TERORISME DI INDONESIA
Di susun oleh :
Hetty nor laili (1901302014)
Isnawati (1901302016 )
Ilham fadila (1901302015)
Linda trianingsih (1901302024)
Mustaqim (1901302038)
Siti norhalisah (1901302057)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya, kami bisa menyelesaikan makalh ini.
Kami menyusun makalah ini dengan tujuan memberi pengetahuan tentang terorisme,
kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun
sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Baik dari
tekhnik penulisan maupun tata bahasa. walaupun demikian, kami berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.
kami menyadari tanpa kerjasama serta sumber informasi untuk menyelesaikan ,
Makalah ini tidak akan menjadi seperti saat ini. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang tersebut diatas, yang telah memberikan arahan dan
saran demi kelancaran makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
Dan tidak lupa kami mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................3
DAFTAR ISI..................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan.............................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................8
2.1 Pengertian............................................................................................................8
2.2 Alasan Munculnya Terorisme..............................................................................8
2.3 Karakter dan sasaran terorisme..........................................................................10
2.4 Penjelasan UU.Terorisme No. 15 Tahun 2003...................................................11
2.5 Hukuman bagi para Teroris................................................................................12
2.6 Tinjauan Maqosid Asy – Syari’ah......................................................................12
2.7 Studi Kasus........................................................................................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................................16
3. 1 Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2 Saran..................................................................................................................17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Undang-Undang dengan nomor 15 tahun 2003 Tentang pemberantasanTindak
Terorisme.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Terorisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah menggunakan
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan
(terutama tujuan politik).Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik). Terror adalah perbuatan
sewenang-wenang, kejem, bengis dan usaha menciptakan ketakutan, kengerian
oleh seseorang atau golongan.
Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil untuk mencapai tujuan politik,
dalam skala lebih kecil dari pada perang .
Terorisme mengandung arti ‘menakut-nakuti’. Kata tersebut berasal dari bahasa
latinterrere, “menyebabkan ketakutan”, dan digunakan secara umum dalam
pengertian politik sebagai serangan terhadap tatanan sipil selama rezim terror pada
masa Revolusi Perancis vakhir abad XVII. Dengan bejalannya waktu, penggunaan
istilah terorisme rupanya mengalami mengalami perluasan makna, karena
masyarakat menganggap terorisme sebagai aksi-aksi perusakan publik, yang
dilakukan tanpa suatu alasan militer yang jelas, serta penebaran rasa ketakutan
secara luas di dalam tatanan kehidupan masyarakat.
6
kejamanan, lahirnya kelompok – kelompok revolusioner, kelemahan dan
ketidakmampuan pemerintah. Memang tidak bisa disalahkan jika terorisme
dikaitkan dengan persoalan hak asasi manusia (HAM), karenA akibat terorisme
banyak kepentingan umat manusia yang dikorbankan, rakyat yang tidak bersalah
dijadikan ongkos kebiadaban dan kedamaian hidup antar umat manusia jelas –
jelas dipertaruhkan.
Secara epistimologi jihad berasal dari bahasa arab al-juhdu atau al-jahdu yang
merupakan bentuk masdar dari kata jahada. Jadi, al-juhdu atau al-jahdu yakni
pencurahan kemapuan dan kekuatan untuk menatang sesuatu yang lain. Maka
dalam syariat, kata ini diartikan sebagai memerangi orang yangt disyariatkan
untuk diperangi, dari kalngan kafir dan lainnya.
Ada banyak dalil yang sering di salah artikan didalam memahami ayat-ayat yang
berkenaan dengan jihad, misalnya:
“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual
beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.,” (At-
Taubah:111)
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar
kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan
Ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (At
Taubah:123)
Sebuah hdits yang diriwayatkan dari Anas ra, sesungguhnya Nabi saw
bersabda: “Perangilah orang musyrik dengan harta, diri, dan lidahmu.”
Pemikiran Ibnu Rusd, “setiap orang yang membebani dirinya karena Allah,
maka dia telah berjihad di dalamnya. Hanya saja, bila jihad fi sabilillah
dinyatakan, maka tidak ada maksud lain kecuali memerangi orang kafir
7
dengan menggunakan pedang, hingga mereka mau masuk islam, atau
memberikan jizyah secara patuh dan mereka tubduk,”
Dalil-dalil tersebut, mereka jadikan landasan serta pijakan hukum untuk
membenarkan aksi terror mereka, tanpa harus mengetahui siapakah
obyek/musuh sebenarnya yang harus diperangi, bagaimana tata cara
pelaksanaan serta aturannya, nengingat Nabi saw juga menerapkan suatu
aturan di dalam tata cara berperang bagi mujahidin muslim saat itu, misalnya
dilarang membunuh anak-anak, wanita, orang tua, bahkan orang keristen yang
sedang beribadah di dalam gerejanya serta larangan di dalam merusak tempat
ibadah. Jika mereka membenarkan kekerasan dengan mengemas jihad sebagai
labelnya tanpa mendalami makna esensial dari arti jihad itu sendiri hingga
nyawa-nyawa yang tidak berdosa turut menjadi korban, maka keabsahan jihad
tersebut patut kita pertanyakan kembali.
8
Menunjukkan kelemahan alat-alat kekuasaan ( Aparatur Pemerintah )
Menimbulkan pertentangan dan radikalisme di masyarakat atau segmen
tertentu dalam masyarakat.
Mempermalukan aparat pemerintah dan memancing mereka bertindak
represifkemudian mendiskreditkan pemerintah dan menghasilkan simpati
masyarakat terhadap tujuan teroris.
Menggunakan media masa sebagai alat penyebarluasan propaganda dan
tujuan politik teroris.
Sasaran fisik bangunan antara lain : Instalasi Militer, bangunan obyek vital
seperti pembangkit energi , instalasi komunikasi, kawasan industri,
pariwisata dan sarana transportasi,
9
Noerdin Top serta terbongkarnya modus operasi mereka. Semua itu merupakan
bukti bahwa pemerintah tidak main- main dalam menangani permasalahan
tersebut.
10
Sebagai metode, teori doktrin Maqasid Ash-Syariah diatas, bisa dipakai
sebagaia pisau analisis dalam rangka membedakan suatu permasalahan, sehingga
dapat dihasilkan kesimpulan hukum atas permasalahan tersebut.Isi kandungan dari
Undang-undang no 15 tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Teroris terbukti bermaksud untuk membela Maqosid Ash-Syari’ah (tujuan-
tujuanSyari’ah), yang berfungsi untuk melindungi kepentingan masyarakat.
11
memantau proses deradikalisasi setiap individu saat dilepas ke masyarakat. Beberapa
serangan terorisme, seperti serangan Thamrin, dikendalikan oleh orang-orang yang
kembali atau ekstremis lokal yang bersumpah untuk NIIS
Kronologi Bom
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela
Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi saat suatu sepeda motor yang
ditumpangi oleh 2 orang kakak beradik memasuki kompleks gereja dan nyaris
menabrak seorang jemaat sebelum akhirnya meledak persis di antara para jemaat
yang sedang berjalan kaki.
GKI Diponegoro
Menurut saksi mata Tardianto, sebelum terjadi pengeboman, tiga orang perempuan
bercadar, satu orang dewasa, satu anak kecil, dan satu lagi anak remaja, masuk ke
area parkiran GKI Surabaya. Saksi mata lain, juruparkir Mulyanto, melihat ketiganya
mengenakkan rompi dan satpam Antonius melihat ketiganya berjalan berjajar di
pinggir jalan depan GKI, masuk ke pintu halaman gereja, dihadang oleh seorang
satpam yang kemudian ia peluk sebelum akhirnya terjadi ledakan.
GPPS Jemaat Sawahan
Menurut Kepala Rumah Tangga Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Suhendro,
peristiwa terjadi saat suatu mobil merangsek masuk ke halaman gereja dan kemudian
melemparkan sebuah bom.Dalam keterangan yang berbeda, Kepala Kepolisian Resor
Kota Besar (Kapolrestabes) Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan menyebutkan
bahwa bom di GPPS Jemaat Sawahan merupakan bom mobil. Diketahui bahwa bom
dibawa menggunakan mobil Avanza menerobos masuk dengan kecepatan tinggi,
menabrak pintu, merangsek ke teras dan lobi gereja kemudian meledak dan
membakar gereja.
12
Jenis serangan : Pengeboman bunuh diri
Senjata : Bom bunuh diri, bom rakitan; Bom mobil (GPPS Jemaat
Sawahan) dan Bom motor (Gereja Katolik Santa Maria Tak
Bercela dan Polrestabes Surabaya)
Korban tewas : 28 orang (termasuk pelaku)
Korban luka : 57 orang
Pelaku : Jamaah Ansharut Daulah, cabang Asia Tenggara dari ISIS
Motif : Terorisme
13
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Dari uraian materi diatas, serta analisis kita berdasarkan fakta dan realita
tindak terorisme yang terjadi di Indonesia, mulai dari peristiwa Bom Bali,
Hotel JW.Mariot, sampai aksi Bom bunuh diri yang dilakukan oleh para
teroris, maka kami menarik kesimpulan bahwa keberadaan Undang-undang
terorisme di Indonesia saat ini bersifat Dharuri, mengingat banyaknya orang
yang tidak bersalah yang turut menjadi korban, hancurnya sarana dan
prasarana umum, serta menimbulkan keresahan masyarakat, dimana
masyarakat masih hidup di bawah ancaman teror.
Meskipun ada beberapa dari pasal-pasal yang harus direvisi dan dikaji
ulang, seperti yang dilaporkan oleh badan Amnesty Internasional yang
menyatakan bahwa penggunaan siksaan dalam proses introgasi terhadap orang
yang disangka teroris cenderung meningkat.
Penerapan UU anti terorisme dapat membawa implikasi negatif bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya kehidupan masyarakat
demokrasi, apabila peraturan yang terkandung di dalam setiap pasalnya belum
bisa memberikan batasan-batasan atas wewenang aparat negara dalam
penerapan Undang-Undang tersebut, sehingga bisa membuka peluang untuk
disalahgunakan, seperti adanya kasus penangakapan beberapa orang yang
dicuriagai sebagai teroris yang diperiksa dan ditangkap tanpa prosedur hukum
yang sah dan benar.
Tapi tidak terlepas dari semua itu, kami mengucapkan banyak terima
kasih atas kinerja aparat negara kita saat ini, yang sudah bekerja semaksimal
mungkin dalam rangka memberantas aksi terorisme, baik melalui penerapan
UU Anti Terorisme maupun aksi Densus 88 yang sudah banyak memberikan
sumbangsih yang sangat besar dalam menggagalkan aksi terorisme di
14
indonesia, meskipun pada kenyataannya ada beberapa pasal dari UU Anti
Terorisme tersebut yang harus direvisi dan dikaji ulang agar dalam penerapan
UU Anti Terorisme tidak membuat resah masyarakat dan tidak melanggar
hak-hak asasi manusia, mengingat dari tujuan diberlakukannya undang-
undang tersebut adalah untuk menimbulkan rasa aman, tentram dan
kemaslahatan di dalam kehidupan bermasyarakat.
3.2 Saran
Demikianlah makalah kami ini kami buat, kami mengakui bahwa tiada
yang sempurna didunia ini, kekurangan dan kekhilafan pastilah turut
mewarnai di dalam proses penyelesaian makalah ini, oleh karena itu kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada kata atau kalimat yang kurang
berkenan di dalam isi makalah ini. Kritik dan saran tetap kami nantikan
sebagai pelengkap dalam penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya
kami sampaikan banyak terima kasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
16