ALAM
DAMPAK LIMBAH INDUSTRI TEMPE TERHADAP
LINGKUNGAN
KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK
A. Latar Belakang
1. Pengertian Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari fermentasi biji
kedelai atau beberapa bahan lainnya. Fermentasi menggunakan beberapa jenis
kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus
stolonifer dan beberapa jenis kapang Rhizopus lainnya. Dimana pada proses
fermentasi akan terjadi hidrolisis senyawa – senyawa kompleks menjadi sederhana,
sehingga baik untuk dicerna. Tempe merupakan makanan yang kaya akan serat
pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Tempe selain sebagai alternatif untuk
mencukupi kebutuhan protein, juga memiliki nilai obat seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal bebas ( Sartika
2009). Menurut Haryoko dalam , secara umum tempe berwarna putih, dikarenakan
pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk
tekstur yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya
degradasi dari komponen-komponen kedelai itu sendiri.
2. Pengolahan Tempe
Tempe adalah produk kedelai fermentasi asli Indonesia yang kaya akan
komponen nutrisi. Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang
tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber
protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam
amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun
penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk
menjaga keseimbangan asam amino tersebut. Kacang-kacangan dan umbi-umbian
cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk.
Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya
dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk
dan susu kedelai. Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul
kadar proteinnya dapat mencapai 40 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung,
tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai
mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein
susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau
sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat
dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat
diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses
pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses
yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa
dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui dampak positif dari industri usaha tempe
- Untuk mengetahui dampak negatif dari pembuangan industri usaha tempe pada
lingkungan
- Untuk mengetahui cara meminimalisir dampak dari limbah industri usaha
tempe
C. Rumusan Masalah
- Bagaimana dampak positif dari industri usaha tempe?
- Bagaimana dampak negatif dari industri usaha tempe?
- Cara meminimalisir dampak negatif dari hasil sampingan industri usaha
tempe?
II.Analisa Usaha
A. Dampak Positif
1. Limbah pembuatan tahu dapat digunakan sebagai sumber pupuk pertanian. Air
limbah yang mengandung zat organik oleh industri langsung dibuang ke saluran
irigasi dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanah pertanian. Biasanya para petani
mencari air untuk mengairi sawahnya dan memanfaatkannya.
2. Dapat juga berguna untuk tambahan makanan ikan-ikan peliharaan disawah.
Biasanya para petani yang mengelola ikan secara rutin dan terus-menerus mengaliri
untuk makanan ikan. Dan hasilnya pun ikan cepat besar.
3. Limbah padat pada industri tempe dapat dijadikan oncom
4. Membuka lapangan kerja baru
B. Dampak Negatif
1. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah,
larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu
perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat
menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Limbah cair berupa air
bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan kedelai ditampung di dalam septic
tank yang telah dibuat oleh pengelola pabrik tempe, namun tidak bisa dipungkiri
limbah cair tersebut masih dibuang ke perairan.
2. Dampak limbah gas terhadap lingkungan, industri tempe mengandung banyak bahan
organic dan padatan larutan. Untuk memproduksi 1 ton tempe dihasilkan limbah
3.000-5.000 liter. Penyebab pencemaran udara dari pabrik tempe yaitu asap dari
pengelohan tempe, asap sari kayu bakar, dan aroma dari bahan baku tempe yang
mengandung amonia.
3. Dampak limbah padat hasil industri tempe, yaitu sampah kulit kedelai dapat
menumpuk dengan sangat banyak jika tidak dibuang dengan benar. Sampah dari
kedelai dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Dapat mempengaruhi kesehatan
masyarakat sekitar dan mencemari lingkungan.
III.Penutup
Kesimpulan
Dampak Negatif
1. Dampak negatif yang diberikan oleh limbah cair yaitu dapat merusak atau
mencemari perairan
2. Dampak negatif dari limbah padat yang dihasilkan dari industri tempe yaitu
kulit kedelai yang mengelupas selama proses perendaman dan kulit kedelai
tersebut dapat menumpuk menjadi banyak, lalu limbah tersebut dapat
mencemari lingkungan sekitar
3. Dampak negatif yang dihasilkan oleh limbah gas yaitu asap yang membuat
polusi udara
Dampak Positif
1. Beberapa limbah yang dihasilkan oleh industri tempe dapat dijadikan sebagai
suatu yang bermanfaat
2. Manfaat dari limbah padat yaitu dapat dijadikan makanan ternak
3. Sedangkan manfaat sampingan limbah cair yaitu dapat dijadikan pupuk
dengan pengolahan tersendiri
Cara meminimalisirkannya
1. Penanganan limbah cair industri tempe yaitu dapat dijadikan pupuk
2. Dan penanganan limbah gas industri tempe adalah dengan ditanggapi system
bilogis
3. Penanganan limbah padat pada industri tempe yaitu dapat membuang sampah
tersebut dengan tempat yang disediakan dan tidak membuang sembarangan.