Anda di halaman 1dari 32

Kata pompa mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, hampir setiap orang telah memiliki alat

ini,
terutama jenis pompa air. Namun, pompa air hanyalah salah satu dari berbagai macam jenis pompa ,dan
setiap jenisnya memiliki cara kerja masing-masing untuk melakukan pengaliran. Selain cara kerjanya
yang berbeda-beda, bentuknya pun tidak sama, terutama yang digunakan pada pabrik-pabrik besar
seperti kilang minyak.

Apa fungsi utama pompa? Pompa adalah suatu alat untuk memindahkan fluida cair dari suatu tempat ke
tempat lain dengan memberikan gaya tekan terhadap zat yang akan dipindahkan. Contohnya,
pemindahan minyak mentah dari tangki penampungan bahan baku ke dalam kolom distilasi untuk
diolah, contoh lainnya yaitu pengangkatan air dari dalam sumur untuk dialirkan ke rumah warga.

Pada dasarnya, prinsip kerja pompa dalam melakukan pengaliran yakni dengan cara memberikan gaya
tekan terhadap fluida. Tujuan dari gaya tekanan tersebut ialah untuk mengatasi friksi atau hambatan
yang timbul di dalam pipa saluran ketika proses pengaliran sedang berlangsung. Friksi tersebut
umumnya disebabkan oleh adanya beda elevasi (ketinggian) antara saluran masuk dan saluran keluar,
dan juga karena adanya tekanan balik yang harus dilawan. Tanpa adanya tekanan pada cairan maka
cairan tersebut tidak mungkin untuk dialirkan/dipindahkan.

Perpindahan fluida cair dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal, seperti zat cair yang berpindah
secara mendatar akan mendapatkan hambatan berupa gesekan dan turbulensi Sedangkan zat cair
dengan perpindahan ke arah vertikal, hambatan yang timbul dapat berupa hambatan-hambatan yang
diakibatkan karena adanya perbedaan tinggi antara permukaan isap (suction) dan permukaan
tekan/buang (discharge).

Jenis-jenis Pompa

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis pompa, karena seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa pompa hadir dengan berbagai jenis berdasarkan cara kerjanya masing-masing. Secara garis
besar, alat ini hanya digolongkan dalam dua jenis, yakni pompa perpindahan positif (positive
displacement pump) dan pompa dinamik (dynamic pump). Lantas, apa perbedaanya? silahkan baca
ulasannya di bawah.

Pada dasarnya, cairan apapun dapat ditangani oleh hampir semua jenis pompa, namun pemilihannya
harus disesuaikan dengan vikositas cairan dan perbedaan elevasi. Dalam pengaplikasiannya di lapangan,
pompa sentrifugal dianggap lebih ekonomis dan lebih banyak digunakan bila dibandingkan dengan
pompa rotary dan reciprocating.

pompa perpindahan positif dan dinamik

1. Pompa Perpindahan Positif

Pompa ini dikenal sesuai dengan caranya beroperasi yaitu, cairan diambil dari sisi suction, kemudian
diberi gaya tekan di dalam rumah pompa dan dipindahkan ke sisi discharge, perpindahan fluida di dalam
rumah pompa berlangsung secara positif. Pompa ini digunakan di berbagai macam sektor industri,
terutama untuk memindahkan air maupun fluida berviskositas tinggi. Pompa perpindahan positif masih
digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan cara pemindahannya, yaitu:

Pompa Reciprocating

Cara kerja pada pompa reciprocating saat mengalirkan fluida yaitu, mengkonversikan atau mengubah
energi mekanis dari penggerak pompa menjadi energi dinamis/potensial terhadap cairan yang
dipindahkan, perpindahan energi ke cairan terjadi melalui elemen berupa gear atau sering juga disebut
crank/cam yang bergerak secara memutar dan memberikan dorongan terhadap piston. Piston inilah
yang selanjutnya akan menekan fluida ke arah discharge sehingga dapat mengalir. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, prinsip kerja dari pompa reciprocating yakni memberikan tekanan terhadap cairan
melalui jarum piston. Dalam penggunaannya di lapangan, pompa ini dominan digunakan untuk
pemompaan cairan kental, contohnya untuk keperluan pengaliran minyak mentah.

Pompa Rotary

Pompa jenis ini memiliki prinsip kerja yang tidak jauh berbeda dengan pompa reciprocating, tetapi
elemen pemindahnya tidak bergerak secara translasi melainkan bergerak secara rotasi di dalam casing
(rumah pompa). Perpindahan dilakukan oleh gaya putaran sebuah gear dan baling-baling di dalam
sebuah ruang bersekat, namun masih pada casing yang sama. Komponen utama pompa rotary sendiri
terdiri dari: gear dalam, gear luar, lobe dan baling-baling dorong. Pompa ini umumnya digunakan untu
layanan khusus dengan kondisi khusus di lokasi industri.
2. Pompa Dinamik

Pompa dinamik juga dikarakteristikkan oleh caranya beroperasi, yaitu; impeler yang berputar akan
mengubah energi kinetik menjadi tekanan maupun kecepatan yang diperlukan untuk mengalirkan fluida.
Sama halnya dengan pompa perpindahan positif, pompa dinamik juga masih digolongkan ke dalam dua
jenis, yaitu:

Pompa Sentrifugal

Pompa ini merupakan pompa yang sangat umum digunakan, biasanya sekitar 70% pompa yang
digunakan pada kilang minyak merupakan jenis pompa sentrifugal. Cara kerja pompa ini ialah dengan
mengubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (tekanan) melalui suatu impeller
yang berputar di dalam casing. Impeller tersebut berupa piringan berongga yang memiliki sudu-sudu
melengkung dan diputar oleh motor penggerak. Puataran dari impeller akan memberikan gaya
sentrifugal terhadap cairan dan diarahkan kes sisi discharge. Sebelum cairan tersebut keluar melalui
discharge, sebelumnya akan ditahan oleh casing sehingga menimbulkan tekanan alir. Untuk menjaga
agar didalam casing selalu terisi cairan, maka pada saluran isap harus dilengkapi dengan katup kaki (foot
valve). Kosongnya cairan di dalam impeller dapat menyebabkan masuknya udara dan menimbulkan
kavitasi.

Baca Juga: Pompa Sentrifugal dan Komponen Utamanya

Pompa Desain khusus

Pompa jenis ini dirancang untuk suatu kondisi khusus di dalam berbagai bidang sesuai dengan
kebutuhannya. Contohnya jet pump atau ejector, pompa jenis ini terdiri dari sebuah tabung pancar,
nozzle konvergen dan venturi berbentuk diffuser. Cara kerjanya ialah, pada bagian konvergen
dihubungkan dengan pipa yang berfungsi sebagai penghisap cairan. Fluida dapat terhisap oleh pompa
karena adanya daya penggerak dalam bentuk energi tekanan, selanjutnya fluida akan dialirkan melalui
nozzle dan masuk kedalam tabung dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan kevakuman di
dalam tabung pompa. Fluida yang terhisap tadi akan menyatu dengan fluida penggerak dan kemudian
ikut mengalir. Pompa desain khusus seperti jet pump umumnya digunakan di sumur-sumur minyak,
selain itu, model lainnya juga banyak digunakan oleh pemadam kebakaran untuk memompakan busa
bersama dengan air.
Apabila anda belum paham dengan penjelasan di atas, silahkan simak video di bawah ini mengenai cara
kerja pompa perpindahan positif dan dinamik:

Sekian artikel pengetahuan kali ini, semoga bisa menambah wawasan anda mengenai jenis-jenis pompa
berdasarkan cara kerjanya mengalirkan fluida. Baca juga artikel lainnya yang berkaitan agar anda bisa
benar-benar paham, Terima kasih.
OLEOKIMIA DASAR
Oleokimia adalah bahan kimia yang diturunkan dari minyak atau lemak
melalui proses splitting triasilgliserol menjadi derivat asam-asam lemaknya dan
gliserol. Minyak atau lemak dapat berupa minyak nabati atau hewani dan proses
splitting dapat dilakukan secara kimia maupun enzimatis.
Oleokimia ekuivalen dengan petrokimia, perbedaan utamanya terletak
pada sumber bahan dasarnya. Petrokimia diturunkan dari petroleum atau minyak
bumi/minyak mineral (mineral oil). Posisi petrokimia kini sudah mulai digantikan oleh
oleokimia. Hal ini tidak terlepas dari keunggulan yang dimiliki oleh oleokimia, yaitu
produk yang terbarukan (renewable), biodegradable dan lebih aman yang
semuanya berhubungan dengan masalah lingkungan. Karbondioksida yang
dihasilkan dari hasil reaksi oleokimia terjerat di atmosfer hanya beberapa bulan
atau beberapa tahun yang waktunya lebih cepat dibandikngkan dari hasil reaksi
dari petrokimia. Produk oleokimia juga mudah terdegradasi secara alami dalam
waktu yang lebih singkat.
Bahan dasar oleokimia dapat berupa minyak/lemak nabati dan hewani.
Sumber minyak nabati yang dapat digunakan adalah yang tergolong tropical
oil,seperti minyak sawit (palm oil), minyak inti sawit (palm kernel oil) dan minyak
kelapa(coconut oil) dan yang tergolong soft oil, seperti minyak kedelai (soya
oil), sunflower oil, dan rape oil. Sumber minyak/lemak hewani yang dapat
digunakan adalah lemak sapi (tallow),lemak babi (lard) dan unggas (poultry).

Oleokimia yang paling dasar adalah asam-asam lemak dan gliserol, Asam-
asam lemak dan gliserol ini didapat dari trigliserida yang menjadi unsur penyusun
minyak/lemak nabati atau hewani. Oleokimia dasar yang banyak diproduksi
adalah asam lemak (fatty acid), gliserol, metil (atau golongan alkil yang lain) ester,
fatty alkhohol dan fatty amine. Umumnya, oleokimia dasar diproduksi oleh negara
berkembang yang kemudian bahan tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi
produk akhir yang mempunyai nilai lebih tinggi.
Proses pembuatan produk turunan minyak/lemak untuk menjadi produk-
produk oleokimia dapat dilakukan proses hidrolisis, esterifikasi, transesterifikasi,
epoksidasi, etoxylasi, konjugasi, sulfatasi, amidasi, Hidrogenasi, Propoxylasi,
Makalah Oleokimia
Oleh raudhatul raihan - 6:31:00 PM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri makanan merupakan industri tertua didunia, yang selalu mendapat tempat khusus
bagi para konsumen di bagian manapun diseluruh dunia. Industri makanan mengalami
perkembangan yang sangat pesat dewasa ini yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat dilihat dari aneka bahan baku, kemasan
dan proses pembuatan(proses produksi).
Salah satu hasil pertanian yang cukup melimpah di Aceh merupakan salah satu sumber
kekayaan daerah yang tak ternilai. Menjadikan Aceh salah satu sentral produksi non-migas yang
merupakan suatu terobosan yang sedang diantisipasi oleh pemerintah pada saat ini. Salah satu
hasil produksi pertanian yang sangat baik daerah ini adalah produk kelapa sawit yang
menunjukkan ekspansi areal pertaniannya yang cukup tajam.
Berlandaskan perkembangan industri makanan dan produksi pertanian khususnya kelapa
sawit memberikan suatu kontribusi tersendiri terhadap pengolahan margarin di daerah Aceh saat
ini. Margarin didefinisikan sebagai salah satu produk pangan yang berguna dan semakin
mendapat tempat bagi konsumen didalam pengolahan aneka macam pangan yang dewasa ini.
Adanya pendirian pabrik minyak sawit di Aceh yang memadai sehingga dapat mendukung
pendirian pabrik margarin. Dengan kondisi perkembangan pabrik minyak sawit yang pesat di
Aceh saat ini maka penulis mencoba melakukan suatu perencanaan pembuatan pabrik margarin
didalam tugas perancangan ini.
Perencanaan pembuatan pabrik margarin ini telah ditinjau oleh penulis maka layak untuk di
laksanakan berdasarkan pertimbangan berikut:
a. Bahan baku yang tersedia dalam jumlah cukup besar
b. Meningkatkan nilai tambah hasil pertanian.
c. Ikutmenyeraptenagakerjalokal.
d. Prosfek pemasaran yang sangat mendukung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut sejarahnya kelapa sawit bersal dari Afrika. Namun, pendapat lain mengatakan
bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Latin atau Amerika selatan. Sebagian kelapa sawit
yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam yang
dikirim ke kebun raya Bogor pada tahun 1848. Pembenihan selanjutnya dilakukan di Deli,Sumut.
Dari sinilah populasi kelapa sawit mulai tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit
dibagi menjadi dura, penifera, dan tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki
cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umum mesin pengolah namun biasanya
tandan buahnya besar-besar dan kandungan minnyak pertandannya berkisar 18%. Penifera
buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga induk dura dan penifera. Jenis ini dianggap bibit
unggul sebab melengkapi masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga
betinanya tetap vertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai
90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.

2.1 Minyak kelapa sawit


Diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guanensis JACQ). Secara garis
besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa
sawit terdiri dari tiga lapis,yaitu: lapis luar atau kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah
dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit
terdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak
rata-rata 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung
minyak. Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari buah
(mesocarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai CPO. Sedangkan minyak kedua
berasal dari inti minyak kelapa sawit, tidak berwarna dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit
atau palm kernel oil (PKO). Disamping minyak buah kelapa sawit juga menghasilkan bahan
padatan yang berupa sabut, cangkang (tempurung), tandan buah kosong kelapa sawit. Bahan
padatan ini dapat dimamfaatkan untuk sumber energy, pupuk, makanan ternak, dan bahan untuk
industry.

2.2 Kegunaan produk-produk minnyak kelapa sawit


Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas.
Aspek pertama berhubungan dengan kadar asam lemak, kelembaban, dan kadar kotoran. Aspek
kedua berhubungan dengan rasa, aroma, dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit
bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA,Free Fatty Acid) tidak lebih
dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih
dari 5% FFA. Setelah pengolahan , kelapa sawit bermutu menghasilkan rendemen minyak
22,1% - 22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7% - 2,1% atau terendah.
Ciri-ciri produk dari kelapa yang biasa diperdagangkan adalah :
1. Minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO)
CPO mengandung FFA 5% dan banyak provitamin E (800-900 ppm). Titik lunak antara 33-
34oC,
2. Minyak inti sawit atau crude palm kernel (PKO)
Minyak inti sawit yang berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari ekstraksi
inti kelapa sawit dengan kandungan asam lemak bebas 5%. Kadar FFA-nya lebih kurang 5% dan
kandungan minyaknya lebih kurang 50%.
3. Inti kelapa sawit atau palm kernel (PK)
Kadar FFA-nya ± 5% dan kandungan minyaknya ± 50%.
4. Bungkil inti kelapa sawit atau palm kernel cake (PKC)
Adalah daging inti kelapa sawit yang telah diambil minyaknya dengan proses pemerasan
mekanis atau proses ekstraksi dengan pelarut tertentu. Kadar minyaknya ± 2%.
5. Pretreated palm oil
Adalah minyak yang diperoleh dari proses degumming prebleancing untuk persiapan minyak
daging buah. Kadar FFA-nya 5% dan titik lunaknya 33-39oC.
6. Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBD PO)
Adalah CPO yang telah mengalami rafinasi lengkap, mengandung FFA 0,15%, berwarna kuning
kejingga-jinggaan dan titik lunak antara 33-39oC.
7. Crude Palm Fatty Acid
Asam lemak yang diperoleh sebagai hasil ikutan dari rafinasi lengkap CPO dan fraksi-fraksinya.
Asam lemak bebas sebanyak ± 89%.
8. Crude Palm Olein (CRD Olein)
Minyak berwarna antara merah sampai jingga yang diperoleh dari fraksinasi CPO. Kadar FFA-
nya 5% dan titik lunak maksimum 24oC.
9. Pretreated Palm Olein
Minyak yang diperoleh dari degumming dan prebleaching untuk persiapan fraksi cair CPO.
Kadar FFA-nya 5%, berwarna merah kekuning-kuningan.
10. Refined Bleachead and Deodorized Palm Olein (RBD Olein)
Adalah minyak berwarna kekuning-kuningan yang diperoleh dari CPO yang telah mengalami
rafinasi lengkap, mengandung FFA 0,15% dan titik lunaknya maksimum 24oC.
11. Crude Palm Stearin (CRD Stearin)
12. Pretreated Palm Stearin
13. Refined Bleached Deodorized Palm Sterin (RBD Sterin)
14. Palm Acid Oil
15. Crude Palm Kernel Fatty Acid

2.3. Oleokimia Dasar


Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik
tumbuhan maupun hewani. Bidang keahlian teknologi oleokimia merupakan salah satu bidang
keahlian yang mempunyai prospek yang baik dan penting dalam teknik kimia. Pada saat ini dan
pada waktu yang akan datang, produk oleokimia diperkirakan akan semakin banyak berperan
menggantikan produk-produk turunan minyak bumi (petrokimia) permintaan akan produk
oleokimia semakin meningkat. Hal ini dapat dimaklumi karena produk oleokimia mempunyai
beberapa keunggulan dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat
diperbaharui dan produk yang ramah lingkungan. Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis
kepada minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya.
Dalam dunia perdagangan dikenal dua jenis oleokimia, yaitu oleokimia alami (natural)
dan oleokimia buatan (sintetis). Oleokimia alami diperoleh dari bahan baku berupa minyak
nabati atau lemak hewan dan bersifat biodegradable. Sedangkan oleokimia buatan diperoleh dari
minyak bumi (petrokimia) seperti propilen dan etilen yang bersifat non biodegradable.
Berdasarkan proses pembuatannya, oleokimia digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu
oleokimia dasar (Basic Oleochemical) dan oleokimia turunan (Derivatives Oleochemical).
Oleokimia dasar terdiri dari asam lemak (fatty acid), gliserin (glycerin/glycerol), metil ester,
asam lemak beralkohol (fatty alcohol), dan lain-lain.

2.4 Pemamfaatan minyak kelapa sawit di bidang industri


Minyak kelapa sawit mengandung komponen yang dapat tersabunkan dan tidak
tersabunkan. Kandungan bahan tidak tersabunkan sangat kecil, yakni ≤ 2%. Komponen tidak
tersabunkan terbentuk dari gliserin, karotin, tokoferol, dan toko trienol. Komposisi asam lemak
minyak kelapa sawit adalah :
1. Asam miristat 0,6-1,7%
2. Asam palmiat 41,1-47,0%
3. Asam stearat 3,7-5,6%
4. Asam oleat 38,2-43,5%
5. Asam linoleat 6,6-11,9%
Minyak kelapa sawit tidak hanya bermamfaat bagi pertumbuhan badan manusia dan
hewan, tetapi juga sebagai bahan penolong dalam berbagai industry,seperti:
1. Industry baja
Penggunaan minyak kelapa sawit dalam industry baja terutama berfungsi sebagai bahan pelumas
pada ala-alat industry baja.
2. Industry kulit dan tekstil
Penggunaan minyak kelapa sawit juga berfungsi sebagai bahan pelumas pada alat-alat industry
kulit dan tekstil.
3. Industry pertambangan
Pada Industri pertambangan minyak kelapa sawit digunakan sebagai pengapung (floating agent)
untuk memisahkan bijih-bijih tembaga dari unsur-unsur lain yang dibutuhkan.
4. Penggunaan lainnya
Penggunaan minyak kelapa sawit lainnya yang tidak sebagai bahan makanan adalah sebagai;
o Bahan baku sabun
o Bahan baku margarin
o Bahan baku detergen
o Bahan baku pemecah emulsi (demulsifier) dalam industry minyak bumi, dan lain-lain.
BAB III
PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

3.1 Bahan Baku


Sifat-sifat komposisi Bahan Baku dan Produk
Sifat-sifat dan Komposisi Bahan Baku
Sifat-sifat dari bahan minyak sawit yang mempunyai standart mutu tinggi atau Spesial Prime
Bleach (SPB) ditentukan berdasarkan sifat fisika dan kimia, sifat-sifat fisikya terdiri atas:
a. Warna minyak, yang ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning
disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.
b. Bau atau flavuor, dalam minyak terdapat secara alami juga terjadi akibat adanya asam-asam
lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit
ditimbulkan oleh persenyawaan Beta Ionone.
c. Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit
mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda.
Sedangkan sifat-sifat kimianya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 sifat-sifat kimia minyak sawit

SIFAT NILAI
Bobot jenis pada suhu kamar 0,90-0,913
Indeks Bias D 40ºC 1,4565-1,4585
Bilangan Iod 48-56
Bilangan Penyabunan 196-205
Bilangan Krichner 0,8-1,2
Bilangan Asam Lemak Bebas 1-2
Karotine p.p.m 500
Tokoferol p.p.m 800
Tembaga p.p.m 0,5
Besi p.p.m 10
Tabel 1.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Inti Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Minyak Inti Sawit


(%) (%)
Asam Kaprilat - 3-4
Asam Kaproat - 3-7
Asam laurat - 46-52
Asam miristat 1,1-2,5 14-1
Asam palmitat 40-46 6,5-9
Asam stearat 3,6-4,7 1-2,5
Asam oleat 39-45 13-19
Asam linoleat 7-11 0,5-2

Kandungan karoten dapat mencapai 1000 p.p.m atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis
tenera kurang lebih 500-700 ppm, kandungan tokoferol berfariasi dan dipengaruhi oleh
penanganan selama produksi.

Sifat-sifat dan Komposisi Produk


Sifat-sifat produk atau margarin terdiri dari dua sifat yaitu fisika dan kimia, sifat-sifat
fisika dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3 Sifat-sifat Fisika Dan Kimia Margarin atau Produk

SIFAT NILAI
Warna, skala lavibon 20y-2,2y
Pada suhu kamar tidak mencair
Berwarna kuning
Berbentuk padat plastis
Berbau lemak
Mempunyai nilai gizi

Tabel 1.4 Sifat-sifat Kimia Margarin atau Produk

SIFAT NILAI
Penurunan Bilangan Ion 6
Bilangan Ion 76
Asam Lemak Bebas 0,05
Keeping Time Methode Swift, jam 28
Makropenetasi :
Suhu 10ºC 23
Suhu 21ºC 55
Suhu 26ºC 68
Suhu 32ºC 85
Suhu 35ºC 96

Tabel 1.5 Komposisi Margarin atau Produk

KOMPONEN NILAI (%)


Lemak 80-81
Skim milk 14-16
Garam s3
Emulsifier 0,5
Vitamin A*) 15.000 UPS
*) Vitamin A dalam 0,454 kg margarin

Secara umum proses pembuatan margarin meliputi, proses Hidrogenasi untuk mengubah
bentuk minyak cair ke bentuk padat plastis. Proses pembuatan margarin adalah pencampuran
antar fase cair, fase minyak dan emulsifier derngan perbandingan tertentu, sehingga membentuk
emulsi W/O (Water in Oil).
Secara umum tahap-tahap pengerjaan dalam pembuatan margarin adalah:
1. Seleksi dengan persiapan Lemak yang digunakan, pasteurisasi dan inokulasi susu oleh mikro
organisme.
2. Pembentukan emulsi antara lemak dengan fase cair (susu).
3. Perbandingan (chilling), peremasan (kneading) dan penggilingan (rooling) terhadap emulsi
sehingga dihasilkan margarin dengan rupa fisik mendekati mentega.
4. Penambahan garam, zat warna, bahan pengawet dan vitamin.

Sebagai fase cair digunakan skim milk yang murni dan masih segar sebelum digunakan, susu
tersebut di pasteurisasi pada suhu 60º-65ºC selama kurang lebih 1.5 jam. Selanjutnya di
fermentasi menggunakan biakan murni Bacillus Lactis Acidisebesar 3-6% pada suhu 180ºC
selama 18 jam.
Tujuan dari penambahan susu yang difermentasi adalah untuk menghasilkan aroma margarin,
yang mendekati aroma mentega dan skim milk yang berfungsi sebagai bahan pembentuk emulsi
dalam margarin.

3.2 Jenis proses


Pada proses pembuatan margarin ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan
mempertimbangkan beberapa alasan maka dapat dilakukan pemilihan proses yang sesuai.
1. Proses Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi pada minyak adalah reaksi penambahan molekul Hidrogen ke dalam
ikatan yang tidak jenuh, sehingga menghasilkan asam lemak bebas, yang
bertambahkejenuhannya. Proses Hidrogenasi dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Cara Bath
Kapasitas sistem ini sekitar 10-20 ton/bath gas Hidrogen yang dibutuhkan, berjalan secara
sirkulasi, yaitu Hidrogen yang telah dipakai dan keluar dari tangki Hidrogenasi (setelah melalui
pencucian) dimasukan lagi ke tangki Hidrogenasi. sistem ini jarang digunakan karena
pengontrolan terhadap Hidrogen lebih sukar dan membutuhkan peralatan yang lebih banyak
untuk pencucian kembali gas Hidrogen yang pernah dipakai.

b. Cara Dead End


Pada sistem ini, minyak tidak disirkulasikan tetapi diaduk dengan pengaduk mekanis. Uap air
dan udara dibuang sebanyak-banyaknya apabila telah menyampai suhu 100ºC pembuang
dihentikan, dan gas Hidrogen dimasukan. Keuntungan proses ini adalah dapat mencegah oksidasi
dan Hidrolisa dari minyak melalui proses Deaerasi dari minyak.
c. Cara Technical Research Work
Sistem ini menggunakan silinder yang mempunyai katalisa Cage. Cage ini terdiri dari logam
yang dilapisi dengan Nikel. Sistem ini ada juga yang mencampurkan katalis Ni dengan minyak
sebelum dicampurkan dengan gas Hirogen. Keuntungan cara Technical Research Work adalah
mudah dikerjakan, kemurnian gas Hidrogen lebih tinggi (99,8%) dan sistem pengontrolan labih
mudah. Pada pra rencana pabrik ini menggunakan proses Hidrogenasi secara Technical Research
Workdengan mencampurkan katalis Ni lebih dahulu.

2. Pencampuran Bahan
Cara pencampuran bahan dalam pembuatan margarin adalah dengan cara bahan yang larut
dalam air, seperti garam dapur dan Natrium Benzoat dicampur dengan skim milk dan bahan yang
larut dalam minyak seperti lecitin dan vitamin A, ditambahkan kedalam lemak. Selanjutnya skim
milk dan lemak dicampur dalam suatu tangki sehingga terbentuk emulsi, pengolahan selanjutnya
adalah mendinginkan emulsi, sterilisasi, pembuatan adonan, pendinginan kembali pada suhu 7-
13ºC, pencetakan adonan dan pembukusan.

3. Emulsifikasi
Proses emulsifikasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara Batch dan cara
Kontinu.
a. Cara Batch
Fasa air dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam tangki pengemulsi berpengaduk yang berisi
minyak. Cara ini kurang memberikan hasil emulsi yang baik.

b. Cara Continue
Cara ini dapat menghasilakan emulsi yang lebih sempurna. Tenaga dan peralatan yang
digunakan lebih efisien. Pada perencanaan pabrik ini digunakan proses emulsifikasi secara
kontinyu debgan mempertimbangkan cara ini lebih efisien dengan Cara Betch.

4. Solidifikasi
Proses solidifikasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Cara klasik ; dengan cara ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan emulsi diatas air dingin
yang mengalir dalam suatu bak, kemudian margarin yang terbentuk diambil. Cara ini dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi dengan udara bebas dan banyak memerlukan air dingin.
2. Cara yang berkembang kemudian mengontakkan emulsi pada dingin sebelah luar dari drum
yang didinginkan sebelah dalamnya.
3. Cara terbaru cara ini merupakan proses kontinyu, banyak digunakan pada pabrik di Amerika
dengan sistem tertutup. Alat ini disebut dengan pendingin votator.

3.3 URAIAN PROSES


Penentuan proses yang dipakai pada pra rencana pabrik margarin dengan kapasitas yang
direncanakan sebesar 50 ton/jam, berdasarkan keuntungan dan kerugian pada proses-proses yang
telah ditarangkan di atas, maka jalannya proses sebagai berikut:
1. Proses Hidrogenasi
Minyak dari tangki penyimpanan bahan baku dicampur dengan katalis Ni 0,5% didalam
tangki dicampur yang dilengkapi pengaduk. Setelah campuran homogen, campuran di alihkan ke
tangki hidrogenasi bersamaan aliran gas hidrogenasi, pemansan pada Hidrogenator dijaga tetap
pada 200ºC. hasil proses ini selanjutnya dilakukan pemisahan dengan menggunakan filter press.

2. Fraksi Kristalisasi
Minyak dimasukkan kedalam kristalizer pada temperatur 40ºC. Sebagian media pendingin
adalah air dingin yang diperoleh dengan adanya chiller dan sebagai media refrijeran
digunakan dengan cara ini temperatur minyak antara 18-20ºC. pengadukan dilakukan dengan
perlahan agar Kristal yang terbentuk tidak rusak. Setelah tercapainya temperatur minyak yang
didinginkan kemudian dialirkan ke rotary filter untuk memisahkan Kristal stearat dari olein.
Hasil fraksinasi kristalisasi diperoleh bentuk stearin 98,29% dan Olein 1,11% bentuk padat ini
digunakan sebagai bahan pembuat Margarin.

3. Proses Emulsifikasi
Untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk, maka biasanya ditambahkan bahan untuk
menstabilkan emulsi (emulsi fying agent) misalnya pati, gliserin, gelatin dan lecitin. Bahan lain
yang ditambahkan adalah garam dapur ( CL), Natrium benzoat sebagai bahan pengawet dan
vitamin A (karoten sebagai zat pewarna).
Lemak kedelai dimasukkan kedalam mixer, ditambah vitamin A dan zat warna diaduk sampai
homogen. Campuran ini dimasukkan kedalam emulsifying yang melengkapi dengan pengaduk
campuran fase cair dialirkan kedalam campuran lemak. Vitamin A dan Lechitin yang digunakan
masing-masing 0,001% dan 0,5% berat produksi margarin.

4. Proses Solidifikasi
Emulsi yang telah diperoleh dimasukkaan kedalam votator 1, dalam votator 1 emulsi
didinginkan hingga mencapai suhu 15ºC kemudian dimasukkan kedalam votator 2 untuk proses
penyempurnaan bentuk padat plastis. Bahan pendingin yang digunakan pada votator pada 15ºC.

BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
Alat-alat yang digunakan pada pabrik margarin ini, baik sebagai alat proses maupun
sebagai alat utilitas, direncanakan sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya. Ukuran peralatan dan
kapasitas kebutuhan suatu pabrik akan diperhitung terlebih dahulu.
Pemberian kode dari masing-masing peralatan disesuaikan dengan nama alat, fungsi dan
urutannya masing-masing. Kode dan huruf menunjukkan kode nama alat sedangkan kode angka
menunjukkan unit serta urutan dari peralatan. Untuk alat-alat yang mempunyai fungsi yang sama
dan berbeda pada kode angka yang menunjukkan urutannya.

1. Tangki penyimpanan minyak sawit (F.01)


Fungsi : untuk menyimpan bahan baku yaitu minyak sawit
sebelum dicampur dengan katalis
Tipe : silinder vertical dengan tutup atas berbentuk dish.
Kapasitas : 182.908,1422 cuft
Ukuran
- Diameter = 53,75 ft
- Tinggi = 80,63 ft
- Tebal shell = 2,04 in
- Tebal tutup = 2,04 in
Bahan konstruksi : carbon steel SA – 285 Grade C
Jumlah : 1 unit

2. Pompa minyak sawit (L.01)


Fungsi : untuk memompakan minyak sawit dari tangki penyimpanan ke tangki
pencampuran katalis.
Tipe : pompa centrifugal
Kapasitas : 1035,06 cuft/jam
Daya motor : 4,46 HP
Bahan kontruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit

3. Hoppler Ni (M.01)
Fungsi : menampung Ni yang akan masuk ke tangki
percampuran katalis.
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas berbentuk conis
Kapasitas : 1,464 cuft
Ukuran
- Diameter = 0,9717 ft
- Tinggi total = 1,86 ft
- Tebal shell = 3/16 in
- Tebal conis = 3/16 in
Bahan kontruksi : karbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit

4. Tangki percampuran katalis (M.01)


Fungsi : mencampurkan katalis Ni dengan minyak yang
akan dihidrogenasi
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas dan bawah berbentuk dish
Kapasitas : 477,487 cuft
Ukuran
- Diameter = 6,38 ft
- Tinggi total = 10,25 ft
- Tebal shell = 3/16 in
- Tebal tutup =3/16 in
- Bahan kontruksi : carbon steel SA-285 grade C
System pengaduk
- Tipe = propeller
- Diameter impeller = 2,523 ft
- Daya motor = 0,729 Hp
Jumlah : 1 unit

5. Pompa (L.03)
Fungsi : memompakan minyak dari tangki pencampuran
katalis ke hidrogenerator
Tipe : centrifugal pump
Kapasitas : 426,46 cuft/jam
Daya motor : 1,206 HP
Bahan konstruksi : cash iron
Jumlah : 1 unit
6. Tangki H2 (F.04)
Fungsi : untuk menyimpan H2 sebelum dialirkan
kehidrogenerator
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas : 1.869,031 cuft
Ukuran
- Diameter = 11,3981 ft
- Tinggi total = 19,3504 ft
- Tebal shell = 1/4 in
- Tebal conis = 1/4 in
Bahan kontruksi : stainless steel SA-240 grade 304
Jumlah : 1 unit

7. Hidrogenerator (R.01)
Fungsi : untuk menjenuhkan ikatan rangkap minyak dengan
penambahan gas hidrogen
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas : 5.910 cuft
Ukuran
- Diameter = 16,37 ft
- Tinggi total = 24,6 ft
- Tebal shell = 7/16 in
- Tebal conis = 7/16 in
Bahan kontruksi : karbon steel SA-285 grade C
System pengaduk
- Tipe = axial turbin 6 blade
- Diameter impeller = 5,457 ft
- Daya motor = 58,2 HP
Coil pemanas
- Diameter coil = 5,7299 in
- Jumlah lilitan = 73 lilitan
Jumlah : 1 unit
8. Pompa (L.04)
Fungsi : memompakan minyak dari hidrogenerator ke filter
press
Kapasitas : 426,56cuft/jam
Daya motor : 2,46 HP
Bahan kontruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit

9. Filter press (H.01)


Fungsi : untuk memisahkan minyak dari katalis setelah
proses hidrogenasi.
Tipe : plate and frame
Ukuran : 2x2 in
Filter area : 1,491 ft 2
Jumlah frame : 20 buah
Bahan kontruksi : cash iron
Jumlah : 3 unit

10. Pompa (L.05)


Fungsi : untuk memompakan minyak dari filter press ke cooler 1
Tipe : centrifugal pump
Kapasitas : 472,77 cuft/jam
Daya motor : 2,47HP
Bahan kontruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit

11. Cooler I (E.01)


Fungsi : untuk menurunkan temperature minyak dari
246°C-75°C
Tipe : double pipa exchanger
Ukuran : 4x3 in IPS
Luas permukaan : 67,0550 ft2
Jumlah hairpin : 4 hairpin masing-masing 20 ft
Bahan konstruksi : carbon steel SA – 283
Jumlah : 1 unit

12. Pompa (l.06)


Fungsi : memompakan minyak yang keluar dari cooler I ke
cooler II
Tipe : centrifugal pump
Kapasitas : 472,77 cuft/jam
Bahan kontruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit

13. Cooler II (E.02)


Fungsi : untuk menurunkan temperature minyak dari 75°C-
10°C
Tipe : double pipa exchanger
Ukuran : 21/2x 11/4 in IPS shcedull 40
Luas permukaan : 134,11 ft2
Jumlah hairpin : 9 hairpin masing-masing 12 ft
Bahan konstruksi : carbon steel SA – 283 grade c
Jumlah : 1 unit

14. Kristalizer (E.03)


Fungsi : untuk mengkristalkan asam lemak jenuh dengan
menurunkan temperature
Tipe : Swenson walker cristalizar
Luas permukaan : 3 ft2
Panjang maksimum
Kristalizer : 10 ft
Jumlah : 3 unit

15. Pompa (L.07)


Fungsi : memompakan minyak (lemak) dari kristalizer ke
rotary vacuum filter
Tipe : rotary pump
Kapasitas : 472,77 cuft/jam
Daya motor : 2 HP
Bahan konstruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit

16. Rotary vacuum filter (H.01)


Fungsi : untuk memisahkan stearin dari olein
Kapasitas : 1.693,5586 ft3
Luas penyaringan : 298,189ft2
Diameter : 11,89 ft
Ukuran screen : 60 mesh
Jumlah : 1 unit

17. Pompa olein (L.08)


Fungsi : untuk memompakan minyak yang keluar dari
rotary vacuum filter ke tangki olein
Tipe : centrifugal pump
Kapasitas : 18,7561 cuft/jam
Daya motor : 1,03 HP
Bahan konstruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit

18. Tangki penyimpanan olein (F.05)


Fungsi : untuk menampung olein yang keluar dari rotary
vacum filter
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas : 6752,198 cuft
Ukuran
- Diameter = 40,7465 ft
- Tinggi total = 61,1197 ft
- Tebal shell = 3/16 in
- Tebal conis = 3/16 in
Bahan konstruksi : carbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
19. Pompa stearin (L.09)
Fungsi : untuk memompakan stearin ke tangki
pencampuran
Tipe : rotary pump
Kapasitas : 18,7561 cuft/jam
Daya motor : 1,03 HP
Bahan konstruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit

20. Tangki Percampuran l (M.02)


Fungsi : untuk mencampurkan lemak denagan vitamin A
dan lechitin
Type : silinder tegak dengan tutup atas dan bawah berbentuk dish
Kapasitas : 476,7567 cuft/jam
Ukuran :
- Diameter = 7,019 fr
- Tinggi Total = 10,5285 fr
-tebal Shell = 3/16 in
-tebal Tutup =3/16 in
Bahan konstuksi : carbon Steel SA-285 grade C
System pengaduk :
- Type = Axial Turbin 6 blade
- Diameter lmpeller = 1,9165 ft
- Daya motor = 0,6342 HP
Jumlah :2

21. Pompa (L.10)


Fungsi : untuk memompakan lemak ke tangki
percampuranl ke Emulsifying tank.
Type : Rotary pump
Kapasitas : 196,8840 cuft/jam
Daya motor : 2,28 HP
Bahan konstruksi : Cash Iron
Jumlah : 2 unit
22. Hoppler Lechitin (F.02)
Fungsi : Untuk menampung lechitin, Na-Benzoat dan
NaCL yang akan masuk ke tangki pencampuran ll
Type : Silinder tegak dengan tutup bawah berbentuk
Conis
Kapasitas : 1,2 cuft
Ukuran :
-Diameter = 0,9717 ft
-Tinggi Total = 1,68 ft
-Tebal Shell =3/16 in
-Tebal Conis =3/16 in
Bahan kontruksi : CarbonSteel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit

23. Tangki Pencampur ll (M.03)


Fungsi : Untuk mencampurkan bahan-bahan yang larut
dalam fasa cair
Type : Silinder tegak dengan tutup atas berbentuk dish dan tutup bawah
berbentuk Coris.
Kapasitas : 229,630 cuft
Ukuran :
-Diameter = 5,5733 ft
-Tinggi Total = 15,229 ft
-Tebal Shell = 3/16 in
-Tebal Tutp = 3/16 in
Bahan kontruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
System pengaduk :
-Type =Propeller
-Diameter Impeller = 1,3950 ft
Coil pemanas :
-Diameter Coil = 2,9295 ft
-Jumlah lilitan = 18 lilitan
Jumlah : 1 Unit
24. Emulsifying Tank (M.04)
Fungsi : untuk mencampurkan bahan yang larut dalam
lemak dan bahan yang larut dalam susu
Type : Silinder tegak dengan tutup atas dan bawah
berbentuk dish
Kapasitas : 1308,37 cuft
Ukuran :
-Diameter = 10,356 ft
- Tinggi Total =13,3385 ft
-Tebal Shell = 3/16 in
-Tebal Tutup = 3/16 in
Bahan Kontruksi : Carbon Steel CA-285 grade C
System pengaduk :
- Type :Propeller\
- Diameter Impeller = 2,6217 ft
Coil pemanas :
- Diameter Coil =42,2456 ft
- Jumlah lilitan =9 lilitan
Jumlah : 1 unit

25. Pompa (L.ll)


Fungsi : Untuk Memompakan Emulsin dari Emulsifying
Tank ke Votator Supplay tank
Type : Rotary pump
Kapasitas : 2,66 HP
Bahan kontruksi : Cash lron
Jumlah : 2 Unit

26. Votator Supplay Tank (M.04)


Fungsi : untuk mencampurkan emulsion lebih lanjut
Kapasitas : 4508,37 cuft
Ukuran :
-Diameter = 10,356 ft
-Tinggi Total =15,534
-Tebal Shell =3/16 in
-Tebal Tutup =3/16 in
Sistem pengaduk :
System pengaduk :
-Type : Axial Turbin 6 Blade
-Diameter Impeller =2,6217 ft
-Daya motor =6,8739 HP
Pendingin
- Jarak Jaket dengan
Dingin Tangki =23,7076 ft
- Tebal Jaket = 3/16 in
Bahan Kontruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : unit

27. Pompa (L.12)


Fungsi : Untuk Memompakan Emulsin dari Vatator
Supplay Tank Ke Votator.
Type : Rotary pum,p
Kapasitas : 241,8697 cuft/jam
Daya motor :2,66 HP
Bahan kontruksi : Cash Iron
Jumlah : 2 unit

28. Votator
Fungsi : Untuk Mengubah Emulsi margin menjadi padat
Type : Cooling Cylinder
Kapasitas : 15.600 ib
Ukuran :
-Diameter = 15 IN
-Panjang =120 in
-Mutator Speed = 600 rpm
Jumlah : 2 unit

BAB IV
PERMASALAHAN

Kristalisasi adalah proses pembentukan


bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan
langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair,
di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan
larutan ke fase kristal padat.
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang
homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam
industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
Kristal itu sendiri merupakan susunan atom yang beraturan dan berulang, yang bentuknya
dapat berupa kubik, tetragonal, orthorombik, heksagonal, monoklin, triklin dan trigonal. Bentuk
itu nantinya, tergantung dari proses downstream (pemurnian) yang dilakukan dan juga spesifikasi
produk yang diharapkan pasar.
Syarat utama terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat
dalam kondisi lewat jenuh (supersaturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuh adalah
kondisi dimana pelarut (solven) mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan pelarut
tersebut untuk melarutkan solute pada suhu tetap. Atau kalau diilustrasikan dengan sebuah kelas,
jika kapasitas suatu kelas adalah 80 mahasiswa, karena hanya ada 80 kursi. Maka mahasiswa ke-
81 yang masuk ke kelas adalah mahasiswa yang membuat kondisi kelas lewat jenuh.
Selanjutnya, bagaimana cara untuk mencapai kondisi supersaturasi yang diinginkan ?
Berdasarkan teori, solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan
suhu (pendinginan). Seiring dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat sedemikian
hingga, sampai tercapai kondisi supersaturasi.
Pendinginan adalah salah satu dari 4 cara yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi
supersaturasi. Akan tetapi cara ini hanya dapat dilakukan jika, solubilitas padatan dalam larutan
sangat dipengaruhi oleh suhu. Dan untuk senyawa Ce2(SO4)3 cara ini tidak berlaku, karena
kelarutan senyawa ini dalam air akan berkurang dengan kenaikan suhu.
Tiga metode lain yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi adalah
penguapan solven sehingga konsentrasi larutan menjadi makin pekat, penambahan senyawa lain,
non solven, ke dalam larutan yang akan menurunkan solubilitas padatan dan reaksi kimia.
Setelah kondisi supersaturasi dicapai, bagaimana kita menumbuhkan kristal ?
Langkah pertama adalah membentuk inti kristal primer, yang akan merangsang pembentukan
kristal. Untuk membentuk inti kristal primer, jika dibuat dari larutan induk, maka beda
konsentrasi larutan lewat jenuh dengan konsentrasi jenuh (C-C*) sebagai driving force proses
kristalisasi harus dibuat besar. Dan ini membutuhkan energi yang sangat besar. Sehingga untuk
skala industri, tidak efisien. Lebih disukai cara penambahan kristal yang sudah jadi, untuk
menginisiasi pembentukan inti kristal primer.
Pemodelan matematis yang mewakili proses nukleasi primer, sulit untuk dibuat. Oleh
karena itu, perhitungan waktu tinggal semata-mata didasarkan dari hasil eksperimen.
Mekanisme kristalisasi selanjutnya adalah nukleasi sekunder. Pada fase ini, kristal
tumbuh dikarenakan kontak antara kristal dan larutan. Terjadi pada kondisi supersaturasi yang
lebih rendah yang memungkinkan kristal tumbuh dengan optimal. Nukleasi sekunder
membutuhkan bibit atau kristal yang sudah jadi untuk merangsang pertumbuhan kristal yang
baru. Fase inipun juga sulit dibuat pemodelannya, sehingga sama dengan nukleasi primer,
penentuan waktunya dilakukan dengan eksperimen.
Jenis-jenis Kristaliser:
1. Kristaliser Tangki
Kristaliser yang paling kuno. Larutan jenuh, panas dibiarkan berkontak dengan udara terbuka
dalam tangki terbuka.
2. Scraped Surface Crystallizers
Contoh kristaliser jenis ini adalah Swenson-Walker crystallizer. Berupa saluran dengan lebar
2 ft, dengan penampang berbentuk setengah lingkaran. Bagian luar dinding dilengkapi dengan
jaket pendingin dan sebuah pisau pengeruk yang akan mengambil produk kristal yang menempel
pada dinding.
3. Forced Circulating Liquid Evaporator-Crystallizer
Kristaliser jenis ini mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi untuk mencapai
kondisi supersaturasi. Larutan terlebih dulu dilewatkan pemanas HE, kemudian menuju badan
kristaliser. Di sini terjadi flash evaporation, mengurangi jumlah pelarut dan meningkatkan
konsentrasi solute, membawa ke kondisi supersaturasi. Selanjutnya larutan ini mengalir melalui
area fluidisasi dimana kristal terbentuk melalui nukleasi sekunder. Produk kristal diambil sebagai
hasil bawah, sedangkan larutan pekat direcycle, dicampur dengan umpan segar.
4. Circulating Magma Vacuum Crystallizer
Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan disirkulasi diluar badan kristal. Setelah
dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan kristaliser. Kondisi vakum menjadi penyebab
menguapnya pelarut, sehingga menjadi lewat jenuh

Kristalisasi Produksi Lemak Pada

KESIMPULAN

1. Penggunaan minyak kelapa sawit lainnya yang tidak sebagai bahan makanan adalah sebagai;
- Bahan baku sabun
- Bahan baku margarine
- Bahan baku detergen
- Bahan baku pemecah emulsi (demulsifier) dalam industry minyak bumi, dan lain-lain.
2. Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik tumbuhan
maupun hewani.
3. Secara umum proses pembuatan margarin meliputi, proses Hidrogenasi untuk mengubah bentuk
minyak cair ke bentuk padat plastis.
4. Proses pembuatan margarin adalah pencampuran antar fase cair, fase minyak dan emulsifier
derngan perbandingan tertentu, sehingga membentuk emulsi W/O (Water in Oil).
Bahan baku utama oleokimia pada awalnya adalah tallo dan minyak kelapa yang masing-
masing merupakan sumber asam lemak C16 &C 18 dan C12 & C14. Namun peningkatan
produksi tallow dan produksi minyak kelapa sangat sedikit sehingga diperkirakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sumber bahan baku oleokimia dimasa yang akan datang. Alternatif
pengganti tallow dan minyak kelapa sebagai bahan baku oleokimia adalah CPO dan PKO,
karena masing-masing mengandung asam lemak C 16 & C 18 dan C 12 & C 14.
Produk oleokimia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu oleokimia dasar dan turunan atau produk
hilirnya (downstream product). Oleokimia dasar terdiri dari asam lemak, fatty ester, fatty alcohol,
fatty amin dan gliserin, sedangkan turunannya antara lain sabun,, produk pembersih, produk
kosmetik dan perawatan kulit, lilin, surfaktan,pelumas, tinta cetak, agrokimia, pakan ternak dan
sebagainya.

Produk-produk Oleokimia Kelapa Sawit


Produk-produk Oleokimia.
Fatty acid (asam lemak): Asam lemak merupakan oleokimia yang paling banyak diperlukan.
Secara umum, produksi asam lemak di dunia lebih besar dibandingkan konsumsinya. Asam
lemak yang berasal dari Amerika dan Eropa pada umumnya disintesis dari tallow, minyak
kelapa, minyak kedelai, minyak rapeseed dan lain-lain.
Asam lemak dapat dibuat degan cara splitting CPO atau PKO pada suhu dan tekanan tinggi.
Selanjutnya asam lemak tersebut didistilasi atau difraksionasi untuk memperoleh asam lemak
dengan kemurnian tinggi. Sementara itu produk sampingnya yang berupa gliserin setelah
dimurnikan akan menghasilkan gliserin yang sesuai dengan standar farmasi.
Produk-produk turunan dari asam lemak sepeti fatty ester, fatty alcohol, dan fatty amina lainnya
digunakan untuk menggantikan produk-produk petrokimia.
Fatty ester: Fatty ester sebagian besar (± 80%) diubah menjadi fatty alcohol, yang kemudian
diproses lebih lanjut menjadi produk hilir terutama suftaktan. Disamping itu fatty ester juga
digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak diesel. Metil ester dapat dibuat dengan cara
transesterifikasi CPO atau PKO dengan methanol pada suhu 60oC dan tekanan satu atmosfir.
Selanjutnya dilakukan distilasi dan fraksionasi untuk memperoleh metal ester dengan
kemurnian tinggi. Produk samping yang dihasilkan pada proses ini adalah gliserin yang dapat
digunakan sebagai bahan baku industry farmasi dan kosmetik.

Fatty alkohol: Fatty alkohol merupakan oleokimia dasar yang paling banyak digunakan
sebagai bahan baku surfaktan seperti fatty alkohol sulfat (FAS), fatty alkohol etoksilat (FAE) dan
fatty alokohol etoksi sulfat (FAES). Sekitar 70% fatty alcohol digunakan untuk membuat
surfaktan nonionic dan anionic. Fatty alkohol dapat dibuat dari asam lemak maupun metal ester
dengan cara hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi menggunakan katalis kimia. Selanjutnya
dilakukan distilasi untuk menghasilkan fatty alkohol dengan kemurnian tinggi.

Fatty amina: Fatty amina merupakan turunan nitrogen dan paling banyak digunakan untuk
membuat senyawa ammonium quartener seperti senyawa distearyl-dimethylammonium yang
digunakan sebagai pelembut pakaian dan hair conditioners.
Gliserin: Gliserin dapat dibuat dari minyak atau lemak alami sebagai hasil samping dari asam
lemak, ester atau sabun, Meskipun merupakan produk samping, gliserin umumnya mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi. Mulai tahun 1980-2010, produksi gliserin sintetik (dari minyak bumi)
mulai menurun, sementra produksi gliserin alami semakin meningkat.
Bioemollent dari asam lemak sawit: Industri kosmetik merupakan konsumen minyak nabati
dan asam lemak yang sangat potensial Salah satu bahan baku kosmetik yang banyak
digunakan dalam hampir seluruh formulasi produk kosmetik adalah emollient. Fungsi emollient
adalah sebagai pelembut dan pelembab kulit pada produk kosmetik yang berbentuk krim, lotion,
lipstick dan sabun . Produk emollient yang dibuat dari minyak sawit disebut bioemollient,
mempunyai keunggulan yang tidak dijumpai pada produk sintetis dari minyak bumi. Emollient
disintesis dengan cara esterifikasi antara asam lemak dengan alkohol.
Biodiesel sawit: Biodiesel sawit dapat dibuat dari hampir semua fraksi sawit seperti CPO, palm
kernel oil )PKO), refined bleached and deodorized palm oil (RBDPO) dan olein. Pada prinsipnya
biodiesel atau metal ester diproduksi melalui reaksi transesterifikasi antara trigliserida pada
minyak sawit dengan methanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa.
Gliserol akan terpisah di bagian bawah reaktor sehingga dengan mudah dapat dipisahkan.
Ester yang terbentuk selanjutnya dicuci dengan air untuk menghilangkan sisa kalatis dan
methanol. Proses dapat dilakukan secara curah (bach) atau disambung (continuous) pada suhu
50-70o C.
Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan baku adalah kandungan asam
lemak bebas dan harga. Untuk asam lemak yang mengandung asam lemak bebas > 1% perlu
dilakukan perlakuan pendahuluan berupa penetralan atau penghilangan asam lemak
(deasidifikasi). Proses ini dapat dilakukan dengan penguapan, saponifikasi atau esterifikasi
asam dengan katalis padat.
Biodiesel atau metal ester dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk oleokimia yang
biasanya dibuat dari asam lemak nabati. Apabila harga jual biodiesel kurang menarik,
pengolahan lebih lanjut biodiesel menjadi produk-produk oleokimia merupakan salah satu
alternatif pemanfaatan biodiesel.
Sumber : Diversifikasi Produk Industri Hilir Kelapa Sawit, Makalah Seminar oleh Direktur Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.

Anda mungkin juga menyukai