PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosialis dengan melakukan serangan balik dengan menggunakan argumen
mereka sendiri, yang dikenal sebagai “sosialisme pasar”. Oskar Lange seorang
sosialis Polandia, dan Fred M. Taylor, presiden AEA, berpendapat bahwa dewan
perencanaan pusat dapat menentukan harga melalui “trial and error”. Harga dapat
ditetapkan untuk menentukan permintaan dan penawaran setiap produk. Jika
terjadi kekurangan, harga dapat dinaikkan; jika surplus berlebihan, harga dapat
diturunkan. Lange bahkan menyarankanagar dewan perencanaan pusat
menetapkan harga “secara acak” dan kekurangan atau surplus akan menentukan
respons dewan (Lange dan taylor 1938:70).
Yang mengejutkan, sebagian besar ekonom percaya bahwa pendekatan “trial
and error”, yang dipakai oleh sosialis pasar ini, memang bisa bekerja. Seperti
ditulis oleh Jan Drewnowski, “Semua orang sekarang ini menyepakati kekeliruan
pendapat Mises bahwa kalkulasi ekonomi di bawah sosialisme secara teoritis
adalah mustahil” (Lavoie 1985:4). bahkan Josep Schumpeter, salah satu murid
Mises paling cemerlang, menolak tesis gurunya itu. Dia menulis “Dapatkah
sosialisme bekerja? Tentu saja bisa,” dan menambahkan, “Tatanan kapitalis
cenderung menghancurkan dirinya sendiri dan sosialisme sentral… tampaknya
akan menjadi penggantinya” (Schumpeter 1950:167).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana biografi tentang Joseph Schumpeter?
2. Bagaimana pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter?
3. Apa saja hasil karya yang dibuat oleh Joseph Schumpeter?
4. Bagaimana kiritikan tokoh lain terhadap pemikiran Joseph Schumpeter?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. mengetahui biografi tentang Joseph Schumpeter,
2. memahami pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter,
3. mengetahui hasil karya yang dibuat oleh Joseph Schumpeter, dan
4. mengetahui kiritikan tokoh lain terhadap pemikiran Joseph Schumpeter.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1919 sampai 1920, dia dipercaya menjadi menteri keuangan
Austria. Namun, tidak mengejutkan jika Schumpeter hanya menempati posisinya
selama setahun. Kemudian dia mencantumkan “bekas Menteri Keuangan” di dalam
daftar riwayat hidupnya, dia berhasil menjadi ketua dewan sebuah bank baru. Setelah
mendapat gaji yang sangat besar dan beragam fasilitas keistimewaan untuk menarik
cek besar, dia kembali ke gaya hidup mewahnya. Ketika diminta agar lebih bijaksana,
dia malah “menyewa Fiaker terbuka [kereta] dan mengendarainya di sepanjang
Kartnerstrasse, jalan utama di dalam kota pada siang hari dengan memangku dua
pelacur yang menggairahkan, yang satu berambut pirang dan yang satu berambut
coklat”. (Swedberg, 1991:68). Inilah salah satu perilaku Schumpeter yang dianggap
kasar oleh orang lain.
Pada 1924, krisis ekonomi yang hebat melanda Austria, dan bank itu terpaksa
direstrukturisasi. Schumpeter tiba-tiba menghadapi segumpal utang dan pajak tanpa
2
punya pekerjaan. Akan tetapi, setahun kemudiaan, nasibnya mujur karena dia
ditawari ketua jurusan keuangan public di University of Bonn.
Pada akhir dekade 1820-an, seiring dengan invasi Nazi ke hampir seluruh
kawasan Eropa Tengah, Schumpeter hijrah ke AS, dan kota Hardvard menjadi tepat
berlabuhnya. Pada tahun 1932 sampai 1950, Schumpeter dikenal sebagai pengajar
yang baik.
Schumpeter sangat terpukul oleh kejadian tragis ini sehingga selama bertahun-
tahun dia tak mengubah apapun yang ada di ranjang Annie, dan bahkan tidak
mengeluarkan pakaiannya dari kamar. Setiap pagi dia meletakkan mawar di makam
Annie. Tetapi dia mulai menyalin bagian-bagian dari catatan harian Annie, meniru
tulisan tangan dan kesalahan tanda bacanya. Ketika dia selesai meyalin seluruh
catatan harian itu, dia mulai lagi. Karena pengaruh Katoliknya, dia mulai mendoakan
almarhum istri dan ibunya. “Setiap kali dia akan melakukan sesuatu yang sulit, dia
akan meminta pertolongan kedua alhamrhum itu; dan saat segala sesuatu berjalan
lancer, dia akan berterima kasih kepada mereka”. (Swedberg, 1991: 74-75).
Schumpeter terkadang menulis “Hasen sei Dank” (Terima kasih Hasen) (Hasen,
secara literal adalah kelinci, menunjukkan seseorang yang sangat dicintai).
3
Schumpeter meninggalkan Jerman dan tidak pernah kembali lagi ke Eropa. Dia
meninggalkan 28 peti berisi harta bendanya termasuk paper dan naskahnya. Dia
bahkan tak membawa salinan buku pertamanya.
4
matematis. Dia mengkombinasikan pemahamannya yang mendalam di bidang
sosiologi dengan teori-teori ekonomi konvensional, maka tidak heran jika Karl Max
dan Max Weber pun menjadi acuan utama pemikirannya. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa karya-karyanya, seperti on the Concept of Social Value (1909), The
Sociology of Imperialism (1919), Max Weber’s Work (1920), Social Classes in a
Ethnically Homogeneous Environment (1927) dan Comunist Manifesti in Sociology
and Economics (1949).
Dengan kata lain, semua kegiatan ekonomi selalu berulang dalam satu alur
perekonomian yang tak habis-habisnya. Menurut Schumpeter, “Arus sirkuler adalah
5
suatu aliran yang hidup dari sumber tenaga buruh dan lahan pertanian yang mengalir
secara terus-menerus, dan arus tersebut mengalir pada setiap periode ekonomi ke
dalam waduk yang kita sebut pendapatan, untuk dialihkan ke dalam pemuasan
keinginan”.
6
yang menunjang kreativitas akan mampu melahirkan beberapa pengusaha perintis
(pioneer) yang mencoba menrapkan ide-ide baru mereka dalam kehidupan
ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah, dan sebagainya).
Mungkin tidak semua pengusaha perintis yang menuai sukses dalam inovasinya
tersebut, dia akan memperoleh keuntungan monopoli atas buah kreativitasnya,
karena di mata konsumen belum ada pengusaha lain yang melakukan terobosan
seperti yang dia lakukan.
Namun, perlu untuk diingat bahwa posisi monopoli tersebut tidak akan
bertahan lama, karena hal yang sama senantiasa menyertai inovasi adalah adanya
imitasi. Seorang inovator akan terus menerus berada diatas apabila dia selalu
melakukan improvisasi atas inovasi-inovasinya terdahulu. Posisi monopoli ini
akan menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima oleh
para pengusaha yang tidak melakukan inovasi. Keuntungan monopolistis ini
merupakan imbalan bari para inovator dan sekaligus juga merupakan rangsangan
bagi para calon inovator. Sehingga, hasrat untuk berinovasi seringkali terdorong
oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.\
Menurut Schumpeter, inovasi mempunyai tiga pengaruh yaitu:
a. diperkenalkannya “teknologi” baru
b. menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan
sumber dana penting bagi akumulasi modal
c. inovasi akan selalu diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu
adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut.
Proses peniruan (imitasi) tersebut pada akhirnya akan diikuti oleh investasi
(akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut. Proses peniruan ini akan
berpengaruh pada dua hal, yaitu:
a. menurunya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator, dan
b. adanya penyebaran teknologi baru (technological dissemination) di dalam
masyarakat sehingga teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli bagi
pencetusnya.
7
Menurut Schumpeter, ada lima macam kegiatan yang dapat dikelompokkan
sebagai inovasi yaitu:
a. diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada
b. diperkenalkannya cara berproduksi baru
c. pembukaan daerah-daerah pasar baru
d. penemuan sumber-sumber bahan mentah baru
e. perubahan organisasi industri sehingga tercipta efisiensi dalam industri
Ada dua prasyarat yang memungkinkan untuk tercipatanya sebuah inovasi
yaitu:
a. harus tersedia cukup calon-calon pelaku inovasi (inovator dan entrepreneurs)
di dalam masyarakat, dan
b. harus ada lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang dapat merangsang
semangat inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi.
3. Peranan Inovator
Sedangkan yang dimaksudkan dengan inovator atau entrepreneur adalah
orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis ynang mempunyai semangat dan
keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi kenyataan. Seorang inovator
biasanya berani mengambil risiko (risk taker), karena memang ide-ide baru
tersebut belum pernah diterapkan sebelumnya. ada dua alasan yang menyebabkan
mereka berani mengambil resiko yaitu:
a. adanya kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan monopolis jika
usahanya berhasil, dan
b. adanya semangat dan keinginan pada diri mereka untuk bisa mengalahkan
para pesaing mereka melalui ide-ide baru.
Jelas bahwa seorang inovator atau entrepreneur, menurut Schumpeter,
bukanlah sekadar pengusaha atau wirausaha biasa. Hanya mereka yang berani
mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang dapat disebut sebagai seorang
entrepreneur. Menurut Schumpeter, pengusaha yang hanya mengelola secara rutin
perusahaannya bukanlah seorang entrepreneur namun hanyalah seorang manajer.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kunci dalam proses inovasi adalah
adanya lingkungan yang menunjang terjadinya inovasi tersebut. Salah satu
pendapat Schumpeter yang menjadi landasan teori pembangunanya adalah adanya
keyakinan bahwa sistem kapitalis merupakan sistem yang paling baik untuk
menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Menurut Schumpeter, sistem
kapitalis yang didukung oleh adanya kebebasan dalam berusaha dan lembaga-
lembaga sosial politik yang dinamis merupakan lingkungan yang paling subur bagi
timbulnya inovator dan inovasi. Hanya dalam sistem inilah, menurut Schumpeter,
semangat berinovasi tinggi.
8
Namun, Schumpeter meramalkan bahwa dalam jangka panjang sistem
kapitalisme akan mengalami ke-mandeg-an (stagnasi). Pendapat ini sama dengan
pendapat kaum klasik.Menurut Schumpeter, ada dua faktor lain yang menunjang
terlaksananya inovasi, yaitu:
a. adanya cadangan ide-ide baru yang relevan, dan
b. adanya sistem perkreditan (lembaga keuangan) yang dapat menyediakan dana
bagi para entrepreneur untuk dapat merealisasikan ide-ide tersebut menjadi
kenyataan.
Schumpeter memberikan peranan innovator tidak kepada kapitalis tetapi
kepada pengusaha. Pengusaha bukanlah seorang manusia yang mempunyai
kemampuan manajemen biasa tetapi seorang yang memperkenalkan sesuatu yang
sama sekali baru. Dia tidak menyediakan dana tetapi mengatur pemakaiannya.
Pengusaha didorong oleh (a) keinginan untuk mendirikan kerajaan bisnis swasta,
(b) keinginan untuk menguasai dan membuktikan superrioritasnya, dan (c)
kesenangan membuat dan mendapatkan sesuatu atau sekedar menyalurkan
kepintaran dan tenaga seseorang. Sifat dan tindakannya tergantung pada
lingkungan sosio-budayanya. Untuk menjalankan fungsi ekonominya pengusaha
memerlukan dua hal : pertama, adanya pengetahuan teknologi dalam rangka
memproduksi barang-barang baru, dan kedua, kemampuan mengatur faktor-faktor
produksi dalam bentuk modal pinjaman. Menurut Schumpeter ada segudang
pengetahuan teknologi yang belum dimanfaatkan, tapi pengusaha sudah
menggunakannya. Karena itu, modal pinjaman penting untuk memulai
pembangunan.
Cadanganan ide-ide baru merupakan hasil penemuan para inovator. Adanya
cadangan ide-ide baru yang melimpah menunjukkan adanya kelompok inovator
yang cukup di dalam masayarakat dan danya lingkungan ilmiah yang menunjang
terciptanya inovasi. Di sinilah peran masyarakat ilmiah (dunia akademisi) yang
dinamis sebagai salah satu unsur dari adanya inovasi.
Sistem perkreditan (lembaga keuangaan) yang ada juga berperan sebagai
faktor penunjang bagi terwujudnya inovasi, karena sistem perkreditan berfungsi
sebagai penyedia dana bagi mereka yang tidak memiliki dana namun mempunyai
rencana penggunaan dana untuk melakukan inovasi. Tanpa adanya sistem kredit,
hanya mereka yang mempunyai danalah yang dapat menjadi inovator. Oleh karena
itu, perlu adanya jalinan kerjasama yang erat antara penyediaa dana dan calon
inovator. Secara diagramatis, proses pembangunan ekonomi menurut Schumpeter
disajikan pada Gambar 1.1.
9
Gambar 1.1.
Proses Kemajuan Ekonomi Menurut Schumpeter
P
E Akumulasi
Lingkungan sosial, Profit
M
B politik dan teknologi Kapital
A yang menunjang inovasi
N Perbaikan
G Teknologi
U
N Wirausaha Inovasi
A
N
Imitasi Kenaikan
Output
Pertumbuhan
Penduduk
10
a. Perbedaan tatanan sosial-ekonomi. Teori Schumpeter berkaitan dengan tatanan
sosial-ekonomi tetentu yang ada di Eropa Barat dan Amerika pada abad ke-18
dan 19. Pada saat itu, sudah ada prasarat pertumbuhan. Di negara terbelakang
kondisi sosial-ekonominya sama sekali berbeda dengan tidak ada prasyarat
pembangunan dalam bentuk overbead ekonomi dan sosial.
b. Kurangnya kewiraswastaan. Analisis Schumpeter bergantung pada adanya
kaum pengusaha. Akan tetapi, negara terbelakang kekurangan jiwa wiraswasta
yang memadai. Pada perkembangan ekonomi yang seperti itu, rendahnya
harapan laba dan keadaan teknologi tidak mendorong investasi yang bersifat
inovasi pada pabrik dan peralatan baru. Selain itu kurangnya tenaga yang
memadai, angkutan, tenaga trampil, dan lain-lain bertindak sebagai penggerak
kegiatan wiraswasta.
c. Tidak dapat diterapkan pada negara sosialis. Analisis Schumpeter tidak akan
diterapkan pada mayoritas negara terbelakang yang mempunyai kecenderungan
sosialis. Sebagai contoh, langkah jaminan sosial dan jaminan pajak pendapatan
progresif yang tinggi bertentangan dengan perkembangan golongan pengusaha
karena hal itu cenderung mengurangi laba.
d. Tidak dapat diterapkan pada ekonomi campuran. Inovator (menurut versi
Schumpeter) adalah pengusaha swasta yang tidak sesuai dengan ekonomi
campuran masa kini. Di negara terbelakang, pemerintah adalah pengusaha yang
paling besar.
e. Yang dibutuhkan adalah perubahan kelembagaan dan bukan inovasi. Untuk
memulai proses pembangunan dan membuatnya “bedikari” yang diperlukan
bukannya inovasi saja tetapi kombinasi dari beberapa faktor seperti stuktur
organisasi, praktek bisnis, tenaga yang trampil dan nilai-nilai, sikap dan
motivasi yang tepat.
f. Asimilasi inovasi. Menurut Henry Wallich, proses pembangunan di negara
terbelakang didasarkan tidak pada inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi
yang ada karena pengusaha di negara terbelakang tidak berada dalam posisi
11
mengadakan inovasi malahan mereka mengambil inovasi yang terjadi di negara
maju.
g. Mengabaikan konsumsi. Proses Schumpeter “berorientasi produksi” sementara
proses pembangunan “berorientasi konsumsi”. Penilaian ini sekarang telihat
pada adanya kecenderungan menuju negara kesejahteraan di mana permintaan
dan konsumsi memainkan peran penting.
h. Mengabaikan tabungan. Penekanan utama Schumpeter pada arti kredit bank
mengabaikan arti tabungan rill dalam investasi. Hal itu juga mengurangi arti
penting anggaran belanja defisit, tabungan anggaran belanja, kredit utama dan
langkah fiskal lainnya dalam pembangunan ekonomi.
i. Mengabaikan pengaruh eksternal. Menurut Schumpeter, pembangunan
merupakan hasil dari perubahan yang muncul dari dalam perkonomian, tetapi di
negara terbelakang perubahan tidak terjadi dari dalam perekonomian, malah
perubahan tersebut adalah hasil dari gagasan, teknologi, dan modal yang
diimpor. Teknologi yang terbelakang , tabungan potensial yang rendah dan
lembaga sosial, ekonomi dan politik yang ketinggalan zaman tidak mampu
mendorong pembangunan dari “dalam”.
j. Mengabaikan pertumbuhan penduduk. Lebih lanjut Schumpeter lalu
mempertimbangkan dampak pertumbuhan penduduk pada pembangunan
ekonomi suatu negara. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi cenderung
menurunkan tingkat petumbuhan ekonomi yang sedang berkembang.
k. Penjelasan yang tidak memuaskan mengenai tekanan inflasi. Pada sistem
Schumpeter gerakan inflasi merupakan bagian integral dari proses
pembangunan, tetapi gerakan tersebut tidak mencakup inflasi jangkap panjang.
Tingkat harga jangka panjang tetep stabil. Namun demikian, dalam ekonomi
terbelakang bebas inflasi sangat kuat. permintaan sosial yang bekerja melalui
seluruh serikat buruh dan politik berusaha untuk mengaduk lebih banyak
daripada yang dapat dihasilkan oleh peekonomian itu sendiri melalui poduksi
domestik dan perdaganga internasional. Bukan hnaya pembangunan dan
12
investasi terkait yang menjadi penyebab kecenderungan inflasi, tetapi seleuruh
iklim sosial dari perekonomian yang berosientasikan permintaan”.
Walaupun demikian, teori Schumpeter menggaris bawahi pentingnya
pembiayaan-pembiayaan infrasioner dan inovasi sebagai faktor utama dalam
pembangunan ekonomi. Pembiayaan infrasioner merupakan suatu metode tepat
yang kini dicoba untuk diterapkan oleh setiap negara terbelakang. Analisisnya
relevan dengan negara terbelakang dilihat dari segi kenaikan jangka penjang
produktifitas dan penyerapan surplus tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang
menguntungkan sebagai akibat dari inovasi. Meskipun teorinya dimaksudkan
untuk menganalisa kapitalisme barat namun dapat memberikan petunjuk mengenai
masalah yang mungkin timbul di negara terbelakang, sekali suatu proses
industrialisasi mulai, serta memberi pelajaran untuk menghindari kesulitan
tambahan dan tidak perlu yang menyertai suatu pembangunan yang tidak
terkoordinasi dan tidak terencana.
5. Runtuhnya Kapitalisme
Proses berakhirnya kapitalisme menurut Schumpeter, kapitalisme hanya dapat
mempertahankan diri sejauh para pengusaha bertindak seperti kesatria dan pioner
tetapi inovator yang berani seperti itu dirusak oleh sistem kapitalisme sendiri yang
melandaskan dirinya pada sikap rasional, skeptis, dan ingin tahu itu meresap ke
seluruh masyarakat kapitalis. Akibatnya muncul tiga tekanan yang merupakan
awal dari kematian kapitalisme secara perlahan, yaitu:
a. kemerosotan fungsi kewiraswastaan,
b. keluncuran keluarga borjuis, dan
c. kerusakan kerangka kelembagaan masyarakat kapitalis.
Berkaitan dengan sistem kapitalis, Schumpeter mengemukakan tiga pendapat
utama. Pertama, sistem kapitalis merupakan sistem yang paling cocok bagi
timbulnya inovasi, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, menurut Schumpeter, bagi NSB yang berusaha mengejar kemajuan
ekonomi (pertumbuhan output) maka sistem kapitalis sangatlah sesuai untuk
diterapkan.
13
Kedua, Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis
akan mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan sekaligus
distribusi pendapatannya juga akan lebih merata. Distribusi pendapatan yang
semakin merata ini disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang akan berdampak
pada melimpahnya barang-barang konsumsi.
Pada awal kapitalisme, daya penggerak hidupnya berasal dari pengusaha yang
berani mengadakan inovasi, eksperimen, dan ekspansi. Tetapi pada saat ini inovasi
menjadi sesuatu yang rutin. Kemajuan teknologi menjadi urusan Tim Ahli yang
terlatih. Raja baru bisnis adalah para manajer, pemilik tanpa nama dan birokrat
swasta. Ini menurunkan tempat kaum borjuis industri menjadi kelas penerima upah
dan dengan demikian merusak fungsi dan posisi pengusaha sebagai prajurit
pejuang.
Kehancuran terjadi pada keluarga borjuis. Orang tua mengambil sikap
rasional dalam tingkah laku mereka terhadap anak-anak. Ide keluarga tradisional
menjadi lemah. Keinginan untuk mendirikan kerajaan swasta atau dinasti tidak ada
lagi. Keinginan untuk mengakumulasi kesejahteraan hilang secara berangsur
bersamaan dengan hilangnya aspek penting masyarakat kapitalis lainnya.
Ketiga, Schumpeter menyatakan bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis
akan “runtuh”, karena adanya transformasi gradual di dalam sistem tersebut
menuju ke arah sistem yang lebih bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis itu
sendiri akan berubah justru karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan
ekonomi dan kemakmuran. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan
masyarakat, maka akan terjadi proses perubahan pandangan masyarakat yang
semakin jauh dari sistem kapitalis murni (pure capitalist). Hal tersebut ditunjukan
oleh adanya sistem tunjangan sosial (social security system) bagi masyarakat yang
kurang mampu, adanya pendidikan yang murah bahkan pendidikan yang gratis,
adanya sistem asuransi bagi warga negara, dan sebagainya.
Akhirnya Schumpeter berpendapat bahwa pengusaha juga cenderung merusak
kerangka kelembagaan masyarakat kapitalis. Kecenderungan terhadap pemusatan
ke dalam perusahaan besar melemahkan dan merusak lembaga kembar milik
14
pribadi dan kebebasan mengikat kontrak. Dalam hal perusahaan besar, pemiliknya
adalah para pemegang saham kecil dan besar yang dibuat menjadi samar dan tidak
berfungsi oleh para manajer profesional yang digaji. Peranan pemilik dimainkan
oleh yang disebut terakhir, sementara yang disebut pertama sama sekali dipisahkan
dari manajemen aktif. Menurut Schumpeter, rasionalitas inilah yang telah merusak
kekuatan kerajaan di masa lampau. Juga pada saat ini, sikap rasional kelompok
pengusaha terhadap masalah domestik dan internasionallah akan menjadi racun
bagi kapitalisme. Tetapi ke semua kekuatan ini tidaklah cukup untuk
mendentangkan lonceng kematian kapitalisme. Permusuhan hebat para
intelektuallah yang kini membawa hari keruntuhan kapitalisme menjadi semakin
dekat. Para intelektual tersebut menyebarkan benih-benih kebimbangan dan
ketidakpuasan di hati masyarakat terhadap kerangka sosial dan politik orde
kapitalis, dengan menghasut kelompok pegawai negeri dan kaum buruh dengan
janji pembaharuan politik dan kapitalis. Akibatnya kerangka kelembagaan yang
menjadi dasar kapitalisme berpijak mulai ambruk dan disitu ada gerakan selangkah
demi selangkah menuju sosialisme. Akhirnya kapitalisme akan mati tanpa
dentruman atau rintihan apapun.
15
ekuilibrium. terkadang frase-frasenya, seperti “destruksi kreatif”, terdengar
seperti interpretasi Marxis atas sejarah. dengan meminjam gagasan gurunya dari
Vienna, Friedruch von Wieser, dia melihat entrepreneur sebagai katalis utama
dalam apa yang dinamakan Schumpeter sebagai “destruksi kreatif” sistem pasar.
kapitalisme “tak pernah stasioner”. Proses industri “terus-menerus
merevolusionerkan struktur ekonomi dari dalam, terus-menerus menghancurkan
struktur lama, dan terus-menerus menciptakan yang baru”(Schumpeter 1950: 82-
83).
16
Social Classes in a Ethnically Homogeneous Environment (1927) dan Comunist
Manifesti in Sociology and Economics (1949).
5. Beberapa hasil karya buku dari Joseph Schumpeter yang paling terkanal
diantaranya; “Capitalism, Sosialism, and Democracy” pada tahun 1942, ”The
Theory of Economic Development” pada tahun 1934, dan “Busines Cycle” pada
tahun 1939.
Gambar 1.2
Buku-buku Joseph Schumpeter
17
Pada masa itu, inovasi dilakukan oleh para pengusaha atau penemu (pencipta).
Tetapi sekarang semua bentuk inovasi merupakan bagain dari fungsi peusahaan
modal bersama. Inovasi dianggap sebagai kebiasaan sehari-hari perusahaan
industri dan tidak memerlukan inovator semata-mata.
2. Menurut Schumpeter, pembangunan ekonomi adalah akibat dari proses skills
pasang naik dan pasang surut tidak penting bagi pembangunan ekonomi.
Sebagaimana Nurkse kemukakan, pembangunan ekonomi berkaitan dengan
perubahan yang berkesinambungan.
3. Pendapat Schumpeter bahwa perubahan skills merupakan akibat inovasi juga
tidak benar. Kenyataanya, fluktuasi skils bisa karena sebab-sebab psikologis,
natural, dan finansial.
4. Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi.
Tetapi, ini jauh dari kenyataan. Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung
kepada inovasi tetapi juga pada banyak perubahan ekonomi dan sosial lain.
5. Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank.
Kedit bank barang kali memang penting dalam jangka pendek ketika perusahaan
industri mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Tetapi dalam jangka panjang,
ketika kebuthuan akan dana dan modal semakin besar, kredit bank tidak memadai
lagi. Karenanya bagian-bagian bisnis harus memberikan saham dan surat utang
baru di pasar modal.
6. Analisis Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme
tidak benar. Dia tidak menganalisa bagaimana suatu masyarakat kapitalis berubah
menjadi sosialis. Dia menyatakan secara naif bahwa kerangka kelembagaan
masyarakat kapitalis berubah dengan adanya perubahan pada fungsi-fungsi
pengusaha. Analisinya mengenai berakhirnya kapitalis agak emosional ketimbang
rill. Akhirnya Meier dan Baldwin berpendapat, “Analisis sosio-ekonomi
Shumpeter yang luas mengenai proses kapitalis secara umum mengagumkan”.
Namun demikian hanya sedikit orang yang bersedia menerima keseimpulannya.
Argumennya membangkitkan semangat tetepi sama sekali tidak meyakinkan.
Walaupun analisia Schumpete provokatif, ia napak sangat bepihak dan sangat
berat sebelah.
7. “Sosialisme Pasar” Menang
Sosialis dengan melakukan serangan balik dengan menggunakan argument
mereka sendiri, yang dikenal sebagai “sosialisme pasar”. Oskar Lange seorang
sosialis Polandia, dan Fred M. Taylor, presiden AEA, berpendapat bahwa dewan
perencanaan pusat dapat menentukan harga melalui “trial and error”. Harga dapat
ditetapkan untuk menentukan permintaan dan penawaran setiap produk. Jika
terjadi kekurangan, harga dapat dinaikkan; jika surplus berlebihan, harga dapat
diturunkan. Lange bahkan menyarankan agar dewan perencanaan pusat
18
menetapkan harga “secara acak” dan kekurangan atau surplus akan menentukan
respons dewan (Lange dan taylor 1938:70).
Yang mengejutkan, sebagian besar ekonom percaya bahwa pendekatan “trial
and error”, yang dipakai oleh sosialis pasar ini, memang bisa bekerja. Seperti
ditulis oleh Jan Drewnowski, “Semua orang sekarang ini menyepakati kekeliruan
pendapat Mises bahwa kalkulasi ekonomi di bawah sosialisme secara teoritis
adalah mustahil” (Lavoie 1985:4). bahkan Joseph Schumpeter, salah satu murid
Mises paling cemerlang, menolak tesis gurunya itu. Dia menulis “Dapatkah
sosialisme bekerja? Tentu saja bisa,” dan menambahkan, “Tatanan kapitalis
cenderung menghancurkan dirinya sendiri dan sosialisme sentral… tampaknya
akan menjadi penggantinya” (Schumpeter 1950:167).
8. Anti-Keynes
Ketika Harvard menjadi pusat ekonomi Keynesian, Schumpeter yang iri
merasa tertantang oleh kesuksesan Keynes. Dia menulis ulasan yang sangat
negative terhadap General Theory Keynes, dan ketika Keynes meninggal pada
1946, tulisan memorial Schumpeter dalam American Economic Review penuh
dengan komentar yang tajam (Schumpeter 1946). Dalam catatan hariannya dia
menulis “Kita semua menyukai kesalahan yang mencolok ketimbang kebenaran
yang kecil”. Schumpeter, seperti Mises dan Hayek, selalu berpendapat bahwa
Depresi pasti terjadi dan tidak boleh dicampuri dengan pengeluaran deficit atau
reinflasi.
Mungkin permusuhan Schumpeter ini adalah karena kecemburuan
professional. Keynes mengungguli Schumpeter. Karya tebal Schumpeter,
Business Cycles (1939), dinilai buruk oleh Simon Kuznets. Schumpeter selalu
membanggakan diri sendiri, tetapi pengakuan terhadap dua karya klasiknya,
Capitalsm, Socialism and Democracy (1950{1942}) dan History of Economic
Analysis (1954) baru diterima setelah ia meninggal.
9. Anti-Roosevelt
Selama masa perang, Schumpeter tampaknya semakin eksentrik, semakin
tidak seimbang dan semakin terisolasi. Dia terus berbicara dengan dengan
almarhum istri dan ibunya. Catatan hariannya penuh referensi pada kematian dan
memuat kebencian terhadap “Negro, Yahudi dan orang tak normal”. Salah satu
pernyataannya berbunyi, “Sebagaimana tarian nigger adalah tarian sekarang,
demikian pula ekonomi Keynesian adalah ekonominya sekarang”.
Pada suatu pesta cocktail 1944, ketika Roosevelt masih menjabat presiden
pada tahun keempatnya, seorang perempuan bertanya kepada Schumpeter apakah
dia akan meilih Roosevelt lagi, dan Schumpeter menjawab dengan masam,
“Saudaraku, jika Hitler mencalonkan diri menjadi Presdien dan Stalin sebagai
19
Wakil Presiden, saya akan memilih mereka untuk mengalahkan Roosevelt”
(Swedberg 1991:141). Dia berpikir bahwa Hitler akan menang perang.
Perilaku reaksionernya tetap tak berkurang meski dia menikah lagi, kali ini
dengan Elizabeth Boody pada 1937. Istri barunya ini dituduh anti-Roosevelt dan
pro-Jepang, tetapi istrinya ini kelak menjadi orang penting dalam menyelesaikan
sejarah ekonominya “yang tak pernah selesai”.
10. Akhir Perdebatan “Mises Benar!”
Jatuhnya Uni Soviet dan Komunisme Blok Timur akhirnya mengakhiri
perdebatan tentang sistem ekonomi komparatif yang telah berlangsung selama
lebih dari seabad. Schumpeter ternyata terlalu pesimis terhadap masa depan
kapitalisme dan terlalu optimis terhadap kemampuan sosialisme.
Salah satu murid Schumpeter di Harvard, Robert Heilbroner, menjadi seorang
sosialis dan menganut Marxisme. Dia kelak menulis The Worldly Philosophers
(1999 {1953}), sejarah ilmu ekonomi paling popular yang pernah ditulis.
Dibawah pengaruh antara lain Schumpeter dan Adolph Lowe, Heilbroner
menyimpulkan bahwa Mises keliru dan sosialisme dapat bekerja baik. Dia
mempertahankan pendapatnya ini selama bertahun-tahun.
Pada akhir 1980-an, tak lama sebelum ambruknya Tembok Berlindan
jatuhnya Uni Soviet, Heilbroner mulai mempertimbangkan ulang pandangannya.
Dalam artikel yang mengejutkan di New Yorker yang diberi judul “The Triumph
of Capitalism”, Heilbroner menulis bahwa debat lama antara kapitalisme dan
sosialisme sudah usai dan kapitalisme telah menang.
Dia mengatakan, “Uni Soviet, Cina dan Eropa Timur telah member kita bukti
paling jelas bahwa kapitalisme mengatur urusan materi umat manusia secara lebih
memuaskan ketimbang sosialisme; bahwa berapa pun tidak seimbang dan tidak
bertanggung jawabnya pasar dalam mendistirbusikan barang, ia melakukannya
dengan lebih baik ketimbang ekonomi terencana; betapa pun cerobohnya kultur
komersialisme, ia lebih menarik ketimbang moralisme negara; dan betapa pun
liciknya ideology peradaban bisnis, ia lebih bisa dipercaya ketimbang ideology
sosialis” (Heilbroner 1989:98).
Dalam artikel selanjutnya setelah hancurnya Blok Timur, dia bahkan
mengatakan lebih jelas, “Sosialisme adalah tragedi abad ini… Jelas bahwa
keruntuhannya menandai berakhirnya sosialisme sebagai model ekonomi”. Lebih
jauh, debat antara Ludwig von Mises dan Lange harus dikaji ulang dari sudut
peristiwa kontemporer. “Ternyata Mises benar”, kata Heilbroner (1990:91-
92).Artikel ini membuat Heilbroner dikecam rekan-rekan sosialisnya, seperti
terlihat dalam tulisan di Dissent dan publikasi sosialis lainnya. Tetapi Heilbroner
sudah mengubah paradigmanya.
11. P.T. Bauer: Suara Pembangkangan
20
Seorang kritikus ortodoksi pembangunan adalah P.T. Bauer dari London
School of Economic (LSE). Pada periode pascaperang Bauer sendirian
memerangi kebijakan bantuan asing, perencanaan sentral menyeluruh dan
nasionalisasi. Dia mencatat bahwa negara-negara industri seperti Inggris tidak
membuktikan tesis “lingkaran setan kemiskinan” dan menambhkan “Dalam
sejarah banyak orang, keluarga, kelompok, masyarakat dan negara, baik di Barat
maupun di Dunia Ketiga telah keluar dari kemiskinan menuju ke kemakmuran
tanpa bantuan luar” (Dorn 1998:27). Dia menyangkal bahwa negara-negara
kapitalis maju telah mencapai kemajuan dengan mengorbankan negara miskin dan
dia mengatakan bahwa investasi asing adalah unsur kunci untuk pembangunan di
Dunia Ketiga. Menurut Bauer, perencanaan negara bukan program pertumbuhan
yang bermanfaat, tetapi sebuah konsentrasi kekuasaan di tangan elite politik yang
akhirnya mengakibatkan korupsi dan penyalahgunaan.
Dalam salah satu artikel klasiknya, dia menulis tentang negara Asia yang,
pada akhir Perang Dunia II, berada dalam keadaan miskin. Negara itu hampir tak
punya sumber alam dan terpaksa mengimpor minyak dan bahan baku, dan bahkan
air. Negara itu menghadapi imigrasi massif, akhirnya menjadi negara paling padat
penduduknya di dunia. Partner dagangnya berjarak ribuan mil jauhnya. “Anda
pasti mengira bahwa negara ini akan hancur kecuali ia menerima bantuan
eksternal yang besar,” kata Bauer. Tetapi, kolonil kecil Hong Kong ini
berkembang berkat pemerintahan laissez faire, dan dewasa ini menjadi negara
paling makmur kedua di kawasan Pasifik (Bauer 1981:185-90).
Sejak jatuhnya model perencanaan sentral Soviet, tesis Rostow dikecam dan
pandangan Bauer mulai diterima. Bahkan Rostow baru-baru ini mengakui,
“Tampak ada kebenaran yang serius dalam pandangan Bauer” (1990:386).
Belakangan ini Bank Dunia telah bergeser ke pihak Bauer. Dalam sebuah studi
atas Empat Harimau dan keajaiban ekonomi Asia pada 1993, disimpulkan bahwa
“Pertumbuhan cepat dalam masing-masing negara terutama adalah berkat
penerapan seperangkat kebijakan ekonomi umum yang berorientasi pasar, yang
mengakibatkan akumulasi dan alokasi sumber daya secara lebih baik” (World
Bank 1993:vi) Laporan pembangunan Bank Dunai 1996, From Plan to Market,
jelas berpihak pada pasar. Joseph Stiglitz, ekonom Bank Dunia, mencatat,
“Kebanyakan [ekonom] menyimpulkan bahwa bantuan [asing] menekan tabungan
nasional” (Schmidt-Hebbel dan Serven 1999: 17-18).
12. Kritik Terhadap Bantuan Luar Negeri
Sebagian besar pinjaman, bantuan, dan hibah Bank Dunia seniali $500 miliar
telah disalurkan kepada pemerintah, sering kali tidak sampai ke masyarakat
miskin. Peter Bauer (kini Lord Bauer) bukan satu-satunya pengkritik kebijakan
ini. Salah satu pendukung solusi usaha swasta untuk memecahkan kemiskinan di
21
Dunia Ketiga adalah Muhammed Yunus, mantan profesor di Chittagong
University di Bangladesh, negara paling miskin di dunia. Pada 1983, Yunus
mendirikan Grameen Bank untuk menyediakan kredit mikro yang dibutuhkan
oleh pengusaha. Sekarang ratusan organisasi swasta dengan pinjaman mikro ini
berhasil mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan.
Dalam Banker to the Poor, Yunus mengecam Bank Dunia: “Kami di Grameen
Bank tidak pernah menginginkan atau menerima pendanaan Bank Dunia karena
kami tidak suka cara bank itu menjalankan usahanya”. Dia juga tidak suka
bantuan asing. “Kebanyakan negara kaya menggunakan anggaran bantuan asing
mereka terutama untuk mempekerjakan orang mereka sendiri dan menjual
barang-barangnya, sedangkan pengurangan kemiskinan tidak diutamakan…
proyek bantuan asing menciptakan birokrasi yang massif, yang dengan cepat
menjadi korup dan tidak efisien, menimbulkan kerugian besar… Bantuan uang
masih memperbesar pengeluaran pemerintah, yang seringkali bertentangan
dengan kepentingan ekonomi pasar… Bantuan asing menjadi jenis sumbangan
untuk negara kaya sedangkan miskin menjadi semakin miskin” (1999: 145-56).
Pernyataan Yunus ini mengejutkan mengingat dia dibesarkan dalam pengaruh
ekonomi Marxis. Tetapi setelah menerima Ph.D ekonomi di Vanderbilt
University, dia melihat dengan mata kepala sendiri, “bagaimana pasar [di
Amerika Serikat] membebaskan individu”. “Saya percaya pada kekuatan ekonomi
pasar bebas global dan alat-alat kapitalis… saya percaya bahwa meyediakan
bantuan untuk pengangguran bukan cara terbaik untuk menangani kemiskinan”.
Dia percaya bahwa “semua manusia mempunyai potensi menjadi entrepreneur”.
Karenanya Yunus percaya bahwa kemiskinan dapat dihapuskan dengan
meminjamkan modal kepada orang miskin yang dipakai untuk melakukan usaha
yang menghasilkan profit, bukan dengna member mereka sedekah pemerintah
atau mengontrol populasi (1995: 203-05).
Rekannya yang Marxis menyebut ini sebagai konspirasi kapitalis. “Apa yang
anda lakukan,” kata seorang professor komunis kepada Yunus, “adalah member
sedikit opium kepada orang-orang miskin… semangat revolusioner mereka
menjadi loyo. karena itu Grameen adalah musuh revolusi [komunis]” (Yunus
1999:203-05).
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Lincolin, 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN
Jhingan M.L., 2005. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
24