Anda di halaman 1dari 8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Refrigerasi


Pengertian Refrigerasi

Refrigerasi adalah suatu usaha untuk memelihara tingkat suhu dari suatu produk atau ruangan agar
suhunya lebih rendah dari suhu lingkungan sekitarnya dangan cara penyerapan panas dari bahan
atau ruangan itu, dan dapat diartikan juga bahwa refrigerasi sebagai suatu pengelolaan terhadap
panas (IIyas, 1993 ).

Prinsip Dasar Refrigerasi

Secara umum, prinsip refrigerasi adalah proses penyerapan panas dari dalam ruangan yang tertutup
kedap lalu memindahkan serta mengenyahkan panas keluar dari ruangan tersebut. Proses
merefrigerasi ruangan tersebut perlu tenaga atau energi, energi yang paling cocok untuk refrigerasi
adalah tenaga listrik untuk menggerakkan kompresor unit refrigerasi (Ilyas, 1993 ).

Refrigerasi memanfaatkan sifat – sifat panas (thermal) dari refrigeran selagi bahan itu berubah
keadaan dari bentuk cair menjadi gas dan sebaliknya dari gas menjadi cair.

Proses yang Berlangsung pada Sistem Refrigerasi


Menurut IIyas (1993), beberapa proses yang berlangsung dari unit mesin refrigerasi adalah sebagai
berikut:
1). Penguapan
Penguapan adalah proses refrigeran cair yang berada dalam evaporator menguap pada suhu tetap.
Meskipun telah menyerap panas dari produk atau ruangan yang didinginkannya, penyerapan panas
selama penguapan tersebut tidak disertai oleh kenaikan suhu
2). Pemampatan
Pemampatan adalah suatu proses refrigeran yang berupa uap dingin dari evaporator di hisap oleh
kompresor dan kemudian di mampatkan sehingga suhu dan tekanannya berubah menjadi tinggi.
Setelah di mampatkan kemudian refrigeran tersebut di tekan menuju kondensor
3). Pengembunan
Proses pengembunan pada dasarnya adalah mengenyahkan panas dari refrigeran yang bersuhu dan
bertekanan tinggi di dalam kondensor dimana medium pengembunannya dapat berupa air atau
udara sehingga panas refrigeran diserap oleh medium tersebut
4). Pemuaian
Pemuaian adalah suatu proses pengaturan bentuk refrigeran supaya memuai atau mengabut dengan
tujuan untuk mempercepat terjadinya uap refrigeran dingin di evaporator. Cara kerjanya yaitu
tekanan cairan refrigeran dijatuh tekankan pada katup ekspansi sehingga suhunya menjadi di
bawah suhu ruangan yang direfrigerasi.
2.2. Komponen Utama dan Cara Kerja Refrigerant
1. Kompresor (Compressor)
Kompresor adalah komponen utama yang berperan sangat penting dalam sistem pendingin,
komponen ini bisa di katakan jantungnya sistem refrigerasi. Cara kerja komponen tersebut ialah
menghisap dan menekan freon (refrigerant) didalam sistem / mengsirkulasikan refrigerant
didalam sistem.

Menurut jenis kompressor terbagi menjadi 3 bagian :


1. Kompresor Hermetic.
2. Kompresor Semi Hermetic.
3. Kompresor Open type.

Namun menurut cara kerjanya kompresor terbagi menjadi 5 bagian :


1. Kompresor Sentrifugal.
2. Kompresor Screw
3. Kompresor Scrol
4. Kompresor Rotari (Rotary)
5. Kompresor Torak (Reciprocating)

2. Kondensor (Condenser)
Kondensor termasuk kompenen utama sistem refrigerasi yang tidak kalah pentingnya dengan
kompresor, karena komponen-komponen tersebut saling berhubungan, saling mendukung, saling
mempengaruhi. Cara kerja dari komponen ini ialah membuang panas yang memungkinkan
terjadinya pengembunan.

3. Pipa kapiler
Pipa kapiler adalah suatu pipa pada sistem refrigerasi yang mempunyai diameter paling kecil jika
dibandingkan dengan pipa – pipa yang lainya. Pipa kapiler ini biasanya berukuran diameter 0,8 –
2,0 mm dengan panjang kurang lebih 1 meter. Cara kerja pipa kapiler merendahkan temperature
dan tekanan refrigerant didalam sistem.

4. Evaporator
Evaporator adalah kebalikan dari condenser, kalau condenser berfungsi sebagai pembuang panas
dari freon yg dipompa oleh compressor dan membuang panasnya dengan sebuah fan motor,
sebagai penampung dingin dari freon yg sudah berubah wujud menjadi cair setelah melewati
pipa kapiler.

Didalam evaporator yg hampa udara, freon akan menguap dan menyerap panas pada pipa-pipa
yg berada pada evaporator sehingga pipa-pipa di evaporator menjadi dingin, dan membuang
dinginnya dengan hembusan sebuah fan motor dengan daun kipas yang berbentuk blower.
Bahan Pendingin ( Refrigerant )

Bahan pendingin adalah media pendingin yang berbentuk cairan maupun gas dan memiliki titik
didih sangat rendah pada tekanan 1 Atm. Dewasa ini banyak digunakan baha refrigeran yang
mengandung CFC. Namun dewasa ini sangt gencar dibicarakan oleh pakar – pakar lingkungan
hidup mengenai penipisan lapisan ozon yang dirusak oleh gas – gas klorine yang dilepaskan
manusia maupun melalui proses alamiah. Pada mulanya para ilmuan berpendapat penipisan ozon
utama adalah disebabkan nitrogen oksida yang berasal dari pesawat supersonik. Belakangan ini
perhatian ilmuan beralih pada zat kimia yang dibuat oleh manusia, yaitu Clorofluoro Carbon ( CFC
). Dampak penipisan ozon sangat berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, kehidupan
tumbuh – tumbuhan, dan binatang. Selain itu, juga berdampak negatif terhadap iklim, yaitu
meningkatkan suhu rata - rata dan perubahan iklim global serta pencemaran udara ( Sumanto, 2004
).Sumanto ( 2004 ) mengatakan bahwa, bahan pendingin dibagi menjadi dua yaitu :

1. Amonia ( R 717 atau NH3 )

Amonia ( R 717 ) digunakan secara luas pada mesin refrigerasi yang besar ( industri ). Titik didih
normalnya adalah 33ºC. Amonia mempunyai karakteristik bau meskipun pada konsentrasi yang
kecil di udara. Tidak dapat terbakar, tetapi meledak ketika bercampur dengan udara dengan
prosentase volume 13 : 28. Karena efek korosi dari amonia, maka tembaga atau campuran tembaga
harus tidak digunakan pada mesin – mesin yang menggunakan amonia.

2. Fluorinated ( CFC )

Fluorinated adalah refrigeran yang aman dan tidak beracun yang banyak dipakai sekarang ini.
Adapun di pasaran dikenal dengan Freon, genetron, frigen, areton, isotron, asahi frond dan lain -
lain.
Jenis refrigeran ini terdiri dari :

 R 11 ( tricloromono fluoro metane = CCI3F)


 R 12 ( Dichloro difluoro methane = CCL2F2 )
 R 22 ( Monochloro difluoro methane = CHCLF2 )
 R 502(Campuran antara CCL2F2 - CF3 = 51,2 % dan CHCLF2 = 48,8 %)

Syarat – Syarat Bahan Pendingin ( Refrigerant )

Sumanto ( 2004 ) mengatakan bahwa, untuk keperluan suatu jenis pendinginan ( misal untuk
pendinginan udara atau pengawetan beku ) diperlukan refrigeran dengan karakteristik
termodinamika yang tepat. Adapun syarat – syarat umum untuk refrigeran adalah :

1. Tidak beracun dan tidak berbau merangsang


2. Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara, pelumas, dan sebagainya
3. Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai pada sistem pendingin
4. Bila terjadi kebocoran mudah dicari
5. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah
6. Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai setiap kali dimampatkan, diembunkan,
dan diuapkan
7. Perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan pengembunan ( kondensasi ) harus
sekecil mungkin
8. Mempunyai panas laten penguapan yang besar, agar panas yang diserap evaporator dapat
maksimal
9. Tidak merusak tubuh manusia
10. Konduktivitas thermal yang tinggi
11. Viskositas dalam fase cair maupun fase gas rendah, agar tahanan aliran refrigeran dalam
pipa sekecil mungkin
12. Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak
menyebabkan korosi pada material isolator listrik
13. Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh.

2.3. Desain RHVAC

Desain Sistem HVAC

Tujuan dari desain Sistem Tata Udara adalah untuk menyediakan sistem sesuai dengan
ketentuan CPOB untuk memenuhi kebutuhan perlindungan produk dan proses sejalan dengan
persyaratan GEP (Good Engineering Practices), seperti keandalan, perawatan, keberlanjutan,
fleksibilitas, dan keamanan.

Desain Sistem Tata Udara memengaruhi tata letak ruang berkaitan dengan hal seperti posisi
ruang penyangga udara (airlock) dan pintu. Tata letak ruang memberikan efek pada kaskade
perbedaan tekanan udara ruangan dan pengendalian kontaminasi silang. Pencegahan kontaminasi
dan kontaminasi silang merupakan suatu pertimbangan desain yang esensial dari sistem Tata
Udara. Mengingat aspek kritis ini, desain Sistem Tata Udara harus dipertimbangkan pada tahap
desain konsep industri farmasi.

Masalah yang biasanya dikaitkan dengan desain Sistem Tata Udara adalah : .

 Pola alur personil, peralatan dan material;


 Sistem produksi terbuka atau tertutup;
 Estimasi kegiatan pembuatan di setiap ruangan;
 Tata letak ruang;
 Finishing dan kerapatan konstruksi ruangan;
 Lokasi dan konstruksi pintu;
 Strategi ruang penyangga udara;
 Strategi pembersihan dan penggantian pakaian;
 Kebutuhan area untuk peralatan sistem Tata udara dan jaringan saruran udara (ductwork);
 Lokasi untuk pemasokan udara, pengembalian udara dan pembuangan udara.
Tipe-tipe Dasar Desain HVAC

Ada 3 kategori dasar untuk Sistem Tata Udara:

1. Sistem udara segar 100% (sekali lewaf) /full fresh-air (once-through);


2. Sistem resirkulasi; dan
3. Sistem ekstraksi/ exhaust.
2.4. Aplikasi dan Contoh Sistem Refrigerasi

Contoh Aplikasi Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

Anda mungkin juga menyukai