NIM : 03031281722072
Shift/Kelompok : Jumat Siang (13.00-16.00)/IV
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
menjadi gula dan alkohol. Proses tersebut juga menyebabkan tekstur tape menjadi
lunak dan empuk. Mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae merupakan spesies
yang bersifat fermentatif kuat namun dengan adanya oksigen, Saccharomyces
cerevisiae juga dapat melakukan respirasi dengan mengoksidasi gula di dalam
singkong tersebut menjadi karbondioksida dan air. Alkohol oleh enzim alkoholase
pada fermentasi tape lebih lanjut dapat diubah menjadi asam asetat, asam piruvat
dan asam laktat. Terbentuknya asam asetat, asam piruvat dan asam laktat karena
adanya bakteri Acetobacter yang sering terdapat dalam ragi (Dirayati dkk, 2017).
Jenis ragi tape yang digunakan dapat mempengaruhi kadar etanol yang
dihasilkan, tinggi rendahnya alkohol yang dihasilkan setelah proses fermentasi
berhubungan dengan jumlah khamir yang ada. Dosis ragi yang diberikan juga
dapat mempengaruhi hasil fermentasi tape. Dosis ragi yang berbeda menunjukkan
kadar etanol yang berbeda pula. Dosis ragi yang semakin tinggi akan membuat
semakin tinggi pula kadar etanol yang dihasilkan. Pemberian dosis ragi yang
semakin banyak berarti memiliki khamir yang semakin banyak pula. Khamir
inilah yang berperan aktif fermentasi glukosa menjadi etanol (Sinurat dkk, 2018).
2.2.3. Inokulum pada Oncom Merah
Inokulum oncom merah memegang peranan penting dalam proses
fermentasi oncom dan fermentasi lainnya yang memerlukan aktivitas kapang
oncom merah. Inokulum oncom merah dapat dibuat dalam bentuk suspensi
maupaun dalam bentuk bubuk. Inokulum yang baik digunakan untuk keperluan
fermentasi padat adalah inokulum bentuk bubuk. Inokulum dapat dibuat dengan
menggunakan berbagai substrat antara lain beras. Kedelai yang dimasak dan
diinokulasi dengan spora kapang dari biakan murni atai dari oncom yang telah
dikeringkan. Oncom merah dihasilkan oleh kapang Neurospora sitophila yang
mempunyai strain jingga, merah, merah muda, dan warna peach dan biasanya
menggunakan bahan baku ampas tahu. Warna yang terbentuk pada oncom adalah
warna yang berasal dari spora kapang oncom (Mappiratu dan Bakhri, 2013).
Kapang Neurospora sitophila dapat mengeluarkan enzim yang dapat
menghidrolisa senyawa-senyawa sakarida sehingga semakin banyak kapang yang
tumbuh maka kadar karbohidrat dalam substrat akan semakin berkurang. Kapang
6
Kemampuan bertahan hidup bakteri tidak lepas dari kemampuan bakteri yang
mampu merubah bentuk asli tubuhnya menjadi bentuk lain untuk bertahan hidup.
Contoh peristiwa perubahan bentuk pada bakteri adalah perubahan bentuk yang
terjadi pada Pseudomonas extremaustralis. Pseudomonas extremaustralis
memiliki kemampuan untuk merubah bentuk coccus selnya menjadi bentuk
biofilm sehingga bakteri ini dapat hidup di bawah temperatur 00C. Ciri–ciri umum
eubakteria lainnya adalah sebagai berikut (Wassenaar, 2011):
1. Ukuran tubuh 1 – 5 μm
2. Dinding sel mengandung peptidoglikan
3. Memiliki organel sel
4. Membran plasma mengandung lipid dan ester
5. Sel mampu mensekresikan lendir
6. Memiliki kapsul pelindung
7. Reproduksi dengan membelah diri dan para-seksual
Eubakteri bereproduksi dengan cara membelah diri, yaitu dengan cara
pembelahan biner. Kecepatan pembelahan sel akan sangat tergantung pada
kondisi lingkungan atau media tumbuh bakteri, seperti temperatur, kelembapan,
substrat yang diberikan, dan konsentrasi garam dalam media. Waktu generasi
eubakteria umumnya berlangsung di bawah 20 menit sehingga satu bakteri dapat
berkembang menjadi jutaan asal berada dalam kondisi optimum pembelahan diri.
Pemilihan medium dan substrat sangat penting dalam pembiakan bakteri.
Bakteri dapat membentuk spora sebagai alat reproduksi jika bakteri berada pada
kondisi lingkungan yang ekstrim. Spora bakteri umumnya terbentuk dari hasil
penggumpalan cairan sitoplasma sel bakteri. Spora yang dibentuk bakteri akan
memiliki ketahanan yang jauh lebih baik, sehingga bakteri dapat berkembang jauh
lebih cepat dibandingkan saat membelah diri. Tidak semua eubakteria dapat
berkembang biak dengan menggunakan spora (Reid dan Buckley, 2011).
Eubakteria juga memiliki kemampuan untuk berkembak biak dengan
cara paraseksual, yaitu pertukaran materi genetik antara satu sel dengan sel
pasangan. Reproduksi paraseksual eubakteria bisa dilakukan dengan transformasi,
11
3.1.2. Bahan
1. Medium yang telah jadi
2. Kultur murni
3. Jarum/kawat
4. Alkohol
13
14
DAFTAR PUSTAKA