Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

MORFOLOGI JAMUR

Disusun oleh

KELOMPOK 3 :

1. Qonita Amalia Zulfa (P1337431117006)


2. Maylani puspita Sari (P1337431117015)
3. Ambar Yasmin (P1337431117038)
4. Lina Triastuti (P1337431117039)

DIII GIZI SEMESTER III


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Jamur (fungi) banyak kita temukan di sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di
musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembap. Beberapa ahli mikologi membagi
jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir
(yeast ). Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang
berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang
dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur
dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval
(Medhy,2013).

Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan


pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa
cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau hanging drop. Untuk
pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis
(Medhy,2013).

Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem
pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti
benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak
mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri (Medhy,2013).
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk dapat mengetahui morfologi
Jamur pada tempe dan roti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam
dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya
berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi (Gandjar, 1999).

Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium
fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah
mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa.
Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi
yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel
tunggal dan tidak berfilamen (Medhy, 2013).

Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur
atau regnum. Fungi umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan
organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya.
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa merupakan pembentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
yang menyusun jalinan-jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang
tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa umumnya
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria dan kadangkala inti
sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa
sinostik. Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak
diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Aqsha, 2013).

Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri
yang khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium, atau berupa
kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi (sacharomycetes)
itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal ciri kedua adalah jamur tidak mempunyai klorofil,
sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu
merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Waluyo, 2005).

Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh melebihi
jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan. Pendapat yang
menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan
tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut
tumbuhan talus (thallophyta), lengkapnya thallophyta yang tidak berklorofil. Ganggang
adalah thallophyta yang berklorofil (Waluyo, 2005).

Jamur dibagi menjadi 2 yaitu khamir (Yeast) dan kapang (Mold). Khamir adalah bentuk
sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar
daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang
terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya
dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau
berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan
murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel- sel individu, tergantung
kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ
penggerak lainnya. Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian
miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan
beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan
sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma
bersama (Coyne, 2009).

Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya


mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multi seluler (benang-benang
halus), tubuhnya tersusun atas hifa (jalinan benang-benang halus),

eukariotik (mempunyai membran inti), tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat


heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin,
cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein, pencernannya berlangsung
secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh
enzim ekstraseluler yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat
haploid lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan
membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (
fragmentasi ), zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan
inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium (Ita, 2013 ).

Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan hewan, makanan,
dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh dan berkembang pada
kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250
sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing-
masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi manusia
Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil. Dalam
klasifikasi system tiga kingdom, jamur (fungi) dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok
plantae (tumbuhan) karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa
(Yamin, 2013).
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Waktu : 11 oktober 2018
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Poltekkes Kemenkes Semarang

B. Alat dan Bahan :


Alat :
 Tabung Reaksi
 Jarum inoculum lurus
 Jarum inoculum bulat
 Bunsen
 Pipet Tetes
 Incubator
 Cawan petri
 Preparat
 Mikroskop

Bahan :
 Suspensi Jamur tempe
 Suspensi jamur roti
 Tempe
 Roti berjamur
 Alcohol
 Nafis
 Nutrient PDA

C. Cara Kerja :
a. Penanaman dan Pengamatan Jamur
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan , dan sterilkan cawan petri
2. Tuangkan media PDA yang sudah dibuat kedalam cawan petri yang sudah di sterilkan
3. tunggu sampai nutrient PDA membeku menjadi agar.
4. Lakukan penanaman suspensi jamur tempe dengan metode goresan sinambung.
5. Sterilkan jarum inokolun , celupkan jarum inoculum pada suspensi ,
6. kemudian goreskan pada media secara zig – zag (metode sinambung)
7. Bungkus cawan petri dengan kertas buram , dengan posisi cawan yang terbalik.
8. Masukkan cawan petri tersebut kedalam incubator
9. Lakukan langkah – langkah diatas dengan suspensi roti
10. Tunggu 2 hari , untuk melihat pertumbuhan jamur tempe dan roti tersebut.

b. Pengamatan Bentuk Mikroskopis Jamur


1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Bersihkan Preparat dengan alcohol
3. Panaskan jarum inoculum diatas api , agar steril
4. Ambil sampel jamur tempe , dengan menggores tipis serabut berwarna abu – abu pada
tempe.
5. Teteskan 1- 2 tetes Nafis pada preparat , letakkan sampel jamur pada preparat yang
sudah ditetesi .Tutup dengan deglass.
6. Amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x , jika tidak kelihatan ganti
dengan perbesaran 40x.
7. Amati bentuk dan struktur jamurnya.
8. Lakukan langkah yang sama dengan sampel jamur roti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Jamur Tempe (Perbesaran 10%) Jamur Roti (Perbesaran 10%)

Goresan Sinambung Tempe Goresan Sinambung Roti

B. Pembahasan
1. Jamur Roti (Perbesaran 10%)
Koloni jamur terliha sangat jelas yaitu bulat berwarna hitam dengan garis tipis
disekelilingnya yang disebut hifa.
2. Jamur Tempe (Perbesaran 10%)
Pada jamur tempe perbesaran 10%, terlihat beberapa koloni jamur dan hifanya.
3. Jamur Metode Gores Sinambung
Pada saat menggores jarum oshe, media mengalami sedikit robek sehingga jamur
yang tumbuh tidak rata seperti seharusnya goresan sinambung yang benar. Terdapat
koloni jamur yang tumbuh pada media tersebut. Ditndai dengan lingkaran-lingkaran
putih yang transparan dan agak kering permukannya.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Praktikum mikrobiologi kali ini, kami mengamati tentang morfologi jamur tempe dan
roti. Kami mengamati secara mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x
dan 40x. didapatkan hasil yang lebih jelas pada perbesaran 10x, sedangkan pada perbesaran
40x tidak didapatkan hasil yang jelas (tidak fokus).
Kami juga mencoba untuk menumbuhkan jamur tempe dan roti menggunakan suspense
jamur tempe dan roti dalam media PDA, menggunakan goresan sinambung yang dilakukan
secara aseptis, kemudian di inkubasi selama kurang lebih 4 hari dengan suhu 36ºC. Setelah 4
hari, dikeluarkan dari incubator dan diamati pertumbuhan jamurnya.
B. Saran
Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang jelas, saat mengambil jamur pada tempe
maupun roti sebaiknya tipis-tipis saja agar saat diamati menggunakan mikroskop tidak
terlihat menumpuk, dan terlihat jelas struktur jamur tersebut. Pada saat menumbuhkan jamur
diharapkan menjaga kesterilan alat dan bahan yang akan digunakan, agar tidak terjadi
kontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai