GIF
Kingdom: Fungi
Phylum: Zygomycota
Class: Zygomycetes
Subclass: Incertae sedis
Order: Mucorales
Family: Mucoraceae
Genus: Rhizopus
Species: R. oryzae
Anonim a 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oryzae
Jamur tiram
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Jamur tiram
Jamur tiram
Status konservasi
Status konservasi: Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Fungi
Filum:
Basidiomycota
Kelas:
Homobasidiomycetes
Ordo:
Agaricales
Famili:
Tricholomataceae
Genus:
Pleurotus
Spesies: P. ostreatus
Nama binomial
Pleurotus ostreatus
Champ. Jura. Vosg. 1: 112, 1872
dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir
licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.[1] Selain itu, jamur tiram juga memiliki
spora berbentuk batang berukuran 8-113-4m serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan
cepat.[1]
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas
Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi,
kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.[3]
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[4]
Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang
pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[4] Untuk itu, saat ingin
membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[5] Media yang
umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari
penggergajian kayu.[5]
Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai
antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi.[6] Selain itu,
jamur tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda[4]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Siklus Hidup
2 Syarat Pertumbuhan
3 Kandungan Gizi Jamur Tiram
4 Manfaat Jamur Tiram
5 Budidaya Jamur Tiram
o 5.1 Media Tanam dan Komposisi
o 5.2 Media Lain
o 5.3 Metode Budidaya Jamur Tiram
6 Referensi
7 Pranala luar
memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi
oleh septum (satu septum satu nukleus).[8] Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk
jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi
miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion).[8] Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan
plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur.[8] Nantinya, jamur dewasa ini dapat
langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.[8]
Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.[1] Kemungkinan
budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan
disesuaikan dengan keperluan jamur.[5]
lignoselulosa baik untuk pencernaan.[10] USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan
penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan
menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan
yang mengandung jamur tiram.[14] Sehingga mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan
kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol.[14][15] Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram
sebagai bahan makanan yang dapat mencegah timbulnya tumor.[10]
diberi lubang dan ditancapkan tips.[7] Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat dilapisi dengan
kertas dan diikat dengan karet.[7]
Media tersebut disterilisasi pada 121C selama 20 menit di dalam auoklaf untuk memastikan bahwa tidak
ada kontaminan yang tumbuh yang mungkin akan mengganggu pertumbuhan jamur.[7] Setelah steril, media
substrat dibuka secara aseptis, lalu tips di tengah-tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril.[7]
Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan pada biji sorgum pada botol
(aseptis).[7] Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas.[7] Media substrat diinkubasi pada
suhu ruang selama beberapa minggu hingga tumbuh miselium.[7] Setelah tumbuh miselium, kapas pada
media dibuang dan media dibiarkan terbuka.[7] Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur
agar kondisi sekitar lembab dan mendukung pertumbuhannya.[7] Tubuh buah jamur akan tumbuh secara
perlahan-lahan ketika media lembab dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.[7] Tubuh buah yang sudah cukup
besar diambil dan ditimbang untuk diamati pertumbuhannya setiap minggu.[7]
Anonim b 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram
Jamur kuping
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Jamur kuping
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Fungi
Divisi:
Basidiomycota
Kelas:
Agaricomycetes
Ordo:
Auriculariales
Famili:
Auriculariaceae
Genus:
Auricularia
Spesies: A. auricula-judae
Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam
kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik.[1] Fungi yang masuk ke dalam kelas ini
umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang.[2] Miseliumnya bersekat dan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya
berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti
dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora).[2] Cara
reproduksi : vegetatif (dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium) dan secara
generatif (dengan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp,
yang menghasilkan spora yang disebut basidiospora).[3]
Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping.[4] Jamur ini disebut jamur kuping karena
bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping).[4]
Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki
warna coklat tua.[2] Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki
warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran
tubuh buah kecil.[5] Jamur kuping merupakan salah satu konsumsi jamur yang karakteristik dikeringkan
terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali
seperti bentuk dan ukuran segarnya.[5] Jamur kuping juga telah dijadikan sebagai bahan berbagai masakan
seperti sayur kimlo, nasi goreng jamur, tauco jamur, sukiyaki, dan bakmi jamur dengan rasa yang lezat dan
tekstur lunak yang terasa segar dan kering.[4]
Jamur kuping sering digunakan sebagai campuran sup ini memiliki rasa yang cukup lezat.[6] Tak heran
menjadi jenis makanan yang digemari semua usia. Terlepas dari itu, jamur kuping sudah dikenal secara luas
sebagai bahan makanan yang memiliki khasiat sebagai obat dan penawar racun.[6] Manfaat jamur kuping ini
telah diketahui sejak ratusan tahun lalu oleh bangsa Tionghoa.[6] Lendir yang dihasilkan jamur kuping
selama dimasak dapat menjadi pengental.[6] Lendir jamur kuping dapat menonaktifkan atau menetralkan
kolesterol.[6]
Jamur kuping dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ketebalan, dan warnanya.[7] Jamur kuping ang
mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh konsumen karena
waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera.[8] Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur
kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila
akan dimasak.[8] Jamur kuping selain untuk ramuan makanan juga unuk pengobatan yaitu untuk mengurangi
panas dalam, dan juga mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar.[8][7]
Kandungan nutrisi jamur kuping sendiri terdiri kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai
energi sebesar 351 kal.[9] Kandungan lemak di dalam jamur, lebih dari 72% lemak dalam jamur ini termasuk
unsaturated sehingga aman dan sehat jika dimakan. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas thiamine
(vit. B-1), riboflavin (vit. B-2), niasin, biotin, vitamin C, dan sebagainya.[9] Sedangkan, kandungan mineral
jamur ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro lainnya. Kandungan serat di
dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%.[9] Jika jamur kuping dipanaskan, maka lendir yang dihasilkan
memiliki khasiat antara lain[9] :
Penangkal / penonaktif racun baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, bakhan sampai
ke racun berbentuk logam berat. Hampir semua ramuan masakan Cina, jamur kuping selalu
ditambahkan untuk tujuan menonaktifkan racun yang terbawa dalam makanan.
Kandungan senyawa dalam lendir jamur kuping, efektif untuk menghambat pertumbuhan carcinoma
dan sarcoma (kanker) sampai 80 90%. Berfungsi juga untuk antikoagulan.
Lendir jamur kuping dapat meghambat dan mencegah penggumpalan darah.
Dapat menormalkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, meningkatkan kekebalan tubuh,
menguatkan syaraf, dapat mengurangi stress, berfungsi sebagai antioksidan, dan juga antitumor.
Anonim c 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_kuping
Jamur kayu
Fomes is a genus of perennial woody fungi in the family Polyporaceae. Species are typically hoof-shaped (ungulate).
New growth each season is added to the margin, resulting in a downward extension of the hymenium.[1] This often
results in a zonate appearance of the upper surface, that is, marked by concentric bands of color.
Kingdom: Fungi
Phylum: Basidiomycota
Class: Agaricomycetes
Order: Polyporales
Family: Polyporaceae
Genus: Fomes
Aspergillus
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to:navigation, search
Aspergillus
Scientific classification
Domain:
Eukarya
Kingdom:
Fungi
Phylum:
Ascomycota
Class:
Eurotiomycetes
Order:
Eurotiales
Family:
Trichocomaceae
Genus:
Aspergillus
Species
Several hundred,[1] including:
Aspergillus caesiellus
Aspergillus candidus
Aspergillus carneus
Aspergillus clavatus
Aspergillus deflectus
Aspergillus flavus
Aspergillus fumigatus
Aspergillus glaucus
Aspergillus nidulans
Aspergillus niger
Aspergillus ochraceus
Aspergillus oryzae
Aspergillus parasiticus
Aspergillus penicilloides
Aspergillus restrictus
Aspergillus sojae
Aspergillus sydowi
Aspergillus tamari
Aspergillus terreus
Aspergillus ustus
Aspergillus versicolor
Aspergillus is a genus consisting of several hundred mold species found in various climates worldwide.
Aspergillus was first catalogued in 1729 by the Italian priest and biologist Pier Antonio Micheli. Viewing
the fungi under a microscope, Micheli was reminded of the shape of an aspergillum (holy water sprinkler),
and named the genus accordingly.[2] Today "aspergillum" is also the name of an asexual spore-forming
structure common to all Aspergilli; around one-third of species are also known to have a sexual stage.[1]
Various Penicillium, Aspergillus spp. (and some other fungi) growing in axenic culture.
Species of Aspergillus are important medically and commercially. Some species can cause infection in
humans and other animals. Some infections found in animals have been studied for years. Some species
found in animals have been described as new and specific to the investigated disease and others have been
known as names already in use for organisms such as saprophytes. More than 60 Aspergillus species are
medically relevant pathogens.[3] For humans there is a range of diseases such as infection to the external ear,
skin lesions, and ulcers classed as mycetomas.
Other species are important in commercial microbial fermentations. For example, alcoholic beverages such
as Japanese sake are often made from rice or other starchy ingredients (like manioc), rather than from grapes
or malted barley. Typical microorganisms used to make alcohol, such as yeasts of the genus Saccharomyces,
cannot ferment these starches, and so koji mold such as Aspergillus oryzae is used to break down the
starches into simpler sugars.
Members of the genus are also sources of natural products that can be used in the development of
medications to treat human disease.[4]
Perhaps the largest application of A. niger is as the major source of citric acid; this organism accounts for
over 99% of global citric acid production, or more than 1.4 million tonnes per annum[citation needed]. A. niger is
also commonly used for the production of native and foreign enzymes, including glucose oxidase and hen
egg white lysozyme. In these instances, the culture is rarely grown on a solid substrate, although this is still
common practice in Japan, but is more often grown as a submerged culture in a bioreactor. In this way, the
most important parameters can be strictly controlled, and maximal productivity can be achieved. It also
makes it far easier to separate the chemical or enzyme of importance from the medium, and is therefore far
more cost-effective.
[edit] Research
Four 3-day old Aspergillus colonies. Clockwise from top-left: an A. nidulans laboratory strain; a similar
strain with a mutation in the yA marker gene involved in green pigmentation; an A. oryzae strain used in soy
fermentation; A. oryzae RIB40.
[edit] Genomics
The simultaneous publication of three Aspergillus genome manuscripts in Nature in December 2005
established Aspergillus as the leading filamentous fungal genus for comparative genomic studies. Like most
major genome projects, these Aspergillus efforts were collaborations between a large sequencing centre and
the respective community of scientists. For example, the Institute for Genome Research (TIGR) worked with
the Aspergillus fumigatus community. A. nidulans was sequenced at the Broad Institute. A. oryzae was
sequenced in Japan at the National Institute of Advanced Industrial Science and Technology. The Joint
Genome Institute ( JGI) of the Department of Energy has released sequence date for a citric acid-producing
strain of A. niger. TIGR, now re-named the Venter Institute is currently spear-heading a project on the A.
flavus genome.[7]
Genome sizes for sequenced species of Aspergillus range from approximately 29.3 Mb for A. fumigatus to
37.1 Mb for A. oryzae while the numbers of predicted genes vary from approximately 9926 for A. fumigatus
to approximately 12,071 for A. oryzae. The genome size of an enzyme producing strain of A. niger is of
intermediate size at 33.9 Mb.[2]
[edit] Pathogens
Some Aspergillus species cause serious disease in humans and animals. The most common causing
pathogenic species are Aspergillus fumigatus and Aspergillus flavus. Aspergillus flavus produces aflatoxin
which is both a toxin and a carcinogen, and which can potentially contaminate foods such as nuts. The most
common causing allergic disease are Aspergillus fumigatus and Aspergillus clavatus. Other species are
important as agricultural pathogens. Aspergillus spp. cause disease on many grain crops, especially maize,
and synthesize mycotoxins including aflatoxin.
[edit] Aspergillosis
For more details on this topic, see Aspergillosis.
Pulmonary aspergillosis.
Aspergillosis is the group of diseases caused by Aspergillus. The most common subtype among paranasal
sinus infections associated with aspergillosis is Aspergillus fumigatus.[8] The symptoms include fever,
cough, chest pain or breathlessness, which also occur in many other illnesses so diagnosis can be difficult.
Usually, only patients with already weakened immune systems or who suffer other lung conditions are
susceptible.
In humans, the major forms of disease are:
Allergic bronchopulmonary aspergillosis or ABPA, which affects patients with respiratory diseases
like asthma, cystic fibrosis, and sinusitis).
Acute invasive aspergillosis, a form that grows into surrounding tissue, more common in those with
weakened immune systems such as AIDS or chemotherapy patients.
Disseminated invasive aspergillosis, an infection spread widely through the body.
Aspergilloma, a "fungus ball" that can form within cavities such as the lung
Aspergillosis of the air passages is also frequently reported in birds, and certain species of Aspergillus have
been known to infect insects.[3]
Khamir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel:
sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang
disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi
jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif.
JAMUR DIBAGI MENJADI 6 DIVISI :
1 MYXOMYCOTINA (Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.
Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti
amuba, disebut plasmodium
- fase tubuh buah
Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora
kembara yang disebut myxoflagelata.
Contoh spesies : Physarum polycephalum
2 OOMYCOTINA
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung
banyak inti.
Reproduksi:
- Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di
darat dengan sporangium dan konidia.
- Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk
oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies:
a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga
darat maupun serangga air.
b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.
3 ZYGOMYCOTINA
Tubuh multiseluler.
Habitat umumnya di darat sebagai saprofit.
Hifa tidak bersekat.
Reproduksi:
- Vegetatif: dengan spora.
- Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan
menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi
individu baru.
Contoh spesies:
a. Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti.
b. Rhizopus oligosporus : jamur tempe.
4 ASCOMYCOTINA
Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi se lul er.
Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.
Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis
dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
Reproduksi:
- Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas,
pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
- Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
Contoh spesies:
1. Sacharomyces cerevisae:
sehari-hari dikenal sebagai ragi.
- berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol.
- mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan
proses fermentasi.
2. Neurospora sitophila:
jamur oncom.
3. Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum
5 BASIDIOMYCOTINA
Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai
badan penghasil spora.
Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik.
Contoh spesies:
1. Volvariella volvacea :
jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan
2. Auricularia polytricha :
jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan
3. Exobasidium vexans :
parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh atau
blister blight.
4. Amanita muscaria dan Amanita phalloides:
jamur beracun, habitat di daerah subtropis
5. Ustilago maydis :
jamur api, parasit pada jagung.
6. Puccinia graminis :
jamur karat, parasit pada gandum
6. DEUTEROMYCOTIN
Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian karena pada
jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif.
Contoh : Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya dinamakan Monilia
sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya diganti
menjadi Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina.
Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan oleh jamur dari golongan ini,
misalnya :Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp.,
Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap.
MIKORHIZA
Mikorhiza adalah simbiosis antara jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi, jamur yang dari
Divisio Zygomycotina, Ascomycotina dan Basidiomycotina.
LICHENES / LIKENES
Likenes adalah simbiosis antara ganggang dengan jamur, ganggangnya berasal dari ganggang
hijau atau ganggang biru, jamurnya berasal dari Ascomycotina atau Basidiomycotina. Likenes
tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup di tempat-tempat yang
ekstrim.
Contoh :
Usnea dasypoga
Parmelia acetabularis
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal
itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang
mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di
kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim
kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu
membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur
kuping.
CIRI-CIRI UMUM JAMUR
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi.
Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya
dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
1. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah
besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh
jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu
menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini
menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup
untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi,
adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang
merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
2. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak
memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik
dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh
karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan
karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.
Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Lihat
Gambar 5.3.
a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang
sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang
cocok.
c. Saprofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
Fungi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Istilah "Fungi" tidak sama dengan "jamur". Silakan lihat artikel tentang jamur untuk informasi lebih lanjut
?Fungi
Rentang fosil: Devonian Awal Sekarang
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Eukarya
Fungi
(L., 1753) R.T. Moore, 1980
Subkingdoms/Phyla/Subphyla[2]
Blastocladiomycota
Chytridiomycota
Glomeromycota
Microsporidia
Neocallimastigomycota
[1]
Ascomycota
Pezizomycotina
Saccharomycotina
Taphrinomycotina
Basidiomycota
Agaricomycotina
Pucciniomycotina
Ustilaginomycotina
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna
makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacammacam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi,
meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki
penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak
diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu
membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara
membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di
dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur
yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh
menjadi tubuh buah. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani , "lendir",
dan , "pengetahuan", "lambang").
Daftar isi
[sembunyikan]
[sunting] Habitat
Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di tempat yang lembab.
Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang
hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di
lingkungan yang asam.
[sunting] Reproduksi
Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan
pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium)
dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual
dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu
tahap plasmogami dan tahap kariogami.
[sunting] Klasifikasi
Fungi diklasifikasikan menjadi 6 klasifilasi:
Zygomycota
Acsomycota
Basidiomycota
Deuteromycota
Mikoriza
Lumut Kerak
Anonim e 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Fungi
Ascomycota
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Ascomycota
Sarcoscypha coccinea
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Fungi
Upakerajaan: Dikarya
Filum:
Ascomycota
(Berk 1857) Caval.Sm. 1998[1]
Subphyla/Classes
Pezizomycotina [1][4]
Arthoniomycetes
Dothideomycetes
Eurotiomycetes
Laboulbeniomycetes
Lecanoromycetes
Leotiomycetes
Lichinomycetes
Orbiliomycetes
Pezizomycetes
Sordariomycetes
"Unplaced orders"
Lahmiales
Medeolariales
Triblidiales
"Unplaced family"
Geoglossaceae
Saccharomycotina
Saccharomycetes
Taphrinomycotina
Neolectomycetes
Pneumocystidomycetes
Schizosaccharomycetes
Taphrinomycetes
Ascomycota adalah filum/divisi dari fungi. Anggota filum ini tersebar di seluruh dunia. Ascomycota dapat
bereproduksi secara seksual maupun aseksual.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Reproduksi Aseksual
2 Reproduksi Seksual
3 Beberapa Ascomycota penting
4 Rujukan
Basidiomycota
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Basidiomycota
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Fungi
Upakerajaan: Dikarya
Filum:
Basidiomycota
R.T. Moore, 1980
Divisi Basidiomycotina adalah takson dengan Kingdom Fungi yang termasuk spesies yang memproduksi
spora dalam bentuk kubus yang disebut basidium. Secara esensial grup Ascomycota, mempunya 22,300
spesies. Basidiomycotina dibagi menjadi Homobasidimycotina (jamur yang sebenarnya); dan
Heterobasidiomycetes. Basidimycotina dapat dibagi lagi menjadi 3 kelas, Hymenomycotina
(Hymenomycetes), Ustilaginomycotina (Ustilaginomycetes), dan Teliomycotina (Urediniomycetes).
Basidimycotina mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler dan dapat bereproduksi secara generatif dan
vegetatif. Habitat mereka ada di terrestrial dan akuatik dan bisa dikarakteristikan dengan melihat basidia,
mempunyai dikaryon.
sebagai spora, dan Armillaria, patogen hutan biasa, mempunyai miselium yang diploid, dimana karyogami
mengikuti plasmogami.
Spora vegetatif (konidia) juga ditemukan di basidiomycetes.
Anonim g 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Basidiomycota
Deuteromycota
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Jamur tak sempurna
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Fungi
Species
See below.
Deuteromycota atau Jamur tak sempurna adalah jamur yang belum di ketahui cara reproduksi seksulanya.
Deuteromycota bereproduksi aseksual dengan spora vegetatif.
[sunting] Anggota
Berikut anggota Deuteromycota:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Chladosporium
Curvularia
Trichophyton
Aspergillus oryzae
A. wentii
A. flavus
A. fumigatus
Fusarium
Jamur lendir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Plasmodium
2 Struktur Penghasil Miksospora
3 Referensi
4 Pranala Luar
[sunting] Plasmodium
Terdapat tiga macam struktur plasmodium yaitu[1]:
Protoplasmodium, berbentuk renik, tanpa urat, berubah menjadi satu sporangium, contohnya pada:
Echinostelium
Aphanoplasmodium, awalnya berupa protoplasmodium, kemudian tumbuh memanjang dan
bercabang membentuk jaring-jaring seperti benang yang transparan, contohnya pada: Stemonitis
Phaneroplasmodium, awalnya serupa protoplasmodium, kemudian bercabang dengan protoplasma
yang lebih kental dan granular, contohnya pada: Physarum[1].
Ada yang bertangkai dan ada yang tidak bertangkai. Sporangium memiliki struktur miksospora, peridium,
kapilitium, kolumela, sporangiofor, dan hipotalus. Contoh cendawan yang memiliki struktur ini adalah
Stemonitis dan Physarum[2]
Aetalium.
Sporangiofor berbentuk bantalan, agak besar, berasal dari seluruh plasmodium yang tak berdiferensiasi
sempurna. Contohnya pada Fuligo.[2]
Pseudoaetalium.
Gabungan dari beberapa sporofor seperti sporofor tunggal[2]. Contohnya pada Dictydiathaelium.[2]
Plamodiokarp.
Morfologinya mirip plasmodium, protoplasma berkumpul di beberapa urat utama plasmodium dan
berkembang menjadi sporofor. Sprorofor ini tetap mempertahankan bentuk plasmodium pada waktu
pembentukkan sporofor[2]. Contohnya pada Hemitrichia[2].
Anonim i 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_lendir
Zygomycota
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Zygomycota
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Fungi
Divisi:
Zygomycota
Moreau 1954
(technically
invalid)
Kelas:
mold
Orders
Mucoromycotina:
Endogonales
Mucorales
Mortierellales
Kickxellomycotina:
Asellariales
Kickxellales
Dimargaritales
Harpellales
Entomophthoromycotina:
Entomophthorales
Zoopagomycotina:
Zoopagales
Zygomycota, adalah tumbuhan jamur yang terdiri dari benang-benang hifa yang bersekat, tetapi ada pula
yang tidak bersekat. Jamur ini bersifat senositik dan dapat membentuk struktur dorman bersfat sementara
yang disebut zigospora.Jamur dalam subdivisi ini dahulunya dimasukkan bersama-sama Mastigomycota ke
dalam kelas Phycomicetes, berdasarkan cirri khas berupa hifa yang tak bersekat-sekat (aseptat), tetapi
ternyata kedua subdivisi ini menunjukkan banyak ciri yang berlainan, seperti tempat hidup dan jumlah flagel
pada zoospore sehingga perlu ditempatkan secara terpisah.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Ciri-ciri
2 Anggota
3 Pranala luar
4 Referensi
[sunting] Ciri-ciri
Jamur-jamur dalam kelas ini sebagian besar hidup di darat dan di dalam tanah atau pada bagian tumbuhan
dan hewan yang membusuk. [2]Perkembangbiakan jamur dalam kelas ini adalah perkembangbiakan seksual
dengan gametangiogami dari dua hifa yang saling sesuai dengan menghasilkan zigospora, sedangkan
perkembangbiakan aseksual dilakukan dengan membentuk spora tak berflagel yang berupa sporangiospora
atau konidia.[3].Zygomycota mempunyai hifa senositik, yaitu hifa yang mengandung banyak inti dan tidak
mempunyai sekat melintang, jadi hifa berbentuk satu tabung halus yang mengandung protoplast dengan
banyak initi.[4]Seperti halnya jamur lain, zygomycota memproduksi dinding sel yang mengandung zat
kitin,mereka tumbuh sebagai miselia atau benang-benang yang disebut hifa. Jamur dalam kelas ini disebut
sebagai jamur paling tinggi dibandingkan dengan kelas Ascomycota dan Basidiomycota.[5]
[sunting] Anggota
Rhizopus oligosporus
Rhizopus oryzae
R. stolonifer
Mucor mucedo
Anonim j 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Zygomycota
Oomycota
From MicrobeWiki, the student-edited microbiology resource
Jump to: navigation, search
A Microbial Biorealm page on the Oomycota
Contents
[hide]
1 Classification
o 1.1 Higher order taxa
o 1.2 Species
2 Description and Significance
3 Genome Structure
4 Cell Structure and Metabolism
5 Ecology
6 References
Classification
Higher order taxa
Eukaryota; Stramenopiles
Species
Saprolegnia
Phytophthora infestans
Plasmopara viticola
NCBI: Taxonomy Genome
Late blight of potato, caused by Phytophthora infestans. Image from Mycologue Publications
Oomycota is a phylum of filamentous protists containing over 500 species. The majority of these organisms
are in the groups commonly known as water molds or downy mildew. "Oomycota" means "egg fungi",
referring to the oversize oogonia which house the female gametes (eggs). Despite the name and their
superficial appearance, oomycetes are not fungi. While some members of Oomycota are relatively harmless,
some species are parasitic and negatively affect aquatic plants or organisms. Members of the genus
Saprolegnia are examples of these parasites, which grow on fish scales or eggs and cause problems in places
where there is a high population of fish, such as fish farms or spawning ground. Some parasitic oomycetes
have affected the history of human populations through the infection of certain terrestrial plants. For
instance, Phytophthora infestans, or late potato blight, spreads so rapidly through the leaves and tubors of
potato plants that the disease destroyed almost the entire crop of potatoes in Ireland, leading to the Great
Potato Famine of 1846. Other phytophthora species have been known to destroy tropical plants as well, such
as eucalyptus and pineapple. Another native American parasitic oomycete, Plasmopara viticola, was
transported to France in 1870 on grapevines which were used to stimulate the struggling French grape
industry. The parasite made swift work of the remaining French plants, and was unstoppable until the
discovery of the Bordeaux mixture. When applied to the leaves of the grapevines, this combination of lime
and copper sulfate brought the disease to a halt. The use of the Bordeaux mixture is the first instance of the
utilization of a chemical to destory plant parasites.
Genome Structure
For Phytophthora infestan's complete orf217 sequence, click here.
Ecology
Oomycota is responsible for the decomposition and recycling of waste in their ecosystem, which tends to be
moist, cool areas such as damp soil and freshwater habitats. Parasitic species cause the destruction of crops
in many parts of the world, and have wreaked havoc on agriculture throughout history. The most famous
example of this destruction is Ireland's Great Potato Famine in 1845-48, when the oomycete Phytophthora
infestans, accompanied its vegetable host to the British Isles. While the disease is controllable, the zoospores
produced asexually are able to move at such a fast rate that they can overtake an entire potato field in a
remarkably short amount of time. Species of Oomycota can be found the world over, including Europe, parts
of Russia, Mexico, some South American countries, the United States, Canada, Japan, and Korea.
Anonim 2006 http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Oomycota