Anda di halaman 1dari 3

Nama : Valentino Zakaria Siagian

NIM : 03031281924049

KELAS A INDRALAYA 2019

a. Menurut pandangan saya terhadap artikel tersebut, bahwa batu baru sudah menjadi salah
satu sumber “kehidupan” di Indonesia yang hampir sebanding dengan air dan udara. Pada
tahun 2018, batu bara digunakan untuk bahan bakar pembangkit sebesar 79,19%. Hingga
kini PLTU masih menjadi jenis pembangkit yang dominan digunakan. Listrik adalah
kebutuhan yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia pada zaman ini
ditambah dengan kemajuan teknologi yang menyebabkan semua barang dan hal
menggunakan elektronik yang rata-rata sumbernya itu listrik. Bisa disimpulkan bahwa
dengan penggunaan listrik akan semakin banyak penggunaan batu bara. Batu bara dihasilkan
dengan cara pengerukan dan wilayah penambangan batu baru dapat merusak lingkungan
sekitar mulai dari polusi udara yang menjadi kotor dan polusi suara yang ribut oleh alat
berat. Bukan hanya daerah penambangannya juga yang menjadi dampak, di daerah PLTU
maupun laut dimana kapal tongkang melintas juga menjadi dampah negative terhap
lingkungan. Seperti, asap yang di keluarkan oleh pembakaran batu bara dan terumbu karang
yang hancur di hantam oleh kapal-kapal tongkang tersebut Akan tetapi, batu bara di
Indonesia sangat lah kurang ada transparansi oleh pemerintah kepada masyarakat umum
dalam bidang data penggunaan batu bara dan pemasok batu bara dari tiap pembangkit sulit
untuk diakses. Oleh sebab itu, timbul kecurigaan masyarakat kepada pemerintah. Sebaiknya
pemerintah memberi akses seluas-luasnya terhadap hal ini sehingga pemerintah dan
masyarat dapat bekerja sama. Dan juga pemerintah sudah harus berfikir bagaimana untuk
dapat menggantikan batu bara sebagai energy utama kita. Masalahnya, banyak dampak
negative yang ditimbulkan oleh penggunaan batu baru, mungkin belum sekarang dampaknya
terhilat tetapi yang dihasilkan yaitu dampak jangka panjang seperti rusaknya lingkungan dan
cadangan energy kita yang sudah habis.
b. Pada tahun 2025, target penggunaan batu bara di Indoensia minimal sebesar 30%. Akan
tetapi, penggunaan batu bara di Indoensia pada tahun 2018 sebesar 79,19%. Selisih hampir
50% ini membuat kita berfikir bahwa target ini hampirlah tidak mungkin. Dimana semakin
hari penggunaan listrik di Indoensia semakin massive. Apabila dikemudian hari tidak
ditemukan energy alternative pengganti batu bara, akan terjadi curva eksponensial yang
membuat semakin banyak batu bara yang perlu diambil di Indonesia dan di impor dari luar
negri. Berdasarkan PP No. 79 Tahun 2014 pasal 9, Indonesia memiliki target pemanfaatan
batu bara berkurang menjadi 30% di tahun 2025 dan berkurang lagi menjadi 25% di tahun
2050. Oleh sebab itu perlu adanya terobosan baru terhadap energy alternative di Indoensia.
Mungkin salah satunya dengan menginovasi dan mendidik anak bangsa untuk menggunakan
serta mengingatkan lagi perlunya hemat energy. Jangan sampai karena kita anak cucu kita
tidak bisa merasakan apa itu “energy”.

Anda mungkin juga menyukai