TEKNOLOGI BIOPROSES
Pembuatan Tempe
Asisten :
1
2
1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengaruh kemasan pada kadar air dan protein pada tempe.
2) Mengetahui pengaruh perendaman dan perebusan pada produk tempe.
3) Mengetahui pengaruh pengaruh jamur Rhizopus oryzae terhadap sifat dari
organoleptik tempe.
1.4. Manfaat
1) Bagi praktikan dapat mengetahui bagaimana proses fermentasi yogurt.
2) Bagi praktikan dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
jamur Rhizopus oryzae pada tempe.
3) Bagi masyarakat dapat mengetahui nutrisi yang terkandung di dalam tempe.
1.5. Hipotesa
1) Tempe yang dikemas menggunakan daun pisang memiliki kadar protein
lebih tinggi daripada tempe yang dikemas dengan plastik. Kadar air pada
tempe yang dikemas dengan daun pisang lebih tinggi daripada kemasan
bungkus plastik (Salim dkk, 2017)
2) Perebusan dan perendaman akan mempengaruhi kadar abu pada hasil
tempe. Perebusan dan perendaman akan menurunkan kadar abu (Suronoto
dkk, 2020).
3) Jamur Rhizopus oryzae akan terjadi degradasi senyawa organik yang akan
menyebabkan terbentuknya citarasa khas tempe dan inkubasi yang lama
akan menyebabkan aroma busuk pada produk tempe (Milinda dkk, 2021).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
15
Jamur : Jamur
tumbuh tidak
terlalu banyak.
Kacang
1. Plastik 2 Tekstur :
Tanah
Tidak menyatu.
Aroma : Bau
kacang rebus.
Jamur : Tidak
terlalu
menutupi
kacang.
4
Tekstur :
Menyatu.
Aroma : Bau
kacang rebus.
Jamur :
Menutupi
kacang.
6
Tekstur : Padat
Aroma : Bau
kacang rebus.
17
Jamur :
Tumbuh tipis.
Tekstur :
4
Sedikit padat.
Aroma :
Kacang rebus.
Jamur :
Hampir di
seluruh bagian
kacang.
6 Tekstur : Padat
dan mudah
pecah.
Aroma :
Kacang rebus.
18
Jamur : Jamur
tumbuh banyak dan
tidak ada bintik
hitam.
Kacang
1. Plastik 3 Tekstur : Padat
Kedelai
sempurna.
Aroma : Aroma dan
rasa tempe pada
umumnya.
Jamur : Jamur
tumbuh banyak dan
tidak ada bintik
hitam.
6 Tekstur : Padat.
Aroma : Aroma dan
rasa tempe pada
umumnya.
Jamur : Jamur
tumbuh banyak dan
tidak ada bintik
hitam.
9 Tekstur : Padat.
Aroma : Aroma
tempe pada
umumnya dan rasa
sedikit asam.
21
Jamur : Jamur
tumbuh tidak terlalu
banyak.
Tekstur : Setengah
9 padat dengan
adanya endapan
ragi.
Aroma : Aroma
khas tempe.
22
Jamur : Tidak
ada bintik hitam.
Tekstur : Tempe
belum sepenuhnya
6
jadi.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
Jamur : Tidak
ada bintik hitam.
Tekstur : Tempe
belum sepenuhnya
9
jadi.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
23
6 belum sepenuhnya
jadi.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
9 sudah mulai
melekat.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
24
25
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Tempe yang dikemas menggunakan daun pisang memiliki kadar protein
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempe yang dikemas oleh plastik.
2) Perendaman dan pengukusan memiliki keuntungan dalam pembuatan tempe
yaitu dapat menurunkan kadar abu pada tempe.
3) Jamur Rhizopus akan mendegradasi senyawa organik yang membuat tempe
memiliki citarasa khas tempe.
4) Tempe yang dikemas menggunakan daun pisang memiliki kadar protein
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempe yang dikemas oleh plastik
5) Tempe yang tidak dikeringkan setelah perendaman memiliki kemungkinan
besar untuk busuk dan berlendir.
5.2. Saran
1) Penimbangan atau pengukuran ragi harus sangat diperhatikan.
2) Suhu pada saat proses fermentasi sebaiknya pada suhu ruangan jangan
diletakkan dibawah paparan sinar matahari.
3) Proses fermentasi tempe diletakkan ditempat yang bersih singgiga tempe
tidak terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alvina, A., dan Hamdani, D. 2019. Proses Pembuatan Tempe Tradisional. Jurnal
Pangan Halal. Vol. 1(1): 9-12.
Astawan, M., Wresdiyati, T., dan Maknum, L. 2017. Tempe Sumber Zat Gizi dan
Komponen Bioaktif untuk Kesehatan. Bogor: IPB Press.
Eni, E. 2022. Aktivitas bakteriosin bakteri asam laktat yang diisolasi dari limbah
cair tempe dalam menghambat bakteri bacillus subtilis dan pseudomonas
aeruginosa. [SKRIPSI]. Malang (IDN). Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Harahap, S. A., dan Rakhmawati, F. 2022. Etnomatematika dalam Proses
Pembuatan Tempe. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol. 6(2): 1291-1300.
Harmiatun, Y., Sunarto., dan Gultom, M. 2018. Pemanfaatan Limbah Biji Durian
(Durio Zibethinus Murr) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tempe Alternatif
Melalui Proses Fermentasi Oleh Jamur Rhizopus Oligosporus. Jurnal Pro-
Life. 5(1): 526-533.
Hujjatusnaini, N. 2022. Pemanfaatan Limbah Durian (Durio Zibenthinus) sebagai
Bahan Baku Alternatif Pembuatan Tempe. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol.
5(1): 34-42.
Husna, A., Emriadi, E., dan Ristiono, B. 2021. Tempe Kedelai (Rhizopus
oligosporus) sebagai Alternatif Anti Inflamasi. Andalas Dental Journal.
Vol. 9(2): 100-117.
Insan, S., Tarmukan, T., dan Fauziyah, M. 2021. Pengkondisian Suhu Air
Perebusan Kedelai pada Pembuatan Tempe dengan Metode PID. Jurnal
Elkolind: Jurnal Elektronika dan Otomasi Industri. Vol. 6(3): 40-47.
Istiqomah, I., Nurrahman, N., dan Nurhidajah, N. 2019. Perubahan Sifat Kimia
Tempe Kedelai Hitam Dengan Variasi Penambahan Kecambah Dan Lama
Inkubasi. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan. Vol. 8(1): 32-44.
Khikmah, N., dan Haloho, A. 2021. Uji Antibakteri Rhizopus sp. Asal Inokulum
Tempe terhadap Vibrio cholerae. SCISCITATIO. Vol. 2(2): 82-89.
Milinda, I. R., Noer, E. R., Ayustaningwarno, F. dan Dieny, F.F. 2021. Analisis
Sifat Fisik, Organoleptik dan Kandungan Asam Lemak pada Tempe Mete
dan Tempe Kedelai. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 10(4): 119-
126.
Novitasari, D. 2018. Validasi Metode Penerapan Kadar Genistein Ekstrak
Edamame (Glycine mac L. Merrill) Terfermentasi Rhizopus oligosporus
dengan Metode KLT Densitometri. [SKRIPSI]. Jember (IDN). Universitas
Jember.
Nurholipah, N., dan Ayun, Q. 2021. Isolasi dan Identifikasi Rhizopus Oligosporus
dan Rhizopus Oryzae pada Tempe Asal Bekasi. Jurnal Teknologi Pangan.
Vol. 15(1): 98-103.
Nursiwi, A., Ishartani, D., Sari, A., M., dan Nisyah, K. 2018. Perubahan Kadar
Protein, Kadar Serat, dan Kadar Fenol Selama Fermentasi Tempe Lamtoro
(Leucaena leucocephala). Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies
Natalis UNS Ke 42. Surabaya, 2 May 2018: Hal 81.
Permataningtyas, G., D. 2020. Pengembangan Produk Tempe dengan Penambahan
Spirulina (Arthrospira platensis) Menggunakan Metode Value Engineering.
[SKRIPSI] Yogyakarta (IDN). Universitas Gadjah Mada.
Rorong, J. A., dan Wilar, W. F. 2021. Keracunan Makanan oleh Mikroba. Techno
Science Journal. Vol. 2(2): 47-60.
Salim, R., Zebia, E. T., dan Taslim, T. 2017. Analisis Jenis Kemasan Terhadap
Kadar Protein dan Kadar Air pada Tempe. Jurnal Katalisatir Kopertis
Wilayah X. Vol. 2(1): 106-111.
Sayow, F., Polii, B. V. J., Tilaar, W., dan Augustine, K. D. 2020. Analisis
Kandungan Limbah Industri Tahu dan Tempe Rahayu di Kelurahan Uner
Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa. Agri-Sosioekonomi. Vol.
16(2): 245-252.
Suronoto, J., Antuli, Z., dan Une, S. 2020. Analisa Karakteristik Kimia dan Sensori
Tempe dengan Substitusi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.). Jurnal
Teknologi Pangan Jambura. Vol. 2(1): 1-12.
Sarwono, B. 2010. Usaha Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suknia, S. L., dan Rahmani, T. P. D. 2020. Proses pembuatan tempe home industry
berbahan dasar kedelai (Glycine max L. Merr) dan kacang merah (Phaseolus
vulgaris L.) di Candiwesi, Salatiga. Southeast Asian Journal of Islamic
Education. Vol. 3(1): 59-76.
Utama, D. M., dan Baroto, T. 2018. Penggunaan SAW untuk Analisis Proses
Perebusan Kedelai dalam Produksi Tempe. Agrointek. Vol. 12(2): 90-98.
Utami, W., M. 2020. Aktivitas Antioksidan Tempe Kacang Merah (Phaseolus
vulgaris l.) sebagai Pangan Fungsional Antioksidan. [SKRIPSI]. Jakarta
(IDN). Universitas Islam Negeri Syarif Hidatatullah.
LAMPIRAN ALAT DAN BAHAN
BAB I
kalau praktikan merasa
PENDAHULUAN
salah koreksi / pgn banding,
langsung hubungin korektor
1.1. Latar Belakang
GOOD JOB!!!
95 Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai jenis ragam budaya
dan kuliner. Kuliner diartikan sebagai suatu yang dapat dihubungkan dengan dapur
atau masakan. Masakan pasti selalu berhubungan dengan makanan. Makanan yang
dikonsumsi oleh manusia dapat berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bahan-
bahan yang berbeda-beda tersebut yang membuat makanan dapat diolah menjadi
berbagai masakan atau olahan makanan yang berbeda-beda. Kacang adalah salah
satu jenis dari tumbuhan yang dapat diolah menjadi makanan yang memiliki suatu
kandungan yang bermanfaat kesehatan manusia. Contoh olahan kacang yang sangat
terkenal dan menjadi salah satu jenis makanan khas dari Indonesia adalah tempe.
Jenis kacang yang digunakan untuk membuat olahan kacang menjadi produk tempe
dengan kandungan protein yang tinggi umumnya diantaranya yaitu kacang kedelai.
Tempe adalah salah satu jenis makanan dari sekian banyak makanan yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sehari-hari. Tempe juga merupakan
olahan makanan yang berasal dari indonesia. Indonesia merupakan negara produsen
terbesar di dunia dan juga salah satu negara yang menjadi pasar kedelai terbesar di
asia (Alvina dan Hamdani, 2019). Tempe di Indonesia sebagian besar diproduksi
dengan cara tradisional. Tempe dibuat dengan menggunakan cara fermentasi pada
biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan jenis kapang atau dengan
bantuan bakteri sebagai pembantu selama proses fermentasi pembuatan tempe.
Total produksi tempe di indonesia adalah sekitar 1,8 juta ton/tahun, setara
dengan penggunaan dari 60% dari jumlah kedelai nasional yaitu 1,2 juta ton/tahun
(Astawan dkk, 2017). Tempe kaya akan serat pangan yang mengandung protein,
kalsium, vitamin B dan zat besi. Tempe juga memiliki manfaat seperti sebagai nilai
obatuntuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegahan penyakit. Tempe
memiliki warna yang putih yang menandakan adanya pertumbuhan miselia kapang
yang merekatkan biji-bijian kedelai sehingga membentuk tekstur yang memadat.
Praktikum pembuatan tempe dengan tujuan untuk mengetahui pembuatan tempe
dengan proses fermentasi. Tujuan lain dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dari proses pembuatan tempe.
1
2
1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengaruh kemasan pada kadar air dan protein pada tempe.
2) Mengetahui pengaruh perendaman dan perebusan pada produk tempe.
3) Mengetahui pengaruh pengaruh jamur Rhizopus oryzae terhadap sifat dari
organoleptik tempe.
1.4. Manfaat
1) Bagi praktikan dapat mengetahui bagaimana proses fermentasi yogurt.
2) Bagi praktikan dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
jamur Rhizopus oryzae pada tempe.
3) Bagi masyarakat dapat mengetahui nutrisi yang terkandung di dalam tempe.
1.5. Hipotesa
1) Tempe yang dikemas menggunakan daun pisang memiliki kadar protein
lebih tinggi daripada tempe yang dikemas dengan plastik. Kadar air pada
tempe yang dikemas dengan daun pisang lebih tinggi daripada kemasan
bungkus plastik (Salim dkk, 2017)
2) Perebusan dan perendaman akan mempengaruhi kadar abu pada hasil
tempe. Perebusan dan perendaman akan menurunkan kadar abu (Suronoto
dkk, 2020).
3) Jamur Rhizopus oryzae akan terjadi degradasi senyawa organik yang akan
menyebabkan terbentuknya citarasa khas tempe dan inkubasi yang lama
akan menyebabkan aroma busuk pada produk tempe (Milinda dkk, 2021).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
13
DAFTAR PUSTAKA
Alvina, A., dan Hamdani, D. 2019. Proses Pembuatan Tempe Tradisional. Jurnal
Pangan Halal. Vol. 1(1): 9-12.
Astawan, M., Wresdiyati, T., dan Maknum, L. 2017. Tempe Sumber Zat Gizi dan
Komponen Bioaktif untuk Kesehatan. Bogor: IPB Press.
Eni, E. 2022. Aktivitas bakteriosin bakteri asam laktat yang diisolasi dari limbah
cair tempe dalam menghambat bakteri bacillus subtilis dan pseudomonas
aeruginosa. [SKRIPSI]. Malang (IDN). Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Harahap, S. A., dan Rakhmawati, F. 2022. Etnomatematika dalam Proses
Pembuatan Tempe. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol. 6(2): 1291-1300.
Harmiatun, Y., Sunarto., dan Gultom, M. 2018. Pemanfaatan Limbah Biji Durian
(Durio Zibethinus Murr) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tempe Alternatif
Melalui Proses Fermentasi Oleh Jamur Rhizopus Oligosporus. Jurnal Pro-
Life. 5(1): 526-533.
Hujjatusnaini, N. 2022. Pemanfaatan Limbah Durian (Durio Zibenthinus) sebagai
Bahan Baku Alternatif Pembuatan Tempe. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol.
5(1): 34-42.
Husna, A., Emriadi, E., dan Ristiono, B. 2021. Tempe Kedelai (Rhizopus
oligosporus) sebagai Alternatif Anti Inflamasi. Andalas Dental Journal.
Vol. 9(2): 100-117.
Insan, S., Tarmukan, T., dan Fauziyah, M. 2021. Pengkondisian Suhu Air
Perebusan Kedelai pada Pembuatan Tempe dengan Metode PID. Jurnal
Elkolind: Jurnal Elektronika dan Otomasi Industri. Vol. 6(3): 40-47.
Istiqomah, I., Nurrahman, N., dan Nurhidajah, N. 2019. Perubahan Sifat Kimia
Tempe Kedelai Hitam Dengan Variasi Penambahan Kecambah Dan Lama
Inkubasi. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan. Vol. 8(1): 32-44.
Khikmah, N., dan Haloho, A. 2021. Uji Antibakteri Rhizopus sp. Asal Inokulum
Tempe terhadap Vibrio cholerae. SCISCITATIO. Vol. 2(2): 82-89.
Milinda, I. R., Noer, E. R., Ayustaningwarno, F. dan Dieny, F.F. 2021. Analisis
Sifat Fisik, Organoleptik dan Kandungan Asam Lemak pada Tempe Mete
dan Tempe Kedelai. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 10(4): 119-
126.
Novitasari, D. 2018. Validasi Metode Penerapan Kadar Genistein Ekstrak
Edamame (Glycine mac L. Merrill) Terfermentasi Rhizopus oligosporus
dengan Metode KLT Densitometri. [SKRIPSI]. Jember (IDN). Universitas
Jember.
Nurholipah, N., dan Ayun, Q. 2021. Isolasi dan Identifikasi Rhizopus Oligosporus
dan Rhizopus Oryzae pada Tempe Asal Bekasi. Jurnal Teknologi Pangan.
Vol. 15(1): 98-103.
Nursiwi, A., Ishartani, D., Sari, A., M., dan Nisyah, K. 2018. Perubahan Kadar
Protein, Kadar Serat, dan Kadar Fenol Selama Fermentasi Tempe Lamtoro
(Leucaena leucocephala). Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies
Natalis UNS Ke 42. Surabaya, 2 May 2018: Hal 81.
Permataningtyas, G., D. 2020. Pengembangan Produk Tempe dengan Penambahan
Spirulina (Arthrospira platensis) Menggunakan Metode Value Engineering.
[SKRIPSI] Yogyakarta (IDN). Universitas Gadjah Mada.
Rorong, J. A., dan Wilar, W. F. 2021. Keracunan Makanan oleh Mikroba. Techno
Science Journal. Vol. 2(2): 47-60.
Salim, R., Zebia, E. T., dan Taslim, T. 2017. Analisis Jenis Kemasan Terhadap
Kadar Protein dan Kadar Air pada Tempe. Jurnal Katalisatir Kopertis
Wilayah X. Vol. 2(1): 106-111.
Sayow, F., Polii, B. V. J., Tilaar, W., dan Augustine, K. D. 2020. Analisis
Kandungan Limbah Industri Tahu dan Tempe Rahayu di Kelurahan Uner
Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa. Agri-Sosioekonomi. Vol.
16(2): 245-252.
Suronoto, J., Antuli, Z., dan Une, S. 2020. Analisa Karakteristik Kimia dan Sensori
Tempe dengan Substitusi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.). Jurnal
Teknologi Pangan Jambura. Vol. 2(1): 1-12.
Sarwono, B. 2010. Usaha Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suknia, S. L., dan Rahmani, T. P. D. 2020. Proses pembuatan tempe home industry
berbahan dasar kedelai (Glycine max L. Merr) dan kacang merah (Phaseolus
vulgaris L.) di Candiwesi, Salatiga. Southeast Asian Journal of Islamic
Education. Vol. 3(1): 59-76.
Utama, D. M., dan Baroto, T. 2018. Penggunaan SAW untuk Analisis Proses
Perebusan Kedelai dalam Produksi Tempe. Agrointek. Vol. 12(2): 90-98.
Utami, W., M. 2020. Aktivitas Antioksidan Tempe Kacang Merah (Phaseolus
vulgaris l.) sebagai Pangan Fungsional Antioksidan. [SKRIPSI]. Jakarta
(IDN). Universitas Islam Negeri Syarif Hidatatullah.
LAMPIRAN HASIL CEK PLAGIARISME