Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TETAP

BATCH DISTILLATION COLUMN


LABORATORIUM TEKNIK SEPARASI DAN PURIFIKASI

DISUSUN OLEH:

RIZKY HIDAYAT (03031182025020)


DHARMAWAN ANTONIO SALIM (03031282025063)
SHAH JEEHAN ALIED FAHLAN (03031382025091)
PRISMAWINDA ANIVA NUTHQI (03031382025095)
RASHYANTI NABILAH ANDJANI (03031382025097)
AGINO HERVI (03031382025100)
LIDIA BAHRI (03031382025105)

NAMA CO SHIFT : 1. ISNA NUR ALIYAH


2. M. RAZI ALGHIFARY

NAMA ASISTEN : 1. FADHILLAH RIZKY


2. ISNA NUR ALIYAH
3. MOHAMAD ZAKY NUGRAHA
4. M. RAZI ALGHIFARY
5. VALENTINO ZAKARIA SIAGIAN

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
ABSTRAK

Distilasi merupakan sebuah metode operasi yang sering dijumpai dalam


industri kimia, yang menggunakan prinsip berdasarkan perbedaan titik didih atau
tekanan uap murni dalam suatu campuran homogen. Jenis distilasi yang digunakan
adalah batch distillation column dengan komponen etanol dan air. komponen etanol
bersifat lebih volatil dibandingkan air, hal ini disebabkan etanol memiliki titik didih
yang lebih rendah dibandingkan air. Proses distilasi terjadi akibat adanya
perpindahan panas dan massa antara uap dan cairan di sepanjang kolom dengan
adanya bantuan tray. Sieve tray digunakan dengan pertimbangan lebih efisien
dibandingkan tray jenis lainnya dalam mengurangi foaming dan entrainment.
Proses pemisahan etanol-air dilakukan dengan dua variasi waktu dan beberapa
variasi daya. Variasi waktu yang digunakan adalah 10 menit dan 15 menit, dengan
enam variasi daya 0,3; 0,4; 0;5; 0;6;0,7;0,8 kW. Peningkatan daya pada reboiler
berpengaruh pada nilai boil-up rate, pressure drop, dan densitas yang dihasilkan.
Semakin tinggi daya yang digunakan maka semakin cepat penguapan, sehingga
nilai boil-up rate, pressure drop, dan densitas semakin tinggi. Nilai boil-up rate
yang didapat pada waktu 10 menit adalah 36, 24, 60, dan 38 mL/10 detik.
Ketidakteraturan nilai boil up rate disebabkan adanya degree of foaming yang
tinggi. Foaming merupakan keadaan dimana liquid berekspansi akibat laju aliran
vapour atau gas yang lewat. Nilai pressure drop didapatkan melalui alat manometer
sebagai acuan kondisi di dalam kolom. Nilai densitas yang diperoleh dengan waktu
10 menit didapat sebagai berikut 0,7045; 0,8105;0,8070; 0,7997; 0,8009; 0,8068
g/mL. Ketidakteraturan nilai densitas, selain disebabkan adanya foaming,
penggunaan piknometer yang belum dikeringkan dan masih mengandung sampel
lain menjadi indikator ketidakteraturan dengan nilai yang dihasilkan.
Kata kunci: batch distillation column, daya reboiler, boil-up rate, pressure drop,
densitas.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seluruh operasi yang ada di dalam industri kimia selalu melibatkan proses
pengolahan bahan baku untuk dapat menghasilkan sebuah produk. Unit operasi
yang umum dijumpai adalah unit separasi atau pemisahan. Proses pemisahan di
industri umumnya dilakukan untuk memurnikan aliran produk yang dihasilkan pada
proses sebelumnya. Prinsip dari proses separasi atau pemisahan yaitu memisahkan
dua senyawa atau lebih yang saling bercampur. Senyawa dapat dipisahkan dari
campurannya bila memiliki sifat fisika atau sifat kimia yang berbeda.
Salah satu metode dalam melakukan pemisahan adalah dengan metode
distilasi. Distilasi merupakan proses pemisahan campuran cair multikomponen
dengan memanfaatkan perbedaan volatilitas atau titik didih komponen-komponen
penyusunnya. Proses distilasi dapat dilakukan pada alat yang disebut dengan kolom
distilasi. Pada industri petrokimia biasanya perbedaan titik didih komponen
penyusun yang ingin dipisahkan saling berdekatan, sehingga kolom distilasi yang
digunakan lebih kompleks yaitu dengan melakukan distilasi fraksionasi. Aplikasi
distilasi sering dijumpai di industri-industri petrokimia seperti pengolahan minyak
mentah menjadi fraksi-fraksi penyusunnya misalnya avtur, bensin, dan solar.
Terjadi beberapa fenomena perpindahan pada saat proses distilasi
dilakukan, seperti perpindahan panas dan massa. Faktor inilah yang menyebabkan
distilasi mampu meningkatkan kemurnian produk dari sebuah campuran. Proses
distilasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu distilasi batch dan distilasi kontinu.
Distilasi batch merupakan proses yang umumnya dilakukan pada alat produksi
skala kecil untuk dilakukan pengujian sebelum dibuat dalam skala industri. Pada
praktikum ini, praktikan akan mempelajari prinsip dasar dan cara kerja alat batch
distillation column. Mengetahui prinsip dasar proses distilasi berguna untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada proses distilasi menggunakan alat
Batch Distillation Column. Variabel yang dapat mempengaruhi seperti pressure
drop, power input, laju boil up, dan degree of foaming pada tray. Berdasarkan hal
proses distilasi dapat dievaluasi demi tercapainya peningkatan efisiensi.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana prinsip dan cara kerja Batch Distillation Column?
2) Bagaimana hubungan pressure drop yang melintasi Batch Distillation
Column dengan variasi power input?
3) Bagaimana hubungan laju boil-up dengan pressure drop dan degree of
foaming pada tray?
4) Bagaimana pengaruh waktu proses dan daya terhadap destilat yang
dihasilkan ?
1.3. Tujuan
1) Mengetahui prinsip dan cara kerja Batch Distillation Column.
2) Mengetahui hubungan pressure drop yang melintasi Batch Distillation
Column dengan memvariasikan power input.
3) Mengetahui hubungan laju boil-up dengan pressure drop dan degree of
foaming pada tray.
4) Mengetahui pengaruh waktu proses dan daya terhadap destilat yang
dihasilkan.

1.4. Manfaat
1) Bagi praktikan, dapat meningkatkan pemahaman tentang prinsip dasar dan
cara kerja proses distilasi terutama pada sistem batch distillation column
serta mampu mengoperasikan batch distillation column.
2) Para peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
yang berkaitan dengan penentuan kondisi operasi optimum dalam
penggunaan Batch Distillation Column dengan membandingkan beberapa
variasi parameter yang mempengaruhi proses distilasi.
3) Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman prinsip kerja batch
distillation column dan kegunaannya kepada lingkungan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asas Distilasi


Distilasi atau penyulingan merupakan suatu metode pemisahan campuran
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan saat tekanan dan temperatur tertentu (Fatimura, 2014). Dalam
proses distilasi atau penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga akan menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan, dimana zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Distilasi juga
merupakan proses pemisahan fisik yang tidak memerlukan reaksi kimia yang dapat
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi komponen didalam suatu campuran
biner untuk mendapatkan komponen yang murni (Kuni Nadliroh, 2021). Pemisahan
komponen-komponen dari campuran liquid melalui proses distilasi bergantung
pada perbedaan titik didih dan juga bergantung pada konsentrasi komponen.
Unit operasi distilasi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
memisahkan komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan
bergantung pada distribusi komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air.
Umumnya industri-industri kimia menerapkan proses distilasi pada bagian akhir
dalam pembuatan produk kimia yang termasuk ke dalam proses purifikasi Syarat
agar terjadi operasi pemisahan komponen secara distilasi adalah sebagai berikut:
a) Keadaan standar berupa cairan, dimana saling melarutkan satu sama lain
menjadi larutan homogen.
b) Memiliki sifat penguapan (volatilitas) yang cukup tinggi
c) Tidak membentuk cairan azeotrope (campuran dua atau lebih komponen
yang tidak dapat berubah menggunakan distilasi sederhana.
Proses distilasi umumnya terjadi pada suatu kolom vertikal dimana campuran bahan
akan dipisahkan berdasarkan perbedaan volatilitas komponen tersebut. Pemisahan
dilakukan melalui pemanasan oleh uap sehingga fraksi yang lebih volatil akan
menguap dan naik ke bagian atas kolom distilasi untuk selanjutnya dikondensasikan
dan menghasilkan distilat. Fraksi dengan titik didih yang lebih tinggi akan
dikeluarkan dari kolom distilasi melalui bagian bawah yang disebut sebagai bottom

3
4

product. Pada bagian tray kontak antara cairan dari bagian atas kolom yang menuju
bawah dengan uap fraksi dari bawah yang naik ke atas akan menyebabkan
terjadinya pertukaran panas. Terjadinya pertukaran panas tersebut yang
menyebabkan meningkatnya kemurnian distilat pada proses distilasi.

2.2. Prinsip Dasar Distilasi


Prinsip distilasi dalam kehidupan sehari-hari salah satunya yaitu proses
pemihasan digunakan untuk menghasilkan penyulingan minyak kayu putih, air
murni, pemisahan bioetanol dari campuran. Prinsip distilasi sangat penting untuk
dipelajari karena mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip distilasi
sangat sulit untuk dipahami tanpa alat-alat praktikum. Ketersediaan laboratorium
serta kelengkapan peralatan penunjang merupakan suatu keharusan agar mahasiswa
dapat lebih mudah dalam mempraktikan langsung dan memahaminya. Beberapa
contoh distilasi sering digunakan dalam laboratorium adalah distilasi sederhana.
Proses pemisahan campuran komponen-komponen larutan melalui distilasi
berdasarkan perbedaan titik didih setiap komponen. Prinsip distilasi adalah
penguapan larutan dan pengembunan kembali uap tersebut pada temperatur titik
didih. Titik didih suatu komponen larutan adalah titik dimana suhu dan tekanan
uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Prinsip-prinsip dasar dari suatu distilasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenisnya adalah sebagai berikut:
2.2.1. Distilasi Sederhana
Menurut Ikhwanudin dkk (2020), prinsip distilasi sederhana merupakan
dasar pemisahan dengan perbedaan titik didih yang cukup besar. Proses ketika
campuran dipanaskan, komponen titik didih yang lebih rendah menguap terlebih
dahulu, meninggalkan kontaminan sebagai residu. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer. Tujuan dari distilasi sederhana salah satunya yaitu untuk
mendapatkan cairan murni dari cairan yang telah terkontaminasi zat terlarut atau
bercampur dengan cairan lain dengan jarak selisih titik didih yang cukup besar.
2.2.2. Distilasi Azeotrop
Menurut Nurdianti dkk (2020), prinsip distilasi azeotrop adalah suatu
distilasi menggunakan pelarut yang tidak saling tercampur dan memiliki titik didih
berbeda. Distilasi ini biasanya digunakan pada keadaan dimana campuran yang
5

akan didistilasi tidak stabil, mengetahui bahwa senyawa tersebut dapat


didekomposisi sebelum campuran dengan titik didih lebih dari 150oC. Distilasi
azeotrop juga digunakan untuk proses pemisahan yang melibatkan tambahan
perantara yang disebut entrainer, hal ini yang menyebabkan terjadinya pengaruh
volatilitas komponen azeotrop yang lain. Entrainer merupakan liquid yang terbawa
keatas tray yang disebabkan oleh tingginya aliran vapor. Proses ini dapat
menyebabkan efisiensi dari larutan yang akan didistilasi berkurang.
2.2.3. Distilasi Uap
Distilasi uap biasanya digunakan untuk suatu pemisahan pada komponen
campuran senyawa yang titik didih bisa mencapai 200°C atau lebih. Prinsip kerja
distilasi uap yakni uap ditambahkan kedalam campuran, membuat sebagian cairan
yang akan didistilasi menguap dan uap dikondensasi agar terbentuk dua fraksi cair.
Keuntungan dari suatu distilasi uap salah satunya adalah jika dibandingkan dengan
distilasi lain, prinsip dari distilasi uap adalah suatu proses distilasi pemisahan
campuran tang dilakukan pada temperatur yang memiliki titik didihnya rendah.
2.2.4. Distilasi Vakum
Menurut Ansyory dkk (2019), prinsip kerja dari distilasi vakum adalah
hampir sama dengan proses distilasi sederhana, akan tetapi yang membedakan
hanya kondisi operasi. Metode distilasi jenis ini berdasarkan prinsip pendidihan, Itu
terjadi ketika tekanan uap cairan melebihi tekanan atmosfer. Proses pemisahan pada
distilasi vakum terjadi pada rentang vakum (25-40 mmHg). Produk yang diproduksi
oleh distilasi vakum termasuk overhead product dan bottoms product, light vacuum
gas oil (LVGO), heavy vacuum gas oil (HVGO) dan vacuum residue.

2.3. Aspek yang Mempengaruhi Distilasi


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tahapan dari distilasi biasa
adalah jenis bahan, suhu, volume bahan, dan seberapa cepat atau lama proses
distilasi itu berlanjut. faktor yang memiliki pengaruh paling besar adalah suhu.
Proses distilasi untuk dapat memantau suhu, maka dibutuhkan sistem instrumentasi
yang terdapat dalam alat distilasi. Alat ini menggunakan sistem komputer. Menurut
Mazzott (dalam Fattimura, 2013), menyatakan pendapatnya bahwa ada empat
macam aliran yang dapat mempengaruhi proses terjadinya distilasi. Aliran umpan,
6

yaitu aliran yang masuk ke kolom distilasi. Aliran produk, yaitu aliran yang keluar
dari kolom distilasi (biasanya ada destilate atau produk atas dan ada bottom product
atau produk bawah. Aliran internal (internal stream), yaitu aliran yang berada di
dalam kolom distilasi, biasanya ada vapor stream dan liquid stream. Aliran refluks,
yaitu aliran yang dikembalikan lagi menuju kolom distilasi melalui atas kolom.
Foaming atau pemuaian cairan yang menyebabkan terjadinya aliran uap
yang bermasalah dalam distilasi. Cairan akan bertumpuk pada tray karena foam dan
liquid larut pada tray yang berada di bagian atas jika jumlah foaming terlalu banyak.
Entrainment adalah salah satu faktor yang disebabkan oleh aliran uap yang tidak
baik yang mana uap membawa liquid menuju tray yang berada pada bagian atas.
Penyebab dari hal tersebut adalah terlalu tingginya laju aliran uap. Menurunnya
kualitas pemisahan juga dapat disebabkan oleh entrainment. Flooding akan terjadi
apabila terjadinya entrainment secara terus-menerus flooding maka akan
mengakibatkan flooding, yaitu kolom dipenuhi dengan liquid.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handayani dkk (2014) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat kualitas distilasi dapat dilihat dari cara
membersihkan peralatan distilasi. Distilasi juga akan dipengaruhi oleh perbedaan
suhu dan juga seberapa besar koefisien perpindahan panas yang terjadi ketika
tahapan distilasi itu sendiri yang dapat disebut dengan energi dalam (U) total.
Distilasi berkualitas paling tinggi adalah 39% dan memiliki angka koefisien
perpindahan panas hingga 1,675 dengan campuran zat-zat yang mudah menguap.

2.4. Kategori Distilasi


Distilasi dibagi menjadi beberapa jenis. Berdasarkan prosesnya, distilasi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu distilasi batch dan distilasi kontinu. Berdasarkan
basis tekanan operasinya, distilasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu distilasi
sederhana, vakum, dan tekanan. Berdasarkan komponen penyusunnya, distilasi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu distilasi sistem biner dan distilasi sistem multi
komponen. Berdasarkan sistem operasinya, distilasi dibedakan menjadi dua jenis
yaitu Single-stage distilasi, dan Multi-stage distilasi. Berdasarkan jenis diatas,
distilasi secara umum dibagi menjadi enam jenis yaitu distilasi sederhana,
fraksional (bertingkat), uap, vakum, azeotrop, dan ekstraktif (Vladimir, 2019).
7

2.4.1. Distilasi Sederhana


Menurut Wahyudi dkk (2019) menyatakan bahwa distilasi sederhana
diartikan sebagai suatu teknik pemisahan yang digunakan untuk memisahkan dua
atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Prinsip dasar
pemisahan yang digunakan pada distilasi sederhana yakni pada perbedaan titik
didih yang jauh atau sifat dari salah satu komponennya memiliki sifat yang volatil.
Komponen yang memiliki titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu daripada
yang memiliki titik didih tinggi, hingga nantinya zat sisa (pengotor, dll) akan
terpisah ataupun tertinggal sebagai residu. Distilasi ini umumnya digunakan untuk
memisahkan campuran liquid-liquid seperti contoh air dan alkohol.
2.4.2. Distilasi Fraksional (Bertingkat)
Distilasi fraksional atau yang disebut dengan distilasi bertingkat merupakan
suatu metode pemisahan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik
didihnya yang tidak terlalu jauh yakni sekitar 30ᵒC atau lebih. Kolom fraksional
terdiri dari beberapa plate dan pada masing-masing plate terjadi proses
pengembunan. Uap yang naik pada plate yang lebih tinggi akan mengandung lebih
banyak cairan. Pada distilasi fraksional terjadi pemanasan alam dimana suhu yang
berbeda-beda bertahap disetiap platnya. Tujuan dari pemanasan yang berbeda-beda
tersebut ialah untuk memurnikan distilat dari plate yang berada di bawahnya. Suhu
yang meningkat mengakibatkan sifat dari campurannya semakin tidak volatil lagi.
2.4.3. Distilasi Uap
Distilasi uap merupakan jenis distilasi yang digunakan ketika campuran dari
senyawa yang ada memiliki suhu yang mencapai 200ᵒC atau lebih. Distilasi uap
mampu menguapkan senyawa dengan suhu mendekati 100°C, dengan catatan
dalam tekanan atmosfer dengan cara memanfaatkan uap atau air mendidih.
Senyawa yang belum mencapai titik didih, pada distilasi uap ini zat cair tersebut
telah mengalami penguraian, oksidasi juga pengubahan (rearranagment).
Menurut Brown (dalam Ahmad, (2020) menyatakan bahwa sebelum
komponen mengalami reaksi pengubahan (rearranagment), maka komponen
tersebut tidak dapat dimurnikan. Senyawa tersebut tidak dapat dimurnikan
menggunakan distilasi sederhana ataupun bertingkat melainkan menggunakan
8

distilasi uap ini. Distilasi uap ini diharapkan dapat mampu menyelesaikan masalah
dari beberapa senyawa menjadi rusak ataupun salah satu molekulnya pecah karena
pemanasan yang dilakukan memiliki suhu yang terlalu tinggi.
2.4.4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum merupakan pemisah dua komponen yang mana memiliki
titik didih yang sangat tinggi. Distilasi vakum biasanya digunakan jika komponen
yang ingin didistilasi mengalami ketidakstabilan. Metode yang digunakan dalam
distilasi vakum tidak dapat diterapkan pada pelarut yang memiliki titik didih
rendah. Pompa vakum atau aspirator digunakan untuk mengurangi tekanan.
2.4.5. Distilasi Azeotrop
Menurut Brown (dalam Ahmad, 2020) menyatakan bahwa pemisahan
senyawa dengan menggunakan distilasi azeotrope perlu menggunakan bantuan dari
senyawa lain agar mampu memecahkan ikatan azeotrope. Pemecahan ikatan
azeotrope tersebut perlu memerlukan tekanan yang cukup tinggi untuk memisahkan
kedua senyawa tersebut. Distilasi azeotrop merupakan distilasi dengan cara
menambahkan extraneous mass separating agent atau entrainer.
2.4.6. Distilasi ekstraktif
Menurut Gusmarwani (2015) menyatakan bahwa distilasi ekstraktif adalah
salah satu metode distilasi yang menggunakan pelarut untuk memperbesar
volatilitas relatif. Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalahnya adalah
dengan cara memodifikasi distilasi dengan memberikan zat ketiga yang bersifat
non-volatile atau sering kali disebut sebagai solvent atau entrainer. Solvent atau
entrainer tersebut biasanya memiliki titik didih lebih tinggi daripada campuran
azeotrop yang akan dilakukan pemisahan nantinya. Solvent atau entrainer yang
sering digunakan antara lain Dimetil Sulfoksida dan etilen glikol.

2.5. Jenis Kolom Pemisah


Jenis kolom pemisah distilasi merupakan komponen yang vital dalam
Chemical Process Industry (CPI) sehingga mereka harus dirancang dengan benar
dan dengan cara yang paling hemat biaya. Bagian dalam kolom distilasi bisa
katakan sebagai bagian terpenting dari kolom karena sulit diakses setelah start-up.
Kerusakan internal di kolom dapat mempengaruhi seluruh proses. Pemilihan
9

komponen internal tersebut didasarkan pada aplikasi pemisahan yang diinginkan


dengan mempertimbangkan karakteristik masing-masing opsi yang diperlukan.
Komponen internal kolom dapat berupa plate atau packing.
2.5.1. Tray Column
Tray column merupakan alat kontak yang berupa plate dan berfungsi untuk
menajamkan pemisahan komponen. Berdasarkan Subagjo (2015). Sesuai dengan
jenis kolom pemisah berbentuk silinder tegak dengan sejumlah tray yang tersusun
di sepanjang kolom distilasi pada jarak tertentu. Cairan dimasukkan dari bagian atas
(top) kolom dan akan mengalir ke bawah (bottom) melalui tray yang satu ke tray
yang lain dibawahnya. Penambahan tray memungkinkan agar aliran uap yang naik
ke kolom atas dan bertemu cairan yang mengalir turun. Kontak antara cair dan uap
ini dapat menyebabkan terjadinya perpindahan massa. Tray berfungsi untuk
memperluas kontak antara cairan dan gas sehingga komponen dapat dipisahkan
dengan bentuk gas atau cairan sesuai dengan rapat jenisnya (Ramadani, 2017).
Tray memiliki beberapa tipe desain tray column, yaitu sieve tray, valve tray,
dan yang paling umum adalah bubble cap tray. Sieve atau perforated tray umumnya
dibentuk dari lapisan logam datar yang dilengkapi dengan sejumlah lubang. Desain
valve tray mirip dengan sieve tray namun di setiap lubang terdapat cap yang dapat
bergerak naik turun berdasarkan kecepatan aliran uap. Bubble cap tray mempunyai
tingkat-tingkat yang terpasang di atas lubang dan sebuah cap yang menutupi setiap
tingkatannya. Bubble cap tray digunakan pada kondisi aliran rendah dengan kondisi
tray harus tetap basah. Jenis bubble cap tray ini memberikan turbulensi massa
antara cairan dan uap yang menyebabkan terbentuknya suatu froth.
2.5.2. Packed Column
Packed Column yaitu sebuah kolom distilasi yang dilengkapi packing untuk
memperluas permukaan kontak cairan dan uap dengan mendistribusikan cairan.
Distribusi cairan oleh packing menyebabkan cairan tidak lagi mengalir turun ke
bottom secara langsung melainkan terpecah menjadi tetesan-tetesan sebelum
kontak dengan uap. Aliran antara cairan dan uap pada packed column ini dapat
berupa aliran counter current maupun co-current. Packed column dapat digunakan
sebagai kolom fraksinasi untuk distilasi secara kontinu maupun batch.
10

Struktur packing biasanya terdiri dari lapisan jaring, kasa atau lembaran
bergelombang halus bergantian. Tinggi packing pada setiap kolom dapat
bermacam-macam tergantung pada jumlah plate teoritis yang terdapat di sepanjang
kolom. Packed column terbagi menjadi dua tipe yakni structured packing dan
random packing. Structured packing memiliki bentuk bergelombang dan berupa
lembaran. Ketinggian structured packing umumnya berkisar antara 6-12 in. Jenis
structured packing ini menghasilkan luas kontak per volume lebih besar apabila
dibandingkan dengan random packing namun harganya akan lebih tinggi.
2.6. Perbedaan Metode Distilasi Batch dan Distilasi Kontinu
Berdasarkan prosesnya, distilasi dibagi menjadi dua yaitu distilasi batch dan
distilasi kontinu. Sistem batch ialah proses hanya terjadi satu kali kemudian
menghasilkan distilat dan residu, sedangkan kontinu ialah proses yang terjadi secara
terus menerus. Secara umum perbedaan yang sangat terlihat dari distilasi batch dan
kontinu ialah dari segi kolom distilasinya. Distilasi batch hanya membutuhkan satu
kolom saja, sedangkan pada distilasi kontinu akan membutuhkan N-1 kolom
dimana N merupakan jumlah dari komponen yang akan dilakukan pemisahan.
2.6.1. Distilasi Batch
Distilasi batch atau batch distillation merupakan proses pemisahan senyawa
atau komponen yang hanya terjadi satu kali dalam prosesnya. Menurut Sari dan
Ernawati (2017) menyatakan bahwa distilasi batch biasanya dilakukan secara batch
dalam bejana distilasi, uap yang terbentuk akan segera diembunkan dan distilat
yang terjadi dipisahkan dari liquid yang tertinggal dalam bejana. Distilasi batch ini
tidak memiliki aliran baik masuk maupun keluar sama halnya dengan sebuah
reaktor. Hasil yang diperoleh dari distilasi batch berupa distilat dan residu pada
akhir prosesnya. Pada distilasi batch umumnya memiliki sifat yang unsteady state
dimana produk yang akan dihasilkan dari distilasi batch ini beragam jumlahnya
pada tiap satuan waktu. Menurut Budiman (2021) menyatakan bahwa walaupun
memiliki nilai ekonomis yang tergolong rendah, distilasi batch masih digunakan
sampai saat ini, adapun beberapa alasannya adalah sebagai berikut:
1) Diperuntukan bagi produksi yang memiliki kapasitas yang kecil karena akan
jauh lebih ekonomis;
11

2) Digunakan pada produksi produk musiman;


3) Sistem batch lebih fleksibel;
4) Pada pemisahan multi komponen, sistem batch hanya membutuhkan single
column yang mana akan jauh lebih efisien dibandingkan distilasi kontinu.
2.6.2. Distilasi Kontinu
Distilasi kontinu merupakan proses pemisahan senyawa atau komponen
yang mana prosesnya terjadi secara terus-menerus. Menurut Permatasari dkk
(2015), perbedaan yang sangat mencolok dari proses distilasi batch dan ditilasi
kontinu adalah feed mengalir melewati kolom secara keseluruhan dan
menyebabkan proses dengan kondisi steady state. Campuran dalam fase liquid
merupakan salah satu bahan yang diumpankan secara terus-menerus ke dalam
kolom distilasi begitu juga dengan produk yang dihasilkan. Komposisi dan
temperatur dari liquid pada proses distilasi kontinu ini adalah bernilai sama.
Distilasi kontinu umumnya memiliki sifat steady state dimana tidak terjadi
keberagaman jumlah per satuan waktunya atau juga disebut dengan konstan. Prinsip
kerja distilasi kontinu ini hampir sama dengan distilasi lainnya, hanya saja uap air
hasil penguapan zat campuran diberi suhu dingin supaya kembali ke bentuk liquid.
Liquid tersebut akan digunakan kembali atau reuse. Berdasarkan dari segi
pemisahannya,distilasi kontinu ini hampir sama seperti yang lainnya, dengan
berdasarkan pada titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
Distilasi kontinu ini terdapat aliran bahan masuk dan aliran bahan keluar.
Distilasi kontinu memiliki beberapa keunggulan apabila dibandingkan dengan
distilasi batch diantaranya yaitu lebih efisien. Kelemahan distilasi kontinu ialah
prosesnya yang panjang dan berulang sehingga memakan waktu yang lama dalam
proses produksi serta tidak fleksibel ketimbang menggunakan distilasi batch.

2.7. Sistem Refluks pada Distilasi Batch


Jika melihat dari pendapat Sudjadi (1986) tentang refluks bahwa refluks
adalah metode ekstraksi dengan pelarut dan menggunakan suhu pada titik didih dari
pelarut itu sendiri dengan waktu yang sudah ditentukan. Jumlah pelarut juga
biasanya relatif tetap dan disertai dengan pendinginan kembali pada umpan.
Refluks berfungsi untuk mengekstraksi bahan jika terdapat proses pemanasan.
12

Sistem refluks adalah metode yang diterapkan pada reaksi yang membentuk
produk yang dinilai kurang cepat. Kegunaan sistem refluks adalah untuk membuat
laju reaksi menjadi lebih cepat dan menjadi lebih sempurna serta mendapatkan hasil
yang cukup baik pula. Sistem refluks biasanya menggunakan 2 bahan atau lebih,
yaitu katalis yang akan dipanaskan dengan menggunakan labu alas bulat. Metode
ini merupakan salah satu metode distilasi dengan cara mengkondensasi uap, lalu
membalikkan kondensat sesuai ke sistem awal lagi. Sistem refluks biasanya dapat
berguna pada percobaan atau penelitian dengan skala laboratorium.
Menurut Akhyar (2010), prinsip kerja sistem refluks adalah seperti menarik
komponen kimia dengan metode memasukkan sampel dan cairan penyari secara
bersamaan pada labu alas bulat. Uap-uap cairan penyari akan dikondensasi di dalam
kondensor bola dan akan berubah menjadi molekul-molekul liquid penyari. Liquid
penyari kemuadian akan dialirkan ke labu alas bulat dan akan menyari ulang sampel
dalam labu alas bulat dan terjadi hingga proses penyarian sempurna.
Refluks bekerja dengan 4 proses, yaitu heating, evaporating, kondensasi,
dan cooling. Heating adalah ketika labu didih memanaskan umpan, evaporating
adalah saat umpan yang berubah dari liquid menjadi gas dan dimasukkan ke
kondensor. Cooling adalah pendinginan pada ember yang berisi air dan es, lalu
pompa akan dinyalakan dan air dingin dapat dialirkan ke luar kondensor. Air
dipompa di bagian bawah kondensor untuk mencegah terjadinya turbulensi udara.
Sistem refluks ini memiliki kekurangan. Refluks pada distilasi batch
dilakukan dengan berurutan jika ingin mendapatkan hasil produk, refluks pada
distilasi batch dilakukan dengan berurutan. Kendala sering ditemukan jika
melakukan peroses seperti ini. Kendala tersebut menyebabkan tahapan refluks
menjadi lama. Alat-alat yang dipakai dalam percobaan kali ini lebih banyak dan
akan menjadi lebih sulit. Peralatan harus dibongkar pasang dengan teliti karena
banyak peralatan proses distilasi yang digunakan dalam proses refluks.

2.8. Aplikasi Pada Dunia Industri


Distilasi merupakan suatu proses yang pada proses pemisahan yang sering
dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari salah satunya pengolahan tebu menjadi
gula. Distilasi bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari penerapan metode distilasi
13

juga tidak bisa di pisahkan di dunia industri. Distilasi banyak digunakan dalam
berbagai industri contohnya pengolahan minyak bumi dan pembuatan biodiese atau
industri yang menggunakan proses pemisahan berdasarkan titik didih.
2.8.1. Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan bahan baku yang digunakan untuk bahan bakar
minyak. Metode yang digunakan dalam proses pengolahan minyak bumi salah
satunya adalah distilasi. Pada distilasi komponen minyak bumi akan terpisah
berdasarkan fraksi-fraksi sesuai titik didihnya Wati dkk, (2020). Distilasi yang
sering digunakan dalam pengolahan minyak adalah distilasi bertingkat. Prinsip dari
distilasi bertingkat, yaitu proses pemisahanya didasarkan pada pemisahan fraksi-
fraksinya dengan perbedaan titik didih. Fraksi-fraksi tersebut dilanjutkan dengan
proses pemurnian serta dirubah struktur molekulnya, setelah itu di pisahkan dari
pengotornya dan ditambahkan zat aditif untuk menjadi produk. Berbagai macam-
macam hasil dari produk distilasi pengolahan pada minyak bumi:
1. Light Vacum Gas Oil (LVGO).
2. Parafine Oil Distillate (POD
3. High Vacum Gas Oil (HVGO).
4. Short Residu
2.8.2. Pengolahan Bioetanol
Salah satu sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk
dikemabangkan di Indonesia adalah bioethanol. Proses distilasi merupakan proses
yang cukup penting dalam proses pembuatan etanol, metode yang digunakan dalam
pembuatan bioethanol adalah metode distilasi fraksionasi. Prosesnya mencakup
pemisahan campuran senyawa satu atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih.
Menurut Maidangkay dan Dosoputranto (2021), terdapat beberapa tahapan dalam
mengolah bioetanol yang diperoleh dari nira aren ada beberapa tahapan seperti
fermentasi dan proses pemisahan dengan menggunakan metode distilasi. Distilasi
fraksinasi merupakan pemisahan larutan perbedaan titik didihnya yang tidak terlalu
jauh. Pemanasan pada temperatur berbeda digunakan untuk mengetahui kadar
bioetanol dari nira aren dari melalui proses distilasi dengan metode batch agar
menghasilkan bioetanol dengan kualitas tinggi dengan kadar kemurnian tinggi.
14

2.9. Penelitian Terkait

Wahyu dkk (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Rancang Bangun dan
Uji Kinerja Distilator Elektrik sebagai Alat Distilasi Pada Proses Pembuatan
Bioetanol. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas kandungan alkohol
dalam bioetanol yang diproses melalui alat distilasi elektrik. Pengujian alat
distilator elektrik meliputi uji fungsional dan kinerja. Uji fungsional dilakukan
dengan mengecek alat yang digunakan, sedangkan uji kinerja distilator elektrik
adalah uji kinerja otomatis saat alat menghasilkan bioetanol. Alat yang digunakan
dalam pembuatan distilator elektrik, yaitu Las Hi Cook Model At-2008, solder,
pemotong pipa, tang lancip, isolasi kabel, tabung reaktor distilasi dan tubular
heater. Alat tambahan lainnya, seperti termostat bimetal 76oC dan 85oC.
Distilator elektrik dirancang menggunakan bahan alumunium dengan
kapasitas 2,3 Liter dan dengan daya listrik yang disalurkan 60 watt. Variabel yang
digunakan adalah volume sebesar 120 mL. Hasil penelitian menunjukkan waktu
distilasi bioetanol semakin cepat maka semakin tinggi suhu termostat bimetal yang
digunakan. Cepat atau lambatnya suatu reaksi disebabkan karena pengaruh suhu.
Suhu sangat mempengaruhi laju reaksi dimana semakin tinggi suhu yang digunakan
maka reaksi yang berjalan akan semakin cepat begitu juga sebaliknya
(Sehwantoro,2021). Peningkatan suhu akan mengakibatkan partikel-partikel yang
terlarut akan semakin aktif serta tumbukan-tumbukan akan semakin sering terjadi
menyebabkan proses penguapan semakin cepat dan hasil distilasi semakin banyak.
Berdasarkan kandungan alkohol yang diperoleh, didapat kandungan alkohol
bioetanol dengan menggunakan termostat bimetal 76oC menghasilkan kandungan
alkohol tertinggi sebesar 61,7%. Sedangkan yang dihasilkan dengan menggunakan
termostat bimetal 85oC sebesar 35%, yang berarti bioetanol tersebut mengandung
alkohol murni sebesar 35% dan sisanya 65% merupakan zat pelarut yang ikut
terbawa saat proses distilasi. Salah satu indikator tingginya kemurnian alkohol
adalah pengaruh suhu. Disebabkan oleh semakin tinggi suhu distilasi maka air yang
terkandung dalam suatu bahan akan semakin banyak yang menguap dan tertampung
dalam distilat sehingga akan mengurangi konsentrasi alkohol.
15

Min chen dkk (2022) dalam penelitiannya yang berjudul Dynamic


Simulation of a Cryogenic Batch Distillation Process for Hydrogen Isotopes
Separation. Proses distilasi batch kriogenik isotop hidrogen, Tidak seperti proses
kimia pada umumnya, dimana proses simulasi ini harus dioperasikan di bawah suhu
rendah dengan lingkungan vakum yang tinggi. Terdapat pertimbangan dalam
pemilihan proses distilasi menggunakan metode batch, berikut pertimbangannya:
a) Pemisahan multi-komponen umpan dapat dilakukan dalam satu
kolom
b) Konsentrasi komponen umpan dapat divariasikan pada rentang yang
luas
c) Cocok untuk memproses bahan mentah dalam jumlah terbatas.
Simulasi dilakukan menggunakan software Aspen Plus, menggunakan
metode Peng-Rob, dengan gas umpan isotop hidrogen mengandung 50%
deuterium. Parameter lainnya, yaitu panas reboiler sebesar 15 watt dan suhu 300 K.
saat menit ke-750, konsentrasi hidrogen dengan kandungan 50% deuterium mulai
menurun, dan konsentrasi deuterium mulai meningkat. Pada menit ke-798 proses
distilasi batch dihentikan karena terdapat campuran hidrogen di dalam boiler telah
habis di konsumsi dan didapat kemurnian deuterium yang semakin meningkat.
Struktur kontrol dinamis dalam operasi distilasi batch digunakan untuk
meningkatkan efisiensi pada distilasi batch. Struktur kontrol dinamis yang
digunakan pada simulasi ini adalah kontrol komposisi dan kontrol dinamis. Ketika
kedua struktur kontrol ini digunakan aliran maka dengan cepat mendapatkan
komponen dalam wadah hingga konsentrasi digunakan. Dimana distilasi dengan
kontrol dinamis pada simulasi struktur kontrol suhu menyebabkan meningkatnya
waktu pemulihan distilat dari 8,93 jam menjadi 9,53 jam dengan rasio hidrogen
meningkat menjadi 81,12%. Pada kontrol komposisi, dilakukan uji coba pengaturan
pengurangan daya reboiler dan kondensor yang digunakan, yang menyebabkan
pembentukan konsentrasi H2 yang lebih murni pada produk atas (destilat) akan lebih
lambat (Chen et al., 2022). Distilasi pada proses ini dengan menggunakan kedua
struktur kontrol dapat meningkatkan nilai H2 recovery ratio yang diinginkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1) Batch Distillation Column
3.2.1. Bahan
1) Etanol
2) Air
3.2. Prosedur Percobaan
1) Semua valve dipastikan tertutup.
2) Campuran sampel (5 liter etanol dan 5 liter aquadest) dimasukkan ke
dalam tangki feed.
3) Air pendingin (dari keran air) disiapkan kemudian laju alir diatur dengan
memutar valve V5 3 liter/menit atau 3000 cc/menit.
4) Valve V10 dibuka.
5) Reboiler pada panel dinyalakan dengan switch on (tombol warna merah
ditekan) dan knop diatur ke kanan sampai 0,25.
6) Kondisi reflux diatur pada kondisi total reflux dengan tombol “ON” tidak
ditekan pada panel reflux control.
7) Kondisi alat ditunggu sampai berada dalam kondisi kesetimbangan.
8) Degree of foaming yang terjadi pada setiap tray diamati dan dicatat.
9) Valve V6 dan V7 dibuka secara berurutan dan pressure drop yang
ditampilkan pada manometer dicatat.
10) Valve V6 dan V7 ditutup secara bersamaan.
11) Valve V3 dibuka dengan kondensat ditampung pada gelas kimia hingga
selang reflux kosong dan kondensat baru dialirkan secara steady ke gelas
kimia.
12) Kondensat ditampung dalam gelas kimia lain selama 10 detik.
13) Valve V3 ditutup.
14) Langkah diatas diulangi dengan variasi energi yang digunakan reboiler.

16
17

3.3. Blok Diagram

Semua valve dipastikan tertutup

Sampel (5 liter etanol dan 5 liter aquadest)


dimasukkan ke dalam tangki feed

Air pendingin (dari keran air) disiapkan kemudian laju alir


diatur dengan memutar valve V5 3 liter/menit.

Valve V10 dibuka

Reboiler dinyalakan dan knop diatur ke kanan sampai 0,25

Kondisi reflux diatur pada kondisi total reflux

Kondisi alat ditunggu sampai berada dalam kondisi kesetimbangan

Degree of foaming yang terjadi pada setiap tray diamati dan dicatat

Valve V6 dan V7 dibuka secara berurutan dan pressure drop yang


ditampilkan pada manometer dicatat, lalu tutup kembali

Valve V3 dibuka dengan kondensat ditampung pada gelas kimia


hingga selang reflux kosong

Kondensat ditampung dalam gelas kimia lain selama 10 detik

Valve V3 ditutup, Langkah diatas diulangi dengan variasi energi yang


digunakan reboiler

Gambar 3.1. Blok Diagram Batch Distillation Column

Anda mungkin juga menyukai