DISUSUN OLEH
NAMA : ROHANA SOPIATI
NIM : E1M017067
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA
Dijabarkan sebagai:
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida +
Energi (ATP).
Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakan
senyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana adalah
penting dalam fermentasi tempe, dan merupakan salah satu faktor utama penentu
kualitas tempe, yaitu sebagai sumber protein nabati yang memiliki nilai cerna
amat tinggi. Kandungan protein yang dinyatakan sebagai kadar total nitrogen
memang tidak berubah selama fermentasi. Perubahan terjadi atas kadar protein
terlarut dan kadar asam amino bebas.
d. Proses fermentasi ternyata gagal, bahan baku kedelai mulai membusuk.
Jelaskan faktor apa menurut analisis Anda yang menyebabkan proses
fermentasi gagal!
Jawaban
Menurut analisis saya, yang menyebabkan proses fermentasi gagal, yaitu:
1. Faktor biji kacang kedelai yang digunakan kurang berkualitas.
Menurut jurnal yang saya baca, kedelai lokal memiliki kualitas yang
bagus dibandingkan dengan kedelai import. Karena kedelai lokal
mempunyai nilai keunggulan komparatif yang lebih baik bila
dibandingkan dengan kedelai import karena secara organoliptik kedelai
lokal rasanya lebih enak dan gurih. Namun karena keterbatasan bahan
kedelai lokal, sehingga mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhan pasar
para pengusaha tempe mengimpor biji kedelai dari luar
2. Faktor penggunaan kualitas air.
Dalam proses pembuatan tempe, sangat tidak dianjurkan menggunakan
air sungai karena resiko peluang tempenya menjadi rusak sangat besar. Air
PDAM bisa digunakan tetapi bisa memberikan pengaruh pada proses
fermentasi, karena mengandung kaporit. Air yang dianjurkan untuk
digunakan yaitu bisa air sumur, dengan catatan air sumur tersebut tidak
berbau dan airnya jernih.
3. Faktor penggunaan ragi.
Ragi tempe merupakan bahan baku yang mempunyai peranan sangat
penting dalam proses pembuatan tempe, ragi tempe dengan daya tumbuh
yang rendah akan mengakibatkan kegagalan dalam proses, karena itu para
pengusaha tempe tidak berspekulasi dalam memilih jenis ragi tempe.
Karena ada beberapa dari mereka menggunaan ragi racikan sendiri atau
bahan campuran untuk ragi seperti tepung beras, gamblong, karak atau
jagung. Padahal ragi siap pakai mempunyai peluang keberhasilan yang
besar bila dibandingkan dengan menggunakan ragi racikan sendiri atau
bahan campuran. Karena ragi tempe hasil fermentasi mengandung
mikroorganisme Kapang Rhizopus spp yang mempunyai peran penting
dalam proses fermentasi tempe, supaya menghasilkan kualitas tempe yang
baik. Sebab ragi tempe dengan kualitas yang baik akan menghasilkan
tempe yang berkualitas antara lain berbentuk padatan kompak, berwarna
putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas tempe.
4. Faktor proses pengolahan.
Proses pengolahan diperkirakan mempunyai pengaruh yang sangat
nyata terhadap kualitas tempe, faktor-faktor tersebut meliputi perebusan,
ruang fermentasi, kadar air kedelai, pematusan air, kelembaban ruang
fermentasi, suhu fermentasi, lama fermentasi, rak fermentasi dan jenis
bahan pembungkus (plastik atau daun pisang).suhu ingkubasi selama
proses fermentasi tempe berkisar antara 250C – 300C, dengan kelembaban
relatife (RH) 70% - 85% dan waktu ingkubasi selama 24-48 jam. Lama
fermentasi (4.2048) yang cukup memberi pengaruh langsung terhadap
kualitas tempe, apabila waktu fermentasinya kurang maka tempe yang
terbentuk strukturnya tidak padat, warnanya tidak putih keabu-abuan dan
tidak berbau khas tempe. Suhu fermentasi memberi pengaruh langsung
terhadap lama fermentasi, sebab suhu fermentasi meningkat, karena waktu
fermentasi yang semakin lama.
Jenis bakteri apa yang dominan sehingga proses pembusukan terjadi
Jawaban
Pembuatan tempe yang tidak higenis meningkatkan resiko kontaminasi
bakteri pembusukan maupun pathogen. Bacillus cereus merupakan bakteri
pembusuk dan pathogen yang mengontaminasi tempe karena bakteri tersebut
umum terdapat dalam tanah dan kadang dijumpai pada kedelai. Bacillus
cereus tumbuh selama fermentasi tempe dan diduga menyebabkan rasa pahit
yang kurang disukai. Kontaminasi Bacillus cereus dalam jumlah yang rendah
tidak mempengaruhi mutu tempe, sehingga tidak berlaku konsumen karena
Bacillus cereus dapat menghasilkan toksin. Kontaminasi Bacillus cereus
dalam jumlah yang tinggi menghasilkan tempe dengan sifat organoleptik yang
tidak dapat diterima konsumen. Fermentum diduga karena produksi asam
laktat yang tidak cukup untuk menurunkan pH hingga akhir fermentasi.
Buat persamaan reaksi yang menunjukkan terjadinya reaksi pembusukan, yang
diindekasikan oleh bau yang tidak sedap
Jawaban
Fermentasi yang berlangsung lebih lanjut akan meningkatkan jumlah
bakteri dan jumlah asam lemak bebas, sementara pertumbuhan jamur akan
menurun dan terhenti. Apabila fermentasi berlangsung terlalu lama, akan
terjadi degradasi protein lanjut sehingga terbentuk ammonia (NH3). Itulah
yang menyebabkan pembusukan dan aroma yang tidak sedap (berbau).