Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari
makhluk hidup (enzim, alkohol, dan antibiotik) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi
berhubungan dengan penggunaan organisme hidup dalam proses industri
berskala-besar. Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri
yang berhubungan dengan proses dengan melibatkan mikroorganisme.
Pemanfaatan makhluk hidup atau produk dari makhluk hidup melalui proses
fermentasi untuk membuat produk bahan pangan sehari-hari seperti tempe, tapai,
roti, keju, dan nata de coco. Dibidang farmasi, penerapan bioteknologi telah
menghasilkan produk-produk penting seperti antibiotik, vaksin, insulin analog,
diagnostika penyakit, dan produk farmasi lainnya. Inovasi dibidang pangan dan
farmasi telah menunjukan potensi yang besar bioteknologi untuk
mengembangkan berbagai macam produk dan bahan-bahan farmasi terapeutik
yang dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan


tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan
bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19. Di bidang farmasi,
penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan
vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas
akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi
setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi
antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.

1
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
negara maju. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan
para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau
kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang
pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan, dan
DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul
karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan bioteknologi?
2. Bagaimana ruang lingkup kajian bioteknologi dibidang pangan dan farmasi?
3. Apasajakah contoh bioteknologi dalam dibidang pangan dan farmasi?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Mengetahui ruang lingkup kajian bioteknologi dibidang pangan dan farmasi.
2. Mengetahui contoh bioteknologi dibidang pangan dan farmasi.
3. Mengetahui manfaat bioteknologi dibidang pangan dan farmasi.

D. METODE PENULISAN
Untuk memperoleh data-data menyusun karya tulis ini penulis
menggunakan beberapa metode penelitian yaitu:

1. Metode wawancara
2. Metode observasi
3. Metode kajian pustaka
4. Metode dokumentasi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PRODUK HASIL BIOTEKNOLOGI BIDANG PANGAN


Produk hasil bioteknologi konvensional dibidang pangan khususnya
pengolahan kedelai menjadi sumber makanan yang bergizi tinggi yaitu tempe.

1. PENGERTIAN TEMPE
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji
kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis
kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”.
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh
manusia. Tempa kaya akan serat pangan, kalisum, vitamin B, dan zat
besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat,
seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan
pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia
kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang
memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi
membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu,
tempe terasa agak masam.

2. METODE PEMBUATAN TEMPE


Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun, teknik
pembuatan tempe secara umum terdiri dari tahapan perebusan,
pengupasan, perendaman, dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan
ragi, pembungkusan, dan fermentasi.
a. Perebusan

3
Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap
perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai
menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk
melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada
tahap perendaman.

b. Pengupasan

Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium


fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi.
Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan
kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.

c. Perendaman dan Pengasaman

Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman


ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi
asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam faktat terjadi dicirikan
oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat
pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Fermentasi asam laktat dan
pengasaman ini bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan
menghilangkan bakteri-bakteri beracun.

d. Pencucian

Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran


yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai
tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat
pertumbuhan fungi.

e. Inokulasi dengan Ragi

Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi


tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan
dikeringkan pada daun waru atau daun jati, spora kapang tempe
dalam medium tepung ataupun kukur Rhizopus oligosporus murni.

4
Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran
inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan
dikeringkan, lalu dicampurkan merata sebelum pembungkusan; atau
(2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman,
dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.

f. Pembungkusan dan Fermentasi

Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan


dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau
wadah dapat dagunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati,
plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya
udara karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh.
Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya diberi lubang-
lubang dengan cara ditusuk-tusuk.

Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk


mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada
permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi
tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20°C-37°C selama 18-
36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe
yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi,
sementara proses tradisional menggunakan laru dari dan biasanya
membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.

Dalam proses fermentasi, mikroorganisme harus mempunyai 3


(tiga) karakteristik penting yaitu:
1) Mikroorganisme harus mampu tumbuh dengan cepat dalam suatu
substrat dan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak diri.
2) Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur
ketahanan fisiologi dan memilki enzim-enzim esensial yang
mudah dan banyak supaya perubahan-perubahan kimia yang
dikehendaki dapat terjadi.

5
3) Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus
sesuai supaya produksi maksimum.

3. KANDUNGAN GIZI DAN KHASIAT TEMPE


a. Kandungan Gizi
1) Protein
Setiap 100 gram tempe segar dapat menyumbangkan 10,9 gram
protein bagi tubuh konsumennya. Itu berarti lebih dari 25%
kebutuhan protein yang dianjurkan per hari bagi orang dewasa.
Keunggulan tempe adalah sekitar 56% dari jumlah protein yang
dikonsumsi dapat dimanfaatkan tubuh. Nitrogen terlarutnya
meningkat 0,5 – 2,5% dan jumlah asam amino bebasnya setelah
fermentasi meningkat 1 – 85 kali lipat dari kadarnya pada kedelai
mentah.
2) Enzim
Tempe juga mengeluarkan enzim protease yang diperlukan
dalam proses metabolisme protein menjadi asam amino di dalam
pencernaan.
3) Lemak
Kadar lemak tempe cukup tinggi. Dalam 100 gram tempe segar
terdapat 8,8 gram lemak, dan 19,7 gram lemak pada tempe kering.
Keunikannya, tempe juga mengeluarkan enzim lipase yang akan
memecah lemak itu menjadi asam lemak. Kadarnya yang terbesar
adalah asam lemak esensial linolenat (omega 3 dan omega 6),
selain linoleat dan oleat (omega 9).
4) Vitamin
Tempe merupakan sumber vitamin yang baik, khususnya
tiamin, riboflavin, asam folat, vitamin B6 (piridoksin), dan vitamin
B12. Selain itu, tempe adalah sumber beberapa mineral penting
sperti kalsium, fosfor, zat besi dan seng.
5) Mineral

6
Zat besi pada tempe ternyata juga lebih mudah diserap tubuh
dibanding pangan nabati lainnya. Sementara mineral kalsiumnya
berfungsi ganda, yaitu mencegah osteoporosis dan menurunkan
kolesterol darah.

b. Khasiat Tempe

1) Diet
Bagi mereka yang diet rendah kalori, tempe merupakan
makanan yang cocok, yaitu hanya 157 kalori per 100 gram.
Padahal beberapa makanan lain nilainya di atas 350 kalori.
2) Diabetes
Hidangan yang sesuai bagi penderita diabetes karena gula
yang rendah
3) Serangan Jantung dan Stroke
Berbagai hasil penelitian terakhir menunjukkan, konsumsi
tempe yang teratur setiap hari dapat menurunkan kolesterol
darah. Senyawa protein, asam lemak PUFA, serat, niasin dan
kalsium, terutama aktif menurunkan kolesterol jahat dalam darah.
Sehingga penyumbatan pembuluh darah oleh plaque kolesterol
dan pengerasan pembuluhnya dapat dicegah. Penyumbatan dan
pengerasan ini sering disebut aterosklerosis yang menyebabkan
penyakit jantung, hipertensi, dan stroke. Di dalam tempe juga
terdapat senyawa yang akan menghambat aktivitas HMG-CoA
reduktase, enzim yang berperan dalam pembentukan kolesterol.
Dengan menghambat aktivitas enzim ini, maka tahap awal sintesa
kolesterol dapat dicegah.
4) Osteoporosis
Tempe juga dapat membantu kecukupan kalsium tubuh dan
mengurangi risiko osteoporosis yang banyak dialami oleh orang
lanjut usia.

7
5) Diare
Merangsang antibodi E-coli diare. Tempe, menurut Mohamad
Harli, sarjana Gizi Masyarakat dan Sumber Daya IPB, juga
merangsang fungsi kekebalan tubuh terhadap E-coli, yakni
bakteri penyebab diare yang banyak diderita balita dan anak-
anak. Penyebabnya adalah sanitasi lingkungan dan higiene
makanan yang mereka konsumsi masih kurang. Protein yang
terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga baik
untuk mengatasi diare.
6) Kanker
Senyawa tempe yang diduga memiliki aktivitas antipenyakit
degeneratif seperti kanker antara lain vitamin E, karotenoid,
superoksida desmutase, dan isoflavon. Vitamin E dan korotenoid
tempe adalah antioksidan onenzimatik dan lipotik, yang mampu
memberikan satu ion hodrogen kepada radikal bebas. Sehingga
radikal bebas tersebut stabil dan tidak ganas lagi. Penelitian yang
dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat,
menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat
pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat, payudara
dan penuaan (aging).Antioksidan ini disentesis pada saat
terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri
Micrococcus leteus dan Coreyne bacterium.
7) Anemia
Penyakit anemia ini dapat menyerang wanita yang malas
makan, karena takut gemuk, sehingga persediaan dan produksi
sel-sel darah merah dalam tubuh yang menurun., tempe juga
dapat berperan sebagai pemasok mineral, vitamin B12 (yang
terdapat pada pangan hewani), dan zat besi yang sangat
dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah.

8
B. PRODUK HASIL BIOTEKNOLOGI BIDANG FARMASI
Produk hasil bioteknologi modern dibidang farmasi mencakup antibiotik,
vaksin, interferon, insulin analog, dan antibodi monokronal, serta vitamin B2
dan B12.

1. PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI FARMASI


Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan
bioteknologi dalam bidang farmasi atau obat-obatan yang menunjang
perbaikan kesehatan makhluk hidup.
Bioteknologi farmasi saling berhubungan dengan bioteknologi
kedokteran dimana dalam bioteknologi farmasi mengkaji beberapa
organisme model (mencit, tikus, ayam, yeast, lalat buah, cacing, dan
zebrafish) untuk mengidentifikasi penyakit genetik dan kesesuaian
penggunaan terapi gen dalam mengetahui keefektifan dan keamanannya
sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada manusia.
Bioteknologi farmasi memegang peranan penting dalam
perkembangan tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit.
Thieman (2004) menjelaskan bahwa umumnya teknik yang digunakan
dalam bioteknologi kedokteran menggunakan pendekatan molekular
untuk mendeteksi penyakit genetik yang berhubungan dengan
ketidaknormalan kromosom dan kerusakan gen.

2. PRODUK BIOTEKNOLOGI FARMASI


a. Antibiotik

Antibiotik adalah golongan senyawa antimikroba yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia
pada organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Antibiotik bekerja dengan mematikan atau menghalangi
pertumbuhan populasi bakteri. Sejumlah antibiotik juga memiliki
aktivitas antiprotozoa, tetapi antibiotik tidak efektif melawan virus.
Dalam bioteknologi dan rekayasa genetika, antibiotik juga digunakan

9
sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik
bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata
rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah molekul bakteri.
Antibiotik berbeda dengan disinfektan dalam hal cara kerjanya, yaitu
disinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang
tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur,


atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam
efektivitasnya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik
yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang
spektrumnya lebih luas. Efektivitasnya juga bergantung pada lokasi
infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Beberapa jenis antibiotik adalah sebagai berikut:

1) Penisilin dihasilkan dari jamur Penicillium notatum. Penisilin


digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh infeksi kuman. Contoh mikroorganisme lain
penghasil penisilin adalah Penicillium chrysogenum.
2) Selfalosporin merupakan antibiotik yang digunakan untuk
beberapa jenis bakteri yang mampu menghasilkan enzim
penghambat kerja penisilin. Sefalosporin C dihasilkan oleh jamur
Cephalosporium. Jenis sefalosporin lainnya adalah Selfalosporin
P dan N.
3) Streptomisin dihasilkan oleh Streptomyces griseus. Streptomisin
mampu membunuh mikroorganisme yang kebal terhadap
penisilin maupun sefalosporin.
4) Tetrasiklin dihasilkan oleh bakteri Streptomyces aureofaciens dan
streptomyces rimosus. Tetrasiklin mampu menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya.
5) Eritromisin dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Eritromisin
biasanya digunakan oleh pasien yang alergi terhadap penisilin
atau untuk melawan bakteri yang resisten terhadap penisilin.

10
6) Polimiksin dihasilkan oleh Bacillus polymixa. Polimiksin B
digunakan untuk melawan bakteri Gram negatif.
7) Basitrasin dihasilkan oleh Bacillus subtilis. Basitrasin mampu
menghambat sintesis dinding sel bakteri dan digunakan untuk
melawan bakteri Gram positif.

Antibiotik umumnya bekerja sangat spesifik pada suatu


proses pada bakteri, sehingga jika terjadi mutasi pada bakteri
memungkinkan munculnya strain bakteri yang ‘kebal’. Itulah
sebabnya, pemberian antibiotik biasanya diberikan dalam dosis yang
menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu tertentu
sesuai petunjuk dokter, agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan
antibiotik yang ‘tidak lengkap’ dapat membuka peluang munculnya
tipe bakteri yang ‘kebal’.

Oleh karena itu, seseorang diarahkan untuk menghabiskan


satu dosis lengkap antibiotik walaupun kondisi sudah tampak
membaik meski baru menghabiskan setengah pengobatan. Bakteri
tertentu pada orang tertentu kadang-kadang sulit disembuhkan,
karena bakteri tersebut bisa jadi sudah mengalami resistensi terhadap
beberapa antibiotik tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan Kultur
di Laboratorium Klinik terhadap berbagai sampel (misal air seni,
darah, tinja, dahak, ingus dan lain-lain) untuk mengetahui jenis
bakterinya dan juga antibiotik apa yang masih mempan terhadap
bakteri tersebut. Pada infeksi saluran kemih kadang-kadang dijumpai
lebih dari satu bakteri sekaligus.

b. Vaksin
Vaksin adalah sediaan biologis yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan adaptif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Biasanya, vaksin mengandung agen atau zat yang menyerupai
mikroorganisme penyebab penyakit dan sering kali dibuat dari

11
mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, dari toksinnya,
atau dari salah satu protein permukaannya. Agen dalam vaksin
merangsang sistem imun agar dapat mengenali agen tersebut sebagai
ancaman, menghancurkannya, dan mengingatnya agar sistem imun
dapat kembali mengenali dan menghancurkan mikroorganisme yang
berhubungan dengan agen tersebut saat ditemui pada masa depan.
Vaksin dapat bersifat profilaksis (misalnya untuk mencegah atau
memperbaiki dampak akibat infeksi patogen pada masa depan) atau
terapeutik (misalnya vaksin terhadap kanker).
Pemberian vaksin disebut vaksinasi, yang merupakan salah satu
bentuk imunisasi. Vaksinasi merupakan metode paling efektif untuk
mencegah penyakit menular. Penerapan vaksinasi secara luas telah
menciptakan kekebalan kelompok yang berperan penting dalam
pemberantasan cacar di seluruh dunia dan pembatasan sejumlah
penyakit seperti polio, campak, dan tetanus di banyak belahan dunia.
Efektivitas vaksinasi telah dipelajari dan diverifikasi secara luas;
vaksin yang telah terbukti efektif misalnya vaksin influenza, vaksin
HPV, dan vaksin cacar air. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
melaporkan bahwa saat ini telah diterbitkan izin untuk vaksin bagi
dua puluh lima jenis infeksi yang dapat dicegah.

c. Interferon
Interferon adalah hormon berbentuk sitokin berupa protein
berjenis glikoprotein yang disekresi oleh sel vertebrata karena akibat
rangsangan biologis, seperti virus, bakteri, protozoa, mycoplasma,
mitogen, dan senyawa lainnya.
Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma.
a) Interferon-α dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai
molekul anti-viral. Penggunaan interferon-α untuk perawatan
penderita hepatitis B dan hepatitis C dapat menginduksi
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tiroiditis maupun disfungsi

12
kelenjar tiroid. IFN-α memiliki efek anti-proliferatif dan anti-
fibrosis pada sel mesenkimal.
b) Interferon-β dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada
hampir semua sel di dalam tubuh manusia.
c) Interferon-γ dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya
bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial,
fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.
Interferon, terutama alfa dan beta memiliki peranan penting
dalam pertahanan terhadap infeksi virus. Senyawa interferon adalah
bagian dari sistem imun non-spesifik dan senyawa tersebut akan
terinduksi pada tahap awal infeksi virus, sebelum sistem imun
spesifik merespon infeksi tersebut. Pada saat rangsangan atau
stimulus biologis terjadi, sel yang memproduksi interferon akan
mengeluarkannya ke lingkungan sehingga interferon dapat berikatan
dengan reseptor sel target dan menginduksi transkripsi dari 20-30 gen
pada sel target. Hal ini menghasilkan keadaaan anti-virus pada sel
target. Aktivasi protein interferon terkadang dapat menimbulkan
kematian sel yang dapat mencegah infeksi lebih lanjut pada sel.

d. Insulin Analog (Insulin Sintesis)


Analog insulin (juga disebut analog insulin) adalah salah satu dari
beberapa jenis insulin medis yang merupakan bentuk hormon insulin
yang diubah , berbeda dari yang terjadi di alam, tetapi masih tersedia
untuk tubuh manusia untuk melakukan tindakan yang sama seperti
insulin manusia. Hal pengendalian kadar glukosa darah pada
diabetes. Melalui rekayasa genetika DNA yang mendasari , urutan
asam amino insulin dapat diubah untuk mengubah karakteristik
ADME (penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi). Secara
resmi, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengacu pada
agen ini sebagai ligan reseptor insulin (karena, seperti insulin itu
sendiri, mereka adalah ligan dari reseptor insulin ), meskipun mereka

13
biasanya hanya disebut sebagai analog insulin atau bahkan
(umumnya) hanya insulin (tanpa spesifikasi lebih lanjut ).
Modifikasi ini telah digunakan untuk membuat dua jenis analog
insulin: yang lebih mudah diserap dari tempat suntikan dan karena itu
bekerja lebih cepat daripada insulin alami yang disuntikkan secara
subkutan, dimaksudkan untuk memasok insulin bolus yang
dibutuhkan pada waktu makan (insulin prandial); dan yang
dilepaskan perlahan selama periode antara 8 dan 24 jam,
dimaksudkan untuk memasok insulin basal pada siang hari dan
khususnya pada malam hari (insulin basal).

e. Antibodi monoklonal
Antibodi manokronal adalah antibodi monospesifik yang dapat
mengikat satu epitop saja. Antibodi monoklonal ini dapat dihasilkan
dengan teknik hibridoma. Sel hibridoma merupakan fusi sel dan sel.
Pembuatan sel hibridoma terdiri dari tiga tahap utama yaitu
imunisasi, fusi, dan kloning. Imunisasi dapat dilakukan dengan
imunisasi konvensional, imunisasi sekali suntik intralimpa, maupun
imunisasi in vitro. Fusi sel ini menghasilkan sel hibrid yang mampu
menghasilkan antibodi seperti pada sel limpa dan dapat terus
menerus dibiakan seperti sel myeloma. Frekuensi terjadinya fusi sel
ini relatif rendah sehingga sel induk yang tidak mengalami fusi
dihilangkan agar sel hasil fusi dapat tumbuh.
Frekuensi fusi sel dapat diperbanyak dengan menggunakan
Polietilen glikol (PEG), DMSO, dan penggunaan medan listrik. PEG
berfungsi untuk membuka membran sel sehingga mempermudah
proses fusi. Sel hibrid kemudian ditumbuhkan pada media
pertumbuhan. Penambahan berbagai macam sistem pemberi makan
dapat meningkatkan pertumbuhan sel hibridoma. Pada dunia
kesehatan, antibodi monoklonal ini dapat digunakan untuk diagnosis

14
kehamilan, uji golongan darah ABO, dan uji serum (AIDS dan
Hepatitis).

f. Vitamin B2
Vitamin B2 atau riboflavin adalah suplemen untuk mencegah dan
mengatasi kekurangan (defisiensi) vitamin B2. Vitamin B2 bekerja
bersama vitamin B lain untuk menjaga kesehatan kulit, saraf, mata,
dan sel darah merah.
Vitamin B2 dapat ditemukan di dalam susu, roti, daging,telur,
kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Selain itu, vitamin B2 juga bisa
ditemukan dalam bentuk suplemen. Suplemen vitamin B2 sering
ditemukan dalam multivitamin yang tersedia dalam bentuk tablet,
sirop, atau kapsul.
Suplemen vitamin B2 diberikan kepada penderita defisiensi
vitamin B2 yang tidak bisa mencukupi asupan vitamin ini dari
makanan. Kekurangan vitamin B2 bisa terjadi pada orang yang
menderita kondisi tertentu, seperti infeksi berkepanjangan, penyakit
liver, penyakit pada saluran pencernaan, kecanduan alkohol, atau
kanker.

g. Vitamin B12
Vitamin B12 (cyanocobalamin) adalah vitamin yang bermanfaat
untuk pembentukan sel darah merah yang sehat, mengoptimalkan
fungsi saraf, menghasilkan energi, serta menjaga kesehatan kulit dan
rambut.
Vitamin B12 terkandung secara alami di dalam makanan dan
tersedia juga dalam bentuk suplemen tambahan. Sumber vitamin B12
alami antara lain ikan, kerang, daging, hati, telur, susu, yoghurt, dan
keju. Selain itu, vitamin B12 juga dapat diperoleh dari sereal yang
sudah difortifikasi atau diperkaya dengan vitamin ini.

15
Pada umumnya, kebutuhan vitamin B12 harian dapat dipenuhi
dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang disebutkan di
atas. Namun, orang yang menderita penyakit Crohn, Celiac, kanker,
infeksi HIV, atau malnutrisi dapat kekurangan vitamin B12 sehingga
memerlukan asupan suplemen.

Selain itu, kekurangan vitamin B12 juga dapat terjadi pada


wanita hamil, lansia, orang yang mengonsumsi banyak minuman
beralkohol, orang yang menjalani operasi pengangkatan lambung
atau usus halus, dan vegetarian.

16
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. BIOTEKNOLOGI BIDANG PANGAN

1. WAKTU DAN TEMPAT


Hari, tanggal : Senin, 6 Februari 2023 dan Selasa, 7 Februari 2023
Waktu : Pukul 07.50 s.d 09.40 WIB dan Pukul 16.00 s.d Selesai
Tempat : Industri Rumahan Tempe Bapak Siswanto di Braja Sakti III

2. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1) Bak Perendaman

Gambar 3.1 Bak Perendaman

2) Tungku Pembakaran

Gambar 3.2 Tungku Pembakaran

17
3) Dandang Perebusan

Gambar 3.3 Dandang Perebusan

4) Mesin Pemecah Kedelai

Gambar 3.4 Mesin Pemecah Kedelai


5) Baskom Saringan

Gambar 3.5 Baskom Saringan

18
6) Takaran

Gambar 3.6 Takaran

7) Sealer

Gambar 3.7 Sealer

8) Garpu Tusuk

Gambar 3.8 Garpu Tusuk

19
9) Timbangan

Gambar 3.9 Timbangan

10) Plastik

Gambar 3.10 Plastik

11) Rak Fermentasi

Gambar 3.11 Rak Fermentasi

20
12) Box Plastik Tempat Tempe

Gambar 3.12 Box Plastik

b. Bahan
1) Ragi tempe

Gambar 3.13 Ragi Tempe

2) Kacang kedelai

Gambar 3.14 Kacang Kedelai

21
3. PROSEDUR KERJA
a. Hal pertama yang di lakukan adalah mencuci kedelai menggunakan air
bersih dalam satu kali proses pembuatan. Biasanya kacang kedelai yang di
butuhkan sebanyak 50 kg.

Gambar 3.15

b. Setelah selesai dicuci, kacang kedelai direbus didalam drum besar selama 13
jam. Biasanya, kacang kedelai direbus di atas tungku kayu bakar dengan api
yang besar.

Gambar 3.16

c. Setelah selesai direbus, kacang kedelai diangkat dan di masukan kedalam


drum plastik besar. Kacang kedelai direndam dan didiamkan dalam drum
selama 1 hari. Hal ini bertujuan agar asam yang ada di kacang kedelai bisa
keluar.

22
Gambar 3.17
d. Setelah itu, kacang kedelai di cuci dan digiling menggunakan mesin belah
dua. Hal ini bertujuan agar kacang kedelainya terbelah menjadi dua bagian,
kemudian kacang dicuci kembali. Dan dimasukan kedalam renga sambil
disiram air hangat, dan kacang kedelai kedelai didiamkan selama kurang
lebih 2 jam. Kemudian kacang kedelai dimasukan kedalam kotak, setelah itu
dicampur dengan ragi sebanyak kurang lebih 25 kg.

Gambar 3.18

e. Setelah diaduk sampai rata kacang kedelai dimasukan kantong plastik, lalu
ditimbang, ada yang ukuran yang besar beratnya 4 ons, dan yang kecil
beratnya 3 ons. Kacang kedelai yang sudah ditimbang dilem dengan proses
pembakaran (tradisional kemudian di blek dengan cara tradisional).

Gambar 3.19

f. Setelah di blek, tempe dimasukankedalam rak selama 1 malam, kemudian


dikeluarkan dan dimasukan lagi kedalam rak sambil di angin-anginkan.
Setelah sudah di angin-anginkan akhirnya tempe sudah sempurna (jadi).
Akhirnya setelah tempenya sudah jadi Bapak Siswanto menjualnya di pasar.

23
Gambar 3.20

2. BIOTEKNOLOGI BIDANG FARMASI

1. WAKTU DAN TEMPAT


Hari, tanggal : Senin, 6 Februari 2023
Waktu : Pukul 09.40 s.d 11.30 WIB
Tempat : Apotek Pramuka di Labuhan Ratu II

B. ALAT DAN BAHAN


1) Alat
a) buku catatan

Gambar 3.21

24
b) bolpoin

Gambar 3.22

c) 2 buah handphone (alat perekam dan kamera)

Gambar 3.23

2) Bahan
Pertanyaan mengenai produk bioteknologi di bidang famasi.

3) PROSEDUR KERJA
a. Pertama, siapkah alat dan bahan yang diperlukan.
b. Selanjutnya, tunjukkan surat izin kunjungan dari sekolah.
c. Kemudian ajukan beberapa pertanyaan mengenai produk bioteknologi di
bidang farmasi dan rekam menggunakan handphone.

25
Gambar 3.24

d. Dokumentasikan produk hasil bioteknologi yang tersedia di apotek tersebut.

Gambar 3.25

e. Jika sudah cukup, terakhir adalah sesi foot bersama.

Gambar 3.26

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. BIOTEKNOLOGI BIDANG PANGAN

1. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan yang dilakukan pada dua hari berturut-turut setelah pengolahan
kedelai hingga menjadi kedelai adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan I (Senin, 6 Februari 2023)

Kedelai yang terbungkus masih dalam keadaan panas dan


mengembun.

b. Pengamatan II (Selasa, 7 Februari 2023)

Jamur merata, tekstur rata, dan bau tempe.

2. PEMBAHASAN
Pada pengamatan I keadaan bungkus kedelai dipenuhi uap air akibat panas
yang masih ditimbulkan oleh proses fermentasi dan mycelia putih dari jamur
belum merata (masih terlihat padatan/biji kedelai).
Pada pengamatan II masih ada biji kedelai yang terlihat akan tetapi
keadaan kedelai telah terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur,
karena padatan kedelai menempel pada pembungkusnya maka padatan kedelai
tersebut terlihat membentuk tekstur yang rata sesuai bentuk pembungkusnya dan
pastinya tercium bau yang khas dari bungkusan kedelai tersebut yaitu bau tempe.

B. BIOTEKNOLOGI BIDANG FARMASI

1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan yang didapat setelah wawancara adalah sebagai berikut:

27
a. Produk hasil bioteknologi yang tersedia di Apotek Pramuka, Labuhan Ratu
II, Kecamatan Way Jepara diantaranya adalah antibiotik, vitamin B2, dan
vitamin B12.
b. Sedangkan produk hasil bioteknologi lainnya seperti vaksin, insulin analog,
interferon, dan antibodi manokronal tidak tersedia di apotek tersebut dan
tersedia di rumah sakit dan puskemas.

2. PEMBAHASAN
a. Antibiotik
1) Penisilin
Beberapa contoh obat yang termasuk dalam golongan penisilin
adalah:
a) Amoxicillin

Gambar 4.1
 Bentuk obat: Tablet, kaplet, sirup kering, kapsul, dan suntik
 Merek dagang: Amobiotic, Amoxicillin Trihydrate, Amoxsan,
Betamox, Erlamoxy, Etamox, Holimox, Hufanoxil, Omemox,
Pehamoxil, Pritamox, Supramox, Topcillin

b) Ampicillin

Gambar 4.2

28
 Bentuk obat: Kaplet, kapsul, sirup kering, suspensi kering, dan
suntik
 Merek dagang: Ambiopi, Ampicillin, Ampicillin Trihydrate,
Binotal, Phapin, Sanpicillin, Viccillin

c) Oxacillin

Gambar 4.3
 Bentuk obat: Suntik
 Merek dagang: Meixam

d) Penicillin G

Gambar 4.4

 Bentuk obat: Suntik


 Merek dagang: Benzathine Benzyl penicillin, Procaine Benzyl
Penicillin, Procaine Penicillin G Meiji

e) Penicillin VK

Gambar 4.5
 Bentuk obat: Tablet

29
 Merek dagang: Phenoxymethyl Penicillin Potassium,
Phenoxymethyl Penicillin

2) Peringatan sebelum menggunakan antibiotik


a. Beri tahu dokter tentang semua riwayat alergi dimiliki.
b. Beri tahu dokter tentang riwayat masalah kesehatan yang dimiliki,
terutama penyakit kronis, misalnya penyakit ginjal atau penyakit
liver.
c. Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau
produk herbal tertentu sebelum menggunakan antibiotik, untuk
mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
d. Beri tahu dokter jika sedang hamil, berencana untuk hamil, atau
sedang menyusui.
e. Beri tahu dokter jika sedang menggunakan pil KB untuk mencegah
kehamilan, karena beberapa antibiotik dapat menurunkan efektivitas
pil KB.
f. Jangan melakukan vaksinasi dengan vaksin bakteri hidup, seperti
vaksin tifoid atau BCG, bila sedang menggunakan antibiotik.
g. Jangan menghentikan pengobatan dengan antibiotik sebelum waktu
yang ditentukan dokter meski gejala sudah membaik atau bahkan
hilang.
h. Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani
pengobatan dengan antibiotik, karena dapat meningkatkan risiko
terjadinya efek samping.
i. Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis
setelah menggunakan antibiotik.

3) Efek samping penggunaan antibiotik

Beberapa efek samping umum yang mungkin terjadi setelah


menggunakan antibiotik adalah sebagai berikut:

a. Kantuk

30
b. Pusing hingga terasa ingin pingsan
c. Mual dan muntah
d. Diare
e. Perut kembung atau gangguan pencernaan
f. Sakit perut
g. Hilang nafsu makan
h. Kandidiasis pada kelamin, khususnya pada wanita.

Selain itu, ada efek samping yang lebih serius akibat penggunaan
antibiotik, yaitu:

a. Infeksi Clostridiumdifficile, yang bisa ditandai dengan diare berat,


kram perut, dan darah atau lendir pada tinja
b. Reaksi alergi obat, yang bisa ditandai dengan sulit bernapas, atau
bengkak di bibir maupun kelopak mata, setelah menggunakan
antibiotik.

b. Vitamin B2

Gambar 4.6
1) Merek dagang vitamin B2: Arkavit C, Curcuma Plus, Curcumin,
Momilen PL, Nutrimax B, Surbex Pramilet
 Golongan Obat bebas
 Kategori Suplemen vitamin
 Manfaat Mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin B2
 Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

31
 Bentuk obat Tablet, sirop, dan kapsul

2) Peringatan sebelum mengonsumsi vitamin B2


a) Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang dimiliki.
b) Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau
produk herbal tertentu.

c) Beri tahu dokter jika pernah atau sedang menderita hepatitis, sirosis,
atau gangguan empedu.
d) Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis
setelah mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin B2.

3) Dosis suplemen B2 berdasarkan tujuan penggunaannya

a) Tujuan: Mengatasi kekurangan vitamin B2

 Dewasa: Dosis maksimal 30 mg per hari yang dapat dibagi


menjadi beberapa jadwal konsumsi. Untuk pencegahan, dosisnya
1–2 mg per hari.
 Anak-anak: 3–10 mg per hari yang dapat dibagi menjadi
beberapa jadwal konsumsi.

b) Tujuan: Mengatasi anemia mikrositik


 Dewasa: 10 mg per hari, selama 10 hari.

4) Angka kecukupan gizi vitamin B2

Berikut ini adalah AKG vitamin B2 per hari:

a. Usia 0–5 bulan: 0,3 mg


b. Usia 6–11 bulan: 0,4 mg
c. Usia 1–3 tahun: 0,5 mg
d. Usia 4–6 tahun: 0,6 mg
e. Usia 7–9 tahun: 0,9 mg
f. Laki-laki usia ≥10 tahun: 1,3 mg

32
g. Perempuan usia 10–18 tahun: 1 mg
h. Perempuan usia ≥19 tahun: 1,1 mg

5) Efek samping dan bahaya vitamin B2

Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, suplemen yang


mengandung vitamin B2 jarang sekali menimbulkan efek samping.
Namun, jika dikonsumsi berlebihan, vitamin B2 dapat membuat urine
menjadi lebih kuning. Hal ini umumnya tidak berbahaya dan akan
membaik dengan sendirinya setelah konsumsi vitamin B2 dihentikan.

c. Vitamin B12

Gambar 4.7
1) Merek dagang vitamin B12: BlackmoresExecutive B, BecombionSyrup,
Betominplex, Enervita B Complex Plus, Havit B12, Jamieson B Complex,
Nature’s Plus Vitamin B-12, Nutrimax B Complex, Ramvit Vitamin B12,
Sanvita-B Plus, Synplus B Complex, Seles B12, Ultra Vit B Complex,
Vitamin B12, Vitamin B12 IPI, Vitamin B Complex + B12, Wellness Mega
B Complex, Mersibion, Neurobion 5000, Neurosanbe.
 Golongan Obat bebas dan resep
 Kategori Suplemen vitamin
 Manfaat Mengobati defisiensi vitamin B12,
terutama pada penderita anemia pernisiosa
 Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

33
 Bentuk obat Tablet, tablet kunyah, tablet larut
(effervescent), kapsul lunak, sirop, cairan suntik

2) Peringatan Sebelum Mengonsumsi Vitamin B12


 Jangan mengonsumsi suplemen ini jika alergi terhadap vitamin B12
atau cobalt. Selalu beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang
dimiliki sebelum mengonsumsi suplemen apapun.
 Beri tahu dokter jika pernah atau baru saja menjalani operasi pada
lambung atau usus, seperti gastricbypass atau pemotongan usus.
 Segera ke dokter bila mengalami gejala alergi obat atau overdosis
setelah mengonsumsi suplemen vitamin B12.

3) Dosis dan aturan pakai vitamin B12


Kondisi: Anemia pernisiosa
 Dewasa: 2.000 mcg per hari.
 Anak-anak: 1.000 mcg per hari atau tiap 2 minggu sekali.

Kondisi: Anemia megaloblastik

 Dewasa: 50–150 mcg per hari.

Kondisi: Kekurangan vitamin B12

 Dewasa: 25–2000 mcg per hari.


 Anak-anak: 0,5–3 mcg per hari.

4) Kebutuhan harian dan batas asupan vitamin B12

Berikut adalah rincian jumlah vitamin B12 yang dibutuhkan per


hari berdasarkan AKG:

Usia Kebutuhan (mcg/hari)

0–6 bulan 0,4

7–12 bulan 0,5

34
1–3 tahun 0,9

4–8 tahun 1,2

9–13 tahun 1,8

14 tahun ke atas 2,4

5) Efek samping dan bahaya vitamin B12


 Mual dan muntah
 Sakit kepala
 Kesemutan di tangan dan kaki
 Lelah atau lemas.

35
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan laporan ini yang didapatkan maka dapat kami menarik
sebuah garis besar tentang peranan bioteknologi dalam sebuah kehidupan
manusia sebagai berikut.

1. Bioteknologi dapat diartikan sebagai pemanfaaatan prinsip ilmiah dan


teknologi dengan menggunakan makhluk hidup sebagai alat bantu untuk
menghasilkan produk atau jasa guna kepentingan manusia. Bioteknologi
bukanlah suatu disiplin ilmu melainkan penerapan ilmu suatu teknik dalam
biologi.
2. Pemanfaatan bioteknologi meliputi bioteknologi dalam bidang pangan dan
kesehatan serta farmasi.

B. SARAN
1. Penerapan bioteknologi, sebaiknya tidak hanya dari segi menghasilkan suatu
produk saja namun juga perlu diperhatikan dampak yang akan terjadi dengan
dihasilkannya produk tersebut.
2. Dari pembuatan laporan ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
diantaranya siswa harus selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai
bioteknologi baik dibidang pangan maupun farmasi, hal ini dikarenakan ilmu
bioteknologi dibidang pangan dan farmasi yang terus berkembang dan
memunculkan teori atau cara baru.

36
DAFTAR PUSTAKA

Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi
Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI. Swiss Development
Cooperation.

Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan


Gizi, IPB Bogor.

Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika


Pembangunan UNPAD, Bandung.

Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.

Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.


PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.

Budianto, Anto Ismu. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk


Rekayasa Genetika di Indonesia. Jurusan Hukum Vol. 7, No. 15.

Wahyono, Poncojari. 2000. Bioteknologi, Sebuah Ilmu Masa Depan yang


Menjanjikan. Jurnal Ilmiah Bestari, No. 31.

37
LAMPIRAN

A. Foto dokumentasi kunjungan industri produk hasil bioteknologi dibidang pangan


dan farmasi

Gambar 5.1

Gambar 5.2

Gambar 5.3

38

Anda mungkin juga menyukai