ABSTRAK
Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang dibuat dengan cara fermentasi
menggunakan Rhyzopus sp. Tempe dapat dibuat dengan menggunakan kacang kedelai dan
kacang non kedelai seperti kacang tanah. Berlaku untuk melihat kualitas tempe yang dihasilkan
menggunakan kacang tempe Prinsip dasar dalam pembuatan tempe adalah pembersihan
pencucian ,perebusan, dan penambahan inokulum, pengemasan dan fermentasi. peragian
menggunakan konsentrasi yang berbeda 0,5%,0,75%, dan 1%. Pengemasan bisa menggunakan
daun pisang atau plastik. Pengujian untuk menentukan mutu tempe ini dilakukan menggunakan
uji organoleptik, terdiri dari rasa, warna, aroma, tekstur, dan kekompakan.
Kata Kunci: Tempe, Kacang Tanah, Kacang Kedelai.
ABSTRACT
Tempe is a traditional Indonesian food made by fermentation using Rhyzopus sp. Tempeh can be
made using soy beans and non-soy beans such as peanuts. Applies to see the quality of tempe
produced using tempeh beans The basic principle in making tempe is cleaning, boiling, and
adding inoculum, packaging and fermentation. fermentation uses different concentrations of
0.5%, 0.75%, and 1%. Packaging can use banana leaves or plastic. The test to determine the
quality of tempe is done using organoleptic tests, consisting of taste, color, aroma, texture, and
compactness.
Keywords: Tempe, Peanuts, Soybeans.
PENDAHULUAN
Produksi kedelai pada tahun 2012 hanya sebesar 843,15 ribu ton, sementara kebutuhan
secara nasional sebesar 2,3 juta ton ([BPS] 2014). Akhirnya, pemerintah melakukan impor
kedelai dari negara lain untuk memenuhi kekurangan akan kebutuhan kedelai di dalam negeri.
Padahal kedelai tersebut menjadi bahan baku utama untuk produk pangan yang dibuat di dalam
negeri seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu kedelai, kembang tahu, dan lain sebagainya.
Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat, khususnya di
Indonesia (Muchtadi 2010)
Tempe merupakan salah satu makanan asli Indonesia yang sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia. Tempe ini kaya akan nilai gizi terutama protein, selain harganya lebih
murah dibandingkan dengan sumber protein yang berasal dari hewani rasanya pun sangat
digemari oleh berbagai lapisan masyarakat, selain sebagai lauk pauk untuk makan, sekarang
tempe juga dikembangkan menjadi makanan ringan. Tempe dibuat dengan cara fermentasi atau
peragian menggunakan kapang Rhizopus sp.
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki hasil kedelai yang cukup tinggi,
sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi
pasar kedelai terbesar di Asia. Produksi tempe di Indonesia sebagian besar masih dilakukan
dengan cara tradisional. Hal ini dikarenakan para pelaku usaha tempe berasal dari kalangan
Industri Rumah Tangga yang masih menggunakan peralatan dan proses produksi yang tidak
standar. Selain dari kacang kedelai pembuatan tempe juga dapat dilakukan menggunakan kacang
tanah. Kacang tanah ini juga sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku
pembuatan tempe.
Kacang tanah dan kedelai merupakan hasil pertanian yang banyak mengandung protein.
Praktikum ini dilakukan untuk melihat mutu dari kacang tanah dan kacang kedelai sebagai bahan
dalam pembuatan tempe disertai juga dengan penambahan konsentrasi ragi yang berbeda-beda.
Parameter Uji
Kel
Warna Aroma Tekstur Rasa Kekompakan
Khas
1 Putih Sangat Khas Tempe dan Tidak Asam Agak Keras Kompak
Tempe
Khas
2 Putih Sangat Khas Tempe dan Tidak Asam Agak Keras Kompak
Tempe
Khas
3 Putih Agak Khas Tempe, Agak Asam Keras Kompak
Tempe
Putih Khas
4 Khas Tempe dan Tidak Asam Agak Keras Kompak
Kekuningan Tempe
Khas
5 Putih Khas Tempe dan Tidak Asam Agak Keras Kompak
Tempe
Putih Khas
6 Khas Tempe dan Tidak Asam Tidak Keras Kompak
Kekuningan Tempe
didapatkan hasil organoleptik tempe yaitu putih kekuningan, aroma khas tempe dan tidak asam,
Proses pembuatan tempe melibatkan tiga faktor pendukung, yaitu bahan baku yang
dipakai (kedelai), mikroorganisme (kapang tempe), dan keadaan lingkungan tumbuh (suhu, pH,
dan kelembaban). Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah biji
kedelai yang telah direbus dan mikroorganisme yang digunakan berupa kapang antara lain
Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dan lingkungan pendukung yaitu
inkubasi dalam suhu ruang. Selain menggunakan kapang murni, laru juga dapat digunakan
sebaga
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru.
Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati
(disebut usar; digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu,
beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum
digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia). Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan
dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat
dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.
Fermentasi. Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses
fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai,
menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu ruang (20 °C–37 °C)
selama 48 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan
banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang dapat
merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan
pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang
2. Uap air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
3. Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat
tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu
4. Keaktifan Laru
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu
pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar dalam
Selama proses pembuatan tempe terjadi perubahan materi, yaitu perubahan fisika dan
kimia. Adanya perubahan suhu, yaitu selama proses inkubasi tempe . Perubahan kimia yang
terjadi pada proses pembuatan tempe adalah pada saat inkubasi. Pada saat itu terjadilah reaksi
fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopus sp menghasilkan energi.
Energi tersebut sebagian ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus sp sebagai energi panas.
Energi panas itulah yang menyebabkan perubahan suhu selama proses inkubasi tempe. Selain
terjadi perubahan suhu, selama proses inkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan
munculnya titik- titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik pembungkus tempe.
Pada awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti berselimut kapas yang putih. Tetapi dengan
bertambahnya masa inkubasi, mulai muncul warna kekuningan pada permukaan. (Krisno, 2011)
Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi kimia pada proses inkubasi. Jamur
Rhizopus sp tergolong makhluk hidup. Oleh karena itu ia juga melakukan respirasi. Respirasi
merupakan reaksi kimia atau perubahan kimia. Salah satu zat yang dilepaskan dari peristiwa
respirasi adalah gas karbondioksida dan uap air. Uap air itulah yang menyebabkan permukaan
dalam plastik pembungkus tempe basah oleh titik-titik air. Sebuah reaksi kimia tidak selalu
menunjukkan seluruh ciri reaksi tersebut. Kadang, reaksi tersebut hanya menunjukkan salah satu
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe
(Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin
dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus oryzae
mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino
(Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease (Margiono,
1992).
Ragi tempe adalah bahan campuran yang berperan penting dalam proses fermentasi. Fungsi
mempercepat fermentasi kedelai menjadi tempe. Fermentasi terjadi karena tumbuhnya jamur
atau cendawan Rhizopus oligosporus pada kacang tanah. Bahan ragi tempe atau kapang tempe
haruslah yang masih aktif. Mengeceknya dengan meremas ragi. Bila masih menghasilkan butiran
CCP pada pembuatan tempe adalah saat perebusan dan pengukusan. Perebusan dan
pengukusan bertujuan agar RH dalam kacang kedelai cocok untuk pertumbuhan kapan Rhizopus
oligosporus dan pertumbuhannya optimum. Selain itu ketika fermentasi harus diperhatikan
Tabel 2.1 Hasil Perbandingan Perlakuan Pada Semua Kelompok Dalam Pembuatan Tempe
Kelompok Perlakuan
Konsentrasi Laru (% dari Jenis Kacang Jenis Inkubasi
Berat Kacang)
1 0,5% Kacang Kedelai Suhu Ruang
2 0,75% Kacang Kedelai Suhu Ruang
3 1% Kacang Kedelai Suhu Ruang
4 0,5% Kacang Tanah Suhu Ruang
5 0,75% Kacang Tanah Suhu Ruang
6 1% Kacang Tanah Suhu Ruang
KESIMPULAN
1. Tahap pengolahan kedelai menjadi tempe meliputi secara umum terdiri dari tahap
perebusan ke 1, pengupasan, perendaman dan pengasaman, perebusan ke 2, pematusan
air, inokulasi menggunakan ragi tempe, pembungkusan dan fermentasi.
2. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tempe adalah mikroorganisme yang
berasal dari jenis kapang Rhizopus sp.
3. Proses pembuatan tempe kedelai atau non kedelai pada prinsipnya sama dengan proses
penambahan inokulum lalu dikemas dan terjadilah fermentasi.
4. Pembuatan tempe dengan menggunkan kacang tanah, konsentrasi ragi sebesar 0,5%
menghasilkan warna tempe yaitu putih kekuninga, aroma khas tempe dan tidak asam,
rasa khas tempe, tekstur agak keras serta miselium yang kompak.
5. Warna tempe sangat di pengaruhi oleh pertumbuhan miselium. Dan pertumbuhan
miselium bergantung pada jenis kapang yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashanunnisa, Riska. 2018. Perbandingan Mutu Tempe Dari Kacang Kedelai Dengan Kacang
Tanah. Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan. Volume 2 Nomor 1 2018. Hal: 43-46.
Arisanti, Desi, Arif Murtaqi Akhmad Mutsyahi, dan Pemriliani Suleman. Mutu Tempe Variasi
Kacang Tanah dan Kedelai. Jurnal Teknologi. Volume 6 Nomor 1. Hal: 26-29.
LAMPIRAN
Gambar 1. Tempe sebelum digoreng Gambar 2. Tempe setelah digoreng