Nama anggota
1.) huriah zulfa hanniyah basri
2.) ummi apriani
3.) Sheila shinta
4.) Septi masruroh
Pendahuluan
Bab I
Budidaya Jamur Tiram merupakan salah satu bisnis yang cukup menguntungkan di
Indonesia, banyak masyarakat yang menggemari Jamur Tiram untuk diolah menjadi berbagai
macam hidangan yang sehat sehingga permintaan Jamur Tiram pun meningkat. Masa panen
Jamur Tiram yang relative singkat dan tingginya permintaan masyarakat menjadi faktor
pendukung yang menyebabkan semakin banyak petani Jamur Tiram di Indonesia.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan budidaya Jamur Tiram salah
satunya adalah kelembapan media tanam yang digunakan. Kebanyakan orang hanya fokus pada
kelembapan suhu ruangan saja, namun kelembapan dari media tanam juga tak kalah penting.
Sering kali petani kesulitan untuk mengetahui kelembapan media tanam yang mereka gunakan
yang pada akhirnya berdampak pada hasil panen mereka.
Maka dari itu sangat penting bagi petani untuk bisa mengetahui dan memantau
kelembapan media tanam yang digunakan agar Jamur Tiram yang dihasilkan mempunyai
kualitas yang baik Kemajuan teknologi membantu kita dalam membuat alat yang dapat
mengukur kelembapan media tanam Jamur Tiram. Sehingga petani nantinya lebih dimudahkan
dalam mengontrol kelembapan media tanam Jamur Tiram dan dapat mengoptimalkan hasil
budidaya mereka. Berdasarkan hal tersebut,
Penyusun mengharapkan karya tulis ilmiah ini bisa bermamfaat bagi siapun yang membacanya, baik
secara teoritis maupun praktis. Agar makin banyak yang bisa membudidayakan tamana jamur dan dapat
menggurangi pengganguran yang ada saat ini yang semakin hari semakin tidak terkendali.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2,) Kelembapan
Kandungan air di dalam subtract sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan miselium jamur.
Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu,
bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan
mati. Kandungan air didalam subtract tanaman akan didapat dengan baik bila dilakukan
penyiraman.
Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air.
Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtract yang memiliki kandungan air sekitar 60%.
Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan
udara sekitar 70-85%.
3) Cahaya
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah
jamur tidak dapat tumbuh pada tempat gelap. Cahaya diperlukan untuk merangsang pertumbuhan
tubuh buah. Tangkai jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat
pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyiraman.
Akan tetapi, cahaya matahari yang menembus secara langsung dapat merusak dan
menyebabkan kelayuan, serta ukuran tudung yang relative kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan
memerlukan cahaya yang bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat
bangunan tempat pemeliharaan jamur.
4) Udara
Jamur tiram putih adalah tanaman saprofit fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen
sebangai senyawa untuk pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang lancer akan menjamin pasokan
oksigen. Terbatasnya pasokan oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur dapat mengganggu
pertumbuhan tubuh buah.
Jamur tiram juga yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh
buah kecil dan abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada tempat yang kekurangan
oksisgen akan mudah layu dan mati. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara segar untuk
pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus diberi ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan
secara baik.
Pertumbuhan miselium jamur memerlukan kandungan karbon dioksida yang agak tinggi,
yaitu 15%-20%. Tetapi, jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang mengandung karbo dioksida
yang terlalu tinggi memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya, tudung jamur tiram tumbuuh
relative kecil dibandingkan tangkainya.
MEDIA TANAM
Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering.
Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam budidaya modrn, media
tumbuh yang digunakan berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder.
1) Nutrisi
Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta tersedia
nutrisiyang cukup. Protoplas sel memerlukan nitrogen, fosfor, dan nutrisi lai. Karbon selain
diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber energy. Sehingga
karbon lebih banyak dibutuhkan disbanding dengan nitrogen.
Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat. Sedangkan protein dan kitin
diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur.
2) Kehadiran Mikroorganisme lain
Media tempat tumbuh merupakan sumber energy utama bagi jamur tiram. Kehadiran
mikroorganisme lain dapat menyebabkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi, sehingga
jamur yang diharapkan tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Bahkan, sebagian dari competitor tersebut dapat mengeluarkan senyawa yang bersifat
toksin terhadap organism disekitarnya.
Sterilisasi media merupakan cara yang efektif untuk membebaskan media tanam dari
kehadiran jasad asing di dalam media tanam yang tidak diharapkan.
c. KETINGGIAN TEMPAT
Kondisi di atas lebih mudah dicapai didaerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.
Kemungkinan budidaya jamur didataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang
penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.
d. PEMBIBITAN
Bibit yang dapat digunakan adalah F3. Bibit ini dapat dibuat atau diperoleh dari petani
jamur yang s udah bisa membuat bibit bibit jamur. Untuk membuat bibit sendiri, diperlukan alat
dan bahan yang steril karena proses ini sangat rentan terhadap kontaminasi. Sterilisasi
pembuatan bibit biasa menggunakan laminar flow atau transfer box.
Bab III
Metode penelitian
1. Studi Literatur
2. Merupakan tahap di mana melakukan tahap pembelajaran dari literature yang tersedia seperti buku,
artikel, jurnal, maupun literature lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan..
3. Analisis Kebutuhan
4. Dalam tahap ini, dilakukan analisa terhadap kebutuhan yang diperlukan baik hardware maupun
software..
5. Desain Sistem.
6. Pada tahapan ini, peneliti melakukan perancangan model alat, dengan membuat blok diagram yang
nantinya akan diaplikasikan..
7. Pemilihan Hardware.
8. Pemilihan hardware berguna untuk menyeleksi sensor yang akan digunakan, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan sensor terbaik..