Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur Tiram putih (Pleuratus florida) merupakan salah satu jenis jamur yang saat ini menjadi alternatif pilihan sebagai makanan sehat yang layak dikonsumsi. Spesies jamur tiram, Pleurotus ostreatus selain dapat dikonsumsi juga bernilai ekonomi tinggi. Selain itu masih banyak species jamur tiram lainnya dari Genus Pleurotus yang telah dibudidayakan antara lain Pleurotus umbellatus, P. flabellatus, P. dryngeus, P. sajor caju, P. iringii, P. abalonus. Jamur tiram yang banyak dikenal oleh petani jamur secara umum antara lain : Tiram putih (Pleurotus ostreatus), jenis ini memiliki tangkai bercabang. Disebut jamur tiram putih karena jamur ini memang berwarna putih, tudungnya bulat 3-15 cm. Tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jenis jamur ini tangkainya tidak bercabang, tudung bulat dengan diameter lebih kecil dibandingkan dengan tiram putih. Tiram abu-abu keunggulannya mempunyai rasa manis. Tiram raja (Pleurotus umbellatus), atau King oyster tidak bercabang, tudung besar berwarna kecoklat-coklatan dan pecah-pecah bagian pinggirnya. Disamping rasanya yang lezat - bahkan mirip dengan daging ayam - juga memiliki kandungan gizi yang cukup bermanfaat, sehingga saat ini sudah menjadi pilihan bagi masyarakat sebagai makanan yang layak dikonsumsi. Hal tersebut menjadikan permintaan pasar akan jamur tiram semakin meningkat, bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga permintaan dari luar negeri yang masih sangat besar peluangnya. Selain itu, keunggulan lainnya, cara budidaya mudah dan dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas. Jamur tiram cukup toleran terhadap lingkungan dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat bentuk segar, kering, kaleng, serta diolah menjadi keripik, pepes, tumis, dan nugget.

1.2 Tujuan Penelitian


a. Memenuhi tugas biologi untuk melakukan penelitian, demi mendapatkan nilai. b. Mengetahui pengaruh jenis-jenis serbuk kayu yang berbeda pada pertumbuhan jamur tiram.
c. Mengetahui lama pertumbuhan jamur tiram karena perbedaan serbuk kayu.

1.3

Rumusan Masalah
1

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

a. Apakah perbedaan penggunaan serbuk kayu yang berbeda berpengaruh terhadap lama tidaknya

pertumbuhan jamur tiram (Pleurotus ostreatus)?


b. Apakah jenis serbuk kayu yang berbeda berpengaruh pada pertumbuhan jamur ?

1.4 Hipotesis
Pengaruh jenis serbuk kayu sengon berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram.

BAB II
Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7 2

KAJIAN TEORITIK
2.1 Pertumbuhan pada tumbuhan
0 Pertumbuhan : adalah proses pertambahan ukuran sel dan berat yang bersifat irreversible Terdapat dua macam pertumbuhan : 1. Pertumbuhan primer yaitu pembelahan sel-sel meristem primer seperti pada embrio, akar, dan batang. 2. Pertumbuhan sekunder yaitu pertambahan ukuran diameter batang dan akar (biasanya pada tumbuhan dikotil). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan : 1. 2. Faktor Internal : Gen Hormon : Auksin, Sitokinin, Giberelin, Traumalin, Absisat, Kalin, dan Gas Etilen Faktor Eksternal : Cahaya Suhu Air Nutrien : zat hara tanah dan pupuk Kelembapan

2.2 Jamur Tiram

Kingdom

: Fungi

Filum : Basidiomycota Ordo : Agaricales Family :Tricholomataceae

Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus Ostreatus

Jamur tiram (Plurotus Ostreatus) adalah salah satu jamur kayu. Jamur tiram biasa disebut jamur kayu karena banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk. Pleurotus spp. disebut jamur tiram karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram. Jamur tiram adalah salah satu jamur yang enak dimakan serta mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dibanding jamur lain.
Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7 3

Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah. Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar. Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %. Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembapan 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC. Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat, bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat). Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.

2.3 Serbuk kayu jati


Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamur tiram, adalah jenis kayu yang dijadikan wadah, tidak semua jenis kayu bisa digunakan, hanya kayu yang mudah lapuk saja seperti kayu randu dan jenis kayu lainnya, sedangkan kayu jati tidak bisa digunakan karena jenis kayu jati sangat keras dan tidak mudah lapuk sehingga menyulitkan bagi perkembangan tumbuhan jamur yang merupakan tumbuhan spora ini.

2.4 Serbuk kayu sengon


Sengon (P. falcataria) merupakan kayu lunak, sengon biasanya digunakan untuk bahan baku pulp, papan serat, papan semen, dan kayu pertukangan. Petani yang telah setahun meneliti berbagai media yang pas untuk jamur, mncampur 50% kayu lunak dan 50% kayu keras. Media yang digunakan jangan hanya menggunakan kayu lunak seperti sengon 100% karena kayu ini akan cepat melapuk. Namun juga jangan kayu keras saja karena terlalu padat.
Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7 4

2.5 Serbuk kayu pinus


Adapun pada pembuatan bibit induk dengan menggunakan media kayu, maka pada dasarnya hampir semua jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan baku substrat tanam kecuali kayu pinus, karena pinus mengandung terpentin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Kayu adalah sumber karbon dan karbon dibutuhkan oleh jamur sebagai sumber energi dan untuk membangun massa sel. Secara umum, kayu mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, pentosan dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut terdapat pada dinding sel kayu. Bagian yang terbesar adalah selulosa.

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Objek, populasi dan sampel penelitian
Objek : Jamur Tiram Populasi : Disetiap plastik diberi satu sendok bibit jamur tiram

3.2 Lokasi penelitian


Penelitian dilakukan di Jl.Raya Palaan no.34 RT 2/RW1 Palaan-Ngajum.

3.3 Waktu penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 10 29 Agustus 2012.

3.4 Deskripsi variabel penelitian


Variable Bebas Variable Terikat : Jenis serbuk kayu : Pertumbuhan

Variable Kontrol: Jamur Tiram

3.5 Unit perlakuan


Dilakukan pengamatan setiap 3 hari.

3.6 Alat dan bahan


Alat: 1.Plastik 2.Pipa berdiameter 3 cm buah) 3.Sendok
4.

7.Pensil (3 buah) (3 (1 buah) Tali rafiah (3 (2 (1 Bahan:


1.

(1 buah)

Bibit jamur tiram

(3

sendok) 2.Serbuk kayu sengon


3.

(1/4 kg) (1/4 (1/4

meter) 5.Gunting buah)


6.

Serbuk kayu pinus Serbuk kayu jati

kg)
4.

Penggaris

kg)

buah)
Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7 6

5.

Air bening

(1 (1/2 kg)

7.Dedak 8.Batu kapur

(1/2 kg) (1/4 kg)

liter) 6.Pupuk organik

3.7 Cara kerja


I. Pembuatan Media Baglog Jamur. Mulanya dedak dicampur rata dengan kapur lalu digelar secara merata di lantai dengan komposisi dedak 15%, kapur 2%. Kemudian serbuk kayu yang sudah mengandung air 60%, digelar rata diatas campuran dedak dan kapur, dengan komposisi serbuk kayu 83% pada setiap jenisnya. Setelah itu di aduk rata. Pengadukan dilakukan minimal 3x, sehingga adukan menjadi homogen. Kemudian adukan yang telah homogen ditutup dengan plastik dan biarkan selama 24 jam, bertujuan agar terjadi fermentasi campuran. II. Pembungkusan Media Baglog Media yang telah di fermentasi dimasukkan de dalam wadah plastik sambil dipadatkan. Selanjutnya dilakukan pengepressan agar kepadatan maksimal. Media yang tadi telah dipress, dipasangkan cincin(pipa). Kemudian setelah itu dipasangkan kapas dan ditutup. Fungsi tutup agar pada saat proses sterilisasi, kapas tidak basah oleh uap air. Dan setelah itu media siap disterilkan. III. Pensterilisasi Media Baglog Media dimasukkan ke dalam krat yang telah disediakan, dan disusun di dalam ruang lembab. Setelah ruang lembab penuh, pintu ditutup rapat agar tidak terajdi kebocoran. IV. Pembibitan Media Baglog Jamur Siapkan botol bibit jamur tiram dan peralatan pengduk bibit, lalu disterilkan menggunakan alkohol dan dibakar. Kemudian media jamur yang ada di dalam ruang lembab dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam ruangan inokulasi atau pembibitan. Setelah selesai, ruangan disterilkan. Sementara itu tangan dan pakaian petugas pembibit juga disterilkan dengan alkohol. Bibit jamur tiram yang berada di dalam botol diaduk menggunakan alat pengaduk. Kemudian kapas media jamur dibuka selanjutnya bibit jamur tiram dituang ke dalam media sampai penuh, diguncang dan langsung ditutup kembali.
Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7 7

Pembibitan telah selesai dilakukan. Dan kemudian media dipindah ke ruang inkubasi. V. Masa Inkubasi Masa inkubasi adalah masa pertumbuhan miselium jamur di dalam media jamur. Pertumbuhan miselium ditandai dengan serat putih, yang dimulai dari tempat awal bibit ditanam dan terus berkembang. VI. Setelah tumbuh jamur amatilah pertumbuhannya.

3.8 Tabel data hasil pengamatan


Hari / Tanggal Plastik 1 Serbuk kayu jati 1 20 Agustus 2012 2 23 Agustus 2012 3 26 Agustus 2012 4 29 Agustus 2012 Belum tumbuh Hasil Pengamatan Plastik 2 Serbuk kayu sengon Tinggi jamur 0.5 cm, terdapat 20 cabang jamur Tinggi jamur 1 cm, Belum tumbuh terdapat 20 cabang jamur Tinggi jamur 2.2 cm, Belum tumbuh terdapat 20 cabang jamur Tinggi jamur 3.1 cm, Tidak tumbuh terdapat 20 cabang jamur Belum tumbuh Tinggi jamur 0.5 cm, terdapat 6 cabang jamur Tinggi jamur 1.2 cm, terdapat 6 cabang jamur Plastik 3 Serbuk kayu pinus Belum tumbuh

Pembahasan hasil pengamatan


Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan di atas jamur tiram yang ditanam di plastic 1 dengan serbuk kayu jati tidak bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram karena serbuk kayu jati sangat keras dan tidak mudah lapuk sehingga menyulitkan bagi perkembangan tumbuhan jamur yang merupakan tumbuhan spora ini . Pada pengamatan kami mengamati bahwa jamur tiram yang di tanam pada plastic 2 dengan serbuk kayu sengon paling cepat tumbuh dan paling tinggi dari kedua jamur yang di tanam dengan serbuk kayu lain yaitu 3.1 cm. Dan sangat subur dan keluar banyak cabang jamur yaitu 20 cabang. Untuk pengamatan yang terakhir kami mengamati bahwa jamur tiram yang ditanam pada plastic 3 dengan serbuk kayu pinus memiliki tinggi 1.2 cm dan 6 cabang. Media tanam dengan serbuk kayu pinus sedikit sulit untuk pertumbuhan jamur karena karena pinus

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

mengandung terpentin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Sehingga jamur sulit dan lama untuk tumbuh.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jenis serbuk kayu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan lama tidak nya jamur tiram tumbuh. Selain itu jenis serbuk kayu sengon merupakan jenis serbuk kayu terbaik dari kedua jenis lain karena jamur tiram yang tumbuh dapat tumbuh cukup tinggi dengan jumlah cabang yang banyak sedangkan pinus pertumbuhannya lambat dan memiliki cabang sedikit tapi kedua jenis serbuk kayu ini berbeda dengan serbuk kayu jati yang tidak bisa tumbuh jamur sama sekali.

4.2 Kritik dan Saran


Untuk anda yang ingin membudidayakan jamur tiram sebaiknya memilih medi tanam serbuk kayu pinus untuk hasil yang lebih maksimal dan taruh di tempat yang lembab . Karena serbuk kayu pinus dapat menghasilkan jamur terbaik dibanding serbuk kayu jati dan sengon .

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

DAFTAR PUSTAKA

http://www.biologi.lipi.go.id http://www.biologi-online.org http://organikganesha.wordpress.com/2009/11/01/prospek-usaha-budidaya-jamurKistinah Idun, Lestari Endang Sri. 2009. Biologi X. Jakarta: Pusat Perbukuan Prawirohartono Slamet, Hidayati Sri. 2007. Sains Biologi. Jakarta: PT. Bumi Aksara

tiram-analisis-usaha/ Depdiknas

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

10

FOTO HASIL PENGAMATAN


MEDIA TANAM JAMUR MENGGUNAKAN SERBUK KAYU JATI, PINUS, DAN SENGON

Tampak samping

Tampak atas

Tampak depan

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

11

Pengamatan hari pertama tanggal 20 Agustus.

Tampak samping

Tampak atas

Tampak depan

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

12

Pengamatan hari kedua tanggal 23 Agustus

Tampak samping

Tampak atas

Tampak depan

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

13

Menggunakan serbuk kayu jati

Menggunakan serbuk kayu sengon

Menggunakan serbuk kayu pinus

Pengamatan hari ketiga tanggal 26 Agustus


Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7 14

Tampak samping

Tampak atas

Tampak depan

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

15

Menggunakan serbuk kayu jati

Menggunakan serbuk kayu sengon

Menggunakan serbuk kayu pinus

Pengamatan hari keempat tanggal 29 Agustus


Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7 16

Tampak samping

Tampak atas

Tampak depan

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

17

Menggunakan serbuk kayu jati

Menggunakan serbuk kayu sengon

Mengunakan serbuk kayu pinus

Laporan Biologi Kelas X-1 - Kelompok 7

18

Anda mungkin juga menyukai