TINJAUAN PUSTAKA
d. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan keadaan air yang kotor dan tidak jernih, buram, tidak
bening atau keruh. Kondisi limbah cair sebelum disaring adalah keruh. Penyaringan
limbah cair tahu dan tempe menggunakan saringan pasir diperoleh sampel air tidak keruh
karena air limbah yang sudah disaring tersebut bersifat optik serta bahan organik yang
ada di dalam limbah tersebut sudah tidak ada. Kekeruhan menunjukkan sifat optis air
yang menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air (Azhari, 2016).
Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air karena gaya tarik menarik antar
molekul yang terjadi antara benda-benda yang bersentuhan. Sekalipun ada pengaruh
padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun penyerapan cahaya
dipengaruhi bentuk dan ukurannya. Kekeruhan terjadi karena adanya bahan terapung dan
terurainya zat tertentu seperti bahan organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda
lain yang melayang ataupun terapung dan sangat halus. Sifat keruh air dapat dilihat
dengan mata secara langsung karena ada partikel kolodial (diameter 10-8 μ mm) yang
terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein, dan ganggang yang terdapat
dalam limbah (Azhari, 2016).
e. pH
Air limbah indutri tempe sifatnya cenderung asam, pada keadaan asam ini akan
terlepas zat-zat yang mudah untuk menguap. Hal ini mengakibatkan limbah cair industri
tahu mengeluarkan bau busuk. pH sangat berpengaruh dalam proses pengolahan air
limbah. Baku mutu yang ditetapkan sebesar 6-9. Pengaruh yang terjadi apabila pH terlalu
rendah adalah penurunan oksigen terlarut. Oleh karena itu, sebelum limbah diolah
diperlukan pemeriksaan pH serta menambahkan larutan penyangga agar dicapai pH yang
optimal (Sayow et al., 2020).
f. Nitrogen
Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah untuk mengurangi kandungan bahan
pencemar seperti senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, serta senyawa organik
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di alam. Pengolahan dilakukan hingga
batas air limbah tidak mencemarkan lingkungan hidup. Efisiensi pengolahan limbah dengan
proses biologis anaerob hanya sekitar 70%-80%, sehingga air limbah masih mengandung kadar
pencemar organik cukup tinggi, serta bau yang masih ditimbulkan sehingga hal ini menyebabkan
masalah tersendiri (Fatimah, 2016).
Limbah industri tempe setelah diolah dengan biofilter diperoleh hasil efisiensi penurunan
rata-rata 98% untuk parameter BOD, COD, dan TSS, sehingga efluen yang dibuang ke sungai
sudah memenuhi baku mutu (Nuerhayati et al., 2011). Menurut Sugiharto (2014), secara garis
besar kegiatan pengolahan limbah cair dikelompokkan menjadi 6 bagian yaitu:
Industri Tempe
Alvina et al. (2019). Proses Pembuatan Tempe Tradisional. Jurnal Pangan Halal. 1(1). 1-4.
Andini, S. (2009). Pengaruh Pengolahan Anaerobik Biofilter Menggunakan Em4, Sedimentasi,
dan Filtrasi Terhadap Kadar BOD dan TSS Limbah Cair Industri Tempe Dusun Kasihan,
Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Skripsi. Program D-III Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Yogyakarta.
Aryanta. (2020). Manfaat Tempe Untuk Kesehatan. E-Jurnal Widya Kesehatan. 2(1). 44-50.
Atima, W. 2015. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air
Limbah. Jurnal Biology Science dan Education 4(1): 83-93.
Azhari, M. (2016). Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe dengan Metode Teknologi Tepat Guna
Saringan Pasir sebagai Kajian Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan. Media Ilmiah
Teknik Lingkungan, 1(2), 1–8. https://doi.org/10.33084/mitl.v1i2.140
Badan Standarisasi Nasional.(2012). Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia. Jakarta:
PUSIDO BSN
Ellent et al. (2022). Karakteristik Mutu Tempe Kedelai (Glycine max L.) yang Dikemas dengan
Klobot. Jurnal Teknologi Pertanian. 11(1). 32-40.
Fatimah, N. (2016). Evektifitas Sedimentasi dan Fitoremediasi Bak Ganda Tanaman Bambu Air
untuk Menurunkan BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu di Ngoto, Bangunharjo,
Sewon, Bantul. Skripsi. Program D-IV Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. Yogyakarta.
Fikri, E. (2019). Pedoman Pemeriksaan Parameter Air Limbah di Laboratorium. Cetakan 1.
Buku Kedokteran UGC. Jakarta.
Kemenkes. (2022). Tempe Makanan Sederhana yang Bergizi.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1755/tempe-makanan-sederhana-yang-bergizi.
Diakses pada tanggal 11 November 2023.
Maulana, L., Suprayogi, A., & Wijaya, A. P. (2015). ANALISIS PENGARUH TOTAL
SUSPENDED SOLID DALAM PENENTUAN KEDALAMAN LAUT DANGKAL
DENGAN METODE ALGORITMA VAN HENGEL DAN SPITZER. 4.
Novita, E., Hermawan, A. A. G., dan Wahyuningsih, S. (2019). Komparasi Proses Fitoremediasi
Limbah Cair Pembuatan Tempe menggunakan Tiga Jenis Tanaman Air. Jurnal
Agroteknologi 13(1): 16-24.
Nurhayati, I., Asmoro, P., dan Sugito, S. (2011). Pengolahan Air Limbah Pabrik Tempe dengan
Biofilter. Jurnal Teknik Unipa 9(2): 1-5.
Puspawati, S. W. (2017). Alternatif Pengolahan Limbah Industri Tempe dengan Kombinasi
Metode Filtrasi dan Fitoremediasi. Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah
1(1): 129-136.
Sayow, F., Polii, B. V. J., Tilaar, W., & Augustine, K. D. (2020). ANALISIS KANDUNGAN
LIMBAH INDUSTRI TAHU DAN TEMPE RAHAYU DI KELURAHAN UNER
KECAMATAN KAWANGKOAN KABUPATEN MINAHASA. AGRI-
SOSIOEKONOMI, 16(2), 245. https://doi.org/10.35791/agrsosek.16.2.2020.28758
Sugiharto. (2014). Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Edisi pertama, Cetakan pertama. UI
Press. Jakarta.