Anda di halaman 1dari 48

Laboratorium Prestasi Mesin

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Barulah pada tahun 1820 ilmuwan Inggris bernama Michael Faraday
menemukan cara baru untuk mendinginkan udara dengan menggunakan
gas amonia, dan tahun 1842 seorang dokter bernama Dr. John Gorrie
menemukan cara mendinginkan ruangan di rumah sakit yang berada di
Florida, Amerika Serikat untuk kenyamanan pasien. Inilah cikal bakal
refrigerasi pada umumnya. Barulah pada tahun 1927 Willis Haviland
seorang insinyur menyempurnakan percobaan dari Dr. John Gorrie.

Refrigerasi pada umumnya ilmu yang mempelajari tentang metode


pengkondisian temperatur agar tetap berada dibawah suhu lingkungan.
Karena temperatur ruangan yang berkondisi tersebut selalu berada di
bawah temperatur.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

1.2Tujuan Percobaan
A. Dari saluran udara dengan prinsip-prinsip psychrometry dan
keseimbangan energi dapat di tentukan :
1. Perubahan sifat-sifat udara sepanjang duct dalam diagram
psychrometry
2. Coeficien of performance (COP) aktualdari seluruh instansi
mesin pendingin
3. Energi yang hilang dari setiap potongan duct

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

Beban pendinginan sebenarnya adalah jumlah panas yang


dipindahkan oleh sistem pengkondisian udara setiap waktu.Beban
pendinginan terdiri atas panas yang berasal dari ruang dan tambahan
panas.Jumlah panas setiap saat yang masuk kedalam ruang melalui kaca
secara radiasi maupun melalui dinding akibat perbedaan temperature,
pengaruh penyimpanan energy pada struktur bangunan, serta peralatan-
peralatan listrik seperti lampu dan peralatan lainnya.

Metode pendinginan atau refrigerasi ini memerlukan suatu zat


pendingin atau zat perantara yang terdapat dalam suatu sistim unit
refrigerasi yang sifat zatnya itu mudah berubah bentuk dari fasa satu ke
bentuk fasa yang lain. Biasanya menggunakan amoniak (zat pendingin
alami) ataupun refrigerant (zat pendingin buatan). Tetapi untuk sekarang
komponen refrigerator telah banyak memakai refrigerant sebagai zat
pendingin, mengingat keselamatan dari pemakaian, amoniak lebih mudah
terbakar. Refrigerant merupakan suatu zat yang mudah berubah dari cair
menjadi uap dan sebaliknya apabila kondisi tekanan dan temperaturnya
diubah.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Adapun manfaat dari penerapan ilmu refrigerasi, manfaatnya sangat
diperlukan dalam pengabdian terhadap masyarakat, diantaranya dapat
digunakan pada perumahan, kantor, hotel, supermarket, pengolahan dan
pengawetan bahan makanan, transportasi, pembuatan batu es, pemurnian
minyak pelumas, dan masih banyak lagi manfaat dari ilmu tentang
refrigerasi dalam aplikasi sehari-hari.

2.2 Pengertian Refrigerant


Refrigerasi adalah produksi atau pengusahaan dan pemeliharaan
tingkat suhu dari suatu bahan atau ruangan pada tingkat  yang lebih
rendah dari pada suhu lingkungan atau atmosfir sekitarnya dengan cara
penarikan atau penyerapan panas dari bahan atau ruangan tersebut.
Refrigrasi dapat dikatakan juga sebagai sebagai proses pemindahan
panas dari suatu bahan atau ruangan ke bahan atau ruangan lainnya (Ilyas,
1993), sedangkan menurut Hartanto (1985) pendinginan atau refrigerasi
adalah suatu proses penyerapan panas pada suatu benda dimana proses
ini terjadi karena proses penguapan bahan pendingin (refrigeran), dan
menurut Arismunandar dan Saito (2005) refrigerasi adalah usaha untuk
mempertahankan suhu rendah yaitu suatu proses mendinginkan udara
sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai
dengan kondisi yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu
ruangan tertentu, faktor suhu dan temperatur sangat berperan dalam
memelihara dan mempertahankan nilai kesegaran.

Refrigrasi memanfaatkan sifat-sifat panas (thermal) dari


bahan refrigerant selagi bahan itu berubah keadaan dari bentuk cairan
menjadi bentuk gas atau uap da sebaliknya dari gas kembali menjadi
cairan (Ilyas, 1993).

2.2.1 Prinsip Dasar Refrigerasi Mekanik

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
1.  Gambaran Umum Refrigerasi Mekanik
Prinsip  dasar dari refrigerasi mekanik adalah proses penyerapan
panas dari dalam suatu ruangan berinsulasi tertutup kedap lalu
memindahkan serta mengenyahkan panas keluar dari ruangan tersebut.
Proses merefrigerasi ruangan tersebut perlu tenaga atau energi. Energi
yang paling cocok untuk refrigerasi adalah tenaga listrik yaitu untuk
menggerakkan kompresor pada unit refrigerasi.

2.  Proses Yang Berlangsung Dalam Sistem Refrigerasi                


Dalam suatu sistem refrigrasi mekanik, berlangsung beberapa
proses fisik yang sederhana. Jika ditinjau dari segi termodinamika, seluruh
proses perubahan itu terlibat tenaga panas, yang dikelompokkan atas
panas laten penguapan, panas sensibel, panas laten pengembunan dan
lain sebagainya. Menurut Sofyan Ilyas (1993), suatu siklus refrigrasi
secara berurutan berawal dari pemampatan, melalui pengembunan
(kondensasi), pengaturan pemuaian dan berakhir pada penguapan
(evaporasi).

Satu siklus refrigrasi kompresi uap adalah sebagai berikut:


Pemampatan (kompresi). Uap refrigeran lewat panas bersuhu dan
tekanan rendah yang berasal dari proses pengupan dimampatkan oleh
kompresor menjadi uap bersuhu dan bertekanan tinggi agar kemudian
mudah diembunkan, uap kembali menjadi cairan didalam kondensor.
Pengembunan (kondensasi).

Proses pengembunan adalah proses pengenyahan atau pemindahan


panas dari uap refrigeran bersuhu dan bertekanan tinggi hasil
pemampatan kompresor ke medium pengembun di luar kondensor.
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Pemuaian.

Pemuaian adalah proses pengaturan kesempatan bagi refrigeran cair


untuk memuai agar selanjutnya dapat menguap di evaporator. Penguapan
(evaporasi), pada proses ini, refrigeran cair berada dalam pipa logam
evaporator mendidih dan menguap pada suhu tetap, walaupun telah
menyerap sejumlah besar panas dari lingkungan sekitarnya yang berupa
zat alir dan pangan dalam ruangan tertutup berinsulasi. Panas yang
diserap dinamakan “panas laten penguapan.

2.2.1 Komponen Sistem Refrigrasi


1. Komponen Utama Sistem Refrigrasi
Komponen pokok adalah komponen yang harus ada / dipasang
dalam mesin refrigerasi. Menurut Hartanto (1985) komponen pokok
tersebut meliputi Kompresor, kondensor, tangki penampung (receiver
tank), katup ekspansi dan evaporator. Masing-masing komponen dalam
sistem kompresi uap mempunyai sifat-sifat yang tersendiri.
a.  Kompresor
Kompresor merupakan jantung dari suatu sistem refrigerasi mekanik,
berfungsi untuk menggerakkan sistem refrigerasi agar dapat
mempertahankan suatu perbedaan tekanan antara sisi tekanan rendah
dan sisi tekanan tinggi dari system. Kompresor refrigerasi yang paling
umum adalah kompresor torak (reciprocating compressor), sekrup
Menurut Hartanto berdasarkan cara kerjanya kompresor dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu kompresor torak dan kompresor rotary.

 Kompresor torak
Kompresor torak yaitu kompresor yang kerjanya dipengaruhi oleh
gerakan torak yang bergerak menghasilkan satu kali langkah hisap dan
satu  kali langkah tekan yang berlainan waktu.  Kompresor torak lebih
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
banyak digunakan pada unit mesin pendingin berkapasitas besar maupun
kecil seperti lemari es, cold storage, coll room.

Gambar 2.1 Kompresor Torak


 Kompresor sekrup ulir
Kompresor sekrup ulir putar memiliki beberapa keuntungan yaitu :
lebih sedikit jumlah bagian yang bergesekan, perbandingan kompresi
yang tinggi dalam suatu tingkat relatif sedikit terhadap pengaruh cairan
(kotoran) yang terserap dalam refrigerant. Kapasitas yang refrigerant yang
tercapai 300 – 500 kW.

 Kompresor rotary
Kompresor rotary yaitu kompresor yang kerjanya berdasarkan
putaran roller pada rumahnya, prinsip kerjanya adalah satu putaran
porosnya akan terjadi langkah hisap dan langkah tekan yang bersamaan
waktunya, kompresor rotary terdiri dua macam yaitu kompresor rotary
dengan pisau / blade tetap.

Berdasarkan kontruksinya, kompresor terdiri dari :

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
1) Kompresor tertutup
Kompresor jenis ini banyak digunakan pada unit mesin refrigerasi
yang kecil. Kompresor tertutup dibedakan dua macam yaitu kompresor
hermetik dan kompresor semi hermetic

2) Kompresor hermetik
Kompresor yang di bangun dengan tenaga penggeraknya (motor
listrik) dalam satu tempat tertutup.  Jenis kompresor hermetik yang sering
digunakan adalah kompresor hermetik torak pada lemari es dan
kompresor hermetik rotary pada air conditioner.
 
3) Kompresor semi hermetik
Kompresor yang bagian rumah engkolnya dibangun menjadi satu
dengan motor listriknya sebagai tenaga penggerak. Pada kompresor ini
tidak diperlukan penyekat poros sehingga dapat dicegah terjadinya
kebocoran gas refrigeran.

4) Kompresor terbuka
Kompresor yang dibangun terpisah dengan motor penggeraknya. 
Jenis ini banyak digunakan pada unit refrigerasi yang berkapasitas besar
seperti pabrik es, cold strorage.  Pada kompresor terbuka salah satu
porosnya keluar dari kompresor untuk menerima putaran dari tenaga
penggeraknya.

5) Kondensor
Pengembun atau kondensor adalah bagian dari refrigerasi yang
menerima uap refrigeran tekanan tinggi yang panas dari kompresor dan
mengenyahkan panas pengembunan itu dengan cara mendinginkan uap
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
refrigerant tekanan tinggi yang panas ke titik embunnya dengan cara
mengenyahkan panas sensibelnya. Pengenyahan selanjutnya panas laten
menyebabkan uap itu mengembun menjadi cairan.

Gambar 2.2 Kondensor

Jenis- jenis kondensor yang kebanyakan dipakai adalah sebagai


berikut:
1) Kondensor pipa ganda (Tube and Tube)
Jenis kondensor ini terdiri dari susunan dua pipa aksial, dimana
refrigeran mengalir melalui saluran yang berbentuk antara pipa dalam dan
pipa luar, dari atas ke bawah. Sedangkan air pendingin mengalir di dalam
pipa dalam dengan  arah yang berlawanan dengan arah aliran refrigeran.

2) Kondensor tabung dan koil ( Shell and Coil )


Kondensor tabung dan koil adalah kondensor  yang terdapat koil pipa
air pendingin di dalam tabung yang di pasang pada posisi vertikal. Tipe
kondensor ini air mengalir dalam koil, endapan dan kerak yang terbantuk
dalam pipa harus di bersihkan dangan bahan kimia atau detergen.

3) Kondensor pendingin udara


Kondensor pendingin udara adalah jenis kondensor yang terdiri dari
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
koil pipa pendingin yang bersirip pelat (tembaga atau aluminium). Udara
mengalir dengan arah tegak lurus pada bidang pendingin, gas refrigeran
yang bertemperatur tinggi masuk ke bagian atas dari koil dan secara
berangsur mencair dalam alirannya ke bawah.

4) Kondensor tabung dan pipa horizontal (Shell and Tube)


Kondensor tabung dan pipa horizontal adalah kondensor tabung
yang di dalamnya banyak terdapat pipa – pipa pendingin, dimana air
pendingin mengalir dalam pipa – pipa tersebut. Ujung dan pangkal pipa
terikat pada pelat pipa, sedangkan diantara pelat pipa dan tutup tabung
dipasang sekat untuk membagi aliran air yang melewati pipa – pipa.
Kondensor yang sering digunakan pada kapal-kapal ikan adalah
kondensor jenis shell and tube.  Kondensor ini terbuat dari sebuah silinder
besar yang di dalamnya terdapat susunan pipa-pipa untuk mengalirkan air
pendingin.

 Tangki penampung (receiver tank)


Tangki penampung (Receiver) adalah tangki yang digunakan untuk
menyimpan refrigerant cair yang berasal dari pengeluaran kondensor.
Namun, apabila temperatur air pendingin didalam kondensor relatif rendah,
dan temperatur ruang mesin di mana tangki penampung cairan dipasang
lebih tinggi, kadang - kadang cairan refrigeran yang terjadi di dalam
kondensor tidak dapat mengalir dengan mudah. Dalam hal ini, bagian atas
kondensor harus dihubungkan dengan bagian atas penerima cairan oleh
penyama tekanan.

Pada receiver dilengkapi dengan sebuah gelas penduga untuk


melihat kapasitas freon dalam sistem dan juga dilengkapi dengan katup
keamanan sebagai pengaman untuk mengatasi tekanan yang berlebihan
dalam sistem.
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

a.   Katup Ekspansi


Katup ekspansi dipergunakan untuk mengekspansikan secara
adiabatik cairan refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
sampai mencapai tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah.Pada
waktu katup ekspansi membuka saluran sesuai dengan jumlah refrigeran
yang diperlukan oleh evaporator, sehingga refrigeran menguap sempurna
pada waktu keluar dari evaporator.

Apabila beban pendingin turun, atau apabila katup ekspansi


membuka lebih lebar, maka refrigeran didalam evaporator tidak menguap
sempurna, sehingga refrigeran yang terhisap masuk kedalam kompresor
mengandung cairan.  Jika jumlah refrigeran yang mencair berjumlah lebih
banyak atau apabila kompresor mengisap cairan, maka akan terjadi
pukulan cairan (Liquid hammer) yang dapat merusak kompresor.

Gambar 2.3 Katup ekspansi

Menurut Hartanto, katup ekspansi berdasarkan cara kerjanya terdiri


dari :
1.  Katup ekspansi manual / tangan
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Berfungsi untuk mengontrol arus refrigerant supaya tepat
mengimbangi beban refrigrasi. Alat ini hanya digunakan kalau beban
refrigrasi konstan yang menunjukkan bahwa perubahan kecil dan
berkembang lambat. Sering dipasang paralel dengan alat kontrol lain
sehingga system dapat tetap dioperasikan jika katup yang lain dalam
keadaan rusak.

2.  Katup ekspansi automatik


Katup yang cara kerjanya berdasarkan tekanan dalam evaporator. 
Cara kerja katup ini adalah pada waktu mesin pendingin tidak bekerja,
katup ekspansi tertutup karena tekanan dalam evaporator lebih besar
daripada tekanan pegas katup yang telah diatur. Setelah mesin bekerja,
uap didalam evaporator akan terhisap oleh kompresor sehingga tekanan
didalam evaporator berkurang. Setelah tekanan didalam evaporator lebih
rendah daripada tekanan pegas maka pegas akan mengembangkan
diafragma dan mendorong katup sehingga membuka.

3.  Katup ekspansi thermostatis (thermostatic expantion valve)


Katup ini bertugas mengontrol arus refrigeran yang di operasikan
secara mengindera oleh suhu dan tekanan di dalam evaporator dan
mensuplay refrigeran sesuai dengan kebutuhan evaporator operasi katup
ini di kontrol oleh suhu bilb kontrol dan oleh tekanan di dalam evaporator.
a. Evaporator
Evaporator berguna untuk menguapkan cairan refrigeran, penguapan
refrigeran akan menyerap panas dari bahan / ruangan, sehingga ruangan
disekitar menjadi dingin. penempatan evaporator dibedakan menjadi
empat macam sesuai dengan keadaan refrigeran didalamnya, yaitu :
1)   Evaporator kering (dry expantion evaporator)
2)   Evaporator setengah basah
3)   Evaporator basah (flooded evaporator), dan
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
4)   Sistem pompa cairan

Pada evaporator kering, cairan refrigeran yang masuk kedalam


evaporator sudah dalam keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar
dari evaporator dalam keadaan uap kering, karena sebagian besar dari
evaporator terisi uap maka penyerapan kalor tidak terlalu besar jika
dibandingkan dengan evaporator basah.  Namun, evaporator kering tidak
memerlukan banyak refrigeran, disamping itu jumlah minyak pelumas
yang tertinggal didalam evaporator sangat kecil .Pada evaporator jenis
setengah basah, kondisi refrigeran diantara evaporato jenis ekspansi
kering dan evaporator jenis basah.

Pada evaporator basah terdapat sebuah akumulator untuk


menampung refrigeran cair dan gas, dari akumulator tersebut bahan
pendingin cair mengalir ke evaporator dan menguap didalamnya.  Sisa
refrigeran yang tidak sempat menguap di evaporator kembali kedalam
akumulator, didalam akumulator refrigeran cair berada dibawah tabung
sedangkan yang berupa gas berada diatas tabung.
Berdasarkan kontruksinya evaporator dibedakan menjadi tiga yaitu:
1)   Evaporator  permukaan datar
Evaporator ini merupakan sebuah plat yang diberi saluran bahan
pendingin atau pipa yang dililitkan pada plat. Evaporator Jenis banyak
digunakan pada cold storage, palkah-palkah ikan dikapal, dan rak air
garam.

2)   Evaporator bare


Jenis ini merupakan pipa yang dikontruksi melingkar atau spiral yang
diberi rangka penguat dan dipasang pada dinding ruang pendingin. jenis ini
banyak digunakan pada freezer atau contact freezer dan proses
pemindahan panas menggunakan sistem konduksi.
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

3)    Evaporator sirip


Evaporator ini merupakan pipa yang diberi plat logam tipis atau sirip-
sirip yang berfungsi untuk memperluas permukaan evaporator sehingga
dapat menyerap panas lebih banyak. Sirip-sirip ini harus menempel erat
pada evaporator. Proses pemindahan panas dilakukan dengan sistem
secara tiupan dan banyak digunakan pada AC (air conditioner),pendingin
ruangan (cool room.)
 Komponen Bantu
Komponen bantu adalah komponen yang dipasang pada instalasi
mesin refrigerasi yang gunanya untuk memperlancar aliran refrigeran
sehingga mesin refrigerasi dapat bekerja lebih sempurna.  Penggunaan
alat bantu disesuaikan dengan besar kecilnya kapasitas, jenis refrigeran 
yang digunakan  dan kegunaan  mesin  refrigerasi  tersebut.

 Oil Separator
Suatu alat yang digunakan untuk memisahkan minyak pelumas yang
ikut    termampatkan oleh kompresor dengan uap refrigeran. Oli yang ikut
bersama   refrigeran harus dipisahkan karena jika hal ini terjadi terus-
menerus, maka dalam waktu singkat kompresor akan kekurangan minyak
pelumas sehingga pelumasan kurang baik, disamping itu minyak pelumas
tersebut akan masuk kedalam  kondensor dan kemudian ke evaporator
sehingga akan mengganggu proses perpindahan kalor.Oil separator
dipasang diantara kompresor dan kondensor.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Gambar 2.4 Oil separator
 Filter and drier
Alat ini digunakan untuk menyaring kotoran dan menyerap
kandungan air yang ikut bersama refrigeran  pada instalasi mesin
refrigerasi.  Alat ini merupakan suatu tabung yang didalamnya terdapat
bahan pengering (desicant) dansaringan kotoran dan penahan agar bahan
pengering tidak terbawa oleh aliran refrigeran yang dipasang pada kedua
ujung tabung tersebut.

 Indikator (gelas penduga)


Merupakan alat yang digunakan untuk melihat aliran cairan refrigeran
pada mesin pendingin. Alat ini dipasang pada saluran cairan refrigerant
bertekanan tinggi antara receiver dan katup ekspansi.

 Kran Selenoid (selenoid valve)


Kran selenoid adalah kran yang digerakkan dengan ada dan tidaknya
aliran listrik, kran ini pada umunya dipasang pada saluran cairan bahan
pendingin bertekanan tinggi atau sebelum katup ekspansi.

 Alat penukar panas ( heat excahnger)


Heat exchanger merupakan suatu alat penukar panas yang gunanya
untuk menambah kapasitas mesin refrigerasi dengan cara
menyinggungkan antara saluran cairan refrigeran yang bertekanan tinggi
dari receiver tank dengan saluran uap refrigeran bertekanan rendah dari
evaporator sehingga terjadinya perpindahan panas dari cairan refrigeran
bertekanan tinggi ke uap refrigeran yang akan dihisap oleh kompresor,
sehingga cairan refrigeran bertekanan tinggi mengalami penurunan
tekanan sebelum mengalir ke katup ekspansi karena penurunan
temperatur.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

 Akumulator
Akumulator berfungsi untuk menampung sementara refrigeran
berwujud cair yang belum sempat menjadi uap di evaporator. Sebelum
masuk ke kompresor refrigeran berbentuk cair dan uap dipisahkan di
akumulator, agar kompresor tidak menghisap cairan refrigeran yang dapat
menyebabkan kompresor rusak.
Pada mesin refrigerasi sistem evaporator basah peranan akumulator
sebagai komponen pokok dan dipasang setelah katup ekspansi, namun
pada evaporator sistem kering akumulator sebagai komponen bantu dan
dipasang diantara evaporator dan kompresor.

 Alat Kontrol dan Pengaman


Sistem refrigrasi memerlukan sejumlah kontrol guna
mempertahankan kondisi operasi dan mengatur arus refrigerant agar
peralatan bekerja aman da ekonomis. Menurut Hartanto, berdasarkan
kegunaannya komponen kontrol terbagi atas 2 macam alat pengontrol :
a.  Alat ukur (non pneumatic)
Alat ini hanya dapat digunakan untuk mengetahui keadaan
pengoperasian mesin pendingin, antara lain :
- Manometer   
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan pada mesin refrigerasi
yang pada umumnya dipasang pada : saluran pengeluaran (discharge)
kompresor, saluran pengisapan (suction) kompresor, saluran minyak
pelumas, kondensor, tangki penampung  dan akumulator (pada evaporator
basah)
- Thermometer
Thermometer digunakan untuk mengukur temperatur, pada mesin
refrigerasi biasanya digunakan untuk mengukur temperatur ruang
pendingin, media pendingin (masuk dan keluar) kondensor, refrigeran
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
pada saluran hisap dan keluar kompresor dan sebagainya.
- Alat Pengaman
Alat ini digunakan untuk mengamankan mesin pendingin apabila
terjadi keadaan pengoperasian yang tidak sesuai dengan yang dinginkan,
jenis alat pengaman yang sering digunakan dapat berbentuk saklar dan
katup atau keran.  Adapun jenisnya antara lain:
1.  Saklar tekanan tinggi ( High Pressure Control / HPC)           
Adalah saklar listrik yang kerjanya dipengaruhi oleh keadaan
refrigerant didalam mesin pendingin yang bertekanan tinggi, alat ini dapat
mematikan kompresor secara automatik apabila tekanan pengeluaran
kompresor terlalu tinggi (lebih tinggi dari batas tekanan yang telah
ditentukan).

2.  Saklar tekanan rendah ( low pressure control / LPC)           


Pada prinsipnya alat ini merupakan suatu saklar automatik yang
bekerja berdasarkan tekanan hisap dari kompresor, apabila tekanan hisap
kompresor terlalu rendah (lebih rendah dari tekanan yang telah ditentukan),
maka alat ini akan memutuskan aliran listrik ke motor penggerak
kompresor sehingga kompresor akan mati.  Apabila tekanan
penghisapannya naik sesuai dengan yang ditentukan maka secara
automatik akan menghidupkan kompresor kembali.

3.  Saklar tekanan  minyak pelumas (oil pressure control)        


Alat kontrol yang dapat mematikan kompresor secara automatik
apabila tekanan minyak pelumas pada kompresor terlalu rendah.  Pada
alat ini terdapat dua buah diafragma yang masing-masing kerjanya
dipengaruhi oleh tekanan minyak pelumas dan tekanan pen ghisapan
kompresor, oleh karena itu alat ini selalu dihubungkan dengan saluran
pelumasan dan saluran penghisapan kompresor.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
4.  Saklar temperatur (thermostat)
Alat yang dapat mematikan kompresor secara automatik apabila
temperatur ruangan yang didinginkan sudah mencapai pada temperatur
yang dikehendaki. Alat ini  menggunakan  tabung  perasa (sensor bulb) 
yang ditempatkan pada ruang pendingin untuk mendeteksi temperatur
ruangan pendingin.
Penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan efisiensi energi dan
material merupakan tema utama dalam bidang refrigerasi dan air
conditioning saat ini.

2.3 PENGERTIAN FREON


Refrigerant atau yang sering kita sebut Freon adalah cairan yang
menyerap panas pada suhu rendah dan menolak panas pada suhu yang
lebih tinggi. Prinsip-prinsip refrigerant memungkinkan untuk digunakan
pada outdoor unit dan indoor unit langsung menjalankannya dengan baik,
karena hubungan tekanan suhu.Hubungan tekanan suhu ini
memungkinkan untuk dapat mentransfer panas.

Dalam industri HVAC refrigerant diberi nama dagang dikenal sebagai ”


nama R”. Contoh nama-nama ini adalah R22, R134a, dan R502. Nama-
nama ini membantu untuk menggambarkan berbagai jenis refrigerant.
Refrigerant memiliki berbagai susunan kimia dengan sifat-sifat yang
berbeda.  Beberapa refrigeran hanya mampu bekerja dalam tekanan yang
tinggi sementara yang lain menggunakan tekanan rendah untuk berfungsi
dengan baik.

Ada tiga susunan utama refrigeran yang digunakan pada saat ini
yaitu :
1. Refrigerant fluorocarbon terhidrogenasi (HFC), yang terdiri
dari hidrogen, fluorin, dan karbon.  Karena mereka tidak menggunakan
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
atom klor (yang digunakan dalam sebagian besar refrigerant) mereka
dikenal sebagai salah satu yang paling merusak lapisan ozon kita.
2. Terhidrogenasi klorofluorokarbon refrigeran (HCFC), yang
terdiri dari hidrogen, klorin, fluorin, dan karbon. Refrigeran ini mengandung
jumlah minimal klorin, yg tidak merusak lingkungan karena berbeda dari
refrigeran lain.
3. Refrigerant chlorofluorocarbon (CFC), yang mengandung
klorin, fluorin dan karbon.  Refrigerant ini membawa jumlah kaporit yang
tinggi sehingga dikenal sebagai refrigerant yang paling berbahaya untuk
merusak lapisan ozon. Kadang-kadang refrigerant terdiri dari dua atau
lebih senyawa kimia. Campuran ini terurai menjadi dua jenis yaitu
Zeotropes dan Azeotropes. refrigeran campuran Zeotrope terutama
terbuat dari tiga jenis refrigerant.Karakteristik yang menjelaskan jenis
refrigerant adalah bahwa ketiga sifat refrigerant itu menjaga mereka
sendiri, mereka bertindak sebagai 3 refrigeran individu. sementara
refrigerant campuran Azeotropes memadukan dua refrigerant. Properti
yang menetapkan jenis refrigeran ini bertindak sebagai pendingin tunggal.
Efek ini titik didih dari kedua jenis refrigerant. Anda harus memahami
salah satu dasar yang paling penting dari refrigerant sebelum melakukan
ekspansi bagaimana mereka bekerja. Kunci utamanya adalah jangan
mempunyai pemikiran kalau refrigerant itu akan dapat memindahkan
panas.

Prinsip ini selalu didengungkan oleh industri HVAC, dan sering terjadi
kesalah pahaman antara custumer dengan teknisi ac mengenai prinsip
dari refrigerant tersebut. Sebuah hubungan tekanan suhu adalah cara
untuk menggambarkan suhu tertentu yang berhubungan langsung dengan
tekanan suatu zat.

Hal ini memungkinkan kontrol suhu refrigerant mendidih.


Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Pengontrolan temperatur refrigeran mendidih memungkinkan untuk
mentransfer panas yang tepat. 

Perpindahan panas adalah ketika panas dari satu tempat


dipindahkan ke tempat lain, ini juga disebut sebagai siklus
refrigerant. Umumnya kita kontrol perpindahan panas melalui udara, air
dan refrigerant. Jenis perpindahan panas terjadi melalui konduksi.
Konduksi adalah ketika molekul dipanaskan, dengan banyak gerakan,
bertabrakan dengan molekul-molekul bergerak lambat. Molekul lebih
hangat, bergerak cepat, selalu bergerak ke arah yang lebih dingin, atau
bergerak ke molekul yang bergerak lambat.

Dinegara kita refrigerant/Freon dijual secara eceran dalam satuan kg,


atau anda dapat juga membelinya 1 can/tabung yg berisi 13 kg lebih.
Refrigeran diidentifikasi oleh kode warna standar.  Label juga mengandung
informasi tentang jenis refrigerant berada dalam wadah bersama dengan
adanya bahaya keselamatan.

Ada beberapa bahaya keamanan saat pengisian refrigeran. Dalam


rangka membantu mencegah kerusakan lapisan ozon, teknisi dinegara
maju diwajibkan oleh hukum untuk mempunyai sertifikat EPA.Ada empat
(4) jenis utama sertifikasi; Tipe I, Tipe II, Tipe III, dan UNIVERSAL. Tipe 1
adalah Jenis peralatan kecil seperti lemari es. Tipe II mencakup alat
bertekanan tinggi dengan pengecualian peralatan kecil seperti misalnya
split-sistem. Tipe III mencakup sistem tekanan rendah seperti pendingin.
Sebuah sertifikasi Universal mencakup tiga jenis sertifikasi.

2.3.1 JENIS-JENIS FREON


Refrigerant pada air conditioner merupakan media yang sudah cukup
lama digunakan, berfungsi untuk memindahkan panas dari satu tempat ke
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
tempat lain. Jenis-jenis refrigerant termasuk Ammonia, Sulfur Dioksida,
Hidrokarbon seperti methane, methyl klorida, methylene klorida, HFC
seperti R11 (umum digunakan pada refrigerator dan air conditioner) dan
R22. Karena kesadaran bahwa HFC turut berperan dalam kerusakan
lapisan ozon, maka penggunaan R11 dan R22 selanjutnya dialihkan ke R-
401A, R-134A, R-407C.

Ammonia adalah refrigerant yang paling umum diketahui. Ammonia


dapat menghasilkan pendinginan dengan mekanisme yang cukup simpel.
Penguapan Ammonia bersifat mudah terbakar, meledak dan beracun.
Ammonia lebih ringan daripada udara. Sulfur Dioksida (SO2) sudah tidak
digunakan dan susah ditemukan penggunaannya kecuali di peralatan
pendingin yang sudah tua. SO2 tidak mudah terbakar atau meledak namun
bersifat korosif. Hydrocarbons seperti methane CH4, isobutane C4H10,
dan propane C3H8 sering digunakan sebagai bahan bakar dan biasa dijual
dalam kemasan kaleng. Methyl klorida CH3Cl juga biasa digunakan
sebagaimana CH2Cl2. Freon dan Genetron: para ahli kimia juga telah
mencoba menggunakan carbon tetraklorida CCl4 sebagai refrigerant
dengan menambahkan dua atom chlorine untuk memproduksi CCl2F2
yang kemudian dikenal dengan keluarga “R”, yaitu R11 dan R22. Inilah yang
sering dimaksud dengan Freon AC.

Refrigerant HFC atau “CFC” tidak bersifat mudah terbakar, tidak


beracun pada manusia dan secara luas digunakan sampai kemudian
diketahui efek buruknya di atmosfer. Air sebagai refrigerant masih
digunakan terus sampai sekarang sebagai media pemindah panas pada
sistem air conditioner yang menggunakan cooling tower yang mana
bekerja efektif dimana kelembaban lingkungan cukup rendah untuk
menghasilkan tingkat penguapan yang bagus. Sistem ini banyak
digunakan di Amerika
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

2.3.2 Pengganti Zat Freon


Musicool Refrigerant Sebagai Pengganti Freon Hemat Listrik Pada
AC Hingga 30%.

2.3.3 Keunggulan Musicool Refrigent


Ramah Lingkungan dan Nyaman, MUSICOOL tidak beracun, tidak
membentuk gum, nyaman dan pelepasannya ke alam bebas tidak akan
merusak lapisan ozon dan tidak menimbulkan efek pemanasan global.
1. Hemat Listrik / Energi, MUSICOOL mempunyai sifat
termodinamika yang lebih baik sehingga dapat menghemat pemakaian
energy/listrik hingga 30% dibanding dengan refrigerant fluorocarbon pada
kapasitas mesin pendingin yang sama.
2. Lebih Irit, MUSICOOL memiliki sifat kerapatan yang rendah
sehingga hanya memerlukan sekitar 30% dari penggunaan refrigerany
fluorocarbon pada kapasitas mesin pendingin yang sama.
3. Pengganti Untuk Semua, MUSICOOL dapat menggantikan
refrigerant yang digunakan selama ini tanpa mengubah atau mengganti
komponen maupun pelumas.
4. Memenuhi Persyaratan International, Musicool memenuhi
baku mutu internasional dalam pemakaian maupun implikasi yang
menyertainya.
Dengan mengganti bahan pendingin mesin AC kita dengan Hydrocarbon,
berarti ada beberapa isu yang terselesaikan, yaitu: kerusakan lapisan ozon,
pemanasan global dan penghematan listrik/energy.
 
Dengan keunggulan teknis yang dimiliki oleh refrigerant Musicool,
maka efeknya terhadap aspek ekonomis cukup besar :
1. Konsumsi tenaga listrik lebih rendah (turun hingga 30%) ->
Biaya pemakaian listrik secara otomatis turun dengan angka yang sama
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
2. Kerja kompresor lebih ringan -> Biaya pemeliharaan
(Maintenance Cost) lebih kecil
3. Umur pemakaian (life time) lebih lama -> Biaya pemeliharaan
lebih kecil -> Biaya Penyusutan ktiva lebih kecil -> Replacement lebih lama
-> Cash flow menjadi longgar
4. Bobot refrigerant yang terpakai lebih ringan (hanya 30%-40%
dari bobot refrigerant sintetis), maka biaya pemakaian bahan pendingin
menjadi lebih rendah Seperti yg kita ketahui sekarang ini banyak sekali isu-
isu krisis yang melanda negeri kita ini, mulai dari perubahan iklim yang
tidak menentu, ROB di sepanjang Pantai Utara Jawa, banjir, krisis listrik, Air
dan BBM. Saya ingin membahas hal tersebut dari salah satu penyebabnya ,
yaitu CFC, HFC dan HCFC (C-Chloro, F-Fluor, C-Carbon, H-Hydro) atau
disini biasa dikenal dengan istilah FREON (Syntetzic Refrigerant). Chlor
adalah gas yang merusak lapisan ozon sedangkan Fluor adalah gas yang
menimbulkan efek rumah kaca. Global warming potential (GWP) gas Fluor
dari freonadalah 510, artinya freon dapat mengakibatkan pemanasan
global 510 kali lebih berbahaya dibanding CO2, sedangkan Atsmosfir Life
Time (ALT) dari freon adalah 15, artinya freon akan bertahan di atsmosfir
selama 15 tahun sebelum akhirnya terurai. Sudah saatnya kita sekarang
mengurangi penggunaan CFC,HFC dan HCFC dalam mesin-mesin
pendingin kita, khususnya untuk Gedung-gedung bertingkat, perkantoran,
mal dan industri. Sekarang ini sudah ada bahan pendingin alternatif
pengganti freon yaitu Hydrocarbon Refrigerant (Natural Refrigerant).
Merek dan jenis HC yang beredar di Indonesia cukup banyak, seperti
Musicool, Hychill, Safe, Duracool, Hycool, dll. HC yang saya bahas disini
adalah Musicool, karena Musicool adalah produk dalam negeri, salah satu
produk Pertamina yang dibuat di Unit Pengolahan III, Plaju, Sumsel di tepi
sungai Musi.

2.3.4 DAMPAK PENGGUNAAN FREON


Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Freon berpotensi menyebabkan terjadinya pemanasan global/global
warming. Freon yang merusak atmosfir ditengarai mampu menimbulkan
efek rumah kaca 510 kali lebih besar dibandingkan dengan Karbon
Dioksida (CO2). Kontribusi CO2 sendiri terhadap timbulnya efek rumah
kaca diperkirakan sebesar 9-26%. Sebagai fluida yang digunakan pada
mesin pengkondisian udara pada umumnya Freon boros dalam
penggunaan energi listrik karena membutuhkan kerja kompresor yang
cukup besar. Konsumsi listrik peralatan pendingin yang menggunakan
Freon sebesar 2540 % dari konsumsi pada umumnya. Sebenarnya ada
jenis refrigerant yang lebih ramah lingkungan dan belakangan ini sudah
mulai banyak diperkenalkan. Refrigerant ini berbasis pada Hidrokarbon.
Beberapa kelebihan jenis refrigerant ini adalah :
1. Tidak berpotensi merusak lapisan ozon.
2. Tidak menimbulkan pemanasan global.
3. Lebih ringan sekitar 40 % jika dibandingkan dengan berat
refrigerant sintesis.
4. Lebih hemat listrik.

Untuk menyelamatkan lingkungan dari dampak pemanasan global,


sudah saatnya semua pihak berperan aktif, paling tidak di mulai dari
sendiri untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang berpotensi
merusak lingkungan.
Daur kompresi uap merupakan daur yang banyak digunakan dalam
daur refrigerasi. Pada daur ini, uap ditekan kemudian diembunkan menjadi
cairan lalu tekanannya diturunkan agar cairan tersebut dapat menguap
kembali proses-proses membentuk daur kompresi uap standar adalah
sebagai berikut:
Proses :
1–2 : Kompesi adiabatik dan reversible dai uap jenuh menuju
tekanan kondensor.
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
2–3 : Pelepasan kalor revesible pada tekanan konstan
menyebabkan penurunan panas lanjut dan pengembunan refrigerasi.
3–4 : Ekspansi irrevesibele pada entalpi konstan dari cairan
jenuh tekanan evaporator.
4–1 : Penurunan kalor revesible pada tekanan tetap yang
menyebabkan penguapan menuju uap jenuh.

Prestasi Daur Kompresi Uap Standar


Dengan bantuan diagram p-h besaran yang penting dalam kompresi
dapat diketahui, besaran-besaran ini akan kerja kompresi, koefisien
prestasi (COP) laju aliran massa untuk setiap kilo watt refigerasi dan daya
per kilo watt refigerasi.

Daur kompresi uap nyata mengalami pengurangan efisiensi


dibandingkan dengan daur standar. Perbedaan antara daur standar dan
daur nyata terletak pada penurunan tekanan di dalam kondensor dan
evaporator. Daur standar dianggap tidak mengalami penurunan tekanan,
tetapi pada daur nyata terjadi penurunan tekanan akibat gesekan,
karenanya kompresi pada titik 1 dan 2 perlu lebih banyak kerja
dibandingkan dengan daur standar.

Beban pendinginan sebenarnya adalah jumlah panas yang


dipindahkan oleh sistem pengkondisian udara setiap waktu.Beban
pendinginan terdiri atas panas yang berasal dari ruang dan tambahan
panas.Jumlah panas setiap saat yang masuk kedalam ruang melalui kaca
secara radiasi maupun melalui dinding akibat perbedaan temperature,
pengaruh penyimpanan energy pada struktur bangunan, serta peralatan-
peralatan listrik seperti lampu dan peralatan lainnya.

Diagram P-h dan Diagram T-s benar benar dalam keadaan cair
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
sebelum masuk pipa kapiler, pada umumnya proses kompresi uap disertai
dengan proses pendinginan lanjut. Peralatan utama dan peralatan
pendukung yang dipergunakan adalah :
• Mesin pendingin refrigeran sekunder
• Pompa: mensirkulasikan refrigeran sekunder.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Gambar Alat Uji

Gambar 3.1 Alat uji Pendingin / Tata Udara

Keterangan Gambar :
1. Tombol on/off
2. Pengatur bukaan dimer
3. Amperemeter
4. Voltmeter
5. Katup ekspansi
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
6. Preasure gauge
7. Thermometer
8. Kondensor
9. Evaporator
10. Kompresor

3.2 Alat yang digunakan dan Fungsi


 Thermometer
Fungsinya : Mengukur temperature.
 Themperature indicator
Fungsinya : Indikator temperature (optional).
 Kondensor water flow meter
Fungsinya : Pengukuran laju aliran massa air pada kondensoar.
 Evaporator water flow meter
Fungsinya : Pengukur laju aliran massa air pada evaporator.
 Condensor pressure gauge
Fungsinya : Pengukur tekanan pada kondensor.
 Evaporator pressure gauge
Fungsinya : Penagukur tekanan pada evaporator.
 Watt meter
Fungsinya : Pengukur daya (optional).
 Stop watch
Fungsinya : Alat pengukur waktu pengujian.

3.3 Prosedur pengujian


Pemeriksaan sebelum praktikum
1. Pastikan aliran listrik sudah tersambung
2. Pastikan semua katup pada refrigeran tertutup (posisi shut down)

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Cara menyalakan mesin
1. Hubungkan kabel dengan stop kontakdan klik on/off pada tombol
papan.
2. Atur laju aliran massa air baik kondensor maupun evaporator
dengan memutar dimmer
3. Catat semua nilai dari alat ukur yang digunakandan isikan pada
tebel pengujian.
4. Lakukan pengujian setiap 5-10 menit
5. Ulangi pengujian
3.4 Parameter yang digunakan
1. Perpindahan panas pada evaporator (Qe)
Qe  m ( h1  h 2 )

Dimana :
me  Laju aliran masa air pada evaporator
h1 = enthalpy pada siisi keluar evaporator
h2 = enthalpy pada sisi masuk evaporator

2. Perpindahan Panas pada kondensor (Qc)


Qc  m.( h 2  h 3 )

Dimana :
me  laju aliran masa air pada evaporator
h2 = enthalpy pada siisi keluar kondensor
h3 = enthalpy pada sisi masuk kondensor

3. Kerja kompresor
wk  m .( h 2  h1 )

Dimana :
me  laju aliran masa air pada evaporator

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
h2 = enthalpy pada siisi keluar kompresor
h1 = enthalpy pada sisi masuk kompresor

4. Cop ( coefisien of performance )


qw
Cop =
wk

Dimana :
qc = kalor yang di serap evaporator (kw)
wk = kerja kompresor (kw)

BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Tabel Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Hasil Percobaan

Kompresor Kondensor katup Evaporator


valve Waktu
P1 T1 P2 T2 P3 T3 P4 T4
10 1,2 -25,74 3,2 1,11 1,6 1,11 1,6 -18,49
1/4 20 3,2 1,11 4,0 8,15 5,0 8,15 5,0 15,60
30 4,0 8,15 6,0 22,0 7,0 22,0 2,0 27,65
10 1,8 -15,38 2,0 -12,53 3,2 -12,53 3,2 1,11
1/2 20 2,4 -7,42 3,2 1,11 4,0 1,11 4,0 8,15
30 3,2 1,11 4,0 8,15 5,0 8,15 5,0 15,6
10 2,4 -7,42 2,8 -2,93 3,2 -2,93 3,2 1,11
3/4 20 2,8 -2,93 3,2 1,11 4,0 1,11 4,0 8,15
30 60 22 7,0 27,65 8,0 27,65 8,0 32,74

4.2 Analisa Data


Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
1. Katup bukaan ¼ dengan waktu 10 s, diketahui:
P1 = 1,2 T1 = -25,74 h1 = 12,66
P2 = 3,2 T2 = 1,11 h2 = 37,08
P3 = 1,6 T3 = -18,49 h3 = 19,18
P4 = 1,6 T4 = -18,49 h4 = 19,18
V = 220 volt n = 75
A = 4,6 A

- Kerja Kompresor (Wk)


Wk = n x v x A = 75 x 220 volt x 4,6 A
= 759 watt = 0,759 Kw

- Laju Aliran massa (m)


Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 37,08-12,66
= 0,031 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,031 kg/s (12,66-19,18)
= -0,202 kJ/s
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)
Qc = m (h2-h3) = 0,031 kg/s (37,08-19,18)
= 0,555 kJ/s
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -0,202 kJ/s
Cop = = = -0,266
Wk 0,759 kW

2. Katup bukaan ¼ dengan waktu 20 s, diketahui:


P1 = 3,2 T1 = 1,11 h1 = 36,85
P2 = 4,0 T2 = 8,15 h2 = 43,35
P3 = 5,0 T3 = 15,6 h3 = 50,3

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
P4 = 5,0 T4 = 15,6 h4 = 50,3
- Laju Aliran massa (m)
Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 43,35-36,85
= 0,117 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,117 kg/s (36,85-50,3)
= -1,571kW
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)
Qc = m (h2-h3) = 0,117 kg/s (43,35-50,3)
= -0,812Kw

- Cop (Coefficient of Performance)


qe -1,571kW
Cop = = = -2,07
Wk 0,117 kW

3. Katup bukaan ¼ dengan waktu 30 s, diketahui:


P1 = 4,0 T1 = 8,15 h1 = 43,35
P2 = 6,0 T2 = 22,0 h2 = 56,35
P3 = 7,0 T3 = 27,65 h3 = 61,75
P4 = 7,0 T4 = 27,65 h4 = 61,75
- Laju Aliran massa (m)
Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 56,35-43,35
= 0,058 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,058 kg/s (43,35-61,75)
= -1,074 kW

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)
Qc = m (h2-h3) = 0,058 kg/s (56,35-61,75)
= -0,315 kW
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -1,074 kW
Cop = = = -1,415
Wk 0,759 kW

4. Katup bukaan 1/2 dengan waktu 10 s, diketahui:


P1 = 1,8 T1 = -15,38 h1 = 21,98
P2 = 2,0 T2 = -12,53 h2 = 24,57
P3 = 3,2 T3 = 1,11 h3 = 37,08
P4 = 3,2 T4 = 1,11 h4 = 37,08
- Laju Aliran massa (m)
Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 24,57-21,98
= 0,293 kg/s

- Perpindahan panas pada evaporator (qe)


Qe = m (h1-h4) = 0,293 kg/s (21,98-37,08)
= -4,425kW
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)
Qc = m (h2-h3) = 0,293 kg/s (24,57-37,08)
= -3,666kW
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -4,425 kW
Cop = = = -5,83
Wk 0,759 kW

5. Katup bukaan ½ dengan waktu 20 s, diketahui:


P1 = 2,4 T1 = -7,42 h1 = 29,23
P2 = 3,2 T2 = 1,11 h2 = 37,08

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
P3 = 4,0 T3 = 8,15 h3 = 43,64
P4 = 4,0 T4 = 8,15 h4 = 43,64
- Laju Aliran massa (m)
Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 37,08-29,23
= 0,097 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,097 kg/s (29,23-43,64)
= -1,393 kW
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)
Qc = m (h2-h3) = 0,097 kg/s (37,08-43,64)
= -0,643 kW
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -1,393 kW
Cop = = = -1,836
Wk 0,759 kW

6. Katup bukaan ½ dengan waktu 30 s, diketahui:


P1 = 3,2 T1 = 1,11 h1 = 37,08
P2 = 4,0 T2 = 8,15 h2 = 43,64
P3 = 5,0 T3 = 15,6 h3 = 50,67
P4 = 5,0 T4 = 15,6 h4 = 50,67
- Laju Aliran massa (m)
Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 43,64-37,08
= 0,116 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,116 kg/s (37,08-50,67)
= -1,572 kW
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Qc = m (h2-h3) = 0,116 kg/s (43,64-50,67)
= -0,813 kW
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -1,572 kW
Cop = = = -2,072
Wk 0,759 kW

7. Katup bukaan ¾ dengan waktu 10 s, diketahui:


P1 = 2,4 T1 = -7,42 h1 = 29,23
P2 = 2,8 T2 = -2,93 h2 = 33,35
P3 = 3,2 T3 = 1,11 h3 = 37,08
P4 = 3,2 T4 = 1,11 h4 = 37,08
- Laju Aliran massa (m)
Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 29,23-33,35
= 0,184 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,184 kg/s (29,23-37,08)
= -1,446kW

- Perpindahan panas pada kondensor (qc)


Qc = m (h2-h3) = 0,184 kg/s (37,08-37,08)
=-0,687 kW
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -1,446 kW
Cop = = = -1,905
Wk 0,759 kW

8. Katup bukaan ¾ dengan waktu 20 s, diketahui:


P1 = 2,8 T1 = -2,93 h1 = 33,35
P2 = 3,2 T2 = 1,11 h2 = 37,08

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
P3 = 4,0 T3 = 8,15 h3 = 43,64
P4 = 4,0 T4 = 8,15 h4 = 43,64
- Laju Aliran massa (m)
Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 33,35-37,08
= 0,203 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,203 kg/s (33,35-43,64)
= -2,094 kW
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)
Qc = m (h2-h3) = 0,203 kg/s (37,08-43,64)
= -1,334 kW
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -2,094 kW
Cop = = = -2,759
Wk 0,759 kW

9. Katup bukaan ¾ dengan waktu 30 s, diketahui:


P1 = 6,0 T1 = 22 h1 = 56,8
P2 = 7,0 T2 = 27,65 h2 = 62,29
P3 = 8,0 T3 = 32,74 h3 = 67,3
P4 = 8,0 T4 = 32,74 h4 = 67,3

- Laju Aliran massa (m)


Wk 0,759 kW
m= =
h2-h1 56,8-62,29
= 0,138 kg/s
- Perpindahan panas pada evaporator (qe)
Qe = m (h1-h4) = 0,138 kg/s (56,8-67,3)
= -1,451 kJ/s
- Perpindahan panas pada kondensor (qc)

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Qc = m (h2-h3) = 0,138 kg/s (62,29-67,3)
= -0,693 kJ/s
- Cop (Coefficient of Performance)
qe -1,451 kW
Cop = = = -1,913
Wk 0,759 kW

 Performance Factor (Pf)


1. Katup bukaan ¼ dengan waktu 10 s
qc 0,555 kW
Pf = = = 0,731
Wk 0,759 kW
2. Katup bukaan ¼ dengan waktu 20 s
qc -0,812 kW
Pf = = = -1,07
Wk 0,759 kW
3. Katup bukaan ¼ dengan waktu 30 s
qc -0,315 kW
Pf = = = -0,415
Wk 0,759 kW
4. Katup bukaan ½ dengan waktu 10 s
qc -3,666 kW
Pf = = = -4,83
Wk 0,759 kW
5. Katup bukaan ½ dengan waktu 20 s
qc -0,634 kW
Pf = = = -0,835
Wk 0,759 kW
6. Katup bukaan ½ dengan waktu 30 s
qc -0,813 kW
Pf = = = -1,071
Wk 0,759 kW
7. Katup bukaan ¾ dengan waktu 10 s
qc -0,687 kW
Pf = = = -0,905
Wk 0,759 kW
8. Katup bukaan ¾ dengan waktu 20 s
qc -1,334 kW
Pf = = = -1,758
Wk 0,759 kW
9. Katup bukaan ¾ dengan waktu 30 s
Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

4.3 Tabel Hasil Analisa Data

Putaran Enthalpy (h), (kj/kg)


Waktu COP Pf
Fan h1 h2 h3=h4

10 menit 12,66 37,08 19,18 -0,266 0,731


Bukaan
Katup 20 menit 36,85 43,35 50,3 -2,07 -1,07
1/4
30 menit 43,35 56,35 61,75 -1,415 -0,415

10 menit 21,98 24,57 37,08 -5,83 -4,83


Bukaan
Katup 20 menit 29,23 37,08 43,64 -1,836 -0,835
1/2
30 menit 36,08 43,64 50,67 -2,072 -1,071

10 menit 29,23 33,35 37,08 -1,905 -0,905


Bukaan
Katup 20 menit 33,35 37,08 43,64 -2,759 -1,758
3/4
30 menit 56,8 62,29 67,3 -1,913 -0,913

4.4 Grafik Hasil Analisa Data


Bukaan Katup 1/4
Grafik perbandingan waktu pengujian vs COP R-12

waktu COP R-12


10 menit -0,266
20 menit -2,07
30 menit -1,415

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

Waktu Pengujian vs COP R-12


0

-0.5

-1
COP

COP R-12
-1.5

-2

-2.5
10 20 30
Waktu Pengujian (m)

Grafik 4.1 perbandingan antara waktu pengujian vs cop r 12

Pada grafik di atas dapat di jelaskan bahwa pada waktu 10 menit dan
nilai cop yaitu -0,266, dan menurun di titik 20 menit dengan nilai-2,07
sedangkan pada saat waktu 30 menit nilai cop yaitu -1,415.

Bukaan Katup 1/2

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Grafik perbandingan waktu pengujian vs COP R-12

waktu COP R-12


10 menit -05,83
20 menit -1,836
30 menit -2,072

Waktu Pengujian vs COP R-12


0
-1
-2
-3
COP

COP R-12
-4
-5
-6
-7
10 20 30
Waktu Pengujian (m)

Grafik 4.2 perbandingan antara waktu pengujian vs cop r 12

Pada grafik di atas dapat di jelaskan bahwa pada waktu 10 menit dan
nilai cop yaitu -5,83, yang mengalami kenaikan besar pasa saat waktu 20
menit, dan pada waktu 30 mmenit terjadi pengurangan atau penurunan
grafik.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Bukaan Katup 3/4
Grafik perbandingan waktu pengujian vs COP R-12

waktu COP R-12


10 menit -1,905
20 menit -2,759
30 menit -1,913

Waktu Pengujian vs COP R-12


0
-0.5
-1
COP

-1.5 COP R-12


-2
-2.5
-3
10 20 30
Waktu Pengujian (m)

Grafik 4.3 perbandingan antara waktu pengujian vs cop r 12

Pada grafik di atas dapat di jelaskan bahwa nilai cop mengalami


penurunan pada saat waktu 20 menit dan kembali naik pada saat waktu
30 menit.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

Bukaan Katup 1/4


Grafik perbandingan waktu pengujian vs PF R-12

waktu PF R-12
10 menit 0,731
20 menit -1,07
30 menit -0,415

Waktu Pengujian vs PF R-12


1
PF

PF R-12

-1.2
10 20 30
Waktu Pengujian (m)

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Grafik 4.4 perbandingan antara waktu pengujian vs pf r 12

Dari grafik di atas dapat di jelaskan bahwa nilai pf mengalami


penurunan yang cukup besar dari wktu 10 menit dan 20 menit, dan nilainya
meningkat pada saat waktu 30 menit.

Bukaan Katup 1/4


Grafik perbandingan waktu pengujian vs PF R-12

waktu PF R-12
10 menit -4,83
20 menit -0,835
30 menit -1,071

Waktu Pengujian vs PF R-12


0
-1
-2
PF

-3 PF R-12
-4
-5
-6
10 20 30
Waktu Pengujian (m)

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Grafik 4.5 perbandingan antara waktu pengujian vs pf r 12

Dari grafik di atas dapatdi jelaskan bahwa pada saat waktu 10 menit
nilai pf yaitu -4,83, dan meningkat pada saat waktu 20 menit, selanjutnya
pada saat waktu 30 menit nilai pf bernilai -1,071.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Bukaan Katup 1/4
Grafik perbandingan waktu pengujian vs PF R-12

Waktu PF R-12
10 menit -0,905
20 menit -1,758
30 menit -0,913

Waktu Pengujian vs PF R-12


0

-0.4

-0.8
PF

PF R-12
-1.2

-1.6

-2
10 20 30
Waktu Pengujian (m)

Grafik 4.6 perbandingan antara waktu pengujian vs pf r 12

Pada grafik di atas dapat di jelaskan bahwa pada nilai pf mengalami


penurunan pada saat waktu 20 menit dan kenaikan pada saat waktu 30
menit.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

4.5 Pembahasan
Dari pengujian pada praktikum refrigerant R12 yang telah dilakukan
Nilai m (laju aliran massa), Qe (perpindahan panas pada Evaporator) lebih
besar dibandingkan dengan nilai Qc (Perpindahan panas pada kondensor)
dan nilai COP mengunakan kalor yang diserap evaporator (kw) / kerja
kompresor (kw).darihasil analisa kita dapat membuat grafik hasil
pengujian.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
 Semakin besar laju aliran masa air baik pada evaporator maupun
kondensor maka semakin besar juga perpindahan panas yang
terjadi.
 Semakin besar temperature dan semakin besar pula perpindahan
panas
 Tekanan yang terjadi pada evaporator lebih tinggi bila dibandingkan
dengan tekanan pada kondensor.

5.2. Saran
 Dalam pengambilan data praktikan harus dengan teliti, sehingga
didapatkan hasil pengujian yang akurat.
 Sebelum melakukan pengujian pastikan semua alat – alat dalam
keadaan baik.

Yosep kurnia

1810017211018
Laboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

DAFTAR PUSTAKA

Buku penuntun Praktikum Laboratorium Prestasi Mesin Universitas Bung


Hatta Padang 2009.
William. C. Reynolds, “ Thermodinamika Teknik ”, Edisi kedua, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1994.

Yosep kurnia

1810017211018

Anda mungkin juga menyukai