DISUSUN OLEH:
AFIFAH AMALANNISA (03031381823073)
VIOLETTA VIOLA (03031381823077)
M. ADAM AL FITRAH (03031381823083)
THALIA PARADITA (03031381823085)
JEFREY HUSADHA (03031381823095)
ABSTRAK
Prinsip kerja dari Batch distilasi column yang digunakan untuk memisahkan
campuran cairan yang berupa etanol dengan air. Batch distillation column bekerja
pada aliran-aliran input yang disokong kedalam reboiler dan katup air pendingin
pada kondensat. Total reflux menandakan bahwa proses dari pemisahan berada
pada tingkat efiensi tertinggi. Daya pada data percobaan sebesar 0,50 kW, 0,75 kW,
1,00 kW dan 1,25 kW untuk mengetahui pengaruh daya terhadap boil-up rate dan
daya terhadap pressure drop overall. Daya sebesar 1,25 kW pada boil-up rate
13,0000 mL/10 detik dan pressure drop 98 cmH2O merupakan nilai tertinggi yang
didapatkan. Semakin besar boil-up rate maka degree of foaming terbentuk semakin
keras karena pressure drop yang dipengaruhi oleh daya yang disuplai. Daya 0,50
kW dengan boil-up rate 4,3000 mL/10 detik dan pressure drop 98 cmH2O
merupakan daya yang terendah didapatkan. Semakin kecil boil-up rate maka degree
of foaming yang terbentuk semakin lembut dan semakin kecil daya yang
didapatkan.
Kata kunci: distilasi, reflux, boil-up rate, pressure drop, degree of foaming
BAB I
PENDAHULUAN
2
3
1.4. Manfaat
1) Para praktikan dapat memahami prinsip kerja dari batch distilation column.
2) Menjadi sumber referensi untuk melakukan riset yang melibatkan proses
distilasi dengan rangkaian alat batch distilation column.
3) Dapat digunakan sebagai data pembanding untuk mengkaji proses yang
terjadi pada industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
fermentasi terdiri dari etanol dengan air dan komponen penyusun lain hasil samping
dari proses. Nilai perbedaan dari titik didih yang ada di kedua komponen penyusun
utama ini maka dapat digunakan di proses distilasi. Proses distilasi yang terjadi ini
tentu membutuhkan tahap pengoptimalan dari proses yang akan terjadi, karena itu
dibutuhkanlah data kesetimbangan uap-cair dari masing-masing komponen. Hal ini
agar komponen penyusun dapat mengoptimalkan proses yang terjadi dalam kolom
destilat. Data kesetimbangan uap-cair dari masing-masing komponen ini harus
diketahui agar di dalam proses distilasi nantinya dapat di atur atau di kontrol nilai
dari temperatur yang digunakan dalam proses. Temperatur yang diatur dapat dari
segi temperatur di dalam tangki reboiler atau juga temperatur dari media air
pendingin yang digunakan dalam kolom kondensat (Takwanto dkk, 2016).
dari kolom berisi beberapa tray ataupun plate yang disusun pada jarak tertentu
(tray/plate spacing) di sepanjang kolom. Cairan dimasukan dari puncak kolom dan
dalam perjalanannya cairan bakal mengalir dari tray yang satu ke tray yang lainnya
yang terdapat dibagian bawahnya (Azis R., 2017).
Saat proses berlangsung, di tiap tray akan terjalin kontak fasa antara fasa
cairan dengan fasa uap yang dimasukkan dari dasar kolom destilasi. Mengakibatkan
keseluruhan kontak antara fasa dalam tray tower bisa dipandang sebagai aliran
lawan arah (counter-current), walaupun arus yang sesungguhnya adalah arus silang
(cross flow). Kecepatan aliran uap atau gas juga akan mempengaruhi terhadap
keberhasilan proses pemisahan. Kecepatan gas yang sangat rendah nilainya, akan
membuat gelembung-gelembung gas akan mengembang sehingga luas permukaan
bidang kontak pada masing-masing satuan volume akan menjadi kecil sehingga
mengurangi efisiensi pemisahan (Fatimura, 2014).
Packed column digunakan untuk mengontakkan cairan dan uap secara
berlanjut baik aliran secara counter-current maupun secara cocurrent. Cairan
terdistribusi dan mengakibatkan hanya terdapat tetesan (tidak lagi mengalir secara
langsung) dalam melewati packed bed, mengakibatkan terjadinya permukaan
kontak yang luas dengan gas. Sebagian karekteristik packing sehingga biasa
digunakan dalam packing column merupakan pertama menyediakan permukaan
kontak yang luas antara gas dan cairan. Kedua mempunyai karekteristik aliran
fluida. Ketiga secara kimia inert terhadap fluida yang diproses. Keempat memiliki
struktur yang kuat sehingga dapat memudahkan dalam pengendalian serta instalasi.
Kelima anggaran biaya untuk proses instalasi yang rendah.
2.3.1. Bubble cap tray
Bubble cap tray merupakan tray yang memakai bubble cap untuk
menggapai tahap keseimbangan. Bubble cap berbentuk seperti mangkok terbalik
yang terletak di atas riser, yang mana uap nantinya bisa masuk dari bagian dasar
tray serta akan terdispersi pada permukaan dasar cairan melalui celah-celah ataupun
slot. Bubble cap tray digunakan pada keadaan aliran rendah, mewajibkan tray untuk
tetap basah, kecuali dalam keadaan polimer ataupun fouling yang besar.
Keuntungan dari pemakaian tray jenis Bubble cap tray ini adalah banyaknya nilai
7
informasi teknis dan pengalaman tentang Bubble cap tray serta memungkinkan
perlengkapan yang beroperasi pada keadaan yang bermacam-macam dengan
efisiensi relatif tetap atau tidak mengalami perubahan.
2.3.2. Valve tray
Valve tray berbentuk perforasi (lubang- lubang kecil) yang ditutupi dengan
valve yang mudah dilepas. Uap naik lewat perforasi pada tray, bubble pada liquid
berupa sama. Valve yang terangkat menampilkan uap mengalir secara horizontal ke
dalam liquid, dengan demikian akan menyediakan kombinasi yang boleh jadi
terjadi dalam sieve tray. Ballast atau Valve tray yang mirip dengan Sieve Tray,
hanya di tiap lubang dipasang cap-cap yang bisa dinaikan ataupun berbentuk valve
yang bisa naik turun tergantung modifikasi kecepatan aliran uap. Gerak vertikal dari
cap yang diizinkan antara ¼-½ inch. Operasi Valve tray lebih fleksibel
dibandingkan dengan Sieve tray (Kolmetz, 2013).
2.3.3. Sieve Tray atau Perforated Tray
Merupakan tray yang terbuat dari bahan lapisan logam datar dengan
sejumlah lubang. Uap naik ke atas akan melewati liquid yang ada pada plate.
Jumlah dan ukuran lubang pada sieve tray menjadi parameter dari desain. Luasnya
jarak operasi, kemudahan perawatan, dan faktor biaya yang menyebabkan
kebanyakan penggunaan sieve dan valve tray digantikan dengan bubble cup tray.
Diameter dari lubang berkisar di antara 1/8 – ½ inch, tetapi yang sering digunakan
adalah 3/16 inchi. Setiap tray akan dilengkapi dengan satu atau lebih downcomer
untuk dapat membawa massa cairan turun dari tray yang satu menuju ke tray yang
lainnya yang berada di bagian paling bawah dari tray.
2.3.4. Structured packing
Structured packing merupakan suatu packing yang diproduksi dalam wujud
modular yang disesuaikan dengan kebutuhan pada proses distilasi. Bentuk awal dari
structured packing adalah panapak packing (Azis R., 2017). Packing ini dibentuk
dari beberapa lapisan papan berbahan logam yang bergelombang, lalu dirakit
sedemikian rupa untuk menghasilkan struktur seperti sarang lebah. Structured
packing umumnya memiliki bentuk dimensi yang bergelombang atau berstruktur
lembaran. Ketinggiannya berkisar dari 6-12 inch. Packing ini memiliki kelemahan
8
diantaranya harganya yang lebih tinggi atau mahal jika dibandingkan dengan
random packing serta membutuhkan proses distribusi awal yang baik. Structured
packing yang sering digunakan yaitu jenis structured packing mellapak.
Aplikasi untuk structured packing mellapak biasanya digunakan pada
bidang petroleum, refinery dan proses adsorbsi. Packing ini meliputi geometri dari
bentuk lembaran logam yang begelombang serta bukaannya, saluran yang saling
menyilang untuk waktu yang lama. Belum ada performa yang lebih baik yang dapat
diterima dengan packing yang bervariasi dalam geometri yang sama. Structured
packing, dalam aliran tertentu, pada fasa gas dan cair dapat meningkatkan kapasitas
sebesar 25% tanpa mengurangi efisiensi pemisahan.
Bermacam-macam tipe packing kolom telah dikembangkan dan digunakan.
Tipe packing kolom yang umum digunakan adalah random packing. Material
packing yang digunakan memiliki sifat inert dan murah seperti tanah liat, porcelain,
carbon graphite, atau plastik. Salah satu karakteristik packing yang bagus yaitu
memiliki void fraction sekitar 60 sampai 90%. Random packing akan mengizinkan
volume dari liquid yang cukup besar melewati packing dan berkontak secara
berlawanan arah dengan aliran gas yang melewati pada bagian packing dengan nilai
dari pressure drop yang relatif rendah (Azis R., 2017).
cairan yang diproses pada proses distilasi. Proses foaming ini juga dapat terjadi
karena adanya proses ekspansi dari cairan yang melewati uap atau gas sehingga
dapat membentuk buih (Mahardika dan Fawzi, 2017). Proses ini juga diindikasikan
terjadi karena adanya peristiwa atau proses dari agitasi yang terjadi sehingga dapat
menyebabkan masuknya fasa gas bercampur dengan fasa cairan dan akan semakin
banyak bila terdapat penambahan zat foamer yang pada umumnya menggunakan
surfactant sebagai foamer-nya. Degree of foaming juga akan dapat merusak pompa,
jikalau proses foaming terjadi dalam pompa, dikarenakan proses foaming yang
dihasilkan akan mengeluarkan buih yang memiliki gaya gerak yang nantinya dapat
menumbur dinding dari alat dari pompa yang dioprasikan. Kerusakan pada sistem
atau kegunaan disebabkan dari pompa itu sendiri.
pada sistem operasi dari umpan atau feed akan dimasukkan pada awal proses
operasi dan produk yang akan keluar dari operasi tersebut adalah berlangsung
secara kontinu atau terus menerus terjadi aliran produk jika proses berjalan.
2.7.2. Distilasi Kontinu
Distilasi kontinu mempunyai proses yang dapat berlangsung secara terus-
menerus yang mana pada proses pemisahan berlangsung pada campuran cairan
lebih dari dua komponen yang dilakukan secara kontinu diumpankan pada proses
yang dapat dipisahkan menjadi dua atau lebih suatu produk yang didasarkan pada
titik didihnya. Proses kontinu umumnya digunakan pada proses industri kimia yang
dimana pada cairan yang digunakan dapat berjumlah besar akan di distilasi salah
satunya seperti pada saat penyulingan minyak bumi, pengolahan gas alam, produksi
petrokimia, dan pencairan pada gas hydrogen, nitrogen, helium dan oksigen. Jenis
distilasi kontinu ini biasanya yang terjadi pada industri dapat dilakukan dengan
jumlah yang sangat besar (Kreul dkk, 1999).
pada setiap titik dalam kolom selama operasi akan tetap dalam keadaan yang stabil
dan kolom tersebut membutuhkan heat balance dan material balance yaitu pada
input bahan dengan output material yang sama dan pada input dan output panas
juga sama masukan. Distilasi batch mempunyai bentuk alat yang berbeda dari
bentuk alat pada distilasi kontinu yang terdapat pada bagian stripping distilasi
kontinu yang dihilangkan pada saat terjadinya proses distilasi batch.
Distilasi batch selain terdapatnya keuntungan juga terdapat kekurangan
pada proses distilasi batch yang merupakan terjadinya suatu perubahan pada bahan
umpan dan dinamika kolom yang komplek secara terus-menerus. Perubahan pada
komposisi waktu dibagian seluruh kolom distilasi batch pada refluks rasio optimum
dengan cara eksperimen dapat sangat sulit untuk dilakukan karena terdapat pada
dinamika kolom. Model matematik yang dapat digunakan untuk memprediksi suatu
kinerja untuk sistem multi komponen pada dinamika kolom distilasi batch
merupakan solusi dari pemasalahan tersebut (Kreul dkk, 1999).
Hasil Analisa yang didapat, alat tray tidak cocok untuk menyaring cairan
yang sangat kotor dan korosif, karena dapat menyebabkan tersumbat dan terjadi
penurunan tekanan. Kompresi uap dapat mengurangi tekanan pada cairan reboiler,
akan mendidih pada suhu rendah dan kompresi uap kembali ke tekanan kolom,
namun perhitungan secara operasional menjadi lebih boros energi. Kompresi uap
dapat diterapkan pada titik didih dekat produk dan perbedaan temperatur yang
rendah. Penilaian keseluruhan diperoleh valve tray dengan Teknik trailing lebih
baik dibanding jenis tray lain. Teknik trailing diterapkan untuk efisiensi energi
kolom distilasi berdasarkan perbedaan tekanannya. Teknik trailing disebut dengan
teknologi distilasi multi tekanan dan dapat membantu dalam mengurangi dampak
lingkungan dari emisi karbon dioksida. Manfaat trailing juga terbukti dalam
penghematan energi untuk memisahkan campuran yang hampir mendidih.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Adani dan Pujiastuti (2017) tentang
pengolahan aquadest dengan proses destilasi, penelitian ini menggunakan variabel
pengukuran temperatur dan waktu operasi saat berlangsungnya proses. Bahan baku
yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 L air yang berada di Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman. Metode ini menggunakan alat berupa distilasi batch
dengan sistem perpindahan panas yang terjadi ke reboiler. Penelitian ini
menggunakan tiga variasi temperatur, yakni 105℃, 125℃, dan 145℃ serta waktu
yang digunakan dalam penelitian berlangsung selama 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5
jam. Penelitian dilakukan sebanyak tiga kali, pertama untuk mengetahui pengaruh
waktu terhadap volume, kedua mengetahui pengaruh temperatur terhadap volume,
dan ketiga mengetahui pengaruh temperatur terhadap efisiensi waktu operasi.
Hasil yang didapat dari penelitian adalah semakin lama waktu operasi maka
volume aquadest akan semakin meningkat dan uap yang terkandung akan semakin
banyak. Pengaruh temperatur terhadap volume aquadest, semakin tinggi temperatur
operasi akan menghasilkan volume aquadest yang lebih banyak. Hasil penelitian
pada suhu 145℃ menghasilkan volume aquadest lebih kecil sehingga membentuk
kerak di dalam pemanas pada alat destilasi. Efisiensi alat berbanding lurus dengan
temperatur operasi maupun waktu yang digunakan. Hasil penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan suhu 145℃ lebih efisien dibandingkan variasi suhu lainnya
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
16
17
14) Langkah diatas diulangi dengan variasi energi yang digunakan oleh
reboiler.
18
Masukkan campuran
sampel dalam tangki feed
Siapkan air pendingin (dari keran air) kemudian atur laju alir dengan
memutar valve V5 2,5 liter/menit atau 2500 cc/menit
Jika alat telah berada pada kesetimbangan amati dan catat degree
of foaming yang terjadi pada setiap tray
Foaming gently
1,0000 12,0000 26,0000
over whole tray
Foaming violent
1,2500 13,0000 98,0000
over whole tray
19
20
14
Boil-Up Rate (mL/10s) 12
10
8
6
4
2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Daya (kW)
120
Pressure Drop Overall
100
80
(cmH2O)
60
40
20
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Daya (kW)
4.3. Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan dengan menggunakan proses distilasi yang
bertujuan untuk memisahkan campuran cairan-cairan yang berupa etanol dengan
air. Sampel yang digunakan terdiri dari lima liter aquadest dan lima liter etanol
yang kemudian dimasukkan ke dalam tangki atau reboiler melaui katup diatasnya
untuk dipanaskan. Proses pemanasan terjadi sehingga titik didih akan mengalami
kenaikan baik titik didih etanol maupun titik didih aquadest dan menyebabkan
terjadinya penguapan dari etanol yang yang akan masuk ke dalam kolom distilasi.
Etanol yang telah dihasilkan akan memiliki kemurnian lebih tinggi dalam fasa gas.
Pendinginan etanol dapat dilakukan dengan cara memasukkan uap hasil pemanasan
ke dalam kondensor sehingga dihasilkan etanol berfasa cair dan sampel yang sudah
jadi dapat diambil melalui valve 3 (Smith dkk, 2001).
Batch distilation column ini bekerja berdasarkan pada aliran-aliran input
yang disokong kedalam reboiler serta katup air pendingin pada kondensat. Aliran
yang memiliki perbedaan titik didih serta sifat senyawa masing-masing akan
mengalami perubahan dari wujud, sehingga pada proses ini melibatkan dari ilmu
termodinamika (Safdarnejad dkk, 2016).
Aliran yang masuk pertama ke dalam alat batch distilation column ini
melalui bagian bawah dari column. Aliran akan mengalami proses pemanasan yang
nantinya akan menghasilkan gas yang akan naik keatas dari bagian column. Proses
pemanasan sebelumnya ini pasti akan lepas meninggalkan cairan yang masih belum
menguap, cairan yang belum menguap ini akan tetap berada di bagian bawah
column hingga proses pemanasan telah terhenti. Gas hasil proses pemanasan
sebelumnya akan keluar dari bagian column dan akan mengalami proses
selanjutnya yang bernama proses kondensasi. Proses ini terjadi di dalam kolom
kondensat. Tujuan proses kondensasi ini nantinya akan menghasilkan cairan yang
sebelumnya diinginkan dalam proses pemisahan ini. Sisa gas yang menguap yang
tidak terkonversi menjadi cairan akan kembali ke column untuk dapat digunakan
kembali pada proses pemisahan selanjutnya. Akibatnya percobaan yang dilakukan
dapat menghemat bahan baku yang digunakan.
22
menyebabkan komponen yang volatile akan lebih banyak ada di bagian komponen
yang berfasa uap dibandingkan dengan komponen yang berfasa cairan. Kondisi
inilah produk yang diharapkan dari proses pemisahan akan mengalir lebih banyak.
Prinsip kerja batch distillation column dapat diartikan sebagai terjadi dua
proses perpindahan bahan. Proses pertama adalah perpindahan massa dan proses
kedua adalah perpindahan panas, dimana kedua proses harus berlangsung secara
simultan atau secara bersamaan agar hasil konversi proses pemisahan dapat
menunjukkan hasil produk yang diinginkan lebih tinggi dibandingkan dengan
komponen destilat. Hal lainnya yang penting yang mempengaruhi segi prinsip kerja
batch distilation column ini adalah volatilitas atau titik didih dari masing-masing
komponen penyusun yang ingin dipisahkan (Permatasari dkk, 2015).
Percobaan kali ini menggunakan jenis tray sebagai kolomnya. Alasan
mengapa kolom yang dipakai jenis tray bukan jenis packing karena pada kolom
tray dapat menampung dengan kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan
packing. Percobaan kali ini juga seharusnya dapat dihitung temperatur disetiap tray
pada beberapa variasi daya, namun dikarenakan adanya kesalahan teknis ketika
melakukan percobaan, maka nilai temperatur tidak dapat dilihat.
Power input digunakan untuk mensuplai energi ke dalam reboiler agar
dapat terjadi perpindahan panas. Perpindahan panas yang terjadi selama proses
distilasi yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi (Rokhimi dan Pujayanto,
2015). Sumber panas berkontak dengan reboiler maka terjadi perpindahan panas
secara radiasi. Uap panas yang ke arah atas bertemu dengan cairan refluks yang
mengalir ke arah bawah, maka terjadi perpindahan panas secara konveksi. Dinding
kolom destilasi kontak langsung dengan fluida didalamnya, maka akan terjadinya
proses perpindahan panas secara konduksi.
Kolom pressure drop pada umumnya diperoleh dengan menggunakan
transduser tekanan diferensial yang mengukur perbedaan tekanan statis yang
terletak di antara dua lokasi. Hal ini sangat penting untuk mengukur tekanan statis
secara akurat. Uap atau cairan yang mengalami proses pengaliran dapat secara
signifikan diukur tekanan statis yang biasanya menggunakan sadapan statis
dinding. Tingkat kesalahan dalam proses pengukuran dari nilai besaran tekanan
24
statis yang disebabkan oleh tap akan secara langsung memengaruhi pada nilai dari
data penurunan pada nilai tekanan kolom yang terjadi di dalam alat yang digunakan
batch distilation column yang digunakan (Cai dan Resetarits, 2011).
Nilai pressure drop dapat diukur dengan cara membuka valve 6 lalu valve 7
dan diamati pada parameter yang ada di sebelah kolom. Setelah didapat nilai
pressure drop, tutup kembali valve 6 dan valve 7 secara bersamaan. Data percobaan
yang pertama yaitu ketika daya yang disuplai sebesar 0,50 kW, didapatkan nilai
pressure drop overall sebesar 19 cmH2O. Data percobaan yang kedua yaitu ketika
daya yang disuplai sebesar 0,75 kW, didapatkan nilai pressure drop overall sebesar
20 cmH2O. Data percobaan yang ketiga yaitu ketika daya yang disuplai sebesar 1
kW, didapatkan nilai pressure drop overall sebesar 26 cmH2O. Data percobaan
yang keempat yaitu ketika daya yang disuplai sebesar 1,25 kW, didapatkan nilai
pressure drop overall sebesar 98 cmH2O. Berdasarkan data yang telah diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa semakin besar daya yang disuplai, maka akan semakin
besar juga nilai pressure drop overall yang dihasilkan.
Boil-up rate dapat dikontrol secara tradisional dengan menggunakan kolom
pressure drop, sebagai indikator laju uap, untuk mengatur aliran media pemanas ke
pot diam. Dalam bentuknya yang paling sederhana, Boil-up Rate dikontrol dengan
mengatur laju aliran media pemanas secara manual. Kedua metode ini memiliki
kekurangan yang signifikan. Di bawah pengaturan manual laju aliran media
pemanas, Boil-up rate akan mengalami pengurangan seiring waktu, sehingga perlu
sering dilakukan pengubahan nilai ke titik set.
Penggunaan tekanan diferensial kolom, meskipun merupakan peningkatan
yang signifikan dari pengaturan manual, membuat kontrol Boil-up Rate rentan
terhadap variabel apa pun yang memengaruhi pengukuran penurunan tekanan.
Variabel seperti distribusi cairan/uap dan kondisi packing, antara lain akan
mempengaruhi pengukuran. Hal lain berupa kondisi ini dapat berubah seiring waktu
seiring bertambahnya usia peralatan. Metode yang lebih mudah digunakan untuk
melakukan pengukuran dan kontrol boil-up rate adalah dengan menggunakan
pengukur aliran massa pada jalur distilat total (Florez, 2002).
25
Data yang didapatkan untuk hubungan antara boil-up rate dengan nilai
pressure drop yaitu sebagai berikut. Data pertama ketika boil-up rate sebesar
4,3000 mL/10 detik, nilai pressure drop overall yang didapat sebesar 19 cmH2O.
Data kedua yang didapat ketika boil-up rate sebesar 6,5000 mL/10 detik, nilai
pressure drop overall yang didapat sebesar 20 cmH2O. Data ketiga yang didapat
ketika boil-up rate sebesar 12,0000 mL/10 detik, nilai pressure drop overall yang
didapat sebesar 26 cmH2O. Data keempat yang didapat ketika boil-up rate sebesar
13,0000 mL/10 detik, nilai pressure drop overall yang didapat sebesar 98 cmH2O.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika boil-up rate semakin besar, maka nilai
pressure drop yang didapat akan semakin meningkat (Li dkk, 2006). Grafik
hubungan antara boil-up rate dengan nilai pressure drop menunjukkan bahwa
semakin tinggi boil-up rate maka kurvanya akan semakin ke atas.
Degree of foaming dapat diartikan sebagai proses pemuaian dari suatu
cairan karena lewatnya uap, atau gas. Degree of foaming walaupun memberikan
antarmuka kontak uap-cairan secara baik, namun, foaming yang terjadi secara
berlebihan dapat menyebabkan penumpukan dari cairan pada tray kolom. Degree
of foaming yang terbentuk dapat diamati secara langsung yang mana data yang akan
didapatkan nantinya berupa beberapa jenis hasil pengamatan secara subjektif secara
langsung. Degree of foaming dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok
yaitu gentle localized, violent localized, foaming gently over whole tray, dan
foaming violent over whole tray (Smith dkk, 2001).
Data pertama ketika boil-up rate sebesar 4,3000 mL/10 detik, degree of
foaming yang terlihat masih berupa gentle localized. Data kedua yang didapat
ketika boil-up rate sebesar 6,5000 mL/10 detik, degree of foaming yang terlihat
berupa violent localized. Data ketiga yang didapat ketika boil-up rate sebesar
12,0000 mL/10 detik, degree of foaming yang terlihat berupa foaming gently over
whole tray. Data keempat yang didapat ketika boil-up rate sebesar 13,0000 mL/10
detik, degree of foaming yang terlihat berupa foaming violent over whole tray.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika boil-up rate semakin besar nilainya, maka
degree of foaming yang terbentuk akan semakin keras karena pressure drop
dipengaruhi oleh daya yang disuplai (Lowry dan Winkle, 1969).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Batch distillation column bekerja pada aliran-aliran input yang disokong
kedalam reboiler dan katup air pendingin pada kondensat.
2) Semakin besar daya yang disuplai, maka semakin besar juga nilai Pressure
drop overall.
3) Semakin besar Boil-up rate, maka Degree of foaming yang terbentuk akan
semakin keras karena Pressure drop dipengaruhi oleh daya yang disuplai.
4) Total reflux menandakan bahwa proses dari pemisahan berada pada tingkat
efisiensi tertinggi.
5) Kolom yang dipakai adalah jenis tray karena pada kolom tray dapat
menampung dengan kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan
packing.
5.2. Saran
1) Kontrol terhadap laju alir air pendingin seharusnya disesuaikan dengan feed
dan power yang digunakan, agar dapat terjadi kondisi optimum yang tidak
mengharuskan kita membuang sia-sia aliran air pendingin yang berlebih.
2) Kontrol Boil-up rate sebaiknya menggunakan pengukur aliran massa pada
jalur distilat total, agar tidak rentan terhadap variabel yang mempengaruhi
pengukuran penurunan tekanan.
3) Foaming diberikan secukupnya agar tidak menyebabkan penumpukan
cairan pada tray kolom.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adani, S. I. dan Pujiastuti, Y. A. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada
Proses Distilasi untuk Pengolahan Aquadest di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. Jurnal Chemurgy. Vol.1 (1): 31-35.
Azis R., T. 2017. Studi Penggunaan Packed Sieve Tray Column pada Proses
Pemurnian Etanol Melalui Proses Distilasi. [TESIS]. Surabaya (IDN).
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Batutah, A. M. 2017. Distilasi Bertingkat Bioetanol dari Buah Maja (Aegle
Marmelos L.). Jurnal IPTEK. Vol. 21(2): 9-18.
Cai, T. J. dan Resetarits, M. R. 2011. Pressure Drop Measurements on Distillation
Columns. Chinese Journal of Chemical Engineering. Vol. 19(5): 779-783.
Dhaniswara, T.K., Widjaja, T., dan Altway, A. 2016. Pengaruh Porositas Packing
Steel Wool terhadap Pressure Drop di dalam Packed Bed Column pada
Distilasi Campuran Etanol-Amil Alkohol-Air. Journal of Research and
Technologies. Vol 2(1): 56-61.
Fatimura, M. 2014. Tujuan Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Operasi
Pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik. Vol. 11(1):2-31.
Florez, M. R. 2002. Batch Distillation: Practical Aspects of Design and Control.
Proceeding of the World Batch Forum North American Conference. New
Jersey, 7-10 April 2002: 1-16.
Habobi, N.A. dan Sura, M.Y. 2016. Dynamics, Simulation, and Control of a Batch
Distillation Column using Labview. International Journal of Current
Engineering and Technology. Vol. 6(1): 303-309.
Kolmetz, K. 2013. Kolmetz Handbook of Process Equipment Design: Distillation
Column Selection, Sizing and Troubleshooting. Johor Bahru: KLM
Technology Group.
Kreul, L. U., dkk. 1999. Dynamic Rate – Based Model for Multicomponent Batch
Distillation. AIChE Journal. Vol. 45(9):1953–1962.
Li, H. W., dkk. 2006. Operating Pressure Sensitivity of Distillation-Control
Structure Consequences. Ind. Eng. Chem. Res. Vol. 45(25): 8310-8318.
Lowry, R. P. dan Winkle, M.V. 1969. Foaming and frothing related to system
physical properties in a small perforated plate distillation column. AIChE
Journal. Vol. 15(5): 665-670.
Mahardika, R.K. dan Achmad, Z.F. 2017. Perancangan Proses Distilasi Atmosferik
dan Penghilangan Gas Oil dalam Pengolahan Minyak Pelumas Bekas.
[SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Mustain, A., dkk. 2019. Parameter Interaksi Biner Kesetimbangan Uap-Cair
Campuran yang Melibatkan Alkohol Rantai Bercabang atau Aseton untuk
Optimasi Proses Pemurnian Bioetanol. Jurnal Teknik Kimia dan
Lingkungan. Vol. 3(2): 53-61.
Patil, N.P., dan Patil, V. S. 2016. Operational and Economics Assessment of
Destillation Column from the Performance of Tray. International Journal
of Engineering Trends and Thecnology. Vol. 4(1): 500-505.
Permatasari, R., dkk. 2015. Pemodelan dan Simulasi Distilasi Batch Broth
Fermentasi pada Tray Column dengan Serambut Wool. Jurnal Teknik
Kimia. Vol. 9(2): 44-49.
Rokhimi, I. I. dan Pujayanto. 2015. Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor
Konduksi. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan
Fisika (SNFPF) Ke-6 2015. Vol. 6(1): 270-274.
Safdarnejad, S.M., Jonathan, R.G., dan John, D.H. 2016. Dynamic Parameter
Estimation and Optimization for Batch Distillation. Journal Computers and
Chemical Engineering. Vol. 86: 18-32.
Smith, J. M., Van Ness, H. C., dan Abbot, M. 2005. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. New York: McGraw-Hill, Inc.
Smith, R. dan Jobson, M. 2000. Distillation, Encylopedia of Separation Science 1
(pp. 84-120). Manchester: Academic Press.
Speight, J. G. 2011. The Refinery of the Future. United States: Elsevier Science &
Technology.
Takwanto, A., dkk. 2016. Parameter Interaksi Biner Kesetimbangan Uap-Cair
Campuran Alkohol untuk Optimasi Proses Pemurnian Bioetanol. Jurnal
Bahan Alam Terbarukan. Vol. 5(2): 37-44.
Tanato, K. R., dkk. 2017. Analisa Unjuk Kerja Alat Penukar Panas Amine
Regenerator Reboiler di PT Pertamina EP Prabumulih Field. Jurnal
METTEK. Vol. 1(1): 1-6.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1. Konversi satuan laju boil-up rate dari mL/10 detik menjadi L/jam
A.1.1. Boil-up rate pada daya 0,5 kW
4,3000 mL 1 detik 0,001 L L
× × = 1,5467
10 detik 0,000278 jam 1 mL jam