Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosialis dengan melakukan serangan balik dengan menggunakan argumen
mereka sendiri, yang dikenal sebagai “sosialisme pasar”. Oskar Lange seorang
sosialis Polandia, dan Fred M. Taylor, presiden AEA, berpendapat bahwa dewan
perencanaan pusat dapat menentukan harga melalui “trial and error”. Harga dapat
ditetapkan untuk menentukan permintaan dan penawaran setiap produk. Jika
terjadi kekurangan, harga dapat dinaikkan; jika surplus berlebihan, harga dapat
diturunkan. Lange bahkan menyarankanagar dewan perencanaan pusat
menetapkan harga “secara acak” dan kekurangan atau surplus akan menentukan
respons dewan (Lange dan taylor 1938:70).
Yang mengejutkan, sebagian besar ekonom percaya bahwa pendekatan “trial
and error”, yang dipakai oleh sosialis pasar ini, memang bisa bekerja. Seperti
ditulis oleh Jan Drewnowski, “Semua orang sekarang ini menyepakati kekeliruan
pendapat Mises bahwa kalkulasi ekonomi di bawah sosialisme secara teoritis
adalah mustahil” (Lavoie 1985:4). bahkan Josep Schumpeter, salah satu murid
Mises paling cemerlang, menolak tesis gurunya itu. Dia menulis “Dapatkah
sosialisme bekerja? Tentu saja bisa,” dan menambahkan, “Tatanan kapitalis
cenderung menghancurkan dirinya sendiri dan sosialisme sentral… tampaknya
akan menjadi penggantinya” (Schumpeter 1950:167).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana biografi tentang Joseph Schumpeter?
2. Bagaimana pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter?
3. Apa saja hasil karya yang dibuat oleh Joseph Schumpeter?
4. Bagaimana kiritikan tokoh lain terhadap pemikiran Joseph Schumpeter?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. mengetahui biografi tentang Joseph Schumpeter,
2. memahami pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter,
3. mengetahui hasil karya yang dibuat oleh Joseph Schumpeter, dan
4. mengetahui kiritikan tokoh lain terhadap pemikiran Joseph Schumpeter.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Joseph Schumpeter


Joseph Alois Schumpeter lahir pada 8 Februari 1883 di Morvia di kekaisaran
Austro-Hungaria. Schumpeter memulai studinya di bidang hukum pada University of
Vienna. Pada tahun 1906, dia menyelesaikan program doktornya di bidang ilmu
ekonomi di bawah bimbingan seorang tokoh neo klasik sekaligus pakar teori tentang
modal, Eugen Von Bohm-Bawerk. Pada tahun 1909, dia diangkat sebagai guru besar
di bidang ilmu ekonomi dan pemerintahan pada University of Czernowitz.

Setelah Perang Dunia I dan bangkitnya komunisme Soviet, Austria dikuasai


oleh sosialis. Schumpeter bergabung dengan Marxisme, dan mengatakan bahwa Marx
adalah “jenius besar”, dan pada 1919 dia berhasil meyakinkan menteri luar negeri
untuk mengangkat dirinya menjadi menteri keuangan, dan karena itu dia mengikuti
jejak gurunya, Eugen Bohm-Bawerk. Setelah diangkat, Schumpeter segera menjalani
gaya hidup mewah, menyewa kastil dan membeli peternakan kuda. Ketika ditanya
tentang gaya hidupnya, dia menjawab dengan enteng, “Krone ist Krone”, yang berarti
“mahkota adalah mahkota”. Orang-orang Austria awam, yang kelaparan dan miskin,
jelas tidak senang dengan jawaban itu (Swedberg 1991: 63).

Pada tahun 1919 sampai 1920, dia dipercaya menjadi menteri keuangan
Austria. Namun, tidak mengejutkan jika Schumpeter hanya menempati posisinya
selama setahun. Kemudian dia mencantumkan “bekas Menteri Keuangan” di dalam
daftar riwayat hidupnya, dia berhasil menjadi ketua dewan sebuah bank baru. Setelah
mendapat gaji yang sangat besar dan beragam fasilitas keistimewaan untuk menarik
cek besar, dia kembali ke gaya hidup mewahnya. Ketika diminta agar lebih bijaksana,
dia malah “menyewa Fiaker terbuka [kereta] dan mengendarainya di sepanjang
Kartnerstrasse, jalan utama di dalam kota pada siang hari dengan memangku dua
pelacur yang menggairahkan, yang satu berambut pirang dan yang satu berambut
coklat”. (Swedberg, 1991:68). Inilah salah satu perilaku Schumpeter yang dianggap
kasar oleh orang lain.

Kemudian pada tahun 1920 sampai 1924 menjalani kariernya sebagai


Presiden Brederman Bank, salah satu bank swasta terkemuka di Austria pada masa
itu.

Pada 1924, krisis ekonomi yang hebat melanda Austria, dan bank itu terpaksa
direstrukturisasi. Schumpeter tiba-tiba menghadapi segumpal utang dan pajak tanpa

2
punya pekerjaan. Akan tetapi, setahun kemudiaan, nasibnya mujur karena dia
ditawari ketua jurusan keuangan public di University of Bonn.

Pada akhir dekade 1820-an, seiring dengan invasi Nazi ke hampir seluruh
kawasan Eropa Tengah, Schumpeter hijrah ke AS, dan kota Hardvard menjadi tepat
berlabuhnya. Pada tahun 1932 sampai 1950, Schumpeter dikenal sebagai pengajar
yang baik.

Kehidupan cinta Schumpeter sangat ganjil. Pada 1906, saat berkunjung ke


London, dia tiba-tiba menikahi seorang perempuan Inggris yang 12 tahun lebih muda
darinya. Dia meninggalkannya begitu saja saat dia kembali ke Jerman untuk mengajar
di Bonn dan tak pernah secara resmi menceraikannya. Setelah serangkaian hubungan
asmara di luar nikah, Schumpeter yang saat itu berusia 32 tahun, menambatkan
hatinya pada gadis berumur 12 tahun (!) bernama Annie Reisinger. Dia mengatur
supaya gadis itu mendapat pendidikan dan menikah dengannya jika sudah dewasa.
Pada November 1925, Annie yang berusia 22 tahun dan Joseph yang berumur 42
tahun menikah di gereja Lutheran (meskipun dia adalah penganut Katolik).

Tetapi opera sabun Schumpeter ini belum berakhir. Setahun setelah


pernikahannya, ibunya meninggal dunia. Pada saat yang sama. Annie mengalami
kesulitan kehamilan, yang diperparah oleh ancaman istri pertama Schumpeter yang
ingin menuntut Schumpeter karena kawin lagi. Pada agustus 1926, sebulan setelah
ibunya meninggal, Annie meninggal saat melahirkan.

Schumpeter sangat terpukul oleh kejadian tragis ini sehingga selama bertahun-
tahun dia tak mengubah apapun yang ada di ranjang Annie, dan bahkan tidak
mengeluarkan pakaiannya dari kamar. Setiap pagi dia meletakkan mawar di makam
Annie. Tetapi dia mulai menyalin bagian-bagian dari catatan harian Annie, meniru
tulisan tangan dan kesalahan tanda bacanya. Ketika dia selesai meyalin seluruh
catatan harian itu, dia mulai lagi. Karena pengaruh Katoliknya, dia mulai mendoakan
almarhum istri dan ibunya. “Setiap kali dia akan melakukan sesuatu yang sulit, dia
akan meminta pertolongan kedua alhamrhum itu; dan saat segala sesuatu berjalan
lancer, dia akan berterima kasih kepada mereka”. (Swedberg, 1991: 74-75).
Schumpeter terkadang menulis “Hasen sei Dank” (Terima kasih Hasen) (Hasen,
secara literal adalah kelinci, menunjukkan seseorang yang sangat dicintai).

Mengingat perilaku Schumpeter yang aneh orang bertanya-tanya bagaimana


Schumpeter bisa mendapatkan pengakuan tinggi di dalam profesi ekonomi ini.
Tampaknya dia dihormati karena karya awalnya tentang perekembangan ekonomi
pada 1932, Frank Taussig, sesepuh ekonomi di Harvard menawarkan padanya sebuah
posisi di Universitas Harvardmkarena ingin mengubah hidupnya secara radikal,

3
Schumpeter meninggalkan Jerman dan tidak pernah kembali lagi ke Eropa. Dia
meninggalkan 28 peti berisi harta bendanya termasuk paper dan naskahnya. Dia
bahkan tak membawa salinan buku pertamanya.

Schumpeter pindah ke rumah Taussig dan tinggal disana selama 5 tahun.


taussig menjadi ayah bagi Schumpeter untuk melupakan tragedy keluarganya dimasa
lalu Schumpeter bekerja tak kenal lelah sepanjang waktu-malam-hingga malam, siang
dan bahkan di akhir pekan dan memeriksa dirinya sendiri dalam catatan pribadinya.
dia mengalami depresi dan berbagai macam penyakit.

Pada 1935 Schumpeter membayar semua utangnya dan mengambil alih


kursus Taussig setelah Taussig pensiun pada usia 75 tahun. Metode pengajaran
taussig bersifat sokratik : setelah memperkenalkan persoalan, dia dengan sabar
membimbing mahasiswa untuk memecahakan solusi sementara dia sendiri tidak
memberikan jawaban. gaya mengajar Schumpeter lebih internasional, dia
memperluas ruang lingkupnya sampai diluar ekonom inggris dan memperkenalkan
kepada mahasiswa beragam teoritisi eropa dan amerika meskipun gaya bicara
Schumpeter kadang sulit dipahami, karena aksen Viennanya yang kental, dia berhasil
membuat paul Samuelson terkesan :

Setelah mahasiswa berkumpul dikelas untuk mengikuti kuliah, Scumpeter akan


masuk setelah melepas topinya, sarung tangannya, dan mantelnya, dia memulai
pengajaran seperti biasanya, baju penting baginya : dia mengenakan baju woll yang
rapih yang dipadukan dengan hem, dasi, kaos kaki, dan sapu tangan. ( Harris 1951:
50-51).

Oleh mahasiswanya dia dipanggil “Schumpy”. Schumpeter orangnya ramah


terutama mahasiswa yang dapat bertemu dengannya secara reguler dikedai kopi.
Seperti Mises, dia tidak pelit dalam memberi nilai. salah satu lelucon yang terkenal
adalah dia memnberi nilai A hanya untuk 3 kategori mahasiswa : semua mahasiswa
Jesuit, semua perempuan, dan semua mahasiswa selain itu (Swedberg 1991:11).

Schumpeter boleh dikatakan merupakan orang pertama yang mendalami teori


pertumbuhan ekonomi, melalui salah satu tulisannya Theorie der Wirtschaftlichen
Entwicklung yang diterbitkan pada tahun 1911, dan kemudian pada tahun 1934 buku
tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of
Economic Development. Tema mengenai pertumbuhan ekonomi juga dibahas dalam
bukunya yang berjudul Capitalism, Sosialism and Democracy (1943).

Di sisi lain, meskipun Schumpeter dikenal sebagai salah satu pendiri


Econometric Society (1933), corak analisis Schumpeter sangat jauh dari kesan

4
matematis. Dia mengkombinasikan pemahamannya yang mendalam di bidang
sosiologi dengan teori-teori ekonomi konvensional, maka tidak heran jika Karl Max
dan Max Weber pun menjadi acuan utama pemikirannya. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa karya-karyanya, seperti on the Concept of Social Value (1909), The
Sociology of Imperialism (1919), Max Weber’s Work (1920), Social Classes in a
Ethnically Homogeneous Environment (1927) dan Comunist Manifesti in Sociology
and Economics (1949).

Schumpeter bukanlah seorang ekonom textbook. Dia lebih cenderung


dikategorikan sebagai ekonom praktis, di mana buah pemikirannya diformulasikan
menjadi serangkaian kebijakan dan strategi. Hingga saat ini, beberapa pemikiran
Schumpeter di bidang kebijakan ekonomi, kebijakan industri dan strategi inovasi
begitu terasa. Terlebih setelah diterbitkannya The Competitive Advantage of Nations-
nya Michael Portet di tahun 1990. Porter menggunakan pokok pikiran Schumpeter
tentang peranan inovasi yan dilakukan oleh para entrepreneurs dalam pembentukan
daya saing. Schumpeter wafat pada tanggal 8 Januari 1950, tepat satu bulan sebelum
dia merayakan ulang tahunnya yang ke-67.

B. Pemikiran dan Teori Joseph Schumpeter


Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang
berbahasa Jerman pada tahun 1911 yang kemudian pada tahun 1934 diterbitkan
dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic Development. Kemudian
dia mengulas lebih dalam teorinya mengenai proses pembangunan dan faktor utama
yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939
dengan judul Business Cycle dan Capitalism, Socialism and Democracy pada tahun
1942.
Pertama-tama Schumpeter mengasumsikan makna pembangunan ekonomi yaitu
adanya perekonomian persaingan sempurna yang berada dalam keseimbangan
mantap. Dalam keseimbangan mantap seperti itu terkandung keseimbangan
persaingan sempurna tidak ada laba, tidak ada suku bunga, tidak ada tabungan, tidak
ada investasi dan tidak ada pengangguran terpaksa. Keseimbangan ini ditandai oleh
apa yang menurut istilah Schumpeter disebut “arus sirkuler” yang senantiasa berulang
kembali dengan cara yang sama dari tahun ke tahun, sama halnya dengan sirkulasi
darah pada binatang. Dalam arus ini, barang yang sama diproduksi setiap tahun
dengan cara yang sama. “Bagi setiap penawaran telah menunggu suatu permintaan
yang sama disuatu tempat di dalam sistem perekonomian. Bagi setiap permintaan
menunggu pula penawaran yang sama”.

Dengan kata lain, semua kegiatan ekonomi selalu berulang dalam satu alur
perekonomian yang tak habis-habisnya. Menurut Schumpeter, “Arus sirkuler adalah

5
suatu aliran yang hidup dari sumber tenaga buruh dan lahan pertanian yang mengalir
secara terus-menerus, dan arus tersebut mengalir pada setiap periode ekonomi ke
dalam waduk yang kita sebut pendapatan, untuk dialihkan ke dalam pemuasan
keinginan”.

Menurut Schumpeter, pembangunan adalah perubahan yang spontan dan


terputus-putus pada saluran-saluran arus sirkuler tersebut, gangguan terhadap
keseimbangan yang selalu mengubah dan mengganti keadaan keseimbangan yang ada
sebelumnya”. Perubahan dalam kehidupan ekonomi yang spontan dan terputus-putus
ini tidak dipaksakan dari luar akan tetapi timbul atas inisiatif perekonomian sendiri
dan muncul diatas cakrawala kehidupan perdagangan industri. Unsur utama
pembangunan terletak pada usaha melakukan kombinasi baru yang didalamnya
terkandung berbagai kemungkinan yang ada dalam keadaan mantap.

1. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi


Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan
pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, meskipun keduanya
merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter,
pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan
oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi, tanpa adanya perubahan dalam “teknologi” produksi itu sendiri.
misalnya, kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal ataupun
penambahan faktor-faktor produksi tanpa adanya perubahan pada teknologi
produksi yang sama.
Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan
oleh adanya inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha (entrepreneurs). Inovasi
di sini bukan hanya berarti perubahan yang “radikal” dalam hal teknologi, inovasi
dapat juga direpresentasikan sebagai penemuan produk baru, pembukaan pasar
baru, dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari
sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para pengusahanya.
Menurut schumpeter, pembangunan ekonomi akan berkembang pesat dalam
lingkungan masyarakat yang menghargai dan merangsang setiap orang untuk
menciptakan hal-hal yang baru (inovasi), dan lingkungan yang paling cocok untuk
itu adalah lingkungan masyarakat yang menganut paham laissez faire, bukan
dalam masyarakat sosialis ataupun komunisyang cenderung mematikan kretivitas
penduduknya. Dalam masyarakat yang menganut mekanisme pasar, besarnya
insentif yang akan diterima seseorang karena adanya peneuman-penemuan baru
lebih besar dibandingkan dengan insentif yang diterima oleh masyarakat sosialis.
Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan
teknologi yang menunjang adanya kreativitas para pengusaha. Adanya lingkungan

6
yang menunjang kreativitas akan mampu melahirkan beberapa pengusaha perintis
(pioneer) yang mencoba menrapkan ide-ide baru mereka dalam kehidupan
ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah, dan sebagainya).
Mungkin tidak semua pengusaha perintis yang menuai sukses dalam inovasinya
tersebut, dia akan memperoleh keuntungan monopoli atas buah kreativitasnya,
karena di mata konsumen belum ada pengusaha lain yang melakukan terobosan
seperti yang dia lakukan.
Namun, perlu untuk diingat bahwa posisi monopoli tersebut tidak akan
bertahan lama, karena hal yang sama senantiasa menyertai inovasi adalah adanya
imitasi. Seorang inovator akan terus menerus berada diatas apabila dia selalu
melakukan improvisasi atas inovasi-inovasinya terdahulu. Posisi monopoli ini
akan menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima oleh
para pengusaha yang tidak melakukan inovasi. Keuntungan monopolistis ini
merupakan imbalan bari para inovator dan sekaligus juga merupakan rangsangan
bagi para calon inovator. Sehingga, hasrat untuk berinovasi seringkali terdorong
oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.\
Menurut Schumpeter, inovasi mempunyai tiga pengaruh yaitu:
a. diperkenalkannya “teknologi” baru
b. menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan
sumber dana penting bagi akumulasi modal
c. inovasi akan selalu diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu
adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut.
Proses peniruan (imitasi) tersebut pada akhirnya akan diikuti oleh investasi
(akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut. Proses peniruan ini akan
berpengaruh pada dua hal, yaitu:
a. menurunya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator, dan
b. adanya penyebaran teknologi baru (technological dissemination) di dalam
masyarakat sehingga teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli bagi
pencetusnya.

2. Faktor-faktor Penunjang Inovasi


Schumpeter membedakan pengertian inovasi dan invensi (penemuan).
Seseorang yang menemukan mesin uap dapat disebut sebagai dapat disebut
sebagai seorang inventor (penemu), tetapi bukan inovator. Pengusaha yang
pertama kali mendiriakan perusahaan kereta api adalah inovatornya. Dengan kata
lain, inovasi adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia bisnis dan
kemasyarakatan. Jadi seorang inovator belum tentu inventor, begitu pula
sebaliknya.

7
Menurut Schumpeter, ada lima macam kegiatan yang dapat dikelompokkan
sebagai inovasi yaitu:
a. diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada
b. diperkenalkannya cara berproduksi baru
c. pembukaan daerah-daerah pasar baru
d. penemuan sumber-sumber bahan mentah baru
e. perubahan organisasi industri sehingga tercipta efisiensi dalam industri
Ada dua prasyarat yang memungkinkan untuk tercipatanya sebuah inovasi
yaitu:
a. harus tersedia cukup calon-calon pelaku inovasi (inovator dan entrepreneurs)
di dalam masyarakat, dan
b. harus ada lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang dapat merangsang
semangat inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi.

3. Peranan Inovator
Sedangkan yang dimaksudkan dengan inovator atau entrepreneur adalah
orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis ynang mempunyai semangat dan
keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi kenyataan. Seorang inovator
biasanya berani mengambil risiko (risk taker), karena memang ide-ide baru
tersebut belum pernah diterapkan sebelumnya. ada dua alasan yang menyebabkan
mereka berani mengambil resiko yaitu:
a. adanya kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan monopolis jika
usahanya berhasil, dan
b. adanya semangat dan keinginan pada diri mereka untuk bisa mengalahkan
para pesaing mereka melalui ide-ide baru.
Jelas bahwa seorang inovator atau entrepreneur, menurut Schumpeter,
bukanlah sekadar pengusaha atau wirausaha biasa. Hanya mereka yang berani
mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang dapat disebut sebagai seorang
entrepreneur. Menurut Schumpeter, pengusaha yang hanya mengelola secara rutin
perusahaannya bukanlah seorang entrepreneur namun hanyalah seorang manajer.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kunci dalam proses inovasi adalah
adanya lingkungan yang menunjang terjadinya inovasi tersebut. Salah satu
pendapat Schumpeter yang menjadi landasan teori pembangunanya adalah adanya
keyakinan bahwa sistem kapitalis merupakan sistem yang paling baik untuk
menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Menurut Schumpeter, sistem
kapitalis yang didukung oleh adanya kebebasan dalam berusaha dan lembaga-
lembaga sosial politik yang dinamis merupakan lingkungan yang paling subur bagi
timbulnya inovator dan inovasi. Hanya dalam sistem inilah, menurut Schumpeter,
semangat berinovasi tinggi.

8
Namun, Schumpeter meramalkan bahwa dalam jangka panjang sistem
kapitalisme akan mengalami ke-mandeg-an (stagnasi). Pendapat ini sama dengan
pendapat kaum klasik.Menurut Schumpeter, ada dua faktor lain yang menunjang
terlaksananya inovasi, yaitu:
a. adanya cadangan ide-ide baru yang relevan, dan
b. adanya sistem perkreditan (lembaga keuangan) yang dapat menyediakan dana
bagi para entrepreneur untuk dapat merealisasikan ide-ide tersebut menjadi
kenyataan.
Schumpeter memberikan peranan innovator tidak kepada kapitalis tetapi
kepada pengusaha. Pengusaha bukanlah seorang manusia yang mempunyai
kemampuan manajemen biasa tetapi seorang yang memperkenalkan sesuatu yang
sama sekali baru. Dia tidak menyediakan dana tetapi mengatur pemakaiannya.
Pengusaha didorong oleh (a) keinginan untuk mendirikan kerajaan bisnis swasta,
(b) keinginan untuk menguasai dan membuktikan superrioritasnya, dan (c)
kesenangan membuat dan mendapatkan sesuatu atau sekedar menyalurkan
kepintaran dan tenaga seseorang. Sifat dan tindakannya tergantung pada
lingkungan sosio-budayanya. Untuk menjalankan fungsi ekonominya pengusaha
memerlukan dua hal : pertama, adanya pengetahuan teknologi dalam rangka
memproduksi barang-barang baru, dan kedua, kemampuan mengatur faktor-faktor
produksi dalam bentuk modal pinjaman. Menurut Schumpeter ada segudang
pengetahuan teknologi yang belum dimanfaatkan, tapi pengusaha sudah
menggunakannya. Karena itu, modal pinjaman penting untuk memulai
pembangunan.
Cadanganan ide-ide baru merupakan hasil penemuan para inovator. Adanya
cadangan ide-ide baru yang melimpah menunjukkan adanya kelompok inovator
yang cukup di dalam masayarakat dan danya lingkungan ilmiah yang menunjang
terciptanya inovasi. Di sinilah peran masyarakat ilmiah (dunia akademisi) yang
dinamis sebagai salah satu unsur dari adanya inovasi.
Sistem perkreditan (lembaga keuangaan) yang ada juga berperan sebagai
faktor penunjang bagi terwujudnya inovasi, karena sistem perkreditan berfungsi
sebagai penyedia dana bagi mereka yang tidak memiliki dana namun mempunyai
rencana penggunaan dana untuk melakukan inovasi. Tanpa adanya sistem kredit,
hanya mereka yang mempunyai danalah yang dapat menjadi inovator. Oleh karena
itu, perlu adanya jalinan kerjasama yang erat antara penyediaa dana dan calon
inovator. Secara diagramatis, proses pembangunan ekonomi menurut Schumpeter
disajikan pada Gambar 1.1.

9
Gambar 1.1.
Proses Kemajuan Ekonomi Menurut Schumpeter

P
E Akumulasi
Lingkungan sosial, Profit
M
B politik dan teknologi Kapital
A yang menunjang inovasi
N Perbaikan
G Teknologi
U
N Wirausaha Inovasi
A
N

Imitasi Kenaikan
Output

Pertumbuhan
Penduduk

Tabungan Rutin Akumulasi Kapital


Masyarakat Tanpa Perbaikan
Teknologi

Secara singkat, pengusaha merupakan tokoh kunci didalam analisa


Schumpeter. Mereka menghasilkan pembangunan ekonomi dalam cara yang
spontan dan terputus-putus dan gerak siklis merupakan biaya pembangunan
ekonomi dibawah kapitalisme, suatu ciri tetap perjalananya yang
dinamis.Keseluruhan proses yang telah dijelaskan di muka akan mampu
meningkatkan output masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses
pembangunan ekonomi. Menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang
paling penting adalah pembangunan ekonomi, bukan pertumbuhan.

4. Analisis Schumpeter Dan Negara Terbelakang


Kemungkinan penerapan teori Schumpeter dan negara terbelakang begitu
terbatas:

10
a. Perbedaan tatanan sosial-ekonomi. Teori Schumpeter berkaitan dengan tatanan
sosial-ekonomi tetentu yang ada di Eropa Barat dan Amerika pada abad ke-18
dan 19. Pada saat itu, sudah ada prasarat pertumbuhan. Di negara terbelakang
kondisi sosial-ekonominya sama sekali berbeda dengan tidak ada prasyarat
pembangunan dalam bentuk overbead ekonomi dan sosial.
b. Kurangnya kewiraswastaan. Analisis Schumpeter bergantung pada adanya
kaum pengusaha. Akan tetapi, negara terbelakang kekurangan jiwa wiraswasta
yang memadai. Pada perkembangan ekonomi yang seperti itu, rendahnya
harapan laba dan keadaan teknologi tidak mendorong investasi yang bersifat
inovasi pada pabrik dan peralatan baru. Selain itu kurangnya tenaga yang
memadai, angkutan, tenaga trampil, dan lain-lain bertindak sebagai penggerak
kegiatan wiraswasta.
c. Tidak dapat diterapkan pada negara sosialis. Analisis Schumpeter tidak akan
diterapkan pada mayoritas negara terbelakang yang mempunyai kecenderungan
sosialis. Sebagai contoh, langkah jaminan sosial dan jaminan pajak pendapatan
progresif yang tinggi bertentangan dengan perkembangan golongan pengusaha
karena hal itu cenderung mengurangi laba.
d. Tidak dapat diterapkan pada ekonomi campuran. Inovator (menurut versi
Schumpeter) adalah pengusaha swasta yang tidak sesuai dengan ekonomi
campuran masa kini. Di negara terbelakang, pemerintah adalah pengusaha yang
paling besar.
e. Yang dibutuhkan adalah perubahan kelembagaan dan bukan inovasi. Untuk
memulai proses pembangunan dan membuatnya “bedikari” yang diperlukan
bukannya inovasi saja tetapi kombinasi dari beberapa faktor seperti stuktur
organisasi, praktek bisnis, tenaga yang trampil dan nilai-nilai, sikap dan
motivasi yang tepat.
f. Asimilasi inovasi. Menurut Henry Wallich, proses pembangunan di negara
terbelakang didasarkan tidak pada inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi
yang ada karena pengusaha di negara terbelakang tidak berada dalam posisi

11
mengadakan inovasi malahan mereka mengambil inovasi yang terjadi di negara
maju.
g. Mengabaikan konsumsi. Proses Schumpeter “berorientasi produksi” sementara
proses pembangunan “berorientasi konsumsi”. Penilaian ini sekarang telihat
pada adanya kecenderungan menuju negara kesejahteraan di mana permintaan
dan konsumsi memainkan peran penting.
h. Mengabaikan tabungan. Penekanan utama Schumpeter pada arti kredit bank
mengabaikan arti tabungan rill dalam investasi. Hal itu juga mengurangi arti
penting anggaran belanja defisit, tabungan anggaran belanja, kredit utama dan
langkah fiskal lainnya dalam pembangunan ekonomi.
i. Mengabaikan pengaruh eksternal. Menurut Schumpeter, pembangunan
merupakan hasil dari perubahan yang muncul dari dalam perkonomian, tetapi di
negara terbelakang perubahan tidak terjadi dari dalam perekonomian, malah
perubahan tersebut adalah hasil dari gagasan, teknologi, dan modal yang
diimpor. Teknologi yang terbelakang , tabungan potensial yang rendah dan
lembaga sosial, ekonomi dan politik yang ketinggalan zaman tidak mampu
mendorong pembangunan dari “dalam”.
j. Mengabaikan pertumbuhan penduduk. Lebih lanjut Schumpeter lalu
mempertimbangkan dampak pertumbuhan penduduk pada pembangunan
ekonomi suatu negara. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi cenderung
menurunkan tingkat petumbuhan ekonomi yang sedang berkembang.
k. Penjelasan yang tidak memuaskan mengenai tekanan inflasi. Pada sistem
Schumpeter gerakan inflasi merupakan bagian integral dari proses
pembangunan, tetapi gerakan tersebut tidak mencakup inflasi jangkap panjang.
Tingkat harga jangka panjang tetep stabil. Namun demikian, dalam ekonomi
terbelakang bebas inflasi sangat kuat. permintaan sosial yang bekerja melalui
seluruh serikat buruh dan politik berusaha untuk mengaduk lebih banyak
daripada yang dapat dihasilkan oleh peekonomian itu sendiri melalui poduksi
domestik dan perdaganga internasional. Bukan hnaya pembangunan dan

12
investasi terkait yang menjadi penyebab kecenderungan inflasi, tetapi seleuruh
iklim sosial dari perekonomian yang berosientasikan permintaan”.
Walaupun demikian, teori Schumpeter menggaris bawahi pentingnya
pembiayaan-pembiayaan infrasioner dan inovasi sebagai faktor utama dalam
pembangunan ekonomi. Pembiayaan infrasioner merupakan suatu metode tepat
yang kini dicoba untuk diterapkan oleh setiap negara terbelakang. Analisisnya
relevan dengan negara terbelakang dilihat dari segi kenaikan jangka penjang
produktifitas dan penyerapan surplus tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang
menguntungkan sebagai akibat dari inovasi. Meskipun teorinya dimaksudkan
untuk menganalisa kapitalisme barat namun dapat memberikan petunjuk mengenai
masalah yang mungkin timbul di negara terbelakang, sekali suatu proses
industrialisasi mulai, serta memberi pelajaran untuk menghindari kesulitan
tambahan dan tidak perlu yang menyertai suatu pembangunan yang tidak
terkoordinasi dan tidak terencana.
5. Runtuhnya Kapitalisme
Proses berakhirnya kapitalisme menurut Schumpeter, kapitalisme hanya dapat
mempertahankan diri sejauh para pengusaha bertindak seperti kesatria dan pioner
tetapi inovator yang berani seperti itu dirusak oleh sistem kapitalisme sendiri yang
melandaskan dirinya pada sikap rasional, skeptis, dan ingin tahu itu meresap ke
seluruh masyarakat kapitalis. Akibatnya muncul tiga tekanan yang merupakan
awal dari kematian kapitalisme secara perlahan, yaitu:
a. kemerosotan fungsi kewiraswastaan,
b. keluncuran keluarga borjuis, dan
c. kerusakan kerangka kelembagaan masyarakat kapitalis.
Berkaitan dengan sistem kapitalis, Schumpeter mengemukakan tiga pendapat
utama. Pertama, sistem kapitalis merupakan sistem yang paling cocok bagi
timbulnya inovasi, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, menurut Schumpeter, bagi NSB yang berusaha mengejar kemajuan
ekonomi (pertumbuhan output) maka sistem kapitalis sangatlah sesuai untuk
diterapkan.

13
Kedua, Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis
akan mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan sekaligus
distribusi pendapatannya juga akan lebih merata. Distribusi pendapatan yang
semakin merata ini disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang akan berdampak
pada melimpahnya barang-barang konsumsi.
Pada awal kapitalisme, daya penggerak hidupnya berasal dari pengusaha yang
berani mengadakan inovasi, eksperimen, dan ekspansi. Tetapi pada saat ini inovasi
menjadi sesuatu yang rutin. Kemajuan teknologi menjadi urusan Tim Ahli yang
terlatih. Raja baru bisnis adalah para manajer, pemilik tanpa nama dan birokrat
swasta. Ini menurunkan tempat kaum borjuis industri menjadi kelas penerima upah
dan dengan demikian merusak fungsi dan posisi pengusaha sebagai prajurit
pejuang.
Kehancuran terjadi pada keluarga borjuis. Orang tua mengambil sikap
rasional dalam tingkah laku mereka terhadap anak-anak. Ide keluarga tradisional
menjadi lemah. Keinginan untuk mendirikan kerajaan swasta atau dinasti tidak ada
lagi. Keinginan untuk mengakumulasi kesejahteraan hilang secara berangsur
bersamaan dengan hilangnya aspek penting masyarakat kapitalis lainnya.
Ketiga, Schumpeter menyatakan bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis
akan “runtuh”, karena adanya transformasi gradual di dalam sistem tersebut
menuju ke arah sistem yang lebih bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis itu
sendiri akan berubah justru karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan
ekonomi dan kemakmuran. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan
masyarakat, maka akan terjadi proses perubahan pandangan masyarakat yang
semakin jauh dari sistem kapitalis murni (pure capitalist). Hal tersebut ditunjukan
oleh adanya sistem tunjangan sosial (social security system) bagi masyarakat yang
kurang mampu, adanya pendidikan yang murah bahkan pendidikan yang gratis,
adanya sistem asuransi bagi warga negara, dan sebagainya.
Akhirnya Schumpeter berpendapat bahwa pengusaha juga cenderung merusak
kerangka kelembagaan masyarakat kapitalis. Kecenderungan terhadap pemusatan
ke dalam perusahaan besar melemahkan dan merusak lembaga kembar milik

14
pribadi dan kebebasan mengikat kontrak. Dalam hal perusahaan besar, pemiliknya
adalah para pemegang saham kecil dan besar yang dibuat menjadi samar dan tidak
berfungsi oleh para manajer profesional yang digaji. Peranan pemilik dimainkan
oleh yang disebut terakhir, sementara yang disebut pertama sama sekali dipisahkan
dari manajemen aktif. Menurut Schumpeter, rasionalitas inilah yang telah merusak
kekuatan kerajaan di masa lampau. Juga pada saat ini, sikap rasional kelompok
pengusaha terhadap masalah domestik dan internasionallah akan menjadi racun
bagi kapitalisme. Tetapi ke semua kekuatan ini tidaklah cukup untuk
mendentangkan lonceng kematian kapitalisme. Permusuhan hebat para
intelektuallah yang kini membawa hari keruntuhan kapitalisme menjadi semakin
dekat. Para intelektual tersebut menyebarkan benih-benih kebimbangan dan
ketidakpuasan di hati masyarakat terhadap kerangka sosial dan politik orde
kapitalis, dengan menghasut kelompok pegawai negeri dan kaum buruh dengan
janji pembaharuan politik dan kapitalis. Akibatnya kerangka kelembagaan yang
menjadi dasar kapitalisme berpijak mulai ambruk dan disitu ada gerakan selangkah
demi selangkah menuju sosialisme. Akhirnya kapitalisme akan mati tanpa
dentruman atau rintihan apapun.

C. Karya Joseph Schumpeter


1. Schumpeter Menulis Bestseller Internasional

Selama dalam keadaan depresi dan terisolasi pada 1940-an, Schumpeter


memublikasikan karyanya yang paling terkenal, capitalism, socialism, and
democracy (1942), yang direvisi sdua kali sepanjang hayatnya. buku ini laris di
tingkat internasional dan diterjemahkan ke dalam 16 bahasa, termasuk Persia,
korea, dan hindia. buku ini bukan sekedar karya ekonomi, tetapi juga ilmu politik
dan sosiologi dan bisa diaplikasikan pada bidang ilmu sosial lainnya.

2. Dinamika ”Destruksi Kreatif”

Capitalism, Socialism, and Democracy, yang tebalnya 431 halaman, secara


keseluruhan adalah bacaan yang berbelit-belit, tetapi penuh dengan ide jenius dan
pargraf yang kuat. Schumpeter menulis tentang dinamika kapitalisme pasar dan
bagaimana kekuatan penganggu dari teknologi akan melemahkan kondisi

15
ekuilibrium. terkadang frase-frasenya, seperti “destruksi kreatif”, terdengar
seperti interpretasi Marxis atas sejarah. dengan meminjam gagasan gurunya dari
Vienna, Friedruch von Wieser, dia melihat entrepreneur sebagai katalis utama
dalam apa yang dinamakan Schumpeter sebagai “destruksi kreatif” sistem pasar.
kapitalisme “tak pernah stasioner”. Proses industri “terus-menerus
merevolusionerkan struktur ekonomi dari dalam, terus-menerus menghancurkan
struktur lama, dan terus-menerus menciptakan yang baru”(Schumpeter 1950: 82-
83).

Schumpeter tidak khawatir dengan tumbuhnya perusahaan-perusahaan besar


seperti Ford, Standard Oil, atau internasinal Business Machines, perusahaan-
perusahaan monopolistic dalam tahap awal pertumbuhannya sangat inovatif Dn
mengandung risiko yang besar, kata Schumpeter. mereka juga menarik kompetisi
yang kuat, sehingga satu generasi kemudian, akan ada yang akan menggantikan
monopoli lama. Schumpeter tidak akan terkejut jika Microsoft mengalahkan IBM,
atau Toyota mengungguli Ford. dia menolak model “persaingan sempurna”
chamberlin-robinson sebagai sesuatu yang ideal. menurut Schumpeter, persaingan
adalah sebuah proses, bukan keadaan proses yang terus-menerus menciptakan
dirinya sendiri, jadi persaingan bukan titik ekuilibrium statis. dia
menyimpulkan,”Kontruksi teoritis yang mengabaikan elemen esensial ini ….
adalah seperti Hamlet tanpa pangeran Denmark”(1950: 56).

3. Schumpeter Memberikan Sumbangan Terakhir

Karya terakhir Schumpeter dipublikasikan setelah dia meninggal pada 1950


dalam usia 67 tahun. Selama hampir satu dekade, dia mengerjakan buku
besarnya, History of Economic Analysis. dia bersikeras menulis “karya sejarah”,
sebuah proyek yang tak pernah dia selesaikan. setelah kematiannya, jandanya,
Elizabeth, menemukan banyak bagian dari naskahnya tersebar di rumah dan
kantornya. dengan bantuan Wassily Leontif, Paul Sweezy dan kawan lainnya,
Elizabeth melakukan usaha keras menyunting dan mengetik ulang naskah itu
selama beberapa tahun. akhirnya, dia harus menjual rumahnya untuk
menyelesaikan karya itu. upaya itu sangat melelahkan sehingga Elizabeth
meninggal sebelum buku itu diterbitkan. akhirnya, buku oitu diterbitkan oleh
Oxford University Press pada tahun 1954, dengan tebal 1260 halam. sekarang
buku itu dianggap sebagai sejarah pemikiran ekonomi definitif.

4. Beberapa karya-karya Schumpeter yang lain, seperti on the Concept of Social


Value (1909), The Sociology of Imperialism (1919), Max Weber’s Work (1920),

16
Social Classes in a Ethnically Homogeneous Environment (1927) dan Comunist
Manifesti in Sociology and Economics (1949).
5. Beberapa hasil karya buku dari Joseph Schumpeter yang paling terkanal
diantaranya; “Capitalism, Sosialism, and Democracy” pada tahun 1942, ”The
Theory of Economic Development” pada tahun 1934, dan “Busines Cycle” pada
tahun 1939.
Gambar 1.2
Buku-buku Joseph Schumpeter

D. Kritik Terhadap Pemikiran dan Teori Joseph Schumpeter


Teori Schumpeter harus diajarkan sebagai suatu karya besar, suatu karya yang
sejajar dengan karya ahli ekonomi besar seperti, Smith, Mill, Marx, Marshall, dan
Keynes”. Jelas teori ini penuh dengan pemikiran dan wawasan yang cemerlang dari
seorang teoitis besar, namun tidak berarti lepas dari kritik.
1. Keseluruhan teori Schumpeter didasarkan pada inovator yang dianggapnya
sebagai pibadi yang ideal. Orang seperti itu ditemui pada abad ke -18 dan 19.

17
Pada masa itu, inovasi dilakukan oleh para pengusaha atau penemu (pencipta).
Tetapi sekarang semua bentuk inovasi merupakan bagain dari fungsi peusahaan
modal bersama. Inovasi dianggap sebagai kebiasaan sehari-hari perusahaan
industri dan tidak memerlukan inovator semata-mata.
2. Menurut Schumpeter, pembangunan ekonomi adalah akibat dari proses skills
pasang naik dan pasang surut tidak penting bagi pembangunan ekonomi.
Sebagaimana Nurkse kemukakan, pembangunan ekonomi berkaitan dengan
perubahan yang berkesinambungan.
3. Pendapat Schumpeter bahwa perubahan skills merupakan akibat inovasi juga
tidak benar. Kenyataanya, fluktuasi skils bisa karena sebab-sebab psikologis,
natural, dan finansial.
4. Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi.
Tetapi, ini jauh dari kenyataan. Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung
kepada inovasi tetapi juga pada banyak perubahan ekonomi dan sosial lain.
5. Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank.
Kedit bank barang kali memang penting dalam jangka pendek ketika perusahaan
industri mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Tetapi dalam jangka panjang,
ketika kebuthuan akan dana dan modal semakin besar, kredit bank tidak memadai
lagi. Karenanya bagian-bagian bisnis harus memberikan saham dan surat utang
baru di pasar modal.
6. Analisis Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme
tidak benar. Dia tidak menganalisa bagaimana suatu masyarakat kapitalis berubah
menjadi sosialis. Dia menyatakan secara naif bahwa kerangka kelembagaan
masyarakat kapitalis berubah dengan adanya perubahan pada fungsi-fungsi
pengusaha. Analisinya mengenai berakhirnya kapitalis agak emosional ketimbang
rill. Akhirnya Meier dan Baldwin berpendapat, “Analisis sosio-ekonomi
Shumpeter yang luas mengenai proses kapitalis secara umum mengagumkan”.
Namun demikian hanya sedikit orang yang bersedia menerima keseimpulannya.
Argumennya membangkitkan semangat tetepi sama sekali tidak meyakinkan.
Walaupun analisia Schumpete provokatif, ia napak sangat bepihak dan sangat
berat sebelah.
7. “Sosialisme Pasar” Menang
Sosialis dengan melakukan serangan balik dengan menggunakan argument
mereka sendiri, yang dikenal sebagai “sosialisme pasar”. Oskar Lange seorang
sosialis Polandia, dan Fred M. Taylor, presiden AEA, berpendapat bahwa dewan
perencanaan pusat dapat menentukan harga melalui “trial and error”. Harga dapat
ditetapkan untuk menentukan permintaan dan penawaran setiap produk. Jika
terjadi kekurangan, harga dapat dinaikkan; jika surplus berlebihan, harga dapat
diturunkan. Lange bahkan menyarankan agar dewan perencanaan pusat

18
menetapkan harga “secara acak” dan kekurangan atau surplus akan menentukan
respons dewan (Lange dan taylor 1938:70).
Yang mengejutkan, sebagian besar ekonom percaya bahwa pendekatan “trial
and error”, yang dipakai oleh sosialis pasar ini, memang bisa bekerja. Seperti
ditulis oleh Jan Drewnowski, “Semua orang sekarang ini menyepakati kekeliruan
pendapat Mises bahwa kalkulasi ekonomi di bawah sosialisme secara teoritis
adalah mustahil” (Lavoie 1985:4). bahkan Joseph Schumpeter, salah satu murid
Mises paling cemerlang, menolak tesis gurunya itu. Dia menulis “Dapatkah
sosialisme bekerja? Tentu saja bisa,” dan menambahkan, “Tatanan kapitalis
cenderung menghancurkan dirinya sendiri dan sosialisme sentral… tampaknya
akan menjadi penggantinya” (Schumpeter 1950:167).
8. Anti-Keynes
Ketika Harvard menjadi pusat ekonomi Keynesian, Schumpeter yang iri
merasa tertantang oleh kesuksesan Keynes. Dia menulis ulasan yang sangat
negative terhadap General Theory Keynes, dan ketika Keynes meninggal pada
1946, tulisan memorial Schumpeter dalam American Economic Review penuh
dengan komentar yang tajam (Schumpeter 1946). Dalam catatan hariannya dia
menulis “Kita semua menyukai kesalahan yang mencolok ketimbang kebenaran
yang kecil”. Schumpeter, seperti Mises dan Hayek, selalu berpendapat bahwa
Depresi pasti terjadi dan tidak boleh dicampuri dengan pengeluaran deficit atau
reinflasi.
Mungkin permusuhan Schumpeter ini adalah karena kecemburuan
professional. Keynes mengungguli Schumpeter. Karya tebal Schumpeter,
Business Cycles (1939), dinilai buruk oleh Simon Kuznets. Schumpeter selalu
membanggakan diri sendiri, tetapi pengakuan terhadap dua karya klasiknya,
Capitalsm, Socialism and Democracy (1950{1942}) dan History of Economic
Analysis (1954) baru diterima setelah ia meninggal.
9. Anti-Roosevelt
Selama masa perang, Schumpeter tampaknya semakin eksentrik, semakin
tidak seimbang dan semakin terisolasi. Dia terus berbicara dengan dengan
almarhum istri dan ibunya. Catatan hariannya penuh referensi pada kematian dan
memuat kebencian terhadap “Negro, Yahudi dan orang tak normal”. Salah satu
pernyataannya berbunyi, “Sebagaimana tarian nigger adalah tarian sekarang,
demikian pula ekonomi Keynesian adalah ekonominya sekarang”.
Pada suatu pesta cocktail 1944, ketika Roosevelt masih menjabat presiden
pada tahun keempatnya, seorang perempuan bertanya kepada Schumpeter apakah
dia akan meilih Roosevelt lagi, dan Schumpeter menjawab dengan masam,
“Saudaraku, jika Hitler mencalonkan diri menjadi Presdien dan Stalin sebagai

19
Wakil Presiden, saya akan memilih mereka untuk mengalahkan Roosevelt”
(Swedberg 1991:141). Dia berpikir bahwa Hitler akan menang perang.
Perilaku reaksionernya tetap tak berkurang meski dia menikah lagi, kali ini
dengan Elizabeth Boody pada 1937. Istri barunya ini dituduh anti-Roosevelt dan
pro-Jepang, tetapi istrinya ini kelak menjadi orang penting dalam menyelesaikan
sejarah ekonominya “yang tak pernah selesai”.
10. Akhir Perdebatan “Mises Benar!”
Jatuhnya Uni Soviet dan Komunisme Blok Timur akhirnya mengakhiri
perdebatan tentang sistem ekonomi komparatif yang telah berlangsung selama
lebih dari seabad. Schumpeter ternyata terlalu pesimis terhadap masa depan
kapitalisme dan terlalu optimis terhadap kemampuan sosialisme.
Salah satu murid Schumpeter di Harvard, Robert Heilbroner, menjadi seorang
sosialis dan menganut Marxisme. Dia kelak menulis The Worldly Philosophers
(1999 {1953}), sejarah ilmu ekonomi paling popular yang pernah ditulis.
Dibawah pengaruh antara lain Schumpeter dan Adolph Lowe, Heilbroner
menyimpulkan bahwa Mises keliru dan sosialisme dapat bekerja baik. Dia
mempertahankan pendapatnya ini selama bertahun-tahun.
Pada akhir 1980-an, tak lama sebelum ambruknya Tembok Berlindan
jatuhnya Uni Soviet, Heilbroner mulai mempertimbangkan ulang pandangannya.
Dalam artikel yang mengejutkan di New Yorker yang diberi judul “The Triumph
of Capitalism”, Heilbroner menulis bahwa debat lama antara kapitalisme dan
sosialisme sudah usai dan kapitalisme telah menang.
Dia mengatakan, “Uni Soviet, Cina dan Eropa Timur telah member kita bukti
paling jelas bahwa kapitalisme mengatur urusan materi umat manusia secara lebih
memuaskan ketimbang sosialisme; bahwa berapa pun tidak seimbang dan tidak
bertanggung jawabnya pasar dalam mendistirbusikan barang, ia melakukannya
dengan lebih baik ketimbang ekonomi terencana; betapa pun cerobohnya kultur
komersialisme, ia lebih menarik ketimbang moralisme negara; dan betapa pun
liciknya ideology peradaban bisnis, ia lebih bisa dipercaya ketimbang ideology
sosialis” (Heilbroner 1989:98).
Dalam artikel selanjutnya setelah hancurnya Blok Timur, dia bahkan
mengatakan lebih jelas, “Sosialisme adalah tragedi abad ini… Jelas bahwa
keruntuhannya menandai berakhirnya sosialisme sebagai model ekonomi”. Lebih
jauh, debat antara Ludwig von Mises dan Lange harus dikaji ulang dari sudut
peristiwa kontemporer. “Ternyata Mises benar”, kata Heilbroner (1990:91-
92).Artikel ini membuat Heilbroner dikecam rekan-rekan sosialisnya, seperti
terlihat dalam tulisan di Dissent dan publikasi sosialis lainnya. Tetapi Heilbroner
sudah mengubah paradigmanya.
11. P.T. Bauer: Suara Pembangkangan

20
Seorang kritikus ortodoksi pembangunan adalah P.T. Bauer dari London
School of Economic (LSE). Pada periode pascaperang Bauer sendirian
memerangi kebijakan bantuan asing, perencanaan sentral menyeluruh dan
nasionalisasi. Dia mencatat bahwa negara-negara industri seperti Inggris tidak
membuktikan tesis “lingkaran setan kemiskinan” dan menambhkan “Dalam
sejarah banyak orang, keluarga, kelompok, masyarakat dan negara, baik di Barat
maupun di Dunia Ketiga telah keluar dari kemiskinan menuju ke kemakmuran
tanpa bantuan luar” (Dorn 1998:27). Dia menyangkal bahwa negara-negara
kapitalis maju telah mencapai kemajuan dengan mengorbankan negara miskin dan
dia mengatakan bahwa investasi asing adalah unsur kunci untuk pembangunan di
Dunia Ketiga. Menurut Bauer, perencanaan negara bukan program pertumbuhan
yang bermanfaat, tetapi sebuah konsentrasi kekuasaan di tangan elite politik yang
akhirnya mengakibatkan korupsi dan penyalahgunaan.
Dalam salah satu artikel klasiknya, dia menulis tentang negara Asia yang,
pada akhir Perang Dunia II, berada dalam keadaan miskin. Negara itu hampir tak
punya sumber alam dan terpaksa mengimpor minyak dan bahan baku, dan bahkan
air. Negara itu menghadapi imigrasi massif, akhirnya menjadi negara paling padat
penduduknya di dunia. Partner dagangnya berjarak ribuan mil jauhnya. “Anda
pasti mengira bahwa negara ini akan hancur kecuali ia menerima bantuan
eksternal yang besar,” kata Bauer. Tetapi, kolonil kecil Hong Kong ini
berkembang berkat pemerintahan laissez faire, dan dewasa ini menjadi negara
paling makmur kedua di kawasan Pasifik (Bauer 1981:185-90).
Sejak jatuhnya model perencanaan sentral Soviet, tesis Rostow dikecam dan
pandangan Bauer mulai diterima. Bahkan Rostow baru-baru ini mengakui,
“Tampak ada kebenaran yang serius dalam pandangan Bauer” (1990:386).
Belakangan ini Bank Dunia telah bergeser ke pihak Bauer. Dalam sebuah studi
atas Empat Harimau dan keajaiban ekonomi Asia pada 1993, disimpulkan bahwa
“Pertumbuhan cepat dalam masing-masing negara terutama adalah berkat
penerapan seperangkat kebijakan ekonomi umum yang berorientasi pasar, yang
mengakibatkan akumulasi dan alokasi sumber daya secara lebih baik” (World
Bank 1993:vi) Laporan pembangunan Bank Dunai 1996, From Plan to Market,
jelas berpihak pada pasar. Joseph Stiglitz, ekonom Bank Dunia, mencatat,
“Kebanyakan [ekonom] menyimpulkan bahwa bantuan [asing] menekan tabungan
nasional” (Schmidt-Hebbel dan Serven 1999: 17-18).
12. Kritik Terhadap Bantuan Luar Negeri
Sebagian besar pinjaman, bantuan, dan hibah Bank Dunia seniali $500 miliar
telah disalurkan kepada pemerintah, sering kali tidak sampai ke masyarakat
miskin. Peter Bauer (kini Lord Bauer) bukan satu-satunya pengkritik kebijakan
ini. Salah satu pendukung solusi usaha swasta untuk memecahkan kemiskinan di

21
Dunia Ketiga adalah Muhammed Yunus, mantan profesor di Chittagong
University di Bangladesh, negara paling miskin di dunia. Pada 1983, Yunus
mendirikan Grameen Bank untuk menyediakan kredit mikro yang dibutuhkan
oleh pengusaha. Sekarang ratusan organisasi swasta dengan pinjaman mikro ini
berhasil mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan.
Dalam Banker to the Poor, Yunus mengecam Bank Dunia: “Kami di Grameen
Bank tidak pernah menginginkan atau menerima pendanaan Bank Dunia karena
kami tidak suka cara bank itu menjalankan usahanya”. Dia juga tidak suka
bantuan asing. “Kebanyakan negara kaya menggunakan anggaran bantuan asing
mereka terutama untuk mempekerjakan orang mereka sendiri dan menjual
barang-barangnya, sedangkan pengurangan kemiskinan tidak diutamakan…
proyek bantuan asing menciptakan birokrasi yang massif, yang dengan cepat
menjadi korup dan tidak efisien, menimbulkan kerugian besar… Bantuan uang
masih memperbesar pengeluaran pemerintah, yang seringkali bertentangan
dengan kepentingan ekonomi pasar… Bantuan asing menjadi jenis sumbangan
untuk negara kaya sedangkan miskin menjadi semakin miskin” (1999: 145-56).
Pernyataan Yunus ini mengejutkan mengingat dia dibesarkan dalam pengaruh
ekonomi Marxis. Tetapi setelah menerima Ph.D ekonomi di Vanderbilt
University, dia melihat dengan mata kepala sendiri, “bagaimana pasar [di
Amerika Serikat] membebaskan individu”. “Saya percaya pada kekuatan ekonomi
pasar bebas global dan alat-alat kapitalis… saya percaya bahwa meyediakan
bantuan untuk pengangguran bukan cara terbaik untuk menangani kemiskinan”.
Dia percaya bahwa “semua manusia mempunyai potensi menjadi entrepreneur”.
Karenanya Yunus percaya bahwa kemiskinan dapat dihapuskan dengan
meminjamkan modal kepada orang miskin yang dipakai untuk melakukan usaha
yang menghasilkan profit, bukan dengna member mereka sedekah pemerintah
atau mengontrol populasi (1995: 203-05).
Rekannya yang Marxis menyebut ini sebagai konspirasi kapitalis. “Apa yang
anda lakukan,” kata seorang professor komunis kepada Yunus, “adalah member
sedikit opium kepada orang-orang miskin… semangat revolusioner mereka
menjadi loyo. karena itu Grameen adalah musuh revolusi [komunis]” (Yunus
1999:203-05).

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Joseph Alois Schumpeter lahir pada 8 Februari 1883 di Morvia di kekaisaran


Austro-Hungaria. Schumpeter memulai studinya di bidang hukum pada University of
Vienna. Pada tahun 1906, dia menyelesaikan program doktornya di bidang ilmu
ekonomi di bawah bimbingan seorang tokoh neo klasik sekaligus pakar teori tentang
modal, Eugen Von Bohm-Bawerk. Schumpeter terkenal karena pemikirannya tentang
teori inovasi dan entrepreneur. Schumpeter wafat pada tanggal 8 Januari 1950, tepat
satu bulan sebelum dia merayakan ulang tahunnya yang ke-67. Beberapa hasil karya
buku dari Joseph Schumpeter yang paling terkenal diantaranya; “Capitalism,
Sosialism, and Democracy” pada tahun 1942, ”The Theory of Economic
Development” pada tahun 1934, dan “Busines Cycle” pada tahun 1939.

B. Saran

Penulis menyarankan agar pembaca dapat mengambil pelajaran dari sosok


Joseph Schumpeter, yang merupakan sosok pemikir yang hebat dalam bidang
ekonomi dan menghindari sikap-sikap buruk yang pernah dilakukannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin, 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN

Jhingan M.L., 2005. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Skousen Mark, 2001. Sang Maestro “Teori-Teori Ekonomi Modern” Sejarah


Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Prenada

24

Anda mungkin juga menyukai