BAB I
DEFINISI, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI
a. INDUSTRI
Adalah tempat dimana aktivitas produksi diselenggarakan.
Aktivitas Produksi / Proses Produksi adalah sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk
mengubah suatu kumpulan Masukan / Input menjadi produk Keluaran / Output yang memiliki
Nilai Tambah / Added Value.
Nilai Tambah
Gambar 1.1
Diagram Input – Output dalam Proses Produksi
Untuk menghasilkan output yang diinginkan, tentunya proses transformasi ini tidak berlangsung
sendirian. Agar berlangsung efektif dan efisien, perlu adanya proses lain yang berfungsi memberi
arah, evaluasi hasil, dan membuat penyesuaian dengan lingkungan yang dinamis. Disinilah peran
proses manajemen, yang selanjutnya dikenal sebagai Manajemen Industri.
b. TEKNIK (ENGINEERING)
Berasal dari kata “ingenium atau “ingeniators yang merupakan senjata legion tentara Romawi
yang digunakan untuk menjebol dinding-dinding pertahanan musuh. Kata itu kemudian berubah
menjadi engineer yang dimaksudkan untuk ahli-ahli pencipta teknologi perang, sedangkan disiplin
ilmunya lebih dikenal sebagai military engineering. Pengaplikasian teknologi tersebut pada bidang
non militer kemudian menjadi civil engineering.
Page 1 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Proses kreatif yang disebutkan dalam definisi diatas, biasanya diistilahkan sebagai Proses
Perekayasaan (Engineering Process).
Pengambilan Keputusan
Gambar 1.2.
Langkah-Langkah Dasar Engineering Process
Industrial Engineering is concerned with the design, improvement, and installation of integrated
systems of people, materials, information, equipment, and energy. It draws upon specialized
knowledge and skill in the mathematical, physical, and social sciences together with the principles
and methods of engineering analysis and design to specify, predict, and evaluate the result to be
obtained from such systems.
Dari definisi tersebut jelas bahwa disiplin teknik industri tidak hanya terpaku pada sisi keteknikan
saja, tetapi harus pula bertanggung jawab atas sisi manajerialnya, sebagai satu system integral
Tekno-Sosio-Ekonomis.
Disiplin Teknik Industri akan merancang system industri yang berorientasi pada aktivitas manusia
(Human Activity System), dan system pengendalian manajemen (Management Control System).
Page 2 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Human Activity System akan berkaitan dengan rancangan sarana kerja fisik dimana aktifitas kerja
manusia diselenggarakan, misalnya yang berkaitan dengan:
- Prosedur proses manufaktur
- Material, mesin dan peralatan, metode kerja
- Tata letak fasilitas dan aliran material
- Desain area kerja
- Prosedur perawatan, keselamatan, dan kesehatan kerja
Secara spesifik, American Institute of Industrial Engineers (AIIE) telah merumuskan aktifitas-
aktifitas yang bisa ditangani oleh disiplin Teknik Industri, antara lain sebagai berikut:
- Perencanaan dan pemilihan metode-metode kerja yang efektif dan efisien dalam proses produksi
- Pemilihan dan perancangan dari perkakas kerja serta peralatan yang dibutuhkan dalam proses
produksi
- Desain fasilitas pabrik, termasuk perencanaan tata letak (layout) segala fasilitas produksi,
peralatan pemindahan material, dan fasilitas-fasilitas untuk penyimpanan bahan baku atau produk
jadi
- Desain dan perbaikan system perencanaan dan pengendalian untuk distribusi barang / jasa
produksi, pengendalian persediaan, pengendalian kualitas dan reliabilitas
- Pengembangan system pengendalian ongkos produksi seperti pengendalian budget, analisa biaya
dan standard biaya produksi.
- Penelitian dan pengembangan produk
- Desain dan pengembangan system pengukuran performansi serta standard kerja
- Desain dan pengembangan system analis, value engineering, serta system informasi manajemen
- Pengembangan dan penerapan system pengupahan dan pemberian insentif berdasarkan performans
serta evaluasi kerja
- Perencanaan dan pengembangan organisasi, prosedur kerja, policy, system pemrosesan data, dan
lain-lain.
- Analisa lokasi dengan mempertimbangkan potensi pemasaran, sumber bahan baku, suplai tenaga
kerja, sumber pembiayaan, dll
- Aktifitas penyelidikan operasional (Operations Research) dengan analisa matematik, Program
Linear, Simulasi, Teori Pengambilan Keputusan, dalam rangka optimasi pengambilan keputusan.
Disiplin Teknik Industri mulai berakar kuat pada masa Revolusi Industri (1750-an), dan terus
berkembang mengikuti perkembangan dunia industri sampai saat ini.
Revolusi industri melahirkan banyak penemuan-penemuan baru yang mendorong produksi masal
(mass production). Begitu maraknya pembangunan pabrik-pabrik mendorong pula para engineer
berlomba-lomba mengembangkan aspek teknologi dan konsep-konsep yang ditujukan untuk mencari
proses kerja yang lebih efektif dan efisien. Kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
inilah yang merupakan pendorong berdirinya disiplin Teknik Industri.
Page 3 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, 1776, mengemukakan konsep perancangan
proses produksi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja, yang menekankan pentingnya
spesialisasi.
Henry Towne dalam tulisannya The Engineers as Economist, 1886, mengemukakan pentingnya para
engineer memperhatikan unsur profitabilitas dari keputusan yang diambilnya, karena itu ilmu ekonomi
amat penting bagi para engineer.
Frederic Winslow Taylor dikenal sebagai Bapak Teknik Industri. Pada tahun 1881, Taylor melakukan
studi tentang pemotongan baja selama 25 tahun, dan dipublikasikan pada tahun 1907 di Transaction of
The American Society of Mechanical Engineers. Pemikiran ini yang saat ini dikenal sebagai Scientific
Management.
Taylor juga melakukan analisis tentang kegiatan penyekopan batu bara dan bijih besi. Hasilnya adalah
produktivitas yang meningkat drastic karena penggunaan sekop yang bervariasi yang disesuaikan
dengan pekerjaan. Ini memasukkan unsur Tools Design (Desain Alat Bantu dan Alat Ukur) sebagai
bagian penting dari disiplin Teknik Industri.
Hasil penelitian lainnya adalah penentuan metode untuk pengaturan jam kerja yang optimum. Sebelum
penelitian, Taylor memilih pekerja yang standar dan diberi pelatihan agar memiliki keseragaman
dalam melakukan pekerjaan yang sama. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pekerjaan sangat
dipengaruhi oleh lamanya waktu bekerja, lamanya waktu istirahat, dan frekuensi istirahat. Analisis
spesifikasi dan kebutuhan kerja yang dikembangkan Taylor ini dikenal dengan Work Design atau
Method Study.
Taylor juga dikenal sebagai pelopor pengukuran kerja atau Time Study. Aktifitas ini ditekankan pada
penentuan waktu baku dengan menggunakan stop watch bagi seorang pekerja dalam melakukan
tugasnya.
Studi-studi yang dilakukan Taylor pada dasarnya ditekankan pada peningkatan efisiensi pada tiap
bagian hingga bagian-bagian terkecil, seperti mengeliminir gerakan-gerakan pekerja yang tidak
bermanfaat, penggunaan peralatan bantu, dan standardisasi. Walaupun mampu meningkatkan
produktifitas secara amat signifikan, kecaman tidak lepas dari studi ini terutama dari organisasi pekerja
yang menilai ide Taylor ini merupakan rencana serius untuk menggantikan keterlibatan manusia
dengan mesin.
Frank B. Gilbreth dan istrinya Lilian memperkenalkan analisis gerakan kerja yang disebut
Micromotion Study. Penelitian ini banyak sekali memberikan kesadaran bagi manajemen akan
pentingnya penyederhanaan dalam perancangan, cara, dan prosedur kerja guna memperoleh cara kerja
yang efektif dan efisien. Selain itu Lilian sebagai Doktor di bidang Psikologi telah memperkuat
peranan factor manusia dalam konsep Teknik Industri.
Pelopor-pelopor lainnya seperti Henry Gantt yang mengembangkan prosedur penjadwalan rencana
kerja secara sistematis dalam bentuk grafik, Harrington Emerson yang mengembangkan konsep Line
dan Staff Organization serta dasar-dasar pemberian insentif/bonus kerja, dan masih banyak lagi
pelopor yang berjasa memberikan landasan perkembangan disiplin ilmu Teknik Industri.
Periode perkembangan berikutnya diawali sekitar 1920 dimana konsep Teknik Industri Tradisional
berkembang dan diaplikasikan secara luas. Aliran Teknik Industri Trandisional pada dasarnya
menekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan:
• Methods Engineering: Operation Analysis, Study Gerak dan Pengukuran Kerja, Pemindahan
Material, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Keselamatan Kerja, dan Standardisasi.
• Work Measurement : Pengukuran dan Penataan Waktu Baku dan Standard
• Control Determination : Pengendalian Produksi, Pengendalian Persediaan, Pengendalian
Kualitas Produksi, Pengendalian Biaya dan Budget
Page 4 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
• Plant Facilities and Design : Tata Letak Fasilitas Pabrik, Pengadaan dan Penggantian Peralatan,
Desain Produk, Desain Perkakas dan Alat Bantu Kerja
Aliran Tradisional ini menemukan masa-masa gemilangnya hingga menjelang perang dunia II. Pada
saat itu, industri sudah beralih dari produksi masal (mass production) kepada pemasaran masal (mass
marketing). Masa-masa itu membutuhkan terobosan-terobosan di luar dinding industri karena
permasalahan tidak lagi terpusat didalam wilayah industri itu sendiri tetapi sangat dipengaruhi oleh
system dan lingkungan yang berada diluarnya. Maka dimulailah era Teknik Industri Modern yang
ditandai dengan lahirnya disiplin ilmu Operations Research. Operations Research pada dasarnya
merupakan aplikasi matematika tingkat tinggi untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.
Analisa ini dimulai selama PDII berlangsung yang dikembangkan untuk menyelesaikan masalah-
masalah dan strategi militer yang rumit, khususnya yang berkaitan dengan pengadaan logistic. Pada
perkembangannya, ilmu ini berhasil diadaptasikan dan diaplikasikan di dunia usaha dan industri.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan teknologi terutama electronic digital computer (1946),
Teknik Industri Modern semakin tumbuh khususnya dalam komputasi dan simulasi problematic
industri yang semakin kompleks dan abstrak. Orientasi baru dari hal-hal praktis dan nyata kepada
masalah-masalah teoritis-abstrak, kemudian akan mengikutsertakan konsep-konsep tentang feed-back
control, computer science, behavioral theory, system engineering dan cybernetics, sehingga disiplin
tersebut sekitar tahun 1970-an dikenal sebagai Industrial and System Engineering.
Page 5 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Tulisan pertama Diemer tentang Teknik Industri diberi judul Factory Organization and
Administration (1910). Tiga tahun kemudian, Kimball dari Cornell University membuat tulisan
Principles of Industrial Organization dan dijadikan sebagai buku standar.
Sebelum PD II, program pendidikan Teknik Industri memang tumbuh dari departemen Teknik
Mesin, tetapi setelah PD II, dengan munculnya Operations Research, Manajemen Bisnis, dan
Komputer, membawa perspektif baru bagi pendidikan teknik industri. Perkembangan lebih lanjut
adalah masuknya beberapa disiplin ilmu statistic, psikologi industri, dan ilmu-ilmu social, sebagai
background dari pendidikan teknik industri.
Pendidikan Teknik Industri di Indonesia mulai diperkenalkan oleh Matthias Aroef MSc.PhD. pada
tahun 1958 setelah menyelesaikan study di Cornell University. Tahun 1960, ITB membuka sub
jurusan Teknik Produksi di Jurusan Teknik Mesin. Baru pada tahun 1971, didirikanlah Jurusan
Teknik Industri yang terpisah dari Teknik Mesin. Atas jasanya, nama Prof. DR. Matthias Aroef ini
diabadikan oleh ISTMI dalam bentuk Matthias Aroef Award, yaitu penghargaan yang diberikan
kepada mereka yang dianggap berjasa mengaplikasikan dan mengembangkan profesi Teknik
Industri di Indonesia.
Gambar 1.3.
Perubahan Bidang Garap Teknik Industri
Page 6 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Gambar 1.4.
Perubahan Peranan Teknik Industri
Page 7 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB II
TEKNIK PRODUKSI (PRODUCTION ENGINEERING)
Secara definitive, Teknik Produksi adalah kegiatan: designing the production process for a product .
Dengan demikian, di dalam teknik produksi akan dibahas segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
produksi, termasuk di dalamnya: perancangan produk, desain dan pemilihan mesin, desain peralatan bantu,
estimasi biaya, system perawatan (maintenance), dan lain-lain.
Perancangan system produksi diawali dengan merancang produk yang akan diproduksi. Yang penting
diingat adalah didalam melakukan perancangan produk, harus diperhatikan pula aktifitas-aktifitas lain
seperti pemilihan material, proses, peralatan dan teknologi produksi, penjadwalan, pemasaran produk,
sehingga produk yang dirancang dapat pula memenuhi syarat ekonomis.
Design
Concept PRODUCT
ENGINEERING
Prototype
Design
Design Design
Concept Concept
PRODUCTION
Production
Unit
Page 8 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Konsep perancangan produk merupakan tahap awal yang berkaitan dengan pengembangan ide-ide. Ide-ide
dapat dikembangkan dari pasar atau dari teknologi baru. Ide-ide tersebut bisa dikembangkan menjadi
sebuah produk bila memenuhi beberapa pengujian dan analisis, antara lain potensi pasar, kelayakan dari
segi keuangan dan kesesuaian operasi. Tujuan analisis adalah untuk mengidentifikasi ide terbaik dan
alternative ide yang akan digunakan. Jika konsep perancangan disetujui, maka dilakukan perancangan
prototype yang kemudian dilanjutkan pembuatan dan pengembangannya. Prototype adalah bentuk tiruan
yang menyerupai produk akhir. Prototype dapat dibuat beberapa macam, sesuai alternative ide yang telah
ditentukan.
Uji pasar atas prototype yang dibuat perlu dilakukan untuk mengumpulkan data kuantitatif dari tanggapan
pelanggan mengenai produk tersebut. Prototype juga diuji untuk mengetahui penampilan teknis produk
yang bersangkutan. Dari hasil uji tersebut, seringkali prototype harus dirubah kembali.
Jika pengujian awal telah memenuhi syarat, selanjutnya dilakukan proses pra produksi dan perancangan
peralatan. Proses pra produksi meliputi persiapan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan
produksi, termasuk didalamnya instalasi peralatan, persiapan SDM, perancangan metode kerja, dll.
Setelah semua memenuhi persyaratan, maka proses produksi dapat dimulai.
a. Variasi Produk
Variasi produk memberikan sejumlah keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah
kemampuan menawarkan pilihan yang lebih banyak kepada konsumen. Tetapi variasi produk yang
tinggi menimbulkan biaya yang lebih tinggi, kompleksitas yang lebih besar, dan lebih sulit
mengkhususkan peralatan dan tenaga kerja, juga membingungkan pelanggan karena sulit
membedakan produk yang serupa. Yang menjadi persoalan adalah berapa banyak variasi produk
yang akan dilakukan agar dapat memberikan keuntungan maksimal.
c. Standardisasi
Standardisasi merupakan proses penentuan spesifikasi dari suatu produk barang, baik mengenai
ukuran, bentuk, kualitas, dan karakteristik-karakteristik lainnya. Standardisasi terutama sangat
dibutuhkan dalam produksi massal dimana sebuah produk diproduksi dengan kuantitas besar.
Untuk job-shop production, standardisasi seringkali tidak diperlukan karena sebuah produk hanya
diproduksi untuk kuantitas sangat kecil, bahkan terkadang hanya diproduksi satu unit.
2. PROCESS ENGINEERING
Rekayasa Proses (Process Engineering) akan berkaitan dengan aktifitas-aktifitas perancangan proses yang
diperlukan untuk membuat sebuah produk. Proses tersebut meliputi pemilihan proses manufaktur yang
tepat diaplikasikan serta penetapan mesin atau fasilitas produksi lainnya.
(Beberapa contoh…)
Page 9 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
d. Perbaikan tata ruang kerja yang mampu memberikan lingkungan kerja yang lebih aman dan
nyaman.
Pendekatan tradisional yang sering digunakan untuk menganalisis metode kerja adalah peta-peta kerja.
Peta kerja merupakan alat (tools) yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Dengan
peta kerja kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami sebuah material dari mulai masuk
proses hingga menjadi sebuah produk. Penggambaran aktifitas-aktifitas kerja tersebut dilakukan dengan
menggunakan symbol-simbol yang telah distandarkan oleh ASME (American Society of Mechanical
Engineering) sbb:
Masing-masing peta kerja dan banyak lagi peta kerja lain, akan dijelaskan lebih detail pada bab
Perancangan Tata Cara dan Pengukuran Kerja.
Page 10 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Organisasi dalam kegiatan produksi sangat bergantung pada siklus aktifitas manufaktur yang ada pada
perusahaan yang bersangkutan. Karenanya bentuk organisasinya juga berbeda-beda sesuai karakteristik
produk yang dihasilkan. Tetapi secara umum, siklus aktifitas manufaktur dapat digambarkan sebagai
berikut:
Pengendalian Kualitas
Page 11 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Gambar 2.2.
Siklus Aktifitas Manufaktur
b. Perancangan Produk
Bilamana produk yang dipesan adalah sesuai spesifikasi dari pelanggan, maka rancangan produk
bergantung dan harus disiapkan oleh pelanggan. Tetapi bila produk tersebut adalah hak milik dari
perusahaan, maka tanggung jawab perusahaan untuk membuat dan mengembangkan rancangan
produknya.
Rancangan produk didokumentasikan dalam bentuk gambar kerja, baik berupa gambar lengkap
maupun detail setiap komponennya, dan didukung oleh data-data spesifikasi teknis secara rinci
disertai oleh Bill of Materials (BOM) yang menunjukkan kebutuhan detail material yang
diperlukan untuk membuat sebuah unit produk.
c. Manufacturing Engineering
Bagian ini memiliki 4 tanggung jawab pokok:
- Memberikan saran teknis kepada bagian perancangan produk tentang bisa/tidaknya sebuah
rancangan dapat diwujudkan.
- Menetapkan langkah-langkah proses produksi yang diperlukan untuk membuat sebuah produk /
komponen.
- Menetapkan spesifikasi dan rancangan teknis dari perkakas dan alat bantu lainnya.
- Bertindak sebagai trouble-shooter bilamana dijumpai adanya penyimpangan yang terjadi selama
proses produksi.
d. Industrial Engineering
Fungsi departemen ini adalah menetapkan metode kerja dan waktu standard untuk setiap aktifitas
produksi. Juga menyangkut pula masalah-masalah program pengurangan biaya (cost-reduction),
perbaikan dan peningkatan produktivitas, studi tentang tata letak produksi, proyek-proyek riset
operasional, dan lain-lain.
f. Proses Manufaktur
Merupakan inti dari proses transformasi bahan baku menjadi barang jadi. Selain aktifitas fabrikasi
dan perakitan, termasuk di dalam proses manufaktur adalah proses pemindahan bahan dan proses
pemeliharaan (maintenance).
g. Pengendalian Kualitas
Page 12 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Bagian ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk dan komponen-komponen
pembentuknya harus memiliki kualitas seperti yang telah distandardkan. Fungsi ini harus
dilaksanakan secara total dan terpadu pada setiap langkah proses manufaktur berlangsung.
Page 13 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB III
PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK
Penetapan lokasi pabrik merupakan fase yang amat penting dalam proses perancangan pabrik, karena:
- Pabrik membutuhkan sejumlah besar modal yang harus diinvestasikan dalam jangka panjang
- Lokasi pabrik memiliki unsur strategis guna memperkuat posisi dalam persaingan dan penguasaan
wilayah pasar
- Lokasi pabrik sangat mempengaruhi biaya produksi dan transportasi
Pada dasarnya, lokasi pabrik yang paling ideal adalah terletak pada suatu tempat yang mampu
memberikan total biaya terendah dengan keuntungan maksimal.
Ada dua langkah utama yang seharusnya diambil dalam proses penentuan lokasi suatu pabrik, yaitu
pemilihan daerah secara umum dan pemilihan berdasar size dari jumlah penduduk (community) dan
lahan secara khusus.
Beberapa kondisi umum yang utama:
a. Lokasi di kota besar (City Location)
- Diperlukan tenaga kerja terampil dalam jumlah besar
- Proses produksi sangat bergantung pada fasilitas-fasilitas yang umumnya hanya ada di kota
besar, seperti listrik, gas, dll.
- Kontak dengan pemasok cepat dan dekat
- Sarana transportasi dan komunikasi mudah didapatkan
- Dekat dengan konsumen
Untuk menentukan luas area yang dibutuhkan, secara umum biasanya ditetapkan sekurang-kurangnya
lima kali luas area produksi. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat yang cukup lapang bagi
keperluan bongkar/muat, fasilitas parkir, gudang, dll.
Page 14 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Di lain pihak, lokasi pabrik akan cenderung dipilih berdekatan dengan wilayah pemasaran
bilamana proses produksinya mengarah pada penggabungan / perakitan beberapa material (proses
produksi sintetik). Semakin dekat industri pada penggolongan “industri hilir” dimana produk akhir
industri tersebut bisa langsung digunakan oleh konsumen, maka lokasi pabrik akan cenderung
dekat dengan wilayah pemasaran. Misalnya: Industri perakitan elektronik, industri makanan &
minuman, industri-industri jasa (bank, restoran, rumah sakit, dll), dan sebagainya.
d. Faktor-faktor lain
Termasuk di dalamnya: Rencana pengembangan di masa depan, Biaya tanah dan gedung,
Kemungkinan perluasan, Kebutuhan akan community facilities (misalnya fasilitas perumahan,
pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, dll).
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk menilai dan memilih lokasi pabrik, beberapa
diantaranya yang sederhana yaitu:
a. Metode Factor Rating / Ranking Procedure
b. Metode Cost-Volume Analysis
c. Metode Ukuran Jarak / Analisis Pusat Gravitasi
d. Metode Least-cost Assignment Routine
Page 15 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Tabel berikut memberikan contoh dari suatu hasil penilaian terhadap dua lokasi dengan metode
rating / ranking.
Dari tabel diatas terlihat bahwa lokasi I memiliki total weighted score yang terbesar, maka
alternative lokasi yang dipilih adalah lokasi I.
b. COST-VOLUME ANALYSIS
Metode ini menekankan kepada factor biaya dalam memilih lokasi, dengan memasukkan unsur
volume produksi. Analisis dapat dilakukan secara numerical atau grafik, namun biasanya grafik
akan memberikan gambaran yang lebih jelas.
Prosedur dari analisa ini secara umum adalah sbb:
1. Tentukan biaya tetap dan biaya variabel untuk setiap alternative
2. Plot garis total biaya untuk setiap alternative pada grafik yang sama
3. Pilih alternative lokasi yang memiliki biaya terendah untuk tingkat volume yang diinginkan
Berikut ini adalah sebuah contoh penggunaan cost-volume analysis.
300
200
100
Produksi
(000 unit)
0 2 4 6 8 10 12
Page 16 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Dari data tabel dan grafik diatas, maka jika volume produksi yang diinginkan adalah 10.000 unit /
bulan, maka lokasi yang paling cocok adalah lokasi II. Namun jika volume yang diinginkan
berbeda, misalnya 4.000 unit / bulan, maka pilihan jatuh pada lokasi III, dan pada volume 12.000
unit / bulan, maka pilihan jatuh pada lokasi I.
Pada model rectilinear, jarak diukur dengan menjumlahkan perbedaan jarak antara fasilitas baru
dengan fasilitas yang ada dengan harga mutlak. Fungsi tujuan adalah sebagai berikut:
Minimum, f ( X ) = ∑W .d ( X , P )
i =1
i i
d ( X , Pi ) = X − a i + Y − bi
dengan:
Prosedur penyelesaian untuk mendapatkan solusi optimal dari fasilitas baru dengan fasilitas yang
ada adalah:
1. Menyusun koordinat x dengan urutan naik
2. Menghitung total bobot
3. Koordinat x optimum adalah dengan menggunakan aturan bahwa koordinat x terpilih
harus lebih dari setengah total bobot atau koordinat x terpilih berada di sekitar nilai dari
separuh total bobot.
4. Berlaku juga untuk koordinat y
Diinginkan penempatan fasilitas baru. Lima fasilitas telah ada mempunyai hubungan material
handling dengan fasilitas baru tersebut. Fasilitas-fasilitas yang ada terletak pada koordinat:
P1=(2,1) , P2=(6,3), P3=(4,7), P4=(3,4), P5=(7,6).
Biaya per satuan jarak pengangkutan antara fasilitas baru dengan masing-masing fasilitas yang ada
adalah sbb:
P1=4, P2=6, P3=5, P4=3, P5=9
Koordinat-x
Fasilitas P1 P2 P3 P4 P5
Koordinat X 2 3 4 6 7
Bobot 4 3 5 6 9
Kumulatif 4 7 12 18 27
Total Bobot = 27, setengah dari total bobot = 27/2 = 13,5. Sehingga koordinat-x terpilih antara 4
dan 6. Dengan mengambil nilai terbesar, maka:
Koordinat-x optimum adalah 6.
Page 17 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Koordinat-y
Fasilitas P1 P2 P3 P4 P5
Koordinat Y 1 3 4 6 7
Bobot 4 6 3 9 5
Kumulatif 4 10 13 22 27
f(6,6) = 4 (|6-2| + |6-1|) + 6(|6-6| + |6-3|) + 5(|6-4| + |6-7|) + 3(|6-3| + |6-4|) + 9(|6-7| + |6-6|)
= 36 + 18 + 15 + 15 + 9
= 93
Pendekatan ukuran jarak ini memberikan pilihan lokasi tersentral, terutama dari segi transportasi.
Kelemahan dari metode ini pada intinya perhitungan jarak yang dianggap sebagai garis lurus dan
keadaan jalan yang dianggap sama kondisinya, serta lokasi terpilih yang belum tentu feasible.
Sebuah perusahaan industri makanan ternak telah memiliki dua buah lokasi pabrik yang berada di
kota P1 dan P2. Keduanya mensuplai 5 wilayah pemasaran yang berada di daerah M1, M2, M3,
M4, dan M5. Data-datanya sbb:
Ke Kapasitas Biaya
M1 M2 M3 M4 M5
Dari (ton / minggu) (Rp / Kg)
P1 5 3 2 3 2 7000 75
P2 6.5 5 3.5 1.5 0.2 5500 70
Ramalan 12500
Demand 5000 6000 4000 7000 2000
(ton / mg) 25000
Untuk menutupi kekurangan supply sebesar 12.500 ton / minggu, maka pihak manajemen
memutuskan untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 12.500 ton / minggu. Ada 2
alternatif yang diusulkan adalah NPx dan NPy, dimana data biaya produksi dan distribusi sbb:
Ke Kapasitas Biaya
M1 M2 M3 M4 M5
Dari (ton /mg) (Rp / kg)
NPx 1.5 0.5 1.8 6.5 5 12500 70
NPy 3.8 5 8 7.5 8 12500 67
Yang kita lakukan kemudian adalah melakukan analisa penyebaran hasil produksi untuk masing-
masing NPx dan NPy, kemudian menghitung total biaya dari masing-masing alternative.
Page 18 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Untuk NPx
Ke
M1 M2 M3 M4 M5 Kapasitas
Dari
80 78 77 78 77
P1 (6) (7) 7000
2500 4500
76,5 75,0 73,5 71,5 70,2
P2 (4) (1) 5500
2500 3000
71,5 70,5 71,8 76,5 75
NPx (3) (2) (5) 12500
5000 6000 1500
Ramalan
5000 6000 4000 7000 3000 25000
Demand
Total biaya NPx = [3000 (70,2) + 6000 (70,5) + 5000 (71,5) + 2500 (71,5) + 1500 (71,8) +
2500 (77) + 4500 (78)] x Rp. 1000,- = Rp. 1.821.050.000,-
Untuk NPy
Ke
M1 M2 M3 M4 M5 Kapasitas
Dari
80 78 77 78 77
P1 (6) (7) 7000
4000 3000
76,5 75,0 73,5 71,5 70,2
P2 (3) (1) 5500
2500 3000
70,8 72 75 74,5 75
NPy (2) (4) (5) 12500
5000 6000 1500
Ramalan
5000 6000 4000 7000 3000 25000
Demand
Total biaya NPy = [3000 (70,2) + 5000 (70,8) + 2500 (71,5) + 6000 (72) + 1500 (74,5) +
4000 (77) + 3000 (78)] x Rp. 1000,- = Rp. 1.829.100.000,-
Dengan membandingkan total biaya tersebut diatas, maka tampak bahwa total biaya NPx lebih
kecil dari total biaya NPy. Sehingga lokasi yang lebih baik dipilih adalah NPx.
Page 19 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Seperti halnya penentuan lokasi, maka fase perencanaan tata letak fasilitas produksi juga merupakan
suatu perencanaan yang penting. Karena pabrik harus beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka
kesalahan dalam analisis dan perencanaan lay out (tata letak) akan menyebabkan kegiatan produksi
akan berlangsung tidak efektif dan efisien. Koreksi atau perubahan layout bukanlah suatu hal yang
mudah dilaksanakan dan biasanya memakan biaya yang tidak sedikit. Karenanya perencanaan layout
secara teliti harus dibuat dengan memperhatikan berbagai aspek yang distandarkan.
Seperti halnya setiap perencanaan yang lain di area teknik industri, maka perencanaan layout juga
ditujukan untuk meminimalkan total cost, yang dalam hal ini meliputi antara lain: construction cost,
installation cost, material handling cost, production cost, machine down-time, safety cost, in-process
storage cost, dll. Dari beberapa elemen biaya tersebut, yang dianggap paling berpengaruh adalah
elemen biaya material handling cost. Dalam suatu kegiatan produksi, biaya yang dikeluarkan untuk
pemindahan material bisa berkisar antara 15% sampai dengan 70% dari total biaya produksi. Pemilihan
material handling cost sebagai kriteria tujuan keberhasilan dari layout design disebabkan oleh beberapa
alasan pokok :
- Biaya material handling cukup besar dan terjadi secara kontinyu.
- Biaya material handling termasuk dalam klasifikasi biaya variabel
- Material handling pada dasarnya merupakan kegiatan yang tidak produktif, karena dalam proses
pemindahan material tidak terjadi transformasi apapun dari material yang dipindahkan.
- Biaya material handling biasanya proporsional dengan jarak dan mudah untuk dihitung bila layout
bisa digambarkan. Tipe layout yang dipilih sangat mempengaruhi biaya material handling.
Secara umum, tata letak fasilitas produksi dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
Jika suatu pabrik secara khusus memproduksi satu macam produk atau kelompok produk dalam
jumlah / volume yang besar dan waktu produksi yang lama, maka fasilitas-fasilitas produksi
haruslah diatur mengikuti aliran produknya. Banyak tipe dari garis aliran produk (product flow
line) yang mungkin diaplikasikan seperti:
Product layout merupakan tipe layout yang paling banyak dipakai pada pabrik produksi massal.
Contoh product layout:
1 2 3 4 5
Mesin Mesin Mesin Mesin Packing
A B C A
Gudang Gudang
1 2 3 4 5 Barang
Bahan
Baku Mesin Mesin Mesin Mesin Packing Jadi
B D C A
Page 20 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Process layout atau sering disebut pula Functional Layout, adalah metode pengaturan dan
penempatan fasilitas dengan tipe yang sama dalam satu area.
Contoh process layout:
Inspeksi
A Gudang
B Barang
Jadi
E
Gudang
Bahan C D
Baku
Pengepakan
Page 21 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Dalam praktek sehari-hari, yang sering dijumpai dalam dunia industri adalah kombinasi kedua metode
diatas.
Tata letak ini hanya digunakan bila produk yang dikerjakan hampir tidak mungkin dipindahkan,
misalnya karena ukuran, berat, atau berbahaya. Pada tata letak ini, material dan komponen
utamanya tetap tinggal pada posisi / lokasinya, sedangkan fasilitasnya yang bergerak menuju
lokasi tersebut. Contoh penggunaan layout jenis ini adalah pada industri perakitan pesawat
terbang, ship building, perakitan misil / bom, dll.
Dalam suatu pabrik, material handling menyerap sekitar 25% tenaga kerja, dan menggunakan sekitar
55% dari seluruh area produksi, dan menggunakan biaya sekitar 15% sampai dengan 70% dari total
biaya produksi. Karena itulah material handling perlu didesain dan direncanakan sedemikian rupa agar
berjalan efektif dan efisien.
Secara umum, cara pemindahan bahan pada area produksi dibagi menjadi 3 kategori:
a. Manual
Material dipindahkan dari stasiun satu ke stasiun lain secara manual oleh manusia. Peralatan bantu
yang biasa digunakan antara lain:
- Truk tangan (troli). Yaitu pengangkut muatan dengan landasan beroda 4 atau 6 yang
digerakkan dengan cara didorong / ditarik oleh orang. Ada juga yang dilengkapi dengan
pengangkat.
- Truk bergarpu (fork lift). Adalah kendaraan pengangkut dengan garpu didepannya. Material
yang diangkut biasanya diletakkan dulu diatas palet.
- Truk anjungan. Yaitu kendaraan pengangkut dengan landasan didepan / dibelakangnya untuk
meletakkan material.
- Truk pengambil tumpukan. Yaitu truk dengan lift yang dapat dinaikkan untuk mengambil
tumpukan yang tinggi.
Page 22 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
b. Mekanis
Material dipindahkan menggunakan peralatan mekanis yang dikendalikan dengan / tanpa mesin.
Peralatan yang biasa digunakan antara lain:
- Conveyor belt. Yaitu sabuk penghantar yang bergerak dengan tenaga dorongan atau dengan
mesin penggerak.
- Rantai layang. Yaitu penghantar berantai yang dipasang diatas. Material digantungkan pada
rantai.
- Troli penghantar mekanis. Yaitu troli yang diletakkan pada rel yang bergerak.
- Corong gravitasi. Yaitu luncuran menurun yang dibentuk sedemikian rupa hingga dapat
mengarahkan material yang diletakkan diatasnya.
- Penghantar beroda. Yaitu serangkaian roda yang dipasang pada rel sejajar untuk mendukung
dan menghantar muatan yang diletakkan diatasnya.
- Kerekan (hoist). Yaitu kerekan yang digunakan untuk menghantarkan material secara vertikal
- Derek (crane). Yaitu peralatan penghantar yang berjalan diatas batang mendatar yang
dipasang pada sebuah tiang.
c. Otomatis
Material dipindahkan secara otomatis dan diatur oleh komputer. Pada sistem ini banyak digunakan
peralatan robotik.
Suatu pendekatan sistematis dan terorganisir untuk perencanaan tata letak fasilitas produksi,
diperkenalkan oleh Richard Muther (1973) yang dikenal dengan SLP (systematic layout planning).
Secara singkat, prosedur untuk melaksanakan SLP dapat dilihat pada bagan berikut:
3. String diagram
7. Pertimbangan 8. Batasan-batasan
Modifikasi Praktis
9. Perancangan
Alternatif Tata Letak
10. EVALUASI
Page 23 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Agar analisa bisa dilakukan sebaik-baiknya, data-data yang berhubungan dengan semua aktifitas
pabrik harus dikumpulkan terlebih dulu. Data-data ini mencakup: desain produk, desain proses
produksi, bill of materials, mesin produksi, kapasitas, volume produksi, dll.
Analisa ini berkaitan dengan pengukuran kuantitatif untuk setiap perpindahan gerakan material.
Langkah ini diawali dengan membuat Peta Aliran Proses (Flow Process Chart). Contoh Flow Process
Chart dapat dilihat pada lampiran 3.A.
Dari sini kemudian dibentuk From-to-chart yang menunjukkan sejumlah aktifitas perjalanan dari satu
lokasi ke lokasi lain. Tujuan from-to-chart ini adalah untuk meminimalkan terjadinya back-tracking
(aliran balik). Penggunaan from-to-chart lebih berguna untuk Process Layout karena pada Product
layout semua aktifitas akan diatur berdasar urutan proses produksi sehingga tidak ada back-tracking.
Dari from-to-chart dapat digambarkan pula tata letak pabrik secara kasar. Contoh From-to-chart dapat
dilihat pada lampiran 3.B.
Analisa pada langkah 1 telah memasukkan faktor-faktor kuantitatif untuk analisa, maka pada langkah 2
akan dimasukkan faktor-faktor kualitatifnya. Activity Relationship Chart (ARC) atau sering pula
disebut Relationship-Chart (REL-Chart), memberikan pertimbangan derajat kedekatan (closeness) dari
satu departemen ke departemen lain.
Pada REL-Chart dipergunakan simbol-simbol sbb:
A Absolutely Necessary
E Especially Important
I Important
O Ordinary
U Unimportant None
X Not Desirable
Langkah ini akan menggabungkan langkah 1 dan 2 dalam bentuk grafis sederhana yang
menggambarkan pengaturan / penempatan fasilitas pada kondisi paling optimal. Penempatan dilakukan
dengan cara trial & error. Umumnya lebih dari satu alternatif yang akan muncul. Langkah ke-3 ini
merupakan langkah yang paling kreatif dan penting.
Contoh string diagram dapat dilihat pada lampiran 3.D.
Page 24 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Kebutuhan luas area keseluruhan didapatkan dengan menganalisa dan menghitung kebutuhan luas area
dari masing-masing fasilitas dengan memperhatikan kelonggaran lainnya.
Hampir selalu luas area yang tersedia adalah terbatas. Karenanya, kebutuhan masing-masing fasilitas
yang didapat dari langkah 4 harus direvisi untuk disesuaikan dengan luas area yang tersedia.
Langkah 6 pada dasarnya adalah modifikasi dari langkah 3 dengan memasukkan unsur luas area yang
didapat dari langkah 5. Umumnya beberapa kali percobaan (trial & error) perlu dilakukan sebelum
layout yang feasible bisa dibuat.
Contoh Space Relationship Diagram dapat dilihat pada lampiran 3.E.
Disini pertimbangan-pertimbangan praktis dibuat untuk modifikasi layout. Hal-hal yang berkaitan
dengan bentuk bangunan, letak kolom penyangga, lokasi piping system, dan lainnya merupakan dasar
pertimbangan untuk memperbaiki alternatif desain layout yang diusulkan.
Langkah terakhir adalah mengambil keputusan alternatif layout mana yang akan diterapkan. Evaluasi
setelah implementasi juga diperlukan untuk menganalisa apakah keputusan yang diambil sudah benar.
Page 25 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Lampiran 3.A.
Page 26 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Lampiran 3.B.
FROM-TO CHART
Produk A :
Bahan Baku à Press à Frais à Drill à Inspection à Packaging à Storage
Produk B :
Bahan Baku à Pengecoran à Gerinda à Frais à Inspection à Packaging à Storage
To
GBB Press Cor Grind Frais Drill QC Pack WH
From
GBB A1 B1
Press A2
Cor B2
Grind B3
Frais A3 B4
Drill A4
A5
QC
B5
A6
Pack
B6
WH
B A4
B
2 3
Gudang A
Bahan B A
1 3 5
Baku
B
5
Pengecoran Drill Pengepakan
Page 27 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Lampiran 3.C.
Keterangan :
Page 28 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Lampiran 3.D.
STRING DIAGRAM
1 5
2 6
3 4 5
1 2 6
Page 29 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Lampiran 3.E.
4
(100 m2)
3 5
(100 m2) (200 m2)
1 6
(200 m2) (400 m2)
2
(200 m2)
3 4 5
1 2 6
Page 30 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB IV
PERANCANGAN TATA CARA DAN PENGUKURAN KERJA
(WORK DESIGN AND MEASUREMENT)
Tingkatan
Analisa “Perancangan Kerja”
Kerja: Aplikasi dalam
Spesifikasi
Sistem Penetapan Penetapan Pengukuran bentuk
Tugas/Jabatan
Proses Materi Kerja Metode / Tata Kerja (Waktu / Perencanaan
Operasi (Work Content) Cara Kerja Output Standar) dan
Tugas Pengendalian
Gerakan Kerja
Page 31 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Methods Study adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan secara seksama
mengenai cara-cara yang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Sasaran pokok dari studi
ini adalah mencari, mengembangkan, dan menerapkan suatu metode kerja yang lebih efektif dan
efisien. Diharapkan dari hasil studi akan bisa diperoleh rancangan tata cara kerja yang lebih mudah,
lebih sederhana, lebih singkat waktunya, lebih ringan, dan lebih hemat untuk diaplikasikan ke dalam
sebuah sistem kerja. Yang dimaksud dengan sistem kerja adalah suatu sistem dimana komponen-
komponen kerja seperti manusia, mesin, material, dan lingkungan kerja akan berinteraksi secara
integral untuk menghasilkan output kerja yang diinginkan.
Aktifitas methods study perlu diadakan bila diketahui dengan metode kerja lama dijumpai kondisi-
kondisi kerja yang kurang layak, seperti:
- Adanya kemacetan (bottle neck) dalam aliran produksi
- Adanya target-target kerja yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai rencana (baik kuantitas maupun
kualitas)
- Adanya kecelakaan kerja yang sering dijumpai dan adanya ketidaknyamanan kerja yang
disebabkan pengaruh lingkungan kerja
- Tingginya biaya kerja yang tidak sesuai dengan perencanaan
Berikut disajikan segala sesuatu yang berhubungan dengan methods study secara lebih sistematis.
Page 32 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
3. Ergonomi
Kata ERGONOMI berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum). Jadi maksud
ergonomi adalah ilmu yang mempelajari keterkaitan manusia dengan lingkungan kerjanya.
Disiplin ilmu Ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang secara sistematis memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai
tujuan yang diinginkannya dengan efektif, efisien, aman, dan nyaman.
Ilmu ini muncul pada saat perang dunia kedua, dipergunakan oleh Inggris untuk memperbaiki operasi
militernya. Pada saat itu sering dijumpai bom-bom atau peluru yang tidak mengenai sasaran, mesin-
mesin perang yang rusak atau hancur karena peralatan-peralatan tersebut dirancang tanpa
memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia sebagai operatornya.
Manusia, sebagai bagian utama dari sistem kerja, adalah sebuah sistem yang amat kompleks.
Karenanya dalam pengembangan ergonomi, diperlukan dukungan berbagai disiplin ilmu lain selain
disiplin ilmu Teknik (Engineering), antara lain:
- Anatomi (struktur)
- Fisiologi (bekerjanya)
- Anthropometri (ukuran tubuh)
- Psikologi
- Biologi
- dll
Ergonomi, atau yang lebih dikenal di Amerika dengan istilah Human Engineering, mengutamakan
kegiatannya pada perancangan Sistem Manusia Mesin.
Sistem – secara umum – bisa didefinisikan sebagai sekelompok elemen-elemen (sub-sistem) yang
terorganisir dan memiliki fungsi yang berkaitan erat satu dengan lainnya guna mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Yang harus diperhatikan dalam pendekatan sistem (System
Approach) adalah bahwa setiap sistem adalah merupakan sub-sistem dari sebuah sistem yang lebih
besar, dan sebaliknya bahwa setiap sub-sistem adalah merupakan sebuah sistem tersendiri.
Dengan demikian, sistem manusia-mesin (man-machine system) adalah sebuah sistem yang elemen-
elemennya terdiri dari satu atau lebih manusia dan satu atau lebih mesin. Pengertian mesin disini
adalah luas, yaitu mencakup semua obyek fisik yang digunakan manusia untuk berproduksi.
Page 33 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Aktifitas Produksi
Mekanisme
kontrol Control Instrument
b. Control (pengendali)
Diperlukan untuk menyampaikan perintah dari operator untuk mengubah aktifitas atau keadaan
mesin. Desain sistem kontrol yang baik adalah yang dapat membuat operator memberikan perintah
secara cepat, tepat, tanpa kesalahan. Sistem kontrol yang terlalu rumit akan membingungkan
operator sehingga dapat menyebabkan kesalahan fatal, seperti salah tekan tombol dan lainnya.
Pengendali dapat menggunakan tangan atau kaki.
Tenaga (Power) Kecil, terbatas, dan berubah-ubah Dapat diatur dengan baik, bisa besar
dan tetap
Ingatan (memory) Bisa mengingat segala macam, Baik untuk menyimpan dan
dengan pendekatan dari berbagai memproduksi sesuatu yang telah
sudut, baik untuk menentukan dasar- ditentukan, baik jangka pendek atau
Page 34 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Kalkulasi Lambat dan sangat memungkinkan Cepat dan tepat, tetapi tidak
terjadi kesalahan, tetapi memiliki memiliki kemampuan koreksi
kemampuan koreksi
Dari perbedaan-perbedaan diatas, maka dengan ergonomi, diharapkan dapat dirancang sebuah sistem
kerja yang saling melengkapi.
Dasar keilmuan ergonomi banyak berhubungan dengan fungsi tubuh manusia sehingga diperlukan
pengetahuan dasar fungsi dari sistem kerangka-otot. Ilmu ini merupakan dasar untuk mengatasi
masalah postur dan pergerakan manusia terhadap lingkungan fisik tempat kerja.
Banyak sekali aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja. Beberapa
diantaranya akan diberikan contoh dibawah ini.
a. Jangkauan
Dalam perancangan tempat kerja diperlukan batasan-batasan untuk memastikan bahwa alat-alat
atau material tidak bisa ditempatkan di luar jangkauan tangan. Terdapat dua aspek penting yang
harus diperhatikan, yaitu daerah kerja horizontal dan daerah kerja vertikal.
Hampir seluruh meja kerja, benda kerja, dan peralatan kerja sebaiknya disusun pada sebuah
permukaan horizontal. Tentunya dengan batasan tidak berada diluar jangkauan normal, dalam arti
operator tidak perlu menggerakkan anggota badan lain (mis: bahu, pinggang, dll) selain lengan
atas dan bawah. Termasuk juga harus dihindari pergerakan kepala (mis: menoleh, menunduk)
untuk melihat benda kerja, harus diusahakan area kerja berada pada jangkauan mata normal.
Jangkauan secara vertikal biasanya diterapkan untuk kasus seperti pada papan atau tombol kontrol.
Namun secara umum harus dihindari kebutuhan akan menaikkan tangan / lengan.
c. Tempat duduk
Perancangan tempat kerja untuk pekerjaan duduk lebih sulit, karena dalam perancangan ini selain
harus memperhitungkan tinggi meja kerja juga interaksinya dengan tinggi tempat duduk. Misalnya
jika kita mengambil tinggi bangku standar 5-10 cm dibawah siku, maka seringkali rancangan
tersebut tidak nyaman pada ruang untuk lutut.
Page 35 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Kursi-kursi yang dirancang untuk meja kerja tinggi, akan lebih baik jika dibuat fleksibel (dapat
diatur ketinggiannya). Pada kursi tinggi ini diperlukan juga sandaran kaki yang dapat disetel.
d. Perkakas kerja
Kekuatan genggam ditentukan oleh ukuran pegangan dengan lebar genggaman. Misalnya pada
perancangan obeng (screwdriver). Jika kita menggenggam pegangan obeng maka dapat dirasakan
bahwa sumbu obeng akan membentuk sudut 70O relatif terhadap sumbu tangan. Bila kita bekerja
pada bidang yang tegak lurus dengan sumbu tangan, maka kita harus membengkokkan
pergelangan tangan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan dan rasa nyeri pada pekerjaan
yang berulang-ulang. Pencegahannya adalah membentuk pegangan bengkok (dengan mekanisme
penggerak mekanis / elektrik) sehingga tidak perlu membengkokkan pergelangan tangan untuk
menggunakannya. Tetapi hal itu tidak berlaku bila kita bekerja pada bidang yang sejajar dengan
sumbu tangan, karena untuk bekerja pada bidang demikian, sumbu obeng telah membentuk sudut
90O terhadap sumbu tangan sehingga tidak perlu membengkokkan pergelangan tangan.
Jadi secara umum, perancangan alat perkakas perlu disesuaikan dengan tempat kerjanya.
• Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara. Kelembaban sangat
mempengaruhi pernafasan dan peredaran darah. Kelembaban yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan menyebabkan kelelahan yang berlebihan.
• Sirkulasi udara
Faktor sirkulasi udara yang baik sangat penting dalam menjamin kecukupan pasokan oksigen
dan mengurangi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Sirkulasi udara dapat dilakukan
minimal dengan membuat ventilasi. Lebih baik lagi jika diadakan peralatan bantu seperti
exhaust fan atau exhaust pipe.
• Pencahayaan
Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemampuan mata manusia untuk melihat
dengan jelas adalah : besar kecilnya obyek, derajat kontras antara obyek dengan
sekelilingnya, luminensi (brightness), dan lamanya melihat. Aspek pencahayaan lain yang
harus diperhatikan adalah letak sumber cahaya. Penempatan sumber cahaya yang baik adalah
mata tidak langsung menerima cahaya dari sumber cahaya, tetapi cahaya tersebut harus
mengenai obyek yang selanjutnya dipantulkan oleh obyek ke mata.
• Kebisingan
Bising dapat diartikan sebagai bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki telinga kita. Tingkat
gangguan tersebut ditentukan oleh 3 aspek yaitu: lama kebisingan, intensitas kebisingan, dan
frekuensinya. Kebisingan yang terlalu lama dapat mengganggu konsentrasi bahkan dapat
mengganggu pendengaran. Intensitas yang kuat (ditunjukkan dalam dB) dapat pula merusak
Page 36 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Page 37 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
4. Pengukuran Kerja
Yang dimaksud dengan pengukuran kerja adalah mengukur waktu yang dibutuhkan oleh seorang
operator terlatih dalam melaksanakan satu unit kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja normal.
Hasil pengukuran disebut Waktu Standar. Waktu Standar dapat digunakan untuk hal-hal berikut:
- Penentuan jadwal dan perencanaan kerja
- Penentuan biaya standar dan sebagai alat bantu dalam mempersiapkan anggaran
- Estimasi biaya produk sebelum memproses produk
- Penentuan efektivitas mesin
- Penentuan insentif tenaga kerja langsung
- Penentuan upah tenaga kerja tidak langsung
- Dasar control biaya tenaga kerja
Pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu pengukuran langsung dan
pengukuran tidak langsung.
Page 38 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Pengujian Data
Karena seringkali tidak dimungkinkan untuk mengukur seluruh populasi yang diteliti, maka
pengukuran hanya dilakukan secara sampling. Untuk itulah diperlukan uji kecukupan data.
Uji ini diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan adalah cukup
secara obyektif. Idealnya pengukuran dilakukan dalam jumlah banyak hingga tak terhingga,
semakin banyak data pengukuran, hasilnya akan semakin mendekati kebenaran.
Pada pengujian ini digunakan konsep statistik: tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian.
Tingkat Ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dari hasil
pengukuran terhadap waktu kerja sebenarnya. Tingkat Keyakinan menunjukkan besarnya
keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan dikumpulkan.
Pengaruh keduanya adalah semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat
keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan agar cukup.
k/s N X 2 − ( X )2
2
N' =
∑ ∑
∑X
dengan:
k = Tingkat keyakinan
= 99% 3
= 95% 2
s = Tingkat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan (riil)
N’ = Jumlah data yang dibutuhkan (teoritis)
X = Data pengamatan
Jika N’ N, maka data dianggap cukup. Jika N’ > N, maka data tidak cukup dan harus
ditambah. Setelah data ditambah, maka harus dilakukan lagi uji kecukupan data.
Contoh:
Dilakukan pengukuran sebanyak 15 kali dengan stopwatch. Bila tingkat keyakinan 95% dan
tingkat ketelitian 10%, apakah pengamatan cukup?
Pengamatan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Data Pengamatan 8 7 7 6 8 6 9 8 9 6 8 5 5 9 6
X = 107
X)2 = 11449
X2 = 791
k = 95% 2
s = 10%
N’ = 14,53
Page 39 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari system yang sama, maka
dilakukan pengujian terhadap keseragaman data. Sebagai contoh, bila seorang operator pada
saat dilakukan pengukuran sedang sakit sehingga hasilnya jauh lebih lambat dibandingkan
dengan hari-hari sebelumnya, maka data tersebut harus dipisahkan agar tidak merusak hasil
akhir perhitungan. Rumus perhitungannya sbb:
BKA = X + kσ
BKB = X − kσ
∑ (x - x )
2
σ=
N -1
dengan :
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
x = Nilai rata-rata
= Standard deviasi
k = Tingkat keyakinan
Contoh:
Mengacu pada contoh diatas. Jika tingkat keyakinan adalah 99%, maka tentukan apakah data
seragam atau tidak.
k = 3
x = 7,13
2
(x - x ) = 27,73
= 1,4
BKA = 7,13 + 3 (1,4) = 11,33
BKB = 7,13 – 3 (1,4) = 2,93
Semua data masuk dalam range antara BKA dan BKB, maka data dinyatakan seragam.
Faktor penyesuaian adalah nilai yang melambangkan ketidak-wajaran operator. Jika operator yang
diukur dianggap Normal, maka factor penyesuaiannya p=1. Jika operator dianggap terlalu cepat,
maka p>1, sedangkan jika operator dianggap terlalu lambat, maka p<1.
Metode-metode untuk menentukan penyesuaian antara lain:
1. The Westing House System. Sistem ini adalah system terlama dan paling banyak digunakan.
System ini mempertimbangkan empat factor, antara lain : keterampilan, usaha, kondisi, dan
konsistensi
2. Synthetic Rating. Sistem ini dikembangkan oleh Morrow. Synthetic Rating mengevaluasi
kecepatan operator dari nilai waktu gerakan yang sudah ditetapkan lebih dulu.
3. Speed Rating / Performance Rating. Sistem ini mengevaluasi performansi dengan
mempertimbangkan tingkat ketrampilan per satuan waktu saja.
4. Objective Rating. Metode ini dikembangkan oleh Munder dan Danner. Sistem ini tidak hanya
menentukan kecepatan aktivitas tetapi juga mempertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan.
Page 40 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Kelonggaran adalah factor koreksi yang harus ditambahkan pada waktu kerja operator, karena
dalam pekerjaan ada gangguan-gangguan alamiah yang mengurangi kecepatan kerja. Kelonggaran
dinyatakan dalam persen.
Kelonggaran dibagi 3 jenis, yaitu:
1. Kebutuhan Pribadi. Kegiatan yang termasuk dalam kebutuhan pribadi biasanya alamiah dan
manusiawi. Misalnya minum, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan rekan sekerja, dll.
Tuntutan kebutuhan ini sifatnya alami selama dilakukan dalam batas-batas kewajaran.
2. Menghilangkan Kelelahan. Istirahat sejenak untuk menghilangkan kelelahan adalah wajar.
Jika pekerjaan dilakukan terus menerus tanpa istirahat, maka hasil produksi akan terus
menurun baik kualitas maupun kuantitasnya. Umumnya, pekerja tidak beristirahat dengan
diam tetapi dengan mengatur ritme kerjanya.
3. Hambatan tak terhindarkan. Misalnya menerima perintah dari atasan, listrik padam, peralatan
rusak, dll.
Perhitungan Waktu
Waktu Normal
WN = WS × p
Waktu Baku
WB = WN × 100/(100-kelonggaran)
Metode ini dikembangkan karena pengukuran dengan jam henti umumnya memakan waktu cukup
lama. Dengan mengembangkan Micromotion study, maka didapatlah sejumlah data waktu dan
prosedur sistematis yang menganalisis dan membagi operasi manual dari pekerjaan operator
menjadi elemen-elemen gerakan terkecil. Ada beberapa metode penentuan waktu baku dengan
pengukuran tidak langsung, antara lain: Work Factor System (WFS), Method Time Measurement
(MTM), Basic Motion Time Study (BMT), Maynard Operation Sequence Technique (MOST), dll.
Page 41 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
4. Produktivitas
Secara umum, produktivitas diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara input (masukan) dan output
(keluaran).
SISTEM
TRANSFORMASI
Masukan: Keluaran:
Tenaga Kerja Produk Barang
Modal: Produk Jasa
Finansial
Peralatan
Fasilitas
dll
Energi
Material
Data
PRODUKTIVITAS
b. Faktor Manusia
Pada bidang-bidang dimana pengaruh teknologi sangat kecil, maka peran factor manusia sangatlah
besar peranannya dalam menentukan tingkat produktivitas. Ada 2 hal penting dalam diri manusia
yang menentukan tingkat produktivitas, yaitu: kemampuan (ability) pekerja, dan motivasi pekerja.
Kemampuan diperoleh dari pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Sementara motivasi adalah
factor yang lebih kompleks karena mencakup perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Kedua faktor ini haruslah saling mendukung untuk meningkatkan produktivitas. Peningkatan pada
salah satu factor saja belum berarti bisa meningkatkan produktivitas. Sebagai contoh: Penggunaan
mesin teknologi modern dengan kecepatan tinggi (high-speed) justru bisa menurunkan tingkat
produktivitas jika tidak diimbangi dengan peningkatan skill operatornya.
Pengukuran Produktivitas
Sebagai contoh:
Seorang pekerja bisa memproduksi 12 unit barang dalam 2 jam. Jika dengan sebuah alat bantu, ia bisa
memproduksi 50 unit barang dalam 8 jam, berapa indeks kenaikan produktivitasnya?
Page 42 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Contoh lain:
Mesin A dapat memproduksi 120 unit produk dengan menggunakan 200 unit material. Akan diganti
dengan mesin baru B yang dapat memproduksi 200 unit produk dengan menggunakan 340 unit
material. Apakah penggantian tersebut disarankan?
Karena produktivitas mesin B lebih rendah dari mesin A, maka penggantian tidak disarankan.
Page 43 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB V
PENELITIAN OPERASIONAL
Seperti telah dikemukakan pada bab I, tentang sejarah disiplin ilmu Teknik Industri, bahwa Penelitian
Operasional (Operations Research) pada dasarnya adalah aplikasi matematika tingkat tinggi untuk
menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.
Berikut kita akan melihat beberapa contoh penggunaan Operations Research.
1. PROGRAM LINEAR
Banyak keputusan yang harus dihadapi oleh seorang manajer perusahaan dibatasi oleh situasi
lingkungan operasi. Pembatasan tersebut meliputi sumberdaya, misalnya waktu, tenaga kerja, energi,
bahan baku, uang, atau dapat berupa bentuk batasan pedoman, misalnya resep atau spesifikasi teknik.
Pengambilan keputusan selalu memiliki tujuan tertentu, yang umumnya adalah memaksimalkan laba
atau meminimumkan biaya.
Program linear adalah suatu metode analisis untuk menyelesaikan masalah dalam pengambilan
keputusan dengan cara merumuskan masalah tersebut dalam bentuk model matematika. Terminologi
program disini tidak berhubungan dengan program komputer, tetapi menunjukkan suatu kumpulan
langkah-langkah matematis yang telah ditentukan dalam rangka memecahkan masalah.
Linear maksudnya adalah fungsi dalam model matematika yang terbentuk jika digambarkan dalam
grafik adalah berbentuk linear / garis.
Perusahaan tembikar Elok, memproduksi 2 produk setiap hari, yaitu mangkok dan cangkir. Perusahaan
mempunyai 2 sumber daya yang terbatas, yaitu tanah liat dan tenaga kerja. Dengan keterbatasan itu,
ingin diketahui berapa mangkok dan cangkir yang harus diproduksi setiap hari untuk memaksimumkan
laba. Berikut adalah data-datanya:
Produk
Mangkok Cangkir Batasan
Sumber daya
Tenaga kerja (jam / unit) 1 2 40 jam/hari
Tanah liat (pon / unit) 4 3 120 pon/hari
Laba (Rp.000/unit) 4 5
a. Variabel keputusan:
X1 = jumlah mangkok yang diproduksi
X2 = jumlah cangkir yang diproduksi
b. Fungsi tujuan:
Maksimumkan : Z = 4X1 + 5X2
c. Batasan model:
1X1 + 2X2 40
4X1 + 3X2 120
X1,X2 0
Page 44 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
X2
40
4X1+3X2=120
30
Z=4X1+5X2
20
Titik Optimal
10 Bidang
Feasible X1+2X2=40
10 20 30 40 X1
Titik optimal yang didapat merupakan pertemuan antara fungsi X1 + 2X2 = 40 dengan 4X1 + 3X2 = 120
Maka penyelesaiannya dapat menggunakan row operation (operasi baris):
2. TRANSPORTASI
Page 45 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Contoh kasus:
Tabel transportasi
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 150
7 11 11
2 175
4 5 12
3 275
a. Solusi NW Corner
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 150
150
7 11 11
2 175
50 100 25
4 5 12
3 275
275
Demand 200 100 300 600
Page 46 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
c. Solusi VAM
Langkah1
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 150 2
7 11 11
2 175 4 1
175
4 5 12
3 275 1
Langkah 2
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 150 2
7 11 11
2 175
175
4 5 12
3 275 1
100
Demand 200 100 300 600
2 3 2
Page 47 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Langkah 3
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 150 4
7 11 11
2 175
175
4 5 12
3 275 8 3
25 100
Demand 200 100 300 600
2 2
Langkah 4
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 150
150
7 11 11
2 175
175
4 5 12
3 275
25 100 150
Demand 200 100 300 600
2
Langkah 1
Menghitung nilai kenaikan / penurunan biaya bila alokasi pada sel-sel yang kosong (nonbasis).
Misalnya jika kita menambah 1 unit pada sel 1A, maka biaya akan meningkat sebesar $6. Batasan
tetap tidak boleh dilanggar, karena itu penambahan 1 unit pada sel 1A, berarti harus mengurangi 1
unit pada sel 1B, yang berarti ada penurunan biaya sebesar $8. Dengan berkurangnya alokasi pada
sel 1B, maka kita harus menambah 1 unit pada sel 3B, yang berarti penambahan biaya sebesar $5.
Akibat selanjutnya, kita harus mengurangi 1 unit pada sel 3A, yang berarti penurunan biaya
sebesar $4. Maka proses perputaran sudah tertutup. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut.
Page 48 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 +1 -1 150
25 125
7 11 11
2 175
175
4 5 12
3 -1 +1 275
200 75
Demand 200 100 300 600
Maka besar kenaikan / penurunan biaya pada proses ini (proses 1A) adalah :
1A à 1B à 3B à 3A
+$6 - $8 + $5 - $4 = -$1
Langkah 2
Dengan cara yang sama, cari nilai kenaikan / penurunan biaya pada tiap sel yang kosong
(nonbasis).
Sel 2A
2A à 2C à 1C à 1B à 3B à 3A
+ 7 – 11 + 10 – 8 + 5 – 4 = -1
Sel 2B
2B à 2C à 1C à 1B
+ 11 – 11 + 10 – 8 = +2
Sel 3C
3C à 1C à 1B à 3B
+ 12 – 10 + 8 – 5 = +5
Langkah 3
Alokasikan maksimal pada sel kosong dengan nilai penurunan biaya terbesar.
Pada kasus ini, sel 1A dan 2A menghasilkan penurunan biaya yang sama, sebesar -$1. Pilih salah
satu, misalkan kita pilih sel 1A. Dari perputaran yang ada, nilai terkecil adalah 25 unit, maka
lakukan penambahan / pengurangan sesuai tanda pada sel-sel yang bersangkutan, sbb:
Ke
A B C SUPPLY
Dari
6 8 10
1 + - 150
0+25 25-25 125
7 11 11
2 175
175
4 5 12
3 - + 275
200-25 75+25
Demand 200 100 300 600
Page 49 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Langkah 4
Ulangi langkah 1 & 2 dengan menggunakan alokasi baru dari langkah 3.
Jika masih ada kemungkinan penurunan biaya, ulangi langkah 3
Sel 2A
2A à 2C à 1C à 1A
+7 – 11 + 10 – 6 = 0
Sel 1B
1B à 3B à 3A à 1A
+8 – 5 + 4 – 6 = +1
Sel 2B
2B à 3B à 3A à 1A à 1C à 2C
+11 – 5 + 4 – 6 + 10 – 11 = +3
Sel 3C
3C à 3A à 1A à 1C
+12 – 4 + 6 – 10 = +4
Pada kasus ini, tidak dijumpai lagi indikasi penurunan biaya, berarti solusi sudah optimum. Pada
sel 2A dijumpai perubahan biaya sebesar $0, berarti masih ada solusi optimum kedua. Jika
perputaran untuk sel 2A dilakukan, maka biaya tidak akan berubah sebesar 4.525
3. PENUGASAN
Model penugasan adalah masalah yang serupa dengan model transportasi, perbedaannya adalah dalam
model penugasan supply dan demand dibatasi hanya 1 unit saja. Model ini umumnya digunakan untuk
mengalokasikan sumber daya manusia, misalnya mengalokasikan operator pada mesin.
Contoh kasus:
Atlantic Coast Conference mempunyai 4 pertandingan bola basket pada malam tertentu. Kantor pusat
bermaksud mengirim 4 tim pendamping pada tiap pertandingan sedemikian rupa sehingga total jarak
yang harus ditempuh minimal. Jarak tiap tim pendamping ke lokasi tiap pertandingan ditunjukkan tabel
berikut:
Tim Lokasi Pertandingan
Pendamping Raleigh Atlanta Durham Clemson
A 210 90 180 160
B 100 70 130 200
C 175 105 140 170
D 80 65 105 120
Langkah 1
Lakukan pengurangan baris (row reductions), yaitu mengurangi nilai tiap baris dengan nilai terkecil
pada baris tersebut
Tim Lokasi Pertandingan
Pendamping Raleigh Atlanta Durham Clemson
A 120 0 90 70
B 30 0 60 130
C 70 0 35 65
D 15 0 40 55
Page 50 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Langkah 2
Lakukan pengurangan kolom (column reductions), yaitu mengurangi nilai tiap kolom dengan nilai
terkecil pada kolom tersebut
Tim Lokasi Pertandingan
Pendamping Raleigh Atlanta Durham Clemson
A 105 0 55 15
B 15 0 25 75
C 55 0 0 10
D 0 0 5 0
Langkah 3
Tarik sejumlah garis horizontal dan vertikal yang diperlukan untuk mencoret semua angka nol pada
baris dan kolom tabel.
Jika jumlah garis kurang dari jumlah penugasan unik yang diperlukan, maka lakukan langkah
berikutnya. Pada kasus ini, jumlah garis ada 3, sementara penugasan yang diperlukan ada 4.
Langkah 4
Kurangkan nilai terendah yang tidak tercoret oleh garis-garis tadi terhadap semua nilai lain yang juga
tidak tercoret. Kemudian tambah nilai terendah tersebut pada sel-sel yang dilalui dua garis
berpotongan.
Jika dilakukan penarikan garis pada tabel diatas, maka setidaknya diperlukan 4 garis untuk mencoret
semua angka nol. Hal ini menandakan bahwa dapat diberikan 4 penugasan unik dan bahwa solusi
optimal telah tercapai.
b. Tim A à Atlanta 90
Tim B à Raleigh 100
Tim C à Durham 140
Tim D à Clemson 120
450
Page 51 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Antrian merupakan formasi baris-baris penungguan dari pelanggan yang memerlukan pelayanan dari
satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Antrian terjadi jika kebutuhan akan layanan melebihi
kapasitas pelayanan. Untuk mengurangi antrian biasanya dilakukan penambahan kapasitas pelayanan
dengan menambah jumlah fasilitas layanan. Tetapi hal itu berarti menambah besarnya biaya dan
mengurangi keuntungan. Sebaliknya, antrian yang panjang juga akan menimbulkan biaya, misalnya
biaya sosial, kehilangan pelanggan, atau pengangguran pekerja. Tujuan utama teori antrian adalah
mengusahakan keseimbangan antara biaya pelayanan dengan biaya yang disebabkan waktu menunggu
tersebut (minimum cost).
STRUKTUR ANTRIAN
Fasilitas
antrian
Pelayanan
Fasilitas
Pelayanan
Fasilitas Fasilitas
antrian Pelayanan Pelayanan
Fasilitas Fasilitas
Pelayanan Pelayanan
Page 52 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
λ
P0 = 1 −
µ
n
λ
Pn = P0
µ
∞
∑P
n =0
n =1
λ
E (n) =
µ −λ
λ2 µ
E (m) = ; E (m \ m > 0) =
µ (µ − λ ) µ −λ
λ 1
E (W ) = ; E (V ) =
µ (µ − λ ) µ −λ
Contoh kasus:
Para pelanggan yang datang ke kasir pada sebuah minimarket berdistribusi poisson dengan waktu rata-
rata antar kedatangan 6 menit. Waktu pelayanan di kasir berdistribusi eksponensial dengan waktu rata-
rata 3 menit.
a. Panjang rata-rata antrian:
= 1/6 x 60 = 10 orang/jam
= 1/3 x 60 = 20 orang/jam
E(m) = 102 / (20(20-10)) = 0,5 orang
Page 53 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
1
P0 = S −1
(λ / µ )n
(λ / µ )S 1
∑
n =0 n!
+
S! 1 − λ / Sµ
Pn =
(λ / µ )n P
0 ; jika n ≥ S
S! S n − S
Pn =
(λ / µ )n P ; jika 0 ≤ n ≤ S
0
n!
P0 (λ / µ ) S (λ / Sµ ) λ
E (n) = +
S!(1 − λ / Sµ ) 2 µ
P0 (λ / µ ) S (λ / Sµ )
E (m) =
S!(1 − λ / Sµ ) 2
P0 (λ / µ ) S (λ / Sµ )
E (W ) =
S!(1 − λ / Sµ ) 2 λ
P0 (λ / µ ) S (λ / Sµ ) 1
E (V ) = +
S!(1 − λ / Sµ ) 2 λ µ
Contoh kasus:
Di sebuah bioskop terdapat 2 loket penjualan tiket. Penonton yang datang berdistribusi Poisson. Rata-
rata waktu antar kedatangan 4 menit. Waktu pelayanan petugas loket berdistribusi eksponensial dengan
rata-rata 90 detik / layanan.
Page 54 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB VI
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Perencanaan dan pengendalian produksi – diterjemahkan dari istilah Production Planning and Control –
merupakan aktivitas manajemen produksi / industri yang bertujuan untuk merencanakan (plan) dan
mengendalikan (control) aliran material (khususnya bahan baku) yang masuk, melalui berbagai tahapan
proses, dan kemudian keluar dari pabrik, seperti digambarkan dalam bagan berikut:
Perencanaan &
Pengendalian
Produksi
Information
I. PERAMALAN (FORECASTING)
Peramalan adalah suatu upaya untuk memperoleh gambaran mengenai apa yang akan terjadi di masa
depan. Dalam hal ini, gambaran mengenai masa depan itu akan menjadi dasar dalam membuat
perencanaan.
Fungsi peramalan dapat digambarkan dalam bagan sistem input-output seperti berikut:
Hambatan : - Data
Pengambilan Keputusan
- Waktu - Pemilihan Data
- Pengalaman - Pemilihan Metoda
- Dana / Biaya
MASUKAN KELUARAN
Umpan Balik
Page 55 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Metode ini sangat tergantung pada pengalaman dan kemampuan membuat opini visioner dari
pelaku peramalan. Metode ini umumnya digunakan dalam kondisi keterbatasan waktu dan tidak
ada data historis yang dapat digunakan, dan digunakan untuk hal-hal yang bersifat makro.
1. Metode Fishbowling
Fishbowling adalah teknik untuk mengumpulkan pendapat secara kelompok dengan membagi
kelompok menjadi dua. Kelompok pertama duduk ditengah dan kelompok kedua duduk
mengelilingi mereka. Kelompok yang ditengah mendiskusikan tentang masalah yang
diramalkan, sedangkan kelompok yang mengelilinginya memberikan kritik terhadap hasil
diskusi kelompok pertama. Metode diskusi yang dipakai umumnya adalah brainstorming.
2. Subjective-Estimates Survey
Adalah metode yang menggabungkan antara peramalan yang didasarkan pada pengalaman
dan intuisi, dengan didukung oleh hasil survey pelanggan, distributor, atau pasar.
3. Metode Delphi
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah dengan menggunakan forum diskusi panel
dari para pakar yang mencoba memberikan jawaban terhadap kuesioner yang berkaitan
dengan kondisi dan permasalahan masa depan. Langkah pertama adalah dilakukan presentasi
latar belakang masalah, tujuan, dan informasi lain yang berkaitan dengan permasalahan.
Kemudian disebarkan kuesioner yang telah disiapkan oleh steering committee. Hasil jawaban
para pakar dikumpulkan, ditabulasi dan disebarkan kembali. Proses ini dilakukan berulang-
ulang (umumnya 3 kali). Dengan cara ini akan dapat diketahui ekspektasi kelompok pakar
tersebut dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengubah pendapatnya tanpa
merasa segan seperti yang dapat terjadi pada forum dialog terbuka.
Metode ini terutama diaplikasikan untuk meramalkan kejadian-kejadian dalam jangka waktu
pendek (short term) dan jangka menengah (medium term). Asumsi yang perlu diambil dalam
metode ini adalah segala kondisi yang digunakan dianggap stabil / konstan.
Ada tiga tahapan yang perlu dilakukan dalam metode ini:
1. Identifikasi satu atau lebih variable yang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh secara
signifikan dan memiliki hubungan sebab-akibat dengan kebutuhan (demand).
2. Pilih bentuk hubungan (model matematis) dari variabel-variabel penyebab dan variabel yang
dipengaruhi (akibat). Dalam hal ini, disarankan menggunakan model-model sederhana lebih
dulu untuk bisa memberikan gambaran umum, baru kemudian dicari model yang lebih
canggih untuk menambah tingkat ketelitiannya. Model sederhana yang biasa dipakai adalah
model regresi sederhana. Disini kebutuhan (demand) hanya dikaitkan dengan satu variabel
bebas dan diformulasikan dengan Y=f(X); dimana Y = besaran kebutuhan yang diramalkan,
dan X = variabel penyebabnya. Bentuk persamaan regresi sederhana misalnya:
• Linear : Y = a + bX
•
Exponensial : Y = abX
•
Parabolic : Y = a + bX + cX2
3. Analisa dan pengujian statistik dari model hubungan matematis tersebut. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui apaka model yang dipilih sudah valid atau belum.
Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa kondisi-kondisi yang akan terjadi di masa depan
sangat bergantung pada apa yang telah terjadi di masa lampau.
Page 56 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Asumsi dasar yang dipergunakan dalam model ini adalah bahwa kebutuhan (demand) dari hasil
kegiatan untuk suatu periode waktu akan merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu:
1. Faktor kecenderungan (trend)
2. Faktor siklus bisnis (business cycle)
3. Faktor fluktuasi yang disebabkan oleh pengaruh musiman (seasonal fluctuation)
4. Faktor tak terduga (random)
Seasonal Random
Fluctuation Fluctuation
Dari keempat faktor yang berpengaruh tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
• Untuk ramalan jangka panjang, maka variabel yang berkaitan dengan faktor musiman dan
faktor random bisa diabaikan, sehingga ramalan lebih difokuskan pada faktor trend
dengan sedikit perhatian terhadap siklus bisnis.
• Untuk ramalan jangka menengah, maka fokus ramalan lebih ditekankan pada faktor
siklus bisnis, musiman, dan sedikit perhatian pada faktor acaknya.
• Untuk ramalan jangka pendek, maka fokus perhatian semata-mata ditujukan terutama
pada faktor fluktuasi acak.
Dalam metode ini, terlebih dulu harus dibuat plotting data masa lalu yang diatur berdasarkan seri
waktunya. Pemetaan ini akan bisa menghasilkan identifikasi garis kencenderungannya.
Berdasarkan titik-titik yang tersebar (scatter diagram) itu, maka bisa ditarik garis atau kurva yang
melewati titik-tik data tersebut. Agar bisa mendapatkan model matematis yang lebih akurat, maka
digunakan pendekatan statistik regresi kuadrat terkecil (least square method), rata-rata bergerak
(moving average), atau metode statistik lainnya.
Page 57 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Perencanaan agregat bertujuan untuk membuat perencanaan produksi dalam memenuhi permintaan
(demand) berdasarkan kapasitas produksi yang sesuai.
Manajemen Menengah
- Perencanaan Jangka
Panjang
Medium Term Perencanaan kegiantan
- Keterbatasan
Aggregate produksi untuk melihat
Kapasitas Terpasang
Planning apakah kebutuhan
- Peramalan Jangka
(1 – 24 bln) (demand) bisa dipenuhi
Menengah
dengan kapasitas dan
(Tahunan)
sumber-sumber
- Kelayakan
produksi tersedia
Alternatif Produksi
dan Biaya
Manajemen Bawah
Penjadwalan kegiatan
- Perencanaan Jangka
Short Term produksi dengan
Menengah
Planning / penugasan secara
- Order yang diterima
Scheduling spesifik ke departemen,
- Waktu untuk
(1 – 30 hr) tenaga kerja (shifts),
penyampaian output
mesin dan peralatan
yang dikehendaki
produksi, dll
- Untuk Untuk mencapai Untuk memenuhi
memperoleh arah efektifitas dan efisiensi kepuasan pelanggan
dan sasaran pemakaian segala dalam hal pelayanan
organisasi yang resources yang tersedia dan ketepatan waktu
Tujuan spesifik
Perencanaan - Strategi dan
Policy jangka
panjang yang
layak
Page 58 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Phase # 2 Phase # 3
Smooth out Feasible Production
Capacity Utilization Alternatives
Phase # 1 Phase # 4
Forecast Aggregate REGULARLY Allocate Demand to
Demand Production Periods
Flexible
Delivery Times
Page 59 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Kebijakan untuk memberikan pengurangan harga bagi mereka yang bersedia untuk cukup
toleran menerima keterlambatan waktu penyerahan barang. Contoh: kesediaan konsumen
untuk masuk dalam daftar tunggu, pemberian voucher akibat keterlambatan jadwal, dll.
Setelah dilakukan perencanaan umum dalam perencanaan agregat, maka langkah selanjutnya adalah
menetapkan what, when, who, where, dan how-nya. Maksudnya adalah menetapkan apa yang akan
dikerjakan, kapan harus mulai dan selesai dikerjakan, siapa yang mengerjakan, dimana kegiatan itu
diselenggarakan, dan dengan cara bagaimana. Istilah lainnya adalah melakukan penjadwalan.
Ada beberapa prinsip dalam penjadwalan operasional:
• Prinsip pertama. Perencanaan harus dibuat sesuai dengan waktu yang ditetapkan
• Prinsip kedua. Perencanaan dibuat sedetail mungkin, sependek mungkin. Semakin
pendek waktunya, semakin detail perencanaan harus dibuat.
• Prinsip ketiga. Perencanaan harus dibuat berdasarkan fakta dan data obyektif
• Prinsip keempat. Perencanaan harus memberikan standar dan tolok ukur keberhasilan.
Dan juga harus menyediakan fleksibilitas yang bisa diterima.
• Prinsip kelima. Perencanaan tidak dibuat terlalu ambisius, dan harus berpijak pada
kondisi-kondisi nyata.
Page 60 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Teknik ini ditemukan oleh Henry Gantt (dinamakan sesuai namanya). Adalah penggunaan
diagram balok untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas dalam satuan waktu.
Diagram ini memberikan gambaran tentang:
- Daftar kegiatan terperinci dari suatu proyek atau kegiatan
- Waktu mulai dari setiap kegiatan yang diperkirakan
- Lama kegiatan yang juga akan menunjukkan saat berakhirnya kegiatan akan berlangsung
E1
E
D1 D2
D
C1
C
B1 B2
B
A1
A
5 10 15 20 25 30 Waktu
(hari)
Sekarang
Page 61 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Persediaan (inventory) adalah timbunan “barang” yang sengaja disimpan sebagai cadangan. Yang
dimaksud barang disini bisa mengandung bermacam arti tergantung pada jenis industrinya, misalnya:
• bahan baku • tenaga kerja
• komponen • skill
• produk setengah jadi • jumlah kamar / ruangan
• produk akhir • tempat duduk
• tools dan equipment • makanan / minuman
• uang • obat-obatan
• dll
Untuk melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan, maka terlebih dulu harus diketahui
terlebih dulu komponen-komponen biaya yang akan dijadikan dasar perhitungannya, yaitu:
a. Biaya Pemesanan (Ordering / Replenishment Cost)
Yaitu semua biaya yang meliputi biaya administrasi untuk pembelian / pemesanan kepada
pemasok (supplier / vendor) dari luar, atau penggantian stock material yang dipakai untuk
kegiatan produksi (setting-up).
b. Biaya Persiapan (Set-Up Cost)
Meliputi biaya-biaya untuk perancangan produk, perancangan proses, perancangan dan
pembuatan jig & fixtures, tools, software, dll.
c. Biaya Kelangkaan (Shortage Cost)
Biaya yang harus dikeluarkan sebagai konsekuensi kekurangan atau kelangkaan persediaan.
d. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Meliputi interest (bunga), sewa gudang, asuransi, pemeliharaan dan perawatan, safety cost,
dll.
e. Biaya Material (Purchase Cost)
Yaitu harga (price) material yang dipesan/dibeli.
Merupakan metode yang paling sering digunakan. Beberapa asumsi dasar dalam metode ini
adalah:
• Shortage cost dianggap = 0
• Tidak ada potongan harga (discount price) untuk barang yang dipesan meskipun dalam
jumlah besar
• Perhitungan dilakukan per item barang, satuan barang merupakan produk tunggal, tidak
ada interaksi dengan produk lain
• Biaya pemesanan dan penyimpanan berlaku tetap / konstan dan diketahui
• Laju pemakaian barang (production rate) adalah konstan, berulang-ulang, dan diketahui
• Waktu pemesanan sampai dengan kedatangan barang yang dipesan (lead time) juga
bersifat konstan dan diketahui
Page 62 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
• Faktor-faktor produksi lain yang berpengaruh secara signifikan juga berlaku konstan.
Jumlah
Pesanan (Q)
Pesanan
Datang
Q0 Maksimum
(EOQ)
Reorder
Point
Waktu (T)
L Siklus
T1 T2
Gambar diatas menyatakan bahwa pada periode ke-0 jumlah persediaan yang ada adalah sebesar
Q0. Kemudian berkurang secara linear seiring waktu sesuai penggunaannya. Pada saat persediaan
mencapai titik QR, yaitu pada T1, dilakukan pemesanan sejumlah Q0 unit. Material dikirim dari
agen selama L hari. L adalah lead time, yaitu selisih waktu mulai dari pemesanan hingga barang
tiba di gudang. Barang sejumlah Q0 datang digudang pada saat T2.
a. Biaya Pemesanan:
OC = P.A/Q
dimana:
P = Biaya pesan setiap kali pesan
A = Jumlah permintaan per periode
Q = Jumlah pemesanan optimal (EOQ)
b. Biaya Penyimpanan:
HC = H.Q/2
dimana:
H = Biaya simpan / unit / periode
c. Biaya Material:
PC = M.A
Page 63 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
dimana:
M = harga material yang dipesan / unit
d.EOQ
Q = (2PA/H)
V. MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang
untuk menerjemahkan Master Production Schedule (MPS) menjadi kebutuhan bersih (Net
Requirement) material untuk semua item komponen produk. MRP dikembangkan sebagai metode
perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventory untuk item-item dependent demand, dimana
permintaan cenderung discontinous (terputus) dan lumpy (tidak rata).
Master
Bill of Production Inventory status /
Material Schedule Item Master
Proses
Material
Orders Requirements
Requirement
Planning
Page 64 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
d. Orders
Pesanan yang secara resmi telah dikeluarkan ke pabrik atau ke pemasok eksternal disebut dengan
released orders. Sedangkan pesanan yang masih berada dalam file komputer yang belum
dikeluarkan secara resmi disebut Planned Order Release.
e. Requirements
Catatan kebutuhan berisi informasi tentang nomor item yang dibutuhkan, jumlah yang dibutuhkan,
waktu dibutuhkan, jumlah yang dikeluarkan dari stock room, dll. Informasi ini berguna untuk
mengurangi stock on hand.
Terminologi MRP
a. Leadtime. Merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan pesanan sampai
item yang dipesan datang dan siap digunakan
b. On Hand. Merupakan kuantitas dari item yang secara fisik ada dalam gudang
c. Lot Size. Merupakan kuantitas pesanan (order quantity) dari item yang diberitahukan pada sistem
MRP, serta teknik lot-sizing apa yang digunakan.
d. Safety Stock. Merupakan stock pengaman yang ditetapkan perencana untuk mengatasi fluktuasi
dalam permintaan atau penawaran.
e. Allocation. Merupakan jumlah on-hand yang dialokasikan untuk penggunaan yang spesifik.
f. Scrap Factor. Merupakan prosentasi dalam struktur produk yang digunakan dalam perhitungan
MRP untuk mengantisipasi kehilangan material akibat kegagalan proses produksi.
g. Low Level Code. Merupakan tingkatan dalam struktur produk (BOM)
h. Planning Horizon. Merupakan banyaknya waktu perencanaan ke depan. Dalam praktek planning
horizon harus ditetapkan paling sedikit sepanjang leadtime kumulatif dari sekumpulan item yang
terlibat dalam proses produksi.
i. Gross Requirement. Merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk anticipated requirements,
untuk setiap periode waktu. Gross requirement bisa mencakup independent dan dependent
demand.
j. Projected On Hand. Merupakan projected available balance (PAB), dan tidak termasuk planned
orders. POH = On-Hand awal periode + Scheduled Receipt – Gross Requirements
k. Projected Available. Merupakan jumlah yang diharapkan ada pada akhir periode, dan tersedia
untuk penggunaan dalam periode selanjutnya.
l. Net Requirements. Merupakan kekurangan material yang diproyeksikan untuk suatu periode
sehingga perlu diambil tindakan ke dalam perhitungan planned order receipt agar menutupi
kekurangan material pada periode itu.
m. Planned Order Receipt. Merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali (purchase order and/or
manufacturing order) yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu
guna memenuhi net requirement (kebutuhan bersih).
n. Planned Order Releases. Merupakan jumlah planned orders yang ditempatkan atau dikeluarkan
dalam periode tertentu, agar item yang dipesan tersedia pada saat dibutuhkan.
Page 65 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
a. Adanya database yang terintegrasi dengan melibatkan data status persediaan dan data tentang
struktur produk
b. Leadtime untuk setiap item diketahui, paling tidak bisa diperkirakan.
c. Setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian.
1. Netting
Merupakan proses perhitungan Net Requirement yang besarnya mengikuti persamaan:
NRt = GRt + Allt – SRt – PAt-1
dimana:
NRt = Kebutuhan bersih pada periode t
GRt = Kebutuhan kotor pada periode t
Allt = Alokasi dari persediaan pada periode t
SRt = Jadwal penerimaan
PAt-1 = Jumlah yang ada pada akhir periode (t-1)
2. Lotting
Merupakan proses untuk menentukan besarnya pesanan setiap item yang optimal berdasarkan
kebutuhan bersih (nett requirement) yang dihasilkan dari proses netting. Dalam proses lotting
terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran lot, yang disebut teknik Lot-Sizing.
4. Exploding
Merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk item level yang lebih bawah yang
didasarkan atas planned order release. Data BOM sangat memegang peranan, karena atas dasar
BOM inilah proses explosion akan berjalan.
Contoh soal:
PT. ELOK akan melakukan perencanaan kebutuhan material yang disesuaikan dengan waktu saat
material dibutuhkan. Informasi yang tersedia sebagai berikut:
a. MPS
Minggu
Periode 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan
50 100 140 70 120 30
Kotor
Jadwal
100
Penerimaan
b. BOM
Page 66 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
B C
Page 67 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika.
Sistem produksi tersebut dikenal sebagai sistem produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi ini
antara lain:
• melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi,
• melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan bahan, penentuan
kebutuhan mesin, pekerja, dll.
• terdapatnya departemen pengendalian kualitas,
• terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai penyimpan persediaan, dll.
Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur probabilistik dalam melakukan keputusan
untuk masalah-masalah sistem produksi. Filosofi dasar dari sistem produksi western adalah bagaimana
mengoptimalkan unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal ini memungkinkan karena negara-
negara barat waktu itu masih memiliki resources yang cukup banyak.
Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhi industri-industri barat
sebagai consumer terbesar. Sedangkan Jepang tidak begitu terpengaruh krisis tersebut karena Jepang
sudah biasa hemat dalam menggunakan resources khususnya minyak bumi. Akibatnya industri-industri
barat mengalami kemerosotan sedangkan sebaliknya di Jepang justru mulai muncul.
Page 68 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
melalui teknik-teknik produksinya maupun manajemennya. Pada tahun 1990-an Jepang nampak
berkembang pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupun Amerika.
Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu (Just In Time). Filosofi
dasar dari sistem produksi jepang (JIT) adalah memperkecil ke mubadziran (Eliminate of Waste).
Bentuk kemubadziran antara lain adalah:
Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur (idle time), mesin yang
menganggur, waktu transport dalam pabrik tidak efisien, jadwal produksi yang tidak ditepati,
keterlambatan material, lintasan produksi yang tidak seimbang sehingga terjadi bottle-neck,
terlambatnya pengiriman barang, banyak-nya karyawan yang absen, dsb.
Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan (scraps, chips) akibat proses
produksi, banyak terjadi kerusakan material atau material dalam proses, banyaknya material yang
hilang, material yang usang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama disimpan, dll.
Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan kantor, banyak terjadi mis-
informasi antar departemen, banyaknya overlapping dalam penugasan, pelaksanaan tugas yang tidak
efektif, sulit dalam koordinasi, dll.
Jepang melakukan eliminate of waste karena Jepang tidak punya resources yang cukup. Jadi dalam
setiap melakukan pengambilan keputusan terutama untuk masalah produksi selalu menganut kepada
prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas.
Untuk dapat melaksanakan eliminate of waste, Jepang melakukan strategi sebagai berikut :
- Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan
- Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan
- Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.
Tujuan utama dari sistem produksi JIT adalah untuk dapat memproduksi produk dengan Kualitas
(quality) terbaik, Ongkos (cost) termurah, dan Pengiriman (delivery) pada saat yang tepat, dan
disingkat QCD. Tujuan utama ini bisa dicapai jika ketiga unsur berikut dapat dilaksanakan secara
terpadu, yaitu:
Page 69 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
lebih dari itu yakni ingin mengangkat harkat karyawan sehingga karyawan tersebut merasa
memiliki sebagian dari perusahaan. Untuk dapat melakukan ini ada 3 cara, yaitu :
a. Otonomi (kewenangan).
Karena karyawan sebagai pelaku dan penentu dalam proses produksi maka perlu
kewenangan sehingga dapat mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan batasan
tugas dan tanggungjawabnya.
b. Flexibility
Karyawan perlu mengetahui dan bisa melakukan pekerjaan- pekerjaan lain diluar
pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi kebosanan (boredom) atau
kejenuhan dan dapat melakukan subtitusi kerja lainnya jika karyawan yang ber-sangkutan
absen.
Ditinjau dari segi manajemen adalah menguntungkan dalam segi pengkoordinasian
karena setiap karyawan mengerti akan keterkaitannya dan tugas-tugas rekan kerjanya
yang lain. Dengan cara tersebut akan didapat karyawan yang bersifat multifungsi. Jika
karyawan diarahkan kepada pekerjaan yang bersifat Spesialisasi saja maka akan muncul
hal-hal negatif antara lain adalah kesulitan dalam mengkoordinasi karena timbulnya blok-
blok atau pengkotakan antar job-nya masing-masing, tidak ada sifat gotong-royong dalam
bekerja, antara karyawan tidak ada sifat kepedulian, dll.
c. Creativity
Jika wewenang, tanggung-jawab, job, dan flexibility sudah dimiliki setiap karyawan
tetapi kreativitas belum tersalurkan maka akan muncul kejengkelan atau unek-unek dari
karyawan tersebut. Untuk itu perlu adanya penyaluran kretivitas apakah dalam bentuk
Urun rembug, brainstorming, atau yang lainnya. Dengan demikian akan terbentuk suatu
Demokrasi dalam sistem produksi.
Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa JIT sebenarnya berakar pada ilmu-ilmu barat. JIT dapat berjalan
dan berhasil di Jepang karena didukung oleh budaya jepang yang sesuai. Jadi secara tidak langsung Jepang
dapat memilih dan membudidayakan budaya asing yang baik untuk disesuaikan dan dikembangkan
menjadi budayanya.
Page 70 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB VII
MANAJEMEN PROYEK
Analisis proyek didasari oleh jaringan (network). Jaringan adalah suatu susunan jalur (path) yang
menghubungkan berbagai titik. Jaringan-jaringan ini mengilustrasikan suatu cara dimana bagian-bagian
dari proyek diorganisir, dan dapat digunakan untuk menentukan lamanya waktu proyek tersebut.
2. Cabang (branch)
Cabang yang berupa anak panah terarah, menandakan hubungan mendahului (precedent relationship).
Teknik yang biasa digunakan untuk analisis proyek adalah CPM dan PERT.
Untuk lebih mudahnya, kita akan membahas teknik ini melalui sebuah contoh.
Dummy
Pondasi
2 0
Bangun Selesai
3 1 Rumah Pekerjaan
1 2 4 6 7
Desain & Pesan Bahan 3 1
Pendanaan Bangunan
Pilih
1
1
Cat Pilih
Karpet
Angka yang tertera pada tiap cabang adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas
tersebut.
Dummy adalah aktivitas semu yang digunakan bila terjadi aktivitas bersamaan.
Page 71 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
ET = 5
Dummy
Pondasi
ET = 0 2 0 ET = 5 ET = 8 ET = 9
Bangun Selesai
3 1 Rumah Pekerjaan
1 2 4 6 7
Desain & Pesan Bahan 3 1
ET = 3
Pendanaan Bangunan
Pilih
1
1
Cat Pilih
Karpet
5
ET = 6
Pada aktivitas 4, ET = 5 dan bukannya ET = 4, karena harus diingat bahwa untuk memulai aktivitas 4,
harus menyelesaikan dulu aktivitas 2 maupun 3. Begitu juga yang terjadi pada aktivitas 6.
ET = 5
LT = 5
Dummy
Pondasi
ET = 0 2 0 ET = 5 ET = 8 ET = 9
LT = 0 LT = 5 Bangun LT = 8 Selesai LT = 9
3 1 Rumah Pekerjaan
1 2 4 6 7
Desain & Pesan Bahan 3 1
ET = 3
Pendanaan Bangunan
LT = 3
Pilih
1
1
Cat Pilih
Karpet
5
ET = 6
LT = 7
Pada aktivitas 4, LT = 5 dan bukannya LT = 6, karena harus diingat bahwa bila diambil LT=6, maka
aktivitas 6 baru bisa dimulai pada waktu ke-9 sehingga ET akan bertambah. Begitu juga yang terjadi
pada aktivitas 2.
Page 72 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
ET = 5
LT = 5
3
Dummy
Pondasi s=0
ET = 0
s=0 2 0 ET = 5 Bangun ET = 8 ET = 9
LT = 0 LT = 5 Rumah LT = 8 Selesai LT = 9
3 1 s=0 Pekerjaan
1 2 4 6 7
Desain & Pesan Bahan 3 1
ET = 3
Pendanaan Bangunan
LT = 3
s=0 Pilih Cat
1
s=1 1
s=1 Pilih Karpet
s=1
5
ET = 6
LT = 7
Bisa dilihat bahwa semua aktivitas yang tidak termasuk dalam jalur kritis memiliki kesenjangan. Jadi
bisa dikatakan juga bahwa jalur kritis adalah jalur yang tidak memiliki kesenjangan, atau jalur yang
melewati aktivitas-aktivitas yang memiliki ET=LT.
PERT menggunakan waktu aktivitas yang bersifat probabilitas. Untuk masing-masing cabang harus
ditetapkan tiga perkiraan waktu. Tiga perkiraan waktu itu digunakan untuk melakukan estimasi atas
rata-rata dan varians dari distribusi beta waktu aktivitas.
Page 73 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Rata-rata : t = a + 4m + b
6
Varians : v= b – a_
6
Perkiraan waktu penyelesaian proyek minimum dapat dihitung dengan mencari jalur kritis seperti yang
dilakukan pada CPM.
Varians proyek dapat dihitung dengan cara menjumlahkan varians untuk aktivitas-aktivitas yang
berada pada jalur kritis.
Perkiraan waktu proyek dan varians proyek dapat diinterpretasikan sebagai rata-rata ( ) dan variansi
2
) dari suatu distribusi normal.
Probabilitas
Z= x– _
x waktu
Jumlah standar deviasi (Z) dari rata-rata dapat dihitung dengan rumus:
Z= x– _
Sebagai contoh:
2
Sebuah proyek memiliki waktu rata-rata penyelesaian = 25 minggu, dan varians = 6,9 minggu.
a. Jika manager memberitahu pelanggan bahwa sistem pemrosesan pesanan akan selesai dalam 30
minggu. Berapa probabilitas bahwa pemasangannya tersebut akan, pada kenyataannya, selesai
tepat waktu?
Probabilitas ini digambarkan sebagai daerah berarsir dalam gambar berikut.
P(x 30)
Page 74 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
2
= 6,9
= 2,63
Z = (x – )/
= (30 – 25) / 2,63
= 1,90
Nilai Z sebesar 1,90 berhubungan dengan probabilitas sebesar 0,4713 dalam tabel kurva normal.
Berarti probabilitas proyek akan selesai dalam 30 hari adalah 0,5 + 0,4713, atau sama dengan
97,13%
b. Jika seorang pelanggan sedang terdesak dan meminta agar proyek dapat diselesaikan dalam 22
hari. Jika tidak bisa maka ia akan pindah ke supplier lain. Berapa probabilitas proyek dapat
diselesaikan dalam waktu 22 hari tersebut?
P(x 22)
Nilai Z sebesar 1,14 (tanda negatif diabaikan) berhubungan dengan probabilitas sebesar 0,3279
dalam tabel kurva normal.
Berarti probabilitas proyek akan selesai dalam 22 hari adalah 0,5 - 0,3279, atau sama dengan
12,71%.
Page 75 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB VIII
PENGENDALIAN KUALITAS
Kualitas diartikan sebagai derajat / tingkat produk atau jasa dapat memenuhi keinginan pengguna /
konsumen.
Pengendalian Kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk,
membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan perbaikan yang
sesuai apabila ada perbedaan dengan standar.
Jadi ada 3 aktifitas di dalam pengendalian kualitas:
a. Pengamatan
b. Membandingkan dengan standar
c. Tindakan perbaikan
Prinsip-prinsip pengendalian kualitas pertama kali dikembangkan tahun 1923 oleh Walter A. Shewhart
di The Bell Telephone Laboratories. Buku pertama pengendalian kualitas dipublikasikan oleh
Shewhart pada tahun 1931 dengan judul Economic Control of Quality of Manufactured Product.
Teknik-teknik dan standardisasi pengendalian kualitas semakin berkembang luas pada era perang
dunia II. Pada tanggal 16 Februari 1946 dibentuk American Society for Quality Control.
A. PROBABILITAS
Probabilitas adalah kesempatan / peluang suatu kejadian terjadi atau tidak terjadi. Teori
probabilitas sangat berguna dalam memprediksikan resiko kesalahan.
Rumus probabilitas :
P=S/T
Dimana:
P = Probabilitas
S = Jumlah sukses
T = Jumlah total
Contoh:
Pada suatu lot berisi 15.000 unit produk, ditemukan 300 unit cacat. Berapa probabilitas cacatnya?
S = 300
T = 15.000
P = 300 / 15.000 = 0,02 = 2%
Page 76 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Rata-rata dari data tidak terkelompok adalah jumlah data dibagi dengan banyaknya data.
X =
∑X
N
Simpangan baku / standar deviasi dari sekelompok data adalah ukuran penyimpangan dari tiap
observasi terhadap nilai rata-rata.
∑ (x - x )
2
σ=
N
Data terkelompok
X =
∑ ( f .X )
N
dimana : f = frekuensi munculnya nilai X
σ=
∑ fX 2
−X
2
C. PETA KONTROL
Peta kontrol atau grafik pengendali merupakan alat untuk mengawasi kualitas dengan mudah
sehingga dapat menentukan dengan cepat keputusan apa yang harus diambil jika terjadi produk
yang menyimpang.
Ada 2 macam peta kontrol:
1. Peta kontrol untuk variabel
2. Peta kontrol untuk atribut
a. PETA X
Digunakan untuk mengukur ketelitian dari proses. Menggambarkan variasi nilai rata-rata
dari sejumlah data yang diambil dari sebuah proses kerja.
• Garis tengah:
X =
∑X
N
• BKA:
BKA = X + 3σ = X + A 2 R
Page 77 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
• BKB:
BKB = X − 3σ = X − A 2 R
b. PETA R
Digunakan untuk mengukur variabilitas dari proses. Menggambarkan variasi dari range
sampel.
• Garis tengah:
R=
∑R
N
• BKA:
BKA = D 4 R
• BKB:
BKB = D 3 R
a. PETA p
Grafik p menggambarkan perbandingan antara jumlah produk yang cacat dengan total
produksi keseluruhan. Grafik p didasarkan pada distribusi binomial.
Page 78 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
• Garis tengah:
p=
∑p c
∑n
dimana :
pc = jumlah produk cacat
n = besar sampel lot
• BKA:
p(1 − p)
BKA = p + 3
n
• BKB:
p(1 − p)
BKB = p − 3
n
b. PETA c
Grafik c menggambarkan banyak cacat per satuan luas atau banyak cacat dalam satu unit
produksi. Grafik c didasarkan pada distribusi Poisson.
• Garis tengah:
c=
∑p c
N
dimana :
pc = jumlah produk cacat
N = jumlah sampel
• BKA:
BKA = c + 3 c
• BKB:
BKB = c − 3 c
Dengan peta kontrol, kita bisa menganalisis dan mengevaluasi kondisi-kondisi yang dianggap
tidak normal. Plot data yang baik adalah yang menyebar merata dalam batas-batas kontrol yang
ada, tanpa ada kecenderungan ke arah tertentu.
Berikut adalah beberapa kemungkinan yang memerlukan perhatian khusus:
a. Plot diatas / dibawah batas kontrol
b. Dua plot atau lebih berada dekat batas kontrol atas / bawah
c. Lima plot atau lebih berada diatas / dibawah garis rata-rata
d. Data plot menunjukkan kecenderungan bergerak naik / turun
e. Plot menunjukkan perilaku yang aneh (tidak normal), misalnya rentang antar plot terlalu
tajam.
Jika terjadi kondisi-kondisi tersebut diatas, maka perlu dilakukan analisa khusus mengenai
penyebabnya.
Page 79 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Definisi TQM
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi
pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. TQM berupaya
memaksimumkan daya saing perusahaan melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungannya.
Sejarah TQM
1946 – 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming menyampaikan seminar 8 hari
mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur, dan para eksekutif perusahaan Jepang.
1951 – 1954, periode pengendalian mutu statistik
1955 – 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah CWQC ( Company Wide
Quality Control )
1961 – sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru Ishikawa memperkenalkan
Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)
Unsur-unsur TQM:
a. Pelanggan (internal dan eksternal)
b. Obsesi terhadap kualitas
c. Pendekatan Ilmiah
d. Komitmen jangka panjang
e. Kerjasama tim
f. Perbaikan sistem berkelanjutan
g. Pendidikan dan Pelatihan
h. Kebebasan terkendali
i. Kesatuan tujuan
j. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Konsep Pelanggan
Pelanggan Eksternal adalah orang / pihak yang menggunakan produk / jasa perusahaan.
Pelanggan Internal adalah orang / pihak yang menggunakan produk /jasa hasil kerja dari orang / pihak
yang berada dalam perusahaan.
Beberapa cara pemantauan atau pengukuran terhadap kepuasan pelanggan:
a. kotak saran
b. ghost shopping
c. analisa pada pelanggan yang berhenti
d. survey
e. dll
Page 80 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
c. Kotak Saran
d. MBWA (management by walking around)
Ada satu faktor penting dalam proses keterlibatan karyawan, yaitu penghargaan atas prestasi kerja.
Penghargaan harus dilakukan sebagai salah satu alat motivasi agar karyawan bersedia
menyumbangkan seluruh kemampuannya bagi pencapaian tujuan bersama.
Perbaikan Berkesinambungan
Dalam istilah Jepang dikenal dengan nama Kaizen.
Titik awal perbaikan adalah menyadari akan adanya masalah. Karena itu masalah harus diangkat ke
permukaan dan diselesaikan secepat mungkin, bukan dibiarkan atau bahkan dipendam. Perasaan cepat
puas atas apa yang telah tercapai merupakan musuh besar dari filosofi Kaizen.
Ada 5 aktivitas pokok dalam Kaizen:
a. Komunikasi
b. Memperbaiki kesalahan yang nyata. Gunakan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action)
c. Memandang ke hulu. Gunakan diagram sebab-akibat (Fishbone Diagram)
d. Dokumentasi
e. Memantau perubahan
Page 81 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB IX
AKUNTANSI DAN EKONOMI TEKNIK
I. AKUNTANSI
A. Pengertian Akuntansi:
1. Proses pencatatan (recording), penggolongan (classifying), pengikhtisaran (summarizing) dan
pelaporan (reporting) data keuangan (financial data) dari suatu perusahaan untuk kemudiaan
dilakukan analisis/interpretasi (interpreting)
2. Suatu sistem yang memberikan informasi yang kuantitatif mengenai bisnis-bisnis ekonomi,
terutama sifat-sifat keuangan, yang ditujukan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
3. Proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk
memungkinkan pengambil keputusan melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam
pengambilan keputusan.
Kalau kita mencoba menarik intisari dari pengertian diatas, maka akuntansi dapat dilihat dari dua
sudut, yaitu :
Jadi Akuntansi merupakan alat bagi para manajer untuk menginformasikasan kondisi keuangan dan
kemajuan perusahaan dan sekaligus memberikan konstribusi bagi penyusunan perencanaan,
pengendalian operasi dan pengambilan keputusan..
Page 82 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Sebagai salah satu sistem pengolahan informasi keuangan, akuntansi dapat dibagi menjadi dua tipe
yaitu: akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Akuntansi Keuangan
Adalah: Bagian dari akuntansi yang mengolah dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengambil keputusan mengenai posisi keuangan dan hasil operasi bisnis.
Akuntansi Manajemen
Adalah: Bagian dari akuntansi yang mengolah dan memberikan informasi kepada manajer dalam suatu
organisasi, membantu dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengawasan.
Break Even Point (Titik Pulang Pokok) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya
tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Hal ini bisa terjadi jika volume
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh volume produksi. Biaya variabel
(Variable Cost) adalah biaya yang berubah sesuai volume produksi. BEP dalam hubungannya dengan
FC dan VC bisa dilihat pada gambar berikut.
Page 83 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Penerimaan (Rp)
Biaya Energi
langsung, dll
Depresiasi
Tiga komponen analisis titik impas adalah volume, biaya dan laba.
1. Volume
Volume adalah tingkat produksi perusahaan. Volume dapat dinyatakan sebagai jumlah unit
(kuantitas) yang diproduksi dan dijual, sebagai jumlah volume rupiah penjualan, atau persentase
total kapasitas yang tersedia.
2. Biaya
Seperti telah disebutkan diatas bahwa ada 2 jenis biaya yang terjadi dalam proses produksi: biaya
tetap dan biaya variabel.
Biaya-biaya berikut bila digabungkan akan muncul sebagai biaya tetap:
• sewa pabrik dan peralatan
• pajak
• asuransi
• gaji manajemen dan staf
• periklanan
• bunga investasi
• penyusutan pabrik dan peralatan
• listrik
Page 84 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
• air
Biaya-biaya berikut merupakan biaya variabel:
• bahan mentah dan sumber daya
• tenaga kerja langsung
• pengepakan
• penanganan bahan baku dan produk
• perawatan
• angkutan
Bila v = volume produksi (jumlah unit), maka Total Biaya (Total Cost) adalah:
TC = FC + VC.v
3. Laba
Laba adalah selisih dari total pendapatan dan total biaya. Total pendapatan (TR = Total Revenue)
adalah volume dikalikan harga per unit.
Bila p = harga per unit, maka Laba (Z) dapat dihitung sebagai berikut:
Z = TR – TC
= v.p – (FC + VC.v)
4. Titik Impas
Titik Impas (BEP) adalah kondisi bila laba sama dengan nol.
Volume titik impas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Z=0
v.p – v.VC – FC = 0
v(p – VC) – FC = 0
v = FC / (p – VC)
F = P (1 + i )n
Page 85 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
F = P (F/P,i,n)
nilai (F/P,i,n) adalah nilai pengali yang diambil dari tabel. (lihat lampiran 9.A)
F=?
0 1 2
n
P
Single Payment Present Worth Factor
(dicari P, diketahui F)
P=F 1 _
(1 + i )n
P = F (P/F,i,n)
F
0 1 2
n
P=?
F = A (1 + i )n – 1
1
F = A (F/A,i,n)
F=?
0 1 2
n
A=F i _
(1 + i )n – 1
A = F (A/F,i,n)
Page 86 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
0 1 2
n
A=?
A = P i (1 + i )n_
(1 + i )n – 1
A = P (A/P,i,n)
0 1 2
n
A=?
P
P = A (1 + i )n – 1
i (1 + i )n
P = A (P/A,i,n)
0 1 2
n
A
P=?
Page 87 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
BAB X
SISTEM INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berbagai teknik yang telah kita bahas pada bab-bab sebelumnya tidak dapat membuat keputusan dengan
sendirinya, tetapi mereka memberikan informasi yang dapat membantu para manajer dalam membuat
keputusan-keputusan. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana informasi yang dihasilkan
dari teknik-teknik tersebut dapat dimasukkan dalam pengorganisasian bisnis? Dimana informasi itu harus
dihasilkan? Bagaimana para manajer menggunakannya untuk membuat keputusan?
Pada kenyataannya, informasi yang disebarkan melalui sistem informasi komputer dalam kebanyakan
organisasi tidak menjamin bahwa informasi tersebut akan dimanfaatkan secara tepat guna oleh manajer.
Bila informasi yang dihasilkan tidak dimanfaatkan oleh si penerima untuk membuat keputusan, kita
katakan bahwa hasil teknik tersebut tidak diimplementasikan.
Ada dua jenis sistem informasi: Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Sistem Pendukung
Keputusan (SPK).
SIM mengatur sejumlah besar informasi untuk didistribusikan ke seluruh jaringan organisasi. Dalam
suatu SIM, data dikumpulkan, diorganisasikan, diproses, dan dibuat agar lebih mudah diperoleh bagi
manajer agar informasi menjadi alat bantu bagi manajer dalam tugas operasional sehari-hari para
manajer. Informasi yang didistribusikan umumnya berbentuk laporan-laporan.
b. Sistem Komputer
Ledakan jumlah data yang tersedia bagi perusahaan menyebabkan komputer merupakan
komponen penting bagi setiap sistem informasi manajemen.
Pada intinya, komputer adalah mesin elektris yang dapat menampilkan perhitungan aritmatika
secara cepat. Untuk mengatur agar komputer melakukan suatu tugas spesifik, harus digunakan
suatu program aplikasi. Sistem informasi ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
c. Manajemen Informasi
Arus informasi yang keluar dari komputer ke berbagai departemen dapat terdiri dari beberapa
jenis dan berupa berbagai bentuk/format yang berbeda-beda. Umumnya berupa laporan-laporan
yang meringkas dan mengorganisasikan data sehingga mudah digunakan dan diinterpretasikan.
Laporan tersebut dapat dihasilkan atas permintaan manajemen atau atas dasar permintaan rutin.
Informasi dapat juga berupa solusi atau hasil model management science.
Sangat penting ditekankan bahwa SIM biasanya tidak dapat memformulasikan model
management science itu sendiri. Solusi tersebut dapat dicapai bila si manajer terlatih / terampil
dalam teknik-teknik management science. Sistem komputer hanya dapat memberikan solusi
pada model yang mewakili masalahnya.
Page 88 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
SPK (Decision Support System) adalah suatu sistem informasi dengan kemampuan menunjang atau
membantu manager dalam proses membuat keputusan. Berbeda dengan SIM, karena disini manager
biasanya bertindak sebagai komponen internal dalam SPK, bukan sebagai komponen eksternal
sebagaimana dalam SIM. Jadi manager berinteraksi dengan sistem informasi berbasis komputer
untuk mencapai suatu keputusan melalui proses berulang.
Manajemen
Personalia
Akuntansi
Informasi
Sistem Laporan Produksi
Komputer Hasil-hasil model Keputusan
DATA
Pemroses Analisis
Data Bagaimana-Jika? Pemasaran
Distribusi
Teknik
Management Bidang Lain
Science
Page 89 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
a. Interaktif
Arus informasi yang tampak pada gambar diatas memperlihatkan interaksi antara manager dan
sistem komputer. Analisis bagaimana-jika (what if) sering merupakan topik yang dibahas
seorang manager dengan SPK, si manager dapat bereksperimen dengan sistem. Eksperimentasi
dengan perubahan-perubahan yang memungkinkan, akan mendidik manager berkaitan dengan
kemungkinan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan sebagai hasil dari kejadian-kejadian di
masa mendatang. Manager juga dapat menguji alternatif-alternatif keputusan untuk melihat
hasil-hasil potensial sebelum mereka benar-benar membuat keputusan final.
Analisis bagaimana-jika mengambil bentuk umpan balik interaktif terhadap komputer. Dengan
kata lain, analisis seperti ini hanya terjadi bilamana manager memintanya.
b. Keputusan Manajemen
Para manager membuat keputusan. Keputusan-keputusan ini bukanlah suatu akhir. Keputusan
dan hasilnya merupakan suatu bentuk umpan balik yang memberikan data tambahan untuk
database. Suatu SPK yang ideal adalah suatu sistem dinamik berlanjut dan secara
berkesinambungan memperbaiki diri.
Yang penting diingat adalah bahwa informasi yang dihasilkan tidak menjamin penggunaannya
dalam pembuatan keputusan.
Sistem Ahli adalah program komputer yang mencakup basis pengetahuan (knowledge base) berisi
pengetahuan seorang ahli atau suatu jenis problema dan suatu mekanisme sebab musabab yang
memungkinkan inferensi dibuat dari basis pengetahuan tersebut.
Sistem Ahli memberikan pemakainya beberapa rincian mengenai proses sebab musababnya. Kebanyakan
sistem ahli adalah sistem komputer independen yang dapat memberi saran kepada penggunanya tentang
bidang problema secara spesifik. Seringkali sistem ahli dianggap sebagai SPK yang lebih pintar.
Karena basis-pengetahuan merupakan pusat dari konsep suatu sistem ahli, sistem semacam ini sering
disebut sistem ahli berbasis pengetahuan (Knowledge Base Expert System). Basis-pengetahuan adalah
sejumlah besar pengetahuan tentang suatu problema yang disimpan dalam sistem. Istilah “ahli” digunakan
karena sistem dimanfaatkan untuk mengatasi problema yang biasanya diperkirakan memerlukan seorang
ahli atau spesialis untuk menyelesaikannya.
Page 90 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Tujuan dari AI adalah mempelajari dan mencoba mengerti proses-proses pemikiran manusia (intelejensia)
dan membuat proses komputasi yang dapat menstimulasi proses pemikiran tersebut. AI memungkinkan
mesin-mesin untuk memperagakan perilaku, seperti pemecahan masalah atau menyelesaikan tugas-tugas,
sebagaimana manusia itu sendiri. Beberapa contoh terdahulu (yang masih paling populer) dari AI adalah
penggunaan komputer untuk memainkan permainan seperti catur dan kartu solitaire.
Karakteristik utama dari AI adalah menggambarkan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
cara/aturan yang umum dan bukannya algoritma untuk memproses informasi. Algoritma adalah pendekatan
pemecahan tahap demi tahap yang memberikan jaminan suatu solusi. Sebaliknya dasar yang bersifat uji
coba dengan menggunakan intuisi, argumentasi yang nampak masuk akal, aturan dalam membuat
keputusan dan tentunya alasan-alasan manusiawi lebih terefleksi ketimbang perhitungan algoritma.
V. IMPLEMENTASI
Jika informasi yang diberikan oleh sistem tidak dipakai, maka biaya pembuatan atau pembeliannya akan
sia-sia. Sistem informasi sudah semakin canggih dan jumlah serta jenis teknik management science telah
meningkat. Namun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa kemajuan-kemajuan ini tidak disertai
peningkatan yang berkaitan dengan implementasinya. Hasil-hasil teknik management science belum
dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga potensi penuhnya tak dirasakan atau tak diketahui.
Hal-hal diatas hanya merupakan sebagian kecil dari berbagai faktor dan sebab yang mungkin menghambat
implementasi. Sangat sulit untuk mengajukan strategi spesifik untuk memastikan implementasi sistem akan
sukses. Karenanya strategi implementasi harus dibuat tepat dan sesuai hanya untuk organisasi yang
bersangkutan.
Page 91 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
- Menciptakan situasi dimana manager bersikap menerima dan mendorong terhadap perubahan.
Keengganan akan perubahan timbul karena dapat memberikan kestabilan dan kesinambungan
yang menghasilkan rasa nyaman dan aman. Fungsi manajemen cenderung menjadi rutinitas dan
kebiasaan sehari-hari. Bila perubahan terjadi tiba-tiba, akan ditentang karena dianggap sebagai
ancaman terhadap rutinitas normal yang aman.
- Informasi yang dihasilkan oleh sistem tidak bisa dipaksakan kepada para pengguna tanpa suatu
persiapan sebelumnya. Karena itu proses sosialisasi yang terorganisir harus diciptakan untuk
memperkenalkan sistem baru tersebut.
- Komitmen dari pihak manajemen secara Top-Down
Page 92 of 95
Jurusan Teknik Industri Pengantar Teknik Industri
Universitas Tama Jagakarsa dosen: Widyat Nurcahyo,ST
Daftar Referensi
1. Apple, James M.; Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan; Penerbit ITB, 1990
2. Garrison , Ray H.; Managerial Accounting; Business Publications INC.; 4th ed.,
2000
3. Grant, Eugene L.; Pengendalian Mutu Statistis; Penerbit Erlangga; 6th ed., 1993
4. Purnomo, Hari; Pengantar Teknik Industri; Graha Ilmu, 2nd ed., 2004
5. Taylor III, Bernard W.; Sains Manajemen, Buku 1; Salemba Empat; 3rd ed., 2001
6. Taylor III, Bernard W.; Sains Manajemen, Buku 2; Salemba Empat; 3rd ed., 2001
7. Tenner, Arthur R.; DeToro, Irving J.;Total Quality Management: Three steps to
continous improvement; Addison-Wesley Publishing Company, 1993
8. Wignjosoebroto, Sritomo, Ir. M.Sc.; Pengantar Teknik dan Manajemen Industri;
Guna Widya, 1st ed., 2003
Page 93 of 95