Refrigerasi adalah suatu usaha untuk memelihara tingkat suhu dari suatu produk atau ruangan agar
suhunya lebih rendah dari suhu lingkungan sekitarnya dangan cara penyerapan panas dari bahan
atau ruangan itu, dan dapat diartikan juga bahwa refrigerasi sebagai suatu pengelolaan terhadap
panas (IIyas, 1993 ).
Secara umum, prinsip refrigerasi adalah proses penyerapan panas dari dalam ruangan yang tertutup
kedap lalu memindahkan serta mengenyahkan panas keluar dari ruangan tersebut. Proses
merefrigerasi ruangan tersebut perlu tenaga atau energi, energi yang paling cocok untuk refrigerasi
adalah tenaga listrik untuk menggerakkan kompresor unit refrigerasi (Ilyas, 1993 ).
Refrigerasi memanfaatkan sifat – sifat panas (thermal) dari refrigeran selagi bahan itu berubah
keadaan dari bentuk cair menjadi gas dan sebaliknya dari gas menjadi cair.
2. Kondensor (Condenser)
Kondensor termasuk kompenen utama sistem refrigerasi yang tidak kalah pentingnya dengan
kompresor, karena komponen-komponen tersebut saling berhubungan, saling mendukung, saling
mempengaruhi. Cara kerja dari komponen ini ialah membuang panas yang memungkinkan
terjadinya pengembunan.
3. Pipa kapiler
Pipa kapiler adalah suatu pipa pada sistem refrigerasi yang mempunyai diameter paling kecil jika
dibandingkan dengan pipa – pipa yang lainya. Pipa kapiler ini biasanya berukuran diameter 0,8 –
2,0 mm dengan panjang kurang lebih 1 meter. Cara kerja pipa kapiler merendahkan temperature
dan tekanan refrigerant didalam sistem.
4. Evaporator
Evaporator adalah kebalikan dari condenser, kalau condenser berfungsi sebagai pembuang panas
dari freon yg dipompa oleh compressor dan membuang panasnya dengan sebuah fan motor,
sebagai penampung dingin dari freon yg sudah berubah wujud menjadi cair setelah melewati
pipa kapiler.
Didalam evaporator yg hampa udara, freon akan menguap dan menyerap panas pada pipa-pipa
yg berada pada evaporator sehingga pipa-pipa di evaporator menjadi dingin, dan membuang
dinginnya dengan hembusan sebuah fan motor dengan daun kipas yang berbentuk blower.
Bahan Pendingin ( Refrigerant )
Bahan pendingin adalah media pendingin yang berbentuk cairan maupun gas dan memiliki titik
didih sangat rendah pada tekanan 1 Atm. Dewasa ini banyak digunakan baha refrigeran yang
mengandung CFC. Namun dewasa ini sangt gencar dibicarakan oleh pakar – pakar lingkungan
hidup mengenai penipisan lapisan ozon yang dirusak oleh gas – gas klorine yang dilepaskan
manusia maupun melalui proses alamiah. Pada mulanya para ilmuan berpendapat penipisan ozon
utama adalah disebabkan nitrogen oksida yang berasal dari pesawat supersonik. Belakangan ini
perhatian ilmuan beralih pada zat kimia yang dibuat oleh manusia, yaitu Clorofluoro Carbon ( CFC
). Dampak penipisan ozon sangat berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, kehidupan
tumbuh – tumbuhan, dan binatang. Selain itu, juga berdampak negatif terhadap iklim, yaitu
meningkatkan suhu rata - rata dan perubahan iklim global serta pencemaran udara ( Sumanto, 2004
).Sumanto ( 2004 ) mengatakan bahwa, bahan pendingin dibagi menjadi dua yaitu :
Amonia ( R 717 ) digunakan secara luas pada mesin refrigerasi yang besar ( industri ). Titik didih
normalnya adalah 33ºC. Amonia mempunyai karakteristik bau meskipun pada konsentrasi yang
kecil di udara. Tidak dapat terbakar, tetapi meledak ketika bercampur dengan udara dengan
prosentase volume 13 : 28. Karena efek korosi dari amonia, maka tembaga atau campuran tembaga
harus tidak digunakan pada mesin – mesin yang menggunakan amonia.
2. Fluorinated ( CFC )
Fluorinated adalah refrigeran yang aman dan tidak beracun yang banyak dipakai sekarang ini.
Adapun di pasaran dikenal dengan Freon, genetron, frigen, areton, isotron, asahi frond dan lain -
lain.
Jenis refrigeran ini terdiri dari :
Sumanto ( 2004 ) mengatakan bahwa, untuk keperluan suatu jenis pendinginan ( misal untuk
pendinginan udara atau pengawetan beku ) diperlukan refrigeran dengan karakteristik
termodinamika yang tepat. Adapun syarat – syarat umum untuk refrigeran adalah :
Tujuan dari desain Sistem Tata Udara adalah untuk menyediakan sistem sesuai dengan
ketentuan CPOB untuk memenuhi kebutuhan perlindungan produk dan proses sejalan dengan
persyaratan GEP (Good Engineering Practices), seperti keandalan, perawatan, keberlanjutan,
fleksibilitas, dan keamanan.
Desain Sistem Tata Udara memengaruhi tata letak ruang berkaitan dengan hal seperti posisi
ruang penyangga udara (airlock) dan pintu. Tata letak ruang memberikan efek pada kaskade
perbedaan tekanan udara ruangan dan pengendalian kontaminasi silang. Pencegahan kontaminasi
dan kontaminasi silang merupakan suatu pertimbangan desain yang esensial dari sistem Tata
Udara. Mengingat aspek kritis ini, desain Sistem Tata Udara harus dipertimbangkan pada tahap
desain konsep industri farmasi.
Masalah yang biasanya dikaitkan dengan desain Sistem Tata Udara adalah : .