TINJAUAN PUSTAKA
mengambil makanan dari organisme lain yang telah mati (Widyastuti, dkk. 2011).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Pluteaceae
Genus : Volvariella
dan senyawa pati. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari jerami yang merupakan
media utama dan juga media yang umum digunakan dalam budidaya jamur
5
6
ini akan terus berkembang ke seluruh bagian media tumbuh. Setelah fase ini
terbentuklah gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh
buah jamur mulai terbentuk, kemudian mulai membesar yang disebut stadia kancing
kecil (small button) kemudian terus berkembang sampai stadia kancing (button) dan
stadia telur (egg), stadia ini ditunjukan dengan membesarnya tangkai dan tudung.
Kemudian masuk stadia perpanjangan (elongation). Stadia terkhir dari siklus jamur
menghasilkan tudung atau kepala jamur yang optimal untuk dipanen. Selama
kondisi suhu dan kelembapan yang terjaga, maka pertumbuhan dari jamur merang
ini akan maksimal. Jamur merang dapat tumbuh dengan optimal pada kondisi suhu
dan kelembapan yang sesuai, yakni sekitar 30o C – 35o C, dan yang paling baik
adalah 32o C dan dengan kelembapan yang optimal berkisar antara 80% - 90%, jika
udara yang terlalu rendah (kurang dari 80 %) dapat mengakibatkan kepala buah
yang terbentuk kecil dan sering terdapat di bawah media merang, tangkai buah
panjang dan kurus, serta payung jamur mudah terbuka (Riduwan, M., dkk. 2013).
7
jasad heterotrofik, jamur merang memperoleh nutrisi dari media yang telah
terdekomposisi. Media tumbuh jamur merang yang dapat digunakan adalah jerami
padi, limbah kapas, sorgum, ampas tebu, serbuk kayu, seresah daun pisang dan
1. Ampas Sagu
Ampas sagu atau biasa disebut juga ela sagu merupakan salah satu limbah
pertanian yang diperoleh dari pembuatan sagu. Ampas sagu dapat digunakan salah
satunya adalah sebagai media tanam jamur merang. Ampas sagu segar mengandung
26% C-organik, 1% N total, 1,03% P tersedia, 0,29% K, 3,84% Ca dan 0,05% Mg,
sedangkan ampas sagu setelah inkubasi selama tiga bulan mengandung 13,90%
kadar air, 2,85% C-organik, 0,17% N total, 8,71 me 100 g-1 Ca, 187 me 100 g-1 mg,
0,53 me 100 g-1 K, 22,30 me 100 g-1 KTK. Selain itu ampas sagu mengandung
86,4% bahan kering, 2,1% protein kasar, 1,8% lemak, 4,6% abu, 36,3% selulosa,
14,6% hemiselulosa, 9,7% lignin, 3,3% silica (C. Uruilal, dkk., 2012).
2. Bekatul
bekatul adalah karbohidrat, karbon dan nitrogen. Fungsinya dalam media adalah
tubuh buah jamur merang. Bekatul yang digunakan tidak bau apek, tidak rusak dan
3. Jerami padi
Jerami padi merupakan bagian tubuh dari tanaman padi yang meliputi
batang, daun dan tangkai malai. Kandungan didalamnya seperti 30-45% selulosa,
20-25% hemiselulosa, 15-20% lignin, dan silika yang harapannya dapat dirubah
Kapur pertanian ini sebagai penetralisir pH dari media tanam jamur merang.
Selain itu kapur pertanian berperan sebagai penyedia kalsium bagi pertumbuhan
D. Pengomposan
Pada dasarnya proses dekomposisi dapat berlangsung secara alami, akan tetapi
memiliki kekurangan, yaitu waktu yang dibutuhkan hingga nutrisi dalam media
tersedia cukup lama. Proses pengomposan terjadi berkat bantuan dari bakteri
dekomposer. Selulosa dan hemiselulosa pada media tanam jamur merang akan
kompleks selulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi
9
glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi
dekomposisi yaitu mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam
laktat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycetes sp., ragi dan jamur
membuat suasana menjadi asam maka pH menjadi turun (Asam) sehingga menekan
bakteri patogen (gram negatif), dan asam laktat berfungsi sebagai fermentasi zat
gram positif dan bakteri gram negatif sehingga dengan kandungan EM4 diatas
maka dapat diketahui apakah EM4 berpengaruh terhadap kecernaan bahan organik
(Afriadi, 2016).
Nutrisi atau hara yang ada didalam media dapat tersedia dengan cepat
melalui degradasi oleh bakteri pengurai yang ada didalam EM4, bakteri yang
nutrisi didalamnya dapat tersedia. Semakin besar konsentrasi EM4, maka semakin
cepat penurunan rasio C/N atau waktu pengomposan semakin singkat, Semakin
10
besar suhu sampai 40ºC, pada hari ke-4 ratio C/N semakin rendah atau dengan kata
lain kecepatan penurunan ratio C/N semakin cepat, Sedangkan pada suhu di atas
40ºC, kenaikan suhu akan memperlambat kecepatan penurunan C/N, Semakin kecil
ukuran butir pada hari ke-4 ratio C/N semakin rendah atau dengan kata lain
proses optimal (konsentrasi EM4 0,5%, suhu proses 40o C, ukuran bahan 0,0356 cm
(-30/+40 mesh) dan konsentrasi gula 0,8%) diperoleh waktu pengomposan 3 hari.
F. Hipotesis
Penambahan dosis 70 ml/m2 EM4 pada media ampas sagu dapat meningkatkan
pertumbuhan serta hasil jamur merang.