Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

EVAPORASI
LABORATORIUM TEKNIK SEPARASI DAN PURIFIKASI

DISUSUN OLEH:

RIZKI HIDAYAT (03031281722047)


ULFAH ROSA BRILIANA (03031381722078)
DEFRI HASOCK (03031381722082)
CHELSEA VERONICA SINURAT (03031381722114)

NAMA CO-SHIFT: HENDRI PRASETYO


NAMA ASISTEN :

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

Proses penguapan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari contohnya saat


manusia mengeluarkan keringat. Keringat juga membutuhkan energi supaya dapat
menguapkannya dari kulit manusia, dan energi yang didapatkan berasal dari kelebihan
panas yang diproduksi tubuh manusia. Proses pemisahan ini terjadi karena perbedaan
tekanan dan suhu. Pemisahan dalam bentuk liquid-liquid tidak terjadi hanya pada tubuh
manusia di kehidupan sehari-hari, melainkan juga sangat sering terjadi pada skala
industri yang hasil produksinya adalah obat-obatan, makanan, minyak dan minuman
Proses evaporasi telah dikenal sejak dulu yaitu untuk proses pembuatan garam
dengan cara menguapkan air laut, dan menggunakan energi matahari. Perkembangan
jaman juga berpengaruh dalam pengembangan alat evaporasi dan fungsi dari evaporasi
terus dikembangkan. Industri kimia umumnya memanfaatkan proses penguapan untuk
mengentalkan cairan pada tahap awal sebelum memasuki ke proses tahap selanjutnya.
Alat yang digunakan untuk melakukan proses evaporasi disebut dengan evaporator.
Proses mekanisme kerja evaporator pada mulanya steam atau uap yang dihasilkan oleh
alat heat exchanger lalu akan masuk kedalam media yang berisikan zat yang akan
diuapkan dan menghasilkan larutan berkonsentrasi tinggi.
Proses evaporasi dapat ditemukan di pabrik-pabrik dalam bidang industri yang
menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari banyak tumbuhan akan
mengalami proses ekstraksi terlebih dahulu lalu selanjutnya akan mengalami proses
evaporasi. Proses evaporasi untuk minyak atsiri diperlukan karena minyak atsiri yang
tercampur bersama pelarutnya perlu dipisahkan sehingga minyak atsiri dengan
konsentrasi, viskositas larutan tinggi didapatkan.
Proses evaporasi terus dipakai dalam di industri dan terus berkembang dari
waktu ke waktu. Alat evaporasi (evaporator) yang dipakai di skala laboratorium
mempunyai fungsinya sendiri dalam menghasilkan produk dengan spesifikasi yang
diinginkan. Pembuktian bahwa cairan berkonsentrasi rendah menjadi konsentrasi
tinggi dapat dilihat langsung pada proses pemisahan di dalam evaporator
1.1. Rumusan Masalah

1) Bagaimana proses evaporasi?


2) Bagaimana prinsip dan cara kerja dari evaporator?
3) Bagaimana perpindahan panas pada evaporasi?
4) Apa saja jenis-jenis evaporator?
5) Bagaimana aplikasi evaporator?

1.2. Tujuan
1) Mengetahui metode operasi pada evaporasi.
2) Mengetahui prinsip dari evaporator dan cara kerja soxhlet extraction.
3) Mengetahui perpindahan panas di evaporator.
4) Mengetahui jenis-jenis evaporator.
5) Mengetahui aplikasi evaporator dalam industri.

1.3. Manfaat
1) Menambah ilmu pengetahuan tentang proses evaporasi di kehidupan sehari-
hari.
2) Dapat mengetahui prinsip dan cara kerja dari evaporator.
3) Dapat mengetahui pengaplikasian evaporator pada bidang industri.
4) Menambah pengetahuan tentang jenis-jenis evaporator.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Evaporasi


Menurut Coulson dan Richardson (2002) evaporasi adalah suatu metode yang
digunakan secara luas untuk pemisahan suatu komponen yang konsentrasinya
mengandung air. Termasuk dengan melibatkan pembuangan air dari larutan dengan
mendidihkan larutan di evaporator dan mengikat uap. Larutan yang mengandung
padatan terlarut, hasil dari larutan yang kuat dapat menjadi jenuh sehingga akan
mengkristal dan tersimpan. Larutan yang terevaporasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Larutan dapat dipanaskan pada suhu tinggi tanpa terdekomposisi.
2) Konsentrasi yield solid ukuran kristal dan bentuk kristal penting.
3) Mendidih pada tekanan yang sama seperti air atau yang lebih tinggi.
Evaporasi merupakan teknik dasar yang digunakan dalam operasi ini.
Evaporator adalah peralatan yang digunakan untuk menurunkan kadar air bahan
pangan dengan menggunakan prinsip penguapan atau evaporasi zat pelarutnya sampai
pada nilai yang diinginkan. Menurut Heldman et al. (1992) satuan operasi yang paling
penting dalam pemekatan pangan cair adalah proses penguapan atau evaporasi. Proses
penguapan ini, pelarutnya yang biasanya menggunakan air dikeluarkan dari pangan
cair melalui pemanasan sampai memperoleh konsentrasi yang diharapkan. Menurut
Toledo (1991), bagian utama dari evaporator adalah badan evaporator, kondensor dan
penukar panas atau heat exchanger.
Penguapan diperoleh dengan memberikan panas pada larutan yang digunakan
untuk menguapkan pelarut. Panas terutama diberikan untuk memberikan panas laten
pada penguapan dan metode untuk recovery panas dari uap, yang memungkinkan untuk
pengekonomisan panas di utilitas. Media pemanasan yang umumnya dipakai dalam
industri adalah uap dari turbin, fluida khusus dari perpindahan panas atau gas buang
yang digunakan ikut digunakan (Coulson and Richardson, 2002).
Proses evaporasi yang paling sederhana adalah evaporasi pada tekanan
atmosfer. Dimana pada evaporasi ini cairan di dalam suatu wadah terbuka dipanaskan
dan uap air dikeluarkan ke udara atmosfer. Evaporator jenis ini adalah evaporator yang
paling sederhana, tetapi prosesnya lambat dan kurang efisien dalam pemanfaatan
energi (Heldman, 1992). Untuk produk yang sensitif terhadap suhu tinggi, titik didih
cairan atau pelarut harus diturunkan lebih rendah dari titik didih pada kondisi normal
(tekanan atmosfer). Menurunkan titik didih pelarut atau cairan dilakukan dengan cara
menurunkan tekanan di atas permukaan cairan menjadi lebih rendah dari tekanan
atmosfer atau disebut vakum (Wirakartakusumah, 1989).

2.2. Perpindahan Panas pada Evaporasi


2.2.1. Koefisien Heat Transfer Evaporasi
Keseluruhan koefisien perpindahan panas untuk setiap bentuk dari evaporator
bergantung pada nilai koefisien lapisan atau film dari bagian pemanasan dan untuk
liquor. Koefisien perpindahan panas laju alir gas, besarnya koefisien perpindahan
panas ini disebabkan karena terjadi turbulensi aliran yang semakin besar yang
menyebabkan laju perpindahan panas secara konveksi makin besar. Laju alir fluida
yang semakin besar maka koefisien perpindahan panas semakin besar. Laju alir yang
semakin besar menyebabkan film yang terbentuk akan semakin tebal sehingga
resistensi dari tebal film juga semakin besar yang menyebabkan koefisien perpindahan
panas semakin kecil (Palen, 1992) dapus dari jurnal. Menurut Sitompul (1993),
besarnya koefisien pindah panas menyeluruh merupakan kebalikan dari tahanan
keseluruhan, yang meliputi tahanan konveksi fluida panas, konveksi lapisan, tahanan
konduksi tebal pipa, tahanan lapisan kotor disebelah fluida dingin, tahanan fluida
dingin.
2.2.2 Boiling at a submerged surface
Proses perpindahan panas terjadi di dalam evaporator dapat di klasifikasikan
menjadi dua. Klasifikasi pertama adalah mengutamakan terhadap pendidihan di
submerged surface, contohnya adalah evaporator pipa horizontal dimana proses dasar
dari transfer panas diasumsikan menjadi pendidihan nucleate dengan konveksi yang
disebabkan didominasi dari penambahan gelembung uap. Kategori kedua termasuk
proses pendidihan dua fase secara konveksi yang terjadi pada saluran tertutup, dimana
konveksi diinduksi oleh aliran yang berasal dari efek sirkulasi alami ataupun dengan
secara paksa dengan pemberian gaya dari luar (Holman, 1981)

2.2.3. Pendidihan konveksi secara paksa


Kinerja evaporator yang beroperasi dengan konveksi paksa sangat bergantung
pada apa yang terjadi ketika cairan diuap selama aliran melewati pipa vertikal. Cairan
yang memasuki tabung dibawah titik didih, maka bagian pertama beroperasi sebagai
pemanas biasa dan laju transfer panas ditentukan oleh persamaan aliran fase tunggal.
Proses pendidihan dimulai ketika cairan mencapai titik didih sesuai dengan tekanan
lokal. Gelembung uap pada tahap ini terdipersi terus menerus ke fase liquid meskipun
penguapan progresif cairan menimbulkan sejumlah pola aliran karaktersitik. Bagian
awal pendidihan perpindahan panas terjadi dengan gelembung uap terdispersi dalam
cairan dan gelembung koalesensi terjadi. Gelembung koalesensi yang terbentuk
menimbulkan slug yang membentuk aliran annular dimana uap membentuk central
core dengan lapisan tipis film dari cairan di bawa ke dinding. Secara umum, kondisi
yang ada dalam tabung adalah aliran annulus, dengan lapisan film cair menjadi tipis
bersama dengan meningkatnya kecepatan inti uap (Coulson and Richardson, 2002).
2.3. Tipe Evaporator
Penguapan yang optimum dapat diperoleh dengan perlakuan pindah panas yang
cukup, pemisahan uap-cairan yang efisien, penggunaan energi yang efisien, dan
perlakuan produk yang tepat. Pemilihan dari tipe evaporator harus mempertimbangkan
dengan bahan baku yang digunakan, kondisi operasi serta tujuan produk yang ingin
didapatkan serta efisiensi dari energi. Menurut Heldman (1992) evaporator yang biasa
digunakan dalam industri diklasifikasikan berdasarkan pada beberapa hal, yaitu
berdasarkan tekanan operasinya yaitu vakum atau atmosfer, jumlah efek yang dipakai
tunggal atau jamak, jenis aliran konveksi alami atau buatan atau berdasarkan
kontinuitas operasi (curah atau sinambung).
2.3.1. Evaporator pipa pendek (short-tube or calandria evaporator)
Evaporator pipa pendek merupakan evaporator yang paling tua. Uap air
digunakan sebagai sumber panas berada di dalam ruang penukar panas yang dilengkapi
dengan pipa-pipa pendek yang disusun secara paralel vertikal. Bagian ini secara
keseluruhan disebut kalandria. Kalandria direndam oleh fluida yang kemudian
mendidih dan uap naik untuk selanjutnya dipisahkan. Evaporator tipe ini dapat
dioperasikan dengan aliran konveksi alami atau menggunakan pengaduk. Aliran
konveksi alami terjadi karena adanya perbedaan bobot jenis antara fluida panas yang
bergerak ke atas dengan fluida yang lebih dingin bergerak ke bawah (Holman, 1988).
2.3.2. Evaporator pipa panjang vertikal, dengan lapisan naik (long tube vertical, rising
film evaporator)
Menurut Heldman (1992) pada evaporator tipe ini umpan dimasukkandari
bawah pada bagian penukar panas dan fluida menguap di dalam pipa-pipa pemanas.
Fluida naik dalam bentuk lapisan sepanjang pipa karena adanya gerakan mengapung
atau buoyancy action gelembung uap yang terbentuk dalam pipa. Evaporator tipe ini
mempunyai kelebihan waktu kontak bahan dan pemanas singkat dengan laju pindah
panas yang cepat melalui lapisan tipis pada perbedaan suhu yang tinggi. Evaporator ini
juga relatif ekonomis. Kerugian dari evaporator tipe ini adalah jika perbedaan suhu
rendah, pindah panas juga rendah. Evaporator tipe ini sangat baik digunakan untuk
bahan yang encer dan sensitif terhadap panas, seperti sari buah dan susu.
2.3.3. Evaporator horizontal tube
Evaporator horizonal tube atau THE adalah evaporator yang sudah tua dan telah
jarang digunakan. Prinsip kerja dari evaporator ini adalah bahan baku yang digunakan
masuk dari luar melalui pipa, selanjutnya terjadi perpindahan panas di antara steam
yang berada di dalam pipa sehingga menyebabkan cairan yang berada diluar mendidih
dan uap akan mengalir ke atas dan liquid akan menjadi pekat dan akan dikeluarkan
melalui lubang yang berada di bagian dasar evaporator dan kondensat akan dikeluarkan
dari lubang yang telah disediakan (Endahwati, 2009).
Fungsi tube-tube di dalam evaporator digunakan untuk memproduksi steam.
Evaporator jenis ini cocok digunakan untuk larutan yang encer, kapasitas yang kecil,
tidak menimbulkan endapan padatan yang menjadi kristal, dan tidak menimbulkan
foaming. Harga evaporator ini relative murah dengan kontruksi design yang
memudahkan penggantian daripada tube-tube yang ada. Kekurangan dari evaporator
jenis ini adalah perpindahan oanas dari evaporator ini sangat rendah terutama untuk
liquid yang viskostitas nya tinggi, mudah terjad kerak di bagian luar tube, aliran
sirkulasinya yang kecil, serta pemberishan terhadap alat ini susah (McCabe dkk, 1993).
2.3.4. Evaporator pipa panjang vertikal, dengan lapisan turun (long-tube¸falling film
evaporator)
Evaporator tipe ini merupakan salah satu evaporator paling dikenal untuk
menguapkan makanan yang sensitif terhadap panas. Evaporator tipe ini, fluida
dipompakan ke bagian atas penukar panas hingga menyebar diantara pipa-pipa
pemanas yang mengakibatkan aliran lapisan tipis yang seragam turun melalui pipa-
pipa pemanas. Uap air kemudian dikumpulkan pada bagian bawah pemisah uap.
Evaporator jenis ini sangat dikenal umum dalam industri pangan karena adanya
kombinasi antara waktu kontak antara bahan dengan pipa-pipa pemanas yang singkat
dengan laju pindah panas yang tinggi dan nilai ekonomis yang tinggi. Evaporator tipe
ini juga dapat menangani fluida yang lebih kental dari pada evaporator tipe pipa
panjang vertikal lapisan naik dan dapat beroperasi efisien pada perbedaan suhu rendah.
Evaporator tipe ini sangat baik jika dioperasikan pada tekanan vakum, sehingga dapat
digunakan untuk pangan yang sensitif terhadap panas (Heldman,1992).
2.3.5. Evaporator lapisan tipis teraduk (Agitated thin fil evaporator)
Evaporator tipe ini digunakan untuk memekatkan fluida yang sangat kental.
Evaporator tipe ini, pindah panas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan
penyapuan sinambung pada lapisan sekeliling permukaan pindah panas. Pengadukan
juga dapat berfungsi mengurangi lengket atau menempel bahan pada permukaan
penukar panas. Memekatkan fluida dengan evaporator tipe ini, fluida dimasukkan pada
bagian atas pada permukaan pindah panas, kemudian fluida turun secara gravitas dan
diaduk dengan blade yang berputar terus menerus. Produk yang telah dipanaskan
dimasukkan ke dalam ruangan penguapan dan dalam ruangan ini uap airnya dipisahkan
dengan konsentratnya. Evaporator tipe ini digunakan untuk fluida yang sangat kental
dan sangat sensitif terhadap panas atau fluida yang cenderung menempel/lengkat pada
permukaan pemanas. Keuntungan evaporator tipe ini adalah waktu kontak dapat dibuat
sangat pendek dan kebanyakan digunakan pada operasi efek tunggal dengan perbedaan
suhu yang tinggi untuk memaksimalkan efisiensi penguapan (Heldman,1992).
Feed disebarkan di bagian dalam permukaan pemanas silinder. Agitasi yang
tinggi menyebabkan laju alir perpindahan massa juga akan lebih tinggi. Steam tekanan
tinggi digunakan sebagai pemanas untuk mendapatkan suhu dinding yang tinggi untuk
peningkatan penguapan yang optimal. Kerugian dari evaporator ini adalah biaya modal
yang sangat besar, kapasitas pemerosesan yang rendah serta proses perawatan yang
tinggi (Singh and Heldman, 2008).
2.3.6. Evaporator vertical tube
Proses dari Vertical tube evaporator atau VTE adalah feed yang diumpankan
masuk ke evaporator melalui tube bagian bawah dan setelah itu steam masuk ke
selimut tube. Cairan berada di dalam tube sedangkan untuk steam berada di luarnya
kemudian cairan akan mendidih di bagai dalam tube. Larutan yang sudah pekat akan
keluar dari evaporator melalui bagian bawah evaporator, sedangkan untuk kondensat,
uap, dan bukan kondensat akan keluar dari bagian yang lainnya (Edahwati, 2009)
2.3.7. Evaporator aliran bertenaga (forced circulation evaporator)
Menurut Heldman (1992) pada evaporator tipe ini fluida disirkulasikan di
dalam evaporator dengan cara dipompakan dan dipanaskan baik pemanas dalam atau
pemanas luar. Penguapan biasanya tidak diperbolehkan berlangsung pada bagian
penukar panas tetapi pada bagian pemisahan. Evaporator tipe ini, aliran fluida berulang
beberapa kali. Sehingga koefisien pindah panasnya secara umum menjadi lebih tinggi.
Fluida kental atau berpartikel dapat dengan mudah ditangani dengan cara ini, sehingga
jenis evaporatot ini banyak digunakan dalam industri pengolahan produk tomat dan
pemurnian gula. Kerugian dari evaporator tipe ini adalah waktu kontak antara bahan
dengan alat pemanas yang lama akibat sirkulasi berulang dan biaya tinggi akibat
penggunaan pompa sirkulasi.
2.4. Evaporator Efek Tunggal (Single Effect Evaporator)

Evaporator efek tunggal digunakan ketika troughput rendah, ketika suplai uap
yang tersedia hanya sedikit, kontruksi material mahal tetapi harus digunakan karena
alasan korosif. Evaporator efek tunggal jjuga digunakan ketika uap telah
terkontaminasi sehingga tidak dapat digunkan kembali (Coulson dan Richardson,
2002). Menurut Toledo (1991) evaporator efek tunggal merupakan salah satu jenis alat
evaporator dimana di dalam prosesnya hanya dilakukan satu kali proses evaporasi.
Evaporator efek tunggal terdiri beberapa komponen, yaitu:
2.4.1. Ruang Penguapan
Ruang penguapan atau vapor chamber umumnya merupakan bagian yang
paling besar dan paling terlihat dari sebuah alat evaporator. Ruang ini air yang
merupakan pelarut dari larutan diuapkan. Ruang penguapan ini juga berfungsi sebagai
sebuah reservoir bagi produk. Bahan yang masuk ke dalam ruangan ini pertama kali
akan mendapatkan energi panas dari pemanas untuk menaikkan suhunya sampai pada
titik didihnya, lalu energi panas digunakan untuk menguapkan pelarutnya
(Heldman,1992).
2.4.2. Kondensor
Kondenser merupakan bagian dari alat evaporator yang berfungsi untuk
menangkap uap panas hasil evaporasi di ruang penguapan. Uap panas di dalam
kondenser akan berubah bentuk menjadi fase cair setelah melewati titik embunnya.
Menurut Toledo (1991), ada dua jenis kondenser yang umum digunakan. Tipe pertama,
kondenser yang permukaan kondensernya digunakan ketika uap menginginkan untuk
digunakan kembali. Tipe kondenser ini sebenarnya merupakan heat exchanger dingin
dari sebuah refrigeran atau pendingin air. Tipe yang kedua adalah kondenser dimana
pendingin airnya dihubungkan secara langsung dengan kondensat. Kondenser tipe ini
merupakan sebuah kondenser bertekanan dimana uap memasuki sebuah penguapan
dalam bentuk lapisan air di bagian atas kondenser.
2.4.3. Heat Exchanger
Heat exchanger merupakan unit penyedia panas bagi proses evaporasi. Alat ini
merupakan suatu peralatan dimana terjadi pepindahan panas dari suatu fluida yang
tempeturnya lebih tinggi kepada terhadap fluida lain yang temperaturnya lebih rendah.
Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak.
Proses perpindahan panas secara langsung terjadi ketika fluida yang panas bercampur
secara langsung dengan fluida yang lebih rendah temperaturnya tanpa adanya pemisah
dalam sebuah bejana atau ruangan seperti pada jet condensor, pesawat desuperheater
pada ketel dan pesawat deaerator (yaitu antara air dan ketel dengan uap yang
diinjeksikan. Proses perpindahan panas tidak langsung terjadi ketika fluida panas tidak
berhubungan secara langsung dengan fluida dingin. Proses perpindahan panasnya
mempunyai media perantara, seperti pipa, plat atau perantara yang lainnya (Sitompul,
1993).

2.5. Prinsip Kerja Evaporator


Prinsip kerja evaporator ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang
bertujuan unutuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki
titik didih yang rendah dan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi. Pelarut dengan
titik didih yang rendah akan mengalami proses penguapan pertama kali atau lebih cepat
dan akan menyisahkan pelarut dengan titik didih yang lebih tinggi yang lebih pekat
dengan konsentrasi yang lebih tinggi (Haspari dan Sujati, 2019).

2.6. Rotary Vacum Evaporator


Rotary vacum evaporator merupakan suatu instrumen yang tergabung antara
beberapa instrumen, yang digabungkan menjadi satu bagian. Rotary vacum evaporator
adalah instrumen yang menggunakan prinsip distilasi atau pemisahan. Prinsip utama
dalam instrumen ini terletak pada penurunan tekanan pada labu alas bulat dan
pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat
dibawah titik didihnya. Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh
sangatlah akurat. Perbandingan metode ini dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya
menggunakan teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan
menggunakan oven. Instrumen ini akan lebih unggul jika dibandingkan dengan metode
pemisahan biasa, karena pada instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda
dengan teknik pemisahan yang lainnya. Teknik yang digunakan dalam rotary vacum
evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan menurunkan
tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan kecepatan tertentu.
Teknik itulah yang menyebabkan suatu pelarut akan menguap dan senyawa yang larut
dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Pemanasan juga
dilakukan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang terkandung dalam
pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi (Edahwati, 2009).

2.7. Aliran Massa dan Energi Pada Evaporator


2.7.1. Aliran dan Distribusi Temperatur pada Evaporator
Proses yang terjadi di evaporator adalah perubahan fase cairan menjadi uap,
atau disebut sebagai proses penguapan. Proses evaporasi terjadi pada temperature yang
tetap. Evaporator memiliki bagian yaitu kondensor, dimana aliran dari distribusi pada
kondensor dapat diketahui jika terlebih dahulu mengetahui proses yang terdapat di
dalamnya. Perubahan fase uap menjadi fase cair terjadi karena saturated steam dalam
kondensor memberikan panas laten yang dikandungnya kepada air pendingin. proses
kondensasi merupakan lepasnya latent-heat uap pada temperatur yang tetap (Sitompul,
1993).
2.7.2. Kenaikan Titik Didih Bahan
Menurut Toledo (1991), suhu penguapan sebuah evaporator dapat dihitung
dengan mengetahui tekanan absolut yang terjadi di ruang penguapan. Suhu penguapan
merupakan suhu uap jenuh pada tekanan absolut di dalam ruang penguapan tersebut.
Suatu cairan merupakan larutan yang mengandung air, maka uap dan cairan memiliki
suhu yang sama. Larutan yang telah dipekatkan akan menunjukkan kenaikan titik
didihnya, menghasilkan lebih besarnya suhu titik didih dibandingkan dengan air murni.
Jadi, terpisahnya uap air cairan menjadi uap panas terjadi pada suhu yang sama dengan
titik didih cairan. Mengenai meningkatnya kehilangan panas pada sekeliling ruang
penguapan, uap akan menjadi jenuh pada tekanan absolut di dalam ruang penguapan
atau superheater steam pada titik didih larutan.
2.7.3. Laju Evaporasi
Laju evaporasi atau evaporation rate adalah kuantitas air yang berhasil di
evaporasi menjadi uap persatuan waktu tertentu. Satuan yang biasa digunakan adalah
kg uap/jam, kg uap/jam m-2 permukaan pemanasan, kguap/jam m-3 volume tungku, dan
kg uap/kg bahan bakar. Besarnya laju evaporasi dipengaruhi oleh temperatur larutan
dan luas permukaan sentuh evaporasi. Laju evaporasi juga sangat ditentukan oleh jenis
larutan, karena setiap larutan terdiri dari molekul yang berbedaberbeda dalam jumlah
gaya interaksi yang ada antar molekul tersebut (Deese, 2002). Penguapan yang lambat
karena tetes jatuh yang kecil dibatasi oleh difusi, total penguapan per unit massa setara
dengan daerah drop dikalikan dengan massa jenis fluks total (Carrier,2016).

2.8. Pengaplikasian Evaporator


Contoh pengaplikasian dari evaporator di bidang industri terdapat pada pabrik
pembuatan permen susu, dimana evaporator yang digunakan adalah Vacum Double
Jacket Evaporator. Evaporator ini telah didesain telah memiliki pengontrolan suhu
pemanas dan pengontrolan kecepatan pengadukan Rekayasa yang dilakukan adalah
mengubah pengontrolan pemanasan heater sebagai input panas minyak sebagai fluida
transmisi yang nantinya akan menghantarkan panas untuk proses evaporasi, di dalam
chamber pemasakan dari pengontrolan manual menjadi pengontrolan suhu yang
berbasis Logika Fuzzy. Sistem pengendalian suhu yang diaplikasikan dalam mesin
evaporator vakum ini adalah sistem kontrol logika fuzzy dengan penggunaan secara
langsung. Pengadukan dan pemanasan kontinyu pada suhu yang stabil
dapatmenghindarkan terbentuknya partikel hitam atau kegosongan pada bagian
tertentu produk permen susu yang dihasilkan (Amri dkk, 2015).
2.9. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Sunardi (2010) menyatakan bahwa untuk


mendapatkan larutan siap umpan pada proses konversi kimia dilakukan dengan
evaporasi. Evaporator yang digunakan berjenis termosifon tersirkulasi secara alamiah
dengan pemanas berupa oli yang memiliki jangkauan titik didih diatas 100°C. Proses
pemurnian larutan uranil nitrat tidak dapat langsung digunakan sebagai umpan pada
proses konversi kimia endapan Amonium Karbonil (AUK) Karena belum memenuhi
persyaratan konsentrasi. Caranya untuk memenuhi persyaratan tersebut dengan
menurunkan kadar air dalam larutan Uranil Nitrat melalui evaporasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto dan Triana (2017) mengungkapkan
bahwa proses evaporasi nira menggunakan vacum evaporator yang menggunakan
barometric condenser memerlukan energi yang cukup besar. Perancangan alat
dibutuhkan untuk menghemat energi dan juga menurunkan titik didih dengan metode
Liquid Ring Vacum Pump. Pembuatan kondisi vacum dengan metode Liquid Ring
Vacum Pump ini menggunakan energi pemanas yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan menggunakan metode steam jet ejector. Tujuan perancangan vacum evaporator
metode Liquid Ring Vacum Pump adalah untuk membuat tekanan vacum pada
evaporator sehingga hal ini diharapkan dapat menurunkan titik didih larutan.
Penelitian yang dilakukan Fingas (2012) dilakukan untuk mengetahui apakah
penguapan minyak dan minyak bumi diatur oleh saturasi dari air boundary layer.
Eksperimen termasuk laju penguapan yang ditemukan bahwa laju penguapannya
serupa untuk semua kondisi yang tanpa angin maupun dengan angin. Eksperimen ini
menunjukkan bahwa boundary layer regulation tidak diatur untuk produk minyak
bumi. Kesimpulan dari eksperimen ini menunjukkan beberapa kelemahan dari
boundary layer regulation yaitu laju penguapan minyak dengan kecepatan angin yang
meningkat tidak menunjukkan perubahan secara terukur, volume atau massa minyak
yang menguap berkorelasi dengan tingkat penguapan, dan penguapan hidrokarbon
murni tanpa angin atau ada angin menunjukkan bahwa senyawa yang lebih besar dari
nonane dan decane bukan boundary-layer regulated.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1) Set Alat Evaporator
2) Termometer
3) Beaker gelas 1 Liter
4) Gelas Ukur
5) Neraca analitis
6) Kertas saring
7) Corong
8) 1 Set alat pengaduk mekanik
3.1.2. Bahan
1) Ekstrak minyak atsiri

3.2. Prosedur Percobaan


1) Rangkaian alat dipastikan sesuai dengan gambar
2) Kran air pendingin dibuka dan dimasukkan larutan yang di evaporasi ke dalam
labu didih
3) Pemanas dihidupkan di bagian bawah. Prosesnya diamati, diukur suhu di over
flow, dan dicatat waktu yang dibutuhkan dari awalnya hidupnya alat
4) Temperatur pemanas diukur pada setiap variable waktu yang ditentukan
5) Catat kecepatan alir pada over flow, suhu di over flow, kecepatan alir distilat,
dan suhu distilat setelah suhu di over flow konstan.
6) Tampung distilat dan ukur densitasnya menggunakan piknometer.
3.3. Blok Diagram

Rangkaian alat
sesuai gambar

Kran air pendingin dibuka


dan dimasukkan larutan ke
labu didih

Pemanas dihidupkan, diukur


suhu di over flow dan
dicatat waktu yang
dibutuhkan

Temperatur pemanas diukur


setiap variabel waktu yang
ditentukan

Kecepatan alir dan suhu di


over flow, kecepatan alir
distilat, suhu distilat setelah
suhu di over flow dicatat

Distilat ditampung dan diukur


densitas menggunakan
piknometer
Gambar 3.1. Blok diagram prosedur percobaan evaporasi
DAFTAR PUSTAKA

Amri, M. N., Bambang Susilo dan Yusuf Hendrawan. 2015. Pengaruh Pengendalian
Suhu Berbasis Logika Fuzzy dan Kecapatan Pengadukan Pada Evaporator
Vakum Double Jacket Terhadap Karakteristik Fisik Permen Susu. Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. Vol 3(2)

Carrier, Odile., dkk. 2016. Evaporation of Water: Evaporation Rate and Collective
Effects. Journal Fluid Mech. Vol 798 774-786

Coulson, J. M., dan Richardson, J. F. 2002. Chemical Engineering Fifth Edition. New
York: Pergamon Internasional Library.

Fingas, M. F. 2012. Studies on the Evaporation Regulation Mechanism of Crude Oil


and Petroleum Products. Advances in chemical engineering and science. Vol
:246-256.

Edahwati, Luluk. 2009. Alat Industri Kimia. Surabaya: UPN Press

Haspari, F., dan Sujati, N.M. 2019. Efsiensi Kinerja Evaporator pada Pengolahan
Limbah Radioaktif Cair Pusat Teknologi Limbah radioaktif Batam. Jurnal Ilmiah
Indonesia. Vol.4(4): 48-58

Heldman, Dennis R. 1992. Handbook of Food Engineering. Marcel Dekker, Inc., New
York.

Holman, J. P. 1981. Heat Transfer Five Edition. McGraw-Hill, Ltd. New York.

Holman, J. P. 1988. Perpindahan Kalor. Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta

McCabe, W.L., and Smith, J. C., Harriot, P. 1993. Unit Operation of Chemical
engineering Fifth Edition. Singapore: McGraw Hill

Singh, R.P., and Heldman, D. R. 2008. Intoduction to Food Engineering Fourth


Edition. United States: Food Science Technology
Siswanto., dan Triana. N. W. 2017. Perancangan Vacum Evaporator Metode Liquid
Ring Vacum Pump. Jurnal Teknik Kimia. Vol 12(1)

Sitompul, T. 1993. Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger). PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Sunardi. 2010. Penyiapan Larutan Uranil Untuk Proses Konversi Kimia Melalui
Evaporasi. Vol 3(5): 14-22

Toledo, R. T. 1991. Fundamentals of Food Process Engineering (Second Edition).


Chapman&Hall: New York.

Wirakartakusumah, M. A. 1988. Prinsip-Prinsip Teknik Pangan. PAU Pangan dan


Gizi IPB: Bogor

Anda mungkin juga menyukai