A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi saat ini yang semakin berkembang, persaingan menjadi sangat ketat
dan ketidakpastian sangat tinggi. Kegiatan ekonomi di dunia menjadi semakin tumbuh pesat
dengan adanya kemudahan teknologi dan pengetahuan manusia yang semakin canggih.
Dengan adanya aktivitas ekspor-impor di berbagai negara, kebutuhan dan keinginan manusia
semakin mudah terpenuhi. Konsumsi atas barang semakin tidak terbatas. Berbicara mengenai
konsumsi dalam ekonomi, manusia tentu saja akan mencari kepuasan sebanyak-banyaknya.
Karena itu merupakan tujuannnya mengkonsumsi barang tersebut. Hal ini mengacu pada teori
konsumsi konvensional, dimana konsumen selalu menginginkan tingkat kepuasan (utility)
yang tinggi. Berbeda dengan teori dalam islam, konsumen tidak hanya kepuasan semata yang
ingin diraih, namun juga maslahah yang di utamakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan teori konsumsi dalam konvensional dan islam?
2. Bagaimanakah konsep mashlahah dalam konsumsi islam?
3. Bagaimanakah hukum utilitas dan mashlahah?
4. Bagaimanakah pengaruh Konsumsi barang halal dan haram bagi konsumen?
5. Bagaimana apresiasi konsumen dan sikap pemerintah Indonesia terhadap produk halal
dari China?
C. LANDASAN TEORI
1. Mashlahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang
mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. (P3EI
UII, 2013)
2. Utilitas adalah kegunaan barang yang dirasakan oleh seorang konsumen ketika
mengkonsumsi sebuah barang. (P3EI UII, 2013)
3. Produk halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syari’at untuk di
konsumsi, terutama dalam hal makanan dan minuman. (Muhammad, Bams 2012)
4. Produk Haram adalah segala sesuatu yang di larang oleh syariat untuk dikonsumsi, dan
apabila tetap dikonsumsi akan mendapatkan dosa kecuali dalam keadaan terpaksa,
serta banyak sekali madharatnya dari pada hikmahnya. (Muhammad, Bams 2012)
5. Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah Upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani
maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai
hamba Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan
akhirat (falah). (Amir, Amri 2013).
D. PEMBAHASAN
Konsumsi yang islami selalu berpedoman pada ajaran Islam. Di antara ajaran yang
penting berkaitan dengan konsumsi, yakni memperhatikan orang lain, kemudian diharamkan
bagi umat Islam hidup secara berlebih-lebihan. Karena tujuan konsumsi dalam islam sendiri
adalah agar setiap umat Islam mempertimbangkan mashlahah daripada utilitas. Pencapaian
mashlalah merupakan tujuan dari syarat islam yang menjadi tujuan dari kegiatan konsumsi.
Ada tiga nilai dasar yang menjadi pondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim:
1. Prinsip Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rizki yang
halal dan tidak dilarang hukum.
2. Prinsip Kebersihan, makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
3. Prinsip Kesederhanaan, prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makan
dan minuman yang tidak berlebihan.
4. Prinsip kemurahan hati, dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun
dosa ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhannya.
5. Prinsip moralitas, seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepadanya setelah makan.
Dalam konsumsi islam, konsumen cenderung untuk memilih barang dan jasa yang
memberikan mashlahah maksimum. Hal ini sesuai dengan konsep rasionalitas islam bahwa
setiap pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan mashlahah yang diperolehnya. Kandungan
mashlahah terdiri dari manfaat dan berkah. Demikian dalam hal perilaku konsumsi, seorang
konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan
konsumsinya. Tujuan dari mashlahah bukan hanya untuk mencapai kepuasan di dunia tapi
juga kesejahteraan diakhirat.
Jika berbicara tentang perbedaan mashlahah dengan kepuasan, maka disini kepuasan
yang dimaksud adalah suatu akibat dari terpenuhinya suatu keinginan. Dimana hal tersebut
hanya menghasilkan utilitas atau kepuasan semata. Sedangkan mashlahah merupakan suatu
akibat atas terpenuhinya suatu kebutuhan. Dimana hal tersebut bukan hanya menghadirkan
kepuasan saja namun juga mendatangkan berkah atau mashlahah.
Hukum Utilitas Dan Mashlahah
Dalam konsep islam sangat penting membagi jenis barang dan jasa yaitu yang halal
dan yang haram. Dua hal tersebut memiliki perbedaan dimana tingkat kepuasan yang
meningkat sejalan dengan tingkat penggunaan barang dan jasa yang halal dan juga tingkat
kepuasan yang meningkat karena menurunnya tingkat penggunaan barang haram. Jadi
permintaan barang halal akan menaikkan tingkat kepuasan atau menambah utilitas dan
permintaan barang haram akan menurunkan tingkat utilitas.
Utilitas dalam islam atau Mashlahah yang diterima oleh seorang konsumen ketika
mengkonsumsi barang harus memiliki manfaat sebagai berikut :
a) Manfaat material, yaitu diperolehnya tambahan harta bagi konsumen berupa harga yang
murah, diskon, kecilnya biaya, dsb.
b) Manfaat fisik dan psikis, yaitu terpenuhinya kebutuhan, baik fisik maupun psikis dan
terpenuhinya kebutuhan akal manusia.
d) Manfaat lingkungan, yaitu manfaat yang bisa dirasakan selain pembeli misalnya, mobil
mini bus akan dirasakan manfaatnya oleh lebih banyak orang jika dibandingkan dengan
mobil sedan.
e) Manfaat jangka panjang, yaitu terpeliharanya manfaat untuk generasi yang akan datang,
misalnya hutan tidak dirusak habis untuk kepentingan generasi penerus.
Disamping itu kegiatan konsumsi akan membawa berkah bagi konsumen jika:
c) Barang yang dikonsumsi didasari oleh niat untuk mendapatkan ridho Allah.
STUDI KASUS:
Meningkatnya Produksi Barang Halal China Yang Masuk Ke Indonesia
Mengkonsumsi makanan halal akan mencerminkan jiwa yang bersih, membuat pikiran
dan jasmani menjadi segar. Sebaliknya, setiap makanan yang telah diharamkan oleh islam
mengandung bahaya lahir dan batin.
Semakin meluasnya pangsa pasar produk halal di seluruh dunia, produk halal tidak
hanya terpaku pada nilai keagamaan tertentu, tetapi juga dipercaya telah melalui proses
pembuatan dengan standar tertentu sehingga lebih aman untuk di konsumsi. Hal tersebut
memperlihatkan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap produk halal. Sehingga dapat
diperkirakan produk yang bersertifikat halal memiliki peluang pasar yang besar dan
permintaan terhadap produk halal semakin meningkat.
Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Halal Dari China
Dimana dalam Pasal 30 Wajib mencantumkan label. Isi Label mencakup: nama
produk, daftar bahan yang digunakan, berat atau isi bersih, nama dan alamat
produsen, keterangan tentang halal, tanggal dan bulan kadaluarsa.
Definisi pangan halal (pasal 1 ayat 5), Pangan halal adalah pangan yang tidak
mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat
Islam, baik yang menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, bahan
bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses
rekayasa genetika dan iradiasi pangan, dan yang pengelolaannya dilakukan sesuai
dengan ketentuan hukum agama Islam.
D. KESIMPULAN
Seperti yang kita pelajari pada pertemuan sebelumnya, bahwa teori konsumsi lahir
karena adanya teori permintaan akan barang dan jasa. Sedangkan permintaan akan barang
dan jasa timbul karena adanya keinginan (want) dan kebutuhan (need) oleh konsumen riil
maupun konsumen potensial. Dalam ekonomi konvensional motor penggerak kegiatan
konsumsi adalah adanya keinginan dan kepuasan. Dalam konsumsi konvensional itu sendiri
juga harus dilakukan sesuai dengan aturan dalam teori konsumsi dalam islam karena yang
seharusnya terjadi adalah ekonomi bagian dari islam bukan islam bagian dari ekonomi.
Setelah mempelajari teori konsumsi dalam islam, keluaran yang diharapkan adalah
pemahaman yang didapat menjadi lebih meningkat, serta dapat menambah pengetahuan
terkait bagaimana islam mengatur segala jenis kegiatan khususnya dalam kegiatan konsumsi.
Islam juga memerintahakan umatnya untuk menjauhi makanan haram dan senantiasa
mengingatkan untuk tetap memikirkan berkah dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi,
terutama dalam konsumsi. Karena semua itu tidak lain hanyalah untuk mencapai
kemashlahatan yang akan berguna bagi masing-masing kelak di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII. (2013). Ekonomi Islam.
Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia.
Kurnaidi, Eko. (2011). Studi Komparatif Perilaku Konsumen Perspektif Islam dan
Konvensional. Analisis Kasus: Apresiasi Konsumen terhadap Produk Halal-Haram dan
Implikasinya. http://ie-greensolution.blogspot.co.id/2011/12/studi-komparatif-perilaku-
konsumen.html. Di akses tanggal 14 Maret 2017.