tumbuh jamur (Suriawiria,2006).

Beras merupakan sumber energi dan protein, mengandung berbagai

unsur mineral dan vitamin. Air leri juga mudah didapatkan karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menggunakan beras (nasi) sebagai makanan

pokok. Air leri merupakan air bekas cucian beras yang belum banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat

belum mengetahui manfaat dari air leri. Air leri belum termanfaatkan secara

optimal, meski masih mengandung banyak vitamin, mineral dan unsure

lainnya. Air leri masih banyak mengandung gizi seperti vitamin B1 (tiamin)

dan B12 (Fatimah,2008).

Air leri mengandung unsur N, P, K, C dan unsur lainnya. Jamur

membutuhkan karbon, nitrogen, vitamin dan mineral untuk

pertumbuhannya. Macam vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan

jamur tiram putih adalah thiamin (vitamin B1), asam nikotat (vitamin B3),

asam amino pantotenat(vitamin B5), biotin (vitamin B7), pirodoksin, dan

inositol (winarni, 2002).

Berdasarkan uraian diatas, dalam upaya memenuhi kebutuhan

masyarakat baik sebagai pangan ataupun obat tradisional khususnya jamur

tiram, oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Penggunaan Air Tebu dan Air Beras Terhadap

Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleourotus ostreatus)’’

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, masalah-masalah yang

dapat diidentifikasi yaitu :

1. Penanganan budidaya jamur tiram yang belum maksimal

2. Pertumbuhan dan penyebaran miselium jamur tiram sangat lama dan kurang

maksimal

3. Produksi jamur tiram yang masih kurang maksimal


C. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak meluas, maka perlu di batasi permasalahan-

permasalah yang perlu diteliti dalam penelitian ini, untuk menghindari hal-hal

yang bersifat umum agar tujuan penelitian tercapai dan terarah. Batasan

masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Pembatasan subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah terbatas pada jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus).

2. Pembatasan objek penelitan

Objek dalam penelitian ini adalah terbatas untuk mengetahui pengaruh

penggunaan air tebu dan air beras terhadap produktifitas jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya

adalah apakah ada pengaruh pemberian air tebu dan air beras terhadap

Produktivitas jamur tiram putih?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui pengaruh pemberian air tebu dan air beras terhadap Produktivitas

jamur tiram putih.


F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini akan menemukan pengaruh pemberian air tebu dan air

beras Produktivitas jamur tiram

b. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang bagaimana

tekhnik budi daya jamur tiram.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan

alternatif bagi peneliti selanjutnya guna meningkatkan produksi jamur

tiram.

b. Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi pengusaha jamur

tiram tentang bagaimana merangsang pertumbuhan pada jamur tiram

agar produksi jamur tiram baik sehingga penghasilan bertambah.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan khasiat

jamur tiram bagi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai