Anda di halaman 1dari 13

PERFORMA UNIT WATER CHILLER TIPE RCU 150 AHYZ-HR UNTUK APLIKASI HEAT RECOVERY Deni Indrayani1 Kamin

Sumardi2 Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudhi No.207 Bandung 40154 deni.indra17@gmail.com ABSTRAK Air sebagai refrigeran sekunder pada sistem water chiller digunakan untuk mengkondisikan ruangan. Temperatur di dalam ruangan hotel mencapai 76,1 0F dari kondisi temperatur awal 71,6 0F. Akibatnya temperatur di dalam ruangan naik hingga 4,5 0F. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya kenaikan temperatur ruangan dengan menganalisa kapasitas pendinginan aktual unit water chiller, terhadap total beban pendinginan ruangan yang harus ditanggulangi. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengamatan dan pengukuran langsung terhadap kondisi unit water chiller untuk aplikasi heat recovery. Hasil penelitian diperoleh kapasitas pendinginan aktual unit water chiller sebesar 90,15 TR. Total beban pendinginan ruangan yang harus ditanggulangi 95,1 TR. Kapasitas pendinginan awal unit water chiller 103,2 TR. Hasil penelitian menunjukan bahwa unjuk kerja kapasitas pendinginan unit water chiller mengalami penurunan hingga 13,05 TR. Akibatnya temperatur naik di dalam ruangan hotel karena 4,95 TR beban pendinginan ruangan tidak teratasi. Kata kunci: beban pendinginan, unjuk kerja, water chiller, heat recovery. ABSTRACT Water as a secondary refrigerant in the water chiller systems used to condition the room. The temperature inside the hotel room reaches 76,1 0F of the initial conditions of temperature 71,6 0F. As a result, the temperature in the room rose to 4,5 0F. The purpose of this research was to determine the cause of the increase temperature in the room by analyzing the actual cooling capacity water chiller units, the total room cooling load that must be addressed. The method used is direct observation and measurement of the condition water chiller units for specific heat recovery applications. The result showed the actual cooling capacity of water chiller units 90,15 TR. Total room cooling load that must be addressed 95,1 TR. Initial cooling capacity water chiller units 103,2 TR. The results showed that the performance of the cooling capacity water chiller units has decreased by 13,05 TR. As a result, the temperature rises in the hotel room because the room cooling load of 4,95 TR is not resolved. Keywords: cooling load, performance, water chiller, heat recovery.

1. Deni Indrayani : Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI Tahun 2009 2. Kamin Sumardi : Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

PENDAHULUAN Air Conditioner (AC) merupakan aplikasi dari sistem refrigerasi. Prinsip dasar sistem AC adalah menyerap panas yang tidak dibutuhkan dari suatu

ruangan untuk dilepaskan ke ruangan lain dengan menggunakan media refrigeran. Penelitian tentang penggunaan air sebagai refrigeran telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kruse (2000) melakukan penelitian tentang penggunaan refrigeran di Eropa. Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan sistem refrigerasi tidak langsung (siklus sekunder) memerlukan refrigeran lebih sedikit pada siklus primernya dibandingkan dengan sistem refrigerasi langsung (direct expantion). Water chiller (Daikinaircon, 2013) adalah salah satu jenis AC untuk mendinginkan air sebagai secondary refrigerant yang mengaplikasikan sistem refrigerasi tidak langsung. Air akan disirkulasikan untuk mengambil panas dari suatu ruangan. Panas akan dibawa air untuk diserap oleh evaporator sebagai beban pendinginan yang harus ditanggulangi. Penyerapan panas pada evaporator terjadi dengan cara refrigeran yang memiliki temperatur dan tekanan rendah menyerap panas dari air sampai tercapai titik temperatur penguapan refrigeran. Refrigeran yang telah menyerap panas akan dikompresikan dan dibuang panasnya pada kondenser. Air yang telah didinginkan akan disirkulasikan kembali untuk menyerap panas dari ruangan yang dikondisikan temperaturnya. Penggunaan unit water chiller pada suatu gedung perhotelan di kota Jakarta dilengkapi dengan peralatan pemanfaatan panas kondenser untuk pemanas air (heat recovery). Air panas pada hotel digunakan untuk keperluan mandi, pencucian alat dan keperluan lainnya. Tingkat kenyamanan temperatur udara di dalam ruangan merupakan salah satu faktor pertimbangan bagi pengunjung hotel. Penulis memperoleh temperatur ruangan di dalam hotel 76,1 0F dari kondisi temperatur awal 71,6 0F. Akibatnya temperatur di dalam ruangan naik 4,5 0F. Kenyamanan di dalam ruangan hotel akan terganggu jika kondisi yang ada tidak segera diatasi. Penyebab kenaikan temperatur ruangan dikarenakan beberapa faktor.

Terdapat dua unit water chiller yang terpasang pada hotel. Setiap unit memiliki dua package sistem pendinginan yang akan bekerja sesuai

pengoperasian dan kapasitas pendinginan yang dibutuhkan. Unit sistem pendingin ini memiliki fungsi ganda pada hotel. Fungsi utama unit sistem pendingin adalah untuk mengkondisikan udara ruangan agar dapat tercapai kondisi yang ideal bagi setiap orang yang berkunjung. Fungsi kedua adalah sebagai pemanas air dengan memanfaatkan panas yang dibuang oleh sistem refrigerasi (recovery unit). Unit water chiller recovery (gambar 1) digunakan tambahan peralatan penukar kalor heat exchanger tipe Plate (HEI, 2009) atau biasa dinamakan Plate Heat Exchanger (PHE) yang dipasang pada sisi tekan (discharge) sistem refrigerasi yakni setelah kompresor. Refrigeran yang memiliki temperatur tinggi akan melepaskan kalor dan diserap oleh air yang dialirkan pada PHE. Air panas digunakan untuk kebutuhan hotel seperti mandi, cuci tangan, pencucian peralatan dan yang lainnya. Dengan demikian kita dapat menghemat energi listrik atau sumber energi yang digunakan oleh peralatan penghasil panas konvensional. PHE adalah salah satu jenis peralatan penukar panas yang menggunakan pelat logam untuk mentransfer panas antara dua liquid. Pelat logam yang disusun secara berimpit memungkinkan perpindahan panas lebih efisien melalui penampang pelat yang luas dan lebar. Bahan yang biasa digunakan adalah menggunakan stainless steel karena tahan akan korosi, tahan akan benturan dan memiliki daya hantar panas yang tinggi. Insulasi pada permukaan luar PHE dengan thermalflex dilakukan agar efektifitas perpindahan panas tidak terpengaruh oleh kondisi udara sekitar. Adapun jarak anatara pelat biasanya 0,004 - 0,005 ft dengan demikian pendekatan temperatur di dalam PHE mencapai hingga 33,8 0F berdasarkan katalog unit heat exchanger. Prinsip perpindahan panas yang terjadi pada PHE adalah secara

konduksi antara pelat yang disusun secara pararel dan berselingan terhubung dengan masing-masing siklus dari aliran liquid tersebut.

Gambar 1. Siklus refrigerasi water chiller recover unit Komponen utama unit water chiller pada umumnya sama seperti komponen yang ada pada sistem refrigerasi lainnya. Adapun yang membedakan adalah kapasitas dari pendinginan yang dihasilkan. Kapasitas pendinginan disesuaikan dengan beban pendinginan yang harus ditanggulangi oleh unit pendingin. Komponen utama unit water chiller diantaranya adalah kompresor, kondenser, alat ekspansi dan evaporator. Kompresor pada sistem refrigerasi memiliki fungsi menghisap refrigeran gas dari evaporator dengan temperatur dan tekanan rendah. Memampatkan gas tersebut sehingga menjadi gas bertekanan dan bertemperatur tinggi. Mengalirkan refrigeran ke kondenser untuk dapat membuang panas kepada media pendingin kondenser. Menurunkan tekanan di dalam evaporator sehingga refrigeran cair di dalam evaporator dapat menguap pada temperatur yang lebih rendah dan menyerap panas lebih banyak dari ruangan. Kompresor yang digunakan pada unit water chiller ini adalah jenis kompresor semi hermetik yaitu motor penggeraknya berada satu rumah dengan housing kompresornya. Kontruksi pengkompresi yang digunakan adalah tipe screw yang mengaplikasikan twin screw.

Kondenser merupakan alat pengkondensasi refrigeran. Panas refrigeran dibuang ke lingkungan sampai titik jenuh gas refrigeran tercapai sehingga wujudnya berubah menjadi cair. Kondenser yang digunakan adalah tipe pendingin udara (air cooled) dengan penampang berbentuk huruf M terbalik. Tujuannya adalah agar setiap udara yang melewati fin pada sisi samping luar dan sisi bawah penampang kondenser ditarik oleh fan dari sisi atas unit. Perpindahan panas dapat berlangsung maksimal antara refrigeran pada kondenser dengan udara lingkungan. Alat ekspansi (metering device) pada sistem refrigerasi merupakan suatu tahanan yang tempatnya di antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Refrigeran cair yang mengalir melalui alat ekspansi, tekanannya diturunkan dan jumlahnya diatur sesuai dengan keperluan evaporator. Expansion valve yang digunakan pada unit water chiller adalah tipe Thermostatic Expansion Valve (TEV atau TXV). Pada dasarnya prinsip kerja dari TXV sama seperti expansion valve lainnya. TXV adalah suatu alat yang secara otomatis mengukur jumlah aliran refrigeran cair yang masuk ke evaporator sehingga membuat tekanan dan temperatur menjadi rendah. Evaporator berfungsi untuk menyerap panas dari beban pendinginan disekitarnya. Terletak diantara alat ekspansi dan kompresor yakni pada sisi tekanan rendah dari sistem refrigerasi. Evaporator yang digunakan adalah tipe shell and tube dengan jenis evaporator banjir (flooded evaporator). Pada evaporator perpindahan panas terjadi ketika air yang mengalir melalui pipa-pipa (tube) di dalam tabung (sheel) diserap panasnya oleh cairan refrigeran dan menguap menuju kompresor. Air yang telah didinginkan akan disirkulasikan oleh pompa untuk menyerap panas pada ruangan yang akan dikondisikan. Perpindahan panas antara air dingin dengan udara yang ada di dalam ruangan digunakan sistem Air Handling Unit (AHU). AHU adalah sebuah unit yang berfungsi sebagai pengatur udara yang akan dimasukan ke dalam ruangan melalui saluran udara (duct). Dimensi saluran udara yang digunakan sesuai dengan kapasitas pendinginan yang dibutuhkan dari setiap ruangan.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek yang diteliti.

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab kepada pihak-pihak terkait. Kepala teknisi gedung (chief engineer) sebagai penanggung jawab terhadap setiap penanganan perlengkapan gedung dan teknisi lapangan yang mengetahui kondisi unit water chiller lebih spesifik. Supervisor kontraktor untuk memperoleh history information data mengenai objek yang diteliti dan didukung dengan studi literatur yaitu pengumpulan data dan teori dari buku, artikel dan media internet serta referensi relevan lainnya. Pengujian dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan dan pencatatan data awal tentang unit water chiller. Data diperoleh melalui catatan riwayat troubleshooting dari perusahaan kontraktor yang menangani pemeliharaan dan perbaikan unit water chiller. Mengajukan pertanyaan kepada teknisi gedung yang mengetahui kondisi aktual unit water chiller. Melakukan kalibrasi alat ukur yang akan digunakan yaitu thermometer, pressure gauge, multitester,

anemometer, dan peralatan lain yang dibutuhkan. Mencatat waktu awal, temperatur dan kelembapan lingkungan pada saat pengujian mulai dilakukan. Mengoperasikan pompa utama untuk mengalirkan air sebagai sistem refrigerant skunder pada evaporator. Mengoperasikan pompa tambahan untuk mengalirkan air sebagai penghasil air panas pada PHE. Menghidupkan sistem pendinginan unit water chiller untuk memulai pengujian hingga kapasitas pendinginan maksimal dapat tercapai. Mengukur kuat arus yang digunakan unit water chiller. Mencatat tekanan dan temperatur dari air masuk (inlet) dan air keluar (outlet) pada evaporator (cooler) untuk siklus pendinginan dan pada PHE untuk siklus pemanasan air. Mencatat kuantitas dan temperatur air panas yang diperoleh. Mengukur kelembapan dan temperatur ruangan di dalam hotel. Menganalisa beban pendinginan yang ada pada ruangan dari setiap sumber panas. Menganalisa kapasitas pendinginan dengan diagram mollier yang menggunakan refrigeran R-407c.

HASIL PENELITIAN Total Beban Pendinginan Total beban pendinginan (tabel 1) merupakan penjumlahan panas yang berasal dari dalam ruangan dan dari luar ruangan untuk ditanggulangi mesin pendingin. Perhitungan total beban pendinginan berdasarkan kondisi lingkungan udara sekitar di luar ruangan dengan kondisi udara ideal yang ada di dalam ruangan hotel (Carrier, 1965). Panas yang dikondisikan berupa panas sensibel dan panas laten dari setiap sumber beban pendinginan. Tabel 1. Total beban pendinginan COOLING LOAD ESTIMATION Objek location Calculated by A. Design condition Outdoor condition Indoor condition B. Transmission gain
1. Heat gain from outside Hotel Oria Jl. Wahid Hasyim No.85 Jakarta Deni Indrayani
0

% RH 74 50 Latent (Btu/hr) 23.029,60

86 71,6 Sensible (Btu/hr) 83.048,54 223.441,57 83.048,54 223.441,57 17.847,00 27.340,55


6.296,4

Wall north Wall east Wall south Wall west Roof / ceilling Floor
2. Heat gain from infiltration 3. Heat gain from inside

Equipment Occupants Light . Heat gain Total heat gain Safety factor 10% Grand Total Cooling Load

225.430,84 47.250,00 28.220,00

48.750,00 -

965.365,01 71.779,60 1.037.144,61 Btu/hr 103.714,46 Btu/hr

1.140.859,07 Btu/hr = 95,1 TR

Kapasitas Pendinginan Awal Unit Water Chiller Water chiller memiliki beberapa tipe kapasitas pendinginan yang dapat dihasilkan. Model unit water chiller (Hitachi, 2010) yang digunakan pada hotel dapat diketahui pada name plate yang ada pada box electrical unit pendingin. Kapasitas pendinginan awal unit water chiller (tabel 2) dapat diketahui pada katalog unit sesuai dengan model yang tertera pada name plate. Tabel 2. Kapasitas pendinginan awal unit water chiller Water chiller Compressor Water pump Heat recovery Unit Kapasitas RCU 150 AHYZ-HR 103,2 TR Power input 172,32 hp Power 2 x 80 hp Chilling water 2175,4 ft3/hr Hot water 88,29 ft3/hr Heating capacity 97,36 hp Temperature 140 0F Sumber: Brocure Hitachi Appliance Inc.

Kapasitas Pendinginan Aktual Unit Water Chiller Kapasitas pendinginan aktual (Tabel 3) unit water chiller mempengaruhi kapasitas pemanasan air panas yang dihasilkan. Secara tidak langsung panas yang dibuang oleh sistem refrigerasi dapat menunjukan performa unit water chiller. Semakin besar panas yang dibuang akan menghasilkan kapasitas air panas yang besar. Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukan keadaan performa unit water chiller. Tabel 3. Kapasitas pendinginan aktual unit water chiller Unit Kapasitas Water chiller RCU 150 AHYZ-HR 90,15 TR Power input 147,35 hp Compressor Theoritical Power 2 x 74,74 hp Chilling water 1925,36 ft3/hr Water pump Hot water 270,4 ft3/hr Heating capacity 83,5 hp Heat recovery Temperature Max. 125,6 0F

PEMBAHASAN Kapasitas Pendinginan Unit Water Chiller Pembahasan penelitian dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang penulis lakukan terhadap beban pendinginan ruangan dan kapasitas pendinginan unit water chiller. Total beban pendinginan ruangan untuk temperatur 71,6 0F adalah sebesar 95,1 TR. Kapasitas pendinginan unit water chiller berdasarkan katalog data (Bayutama, 2012) adalah sebesar 103,2 TR. Penulis menganalisa kapasitas pendinginan aktual berdasarkan prinsip kerja dari water chiller sebagai pendingin air. Air yang mengalir menuju saluran masuk (inlet) evaporator membawa beban panas dari ruangan yang harus ditanggulangi. Perpindahan panas terjadi ketika air yang disirkulasikan pada evaporator diserap panasnya oleh refrigeran. Refrigeran yang menyerap panas secara tidak langsung akan mengalami perubahan temperatur dan sebagian mengalami perubahan wujud menjadi uap lanjut. Air yang telah dingin pada bagian akhir proses perpindahan panas akan disalurkan menuju saluran keluar (outlet) evaporator. Perbedaan temperatur air yang masuk dan temperatur air keluar pada evaporator dari hasil pengukuran adalah: Beda temperatur (T) = Temperatur inlet Temperatur outlet = 53,6 0F 44,6 0F = 9 0F Air sebagai refrigeran sekunder untuk menyerap panas ruangan

disirkulasikan dengan menggunakan pompa air. Kapasitas pompa air yang digunakan sebesar 1925,36 ft3/hr. Adapun masa jenis air adalah 62,43 lb/ft3 dengan panas jenis air sebesar 1 Btu/lb.0F. Data yang telah diperoleh menurut UNEP (2006) digunakan untuk menghitung kapasitas pendinginan aktual dengan persamaan: Qact = m x Cp x T = ( x ) x Cp x T

ft 3 lb Btu = 62,43 ( 3 ) x 1925,36 ( ) x 1 ( 0 ) x 9 (0F) hr ft lb. F


= 1.081.802,02 Btu/hr =

1.081.802,02 12.000

= 90,15 TR Keterangan : Qact = Kapasitas pendinginan aktual (TR) m = Laju aliran massa pendinginan (lb/hr) = Massa jenis air (lb/ft3) = Laju aliran air (ft3/hr) Cp = Panas jenis air (Btu/lb.0F) T = Beda temperatur (0F) Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukan bahwa kapasitas pendinginan unit water chiller mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kebutuhan beban pendinginan ruangan dan kapasitas pendinginan awal unit water chiller. Total kekurangan beban pendinginan ruangan yang diperoleh: Total Kekurangan = Beban Pendinginan Kapasitas Pendinginan Aktual = 95,1 TR 90,15 TR = 4,95 TR Penurunan kapasitas pendinginan yang diperoleh: Penurunan Kapasitas Pendinginan = Kapasitas awal Kapasitas aktual = 103,2 TR 90,15 TR = 13,05 TR Terdapat beberapa faktor terjadinya penurunan kapasitas pendinginan unit water chiller. Penggunaan air sebagai secondary refrigerant perlu mendapat perhatian khusus. Air yang digunakan harus sesuai dengan standar karakteristik dan pemakaiannya. Kandungan air yang aman memiliki keasamaan sekitar 6,59,2 dengan warna air jernih dan tidak berbau. Meski air yang disirkulasikan dalam
10

siklus tertutup, namun penggantian air dan pembersihan komponen perlu dilakukan setiap priodenya. Penurunan kapasitas pendinginan unit water chiller dapat disebabkan oleh besarnya kecepatan aliran air (flow rate) yang disirkulasikan. Hal ini tentu akan mempengaruhi kapasitas pendinginan dari unit water chiller. Jika flow rate airnya terlalu rendah tentu beban pendinginan menurun di bawah batas kapasitas pendinginan dan akan menyebabkan evaporator mengalami penurunan tekanan (drop pressure). Jika flow rate terlalu tinggi maka proses perpindahan panas air terhadap evaporator kurang maksimal. Nilai flow rate yang direkomendasikan pada unit water chiller yaitu memiliki density sekitar 0,25-0,5 lb/ft3. Kapasitas Pemanfaatan Air Panas (Heat Recovery Unit) Kapasitas pemanasan untuk air panas dapat kita ketahui dari beberapa parameter. Nilai-nilai pada faktor koreksi diperoleh pada tabel Hitachi water chiller product. Kapasitas pemanasan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Heating Capacity (QHeat) = Qrej x df x cf1x cf2. = 1.462.482,62 Btu/hr x 0,15 x 1,054 x 0,92 = 212.721 Btu/hr Keterangan: Qrej = Total panas yang dibuang merupakan penjumlahan kapasitas pendinginan dengan daya kompresor aktual. df = Kapasitas dari pemanasan air dirancang 15% dari panas yang dikeluarkan oleh kondenser. cf1 = Corection factor dari nilai outlet temperature of hot water sebesar 125,6
0

F sehingga diperoleh faktor koreksi sebesar 1,054.

cf2 = Corection factor dari nilai inlet temperature of outdoor sebesar 86 0F sehingga diperoleh faktor koreksi sebesar 0,92.

11

Laju aliran air panas () dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang digunakan pada perhitungan kapasitas pendinginan dari unit water chiller. QHeat = m x Cp x T 212.721 ( 212.721 (

Btu Btu ) = m x 1 ( 0 ) x (125,60F-1130F) hr lb. F

Btu Btu ) = m x 12,6 ( ) hr lb


212.721 (
m=

Btu ) hr Btu 12,6 ( ) lb

= 16.882,6 lb/hr m = x 16.882,6 (

lb lb ) = 62,43 ( 3 ) x hr ft
= 270,4 ft3/hr

KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai performa unit water chiller untuk aplikasi heat recovery bahwa Kapasitas pendingianan unit water chiller mengalami penurunan sebesar 13,05 TR dari kapasitas pendinginan awal 103,2 TR. Total beban pendinginan ruangan yang harus ditanggulangi sebesar 95,1 TR sedangkan kapasitas pendinginan aktual hanya 90,15 TR. Selisih beban pendinginan yang ada 4,95 TR tidak teratasi oleh unit pendingin. Kenaikan temperatur ruangan dikarenakan terdapat selisih beban ruangan yang tidak teratasi. Beban ruangan yang tidak teratasi akibat laju aliran air yang dibutuhkan kurang 250 ft3/hr dari 2175,4 ft3/hr. Kapasitas pemanasan air yang diperoleh sebesar 83,5 hp dengan temperatur air panas yang dihasilkan 1220F125,60F. Kapasitas pemanasan air tidak maksimal karena laju aliran air yang disirkulasikan terlalu tinggi. Maintenance perlu dilakukan untuk mengatur dan menyeimbangkan kembali laju aliran air. Kinerja unit water chiller dapat maksimal jika proses perawatan dilaksanakan rutin.

12

DAFTAR PUSTAKA Bayutama. (2012). Tecnical Information Produk. Jakarta: PT. Metropolitan Bayutama. Carrier Air Conditioning Company. (1965). Hand Book of Air Conditioning System Design. New York: McGraw-Hill Book Company. Daikinaircon. (2013). Training and User Manual Book Air Conditioner. Jakarta: PT. Daikin Airconditioning Indonesia. HEI. (2009). Plate Heat Exchanger Brochure. PT. Heat Exchanger Indonesia. Hitachi. (2010). Refrigeration Chiller Unit 150 AHYZ-HR Brochure. Hitachi Appliance Inc. Kruse H. (2000). Refrigerant use in Europe. ASHRAE Journal 23: 16-24. UNEP. (2006). Peralatan Energi Listrik Refrigerasi dan Penyejuk AC. [online]. Tersedia: http://www.energiefficiencyasia.org [18 Januari 2014].

13

Anda mungkin juga menyukai