Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGUKURAN ALIRAN DALAM DUNIA INDUSTRI

OLEH:
AHMAD ZARKASI
NIM. 146090300011006

PROGRAM PASCASARJANA (S2) ILMU FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga makalah
berjudul Pengukuran Aliran Dalam Dunia Industri ini selesai tepat waktu. Shalawat serta
salam atas baginda Nabi Muhammad S.A.W yang telah membawa ummat manusia dari zaman
jahiliah ke zaman yang beradab dan berilmu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunannya terdapat begitu banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat. Aammiin,

Penyusun,

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran aliran fluida adalah sangat penting di dalam suatu industri seperti proses
kilang minyak (refinery), pembangkit listrik (power plant), industri kimia (petrochemical),
Industri pengolah limbah, Industri makanan, industri minuman, Industri Farmasi dan lainlain. Pada industri proses seperti ini, memerlukan penentuan kuantitas dari suatu fluida (liquid,
gas, steam, powder) yang mengalir melalui suatu titik pengukuran, baik didalam saluran yang
tertutup maupun saluran terbuka (parit, sungai). Parameter aliran yang diukur dapat berupa : laju
aliran volume, laju aliran massa, kecepatan aliran. Instrumen untuk melakukan pengukuran
kuantitas aliran fluida ini disebut flow meter.
Aplikasi pengguanaan flow meter ini menpunyai cakupan yang cukup luas
pengembangnya seperti bagian dari

sensor flow meter, interaksi sensor dan fluida

melalui penggunaan teknik penghitungan komputer (komputasi), transduser dan hubungannya


dengan unit pemprosesan sinyal (transmitter), serta penilaian dari keseluruhan sistem di bawah
kondisi lingkungan yang ideal, kondisi mudah terendam air karena cuaca, kondisi di daerah yang
berbahaya dan mudah meledak serta pada lokasi laboratorium ataupun di tempat tertutp lainnya,.
Flow meter mempunyai banyak sekali jenis, ukuran dan model, karena itu jenis flow
meter yang akan kita gunakan harus benar-benar disesuaikan denan kebutuhan aplikasi di
lapangan. Karena jika pemilihan jenis flow meter ini kurang tepat maka akan menimbulkan biaya
lebih tinggi baik karena umur dari flow meter itu sendiri maupun akurasi dari pengukuran aliran
fluida yang kurang tepat dimana akurasinya rendah. Jika kita mengamati cara kerja flow meter
yang bermacam-macam sesuai dengan tipe flow meter maka hal penting yang perlu diperhatikan
seperti jenis fluida, kepekatan fluida, temperatur, keasaman cairan, working pressure, lingkungan
yang explosion proof, bahkan kebersihan fluida juga harus diinformasikan sebagai pertimbangan
untuk menentukan jenis flow meter yang sesuai.
Dari segi jenis fluida yang akan diukur oleh alat flow meter dibagi dalam 3 bagian yaitu
flow meter untuk fluida cair, fluida Gas dan fluida solid ( tepung, bubuk, pasir dan lainnya).
Hampir semua jenis Flowmeter dapat digunakan untuk mengukur aliran fluida cair dan beberapa
jenis bisa digunakan untuk mengukur fluida gas (Nitrogen, oksigen, udara bertekanan, steam dan
lainnya).

Dari semua jenis flow meter yang ada tentu menggunakan prinsif fisis dalam aplikasinya.
Sehingga pada makalah ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis flow meter dan prinsip kerja
yang diterapkannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut:
1.2.1 Mengetahui prinsip fisis yang digunakan dalam pengukuran aliran.
1.2.2 Mengetahui jenis dan prinsip kerja flow meter.
1.2.3 Mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang diperhatikan dalam pemilihan alat ukur
yang akan digunakan dalam pengukuran aliran.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini antara lain:
1.3.1 Prinsip fisis apa saja yang digunakan dalam pengukuran aliran?
1.3.2 Apa saja jenis flow meter yang ada dan bagaimana prinsip kerjanya?
1.3.3 Apa saja pertimbangan-pertimbangan yang diperhatikan dalam memilih alat ukur yang
akan digunakan dalam pengukuran aliran?

BAB II
PEMBAHASAN

Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot mengatur jumlah
fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan
aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik.
Pada bab ini akan dijelaskan tentang konsep aliran dan laju fluida serta kaitannya dengan
viskositas dan tekanan aliran. Di samping itu akan dijelaskan beberapa hal pokok seperti Angka
Reynolds, rumus yang digunakan dalam pengukuran aliran, Persamaan Bernoulli, pengukuran
aliran menggunakan tekanan differensial dan pertimbangan dalam penggunaan instrumentasi
dalam pengukuran aliran.

2.1 Definisi-definisi Fisis


2.1.1 Velocity
Merupakan ukuran kecepatan dan arah dari sebuah objek, jika dikaitkan dengan fluida
maka velocity merupakan kecepatan fluida.

2.1.2 Laminar FLow


Terjadi ketika kecepatan rata-rata partikel rendah dan pergerakannya cenderung lancar.

Gambar 2.1 Bentuk aliran laminar

2.1.3 Turbulen Flow


Terjadi ketika kecepatan rata-rata partikel relatif tinggi yang mengakibatkan turbulensi
(pusaran).

Gambar 2.2 Bentuk aliran turbulent

2.1.4 Viscosity
Properti dari gas atau cairan yang merupakan ukuran ketahanan terhadap
gerakan atau flow. Viscosity terbagi atas viskositas dinamik dan viskositas kinematik.

Tabel 2.1 Faktor konversi viskositas kinematik dan viskositas dinamik

2.1.5 Bilangan Reynolds


Bilangan yang menentukan jenis flow apakah termasuk laminar atau turbulent dengan
ketentuan:
a.

Jika R < 2000, bersifat laminar

b. Jika 2000 < R < 5000, bisa bersifat laminar atau turbulent atau keduanya
c. Jika R > 5000, bersifat turbulent
Untuk mencari besarnya Bilangan Reynolds digunakan persamaan (2.1)

Keterangan:
R = Bilangan Reynolds
V = Kec. Fluida rata-rata
D = Diamater pipa
= Massa jenis
= Viskositas absolut
2.1.6 Flow Rate

Flow rate merupakan volume fluida yang melewati titik pengukuran.


Tabel 2.2 Faktor konversi flow rate

Persamaan (2.1)

2.1.7 Total Flow


Volume fluida yang mengalir selama periode waktu dan diukur dalam galon, meter kubik,
liter dan lain sebagainya.
2.2 Formula Aliran
2.2.1 Persamaan Kontinuitas
Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan kuantitas total yang telah
mengalir dalam waktu tertentu. Fluida mengalir melewati elemen primer secara berturutan dalam
kuantitas yang kurang lebih terisolasi dengan secara bergantian mengisi dan mengosongkan
bejana pengukur yang diketahui kapasitasnya.
Persamaan kontinuitas menyatakan bahwa jika laju aliran keseluruhan sistem tidak
berubah dengan waktu (lihat Gambar. 2.3a), laju aliran dalam setiap bagian dari sistem adalah
konstan.

Gambar 2.3 Prinsip aliran yang digunakan dalam persamaan kontinuitas: (a) diameter tetap dan
(b) efek diameter yang berbeda pada laju aliran.

Laju aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V dari cairan yang mengalir
lewat pipa, yakni:
Q = A.V
Dimana: Q = laju aliran
A = luas penampang
V = kecepatan rata-rata

(2.2)

Jika cairan yang mengalir dalam tabung dengan daerah penampang yang berbeda yaitu A1
dan A2, seperti yang yang ditunjukkan pada Gambar 2.2b, persamaan kontinuitas yang
berlaku menjadi:
=

Q=

(2.3)

Persamaan 2.2 di atas merupakan contoh kasus untuk aliran gas, namun persamaan
tersebut dapat dimodifikasi untuk contoh kasus aliran fluida dengan mengalikan kedua sisis
dengan

(berat jenis), sehingga persamaan tersebut menjadi:


=

(2.4)

Contoh soal: Berapakah laju aliran yang melewati sebuah pipa dengan diameter 9 inch, jika
kecepatan rata-ratanya sebesar 5 fps ?
Solusi:
Q = A.V
Q=

/ ,

= 2,21 cfs = 16,1 gps = 16,1 x 60 gpm = 968 gpm

dimana: ft : feet; cfs : cubic feet second; gps : galon/second; gpm : galon/minute
Namun demikian dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi kecepatan
terukur rata-rata dari cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata sebenarnya.
2.2.2 Persamaan Bernoulli
Berdasarkan Hukum Bernoulli, maka berlaku:

P1 12 1 .g.h1 P2 12 2 .g.h2
2

Keterangan
P = tekanan fluida
= masa jenis fluida
v = kecepatan fulida
g = gravitasi bumi
h = tinggi fluida (elevasi)

(2.5)

v2

P1

P2

v1
h2

h1

Gambar 2.4 Hukum Kontinuitas.

Jika h1 dan h2 dibuat sama tingginya maka,

P1 12 1 P2 12 2
2

atau

1
2

.( 1 2 ) P2 P1
2

(2.6)

Perhatian : Rumus diatas hanya berlaku untuk aliran Laminer, yaitu aliran yang memenuhi
prinsip kontinuitas.

Pada dasarnya Persamaan Bernoulli (1738) memberikan hubungan antara tekanan,


kecepatan fluida dan elevasi dari sebuah sistem aliran.

dimana:

PA dan PB
dan

(2.7)

= tekanan statis pada titik A dan B


= berat jenis

VA dan VB

= kecepatan rata-rata

= kecepatan gravitasi

ZA dan ZB

= elevasi yang menunjukkan tingkat (level)

Gambar 2.5 (a) tekanan pada titik-titik A dan B yang berkaitan dengan Persamaaan Bernoulli dan
(b) penerapan Bernoulli.

2.3.3. Kerugian Aliran Fluida


Persamaan Bernoulli tidak memperhitungkan hilangnya aliran fluida. Kehilangan aliran ini
dicatat sebagai hilangnya tekanan yang dibagi dalam dua kategori. Pertama, yag terkait dengan
viskositas dan gesekan antara penyempitan dinding dan cairan yang mengalir. Kedua,
berhubungan dengan peralatan seperti katup, siku dan lain sabagainya.
a. Outlet Loss
Laju aliran Q dari persamaan kontinuitas diberikan oleh:
Q = A3.V3

(2.8)

untuk mengukur khilangan pada outlet, persamaan 2.1 dapat dimodofikasi menjadi:
Q = CD.A3.V3

(2.9)

dimana CD merupakan koefisien pengosongan yang bergantung pada ukuran dan bentuk
pipa.

b. Head Loss
Head loss adalah kerugian tekanan yang terjadi pada aliran internal yang diakibatkan
oleh berbagai hal seperti gesekan fluida dengan dindinga pipa dan adanya hambatan pada
pipa seperti belokan, percabangan, katup dan lain sebagainya (Auzani, 2012). Head Loss
terbagi menjadi dua yaitu friction loss (kerugian akibat gesekan) dan fitting loss
(kerugian akibat sambungan).
1) Friction Loss
Terjadinya pengurangan aliran fluida dalam pipa akibat gesekan antara fluida
yang mengalir dengan dinding wadah. Besarnya aliran fluida yang hilang akibat
gesekan ini diberikan oleh:

dimana

hL = head loss

f = faktor gesekan
L = panjang pipa
D = diameter pipa
V = kecepatan fluida rata-rata
g = konstanta gravitasi
faktor gesekan f tergantung pada angka Reynold.

(2.10)

2) Fitting Loss
Besarnya kerugian akibat sambungan pada pipa diberikan oleh:

dimana

hL = head loss

(2.11)

K = koefisien kerugian pada berbagai macam sambungan


V = kecepatan fluida rata-rata
g = konstanta gravitasi
Nilai K dapat didapatkan dari handbook yang nilainya tergantung tipe dari
sambungan pipa yang ada.
2.3. Instrumen Pengukuran Aliran
Pengukuran aliran yang paling banyak digunakan dalam dunia industri ialah pengukuran
dengan prinsip perbedaan tekanan, selain itu terdapat berbagai prinsip pengukuran lain seperti
turbin, magnetic, termal dan lain sebagainya. Pengukuran aliran dapat dibagi menjadi flow rate,
total flow dan mass flow. Pemilihannya bergantung pada akurasi dan karakteristik fluida.
2.3.1. Flow Rate
Pengukuran

perbedaan

tekanan

dapat

dibuat

untuk

menentukan

laju

alir

ketika cairan yang mengalir melalui pembatas tertentu. Pembatasan menghasilkan peningkatan
tekanan yang dapat langsung berhubungan dengan laju alir. Jenis pembatas yang dimaksud
terdiri dari: (A) Orifice plate, (b) Venturi tube, (c) Flow nozzle, dan (d) Dall tube.
a. Orifice Plate

Alat ukur terdiri dari pipa dimana dibagian dalamnya diberi pelat berlubang lebih kecil
dari ukuran diameter pipa. Sensor tekanan diletakan disisi pelat bagian inlet (P1) dan
satu lagi dibagian sisi pelat bagian outlet (P 2). Jika terjadi aliran dari inlet ke outlet,
maka tekanan P1 akan lebih besar dari tekanan outlet P2.
Keuntungan utama dari Orfice plate ini adalah dari :
1) Konstruksi sederhana
2) Ukuran pipa dapat dibuat persis sama dengan ukuran pipa sambungan.
3) Harga pembuatan alat cukup murah
4) Output cukup besar

Kerugian menggunakan cara ini adalah :


1) Jika terdapat bagian padat dari aliran fluida, maka padat bagian tersebut akan
terkumpul pada bagian pelat disisi inlet.
2) Jangkauan pengukuran sangat rendah
3) Dimungkinkan terjadinya aliran Turbulen sehingga menyebabkan kesalahan
pengukuran jadi besar karena tidak mengikuti prinsip aliran Laminer.
4) Tidak memungkinkan bila digunakan untuk mengukur aliran fluida yang bertekanan
rendah.

Gambar 2.6 Orifice plate

Jumlah fluida yang mengalir per satuan waktu ( m3/dt) adalah :


Q KA2

2g
P1 P2

(2.12)

di mana : Q = jumlah fluida yang mengalir ( m3/dt)


K = konstanta pipa
A2 = luas penampang pipa sempit
P = tekanan fluida pada pipa 1 dan 2
= masa jenis fluida
g = gravitasi bumi
Rumus ini juga berlaku untuk pipa venturi
Berdasarkan bentuk dan tempat lubang, orifice plate terbagi menjadi 3 yaitu: concentric
orifice, excentric orifice dan segmental orifice. Adapun gambar dari ketiga jenis orifice
tersebut ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.7 Concentric orifice (a), excentric orifice (b) dan segmental orifice (c)

b. Venturi Tube
Bentuk lain dari pengukuran aliran dengan beda tekanan adalah venturi tube (pipa
venture). Pada pipa venturi, pemercepat aliran fluida dilakukan dengan cara membentuk
corong sehingga aliran masih dapat dijaga agar tetap laminar. Sensor tekana pertama (P 1)
diletakkan pada sudut tekanan pertama dan sensor tekanan kedua diletakkan pada bagian
yang plaing menjorok ke tengah. Pipa venturi biasa dipergunakan untuk mengukur aliran
cairan.
Keuntungan dari pipa venturi adalah:
1) Partikel padatan masih melewati alat ukur
2) Kapasitas aliran cukup besar
3) Pengukuran tekana lebih baik dibandingkan orifice plate.
4) Tahan terhadapa gesakan fluida.
Kerugiannya adalah:
1) Ukuiran menjadi lebih besar
2) Lebih mahal dari orifice plate
3) Beda tekanan yang ditimbulkan menjadi lebih kecil dari orifice plate.

Gambar 2.8 Venturi tube

c. Flow Nozzle
Tipe Flow Nozzle menggunakan sebuah corong yang diletakkan diantara sambungan
pipa sensor tekanan P1 dibagian inlet dan P2 dibagian outlet. Tekanan P2 lebih kecil
dibandingkan P1. Sensor jenis ini memiliki keunggulan diabanding venture dan orifice
plate yaitu:
1) Masih dapat melewatkan padatan
2) Kapasitas aliran cukup besar
3) Mudah dalam pemasangan
4) Tahan terhadap gesekan fluida
5) Beda tekanan yang diperoleh lebih besar daripada pipa venturi
6) Hasil beda tekanan cukup baik karena aliran masih laminer

Gambar 2.9 Flow Nozle

d. Dall Tube
Tipe pembatas yang sedikit menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran dengan
konstruksi ditunjukkan pada gambar 2.7. Dall tube sebetulnya merupakan gabungan dari
venturi tube dan orifice plate.

Gambar 2.10 Dall tube

e. Beberapa jenis pengukur lain

Elbow
Ketika aliran melewati sebuah elbow maka akan terjadi gaya sentrifugal yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara sisi dalam elbow dengan sisi luar
elbow.

Gambar 2.11 Elbow flow meter

Static Tube
Static tube flow meter menggunakan prinsip perbedaan tekanan dengan mengisi pipa
tertentu sebagai chamber sebagai tekanan referensi dan perbedaan tekanan yang
didapatkan setara dengan kecepatan fluida. Jenis flow meter ini rentan terjadi
penyumbatan sehingga hanya digunakan untuk pengukuran fluida dengan tekanan
yang tidak terlalu besar.

Gambar 2.12 Static tube

Rotameter
Prinsip operasi dari rotameter (variable area meters) didasarkan pada pelampung
(float) yang berfungsi sebagai penghalang aliran, pelampung tersebut akan melayang
dalam suatu tabung yang mempunyai luas penampang tidak konstan. Luas
penampang tabung berubah tergantung ketinggiannya (semakin tinggi semakin
besar).

Gambar 2.13 Rotameter

Turbin
Menggunakan baling-baling yang diletakkan pada garis aliran. Kecepatan rotasi dari
roda berbanding lurus dengan laju aliran.

Gambar 2.14 Turbin

Moving Vane
Perangkat ini dapat digunakan dalam konfigurasi pipa dan digunakan untuk
mengukur aliran saluran terbuka (open channel flow).

Gambar 2.15 Moving vane

Magnetic Flow Meter


Prinsip kerja flowmeter jenis ini didasarkan pada hukum induksi elektromagnetik,
yaitu bila suatu fluida konduktif elektrik melewati pipa tranducer, maka fluida akan
bekerja sebagai konduktor yang bergerak memotong medan magnet yang
dibangkitkan oleh kumparan magnetic dari transducer, sehingga timbul tengangan
listrik induksi.

Gambar 2.16 Magnetic flow meter

Strain Gauge Flow Meter


Flow meter yang menggunakan strain gauge digunakan untuk mengukur gaya pada
objek yang berada pada aliran gas atau cairan. Besarnya gaya yang ada pada objek
sebanding dengan laju aliran fluida. Alat ukur ini murah namun dengan akurasi
menengah.

Gambar 2.17 Strain gauge flow meter

2.3.2. Total Flow


Pengukuran total aliran pada pipa tertutup. Pengukuran total flow yang paling sering
dijumpai ialah piston flow meter, nutating disc.
a. Piston Flow Meter
Terdiri dari sebuah piston dalam silinder. Mula-mula fluida masuk dari salah satu sisi
piston kemudian mengisi silinder dimana cairan dialihkan ke sisi lain piston melalui
katup dan port outlet silinder penuh terbuka. Pengalihan fluida membalikkan arah piston
dan mengisi silinder di sisi lain piston. Frekuensi piston melintasi silinder dalam
kerangka waktu tertentu memberikan total fluida.

Gambar 2.18 Piston flow meter

b. Nutating Disc Flow Meter


Berbentk disk yang dapat berosilasi yang nantinya digunakan untuk mengukur dan
menentukan volume total. Alat ukur ini apat digunakan untuk mengukur lumpur.

Gambar 2.19 Nutating disc flow meter

2.3.3. Mass Flow


Jika volume aliran fluida sudah didaptakan, maka mass flow dapat didapat dengan
mengalikan volume aliran dengan massa jenisnya. Salah satu metode untuk mengukur mass flow
ialah dengan metode termal. Thermal mass flowmeter didasarkan pada pengukuran panas yang
diserap dari sensor akibat dialiri fluida. Jumlah panas yang diserap menentukan laju aliran massa
(mass flow rate).

Gambar 2.20 Thermal mass flow meter

Ketika fluida melewati kawat panas (hot wire) maka akan fluida akan menyerap panas dan hot
wire akan mengirim sinyal ke rangkaian elektronika untuk memanaskan kembali kawat panas
sesuai dengan teperatur referensi. Daya yang dibutuhkan untuk mempertahankan temperatur
pada kawat panas tersebut sebanding dengan debit aliran fluida yang melewati flow meter.

2.3.4. Dry Particulate Flow Rate


Dalam pengukuran aliran partikel kita perlu mengetahui berat serta panjang lintasan yang
dilaluinya dengan persamaan:

Persamaan (2.13)

Keterangan:
Q

= Laju aliran (debit)

= Berat material

= Panjang lintasan

= Kecepatan sabuk berjalan

Gambar 2.21 Dry particulate flow meter

2.3.5. Open Channel Flow


Terjadi ketika fluida yang mengalir tidak berada dalam sebuah pipa melainkan sebuah
wadah terbuka. Prinsip kerjanya mirip dengan orifice plate dan venturi tube yang menggunakan
prinsip perbedaan tekanan pada tiap sisi penyempitan dindingnya.

Gambar 2.22 Open channel flow meter

2.4 Pertimbangan Aplikasi


Banyak jenis sensor yang dapat digunakan untuk pengukuran aliran. Pilihan yang akan
digunakan dan diaplikasikan tergantung pada sejumlah faktor seperti biaya, akurasi, kisaran
tekanan, suhu, flow losses, kemudahan penggantian, partikulat, viskositas, dan lain sebagainya.
Tabel 2.3 Ringkasan karakteristik flow meter

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini ialah sebagai berikut:
3.1.1 Prinsip fisis yang digunakan dalam pengukuran ialah persamaan kontinuitas dan Hukum
Bernoulli, selain itu adanya faktor kerugian aliran (flow losses) sebagai faktor koreksi dari
Hukum Bernoulli.
3.1.2 Terdapat berbagai jenis macam flow meter dengan prinsip kerja yang berbeda-beda seperti
orifice plate, venturi tube, flow nozzle dan dall tube dengan prinsip perbedaan tekanan; hot
wire dengan prinsip perbedaan panas; flow meter magnetic dengan prinsip magnet pada
Hukum Faraday; dan lain-lain sebagainya.
3.1.3 Ada banyak hal yang perlu dipertimbangakn dalam memilih pengukuran aliran seperti
akurasi, jenis aliran yang akan diukur, biaya dan lain sebagainya tergantung kebutuhan.

3.2 Saran
Untuk penyusunan makalah tentang aliran selanjutnya perlu kiranya diuraikan lebih
banyak lagi jenis alat ukur yang biasa digunakan di dunia industri. Di samping itu perlu
dijelaskan secara detail konsep fisis dari semua jenis alat ukur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Dasar Instrumentasi dan Proses Kontrol. Balongan: BPST Direktorat
Pengolahan.
Dunn, William C. 2005. Fundamentals of Industrial and Instrumentation and Process Control.
New York: McGraw Hill.
Fauzani official.wordpress.com/2012/05/26/head-loss/ diakses pada tanggal 3 April 2015 pukul
15.14 WIB.

Anda mungkin juga menyukai