Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRINSIP TEKNIK PANGAN

REFRIGERASI
“PERBEDAAN SUHU EVAPORATOR DAN KONDENSOR
SERTA PERAN SUPERHEATING DAN SUBCOOLING
TERHADAP KOEFISIEN KINERJA DAN KEBUTUHAN
DAYA KOMPRESOR REFRIGERAN R134a”

Disusun oleh:
Nama : Rian Sopian
NIM : 4444190054
Kelompok : 6 (Enam)
Tanggal : 19 November 2021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Karakteristik pangan
berbeda-beda. Misalnya, pangan segar seperti produk hortikultura memiliki masa
simpan yang cenderung pendek dibandingkan pangan olahan dengan kadar air
yang rendah. Hal tersebut menjadikan diperlukannya penanganan yang dapat
memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan, khususnya produk hortikultura.
Pendinginan merupakan salah satu upaya yang digunakan dalam
memperpanjang masa simpan produk pertanian. Pendinginan akan memperlambat
atau mencegah terjadinya kerusakan tanpa menimbulkan gangguan pada proses
pematangan dan memperlambat perubahan yang tidak diinginkan (pelayuan)
(Paath et al., 2017).
Proses pendinginan tersebut dikenal sebagai refrigerasi. Komponen umum
pada sistem refrigerasi terdiri atas evaporator, kondensor, katup ekspansi, dan
kompresor. Sistem refrigerasi merupakan hal yang penting dewasa ini sebab
pendinginan merupakan metode pengawetan yang sering kali digunakan oleh
masyarakat umum. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan praktikum mengenai
sistem refrigerasi ini untuk mengetahui sistem refrigerasi yang digambarkan pada
diagram tekanan-entalpi, mengetahui pengaruh suhu evaporator dan kondensor
pada koefisien kinerja dan daya kompresor, dan mengetahui peran superheating
dan subcooling dari persyaratan refrigeran.
Komponen terpenting dalam mesin refrigerasi yaitu refrigeran. Mekanisme
kerja refrigerant adalah fluida kerja yang bersirkulasi delam siklus refrigerasi
karena menggunakan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin refregrasi
dengan proses menyerap panas dari suatu lokasi dan membuangnya ke lokasi yang
lain melalui komponen evaporasi dan kondensasi. Namun demikian pada dasarnya
pula harus diperhatikan dalam mendesain suatu refrigerasi dan tidak akan
menyebabkan permasalahan pemasan global(global Warning) (Alfons et al.,
2013).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui sistem refrigerasi yang digambarkan pada diagram tekanan-
entalpi
2. Mengetahui pengaruh suhu evaporator dan kondensor pada koefisien
kinerja dan daya kompresor
3. Mengetahui peran superheating dan subcooling dari persyaratan refrigeran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Refrigerasi


Konsep dari proses pendinginan (refrigerasi) pada hakikatnya merupakan
proses pemindahan energi panas yang terdapat di dalam suatu ruangan.
Berdasarkan hukum kekekalan energi, diketahui bahwa energi tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dipindahkan dari satu substansi ke substansi lainnya.
Pada sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki komponen utama berupa
kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator (Poernomo, 2015).

Proses pendinginan (refrigerasi) merupakan proses penyimpanan suhu rendah


untuk bahan ataupun produk pangan sebagai upaya dalam memperpanjang umur
simpan dari bahan atau produk tersebut. Proses pendinginan atau refrigerasi
tersebut dapat mempengaruhi mutu pangan, baik pengaruh yang diinginkan
maupun pengaruh yang tidak diinginkan. Pengaruh yang diinginkan seperti
menghambat pertumbuhan mikroba dan kecepatan reaksi beberapa reaksi kimia
dan biokimia, serta meningkatkan umur simpan hingga 2-5 kali setiap penurunan
suhu 10˚C sedangkan pengaruh yang tidak diinginkan seperti perubahan tekstur
(chilling injury) yang ditandai dengan adanya memar dan terlihat busuk (Hariyadi
dan Kusnandar, 2019).
2.2 Evaporator
Dalam sistem refrigerasi, dikenal dua macam evaporator yaitu ekspansi
langsung (direct expansion) dan ekspansi tidak langsung (indirect expansion).
Pada ekspansi langsung, refrigeran langsung menguap di dalam coil pendingin
dan kontak langsung dengan objek yang diinginkan sedangkan ekspansi tidak
langsung digunakan medium perantara untuk mengambil panas pada saat
menguap, yang mana medium perantara tersebut kemudian dipompakan ke objek
yang akan didinginkan (Hariyadi dan Kusnandar, 2019).
Evaporator merupakan salah satu komponen pada sistem refrigerasi. Alat ini
berfungsi dalam mengambil panas yang ada di dalam ruangan yang akan
didinginkan. Pada evaporator terjadi perubahan wujud refrigeran dari cairan
menjadi berbentuk uap. Proses perubahan wujud refrigeran tersebut memerlukan
energi yang sangat besar yang diambil dari lingkungan dalam ruang refrigerator.
Ketika proses penguapan terjadi, panas pada bahan pangan yang ada di dalam
ruang refrigerator akan diambil. Evaporator memiliki tiga fungsi utama yaitu
untuk menyerap panas dari media yang didinginkan, memungkinkan panas
mendidih dari refrigeran cair menjadi refrigeran uap ditabungnya, dan
memungkinkan panas untuk superheat uap refrigerannya di dalam bagian
tabungnya (Insanul et al., 2020).

2.3 Kondensor
Pengembun atau kondensor adalah bagian dari refrigerasi yang menerima uap
refrigeran tekanan tinggi yang panas dari kompresor dan mengenyahkan panas
pengembunan itu dengan cara mendinginkan uap refrigerant tekanan tinggi yang
panas ke titik embunnya dengan cara mengenyahkan panas sensibelnya.
Pengenyahan selanjutnya panas laten menyebabkan uap itu mengembun menjadi
cairan.(Ilyas,1993).
Berdasarkan pendinginannya, kondensor dibedakan menjadi tiga macam yaitu
kondensor dengan pendinginan udara (air cooled), kondensor dengan pendinginan
air (water cooled), dan kondensor dengan pendinginan campuran udara dan air
(evaporative). Terdapat beberapa faktor yang menentukan kapasitas kondensor
dengan pendinginan udara yaitu luas permukaan yang didinginkan dan sifat
perpindahan kalornya, jumlah udara permenit yang dipakai untuk mendinginkan,
perbedaan suhu antara bahan pendingin dengan udara luar, serta sifat dan
karakteristik bahan pendingin yang dipakai (Stoecker et al., 1996).
Kondensor pada sistem refrigerasi adalah alat yang berfungsi untuk
membuang kalor dari sistem ke lingkungan, dimana untuk ini kondensor
dilengkapi sebuah fan untuk mengalirkan udara sebagai fluida pelepas kalor dari
kondensor. Modifikasi kondensor dengan meningkatkan putaran fan akan
meningkatkan laju aliran masa udara melalui kondensor dan juga berarti akan
meningkatkan kapasitas atau beban kalor kondensor yaitu jumlah kalor yang
dibuang ke lingkungan dari sistem pendingin. (Marwani, 2010).
Kondensor berfungsi untuk membuang kalor dan mengubah wujud refrigeran
dari gas menjadi cair. Selain itu kondensor juga digunakan untuk membuat
kondensasi refrigeran dari kompresor dengan temperatur tinggi dan tekanan
tinggi. Kondensor ada tiga macam berdasarkan pendinginannya yaitu :
 Kondensor dengan pendinginan udara (air cooled)
 Kondensor dengan pendinginan air (water cooled)
 Kondensor dengan pendinginan campuran udara dan air (evaporative)
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk membuang kalor dan
mengubah wujud bahan pendingin dari gas menjadi cair. Fungsi kondensor dalam
sistem refrigerasi adalah sebagai “pembuang” atau memindahkan panas dari
bahan ke lingkungan. Selain itu, kondensor juga digunakan untuk membuat
kondensasi bahan pendingin gas dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan
yang cukup tinggi (Poernomo, 2015).

2.4 Katup Ekspansi


Katup ekspansi dipergunakan untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan
refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat
keadaan tekanan dan temperatur rendah.Pada waktu katup ekspansi membuka
saluran sesuai dengan jumlah refrigeran yang diperlukan oleh evaporator,
sehingga refrigeran menguap sempurna pada waktu keluar dari evaporator
(Arismunandar & Saito, 2005).
Katup ekspansi merupakan komponen sistem refrigerasi yang memiliki fungsi
dalam mengatur agar kondisi refrigeran yang keluar dari evaporator hanya sedikit
superheated, sehingga ketika beban pendinginan meningkat maka katup ekspansi
akan membuka lebih besar, hal tersebut agar jumlah aliran refrigeran yang masuk
evaporator menjadi lebih banyak untuk mengatasi beban pendinginan yang
meningkat (Purnomo dan Setiyo, 2017).
Katup ekspansi merupakan komponen utama dalam mengendalikan laju alir
refrigeran sehingga suplai refrigeran dapat menjadi konstan. Alat ini berperan
dalam memisahkan antara saluran yang memiliki tekanan tinggi dengan saluran
bertekanan rendah. Saluran antara kompresor dan katup ekspansi yang melalui
kondensor memiliki tekanan yang tinggi. Sebaliknya, di dalam saluran antara
kompresor dan katup ekspansi yang melalui evaporator memiliki tekanan yang
rendah. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan refrigeran yang berbentuk cair
pada tekanan tinggi akan sangat mudah menguap pada bagian evaporator sehingga
dapat dimanfaatkan dalam mengambil panas dari lingkungan di dalam evaporator
(Syah, 2018).

2.5 Kompresor
Menurut Althouse (1982), kompresor pada sistem refrigerasi berfungsi dalam
menurunkan tekanan pada evaporator sehingga bahan pendingin cair di evaporator
dapat mendidih atau menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap panas
lebi banyak dari ruang di dekat evaporator serta menghisap bahan pendingin gas
dari evaporator dengan suhu rendah dan tekanan rendah lalu memampatkan gas
tersebut sehingga menjadi gas suhu tinggi dan tekanan tinggi. Gas tersebut
kemudian dialirkan ke kondensor sehingga gas tersebut dapat memberikan
panasnya kepada zat yang mendinginkan kondensor lalu mengembun.
Kompresor adalah komponen sistem refrigerasi yang berperan dalam
meningkatkan suhu serta tekanan dari refrigeran setelah keluar dari evaporator.
Melalui proses kompresi tersebut, suhu refrigeran dapat ditingkatkan hingga
melebihi suhu di sekelilingnya. Kompresor merupakan jantung pada sistem
kompresi uap, sebab kompresor merupakan pemompa bahan pendingin ke seluruh
sistem. Pada sistem refrigerasi, kompresor bekerja membuat perbedaan tekanan
sehingga bahan pendingin dapat mengalir dari satu bagian ke bagian lain dalam
sistem. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan bahan pendingin dapat mengalir
melalui alat pengatur bahan pendingin ke evaporator (Poernomo, 2015).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu komponen
refrigerasi seperti kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator,
refrigeran serta website Rpaulsingh.

3.2 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu sebagai berikut.

Refrigeran Dipilih yang


sesuai

Dimasukkan suhu evaporator, kemudian dipilih kotak


superheating lalu dimasukkan jumlah superheating,
diklik tombol “calculate”

Dimasukkan suhu kompresor, kemudian dicentang


kotak subcooling jika ada, diklik tombol “calculate”

Diklik tombol “Draw the refrigerant cycle”. Siklus


refrigerasi yang sebenarnya akan ditampilkan serta
nilai tekanan evaporator, tekanan kompresor dan
nilai entalpi (H1, H2, dan H3)

3.3 Pengolahan Data


Adapun proses pengolahan data pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Dicatat hasil nilai H1, H2, dan H3 dan digambar grafik menggunakan
lapiran buku Rpaulsingh
2. Dihitung nilai COP (Coefficient of Performance) dengan rumus:
H 2−H 1
COP=
H 3−H 2
3. Dihitung nilai mass flow rate of refrigerant (ḿ) dengan rumus:
( H 2−H 1). m
tonr=
303,852kj/24 jam(86.400 s)
4. Dihitung nilai compressor power requirement (kerja kompresor) dengan
efisiensi 85% untuk setiap refigeran, dengan rumus:
m.( H 3−H 2)
Qw=
Efisiensi
5. Dimasukkan hasil perhitungan kedalam tabel yang sudah diberikan
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data
Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Kelompok 3 dan 6
Kode Sampel H1 H2 H3 COP m Qw

C140 156.633 293.306 327.056 4.0496 0.1287 5.1085

C240 156.633 299.455 325.371 5.5110 0.1231 3.7538

C340 156.633 305.393 325.371 7.4462 0.1182 2.7782

C120 127.45 293.306 314.887 7.6853 0.1060 2.6918

C220 127.45 299.455 313.281 12.4407 0.1022 1.6629

C320 127.45 305.393 312.044 26.7543 0.0988 0.7732

C1-20 73.915 293.306 285.241 -27.2029 0.0801 -0.7605

C2-20 73.915 299.455 283.9 -14.4995 0.0780 -1.4267

C3-20 73.915 305.393 282.959 -10.3182 0.0760 -2.0049

F140 156.633 318.681 357.436 4.1813 0.1085 4.9475

F240 127.45 318.681 343.366 7.7469 0.0920 2.6704

F340 127.45 293.306 327.056 4.9143 0.1060 4.2096

F120 100 293.306 314.887 8.9572 0.0910 2.3095

F220 156.633 325.891 355.771 5.6646 0.1039 3.6520

F320 127.45 325.891 341.748 12.5144 0.0886 1.6531

F1-20 127.45 299.455 325.371 6.6370 0.1022 3.1169

F2-20 100 299.455 313.281 14.4261 0.0882 1.4340

z
Gambar 1. Grafik Kode Sampel C140 Gambar 2. Grafik Kode Sampel C240

Gambar 3. Grafik Kode Sampel C340 Gambar 4. Grafik Kode Sampel C120

Gambar 5. Grafik Kode Sampel C220 Gambar 6. Grafik Kode Sampel C320
Gambar 7. Grafik Kode Sampel C1-20 Gambar 8. Grafik Kode Sampel C2-20

Gambar 9. Grafik Kode Sampel C3-20 Gambar 10. Grafik Kode Sampel F140

Gambar 11. Grafik Kode Sampel F240 Gambar 12. Grafik Kode Sampel F340
Gambar 13. Grafik Kode Sampel F120 Gambar 14. Grafik Kode Sampel F220

Gambar 15. Grafik Kode Sampel F320 Gambar 16. Grafik Kode Sampel F1-20

Gambar 17. Grafik Kode Sampel F2-20

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan melakukan percobaan refrigrasi, Refrigrasi
adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk merubah suhu pada suatu tempat
hingga suhu ditempat tersebut mencapai suhu tertentu. Tujuan pengkondisian
udara ialah untuk menyesuaikan temperatur pada suatu ruangan atau material.
Sistem pendingin komperasi uap pada dasarnya dibutuhkan fluida kerja yang
diubah fasenya dari gas ke cair, kemudian dari cair ke gas secara berulang-ulang
sehingga akan mendapatkan efek atau pengaruh pendinginan. Sedangkan menurut
Tyoso (1992) Refrigerasi adalah metode pengkondisian temperatur ruangan agar
tetap berada di bawah temperatur lingkungan. Karena temperatur mangan yang
terkondisi tersebut selalu berada di bawah temperatur lingkungan, maka ruangan
akan menjadi dingin, sehingga refrigerasi dapat juga disebut dengan metode
pendinginan. Jumlah panas yang harus diserap per satuan waktu disebut beban
pendinginan.
Perubahan fasa dari refrigeran akan terjadi pada pada saar proses kondensasi
dan evaporasi, dimana ferrigeran akan berubah dari fase gas ke cairan ataupun
sebaliknya. Perubahan fase ini yang nantinya akan berkaitan dengan suhu dan
tekanan didalam sistem pendinginan.. Kita dapat mengetahui efek refrigrasi, kerja
kompresor, kalor buang kondensor dan lainnya.
Ada empat komponen utama pada sistem refrigerasi kompresi, yaitu :
a. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran ke seluruh
system. Kompresor merupakan jantung dari suatu sistem refrigerasi
mekanik, berfungsi untuk menggerakkan sistem refrigerasi agar dapat
mempertahankan suatu perbedaan tekanan antara sisi tekanan rendah dan
sisi tekanan tinggi dari sistem (Ilyas, 1993).
b. Kondenser
Pengembun atau kondensor adalah bagian dari refrigerasi yang menerima
uap refrigeran tekanan tinggi yang panas dari kompresor dan
mengenyahkan panas pengembunan itu dengan cara mendinginkan uap
refrigerant tekanan tinggi yang panas ke titik embunnya dengan cara
mengenyahkan panas sensibelnya.
c. Katup Ekspansi
Katup ekspansi dipergunakan untuk mengekspansikan secara adiabatik
cairan refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai
mencapai tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah.
d. Evaporator
Evaporator berguna untuk menguapkan cairan refrigeran, penguapan
refrigeran akan menyerap panas dari bahan / ruangan, sehingga ruangan
disekitar menjadi dingin.
Prinsip kerja dari refrigerasi menurut Poernomo (2015) yaitu konsep dari
proses pendinginan (refrigerasi) pada hakikatnya merupakan proses pemindahan
energi panas yang terdapat di dalam suatu ruangan. Berdasarkan hukum kekekalan
energi, diketahui bahwa energi tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dipindahkan
dari satu substansi ke substansi lainnya. Pada sistem refrigerasi yang paling
sederhana memiliki komponen utama berupa kompresor, kondensor, katup
ekspansi, dan evaporator.Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh data
seperti yang tertera di atas dapat dilihat bahwa daya kompresos mengalami
kenaikna. Serta  berdasarkan hasil perhitungan atau grafik hubungan temperatur
kondensor dengan daya yang dibutuhkan kompresor menunjukkan bahwa daya
kompresor mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan temperatur kondensor,
meskipun kenaikannya relatif kecil.
Dikarenakan praktiku kali ini dilakukan secara maka dilakukan virtual
experiment di website http://www.rpaulsingh.com/ dengan cara mula-mula pilih
refrigeran yang sesuai lalu dimasukan suhu evaporator kemudian dipilih kotak
superheating lalu dimasukkan jumlah superheating, diklik tombol “calculate”.
Selanjutnya dimasukkan suhu kompresor, kemudian dicentang kotak subcooling
jika ada, diklik tombol “calculate". Terakhir diklik tombol “Draw the refrigerant
cycle”. Siklus refrigerasi yang sebenarnya akan ditampilkan serta nilai tekanan
evaporator, tekanan kompresor dan nilai entalpi (H1, H2, dan H3)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengkondisian udara,
diantaranya adalah laju aliran massa, temperatur, debit, entrophy, entalphy, serta
kuat arus juga mempengaruhi suatu sistem pengkondisian udara. Nilai efek
refrigerant sangatlah dipengaruhi oleh besar nilai entalphy. Sedangkan nilai daya
aktual dipengaruhi oleh besarnya tegangan, kuat arus. Dari grafik temperatur vs
waktu diatas yang didapat dari hasil perhitungan data praktikum dapat dilihat pada
condenser dan juga evaporator terjadi sedikit perubahan temperatur dan juga
tekanan. Hal ini diakibatkan karena adanya losses pada proses awal kerja sampai
akhir kerja dari sistem tersebut, yang dimana pada teoritisnya tekanan dan
temperatur haruslah konstan seiring berjalannya waktu.
Kenaikan temperatur kondensor mengakibatkan naiknya daya kompresor
menjadi naik, Kapasitas refrigerasi akan turun seiring dengan kenaikan temperatur
kondensor. Kenaikan temperatur kondensor mengakibatkan penurunan kapasitas
refrigerasi penurunan tersebut diakibatkan oleh penurunan efek refrigerasi dan
laju aliran massa refrigeran. Dari hasil perhitungan juga diperoleh bahwa
koefisien prestasi mesin (COP) terjadi penurunan seiring dengan kenaikan
temperatur kondensor. Kenaikan temperatur kondensor akan mengakibatkan
penurunan koefisien prestasi penurunan koefisien prestasi disebabkan oleh nilai
daya kompresor yang lebih tinggi jika dibandingkan nilai kapasitas refrigerasi.
Kenaikan temperatur kondensor akan menyebabkan kenaikan daya kompresor
tetapi menurunkan kapasitas refrigerasi sehingga menurunkan koefisien prestasi
mesin.
Berdasarkan grafik tekanan terhadap entaphi terdapat pada Tabel diatas pada
kelompok 3 dengan kode sampel C140-C340 nilai H (entalpi) paling tinggi yaitu
pada H1: 156.633 kJ/kg, untuk H2 yang paling tinggi pada kode sampel C340,
C320, dan C3-20 yaitu H2: 305.393 kJ/kg, dan H3 tertinggi pada kode sampel
C140 yaitu H3: 327.056 kJ/kg. Pada Kelompok 6 dengan kode sampel F140 dan
F220 nilai H (entalpi) paling tinggi yaitu pada H1: 156.633 kJ/kg, untuk H2 yang
paling tinggi pada kode sampel F220 dan F320 yaitu H2: 1529.776 kJ/kg, dan H3
tertinggi pada kode sampel F220 yaitu H3: 355.771 kJ/kg. Nilai COP pada
kelompok 3 berkisar 4.0496 sampai dengan -10.3182. Sementara itu nilai COP
pada kelompok 6 dengan beberapa sampel diperoleh data berkisar 4.1813 sampai
dengan 14.4261.
Menurut Santosa et al (2017) Kenaikan COP dipengaruhi oleh besarnya
cooling load yang diberikan kepada evaporator, semakin tinggi debit aliran air
yang masuk ke dalam bak evaporator maka kapasitas pendinginan (qevap)
meningkat, sebaliknya nilai daya kompresor (wkomp) akan semakin mengecil.
Semakin tingginya cooling load yang naik maka akan membuat uap pada pipa
kapiler katup ekspansi mengembang lalu menekan membran katup lalu membuat
katup ekspansi semakin membuka lebar dan membuat tekanan evaporasi serta laju
aliran massa refrigeran akan meningkat. Dengan meningkat frekuensi laju massa
refrigerant.
Dilansir dari penelitian Pinnata dan Ary (2015) tentang Sistem Refrigerasi
Cascade memakai refrigeran hidrokarbon Musicool-22 dalam High Stage, R407F
dalam Low Stage dan intermediate yang dipakai merupakan jenis PHE (Plate Heat
Exchanger) menggunakan memvariasikan beban pendinginan dalam evaporator
pada low stage. Tetapi pada penelitian tadi dihasilkan COP terendah dalam beban
terendah. Hal ini dikarenakan kompresor dalam sistem mempunyai daya
minimum, sebagai akibatnya hadiah beban yang terlalu sedikit mengakibatkan
disparitas beban pendinginan dan daya minimum kompresor yang sangat
signifikan, akibatnya penurunan COP yang dihasilkan akan besarpula. Salah satu
cara untuk mendapatkan performansi yang maksimal adalah dengan melakukan
variasi perubahan kecepatan putar pada kompresor. Hal ini akan berdampak pada
perubahan daya kompresor, sehingga laju aliran refrigeran yang dialirkan sesuai
dengan kebutuhan pendinginan beban yang diberikan.
Hal ini membuktikan bahwa koefisien prestasi mesin (COP) terjadi
penurunan seiring dengan kenaikan temperatur kondensor. Peningkatan suhu ini
terjadi karena prinsip kerja kompresor dimana menaikan tekanan. Dengan naiknya
tekanan maka suhu yang di hasilkan juga akan meningkat. Pada kondisi ini
refrigeran tidak berubah fase hanya saja refrigeran yang berbentuk uap dari
evaporator akan di hisap oleh kompresor untuk di dinaikan tekanannya menuju
kondensor. Pada proses ini terjadi kenaikan temperatur refrigeran. Perpindahan
kalor pada proses ini terjadi pada kondisi kompresi isentropik atau adiabatik.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum berujudul “PERBEDAAN


SUHU EVAPORATOR DAN KONDENSOR SERTA PERAN
SUPERHEATING DAN SUBCOOLING TERHADAP KOEFISIEN KINERJA
DAN KEBUTUHAN DAYA KOMPRESOR REFRIGERAN R134a” yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil dari data-data diatas terlihat bahwa
kenaikan COP dipengaruhi oleh besarnya cooling load yang diberikan kepada
evaporator. Kerja pendinginan atau kapasitas pendinginan (qevap) yang semakin
besar dan kerja kompresor (Wkomp) yang semakin mengecil maka akan
menghasilkan nilai Coefficient of Performance (COP) yang semakin tinggi pula.
DAFTAR PUSTAKA

Althouse A.D. (1982), Modern Refrigeration and Air Conditioning,The


Goodheart-Wilcot,Inc.
Arismunandar, Wiranto. Heizo Saito;1981.Penyegaran Udara. PT.Pradya.
Paramita: Jakarta.
Hariyadi, Purwiyatno., dan Kusnandar, Feri. 2019. Prinsip Teknik Pangan.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Ilyas S. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I Teknik Pendinginan
Ikan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Insanul, A. R., Pambudi, W. F., & Akhmad, N. (2020). Efek Bunga Es Terhadap
Kerja Evaporator Refrigerator. Majalah Ilmiah Gema Maritim, 22(1), 1-9.
Marwani. 2010. PENGARUH PERUBAHAN PUTARAN FAN KONDENSOR
TERHADAP PERFORMANSI MESIN PENGKONDISIAN UDARA.
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke-9 Palembang.
Paath, V. V., Wenur, F., & Longdong, I. (2017, August). KAJIAN
PENGEMASAN TERHADAP MUTU TERUNG UNGU (Solanum
melongena L) SELAMA PENYIMPANAN. In COCOS (Vol. 1, No. 7).
Pinnata, Ruben Induran dan Ary Bachtiar Krishna Putra. 2015. Pengujian
Karakteristik Kerja Pada Sisi Low Stage Sistem Refrigerasi Cascade Dengan
Fluida Kerja R-407F Sebagai Alternatif Ramah Lingkungan Dari R404A
Dengan Variasi Beban Pendinginan. Jurnal Teknik ITS. Vol. 4 (2): B103 –
B108.
Purnomo, B. C., & Setiyo, M. (2017). Karakteristik sistem refrigerasi kompresi
uap dengan refrigerant campuran musicool 134-CO2. Jurnal Teknologi, 9(2),
57-64.
Poernomo, H. (2015). Analisis Karakteristik Unjuk Kerja Sistem Pendingin (Air
Conditioning) Yang Menggunakan Freon R-22 Berdasarkan Pada Variasi
Putaran Kipas Pendingin Kondensor. KAPAL: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kelautan, 12(1), 1-8.
Santosa, T. H. A., Nadjib, M., Thoharuddin, T., & Riza, M. A. 2017. Efek Variasi
Beban Pendinginan Terhadap Coefficient Of Performance (COP) Alat Uji
Pengukuran Koefisien Evaporasi Menggunakan Refrigeran R134A. Semesta
Teknika. Vol. 20 (2): 193-203.
Stoecker, W.F. dan Jerold, W.J., 1996, “Refrigerasi dan Penyegaran Udara”.
Terjemahan Supratman Hara. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Syah, Dahrul. 2018. Pengantar Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press.
Tyoso, W, B, 1992. Satuan Operasi Pada Proses Pangan II. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
LAMPIRAN

Perhitungan:

Anda mungkin juga menyukai