ini,
terutama jenis pompa air. Namun, pompa air hanyalah salah satu dari berbagai macam jenis pompa ,dan
setiap jenisnya memiliki cara kerja masing-masing untuk melakukan pengaliran. Selain cara kerjanya
yang berbeda-beda, bentuknya pun tidak sama, terutama yang digunakan pada pabrik-pabrik besar
seperti kilang minyak.
Apa fungsi utama pompa? Pompa adalah suatu alat untuk memindahkan fluida cair dari suatu tempat ke
tempat lain dengan memberikan gaya tekan terhadap zat yang akan dipindahkan. Contohnya,
pemindahan minyak mentah dari tangki penampungan bahan baku ke dalam kolom distilasi untuk
diolah, contoh lainnya yaitu pengangkatan air dari dalam sumur untuk dialirkan ke rumah warga.
Pada dasarnya, prinsip kerja pompa dalam melakukan pengaliran yakni dengan cara memberikan gaya
tekan terhadap fluida. Tujuan dari gaya tekanan tersebut ialah untuk mengatasi friksi atau hambatan
yang timbul di dalam pipa saluran ketika proses pengaliran sedang berlangsung. Friksi tersebut
umumnya disebabkan oleh adanya beda elevasi (ketinggian) antara saluran masuk dan saluran keluar,
dan juga karena adanya tekanan balik yang harus dilawan. Tanpa adanya tekanan pada cairan maka
cairan tersebut tidak mungkin untuk dialirkan/dipindahkan.
Perpindahan fluida cair dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal, seperti zat cair yang berpindah
secara mendatar akan mendapatkan hambatan berupa gesekan dan turbulensi Sedangkan zat cair
dengan perpindahan ke arah vertikal, hambatan yang timbul dapat berupa hambatan-hambatan yang
diakibatkan karena adanya perbedaan tinggi antara permukaan isap (suction) dan permukaan
tekan/buang (discharge).
Jenis-jenis Pompa
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis pompa, karena seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa pompa hadir dengan berbagai jenis berdasarkan cara kerjanya masing-masing. Secara garis
besar, alat ini hanya digolongkan dalam dua jenis, yakni pompa perpindahan positif (positive
displacement pump) dan pompa dinamik (dynamic pump). Lantas, apa perbedaanya? silahkan baca
ulasannya di bawah.
Pada dasarnya, cairan apapun dapat ditangani oleh hampir semua jenis pompa, namun pemilihannya
harus disesuaikan dengan vikositas cairan dan perbedaan elevasi. Dalam pengaplikasiannya di lapangan,
pompa sentrifugal dianggap lebih ekonomis dan lebih banyak digunakan bila dibandingkan dengan
pompa rotary dan reciprocating.
Pompa ini dikenal sesuai dengan caranya beroperasi yaitu, cairan diambil dari sisi suction, kemudian
diberi gaya tekan di dalam rumah pompa dan dipindahkan ke sisi discharge, perpindahan fluida di dalam
rumah pompa berlangsung secara positif. Pompa ini digunakan di berbagai macam sektor industri,
terutama untuk memindahkan air maupun fluida berviskositas tinggi. Pompa perpindahan positif masih
digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan cara pemindahannya, yaitu:
Pompa Reciprocating
Cara kerja pada pompa reciprocating saat mengalirkan fluida yaitu, mengkonversikan atau mengubah
energi mekanis dari penggerak pompa menjadi energi dinamis/potensial terhadap cairan yang
dipindahkan, perpindahan energi ke cairan terjadi melalui elemen berupa gear atau sering juga disebut
crank/cam yang bergerak secara memutar dan memberikan dorongan terhadap piston. Piston inilah
yang selanjutnya akan menekan fluida ke arah discharge sehingga dapat mengalir. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, prinsip kerja dari pompa reciprocating yakni memberikan tekanan terhadap cairan
melalui jarum piston. Dalam penggunaannya di lapangan, pompa ini dominan digunakan untuk
pemompaan cairan kental, contohnya untuk keperluan pengaliran minyak mentah.
Pompa Rotary
Pompa jenis ini memiliki prinsip kerja yang tidak jauh berbeda dengan pompa reciprocating, tetapi
elemen pemindahnya tidak bergerak secara translasi melainkan bergerak secara rotasi di dalam casing
(rumah pompa). Perpindahan dilakukan oleh gaya putaran sebuah gear dan baling-baling di dalam
sebuah ruang bersekat, namun masih pada casing yang sama. Komponen utama pompa rotary sendiri
terdiri dari: gear dalam, gear luar, lobe dan baling-baling dorong. Pompa ini umumnya digunakan untu
layanan khusus dengan kondisi khusus di lokasi industri.
2. Pompa Dinamik
Pompa dinamik juga dikarakteristikkan oleh caranya beroperasi, yaitu; impeler yang berputar akan
mengubah energi kinetik menjadi tekanan maupun kecepatan yang diperlukan untuk mengalirkan fluida.
Sama halnya dengan pompa perpindahan positif, pompa dinamik juga masih digolongkan ke dalam dua
jenis, yaitu:
Pompa Sentrifugal
Pompa ini merupakan pompa yang sangat umum digunakan, biasanya sekitar 70% pompa yang
digunakan pada kilang minyak merupakan jenis pompa sentrifugal. Cara kerja pompa ini ialah dengan
mengubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (tekanan) melalui suatu impeller
yang berputar di dalam casing. Impeller tersebut berupa piringan berongga yang memiliki sudu-sudu
melengkung dan diputar oleh motor penggerak. Puataran dari impeller akan memberikan gaya
sentrifugal terhadap cairan dan diarahkan kes sisi discharge. Sebelum cairan tersebut keluar melalui
discharge, sebelumnya akan ditahan oleh casing sehingga menimbulkan tekanan alir. Untuk menjaga
agar didalam casing selalu terisi cairan, maka pada saluran isap harus dilengkapi dengan katup kaki (foot
valve). Kosongnya cairan di dalam impeller dapat menyebabkan masuknya udara dan menimbulkan
kavitasi.
Pompa jenis ini dirancang untuk suatu kondisi khusus di dalam berbagai bidang sesuai dengan
kebutuhannya. Contohnya jet pump atau ejector, pompa jenis ini terdiri dari sebuah tabung pancar,
nozzle konvergen dan venturi berbentuk diffuser. Cara kerjanya ialah, pada bagian konvergen
dihubungkan dengan pipa yang berfungsi sebagai penghisap cairan. Fluida dapat terhisap oleh pompa
karena adanya daya penggerak dalam bentuk energi tekanan, selanjutnya fluida akan dialirkan melalui
nozzle dan masuk kedalam tabung dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan kevakuman di
dalam tabung pompa. Fluida yang terhisap tadi akan menyatu dengan fluida penggerak dan kemudian
ikut mengalir. Pompa desain khusus seperti jet pump umumnya digunakan di sumur-sumur minyak,
selain itu, model lainnya juga banyak digunakan oleh pemadam kebakaran untuk memompakan busa
bersama dengan air.
Apabila anda belum paham dengan penjelasan di atas, silahkan simak video di bawah ini mengenai cara
kerja pompa perpindahan positif dan dinamik:
Sekian artikel pengetahuan kali ini, semoga bisa menambah wawasan anda mengenai jenis-jenis pompa
berdasarkan cara kerjanya mengalirkan fluida. Baca juga artikel lainnya yang berkaitan agar anda bisa
benar-benar paham, Terima kasih.
OLEOKIMIA DASAR
Oleokimia adalah bahan kimia yang diturunkan dari minyak atau lemak
melalui proses splitting triasilgliserol menjadi derivat asam-asam lemaknya dan
gliserol. Minyak atau lemak dapat berupa minyak nabati atau hewani dan proses
splitting dapat dilakukan secara kimia maupun enzimatis.
Oleokimia ekuivalen dengan petrokimia, perbedaan utamanya terletak
pada sumber bahan dasarnya. Petrokimia diturunkan dari petroleum atau minyak
bumi/minyak mineral (mineral oil). Posisi petrokimia kini sudah mulai digantikan oleh
oleokimia. Hal ini tidak terlepas dari keunggulan yang dimiliki oleh oleokimia, yaitu
produk yang terbarukan (renewable), biodegradable dan lebih aman yang
semuanya berhubungan dengan masalah lingkungan. Karbondioksida yang
dihasilkan dari hasil reaksi oleokimia terjerat di atmosfer hanya beberapa bulan
atau beberapa tahun yang waktunya lebih cepat dibandikngkan dari hasil reaksi
dari petrokimia. Produk oleokimia juga mudah terdegradasi secara alami dalam
waktu yang lebih singkat.
Bahan dasar oleokimia dapat berupa minyak/lemak nabati dan hewani.
Sumber minyak nabati yang dapat digunakan adalah yang tergolong tropical
oil,seperti minyak sawit (palm oil), minyak inti sawit (palm kernel oil) dan minyak
kelapa(coconut oil) dan yang tergolong soft oil, seperti minyak kedelai (soya
oil), sunflower oil, dan rape oil. Sumber minyak/lemak hewani yang dapat
digunakan adalah lemak sapi (tallow),lemak babi (lard) dan unggas (poultry).
Oleokimia yang paling dasar adalah asam-asam lemak dan gliserol, Asam-
asam lemak dan gliserol ini didapat dari trigliserida yang menjadi unsur penyusun
minyak/lemak nabati atau hewani. Oleokimia dasar yang banyak diproduksi
adalah asam lemak (fatty acid), gliserol, metil (atau golongan alkil yang lain) ester,
fatty alkhohol dan fatty amine. Umumnya, oleokimia dasar diproduksi oleh negara
berkembang yang kemudian bahan tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi
produk akhir yang mempunyai nilai lebih tinggi.
Proses pembuatan produk turunan minyak/lemak untuk menjadi produk-
produk oleokimia dapat dilakukan proses hidrolisis, esterifikasi, transesterifikasi,
epoksidasi, etoxylasi, konjugasi, sulfatasi, amidasi, Hidrogenasi, Propoxylasi,
Makalah Oleokimia
Oleh raudhatul raihan - 6:31:00 PM
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut sejarahnya kelapa sawit bersal dari Afrika. Namun, pendapat lain mengatakan
bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Latin atau Amerika selatan. Sebagian kelapa sawit
yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam yang
dikirim ke kebun raya Bogor pada tahun 1848. Pembenihan selanjutnya dilakukan di Deli,Sumut.
Dari sinilah populasi kelapa sawit mulai tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit
dibagi menjadi dura, penifera, dan tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki
cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umum mesin pengolah namun biasanya
tandan buahnya besar-besar dan kandungan minnyak pertandannya berkisar 18%. Penifera
buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga induk dura dan penifera. Jenis ini dianggap bibit
unggul sebab melengkapi masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga
betinanya tetap vertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai
90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.
SIFAT NILAI
Bobot jenis pada suhu kamar 0,90-0,913
Indeks Bias D 40ºC 1,4565-1,4585
Bilangan Iod 48-56
Bilangan Penyabunan 196-205
Bilangan Krichner 0,8-1,2
Bilangan Asam Lemak Bebas 1-2
Karotine p.p.m 500
Tokoferol p.p.m 800
Tembaga p.p.m 0,5
Besi p.p.m 10
Tabel 1.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Inti Kelapa Sawit
Kandungan karoten dapat mencapai 1000 p.p.m atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis
tenera kurang lebih 500-700 ppm, kandungan tokoferol berfariasi dan dipengaruhi oleh
penanganan selama produksi.
SIFAT NILAI
Warna, skala lavibon 20y-2,2y
Pada suhu kamar tidak mencair
Berwarna kuning
Berbentuk padat plastis
Berbau lemak
Mempunyai nilai gizi
SIFAT NILAI
Penurunan Bilangan Ion 6
Bilangan Ion 76
Asam Lemak Bebas 0,05
Keeping Time Methode Swift, jam 28
Makropenetasi :
Suhu 10ºC 23
Suhu 21ºC 55
Suhu 26ºC 68
Suhu 32ºC 85
Suhu 35ºC 96
Secara umum proses pembuatan margarin meliputi, proses Hidrogenasi untuk mengubah
bentuk minyak cair ke bentuk padat plastis. Proses pembuatan margarin adalah pencampuran
antar fase cair, fase minyak dan emulsifier derngan perbandingan tertentu, sehingga membentuk
emulsi W/O (Water in Oil).
Secara umum tahap-tahap pengerjaan dalam pembuatan margarin adalah:
1. Seleksi dengan persiapan Lemak yang digunakan, pasteurisasi dan inokulasi susu oleh mikro
organisme.
2. Pembentukan emulsi antara lemak dengan fase cair (susu).
3. Perbandingan (chilling), peremasan (kneading) dan penggilingan (rooling) terhadap emulsi
sehingga dihasilkan margarin dengan rupa fisik mendekati mentega.
4. Penambahan garam, zat warna, bahan pengawet dan vitamin.
Sebagai fase cair digunakan skim milk yang murni dan masih segar sebelum digunakan, susu
tersebut di pasteurisasi pada suhu 60º-65ºC selama kurang lebih 1.5 jam. Selanjutnya di
fermentasi menggunakan biakan murni Bacillus Lactis Acidisebesar 3-6% pada suhu 180ºC
selama 18 jam.
Tujuan dari penambahan susu yang difermentasi adalah untuk menghasilkan aroma margarin,
yang mendekati aroma mentega dan skim milk yang berfungsi sebagai bahan pembentuk emulsi
dalam margarin.
2. Pencampuran Bahan
Cara pencampuran bahan dalam pembuatan margarin adalah dengan cara bahan yang larut
dalam air, seperti garam dapur dan Natrium Benzoat dicampur dengan skim milk dan bahan yang
larut dalam minyak seperti lecitin dan vitamin A, ditambahkan kedalam lemak. Selanjutnya skim
milk dan lemak dicampur dalam suatu tangki sehingga terbentuk emulsi, pengolahan selanjutnya
adalah mendinginkan emulsi, sterilisasi, pembuatan adonan, pendinginan kembali pada suhu 7-
13ºC, pencetakan adonan dan pembukusan.
3. Emulsifikasi
Proses emulsifikasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara Batch dan cara
Kontinu.
a. Cara Batch
Fasa air dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam tangki pengemulsi berpengaduk yang berisi
minyak. Cara ini kurang memberikan hasil emulsi yang baik.
b. Cara Continue
Cara ini dapat menghasilakan emulsi yang lebih sempurna. Tenaga dan peralatan yang
digunakan lebih efisien. Pada perencanaan pabrik ini digunakan proses emulsifikasi secara
kontinyu debgan mempertimbangkan cara ini lebih efisien dengan Cara Betch.
4. Solidifikasi
Proses solidifikasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Cara klasik ; dengan cara ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan emulsi diatas air dingin
yang mengalir dalam suatu bak, kemudian margarin yang terbentuk diambil. Cara ini dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi dengan udara bebas dan banyak memerlukan air dingin.
2. Cara yang berkembang kemudian mengontakkan emulsi pada dingin sebelah luar dari drum
yang didinginkan sebelah dalamnya.
3. Cara terbaru cara ini merupakan proses kontinyu, banyak digunakan pada pabrik di Amerika
dengan sistem tertutup. Alat ini disebut dengan pendingin votator.
2. Fraksi Kristalisasi
Minyak dimasukkan kedalam kristalizer pada temperatur 40ºC. Sebagian media pendingin
adalah air dingin yang diperoleh dengan adanya chiller dan sebagai media refrijeran
digunakan dengan cara ini temperatur minyak antara 18-20ºC. pengadukan dilakukan dengan
perlahan agar Kristal yang terbentuk tidak rusak. Setelah tercapainya temperatur minyak yang
didinginkan kemudian dialirkan ke rotary filter untuk memisahkan Kristal stearat dari olein.
Hasil fraksinasi kristalisasi diperoleh bentuk stearin 98,29% dan Olein 1,11% bentuk padat ini
digunakan sebagai bahan pembuat Margarin.
3. Proses Emulsifikasi
Untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk, maka biasanya ditambahkan bahan untuk
menstabilkan emulsi (emulsi fying agent) misalnya pati, gliserin, gelatin dan lecitin. Bahan lain
yang ditambahkan adalah garam dapur ( CL), Natrium benzoat sebagai bahan pengawet dan
vitamin A (karoten sebagai zat pewarna).
Lemak kedelai dimasukkan kedalam mixer, ditambah vitamin A dan zat warna diaduk sampai
homogen. Campuran ini dimasukkan kedalam emulsifying yang melengkapi dengan pengaduk
campuran fase cair dialirkan kedalam campuran lemak. Vitamin A dan Lechitin yang digunakan
masing-masing 0,001% dan 0,5% berat produksi margarin.
4. Proses Solidifikasi
Emulsi yang telah diperoleh dimasukkaan kedalam votator 1, dalam votator 1 emulsi
didinginkan hingga mencapai suhu 15ºC kemudian dimasukkan kedalam votator 2 untuk proses
penyempurnaan bentuk padat plastis. Bahan pendingin yang digunakan pada votator pada 15ºC.
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
Alat-alat yang digunakan pada pabrik margarin ini, baik sebagai alat proses maupun
sebagai alat utilitas, direncanakan sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya. Ukuran peralatan dan
kapasitas kebutuhan suatu pabrik akan diperhitung terlebih dahulu.
Pemberian kode dari masing-masing peralatan disesuaikan dengan nama alat, fungsi dan
urutannya masing-masing. Kode dan huruf menunjukkan kode nama alat sedangkan kode angka
menunjukkan unit serta urutan dari peralatan. Untuk alat-alat yang mempunyai fungsi yang sama
dan berbeda pada kode angka yang menunjukkan urutannya.
3. Hoppler Ni (M.01)
Fungsi : menampung Ni yang akan masuk ke tangki
percampuran katalis.
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas berbentuk conis
Kapasitas : 1,464 cuft
Ukuran
- Diameter = 0,9717 ft
- Tinggi total = 1,86 ft
- Tebal shell = 3/16 in
- Tebal conis = 3/16 in
Bahan kontruksi : karbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
5. Pompa (L.03)
Fungsi : memompakan minyak dari tangki pencampuran
katalis ke hidrogenerator
Tipe : centrifugal pump
Kapasitas : 426,46 cuft/jam
Daya motor : 1,206 HP
Bahan konstruksi : cash iron
Jumlah : 1 unit
6. Tangki H2 (F.04)
Fungsi : untuk menyimpan H2 sebelum dialirkan
kehidrogenerator
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas : 1.869,031 cuft
Ukuran
- Diameter = 11,3981 ft
- Tinggi total = 19,3504 ft
- Tebal shell = 1/4 in
- Tebal conis = 1/4 in
Bahan kontruksi : stainless steel SA-240 grade 304
Jumlah : 1 unit
7. Hidrogenerator (R.01)
Fungsi : untuk menjenuhkan ikatan rangkap minyak dengan
penambahan gas hidrogen
Tipe : silinder tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas : 5.910 cuft
Ukuran
- Diameter = 16,37 ft
- Tinggi total = 24,6 ft
- Tebal shell = 7/16 in
- Tebal conis = 7/16 in
Bahan kontruksi : karbon steel SA-285 grade C
System pengaduk
- Tipe = axial turbin 6 blade
- Diameter impeller = 5,457 ft
- Daya motor = 58,2 HP
Coil pemanas
- Diameter coil = 5,7299 in
- Jumlah lilitan = 73 lilitan
Jumlah : 1 unit
8. Pompa (L.04)
Fungsi : memompakan minyak dari hidrogenerator ke filter
press
Kapasitas : 426,56cuft/jam
Daya motor : 2,46 HP
Bahan kontruksi : cash iron
Jumlah : 2 unit
28. Votator
Fungsi : Untuk Mengubah Emulsi margin menjadi padat
Type : Cooling Cylinder
Kapasitas : 15.600 ib
Ukuran :
-Diameter = 15 IN
-Panjang =120 in
-Mutator Speed = 600 rpm
Jumlah : 2 unit
BAB IV
PERMASALAHAN
KESIMPULAN
1. Penggunaan minyak kelapa sawit lainnya yang tidak sebagai bahan makanan adalah sebagai;
- Bahan baku sabun
- Bahan baku margarine
- Bahan baku detergen
- Bahan baku pemecah emulsi (demulsifier) dalam industry minyak bumi, dan lain-lain.
2. Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik tumbuhan
maupun hewani.
3. Secara umum proses pembuatan margarin meliputi, proses Hidrogenasi untuk mengubah bentuk
minyak cair ke bentuk padat plastis.
4. Proses pembuatan margarin adalah pencampuran antar fase cair, fase minyak dan emulsifier
derngan perbandingan tertentu, sehingga membentuk emulsi W/O (Water in Oil).
Bahan baku utama oleokimia pada awalnya adalah tallo dan minyak kelapa yang masing-
masing merupakan sumber asam lemak C16 &C 18 dan C12 & C14. Namun peningkatan
produksi tallow dan produksi minyak kelapa sangat sedikit sehingga diperkirakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sumber bahan baku oleokimia dimasa yang akan datang. Alternatif
pengganti tallow dan minyak kelapa sebagai bahan baku oleokimia adalah CPO dan PKO,
karena masing-masing mengandung asam lemak C 16 & C 18 dan C 12 & C 14.
Produk oleokimia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu oleokimia dasar dan turunan atau produk
hilirnya (downstream product). Oleokimia dasar terdiri dari asam lemak, fatty ester, fatty alcohol,
fatty amin dan gliserin, sedangkan turunannya antara lain sabun,, produk pembersih, produk
kosmetik dan perawatan kulit, lilin, surfaktan,pelumas, tinta cetak, agrokimia, pakan ternak dan
sebagainya.
Fatty alkohol: Fatty alkohol merupakan oleokimia dasar yang paling banyak digunakan
sebagai bahan baku surfaktan seperti fatty alkohol sulfat (FAS), fatty alkohol etoksilat (FAE) dan
fatty alokohol etoksi sulfat (FAES). Sekitar 70% fatty alcohol digunakan untuk membuat
surfaktan nonionic dan anionic. Fatty alkohol dapat dibuat dari asam lemak maupun metal ester
dengan cara hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi menggunakan katalis kimia. Selanjutnya
dilakukan distilasi untuk menghasilkan fatty alkohol dengan kemurnian tinggi.
Fatty amina: Fatty amina merupakan turunan nitrogen dan paling banyak digunakan untuk
membuat senyawa ammonium quartener seperti senyawa distearyl-dimethylammonium yang
digunakan sebagai pelembut pakaian dan hair conditioners.
Gliserin: Gliserin dapat dibuat dari minyak atau lemak alami sebagai hasil samping dari asam
lemak, ester atau sabun, Meskipun merupakan produk samping, gliserin umumnya mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi. Mulai tahun 1980-2010, produksi gliserin sintetik (dari minyak bumi)
mulai menurun, sementra produksi gliserin alami semakin meningkat.
Bioemollent dari asam lemak sawit: Industri kosmetik merupakan konsumen minyak nabati
dan asam lemak yang sangat potensial Salah satu bahan baku kosmetik yang banyak
digunakan dalam hampir seluruh formulasi produk kosmetik adalah emollient. Fungsi emollient
adalah sebagai pelembut dan pelembab kulit pada produk kosmetik yang berbentuk krim, lotion,
lipstick dan sabun . Produk emollient yang dibuat dari minyak sawit disebut bioemollient,
mempunyai keunggulan yang tidak dijumpai pada produk sintetis dari minyak bumi. Emollient
disintesis dengan cara esterifikasi antara asam lemak dengan alkohol.
Biodiesel sawit: Biodiesel sawit dapat dibuat dari hampir semua fraksi sawit seperti CPO, palm
kernel oil )PKO), refined bleached and deodorized palm oil (RBDPO) dan olein. Pada prinsipnya
biodiesel atau metal ester diproduksi melalui reaksi transesterifikasi antara trigliserida pada
minyak sawit dengan methanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa.
Gliserol akan terpisah di bagian bawah reaktor sehingga dengan mudah dapat dipisahkan.
Ester yang terbentuk selanjutnya dicuci dengan air untuk menghilangkan sisa kalatis dan
methanol. Proses dapat dilakukan secara curah (bach) atau disambung (continuous) pada suhu
50-70o C.
Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan baku adalah kandungan asam
lemak bebas dan harga. Untuk asam lemak yang mengandung asam lemak bebas > 1% perlu
dilakukan perlakuan pendahuluan berupa penetralan atau penghilangan asam lemak
(deasidifikasi). Proses ini dapat dilakukan dengan penguapan, saponifikasi atau esterifikasi
asam dengan katalis padat.
Biodiesel atau metal ester dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk oleokimia yang
biasanya dibuat dari asam lemak nabati. Apabila harga jual biodiesel kurang menarik,
pengolahan lebih lanjut biodiesel menjadi produk-produk oleokimia merupakan salah satu
alternatif pemanfaatan biodiesel.
Sumber : Diversifikasi Produk Industri Hilir Kelapa Sawit, Makalah Seminar oleh Direktur Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.