DISUSUN OLEH:
1
2
1.4. Manfaat
1) Bagi praktikan, dapat meningkatkan pemahaman tentang prinsip dasar dan
cara kerja proses distilasi terutama pada sistem batch distillation column
serta mampu mengoperasikan batch distillation column.
2) Para peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
yang berkaitan dengan penentuan kondisi operasi optimum dalam
penggunaan Batch Distillation Column dengan membandingkan beberapa
variasi parameter yang mempengaruhi proses distilasi.
3) Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman prinsip kerja batch
distillation column dan kegunaannya kepada lingkungan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
product. Pada bagian tray kontak antara cairan dari bagian atas kolom yang menuju
bawah dengan uap fraksi dari bawah yang naik ke atas akan menyebabkan
terjadinya pertukaran panas. Terjadinya pertukaran panas tersebut yang
menyebabkan meningkatnya kemurnian distilat pada proses distilasi.
yaitu aliran yang masuk ke kolom distilasi. Aliran produk, yaitu aliran yang keluar
dari kolom distilasi (biasanya ada destilate atau produk atas dan ada bottom product
atau produk bawah. Aliran internal (internal stream), yaitu aliran yang berada di
dalam kolom distilasi, biasanya ada vapor stream dan liquid stream. Aliran refluks,
yaitu aliran yang dikembalikan lagi menuju kolom distilasi melalui atas kolom.
Foaming atau pemuaian cairan yang menyebabkan terjadinya aliran uap
yang bermasalah dalam distilasi. Cairan akan bertumpuk pada tray karena foam dan
liquid larut pada tray yang berada di bagian atas jika jumlah foaming terlalu banyak.
Entrainment adalah salah satu faktor yang disebabkan oleh aliran uap yang tidak
baik yang mana uap membawa liquid menuju tray yang berada pada bagian atas.
Penyebab dari hal tersebut adalah terlalu tingginya laju aliran uap. Menurunnya
kualitas pemisahan juga dapat disebabkan oleh entrainment. Flooding akan terjadi
apabila terjadinya entrainment secara terus-menerus flooding maka akan
mengakibatkan flooding, yaitu kolom dipenuhi dengan liquid.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handayani dkk (2014) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat kualitas distilasi dapat dilihat dari cara
membersihkan peralatan distilasi. Distilasi juga akan dipengaruhi oleh perbedaan
suhu dan juga seberapa besar koefisien perpindahan panas yang terjadi ketika
tahapan distilasi itu sendiri yang dapat disebut dengan energi dalam (U) total.
Distilasi berkualitas paling tinggi adalah 39% dan memiliki angka koefisien
perpindahan panas hingga 1,675 dengan campuran zat-zat yang mudah menguap.
distilasi uap ini. Distilasi uap ini diharapkan dapat mampu menyelesaikan masalah
dari beberapa senyawa menjadi rusak ataupun salah satu molekulnya pecah karena
pemanasan yang dilakukan memiliki suhu yang terlalu tinggi.
2.4.4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum merupakan pemisah dua komponen yang mana memiliki
titik didih yang sangat tinggi. Distilasi vakum biasanya digunakan jika komponen
yang ingin didistilasi mengalami ketidakstabilan. Metode yang digunakan dalam
distilasi vakum tidak dapat diterapkan pada pelarut yang memiliki titik didih
rendah. Pompa vakum atau aspirator digunakan untuk mengurangi tekanan.
2.4.5. Distilasi Azeotrop
Menurut Brown (dalam Ahmad, 2020) menyatakan bahwa pemisahan
senyawa dengan menggunakan distilasi azeotrope perlu menggunakan bantuan dari
senyawa lain agar mampu memecahkan ikatan azeotrope. Pemecahan ikatan
azeotrope tersebut perlu memerlukan tekanan yang cukup tinggi untuk memisahkan
kedua senyawa tersebut. Distilasi azeotrop merupakan distilasi dengan cara
menambahkan extraneous mass separating agent atau entrainer.
2.4.6. Distilasi ekstraktif
Menurut Gusmarwani (2015) menyatakan bahwa distilasi ekstraktif adalah
salah satu metode distilasi yang menggunakan pelarut untuk memperbesar
volatilitas relatif. Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalahnya adalah
dengan cara memodifikasi distilasi dengan memberikan zat ketiga yang bersifat
non-volatile atau sering kali disebut sebagai solvent atau entrainer. Solvent atau
entrainer tersebut biasanya memiliki titik didih lebih tinggi daripada campuran
azeotrop yang akan dilakukan pemisahan nantinya. Solvent atau entrainer yang
sering digunakan antara lain Dimetil Sulfoksida dan etilen glikol.
Struktur packing biasanya terdiri dari lapisan jaring, kasa atau lembaran
bergelombang halus bergantian. Tinggi packing pada setiap kolom dapat
bermacam-macam tergantung pada jumlah plate teoritis yang terdapat di sepanjang
kolom. Packed column terbagi menjadi dua tipe yakni structured packing dan
random packing. Structured packing memiliki bentuk bergelombang dan berupa
lembaran. Ketinggian structured packing umumnya berkisar antara 6-12 in. Jenis
structured packing ini menghasilkan luas kontak per volume lebih besar apabila
dibandingkan dengan random packing namun harganya akan lebih tinggi.
2.6. Perbedaan Metode Distilasi Batch dan Distilasi Kontinu
Berdasarkan prosesnya, distilasi dibagi menjadi dua yaitu distilasi batch dan
distilasi kontinu. Sistem batch ialah proses hanya terjadi satu kali kemudian
menghasilkan distilat dan residu, sedangkan kontinu ialah proses yang terjadi secara
terus menerus. Secara umum perbedaan yang sangat terlihat dari distilasi batch dan
kontinu ialah dari segi kolom distilasinya. Distilasi batch hanya membutuhkan satu
kolom saja, sedangkan pada distilasi kontinu akan membutuhkan N-1 kolom
dimana N merupakan jumlah dari komponen yang akan dilakukan pemisahan.
2.6.1. Distilasi Batch
Distilasi batch atau batch distillation merupakan proses pemisahan senyawa
atau komponen yang hanya terjadi satu kali dalam prosesnya. Menurut Sari dan
Ernawati (2017) menyatakan bahwa distilasi batch biasanya dilakukan secara batch
dalam bejana distilasi, uap yang terbentuk akan segera diembunkan dan distilat
yang terjadi dipisahkan dari liquid yang tertinggal dalam bejana. Distilasi batch ini
tidak memiliki aliran baik masuk maupun keluar sama halnya dengan sebuah
reaktor. Hasil yang diperoleh dari distilasi batch berupa distilat dan residu pada
akhir prosesnya. Pada distilasi batch umumnya memiliki sifat yang unsteady state
dimana produk yang akan dihasilkan dari distilasi batch ini beragam jumlahnya
pada tiap satuan waktu. Menurut Budiman (2021) menyatakan bahwa walaupun
memiliki nilai ekonomis yang tergolong rendah, distilasi batch masih digunakan
sampai saat ini, adapun beberapa alasannya adalah sebagai berikut:
1) Diperuntukan bagi produksi yang memiliki kapasitas yang kecil karena akan
jauh lebih ekonomis;
11
Sistem refluks adalah metode yang diterapkan pada reaksi yang membentuk
produk yang dinilai kurang cepat. Kegunaan sistem refluks adalah untuk membuat
laju reaksi menjadi lebih cepat dan menjadi lebih sempurna serta mendapatkan hasil
yang cukup baik pula. Sistem refluks biasanya menggunakan 2 bahan atau lebih,
yaitu katalis yang akan dipanaskan dengan menggunakan labu alas bulat. Metode
ini merupakan salah satu metode distilasi dengan cara mengkondensasi uap, lalu
membalikkan kondensat sesuai ke sistem awal lagi. Sistem refluks biasanya dapat
berguna pada percobaan atau penelitian dengan skala laboratorium.
Menurut Akhyar (2010), prinsip kerja sistem refluks adalah seperti menarik
komponen kimia dengan metode memasukkan sampel dan cairan penyari secara
bersamaan pada labu alas bulat. Uap-uap cairan penyari akan dikondensasi di dalam
kondensor bola dan akan berubah menjadi molekul-molekul liquid penyari. Liquid
penyari kemuadian akan dialirkan ke labu alas bulat dan akan menyari ulang sampel
dalam labu alas bulat dan terjadi hingga proses penyarian sempurna.
Refluks bekerja dengan 4 proses, yaitu heating, evaporating, kondensasi,
dan cooling. Heating adalah ketika labu didih memanaskan umpan, evaporating
adalah saat umpan yang berubah dari liquid menjadi gas dan dimasukkan ke
kondensor. Cooling adalah pendinginan pada ember yang berisi air dan es, lalu
pompa akan dinyalakan dan air dingin dapat dialirkan ke luar kondensor. Air
dipompa di bagian bawah kondensor untuk mencegah terjadinya turbulensi udara.
Sistem refluks ini memiliki kekurangan. Refluks pada distilasi batch
dilakukan dengan berurutan jika ingin mendapatkan hasil produk, refluks pada
distilasi batch dilakukan dengan berurutan. Kendala sering ditemukan jika
melakukan peroses seperti ini. Kendala tersebut menyebabkan tahapan refluks
menjadi lama. Alat-alat yang dipakai dalam percobaan kali ini lebih banyak dan
akan menjadi lebih sulit. Peralatan harus dibongkar pasang dengan teliti karena
banyak peralatan proses distilasi yang digunakan dalam proses refluks.
juga tidak bisa di pisahkan di dunia industri. Distilasi banyak digunakan dalam
berbagai industri contohnya pengolahan minyak bumi dan pembuatan biodiese atau
industri yang menggunakan proses pemisahan berdasarkan titik didih.
2.8.1. Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan bahan baku yang digunakan untuk bahan bakar
minyak. Metode yang digunakan dalam proses pengolahan minyak bumi salah
satunya adalah distilasi. Pada distilasi komponen minyak bumi akan terpisah
berdasarkan fraksi-fraksi sesuai titik didihnya Wati dkk, (2020). Distilasi yang
sering digunakan dalam pengolahan minyak adalah distilasi bertingkat. Prinsip dari
distilasi bertingkat, yaitu proses pemisahanya didasarkan pada pemisahan fraksi-
fraksinya dengan perbedaan titik didih. Fraksi-fraksi tersebut dilanjutkan dengan
proses pemurnian serta dirubah struktur molekulnya, setelah itu di pisahkan dari
pengotornya dan ditambahkan zat aditif untuk menjadi produk. Berbagai macam-
macam hasil dari produk distilasi pengolahan pada minyak bumi:
1. Light Vacum Gas Oil (LVGO).
2. Parafine Oil Distillate (POD
3. High Vacum Gas Oil (HVGO).
4. Short Residu
2.8.2. Pengolahan Bioetanol
Salah satu sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk
dikemabangkan di Indonesia adalah bioethanol. Proses distilasi merupakan proses
yang cukup penting dalam proses pembuatan etanol, metode yang digunakan dalam
pembuatan bioethanol adalah metode distilasi fraksionasi. Prosesnya mencakup
pemisahan campuran senyawa satu atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih.
Menurut Maidangkay dan Dosoputranto (2021), terdapat beberapa tahapan dalam
mengolah bioetanol yang diperoleh dari nira aren ada beberapa tahapan seperti
fermentasi dan proses pemisahan dengan menggunakan metode distilasi. Distilasi
fraksinasi merupakan pemisahan larutan perbedaan titik didihnya yang tidak terlalu
jauh. Pemanasan pada temperatur berbeda digunakan untuk mengetahui kadar
bioetanol dari nira aren dari melalui proses distilasi dengan metode batch agar
menghasilkan bioetanol dengan kualitas tinggi dengan kadar kemurnian tinggi.
14
Wahyu dkk (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Rancang Bangun dan
Uji Kinerja Distilator Elektrik sebagai Alat Distilasi Pada Proses Pembuatan
Bioetanol. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas kandungan alkohol
dalam bioetanol yang diproses melalui alat distilasi elektrik. Pengujian alat
distilator elektrik meliputi uji fungsional dan kinerja. Uji fungsional dilakukan
dengan mengecek alat yang digunakan, sedangkan uji kinerja distilator elektrik
adalah uji kinerja otomatis saat alat menghasilkan bioetanol. Alat yang digunakan
dalam pembuatan distilator elektrik, yaitu Las Hi Cook Model At-2008, solder,
pemotong pipa, tang lancip, isolasi kabel, tabung reaktor distilasi dan tubular
heater. Alat tambahan lainnya, seperti termostat bimetal 76oC dan 85oC.
Distilator elektrik dirancang menggunakan bahan alumunium dengan
kapasitas 2,3 Liter dan dengan daya listrik yang disalurkan 60 watt. Variabel yang
digunakan adalah volume sebesar 120 mL. Hasil penelitian menunjukkan waktu
distilasi bioetanol semakin cepat maka semakin tinggi suhu termostat bimetal yang
digunakan. Cepat atau lambatnya suatu reaksi disebabkan karena pengaruh suhu.
Suhu sangat mempengaruhi laju reaksi dimana semakin tinggi suhu yang digunakan
maka reaksi yang berjalan akan semakin cepat begitu juga sebaliknya
(Sehwantoro,2021). Peningkatan suhu akan mengakibatkan partikel-partikel yang
terlarut akan semakin aktif serta tumbukan-tumbukan akan semakin sering terjadi
menyebabkan proses penguapan semakin cepat dan hasil distilasi semakin banyak.
Berdasarkan kandungan alkohol yang diperoleh, didapat kandungan alkohol
bioetanol dengan menggunakan termostat bimetal 76oC menghasilkan kandungan
alkohol tertinggi sebesar 61,7%. Sedangkan yang dihasilkan dengan menggunakan
termostat bimetal 85oC sebesar 35%, yang berarti bioetanol tersebut mengandung
alkohol murni sebesar 35% dan sisanya 65% merupakan zat pelarut yang ikut
terbawa saat proses distilasi. Salah satu indikator tingginya kemurnian alkohol
adalah pengaruh suhu. Disebabkan oleh semakin tinggi suhu distilasi maka air yang
terkandung dalam suatu bahan akan semakin banyak yang menguap dan tertampung
dalam distilat sehingga akan mengurangi konsentrasi alkohol.
15
16
17
Degree of foaming yang terjadi pada setiap tray diamati dan dicatat