A. Latar Belakang
Didunia ini terdapat banyak sekali makhluk hidup dengan jenis yang berbeda.
Keanekaragaman ekosistem merupakan suatu satuan lingkungan yang terdiri dari
unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk hidup) dan unsur-unsur abiotik (suhu, cahaya,
nutrisi, pH) yang saling berinteraksi satu sama lain. Ilmu yang mempelajari interaksi atau
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain atau
lingkungannya disebut ekologi. Lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk hidup
tersebut akan saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Pola atau bentuk interaksi antar makluk hidup dalam satu ekosistem dapat
berupa. kompetisi, predasi, dan simbiosis. Simbiosis adalah hubungan antara dua
makhluk hidup yang berbeda jenis. Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama
ada dua macam, yaitu interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan
meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya
kepadatan populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi
positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi) (Sari et al., 2012).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui mikrobia yang bersifat
antagonis dan mikrobia yang terhambat pertumbuhannya, serta mengetahui tingkat
efektifitas penghambatan diantara senyawa VOCs dan melabolit sekunder (antibiotik).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan
memberikan pengaruh positif (saling menguntungkan), pengaruh negatif (saling
merugikan), dan netral (tidak ada pengaruh yang berarti). Interaksi yang “netral”
sebenarnya jarang terjadi hanya dapat terjadi dalam keadaan dorman seperti endospora.
Contoh interaksi positif adalah simbiosis mutualistik, sedangkan interaksi negatif antara
lain berupa antagonisme (Miller et al., 2004).
Fusarium dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama di dalam tanah
tanpa adanya inang. Gejala tanaman yang terserang diawali dengan tampak terangnya
pembuluh angkut pada permukaan terluar helaian daun dan gugurnya tangkai daun,
kemudian bagian dalam daun berubah menjadi kuning dan mati. Hal ini mungkin juga
terjadi pada tanaman yang masih muda (Miller et al., 2004). Herlina et al., (2004)
menyebutkan gejala serangan jamur patogen dapat dilihat dengan terjadinya pembusukan
jaringan pembuluh angkut sehingga tampak kecoklatan, daun menguning, dan pada
akhirnya tanaman akan mati.
Praktikum Ekologi Mikrobia Acara III yang berjudul “Interaksi diantara Populasi
Mikrobia” dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Mikrobiologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 11 September
2019 pada pukul 13.30 - 16.00 WIB. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
petridish steril, jarum ose, bunsen, dan tabung reaksi. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah isolat jamur Fusarium, isolat jamur Trichoderma, isolat bakteri
Streptomyces, medium PDA (Potato Dextrose Agar), medium SN (Starch Nitrate) agar,
dan alkohol 70%.
B. Cara Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3.1 Diameter Miselium Fusarium sp. dengan penghambatan VOCs
Tabel 3.2 Diameter Miselium Fusarium sp. dengan penghambatan metabolit sekunder
Setelah kita mengetahui berbagai macam interaksi yang terjadi diantara berbagai
macam mikrobia, kita akan lebih membahas mengenai interaksi antagonisme antar
mikrobia. Dalam praktikum ini, kita menggunakan isolat jamur Fusarium, isolat jamut
Trichoderma, dan isolat bakteri Streptomyces. Jamur Fusarium dikenal sebagai patogen
tular tanah yang menyebabkan layu pada tanaman Solanum sehingga perlu dilakukan
pengendalian untuk menekan pertumbuhannya. Jamur Trichoderma dan Bakteri
Streptomyces dikenal sebagai agen hayati yang mampu menekan pertumbuhan patogen
tular tanah seperti jamur Fusarium. Dalam praktikum ini, untuk menguji adanya
penghambatan/antagonisme antara Fusarium dengan Trichoderma dan Fusarium dengan
Streptomyces dalam petridish dilakukan dua perlakuan yang berbeda yaitu penghambatan
dari penghasilan VOCs dan penghambatan dari penghasilan metabolit sekunder.
Ciri-ciri dari jamur Fusarium adalah jamur akan membentuk miselium bersekat dapat
tumbuh dengan baik pada bermacam-macam media agar yang mengandung ekstrak
sayuran. Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua akan berubah warna menjadi
krem, dan akhirnya koloni akan tampak mempunyai benang-benang berwarna oker. Pada
miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora yang berdinding tebal. Jamur
membentuk banyak mikrokonidium bersel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur,
6-15 x 2,5-4 µm (Miller et al., 2004).
Fusarium adalah jamur tanah atau yang lazim disebut sebagai soil inhabitant. Tanah
yang sudah terinfeksi akan sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. Tanpa adanya
tanaman inang, jamur ini dapat bertahan dalam tanah lebih dari 10 tahun. Fusarium akan
menginfeksi tanaman pada bagian akar melalui luka-luka atau melalui luka yang terjadi
akibat munculnya akar lateral. Morfologi jamur ini yaitu koloninya dapat tumbuh dengan
cepat, dapat mencapai diameter 4,5-6,5 cm dalam waktu empat hari pada suhu 25˚C.
Miselium permukaan jarang sampai berlimpah , berwarna putih atau krem muda, tetapi
biasanya dengan warna ungu. Beberapa isolat mempunyai ciri-ciri bau aroma seperti
bunga bungur, beberapa menghasilkan sporodokium dengan lender oranye dari
makrokonidiumnya (Sari et al., 2012).
Ciri-ciri dari jamur Trichoderma s p. adalah konidiofor hyaline, bercabang dan
pyramidal. Konidia (dengan diameter rata-rata 3 µm) berbentuk sel tunggal dan bulat
permukaannya halus dan kasar. Trichoderma s p. umumnya tersebar dalam tanah,
khususnya pada tanah organik. Jamur ini dapat hidup sebagai saprofitik atau parasitik
terhadap jamur lain, bersifat antagonistik, dan banyak digunakan sebagai pengendalian
erupakan kelompok jamur yang
biologi (Roatti et al., 2013). Trichoderma harzianum m
paling sering digunakan dalam pengendalian hayati karena memiliki beberapa
keunggulan komparatif dibandingkan dengan organism lain yaitu kisaran lingkungan
yang luas, bersifat mikoparasitik, nekrotrops, mampu berkompetisi dalam memperoleh
ruang dan menghasilkan antibiotik dan enzim yang merugikan patogen (Rawat and
Tewari. 2010).
Dalam praktikum ini, kita akan mengamati zona hambat pertumbuhan jamur
Fusarium dengan dua perlakuan dan dua agen pengendali hayati yang berbeda. Isolat
jamur Fusarium digunakan sebagai inokulum yang akan dihambat pertumbuhannya,
sedangkan isolat jamur Trichoderma dan bakteri Streptomyces sebagai agen pengendali
hayati yang akan menghambat pertumbuhan Fusarium. Digunakan medium agar padat
PDA (Potato Dextrose Agar) dan SN (Starch Nitrate). Dalam bidang mikrobiologi, media
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Medium
PDA dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau
produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu
terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan
kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Komposisi yang
terkandung dalam media PDA yaitu, potato extract (40,0 gram), d extrose (20,0 gram),
dan agar (15,0 gram) (Lilik et al., 2010).
Untuk mengetahui zona hambat dengan penghasilan VOCs, isolat jamur Fusarium
diinokulasikan dengan metode titik ditengah medium PDA menggunakan jarum ose yang
dilakukan secara aseptis untuk menghindari adanya kontaminasi mikrobia lain. Hal
tersebut dilakukan juga untuk isolat jamur Trichoderma, kemudian kedua pertidish yang
telah berisi inokulum tersebut ditangkupkan satu sama lain kemudian diwrap rapat. Posisi
jamur Fusarium hasil inokulasi tadi harus berada diposisi atas sedangkan posisi jamur
Trichoderma berada dibawah. Lakukan hal tersebut kembali dengan mengganti isolat
jamur Trichoderma dengan isolat bakteri Streptomyces yang diinokulasikan dengan
metode strike pada medium SN menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis.
Posisi inokulum Fusarium sp. harus diletakkan dibagian atas karena Trichoderma sp. dan
Streptomyces sp. akan menghasilkan metabolit sekunder berupa senyawa volatil yang
disebut dengan VOCs yang akan menguap keatas sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan misellium Fusarium sp.
Antibiotik yang dihasilkan oleh strain bakteri anggota genus Streptomyces memiliki
mekanisme kerja yang berbeda-beda, yaitu dengan merusak dinding sel, mengganggu
fungsi membran sel, serta mengganggu sintesis protein dan asam nukleat. Menurut Chen
et al., (2016) antibiotik sefalosporin, sikloserin dan vankomisin dapat merusak atau
menghambat sintesis dinding sel. Antibiotik nistatin dan amfoterisin B dapat
mengganggu fungsi membran sel. Antibiotik aktinomisin, eritromisin, tetrasiklin,
streptomisin, neomisin, kanamisin, linkomisin, tobramisin dan kloramfenikol dapat
menghambat sintesis protein, sedangkan antibiotik sulfonamida dan novobiosin dapat
menghambat sintesis asam nukleat.
Data hasil pada perlakuan zona hambat dengan penghasilan VOCs Fusarium sp.
dengan Streptomyces sp. tidak memberikan hasil menurunan diameter misellium
Fusarium sp.. Hal tersebut dapat terjadi karena Streptomyces memang mengeluarkan
senyawa VOCs berupa geosmin akan tetapi senyawa VOCs tersebut tidak bersifat
patogenisitik. Senyawa geosmin hanya akan menimbulkan aroma tanah dan tidak bersifat
berbahaya (Singh et al., 2008.). Kemampuan daya hambat Streptomyces sp. yang paling
bersifat antagonisme terletak pada produksi antibiotiknya.
Manfaat mengetahui interaksi antar mikrobia di lingkungan adalah kita menjadi lebih
mengetahui sifat fisiologis dari masing-masing mikrobia. Setelah kita mengetahui sifat
fisiologis suatu mikrobia tentunya kita juga akan mengetahui hasil produk dari proses
metabolisme yang terjadi. Produk dari hasil metabolit sekunder tersebut yang nantinya
akan kita manfaatkan jika hasil metabolit sekunder tersebut baik (memberikan dampak
positif), sebaliknya jika hasil metabolit sekunder tersebut bersifat merugikan maka kita
harus mencegah atau menekannya. Jika hasil metabolit sekunder yang dihasilkan suatu
mikrobia memberikan dampak yang positif dan mampu menekan sifat merugikan dari
mikrobia lain maka dapat kita kembangkan contohnya seperti bioantifungal seperti
contoh isolat yang telah kita lakukan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah pertumbuhan jamur Fusarium
sp. terhambat karena adanya agen pengendali hayati yang bersifat antagonisme yaitu
jamur Trichoderma sp. dan bakteri Streptomyces sp. serta daya hambat metabolit
sekunder (antibiotik) yang dihasilkan dari keduanya lebih efektif menekan pertumbuhan
misellium jamur Fusarium s p. daripada daya hambat VOCs (Volatile Organic
Compounds).
B. Saran
Secara keseluruhan acara praktikum ini dapat berjalan dengan lancar dan berhasil
walaupun ini baru pertama kali dilakukan di tahun ini. Saran saya asisten lebih
menjelaskan lebih rinci lagi mengenai alat dan bahan yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfizar., Marlina., dan Fitri, S. 2013. Kemampuan Antagonis Trichoderma sp. terhadap
beberapa Jamur Patogen In Vitro. Jurnal Floratek. Vol 8(1). Hal 45-51.
Chen, YY, Chen, PC, & Tsay, TT. 2016. ‘The Biocontrol Efficacy and Antibiotic Activity of
Streptomyces plicatus on the Oomycete Phytophthora capsici’. Journal Biological
control. vol. 2(11). hal. 1-27
Harman, G.E. 1996. Trichoderma for biocontrol of plant pathogens: from basic research to
commercialized products. Cornell Community Conference on Biological Control.
http://www.nysaes.cornell.edu/ent/ bcconf/talks/harman.html [20 Okt 2005].
Herlina L, Dewi P & Mubarok I, 2004. Efektivitas biofungisida Trichoderma viride terhadap
pertumbuhan tomat. Laporan Penelitian. Semarang: FMIPA UNNES
Lilik, R., Wibowo, B.S., Irwan, C., 2010. Pemanfaatan Agens Antagonis dalam Pengendalian
Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura. http://www.bbopt.litbang.deptan.go.id.
Diakses 16 September 2014.
Lopez, C.G. V.G. Prieto, S. Lanzuise and S. Lorito. 2014. Enzyme activity of extracellular
protein induced in Trichoderma asperellum and T. longibrachiatum by substrates based
on Agaricus bisporus and Phymatotrichopsis omnivora. Fungal Biology, 118(2),
211-221.
Miller SA, Rowe RC & Riedel RM. 2004. Fusarium and Verticillium Wilts of Tomato, Potato,
Pepper, and Eggplant. The Ohio State University Extention, Plant Pathology. :
http://ohioline.osu.edu/hygfact/3000/3122.html. [20 Okt 2004].
Nurbailis. 2008. Karakterisasi mekanisme Trichoderma sp. indigenus rizosfir pisang untuk
penge- ndalian Fusarium oxysporum f. sp. cubense penyebab penyakit layu Fusarium
pada tanaman pisang. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Andalas Padang.
Rawat, R. and L. Tewari. 2010. Transmission electron microscopic study of the cytological
changes in Sclerotium rolfsii parasitized by a biocontrol fungus Trichoderma sp.
Mycology: An International Journal on Fungal Biology, 1(4), 237-241.
Roatti, B. M. Perazzolli, C. Gessler, and I. Pertot. 2013. Abiotic Stresses Affect Trichoderma
harzianum T39-Induced Resistance to Downy Mildew in Grapevine. Phytopathology,
103(12), 2013-1233.
Sari, N.M., Retno, K., dan Khamdan, K. 2012. Streptomyces sp. sebagai biofungisida pathogen
Fusarium oxysporum (Schlecht.) f.sp. lycopersici (Sacc.) Snyd. Et Hans. Penyebab
Penyakit Layu pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurnal Agrotrop. Vol
2(2). Hal 161-169.
Shaikh, F.T. and S. Nasreen. 2013. In Vitro Assessment of Antagonistic Activity of T. viride
and T. harzianum Against Pathogenic Fungi. Indian Journal of Applied Research, 3(5),
57-59.
Singh, V., Tripati, C.K.M., Vinod, B. 2008. Production, Optimization, and Purification of
Antifungal Compound from Streptomyces capoamus MTCC 8123. Med Chem Res 17 :
94-102.
Kontrol :
d1+d2
Diameter = 2
7,3+5,1
= 2
= 6,2 cm
Perlakuan :
4+3,5
= 2
= 3,75 cm
b. Penghambatan antibiotik
- Ulangan 1 :
d1+d2
Diameter = 2
2,4+2
= 2
= 2,2 cm
- Ulangan 2 :
1,7+1,9
Diameter = 2
= 1,8 cm
- Rerata = 2,2+1,8
2
= 2 cm
a. Penghambatan VOCs
d1+d2
Diameter = 2
5,7+5,9
= 2
= 5,8 cm
b. Penghambatan antibiotik
- Ulangan 1 :
Diameter = d1+d2
2
4,4+4,2
= 2
= 4,3 cm
- Ulangan 2 :
4+5,1
Diameter = 2
= 4,55 cm
- Rerata = 4,3+4,55
2
= 4,43 cm
a. Penghambatan VOCs
d1+d2
Diameter = 2
2+2
= 2
= 2 cm
b. Penghambatan antibiotik
- Ulangan 1 :
Diameter = d1+d2
2
2,5+2
= 2
= 2,25 cm
- Ulangan 2 :
2+1,7
Diameter = 2
= 1,85 cm
- Rerata = 2,25+1,85
2
= 2,05 cm
-
7+7
= 2
= 7 cm
b. Penghambatan antibiotik
- Ulangan 1 :
d1+d2
Diameter = 2
3+3
= 2
= 3 cm
- Ulangan 2 :
3,5+3,3
Diameter = 2
= 3,4 cm
- Rerata = 3+3,4
2
= 3,2 cm
4,3+4,1
= 2
= 4,2 cm
b. Penghambatan antibiotik
- Ulangan 1 :
d1+d2
Diameter = 2
3,35+2,29
= 2
= 3,2 cm
- Ulangan 2 :
Diameter = 3,1+3,3
2
= 3,2 cm
- Rerata = 3,2+3,2
2
= 3,2 cm
7,5+8
= 2
= 7,75 cm
b. Penghambatan antibiotik
- Ulangan 1 :
d1+d2
Diameter = 2
4+4,3
= 2
= 4,15 cm
- Ulangan 2 :
Diameter = 2+2,5
2
= 2,25 cm
- Rerata = 4,15+2,25
2
= 3,2 cm
RERATA GOLONGAN :
1. Fusarium s p. + Trichoderma s p.
a. Penghambatan VOCs :
Rerata = 3,75+5,8+2
3
= 3,85 cm
b. Penghambatan antibiotik
Rerata = 2+4,43+2,05
3
= 2,83 cm
2. Fusarium s p. + Streptomyces s p.
a. Penghambatan VOCs :
Rerata = 7+4,2+7,75
3
= 6,62 cm
b. Penghambatan antibiotik
Rerata = 3,2+3,2+3,2
3
= 3,2 cm