PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai di alam bebas misalnya di
hutan atau pun kebun. Jamur dapat tumbuh di mana–mana terutama pada musim
hujan. Jamur yang ada di alam ini sangat bermacam–macam dan masing–masing
memiliki ciri yang berbeda.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur yang banyak digemari
oleh masyarakat. Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Kandungan gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam
amino esensial yang terkandung di dalamnya, jamur tiram juga mengandung
senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi aspek medis. Pada masyarakat
Jepang dan Cina, menu makanan yang terbuat dari jamur sudah menjadi menu
yang turun temurun karena mengetahui khasiatnya yang sangat baik bagi tubuh.
Di Indonesia, konsumsi jamur tiram dari tahun ke tahun diketahui semakin
meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang sehat
dan terjangkau (ganeshamicsoft.indojamur.com, 2010).
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian
dalam ganeshamicsoft.indojamur.com (2010), kandungan gizi jamur tiram terdiri
atas protein rata-rata sebanyak 3.5–4% dari berat basah. Berarti dua kali lipat
lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Bila diukur berat kering
kandungan proteinnya 19-35%. Sedangkan beras hanya 7,3%, gandum 13,2%,
kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2%.
Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama kandungan proteinnya 15-20 %
dari berat keringnya. Daya cernanya pun tinggi mencapai 34-89 %. Sifat nutrisi
kelengkapan asam amino yang dimiliki oleh jamur lebih menentukan mutu
gizinya. Jamur segar umumnya mengandung 85-89 % air. Kandungan lemak
cukup rendah antara 1,08-9,4 % dari berat kering terdiri dari asam lemak bebas
mono ditriglieserida, sterol dan phoshpolipida
(Jamurtiramputih’s Weblog.htm.. 2008).
Sedangkan karbohidrat terbesar dalam bentuk heksosan dan pentosan polimer
karbohidrat dapat berupa glikogen, khitin dan sebuah polimer N-asetil glikosamin
yang merupakan komponen struktural sel jamur. Khitin merupakan unsur utama
serat jamur titam putih (Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).
Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain thiamin, niacin, biotin dan
asam askorbat. Vitamin A dan D jarang ditemukan pada jamur, namun dalam
jamur tiram putih terdapat ergosterol yang merupakan prekursor vitamin D.
Jamur umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral lain yang
dikandung, diantaranya kalsium dan zat besi
(Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).
Makin hari budidaya jamur tiram semakin diminati oleh berbagai
kalangan. Mulai dari pegawai negeri hingga pegawai swasta. Hal ini tampaknya
akibat dari imbas meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat dan
kandungan gizi jamur tiram. Jenis jamur konsumsi ini memiliki nilai yang
ekonomis karena dapat dikonsumsi dari berbagai kalangan. Nilai ekonomi
jamur tiram berkisar antara Rp 7.000 – Rp 8.000 / kg di tingkat petani daerah
Bogor. Sedangkan harga jual jamur tiram di luar pulau jawa lebih besar lagi
nilainya. Misalnya saja di Lampung Rp 10.000 – Rp 12.000 untuk setiap
kilogram nya dari petani.
B. Tujuan Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Sabtu / 27 April 2019
2. Waktu : 11.00 WITA - Selesai
3. Tempat : Celebes Mushroom Farm (Desa Simbang, Kecamatan
Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan)
C. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menimbang bahan yang digunakan media (serbuk kayu, bekatul, serbuk
kapur) dengan perbandingan serbuk kayu (100) : Bekatul (10) : Serbuk
kapur (1)
3. Mencampur bahan yang ada sesuai takaran dan mengaaduknya secara
merata
4. Menambahkan air ke dalam campuran secukupnya dan memperhatikan
ketika bahan diperas tidak keluar airnya (kandungan air 80 % dari bahan
kering )
5. Bahan campuran tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam plastik
transparan tetapi jangan sampai ½ penuh. Masukan sisa plastik ke ring
cincin paralon lalu ikat dengan karet gelang,bagian yang berlubang
ditengah cincin diisi kapas secukupnya kemudian ditutup kertas koran dan
diikat dengan kater gelang
6. Bahan yang sudah dibungkus plastik dimasukan kedalam drum untuk
proses sterilisasi .Air untuk mengukus hanya 25 cm dari dasar
drum.Lamanya proses pengukusan 3 jam dengan suhu 100ºC
7. Setelah selesai sterilisasi ,media-media tersebut didinginkan minimal 5
jam kemudian buka cincinnya untuk memasukan bibit jamur
menggunakan spatula yang sudah diberi alkohol dan telah dipanaskan
untuk mensterisasi alat (spatula) yang digunakan
8. Setelah selesai memasukan bibit jamur,media didiamkan selama 2-3 bulan
dengan penyiraman secara rutin (3x sehari) sampai jamur tumbuh dan siap
dipanen
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
BAGLOG
MINGGU
JAMUR TIRAM
B. Pembahasan
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang
berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi
yang dibuat oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena
ketergantungannnya terhadap organisme lain, maka jamur digolongkan sebagai
tanaman heterotrofik.
Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara lain
karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan
maupun tumbuhan.
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan
tidak membutuhkan tempat yang luas. Jenis-jenis jamur yang umum
dibudidayakan ialah jamur yang menguntungkan bagi manusia diantanya jamur
merang (Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus),jamur kuping
(Auricularia polytricha),jamur payung (Lentinus edodes),dan jamur kancing
(Agaricus Sp). Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu
limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji).
Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam,
sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-
macam, seperti cara ilmiah, konvensional,tradisional,dan semi modern.
Jenis jamur yang kami budidayakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) dan juga jamur kuping (Auralia aurita).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang
sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki rasa yang enak,
jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein
sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8
%. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit.
B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na,
dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam
yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun
karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap
sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa
depan.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak
seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur
tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %. Pertumbuhan jamur tiram
membutuhkan cahaya matahari tidak langsung, aliran udara yang baik, dan tempat
yang bersih.
Jamur kuping (Auricularia Sp.) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang
masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik.
Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat
dengan mata telanjang. Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur
kuping. Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar
seperti daun telinga manusia (kuping).
Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal
(mirip gelatin) jika dalam keadaan segar.Namun, pada keadaan kering, tubuh buah
dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari
jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti
kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal.
Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan
tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Jenis jamur kuping yang paling
memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian
atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran
tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang
umum dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu
relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran
segarnya.
1. Persiapan media
Tahapan pertama yang dilakukan untuk budidaya jamur tiram yaitu
menyiapkan media tanam. Media tanam yang umumnya digunakan antara lain
serbuk kayu, bekatul, dan serbuk kapur. Serbuk kayu yang digunakan yaitu serbuk
kayu yang sudah mengalami proses pengomposan atau telah didiamkan selama
beberapa saat.
2. Pencampuran media
Tahapan yang kedua dalam budidaya jamur tiram ini adalah pencampuran
media. Dari media tanam yang telah dipersiapakan yaitu sserbuk kayu, bekatul
dan serbuk kapur dicampur jadi satu dengan perbandingan tertentu. Adapun
perbandingannya yaitu serbuk kayu (100) : bekatul (10) : serbuk kapur (1).
Setelah tercampur, menambahkan air secukupnya dan memperhatikan ketika
bahan diperas tidak keluar airnya (kandungan air 80 % dari bahan kering ).
3. Pengantongan
4. Sterilisasi
Setelah media selesai dikantong, media dimasukkan kedalam drum untuk
disterilisasi guna mematikan organisme hidup yang merugikan pertumbuhan
jamur, juga untuk menyempurnakan tahap akhir dari serbuk kayu sebagai media
tanam yang selektif untuk pertumbuhan jamur. Waktu yang diperlukan untuk
sterilisasi kurang lebih 3-4 jam dalam suhu 100ºC. Selesai sterilisasi baglock
diturunkan dan didiamkan hingga dingin. Karena media yang masih panas
nantinya akan menghambat pertumbuhan hifa.
5. Inakulasi bibit
Inakulasi adalah tahap penanaman bibit. Saat proses inakulasi harus dalam
kondisi steril baik tempat, alat yang digunakan dan praktikkannya. Pada proses
inakulasi yang dilakukan adalah menyiapkan baglock. Kemudian menggunakan
spatula yang telah disterilkan memasukkan bibit kedalam baglock kurang lebih 3-
5 gram. Terakhir tutup kembali baglock dengan kapas dan tempatkan pada rak
yang sudah disediakan.
6. Inkubasi
Inkubasi adalah tahap akhir sebelum panen yaitu tahap perkembangan bibit
jamur. Proses inkubasi ini dilakukan di laboratorium budidaya jamur UMS.
Pada MKP Bud. Jamur ini hasil yang kami peroleh ialah terjadi
kontaminasi pada saat inkubasi. Hal ini ditan dai dengan adanya warna hitam yang
menyebar pada media yang merupakan tanda tumbuhnya bakteri atau jamur lain
yang tidak diinginkan.
3. Pada saat inolulasi, seharusnya setelah ditutup dengan kapas, ditutup lagi
dengan kertas koran(menurut sumber yang saya baca)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada saat budidaya jamur kali ini terjadi kontaminasi
2. Hal-hal yang mempengaruhi terjadi kontaminasi ialah, tingkat sterilisasi
yang kurang.
3. Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal
musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas
4. Tahap-tahap budidaya jamur antara lain persiapan media, pencampuran
media, pengantongan, sterilisasi, inokulasi bibit, inkubasi.
5. Tempat yang cocok untuk budidaya jamur ialah(padad saat inkubasi)
tempat yang lembab, tidak terkena sinar matahari langsung, serta terjaga
kebersihannya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
OLEH