Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sebagai umat Islam sebagaimana telah diketahui bersama bahwa yang digunakan sebagai
sumber hukum dalam melaksanakan perbuatan yang mencakup ibadah maupun muamalah adalah
Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu di perlukan pemahaman dalam memaknai kedua sumber
hukum tersebut yang notabenenya ke dua sumber hukum (Al Quran dan Hadits) adalah berbahasa
arab dan bermakna global. Oleh karena dalam menaIsirinya harus di perhatikan berbagai hal
sehingga apa yang terkandung dalam Al Quran maupun Hadits tersebut sesuai dengan makna
yang dimaksudkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Misalnya hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
tentang asbab an-nuzul dari ayat tersebut diturunkan, tentang makna lughot, serta munasabah
dengan ayat-ayat yang turun sebelumnya maupun sesudahnya yang terkait.
Dari sini maka sebagai bagian dari pembelajaran menaIsirkan ayat-ayat Al Quran maka
pemakalah akan melakukan kajian taIsir surat al-Baqarah ayat 172-173. Semoga apa yang
dihasilkan dari kajian taIsir ini menambah kasanah ilmu baru tentang taIsir ayat tersebut.
-. #:2:8an Ma8alah
O Apa ayat tentang makanan?
O Bagaimana taIsir ayat tersebut?
O Apa hukum syar`I yang terkandung dalam ayat tersebut.

.. %::an pe2-aha8an
Dalam kajian tafsir surat AlBaqarah ini di maksudkan untuk mengetahui apaapa yang boleh
dimakan oleh manusia (orang islam) dan makanan apa saja yang tidak diperbolehkan (di
haramkan) dalam islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. %aIsir Surat Al Baqarah Ayat 172-173
Ayat tentang makanan
~ -' - - ' ~' ' - ' ~ ' - = ~ ' ' - ~ - ~ ' ' + - ' - ) 172 ( - ~' - = = ' ~ -
=-' ~ ' - . - ' ~ - - =' = ~' - = - = ' - = ` ' , ~' = ' , _' - = ) 173 (
| -' : 172 |173
Makna HarIiah
'Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah
1

'Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang (ketika disembilih) disebut (nama) selain Allah. %etapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2

Makna Lughot
-= -= = : menjadikan baik, nyaman
3

-= == : meminyaki (harum)
4

-= ~= : baik, bagus
5

=-' ~ : barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
6

Akan tetapi makna yang terkandung dalam ayat tersebut adalah yang baik-baik.
_ ' -=: tidak menghalalkannya (menurut Said Ibnu Jubair), sedang menurut Assadi _ ' -=
bermakna bukan karena memperturutkan selera ingin memakannya.
7

~'= ` : tidak boleh melampaui batas dalam memakannya bila telah menemukan yang halal.

1
Al Quranul Karim, Surat Al Baqarah ayat 172-173. Surabaya:CV.Ramsa Putra. 2004. hal 26-27
2
Quran %erjemahan (Al Quran Digital versi 2.0) 2004/1425
3
Kamus Bahasa Arab Jilid II
4
Ibid
5
Ibid
6
Ibid
7
Ibnu Kasir ad-Dimasy, %aIsir Ibnu Kasir Juz II,--:Sinar Baru Algesindo, 2004 hal 103

Menurut Ibnu Abbas ~'= ` bermakna tidak boleh sekenyangnya, sedangkan Assadi berpendapat
bahwa makna ~'= ` sama dengan al-udwan yang bermakna melampaui batas.
8


B. ASBABUN NUZUL
Penjelasan tentang makanan-makanan yang di haramkan tersebut dikemukakan dalam
konteks mencela masyarakat Jahiliyah, baik di Mekkah maupun di Madinah, yang memakannya.
Mereka misalnya membolehkan memakan binatang yang mati tanpa disembelih dengan alasan
bahwa yang disembelih atau dicabut nyawanya oleh manusia halal, maka mengapa haram yang di
cabut sendiri nyawanya oleh Allah.
Penjelasan tentang keburukan ini di lanjut kan dengan uraian ulang tentang mereka yang
menyembunyikan kebenaran, baik menyangkut kebenaran Nabi Muhammad, urusan kiblat, haji
dan umroh, maupun menyembunyikan atau akan menyembunyikan tuntunan Allah menyangkut
makanan. Orang-orang Yahudi misalnya, menghalalkan hasil suap, orang-orang Nasrani
membenarkan sedikit minuman keras, kendati dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit dari
mereka yang meminumnya dengan banyak.
9


C. MUNASIBAH
Seperti penegasan pada ayat-ayat al quran bahwa Allah adalah %uhan Yang Satu, Dialah
pencipta alam semesta ini; juga telah dijelaskan siapa saja yang mengambil %uhan selain Allah
maka dia akan mendapat balasannya yang setimpal. Dan pada ayat sebelumnya menjelaskan
bahwa Allah adalah pemberi rezeki kepada manusia dan makhluk yang lain, sekaligus Allah
menerangkan mana makanan yang halal dan mana yang haram.
Allah juga membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang telah di berikan Allah
di bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan yang haram, sebab yang haram itu

8
Ibid, hal 103
9
M. Quraish Shihab, %aIsir al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran vol.I, Jakarta:Lentera Hati, 2002, hal
386

sudah jelas. Juga agar manusia tidak mengikuti langkah-langkah setan, dalam hal makanan, sebab
setan itu adalah musuh mereka. Oleh sebab itu, setan tidak pernah menyuruh kepada kebaikan.
Bahkan dia hanya menyuruh kepada kejelekan. Dan setan itu juga menyuruh manusia agar
menghalalkan atau mengharamkan sesuatu sesuai dengan kehendak manusia tanpa perintah dari
Allah. Bahkan menyuruh manusia agar mengatakan bahwa itu adalah syariat Allah, sebagaimana
telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan musyrikin Quraisy.
Dalam al baqarah 168-169 di katakan makanan yang diperbolehkan atau yang halal dari apa-
apa yang terdapat di bumi kecuali yang sedikit yang di larang karena berkaitan dengan hal-hal
yang membahayakan dan telah ditegaskan dalam nash syara` adalah terkait dengan akidah,
sekaligus bersesuaian dengan Iitrah alam dan Iitrah manusia. Allah menciptakan apa-apa yang
ada dibumi bagi manusia. Oleh sebab itu, Allah menghalalkan apa yang ada dibumi, tanpa ada
pembatasan tentang yang halal ini, kecuali masalah khusus yang berbahaya. Dan apabila yang
dibumi ini tidak dihalalkan maka hal ini melampaui daerah keseimbangan dan tujuan di
ciptakannya bumi untuk manusia.
Jadi, umumnya keterangan tentang penghalalan dari Allah ini, yang manusia bisa menikmati
dari apa-apa yang baik dan sesuai dengan Iitrah manusia, tanpa harus menerima kesulitan dan
sesak napas;maka semua itu dengan satu syarat yakni agar manusia menerima apa yang halal dan
menjauhi apa yang haram dari apa-apa yang direzekikan Allah.
Pada ayat ini selanjutnya ditujukan kepada kaum muslimin saja supaya menikmati rezeki
Allah yang bermanIaat dan diarahkannya untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Serta
dijelaskan kepada mereka apa yang diharamkan atas mereka, yaitu apa-apa yang tidak baik dan
tidak dihalalkan bagi mereka. Kemudian diancamnya orang-orang Yahudi yang menyanggah
mereka mengenai makan yang baik-baik dan yang haram ini, yang semuanya sudah termaktub
dalam kitab mereka.
Pelarangan tentang akan sesuatu yang tidak baik ini bukan karena Allah menginginkan
agar mereka mengalami kesulitan dan kesempitan mencari rezeki, sebab Allah sendirilah yang
melimpahkan rezeki kepada mereka. Allah menginginkan mereka agar sebagai hamba bisa
mensyukuri apa-apa yang bersal dari Allah dan agar mereka betul-betul beribadah semata-mata
kepada Allah tanpa ada penyekutuan. Maka Allah mewahyukan kepada mereka bahwa syukur itu

adalah termaniIestasikan dengan ibadah dan taat serta ridha dengan apa-apa yang dari Allah (al-
baqarah 172).
Kemudian Allah melanjutkan penjelasan tentang apa-apa yang diharamkan dari makanan dengan
suatu bentuk nash yang di batasi dengan penggunaan a`atul qashri perangkat pembatasan yakni
'innamaa, yaitu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
suatu (nama) selain Allah.
10


D. MAKNA IJMALI
Inti masalah dari surat al baqarah ayat 172-173 adalah:
1. Menekankan perlunya makan makanan dari rezeki yang baik-baik, karena makan
merupakan kebutuhan manusia bertahan hidup;
11

2. Atas nikmat-nikmat Allah tersebut kita wajib mensyukuri karena syukur adalah mengakui
dengan tulus bahwa anugerah yang diperoleh semata-mata bersumber dari Allah sambil
menggunakannya sesuai tujuan penganugerahannya, atau menempatkannya pada tempat
yang semestinya;
12

3. Segala makanan yang makanan yang baik lezat dan enak rasanya, halal dimakan kecuali
yang melarat kepada kesehatan badan atau merusakkan kesucian rohani, seperti bangkai
(mayat yang mati tanpa disembelih), darah, daging babi, dan hewan yang ketika
disembelih atas nama berhala, bukan atas nama Allah.
13

4. %etapi jika kita terpaksa memakan makanan tersebut itu karena tak ada yang akan
dimakan, maka yang demikian itu tidak mengapa (halal dimakan).
14
Yakni bukan dalam
keadaan maksiat, bukan pula dalam keadaan melampaui batas:tidak ada dosa baginya
makan apa yang telah disebutkan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
15

10
Sayyid Quthb, %aIsir Fil Zhilalil Quran:Dibawah Naungan Al Quran (Surat al Iatihah-al baqarah) Jilid I,
Jakarta:Gema Insani, 2000, hal 184-186
11
M. Quraish Shihab, op.cit, hal 384
12
Ibid,
13
Mahmud Yunus, %aIsir Quran Karim Cet. III, Jakarta:P%.Hidakarya Agung, 2004
14
Ibid,
15
Ibnu Kasir ad-Dimasy, op.cit, hal 102


E. MAKNA %AFSILI
Dalam seruannya secara khusus kepada orang-orang mu'min ini, Allah s.w.t. memerintahkan
mereka supaya suka makan yang baik dan supaya mereka suka menunaikan hak nikmat itu, yaitu
dengan bersyukur kepada Zat yang memberi nikmat. Selanjutnya Allah menjelaskan pula, bahwa
Ia tidak mengharamkan atas mereka kecuali empat macam seperti tersebut di atas. Dan yang
seperti ini disebutkan juga dalam ayat lain yang agaknya lebih tegas lagi dalam membatas yang
diharamkan itu pada empat macam.
Allah menyuruh manusia memakan makanan yang halal lagi baik, bukan halal saja dan baik
saja. Sebab makan yang halal namun tidak memberi kontribusi pada kebutuhan tubuh jasmani
kita hingga tubuh marnpu dan kuat beraktivitas yang shalih-itu tidaklah cukup sekalipun
makanan itu memenuhi hukum syara'. Sebaliknya makanan yang tidak halal sekalipun baik,
seperti barang / makanan curian dan yang didapat secara tidak sah, jelas itu tidak boleh dimakan.
Yang dimaksud halal adalah sesuatu yang dibolehkan oleh syari'at (%aIsir Al Maraghi, Juz 1:
176).
Mengenai yang haram di makan meliputi, Pertama, bangkai adalah binatang yang berhembus
nyawanya tidak melalui cara yang sah, seperti mati tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk dan
diterkam binatang buas, namun tidak sempat disembelih dan (yang disembelih untuk berhala).
Dikecualikan dari pengertian bangkai binatang air (ikan dan sebagainya) dan belalang. Khusus
untuk bangkai, dari hewan laut/air dan sebangsa serangga diperbolehkan (halal) memakannya.
Hal itu berdasarkan sabda Nabi saw.: "Laut itu airnya suci dan bangkainya halal" (H.R. Ahmad
dan Ash Habussunan). Juga Ibnu Abi AuIa mengatakan: "Kami pernah berperang bersama Nabi
tujuh kali peperangan, kami makan belalang bersama beliau (H.R. Jama'ah kecuali Ibnu Majah).
Meskipun seperti ikan (dan sebangsanya) serta belalang (dan seordonya) itu halal, akan tetapi
tetap memperhatikan tiga hal di atas, yaitu makanan itu tidak merusak diri, kotor lagi menjijikan
dan secara berlebihan memakannya.
Binatang yang mati karena Iaktor ketuaan atau mati karena terjangkit penyakit pada dasarnya
mati karena zat beracun, sehingga bila dikonsumsi manusia, sangat mungkin mengakibatkan

keracunan. Demikian juga binatang karena tercekik dan dipukul, darahnya mengendap didalam
tubuhnya. Ini mengidap zat beracun yang membahayakan manusia.
16

Kedua, darah yakni darah yang mengalir bukan yang substansi asalnya membeku seperti
limpa dan hati, karena darah mengandung kuman dan zat-zat kotor dari tubuh dan sukar
dicernakan
17

Ketiga, daging babi yakni seluruh tubuh babi, termasuk tulang, lemak dan kulitnya.
18
karena
mengandung baksil-baksil (kuman) yang sangat berbahaya disebabkan babi itu suka memakan
bangkai-bangkai tikus dan zat-zat kotor dan juga sukar dicerna.
19
Akan tetapi belakangan ini ada
orang yang memperdebatkan keharamannya. Dan babi itu sendiri menjadikan jijik orang yang
berjiwa bersih dan lurus. Disamping keadaannya yang menjijikkan itu, Allah telah
mengharamkannya sejak masa yang panjang. Mereka berpendapat bahwa cacing pita yang amat
berbahaya, yang menurut penelitian memang terdapat dalam daging babi, kini oleh kemajuan
ilmiah telah dapat dihilangkan. Oleh sebab itu babi tidak lagi haram. Demikianlah pendapat
mereka. %api satu hal yang mereka lupakan, bukankah keharaman babi itu sudah berlangsung
selama 13 abad. Dan, bukankah baru saja ditemukan oleh penyelidikan ilmu pengetahuan modern
kuman-kuman berbahaya yang terkandung didalamnya.
Bukan merupakan suatu hal yang mustahil kalau masih terkandung bahaya-bahaya lain yang
belum ditemukan dalam daging babi. Apakah tidak lebih aman dan sepatutnya kita berpegang
pada hukum syariat yang telah memelihara manusia selama lebih dari 13 abad dari bahaya babi
itu? Maka, sudah sepatutnya kita memisahkan diri dari pendapat yang sesat dan kita beralih
menuju pendapat yang benar. Serta menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Yang Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui.
20

Keempat, binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah, artinya bahwa binatang
semacam itu baru haram dimakan bila disembelih dalam keadaan menyebut selain nama Allah.
Adapun bila tidak disebut nama-Nya, maka binatang halal yang disembelih demikian, masih
dapat ditoleransi untuk dimakan.

16
M. Quraish shihab, op.cit, hal 384
17
ibid,
18
ibid,
19
http://www.strategikita.com/kultum-makanan-halal.htm
20
Sayyid Quthb, Op.Cit, Hal 186

Kasih sayang Allah sangat melimpah kepada makhluk, karena itu Dia selalu menghendaki
kemudahan buat manusia. Dia tidak menetapkan sesuatu yang menyulitkan mereka, dan karena
itu pula larangan diatas dikecualikan oleh bunyi kelanjutan ayat: tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas
maka tidak ada dosa baginya.
Keadaan terpaksa adalah keadaan yang di duga dapat mengakibatkan kematian; sedang tidak
menginginkannya adalah tidak memakannya padahal ada makanan yang halal yang dapat
dimakan, maka tidak pula memakannya memenuhi keinginan seleranya. Sedang yang di maksud
dengan tidak melampaui batas adalah tidak memakannya dalam kadar yang melebihi kebutuhan
menutup rasa lapar dan memelihara jiwanya. Keadaan terpaksa dengan ketentuan demikian di
tetapkan Allah, karena Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
21

Ibnu Kasir mengatakan yakni jika dipaksa untuk memakannya tanpa ada kemauan dari
dirinya sendiri dan apabila orang dalam keadaan terpaksa (darurat) menemukan suatu bangkai
dan makanan milik orang lain, sekiranya tidak ada hukum potong tangan dalam mengambilnya
dan tidak pula hukuman lainnya (ta`zir) maka tidak dihalalkan memakan bangkai melainkan ia
boleh memakan makanan milik orang lain itu.

F. AHKAMU SYAR`IYAH
Hukum kyang tercipta dengan diturunkannya surat al baqarah ayat 172-173 tersebut adalah:
1. Kewajiban mensyukuri rezeki yang baik yang datangnya dari Allah SW%;
2. Kewajiban memakan makanan yang baik lagi halal;
3. Keharaman (larangan) memakan bangkai, darah, daging babi dan hewan yang disembelih
dengan menyebut nama selain nama Allah.
4. %erdapat rukhsoh bagi orang yang dalam kesulitan (darurat) dan terpaksa untuk memakan
hal yang diharamkan tersebut untuk mempertahankan hidup dengan ketentuan tidak
dalam keadaan dan tujuan maksiat, tidak menginginkannya, dan tidak berlebihan
memakannya.

21
M. Quraish Shihab, Op.Cit, Hal 385-386


G. HIKMAH YANG %ERKANDUNG
1. Diharamkan Bangkai dan Hikmahnya
Pertama kali haramnya makanan yang disebut oleh ayat al-Quran ialah bangkai, yaitu
binatang yang mati dengan sendirinya tanpa ada suatu usaha manusia yang memang sengaja
disembelih atau dengan berburu.
Hati orang-orang sekarang ini kadang-kadang bertanya-tanya tentang hikmah diharamkannya
bangkai itu kepada manusia, dan dibuang begitu saja tidak boleh dimakan. Untuk persoalan ini
kami menjawab, bahwa diharamkannya bangkai itu mengandung hikmah yang sangat besar
sekali:
1. Naluri manusia yang sehat pasti tidak akan makan bangkai dan dia pun akan
menganggapnya kotor. Para cerdik pandai di kalangan mereka pasti akan beranggapan,
bahwa makan bangkai itu adalah suatu perbuatan yang rendah yang dapat menurunkan
harga diri manusia. Oleh karena itu seluruh agama Samawi memandangnya bangkai itu
suatu makanan yang haram. Mereka tidak boleh makan kecuali yang disembelih,
sekalipun berbeda cara menyembelihnya.
2. Supaya setiap muslim suka membiasakan bertujuan dan berkehendak dalam seluruh hal,
sehingga tidak ada seorang muslim pun yang memperoleh sesuatu atau memetik buah
melainkan setelah dia mengkonkritkan niat, tujuan dan usaha untuk mencapai apa yang
dimaksud. Begitulah, maka arti menyembelih --yang dapat mengeluarkan binatang dari
kedudukannya sebagai bangkai-- tidak lain adalah bertujuan untuk merenggut jiwa
binatang karena hendak memakannya. Jadi seolah-olah Allah tidak rela kepada seseorang
untuk makan sesuatu yang dicapai tanpa tujuan dan berIikir sebelumnya, sebagaimana
halnya makan bangkai ini. Berbeda dengan binatang yang disembelih dan yang diburu,
bahwa keduanya itu tidak akan dapat dicapai melainkan dengan tujuan, usaha dan
perbuatan.
3. Binatang yang mati dengan sendirinya, pada umumnya mati karena sesuatu sebab;
mungkin karena penyakit yang mengancam, atau karena sesuatu sebab mendatang, atau
karena makan tumbuh-tumbuhan yang beracun dan sebagainya. Kesemuanya ini tidak

dapat dijamin untuk tidak membahayakan, Contohnya seperti binatang yang mati karena
sangat lemah dan kerena keadaannya yang tidak normal.
4. Allah mengharamkan bangkai kepada kita umat manusia, berarti dengan begitu Ia telah
memberi kesempatan kepada hewan atau burung untuk memakannya sebagai tanda kasih-
sayang Allah kepada binatang atau burungburung tersebut. Karena binatang-binatang itu
adalah makhluk seperti kita juga, sebagaimana ditegaskan oleh al-Quran.
5. Supaya manusia selalu memperhatikan binatang-binatang yang dimilikinya, tidak
membiarkan begitu saja binatangnya itu diserang oleh sakit dan kelemahan sehingga mati
dan hancur. %etapi dia harus segera memberikan pengobatan atau mengistirahatkan.
2. Hikmah Diharamkannya Darah
Makanan kedua yang diharamkan ialah darah yang mengalir. Ibnu Abbas pernah ditanya
tentang limpa (thihal), maka jawab beliau: Makanlah! Orang-orang kemudian berkata: Itu kan
darah. Maka jawab Ibnu Abbas: Darah yang diharamkan atas kamu hanyalah darah yang
mengalir.
Rahasia diharamkannya darah yang mengalir di sini adalah justru karena kotor, yang tidak
mungkin jiwa manusia yang bersih suka kepadanya. Dan inipun dapat diduga akan berbahaya,
sebagaimana halnya bangkai.
Orang-orang jahiliah dahulu kalau lapar, diambilnya sesuatu yang tajam dari tulang ataupun
lainnya, lantas ditusukkannya kepada unta atau binatang dan darahnya yang mengalir itu
dikumpulkan kemudian diminum. Begitulah seperti yang dikatakan oleh al-A'syaa dalam
syairnya:
Janganlah kamu mendekati bangkai Jangan pula kamu mengambil tulang yang tajam
Kemudian kamu tusukkan dia untuk mengeluarkan darah. Oleh karena mengeluarkan darah
dengan cara seperti itu termasuk menyakiti dan melemahkan binatang, maka akhirnya
diharamkanlah darah tersebut oleh Allah s.w.t.
Hikmah Diharamkannya Daging Babi hikmah` dari pengharaman memakan daging babi ini.
Kita tinjau beberapa Mudharat (kerugian) mengkonsumsi daging babi dari berbagai sudut
pandang kajian ilmiah, beberapa diantaranya :

1. Babi adalah hewan yang sangat Rakus dan kotor


Seperti yang diketahui babi adalah binatang yang tidak memiliki kelenjar keringat. Dengan
demikian, segala jenis ekskresi diproses secara internal Iisiologis. Proses ekskresi kulit pada babi
terjadi dibawah lapisan kulit. Proses ini akan menyebabkan babi selalu kepanasan. Oleh karena
itu ia membutuhkan pendingin dari luar. Air contohnya. %api ditempat-tempat tertentu air adalah
sesuaru yang sulit ditemukan. Jadi bagaimana solusinya bagi babi? Jangan khawatir, karena babi
ini ternyata punya tehnik tersendiri untuk mendinginkan tubuhnya. %ehnik ini disebut
berkubang. Dan hebatnya, kubangan yang paling disukainya babi adalah kotorannya
sendiri.Babi juga adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain.
Kita mungkin pernah mendengar pameo rakus seperti babi.. Pameo ini sepenuhnya tepat.
Karena babi memang memiliki kecenderungan untuk memakan apa saja yang di depannya. Jika
perlu juga memakan makanan yang tak layak dimakan sekalipun seperti sampah atau busuk-
busukan bahkan jika dibiarkan ia akan memakan kotoran hewan maupun kotorannya sendiri.
Babi akan terus makan hingga tidak ada lagi yang bisa dimakan di hadapannya.
2. Daging Babi mengandung Urid Acid (Asam Urat) dengan kadar yang tinggi (98)
3. Dalam daging babi terdapat cacing pita yangapa bila di konsumsi manusia akan
membahayakan karena banyak menimbulkan penyakit.

3. Hikmah diharamkannya memakan binatang yang disembelih dengan menyebut nama
selain Allah.
Adapun keharaman suatu yang disembelih sambil menyebutkan nama selain Allah, tidaklah
ini diharamkan karena zatnya. %api, disebabkan oleh ketidaktulusan jiwa dan tidak adanya
bulatan tujuan, maka zat tersebut tergolong yang najis. Karena adanya kaitan akidah dengan
segala yang diharamkan. Sungguh Allah telah mendorong kepada manusia agar hanya ber-
tawajjuh kepada Allah semata-mata tanpa ada persekutuan.
Dari sini jelas sekali hubungan antara pengharaman dan penghalalan dengan penegasan
Allah. Maka, disini ada hubungan yang kuat antara akidah pengesaan Allah dengan masalah halal
dan haram bahkan dari segi segala hukum syara` yang lain.

BAB III
PENU%UP

Ke82p:lan
1. Islam memanggil manusia supaya suka makan hidangan besar yang baik, yang telah disediakan
oleh Allah kepada mereka, yaitu bumi lengkap dengan isinya, dan kiranya manusia tidak
mengikuti kerajaan dan jejak syaitan yang selalu menggoda manusia supaya mau mengharamkan
sesuatu yang telah dihalalkan Allah, dan mengharamkan kebaikan-kebaikan yang dihalalkan
Allah; dan syaitan juga menghendaki manusia supaya terjerumus dalam lembah kesesatan.
2. Allah s.w.t. memerintahkan mereka supaya suka makan yang baik dan supaya mereka suka
menunaikan hak nikmat itu, yaitu dengan bersyukur kepada Zat yang memberi nikmat.
3. Diharamkan memakan Bangkai (kecuali hewan air/laut dan belalang), darah, daging babi dan
hewan yang disembilih dengan menyebut nama selain Allah swt.
4. apabila dalam keadaan terpaksa diperbolehkan memakannya dengan ketentuan tidak dalam
keadaan dan tujuan maksiat, tidak berlebihan dan mereka tidak menginginkannya, karena
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
AF%A# PUS%AKA
Ali As Shobuny Muhamaad.2001. Tafsir Ayat Al Ahkam. Jakarta:Darul Kutub.
Abu abdilla muhammad ahmad al- ansori al-qurtuby, al-jami` li ahkami al-qur`an, Beirut,
libanon dar al-kotob al-alamiyah, 2006
Nashiruddin abi sa`id abdillah ibn umar Muhammad al-syairoszi al-dhowi ,Beirut libanon : dar
al-kotob al-alamiyah,2006
Al-imam abi al-hasan ali bin ahmad al-hidi , azbabul nuzul al-qur`an Beirut, libanon : dar al-
kotob al-alamiayah 2006

Departemen agama RI, AL-qur`an dan terjemahan al-jumanatul ali, bandung: cv penerbit art,
2005

departemen agama RI, al-qur`an dan taIsirnya, Jakarta, 2000
Anwar Rosihan, Ilmu %aIsir, Bandung, CV Pustaka Setia, 2000

Anda mungkin juga menyukai