Anda di halaman 1dari 126

Sistem Tata Udara

Chiller, water chiller, atau liquid chiller adalah mesin yang dapat mengambil kalor dari
cairan melalui (1). siklus refrigerasi kompresi uap, atau (2). absorpsi. Cairan yang
didinginkan oleh chiller umumnya adalah air, namun dapat diganti dengan beberapa
jenis larutan seperti etilen glikol, propilen glikol, dan lain-lain.

Chiller yang digunakan dalam aplikasi tata udara


Chiller = water chiller = liquid cooler:
dapat berupa chiller berpendingin air (water-
perangkat pendingin air atau cairan
lain melalui siklus refrigerasi cooled chiller), chiller berpendingin udara (air-
kompresi uap atau absorpsi. cooled chiller) atau chiller berpendingin
Jenis: torak, scroll, srew, sentrifugal. evaporatif (evaporatively cooled chiller).
Kompresor yang digunakan dapat berjenis torak,
scroll, screw, atau sentrifugal. Evaporator dapat diletakkan terpisah dari condensing
unit sehingga memungkinkan seluruh distribusi air dingin terletak di dalam bangunan,
sementara kompresor dan kondenser terletak di luar gedung.

Kompresor torak (reciprocating compressor) merupakan penggerak utama yang


paling mudah dijumpai pada sistem chiller
Chiller torak: kapasitas kecil sampai
kapasitas kecil dalam beberapa dekade. Kapasitas 200 TR.
yang dapat dilayani oleh kompresor tunggal pada
chiller torak dapat sampai 100 TR (350 kW). Pada chiller dengan multikompresor,
chiller torak dapat melayani kapasitas pendinginan hingga 200 TR (700 kW).

Kompresor scroll telah menjadi alternatif pengganti kompresor torak dalam tahun-tahun
belakangan, dan umumnya berkonfigurasi hermetik. Kompresor ini tersedia hingga
kapasitas 15 TR (53 kW). Pada kapasitas chiller Chiller scroll:
yang lebih tinggi, sering digunakan chiller dengan  Kapasitas 15 - 200 TR.
multikompresor scroll. Secara umum, efisisiensi  Efisiensi lebih tinggi dibanding
chiller torak
kompresor scroll adalah 10 sampai 15% di atas
kompresor torak dan juga lebih handal. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya bagian
kompresor yang bergerak, 60% lebih sedikit dibanding kompresor torak. Pada chiller
dengan multkompresor, kapasitas maksimum yang dapat dilayani berkisar pada 200 TR
(700 kW).

Kopresor rotary/screw telah digunakan bertahun- Chiller scroll:


tahun untuk kompresi udara dan aplikasi refrigerasi  Kapasitas 50 - 500 TR.

temperatur rendah. Kapasitas chiller screw dapat  Efisiensi lebih tinggi dibanding
chiller torak

94
Sistem Tata Udara

ditemui pada rentang antara 50 TR sampai dengan 500 TR (150 sampai dengan 1500
kW). Sebagaimana kompresor rotary, kompresor screw juga memiliki keandalan yang
lebih tinggi karena memiliki lebih sedikit komponen yang bergerak. Efisiensinya juga
lebih tinggi dibanding kompresor torak.

Kompresor sentrifugal telah lama digunakan untuk chiller berkapasitas besar.


Kompresor jenis ini memiliki efisiensi yang tinggi, keandalan yang tinggi, kebisingan
yang relatif rendah, dan harga yang relatif murah.
Chiller sentrifugal:
Kompresor sentrifugal dapat dijumpai pada chiller  Kapasitas 100 - 8500 TR.
dengan kapasitas antara 100 TR hingga 3000 TR  Lebih efisien dibanding chiller torak
(350 sampai dengan 10000 kW), bahkan ada chiller  Lebih handal

sentrifugal dengan kapasitas hingga 8500 TR  Kebisingan rendah


 Harga per TR lebih murah
(30000 kW).

Dalam aplikasi tata udara, kondisi rancangan chiller umumnya adalah 440F atau 70C
untuk air dingin keluaran chiller dan 2.4 gpm/tom untuk debit air dinginnya. Perubahan
temperatur air pada kondenser maupun evaporator dapat dijelaskan dengan

𝑞 = 𝑊 𝑥 𝑐𝑝 𝑥 ∆𝑇 (4.1)

di mana

𝑞= kapasitas chiller (Btu/hr)


𝑊 = debit air (gpm)
𝑐𝑝 = kalor jenis fluida (Btu/lb· F)
∆𝑇 = perubahan temperatur fluida, [0F]

Jika fluida yang digunakan adalah air, maka persamaan di atas dapat dituliskan dalam
bentuk

𝐵𝑡𝑢
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
𝑕𝑟 (4.2)
= 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑔𝑝𝑚 𝑥 𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑖𝑛
− 𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑜𝑢𝑡 x 500

atau

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑔𝑝𝑚 𝑥 𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑖𝑛 − 𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑜𝑢𝑡


𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑛 = (4.3)
24

95
Sistem Tata Udara

Dengan persamaan ini dan mengacu pada kondisi rancangan chiller (440F atau 70C
untuk air dingin keluaran chiller dan 2.4 gpm/tom untuk debit air), maka perubahan
temperatur air pada evaporator adalah 100F. Jadi, temperatur air masuk evaporator
adalah 540F.

Kebanyakan sistem tata udara didasarkan pada kondisi rancangan ruangan 750F dan
50% RH. Pada kondisi tersebut, temperatur titik embun udara adalah 55.080F.

Secara umum, chiller terdiri atas komponen-komponen utama berupa kompresor,


kondenser, dan evaporator. Gambar 4.1 menunjukkan contoh chiller sentrifugal
lengkap dengan kompresor, kondenser dan evaporator.

Gambar ‎4.1. Chiller sentrifugal.

4.1. Evaporator
Evaporator yang umum digunakan pada chiller adalah evaporator cangkang dan pipa
atau adalah shell-and-tube evaporator, dan terbagi atas dua jenis: evaporator jenis banjir
atau flooded evaporator dan evaporator jenis ekspansi langsung atau direct-expansion
evaporator.

Pada evaporator jenis banjir, cairan refrigeran pada tekanan rendah masuk ke sistem
distribusi di dalam shell dan bergerak secara
Flooded evaporator:
seragam di sekitar pipa-pipa di dalam shell Cairan refrigeran melimpah di
(Gambar 4.2). Refrigeran menyerap kalor dari air dalam shell, air mengalir pada pipa-
pipa di dalam shell
yang bertemperatur lebih tinggi yang mengalir
pada pipa-pipa.

96
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.2. Flooded evaporator.

Pada evaporator ekspansi langsung, cairan DX evaporator:


refrigeran pada tekanan rendah mengalir dalam pipa- Cairan refrigeran mengalir dalam
pipa-pipa di dalamshell, air
pipa di dalam shell (Gambar 4.3). Refrigeran
mengalir di luar pipa-pipa di dalam
menyerap kalor dari air yang bertemperatur lebih shell
tinggi yang mengalir pada shell.

Catu
air dingin

Air dingin
Baffle balik

Uap
refrigeran

Cairan
Susunan Refrigeran
tabung

Gambar ‎4.3. Direct-expansion evaporator.

Pengaruh perubahan temperatur air dingin

Pada suatu chiller, jika temperatur air keluaran chiller turun, maka temperatur dan
tekanan refrigeran juga akan turun. Sebaliknya, jika
Makin tinggi set temperatur air,
temperatur air keluaran chiller naik, maka temperatur makin ringan kerja kompresor.
dan tekanan refrigeran juga akan naik. Saat
temperatur air keluaran chiller berubah, kerja kompresor juga akan berubah. Pengaruh
perubahan temperatur air keluaran chiller terhadap konsumsi daya sekitar 1.0 sampai
2.2% per derajat Fahrenheit atau 1.8 sampai 4% per derajat Celsius.

97
Sistem Tata Udara

Meskipun menurunkan temperatur air chiller sekilas akan memberatkan kerja


kompresor, namun hal ini dikompensasi oleh turunnya debit air yang disirkulasikan ke
koil. Jadi, untuk melihat apakah menaikkan atau menurunkan temperatur air dingin
menguntungkan atau tidak, perlu dilihat pengaruhnya secara keseluruhan terhada sistem
air dingin secara keseluruhan, termasuk pompa, koil, dan komponen lainnya.

Pengaruh perubahan debit air dingin

Evaporator memiliki sifat sensitif terhadap debit air yang melewatinya. Jika debit terlalu
besar, maka akan mungkin terjadi erosi, getaran, atau bising. Jika debit terlalu kecil,
perpidahan kalor akan berkurang dan efisiensi chiller turun, di samping juga akan
menimbulkan kerak pada permukaan pipa. Karena
Kecepatan air di evaporator
itu, debit air harus disesuaikan dengan saran dari
disarankan antara 0.5 sampai 0.8
pabrik pembuatnya. m/s. Drop tekanan di bawah 100
kPa.
Pada evaporator atau liquid cooler, drop tekanan
air yang disarankan adalah di bawah 100 kPa. Kecepatan air sebesar 1m/s pada
evaporator menghasilkan drop tekanan hingga 120 kPa. Karena itu, kecepatan air
disarankan pada 0.5 sampai 0.8 m/s.

4.2. Kondenser berpendingin air/Water-cooled Condenser


Agar peroses pendinginan suatu bangunan dapat berlangsung sempurna, maka kalor
harus di buang ke luar bangunan atau ke sistem lain. Total kalor yang dibuang sama
dengan beban evaporator ditambah dengan kerja kompresor, dan panas yang dihasilkan
motor. Pada chiller hermetik, di mana motor dan kompresor terletak dalam wadah yang
sama, panas yang dihasilkannya akan dibuang melalui kondenser. Pada chiller jenis
terbuka atau open type, di mana motor terpisah dari kompresor, panas motor dibuang
langsung ke lingkungan. Kondenser berpendingin air atau water-cooled condenser
(Gambar 4.4) adalah salah satu jenis kondenser yang memanfaatkan air sebagai fluida
pendingin untuk refrigeran yang mengalir di dalamnya.

Pengaruh temperatur air kondenser

Pada suatu chiller, jika temperatur air keluar kondenser naik, maka temperatur dan
tekanan refrigeran akan naik. Sebaliknya, jika temperatur air keluar kondenser turun,
maka temperatur dan tekanan refrigeran akan turun. Perubahan temperatur dan tekanan
refrigeran ini akan mengakibatkan perubahan kerja kompresor. Pengaruh perubahan

98
Sistem Tata Udara

temperatur air keluar kondenser terhadap konsumsi daya berkisar antara 1.0% sampai
2.2% per derajat Fahrenheit [atau 1.8% sampai
4% per derajat Celsius]. Meski demikian, tetap Konsumsi daya chiller akan naik
antara 1.0% sampai 2.2% untuk
harus diingat bahwa konsumsi energi chiller setiap kenaikan temperatur air
belum tentu mencerminkan konsumsi energi pendingin 1 derajat Fahrenheit
[atau 1.8% sampai 4% per 1 derajat
sistem air dingin secara keseluruhan. Kenaikan Celsius].
temperatur air keluar kondenser memang
menaikkan konsumsi energi chiller, namun bisa jadi akan menurunkan konsumsi energi
pompa kondenser dan cooling tower.

Gambar ‎4.4. Shell-and-tube water-cooled condenser.

Pengaruh debit air pendingin kondenser

Kondenser sensitif terhadap debit air. Debit yang terlalu besar akan menghasilkan
kecepatan air yang besar, erosi, vibrasi, atau kebisingan. Debit yang terlalu kecil akan
mengurangi efisiensi pertukaran kalor dan
menyebabkan kinerja chiller menurun. Jadi, Kecepatan air pendingin di kondenser
disarankan pada rentang 1 m/s hingga
debit air kondenser harus dipertahankan pada 3.6 m/s. Rentang ini ideal untuk
rentang tertentu (kecuali saat start-up). Debit air meminimalkan drop tekanan dan
meminimalkan erosi pada pipa.
yang direkomendasikan biasanya diberikan oleh
pabrik. Pada debit air yang terlalu rendah dalam waktu yang lama, air pada kondenser
dapat menyebabkan kerak.

Aliran air pada kondenser cangkang dan pipa (shell-and-tube) dapat bolak-balik hingga
beberapa kali. Jumlah lintasan yang ditempuh oleh air pada kondenser cangkang dan
pipa atau shell-and-tube condenser disebut pass. Satu pass adalah satu lintasan

99
Sistem Tata Udara

sepanjang kondenser. Drop tekanan air pada kondenser dijaga di bawah 100 kPa.
Kecepatan air disarankan pada rentang 1 m/s hingga 3.6 m/s. Rentang ini ideal untuk
meminimalkan drop tekanan dan meminimalkan erosi pada pipa.

4.3. Kondenser Berpendingin Udara/Air-cooled Condenser


Kondenser berpendingin udara (Gambar 4.5) tidak memerlukan air pendingin
kondenser, karena pembuangan kalor kondenser dilakukan lengsung ke udara
lingkungan. Pada paket chiller berpendingin udara, pabrik telah meningkatkan kinerja
chiller dengan membuat kerja kipas dalam beberapa tingkatan, menyesuaikan dengan
beban chiller, dan temperatur udara lingkungan. Chiller berpendingin udara juga dapat
diinstalasi dengan memisahkan komponen-komponennya. Salah satunya adalah dengan
menggunakan evaporator dalam ruangan dengan paket unit kondensing berpendingin
udara atau packaged air-cooled
Air-cooled condenser dapat dipasang di luar
condensing unit diletakkan di luar
ruangan maupun di dalam ruangan. Pada
pemasangan di dalam ruangan, diperlukan ruangan. Cara lainnya adalah dengan
saluran udara dan kipas sentrifugal untuk
meletakkan kompresor dan evaporator
mengalirkan udara dari luar melewati kondenser
dan membuangnya kembali ke luar ruangan. di dalam ruangan (sering disebut dengan
condenserless chiller) dengan kondenser
udara di luar. Menggunakan kondenser udara di dalam ruangan (Gambar 4.6) juga
dimungkinkan, yakni dengan meniupkan udara pendingin kondenser melewati saluran
udara.

Gambar ‎4.5. Air-cooled condenser.

100
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.6. Indoor air-cooled condenser.

Kelebihan utama penggunaan kondenser udara adalah tidak diperlukannya menara


pendingindalam sistem pendingin kondenser. Hal ini membuat perawatan chiller akan
menjadi lebih mudah, karena tidak diperlukan pengolahan air, pembersihan pipa-pipa
kondenser, perawatan mekanik menara pendingin, perlindungan terhadap temperatur
ekstra rendah (khusus di negara 4 musim), dan penyediaan air. Secara umum, hal ini
juga akan mengurangi biaya operasi. Kondenser
Air cooled condenser:
dengan menara pendingin terbuka memerlukan Tak perlu cooling tower, sehingga
penanganan air yang terjadwal. Jika tidak, akan perawatan lebih mudah.

muncul kontaminan pada air menara pendingin,


seperti bakteri dan alga. Kerak atau korosi pada pipa kondenser yang diakibatkan oleh
kurangnya penanganan air dapat menurunkan efisiensi chiller dan menyebabkan umur
alat secara keseluruhan berkurang.

Water-cooled

Air-cooled

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Kapasitas, TR

0 1759 3517 5276 7034 8793 10551 Kapasitas, kW

Gambar ‎4.7. Variasi kapasitas air-cooled dan water-cooled chiller.

101
Sistem Tata Udara

Kondenser berpendingin udara dapat dijumpai mulai dari kapasitas 7 TR hingga 500 TR
(25 kW hingga 1580 kW), sementara kondenser berpendingin air tersedia dari kapasitas
10 TR hingga 4000 TR (35 kW hingga 14000 kW). Gambar 4.7 menunjukkan variasi
kapasitas chiller berpendingin udara dan chiller berpendingin air.

Chiller berpendingin air secara umum lebih efisien dibandingkan dengan chiller
berpendingin udara. Temperatur kondensasi refrigeran pada chiller berpendingin udara
tergantung pada temperatur tabung kering udara lingkungan. Sementara, temperatur
kondensasi refrigeran pada chiller berpendingin air tergantung pada temperatur tabung
basah udara lingkungan. Karena temperatur tabung basah secara umum lebih rendah
dibandingkan dengan temperatur tabung kering, maka temperatur kondensasi dan
tekanan kondensasi refrigeran pada chiller berpendingin air akan lebih rendah. Sebagai
contoh, pada kondisi udara lingkungan 95°F [35°C] DB, 78°F [25.6°C] WB, sebuah
cooling tower akan memberikan air dengan temperatur 85°F [29.4°C] ke kondenser
berpendingin air. Ini akan memberikan temperatur kondensasi refrigeran pada 100°F
[37.8°C]. Pada kondisi lingkungan yang sama, temperatur kondensasi refrigeran pada
kondenser berpendingin udara adalah 1250 F [51.70C]. Makin rendah temperatur
kondensasi, makin rendah tekanan kondensasi. Ini berarti makin rendah kerja kompresor
dan makin rendah konsumsi energi kompresor.

Efisiensi ini mungkin saja turun pada saat beban-beban tidak puncak (part-load
conditions), karena temperatur tabung kering cenderung turun lebih cepat dibanding
temperatur tabung basah (Gambar 4.8).
Water-cooled chiller secara umum lebih efisien
Akibatnya, chiller berpendingin udara
dibandingkan dengan air-cooled chiller.
akan lebih efisien justru pada saat beban
Temperatur kondensasi refrigeran pada air-
cooled chiller tergantung pada temperatur sedang tidak puncak. Selain itu, efisiensi
tabung kering udara lingkungan. dari chiller berpendingin air dapat saja
Temperatur kondensasi refrigeran pada water- lebih kecil jika dipertimbangkan pula
cooled chiller tergantung pada temperatur
biaya energi untuk menara pendingin
tabung basah udara lingkungan.
dan pompa air kondenser. Jadi,
diperlukan perhitungan yang cermat
untuk memperkirakan selisih biaya operasi antara chiller berpendingin udara dan chiller
berpendingin air.

102
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.8. Variasi temperatur tabung kering dan tabung basah


udara lingkungan.

Kelebihan lain dari chiller


berpendingin udara adalah dapat Air-cooled chiller unggul dalam kemudahan dalam
dibeli dalam “sistem paket” atau perawatan, sistem yang kompak dalam satu paket,
kemudahan desain dan instalasi, dan efisiensi yang
package system. Hal ini akan baik pada temperatur lingkungan yang rendah.
Water-cooled chiller unggul dalam hal efisiensi
menghemat waktu desain, energi dan tahan lama.
menyederhanakan instalasi,
meningkatkan keandalan, di samping
semua komponennya berasal dari satu sumber (pabrik). Chiller berpendingin air masih
memerlukan pemipaan air kondenser, pompa, cooling tower, dan peralatan kontrolnya.

Chiller berpendingin air secara umum lebih awet dibanding chiller berpendingin udara.
Perbedaan umur alat ini disebabkan chiller berpendingin udara dipasang di luar ruangan
sedang chiller berpendingin air
Water-cooled chiller secara umum lebih awet dipasang seluruhnya di dalam ruangan.
dibanding air-cooled chiller.
Selain itu, penggunaan air untuk
Umumnya, air-cooled chiller akan bertahan pendingin kondenser akan membuat
antara 15-20 tahun, sedangkan water-cooled
chiller dapat bertahan antara 20 hingga 30 chiller beroperasi pada tekanan
tahun kondensasi yang lebih rendah.
Umumnya, chiller berpendingin udara
akan bertahan antara 15-20 tahun, sedangkan chiller berpendingin air dapat bertahan
antara 20 hingga 30 tahun.

Jadi, secara ringkas keunggulan chiller berpendingin udara adalah kemudahan dalam
perawatan, sistem yang kompak dalam satu paket, kemudahan desain dan instalasi, dan

103
Sistem Tata Udara

efisiensi yang baik pada temperatur lingkungan yang rendah. Chiller berpendingin air
unggul dalam hal efisiensi energi dan tahan lama.

Komponen-komponen chiller berpendingin air jarang dipasang pada jarak yang


berjauhan. Sementara itu, komponen-komponen chiller berpendingin udara dapat
dipasang pada jarak yang relatif berjauhan. Kemudahan ini memungkinkan desainer
untuk meletakkan komponen-komponennya pada tempat yang tidak mengganggu
pemanfaatan ruangan, tidak membuat bising, dan mudah dalam perawatan

Pada suatu mesin chiller berpendingin udara jenis paket atau packaged air-cooled
chiller, seluruh komponen refrigerasi (kompressor, kondenser, ekspansion, dan
evaporator) terletak di luar ruangan (Gambar 4.9). Kelebihan utama konfigurasi ini
adalah seluruh bagian dirakit di pabrik, dan seluruh komponennya telah diuji di pabrik,
termasuk kelistrikan, pemipaan refrigeran, dan sistem kontrol.

Gambar ‎4.9. Packaged air-cooled chiller.

Hal ini akan mengurangi biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk instalasi. Selain itu,
semua komponen yang menghasilkan kebisingan (kompresor dan kipas kondenser)
terletak di luar ruangan, sehingga mengurangi tingkat kebisingan dalam ruangan.
Selanjutnya, penggunaan ruangan untuk pemasangan alat juga dapat dihemat.

Alternatif lain dari chiller berpendingin udara jenis paket adalah dengan evaporator
terpisah atau remote evaporator, yakni menempatkan unit pengkondensasi (kompresor
dan kondenser) di luar ruangan dan evaporator di dalam ruangan. Konfigurasi ini
berguna untuk mencegah pembekuan saat musim dingin dan mengurangi kebisingan
oleh kompresor dan kipas kondenser.

104
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.10. Chiller dengan remote evaporator.

Konfigurasi lain yang juga populer adalah menggunakan kondenser terpisah atau remote
condenser, di mana kondenser berpendingin udara dihubungkan ke paket kompresor
dan evaporator (atau sering disebut dengan condenserless chiller). Kompresor
diletakkan di dalam ruangan untuk mempermudah perawatan, sementara kondenser di
luar ruangan.

Gambar ‎4.11. Chiller dengan kondenser terpisah.

Konfigurasi lain dari chiller adalah dengan meletakkan paket kompresor dan evaporator
dalam ruangan dan dihubungkan dengan kondenser udara dalam ruang. Udara untuk
pendingin kondenser dialirkan lewat saluran udara. Kondenser dalam ruang ini
umumnya menggunakan kipas sentrifugal untuk mengatasi rugi tekanan statik pada
saluran udara. Konfigurasi ini umumnya digunakan jika arsitek tidak menghendaki
adanya kondenser di luar ruangan.

105
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.12. Chiller dengan kondenser di dalam ruangan.

4.4. Pengontrolan Beban pada Chiller


Tinjau chiller pada Gambar 4.13. Chiller ini memiliki sebuah evaporator/pendingin
cairan, kondenser, kompresor, dan peralatan kontrol kapasitas. Chiller memiliki
termostat pada sisi balikan air ke evaporator yang akan merasakan perubahan
temperatur sebagai perubahan beban pada debit air dingin yang konstan.

Air Air
keluar masuk

PANEL
EVAPORATOR CHILLER KONTROL

KONDENSER

Gambar ‎4.13. Chiller dengan pengontrolan kapasitas. Sensor


temperatur diletakkan pada return water.

Saat beban turun, temperatur air pada sisi return evaporator akan turun juga (akibat dari
kapasitas chiller lebih besar daripada beban). Alat kontrol yang merasakan perubahan
temperatur akan menghidupmatikan kompresor agar temperatur air balik ke evaporator
terjaga pada rentang tertentu. Makin sempit rentangnya, makin sering kompresor ON

106
Sistem Tata Udara

dan OFF. Makin rendah beban, makin sering pula siklus ON dan OFF. Pada kondisi
sebenarnya, beban pendinginan jarang sekali mencapai puncak, dan sebagian besar
malah berada di bawah 50% dari beban puncaknya. Karena itu, chiller yang demikian
akan sering mengalami siklus ON-OFF sepanjang tahun.

Cylinder unloading
Pada kondisi sebenarnya, beban pendinginan
Pada chiller yang berkapasitas besar, jarang sekali mencapai puncak, dan sebagian
besar malah berada di bawah 50% dari beban
kompresor lebih disukai bekerja dalam puncaknya. Karena itu, chiller yang demikian
jangka waktu lama dibandingkan sering akan sering mengalami siklus ON-OFF
sepanjang tahun.
hidup-mati (ON-OFF). Frekuensi ON-
Beban puncak hanya terjadi jika seluruh syarat
OFF yangg terlalu sering dapat merusak
dan komponen beban puncak dipenuhi, misal
kompresor dan memperpendek umur tanggal‎…,‎bulan‎…,‎jam‎…,‎‎langit‎cerah,‎
matahari terik, penghuni 100% ada, lampu
peralatan. Karena itu, pada kompresor
100% menyala, mesin 100% bekerja, dsb.
torak sering dipasang cylinder unloader,
untuk mengurangi kapasitas kompresor tanpa mematikannya (Gambar 4.14). Unloader
ini dapat berjenis elektrik maupun pneumatik/suction pressure unloader.

Air Air
keluar masuk

PANEL
EVAPORATOR CHILLER KONTROL

Unloader
elektrik pada
KONDENSER saluran isap

Gambar ‎4.14. Cylinder unloader pada kompresor chiller.

Pada chiller dengan satu kompresor torak dengan 6 silinder, kapasitasnya dapat diatur
pada 100% (6 silinder aktif), 67% (4 silinder aktif, 2 non-aktif), atau 33% (2 silinder
aktif, 4 non-aktif). Harga minimum kapasitas yang diijinkan untuk kompresor tetap
bekerja umumnya adalah 25%.

107
Sistem Tata Udara

Pada chiller sentrifugal Karena mesin hermetik atau semihermetik mengandalkan


refrigeran untuk mendinginkan motor, maka kompresor tak
(Gambar 4.15), pengaturan
dapat 100% unloaded tanpa mematikannya. Jika kompresor
kapasitas dilakukan dengan 100% unloaded, maka ia tetap bergerak tetapi tidak ada
refrigeran yang mengalir. Akibatnya motor dan kompresor
inlet guide vanes (IGV) atau
tidak mendapatkan pendinginan dari refrigeran.
kombinasi IGV dengan
variable-speed drive (adjustable frequency drive, AFD).

Gambar ‎4.15. Inlet guide vanes dan adjustable frequency drive pada chiller sentrifugal..

4.5. Chiller dengan Banyak Kompresor


Karena tuntutan kebutuhan pendinginan yang semakin besar, maka kapasitas kompresor
juga dituntuk makin besar. Hal ini dapat dipenuhi dengan menggunakan kompresor
tunggal bersilinder lebih banyak, atau dengan menggunakan kompresor banyak dengan
jumlah silinder yang lebih sedikit. Mesin-mesin chiller torak modern cenderung
menggunakan banyak kompresor atau multiple compressors untuk memenuhi kapasitas
yang dibutuhkan. Jenis ini menguntungkan dari sisi ketersediaan kompresor dan
kemudahan dalam fabrikasi.

Tinjau suatu chiller torak dengan 4 kompresor yang masing-masing memiliki 4 step
kontrol kapasitas. Total step kapasitas yang dimiliki chiller adalah 12 step. Artinya,
chiller dapat mengatur kapasitasnya pada 12 tingkatan tanpa harus mematikan seluruh
kompresor (Gambar 4.16).

108
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.16. Chiller torak dengan 4 kompresor, masing-masing kompresor memiliki 6 silinder
(dari Carrier TDP).

Meski demikian, pengaturan kapasitas sampai 12 step ini sebenarnya tidak terlalu
dituntut. Chiller torak cenderung memiliki step kapasitas antara 2 sampai 8 step,
tergantung jumlah kompresor yang digunakan.

Pada saat kapasitas kompresor mencapai step-step akhirnya (artinya kapasitas kecil),
debit refrigeran akan kecil dan kecepatan refrigeran pada evaporator juga akan kecil.
Jika kecepatan refrigeran terlalu kecil, maka ada kemungkinan oli pada evaporator tidak
terbawa kembali ke kompresor. Hal ini tentu membahayakan bagi kompresor, karena
pelumasan komponen-komponennya akan terganggu. Selain itu, pada kapasitas yang
kecil, aliran refrigeran yang terlalu sedikit akan mengganggu kestabilan kerja TXV,
sehingga TXV kehilangan kemampuan untuk menjaga superheat. Ini berahaya karena
dapat mengakibatkan cairan refrigeran masuk ke kompresor.

Sirkuit refrigeran ganda/Dual refrigerant circuits

Untuk mencegah rendahnya kecepatan refrigeran dan mengamankan kerja TXV,


evaporator dapat dibagi menjadi dua jalur. Masing-masing jalur pada Gambar 4.17
memiliki 2 kompresor, 1 kondenser, 1 TXV, dan 1 katup solenoid.

Saat beban rendah (30% - 40%), salah satu jalur refrigeran akan mati sehingga akan
meningkatkan kecepatan refrigeran di evaporator. Hal ini akan membuat oli dapat
kembali ke kompresor dengan baik dan TXV dapat bekerja normal.

109
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.17. Chiller torak dengan 2 jalur refrigeran. Masing-masing jalur memiliki 2 kompresor
(dari Carrier TDP).

4.6. Step-step Kontrol Chiller


Tinjau chiller dengan 4 kompresor masing-masing memiliki 6 silinder, 2 jalur
refrigeran, dan 8 step kontrol kapasitas.

Tabel ‎4.1. Step kontrol kapasitas pada chiller dengan 4 kompresor, 2 jalur
refrigeran, dan 8 step kontrol kapasitas.

Pengaturan kapasitas chiller dapat dilakukan dengan cara berikut:

 Saat kapasitas 100%, seluruh kompresor bekerja dan seluruh silinder aktif.
Kompresor 1 sampai 4 masing-masing memiliki 6 silinder aktif.

 Chiller dapat menurunkan kapasitasnya menjadi 91.6% dengan cara


menonaktifkan 2 silinder pada kompresor 1 (4 sisanya bekerja), sementara
kompresor 2, 3, dan 4 bekerja penuh.

 Kapasitas 75% diperoleh dengan mematikan salah satu kompresor, yaitu


kompresor 2. Kompresor 1, 3, 4 bekerja penuh.

110
Sistem Tata Udara

 Kapasitas 66.6% diperoleh dengan menonaktifkan 2 silinder pada kompresor 1


(4 sisanya bekerja), kompresor 2 mati, kompresor 3 dan 4 bekerja penuh.

 Dan seterusnya.

Agar kerja kompresor dapat dibagi secara merata, sehingga umur peralatan panjang,
maka dimungkinkan untuk menggilir kerja kompresor. Perhatikan kolom kiri dan kolom
kanan pada Tabel 2.1, kompresor yang hidup dan mati dapat digilir sesuai dengan
keinginan operator.

4.7. Kontrol Bypass Gas-panas/Hot-gass Bypass Control


Chiller dengan jumlah step kontrol 4 atau kurang cenderung dilengkapi dengan kontrol
bypass gas-panas atau hot gas bypass control (HGBP control). Chiller demikian
umumnya memiliki batas kapasitas minimum 25%. Jika dalam operasinya chiller
menghadapi beban di bawah 25%, maka HGBP akan bekerja untuk menjaga kompresor
tetap bekerja meskipun beban di bawah
Illustrasi HGBP:
25%.
 Batas minimum kapasitas kompresor 25%,
artinya debit refrigeran yang disirkulasikan
Cara kerja HGBO dapat dilihat pada kompresor 25% dari debit normalnya.

Gambar 4.18. Pada beban di bawah  Saat beban di bawah 25%, misal 20%, kompresor
tetap bekerja pada batas kapasitas 25%,
25%, kapasitas sirkulasi kompresor akan sementara TXV mengalirkan refrigeran 20% dari
debit normal menuju evaporator, sesuai dengan
lebih besar daripada yang dilewatkan beban.

oleh TXV (pada beban rendah TXV  Aliran TXV ke evaporator 20%, dihisap kompresor
25%.‎Evaporator‎akan‎“vakum”.
akan mengurangi bukaan, sehingga
debit refrigeran berkurang). Akibatnya,
refrigeran pada evaporator cenderung akan “habis” terisap oleh kompresor.

Jika beban turun lagi di bawah 25%, katup solenoid pada jalur kontrol menuju katup
HGBP akan terbuka. Refrigeran dingin di saluran isap akan menuju ke HGBP valve.
Saat tekanan isap rendah di bawah setpoint, HGBP akan terbuka dan mengalirkan
refrigeran panas keluaran kompresor menuju ke evaporator. Uap refrigeran panas ini
akan bercampur dengan refrigeran keluaran TXV dan meningkatkan debit refrigeran
yang melewati evaporator menuju kompresor. Jadi, oli dapat kembali ke kompresor
dengan baik meskipun beban di bawah 25%. Karena debit refrigeran ke kompresor (dari
keluaran TXV ditambah keluaran HGBP) konstan, tekanan evaporator akan stabil dan
arus kompresor konstan.

111
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.18. Hot gas bypass control pada chiller.

Chiller dengan jumlah step kontrol kapasitas lebih dari 4 tak memerlukan kontrol
HGBP karena jumlah step telah memadai untuk mengantisipasi beban minimum pada
sistem tata udara.

4.8. Lokasi Sensor


Ada dua tempat untuk meletakkan sensor temperatur pada chiller (Gambar 4.19):

• Pada sisi balikan air ke chiller/return water

• Pada sisi air meninggalkan chiller/leaving water


LOKASI SENSOR PADA RETURN WATER

EVAPORATOR CHILLER
T

LOKASI SENSOR PADA LEAVING WATER

EVAPORATOR CHILLER
T

Gambar ‎4.19. Penempatan sensor temperatur pada chiller torak.

112
Sistem Tata Udara

Pada chiller torak, kontrol yang lebih banyak digunakan adalah pada return water.
Metode ini dapat mengurangi terjadinya ON-OFF yang terlalu sering pada kompresor
atau cylinder unloader.

4.8.1. Lokasi sensor pada return water


Tinjau suatu sistem chiller dengan 4 kompresor tanpa dilengkapi unloader
(Gambar 4.20). Jadi, chiller dapat mengatur kapasitas 100%, 75%, 50%, 25%,
dan OFF.

Gambar ‎4.20. Skema penyesuaian kapasitas terhadap beban pada chiller.

Termostat [T] diletakkan pada lokasi return water dan akan merespon temperatur
air kembali ke chiller [T2]. Tabel pada Gambar 4.20 memperlihatkan bahwa
sistem awalnya setimbang, di mana kapasitas sama dengan beban. Air masuk
evaporator pada 12.8C dan keluar pada 5.6C. Termostat diset untuk memutus
arus ke kompresor no.1 jika temperatur turun ke 11.4 oC dan menyambungnya
lagi jika temperaturnya naik lagi ke 12.8oC.

Anggap beban turun menjadi 90% dari beban puncak. Gambar 4.20
menunjukkan perubahan yang terjadi pada T1 dan T2 setiap kali air dingin
bersirkulasi dalam satu siklus, dari chiller ke beban dan kembali lagi ke chiller.
Baik temperatur air return maupun leaving (masuk evaporator maupun keluar
evaporator) merupakan fungsi dari jumlah siklus dalam pemipaan air dingin.
Dalam hal ini, ada dual hal yang perlu dicatat:

113
Sistem Tata Udara

 Tergantung dari perubahan beban antara 75% dan 100%, temperature


air keluar evaporator dapat bervariasi antara 8.6C sampai dengan
5.8C, sementara temperatur air masuk evaporator dijaga antara 12.8C
dan 11.4C.

 Hidup-matinya kompresor akan tergantung pada jumlah air dingin yang


ada pada sistem.

Dari gambar tersebut terlihat pula bahwa diperlukan 3 kali siklus pada beban
90% untuk mematikan kompresor, dan 1 kali siklus untuk menghidupkan lagi
kompresor. Jumlah air pada sistem akan mempengaruhi lamanya waktu siklus
dan lamanya kompresor ON-OFF. Sebagai pedoman umum, loop atau rangkaian
pemipaan air dingin chiller harus memiliki jumlah air antara 3.25 hingga 6.5
liter per kW kapasitas chiller, agar waktu siklus cukup dan ON-OFF tidak terlalu
sering. Jadi, pada sistem
yang lebih besar, frekuensi
Peletakan sensor pada return water (masuk
ON-OFF akan lebih evaporator) menghasilkan efek inersia atau
kelembaman, sehingga frekuensi ON-OFF lebih
sedikit.
jarang. Perubahan kapasitas chiller akibat hidup-
matinya kompresor tidak akan langsung dirasakan
Selanjutnya, dapat dilihat
oleh termostat, sampai air tersebut bersirkulasi
bahwa saat kapasitas dalam satu siklus.
kompresor melebihi beban,
temperatur T1 dan T2 akan
turun, dan saat beban melebihi kapasitas, T1 dan T2 akan naik.

Gambar 4.21 memperlihatkan pengaruh siklus pada chiller dengan 4 kompresor


tersebut terhadap temperatur air pada termostat. Ada 4 step pengurangan
kapasitas dari 100% ke 0%. Grafik pada gambar tersebut menunjukkan pengaruh
beban terhadap temperatur air dingin. Beban antara 75% dan 100% akan
menyebabkan satu kompresor ON dan OFF. Jika beban berada pada 96%,
temperatur air masuk evaporator akan turun dari A’ ke B’ karena chiller masih
bekerja dengan kapasitas 100%. Hal ini juga akan menyebabkan temperatur air
keluar evaporator turun dari A ke B.

114
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.21. Skema ON-OFF kompresor akibat perubahan beban pendinginan dengan sensor
diletakkan pada return water.

Karena kompresor 1 diset mati pada temperatur 11.4oC, maka kompresor 1 akan
mati saat temperatur air masuk evaporator mencapai titik B’. Dengan 3
kompresor yang masih bekerja (kapasitas 75%) dan beban 96%, temperatur air
kmasuk evaporator akan kembali naik secara vertikal mengikuti garis B’-D’,
sementara air keluar evaporator naik mengikuti garis B-C-D.

Saat temperatur air masuk evaporator mencapai D’, kompresor 1 akan kembali
ON. Temperatur air masuk evaporator akan kembali turun dari D ke B. Jadi,
pada beban konstan (dalam kasus ini 96%), temperatur air masuk dan keluar
evaporator akan naik-turun mengikuti garis lurus.

Peletakan sensor pada balikan air return water menuju evaporator menghasilkan
efek inersia atau kelembaman, sehingga frekuensi ON-OFF lebih jarang.
Perubahan kapasitas chiller akibat hidup-matinya kompresor tidak dirasakan
oleh termostat sampai air tersebut bersirkulasi dalam satu siklus. Semakin besar
sistem chiller, respons kontroler akan lebih lambat, dan frekuensi ON-OFF akan
semakin jarang. Jadi, peletakan sensor di return water membuat mesin chiller
torak lebih awet karena frekuensi ON-OFF yang lebih jarang.

115
Sistem Tata Udara

4.8.2. Lokasi sensor pada leaving water


Gambar 4.22 menunjukkan diagram sejenis untuk chiller torak yang dikontrol
pada posisi air dingin keluar evaporator (leaving water position). Dalam hal ini,
perubahan kapasitas chiller akan seketika dirasakan oleh termostat, segera
setelah salah satu atau lebih kompresor ON atau OFF. Kapasitas chiller juga
akan jarang sekali sesuai
dengan beban akibat
terbatasnya jumlah step …..‎perubahan‎kapasitas‎chiller‎akan‎seketika‎dirasakan‎
oleh termostat, segera setelah salah satu atau lebih
kontrol. Jadi, peletakan kompresor ON atau OFF.
sensor pada keluaran
evaporator atau leaving
water akan menyebabkan frekuensi ON-OFF yang sering. Untuk mengurangi
frekuensi ON-OFF, diperlukan diferensial 2.2oC tiap step dengan diferensial
0.4oC di antara step. Meskipun diferensial pada masukan evaporator atau return
water lebih sempit, tetap saja peletakan sensor pada leaving water menghasilkan
frekuensi ON-OFF yang lebih sering. Jadi, meletakkan sensor pada leaving
water pada chiller torak tidak disarankan.

Gambar ‎4.22. Skema ON-OFF kompresor akibat perubahan beban pendinginan dengan sensor
diletakkan pada leaving water.

116
Sistem Tata Udara

4.9. Urutan-urutan Pengontrolan


Pengontrol stek kapasitas atau step controller pada chiller (Gambar 4.23) umumnya
diletakkan pada panel kontrol untuk merespon termostat yang dipasang pada air dingin
dan mengaktifkan langkah-langkah pengontrolan kapasitas.

Gambar ‎4.23. Step controller untuk chiller.

Gambar 4.24 menunjukkan diagram pengawatan untuk chiller torak dengan empat
kompresor dengan dua jalur refrigeran dan empat step pengontrolan kapasitas. Diagram
ini hanya menunjukkan urutan-urutan operasi saja. Untuk memudahkan pemahaman,
beberapa elemen kontrol seperti time guard circuit, sequence transfer switches, dll.,
tidak digambarkan di sini.

Gambar ‎4.24. Detail step controller untuk chiller.

Saat chiller sedang tidak bekerja, pemanas crankase/crankcase heater bekerja untuk
memanaskan crankcase untuk menghindari refrigeran masuk ke crankcase. Tiap-tiap
pemanas crankase mendapat suplai arus melalui kontak normally closed di starter
kompresor.

117
Sistem Tata Udara

Daya disuplaikan ke rangkaian kontrol melalui switch ON-OFF, pemutus arus jika
temperatur air terlalu rendah, dan interlock seperti pemindah aliran.

Saat step 1 pada kontroler temperatur menutup, relay kontrol no.1, katup solenoid pada
pipa cairan refrigeran keluaran kondenser, dan kompresor no. 1 melalui switch beban
lebih dan pembatas tekanan tinggi dan tekanan rendah akan mendapat suplai daya.

Saat step no.2 menutup, daya disuplaikan ke relay kontrol no. 2, katup solenoid pada
pipa cairan refrigeran keluaran kondenser dan ke kompresor no. 3 melalui time delay
relay. Urutan pengaktifan kompresor diatur sedemikian sehingga pada masing-masing
jalur refrigeran akan energized sebelum kompresor kedua di jalur lainnya energized. Hal
ini akan menaikkan efisiensi dan menurunkan biaya operasi.

Step no. 3 akan menyuplai daya ke kompresor no. 2, dan step no. 4 menyuplai daya ke
kompresor no. 4. Relay penunda waktu/time delay relay dipasang pada kompresor 2,
3,dan 4 untuk mencegah lehih dari satu kompresor start bersamaan.

Relay kontrol diperlukan untuk menjalankan peralatan-peralatan lainnya seeprti pompa


air kondenser, kipas menara pendingin, kipas kondenser, dll. Jika diinginkan, perangkat
interlock dapat dipasang sebelum starter kompresor untuk mencegah bekerjanya
kompresor jika alat-alat yang lain belum bekerja. Urutan-urutan kontrol chiller ini dapat
bervariasi sesuai dengan rancangan operasi yang diinginkan. Katup solenoid pada pipa
cairan terpasang pada masing-masing jalur refrigeran, namun hanya digunakan sebagai
stop-valve saat jalur tersebut sedang dalam keadaan mati/off-cycle.

4.10. Sistem dengan Chiller Banyak/Multiple Chiller


Jika lebih dari satu chiller diperlukan untuk menyesuaikan dengan beban atau
menyediakan stand-by unit, maka perancang akan menghadapi satu masalah mendasar:
apakah chiller-chiller tersebut dipasang seri atau paralel. Karena lebih sederhana dan
mudah dikontrol, jika memungkinkan disarankan untuk merangkai multi-chiller secara
paralel.

Chiller-chiller dikatakan terangkai seri jika seluruh air dingin mengalir di satu
evaporator dari satu chiller dan selanjutnya mengalir menuju ke chiller kedua dan
seterusnya. Chiller paralel memisahkan aliran air melalui masing-masing evaporator
secara bersamaan (Gambar 4.25). Dalam kedua kasus, kondenser-konderser
diasumsikan terangkai paralel.

118
Sistem Tata Udara

CHILLER SERI

CHILLER 1 CHILLER 2

CHILLER PARALEL

CHILLER 1

CHILLER 2

Gambar ‎4.25. Chiller seri dan paralel.

4.10.1. Chiller paralel - debit konstan


Cara paling mudah merangkai dan mengontrol chiller adalah dengan
menempatkan sensor kontrol pada sisi return water (Gambar 4.26).

Gambar ‎4.26. Chiller paralel dengan debit air konstan.

Masing-masing chiller dikontrol oleh sebuah termostat dengan setpoint dan


diferensial yang sama. Meski diset sama, kedua termostat tidak akan
menyambung/cut-in dan memutus/cut-out dalam waktu yang sama, akibat
adanya toleransi bawaan yang berbeda dari masing-masing termostat. Naumn
demikian, hal ini justru
Untuk menghasilkan operasi yang stabil pada
menguntungkan karena jumlah sistem dengan debit konstan, sensor kontroler
total step sama dengan jumlah atau termostat diletakkan di return water atau
sebelum evaporator.
step masing-masing chiller dan
akan menghasilkan operasi
mesin yang stabil.

Variasi dari pengontrolan ini dapat dilakukan dengan menambahkan termostat


ketiga, T3 (ditunjukkan oleh garis putus-putus pada Gambar 4.26). Termostat ini

119
Sistem Tata Udara

akan mematikan salah satu chiller saat beban turun sampai pada tahap tertentu
yang mampu ditangani oleh satu chiller.

Saat satu mesin mati/shutdown, temperatur air masuk evaporator akan


meningkat cepat karena air keluar evaporator adalah campuran antara 50% air
yang didinginkan dan 50% air yang tidak didinginkan. Jadi, diferensial termostat
nomor 3 harus diset sekitar setengah dari total penurunan temperatur air di
chiller untuk mencegah chiller mati. Untuk menjaga temperatur air campuran
dengan hanya satu chiller yang bekerja, diperlukan temperatur air keluar
evaporator yang rendah pada satu chiller yang bekerja, namun akan
menyebabkan permasalahan pada setting termostat. Selain itu, juga diperlukan
reset control untuk menaikkan temperatur air keluar evaporator saat kedua
chiller bekerja lagi.

Dengan jenis kontrol ini, maka kontrol untuk lag-lead dapat dilakukan dengan
mudah, hanya dengan memindahkan switch T3 dari satu mesin ke mesin
lainnya.

4.10.2. Chiller paralel - debit berubah-ubah


Jika harus menggunakan debit yang berubah-ubah pada chiller paralel, sensor
kontrol harus diletakkan di leaving water atau setelah evaporator. Dengan
meletakkan sensor termostat setelah evaporator dan memberikan setpoint yang
sama, maka beban akan selalu dapat diimbangi oleh chiller, baik pada saat beban
penuh maupun beban parsial. Penambahan T3 pada return water satu chiller
akan mati jika bebannya cukup kecil untuk ditangani satu chiller.

4.10.3. Chiller seri - debit konstan


Chiller dapat dipasang seri jika dibutuhkan (Gambar 4.27). Karena konfigurasi
seri menyebabkan drop tekanan yang besar, maka konfigurasi ini hanya
digunakan jika diinginkan penurunan temperatur air yang besar (8 sampai 12 oC)
dan debit yang kecil. Dengan debit yang konstan, kedua chiller dapat dikontrol
oleh masing-masing termostat pada air masuk evaporator atau return water.
Chiller 1 akan menangani beban lebih besar (kira-kia 52%) karena
mendinginkan air yang temperaturnya lebih tinggi. Pengaturan temperatur
keluaran evaporator/return water harus dilakukan dengan cermat agar setiap

120
Sistem Tata Udara

mesin bekerja sempurna. Chiller 1 harus dikontrol pada beban penuhnya dan
dibuat OFF sebelum chiller 2 mulai mengurangi kapasitas.

Gambar ‎4.27. Chiller seri dengan debit air konstan.

4.10.4. Chiller seri - debit berubah-ubah


Pada sistem chiller seri debit berubah-ubah atau series chiller - variable water
flow, kedua chiller harus dikontrol pada sisi air keluar evaporator. Dengan
meletakkan sensor termostat setelah evaporator dan memberikan setpoint yang
sama, maka beban akan selalu dapat diimbangi oleh chiller, baik pada saat beban
penuh maupun beban parsial.

4.11. Debit Air Konstan/Constant Cooler Flow


Merancang sistem air dingin dengan debit konstan pada chiller adalah pilihan yang baik.
Aliran air dingin yang konstan akan mengurangi masalah-masalah operasional pada
kontrol chiller. Permasalahan yang dapat terjadi digambarkan pada Gambar 1.28. Misal
suatu gedung memiliki beban puncak 350 kW dan dilayani oleh chiller dengan kapasitas
350 kW pula. Saat beban sedang puncak (350 kW), kapasitas chiller akan sesuai dengan
beban, dengan debit air dingin 15.14 l/s. Kontrol pada temperatur air masuk pada
12.8C akan menghasilkan temperatur air keluaran evapotor 7.2C. Di koil, air 7.2C
tadi akan “dipanaskan” oleh udara yang lewat menjadi 12.8C. Saat seperti ini, sistem
akan berada dalam kesetimbangan.

Untuk memberikan gambaran yang


jelas, anggaplah beban turun menjadi Karena debit 50%, penurunan temperatur air di
chiller tidak lagi 5.6oC, tetapi dua kalinya, yaitu
175 kW. Karena debit air dingin
11.2oC. Dengan demikian, air keluar chiller akan
berubah menurut beban, maka debit bertemperatur 1.7oC. Hal ini akan menimbulkan
permasalahan pada kontrol chiller dan frekuensi
akan turun menjadi 7.571 l/s. Di koil,
ON-OFF yang sering akan terjadi
air 7.2C akan menghangat menjadi
12.8C (karena beda temperatur di koil tetap 5.6C).

121
Sistem Tata Udara

Saat kembali ke chiller, temperatur air yang akan masuk evaporator tetap 12.8C. Jadi,
chiller tetap bekerja dengan kapasitas 350 kW meski debit telah turun ke 7.571 l/s.
Akibatnya, penurunan temperatur air di chiller tidak lagi 5.6C, tetapi dua kalinya, yaitu
11.2oC. Dengan demikian, air keluar chiller akan bertemperatur 1.7 oC. Hal ini akan
menimbulkan permasalahan pada kontrol chiller dan frekuensi ON-OFF yang sering
akan terjadi.

Gambar ‎4.28. Illustrasi chiller dengan variable water flow.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat digunakan beberapa cara. Penggunaan


katup kontrol pada Gambar 4.29 akan menentukan apakah aliran air sistem konstan
atau berubah-ubah. Penggunaan katup 3 jalur on-off akan menghasilkan debit air yang
konstan. Aliran air akan diarahkan menuju koil atau kembali ke chiller.

Gambar ‎4.29. Penggunaan 3-way dan 2-way on-off control valve.

Jika katup yang digunakan adalah katup 3 jalur modulasi, bukan katup 3 jalur on-off,
maka debit pada sistem tidak akan konstan! Hal ini terjadi akibat dari turunnya drop

122
Sistem Tata Udara

tekanan pada rangkaian paralel (bypass dan koil) dibandingkan dengan pada saat aliran
penuh 100% di koil maupun bypass.

Penggunaan katup dua-jalur on-off (two-way on-off) atau katup dua-jalur modulasi
(two-way modulating valve) akan menghasilkan debit berubah-ubah (variable system
flow) karena katup-katup akan menurunkan debit pada saat beban tidak penuh.

Penggunaan kontrol beda tekanan atau differential-presure control dapat menghasilkan


debit yang konstan pada chiller, meskipun debit pada koil berubah-ubah. Gambar 4.30
menunjukkan penggunaan kontrol tersebut untuk menjaga debit air di chiller konstan.
Katup kontrol yang digunakan adalah katup dua-jalur modulasi . Saat beban berubah,
kontroler akan menjaga drop tekanan konstan pada chiller (sehingga aliran ke chiller
konstan) dengan cara membypass
sebagian air yang tidak dibutuhkan oleh Saat beban berubah, kontroler akan menjaga
drop tekanan konstan pada chiller (sehingga
koil kembali ke chiller. Temperatur air aliran ke chiller konstan) dengan cara
campuran pada masukan chiller membypass sebagian air yang tidak dibutuhkan
oleh koil kembali ke chiller. Temperatur air
sebading dengan besarnya beban koil. campuran pada masukan chiller sebading dengan
besarnya beban koil.

Gambar ‎4.30. Penggunaan differential pressure control untuk menghasilkan debit konstan pada
chiller.

Cara lain untuk mempertahankan debit


Jika pipa C (common) pada memiliki drop
konstan pada chiller adalah dengan tekanan yang sangat kecil, debit aliran pada
menggunakan pemompaan primer dan pemipaan sekunder dapat berubah-ubah
sementara debit pada pemipaan primer
pemompaan sekunder. Gambar 4.31 konstan!
menunjukkan hukum aliran: “Jika dua
sirkuit atau dua loop pemipaan bertemu, aliran pada satu sirkuit tidak akan
mempengaruhi sirkuit lainnya jika drop tekanan pada titik pertemuan nol”. Dengan
demikian, jika pipa C (common) pada Gambar 4.31 memiliki drop tekanan yang sangat

123
Sistem Tata Udara

kecil, debit aliran pada pemipaan sekunder dapat berubah-ubah sementara debit pada
pemipaan primer konstan!

Gambar ‎4.31. Pemompaan primer dan sekunder untuk menghasilkan debit konstan pada chiller.

4.12. Pemilihan Chiller


Pemilihan chiller dilakukan berdasarkan beban pendinginan, dengan
mempertimbangakan beberapa faktor berikut:

 temperatur air keluar chiller

 temperatur air pendingin masuk/keluar kondenser (water-cooled chiller)

 temperatur udara lingkungan (air-cooled chiller)

 temperatur kondensasi refrigeran

Gambar 4.32 menunjukkan tabel rating untuk chiller torak berpendingin air. Tabel ini
memberikan data kinerja pada berbagai nilai temperatur air keluar chiller dan
temperatur air masuk kondenser. Tabel juga menunjukkan daya input kompresor, debit
air di kondenser dan evaporator, dan drop tekanan pada kondenser dan evaporator.

Gambar 4.33 memberikan informasi yang mirip dengan Gambar 4.32, namun dengan
temperatur air masuk kondenser yang lebih tinggi.

124
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.32. Contoh data kinerja water-cooled chiller pada temperatur air masuk kondenser 25 –
35oC.

Gambar ‎4.33. Contoh data kinerja water-cooled chiller pada temperatur air masuk kondenser 40 –
50oC.

Contoh berikut dapat digunakan sebagai pedoman cara memilih chiller berpendingin air.

CONTOH 4.1
Diberikan data sebagai berikut:
 Summer cooling load 255 kW
 Leaving chilled water temperature 7°C
 Chilled water rise 5 K

125
Sistem Tata Udara

 Entering condenser water temperature 30°C (increasing 5K)


 Fouling factor (cooler and condenser). 0.44 x 10-4 m2 K/W
Jika diinginkan digunakan water-cooled chiller, tentukan unit size, kapasitas, daya input, debit
air pada cooler, debit air pada kondenser, dan drop tekanan pada cooler dan kondenser.

Lihat Gambar 4.32. Beban yang harus ditangani adalah255 kW. Jika dipilih unit size 091, maka
didapat kapasitas.chiller 250 kW. Kapasitas ini cukup dekat dengan kebutuhan.
Dengan mempertimbangakan
 Leaving chilled water temperature 7°C
 Chilled water rise 5 K
 Entering condenser water temperature 30°C
 Condenser water rise 5K
Maka diperoleh unit size 091 dengan
 Cooling capacity 250 kW
 Compressor power input 62 kW
 Entering/leaving chilled water 12/7°C
 Flow rate 12 l/s
 Pressure drop 20,6 kPa
 Entering/leaving cooling water 30/35°C
 Flow rate 14,9 l/s
 Pressure drop 28 kPa
Untuk melengkapi data lain yang diperlukan, Gambar 4.34 dapat digunakan untuk menentukan
data kelistrikan chiller. Hasilnya menunjukkan bahwa starting current atau arus mula dapat
diturunkan dari 322 A ke 222 A dengan menggunakan part winding.Untuk debit yang berbeda,
data drop tekanan pada Gambar 4.35 dapat digunakan.

126
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.34. Contoh data kelistrikan water-cooled chiller.

127
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.35. Kurva drop tekanan vs debit pada liquid-cooler.

CONTOH 4.2
Diberikan data sebagai berikut:
 Summer cooling load 255 kW
 Leaving chilled water temperature 7°C
 Chilled water rise 5 K
 Condenser air entering temperature 35°C
Jika diinginkan digunakan split chiller atau condenserless chiller, tentukan unit size, kapasitas,
daya input, debit air pada cooler, dan drop tekanan pada cooler.

Karena chiller berpendingin udara melibatkan besaran SDT (saturated discharge temperature),
maka dapat diasumsikan bahwa SDT kurang lebih 15oC di atas temperatur lingkungan. Untuk
o o o
kasus ini, SDT = 35 + 15 = 51 C. SDT 51 C menghasilkan temperatur kondensasi sekitar 50 C.

Lihat Gambar 4.36. Dengan mempertimbangakan


 Leaving chilled water temperature 7°C
 Chilled water rise 5 K
 Condenser air entering temperature 35°C (51oC SDT)
Maka diperoleh unit size 101 dengan
 Cooling capacity 259.6 kW
 Compressor power input 81.5 kW
 Entering/leaving chilled water temperature 12/7°C

128
Sistem Tata Udara

 Water flow rate 12.4 l/s


 Pressure drop 127 kPa
 Total heat rejection 337 kW
 Condensing temperature 50°C
.

Gambar ‎4.36. Contoh data kinerja condenserless chiller.

CONTOH 4.3
Diberikan data sebagai berikut:
 Summer cooling load 255 kW
 Leaving chilled water temperature 7°C
 Chilled water rise 5 K
 Condenser air entering temperature 35°C
Jika diinginkan digunakan air-cooled chiller, tentukan unit size, kapasitas, daya input, debit air
pada cooler, dan drop tekanan pada cooler.

Lihat Gambar 4.37. Dengan mempertimbangakan


 Leaving chilled water temperature 7°C
 Chilled water rise 5 K
 Condenser air entering temperature 35°C
Maka diperoleh unit size 085 dengan
 Cooling capacity 255 kW
 Compressor power input 90 kW
 Entering/leaving chilled water temperature 12/7°C
 Air flow rate 12.18 l/s (calculated)
 Pressure drop 21 kPa
 Fan power input 7 kW
.

129
Sistem Tata Udara

Gambar ‎4.37. Contoh data kinerja air-cooled chiller.

130
Sistem Tata Udara

Bab 5.
Pemipaan dan Pompa

Tujuan Pembelajaran Umum


 Mahasiswa dapat menjelaskan cara kerja, komponen-komponen,
pengontrolan, dan pemilihan chiller

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa memahami penggunaan sistem pemipaan dan pompa pada sistem
tata udara sentral
2. Mahasiswa memahami perhitungan dan merancang sistem pemipaan untuk
sistem tata udara sentral
3. Mahasiswa memahami karakteristik pompa
4. Mahasiswa dapat melakukan pemilihan pompa untuk sistem distribusi air
dingin dan air pendingin kondenser

Pada suatu sistem tata udara, air sering digunakan untuk mentransfer kalor dari suatu
lokasi yang menghasilkan kalor, seperti cooling coil ke titik di mana kalor tersebut
dapat dilepaskan ke media lain, seperti refrigeran pada chiller. Air sering
diresirkulasikan, sehingga proses pengambilan kalor dan pelepasan kalor merupakan
proses yang kontinu.

Sistem pemipaan dan pompa digunakan untuk transport air ke dan dari berbagai
penukar kalor, biasanya bersifat sederhana, dan bukan bagian dari jaringan pemipaan
yang besar dan kompleks. Air yang digunakan biasanya bertemperatur antara 5 sampai
40oC, meskipun dapat dijumpai air yang bertemperatur lebih tinggi pada sistem air
panas yang digunakan untuk pemanasan. Penggerak untuk sirkulasi atau mendorong air
ke sistem pemipaan umumnya adalah pipa sentrifugal.

Pada sistem tata udara, pemipaan air dijumpai pada sistem udara-penuh, sistem air-
penuh, dan sistem udara-air. Sistem sirkulasi yang digunakan dapat bersifat terbuka

131
Sistem Tata Udara

maupun tertutup. Sistem terbuka ditemui pada pemipaan menara pendingin, sementara
sistem tertutup dijumpai pada pemipaan air dingin (chilled-water).

5.1. Perhitungan Sederhana


Formula sederhana untuk menghitung kapasitas kalor air yang bersirkulasi

𝑄 = 𝑐 𝑥 𝐺 𝑥 ∆𝑡 (5.1)

𝑄𝑜 = 𝐺𝑤 𝑥 ∆𝑡𝑤 (5.2)

di mana

𝑄 = kapasitas pendinginan [kW]


𝑐 = kalor jenis [kJ/kg.0C]
𝐺 = debit air [l/s]
∆𝑡 = beda temperatur [K]
𝑄𝑜 = kapasitas mesin refrigerasi [kW]
𝐺𝑤 = debit air kondenser [l/s]
∆𝑡𝑤 =beda temperatur air kondenser [K]

Jika kapasitas pendinginan digunakan sebagai dasar perhitungan, debit air pada
kondenser dan perubahan temperatur air dapat dihitung dengan persamaan (5.2).

Untuk sistem refrigerasi mekanik, diasumsikan faktor pelepasan kalor/heat rejection


factor 1.25, sedang pada sistem refrigerasi absorpsi, faktor pelepasan kalor diasumsikan
2.45.

Desain sekarang umumnya menggunakan perubahan temperatur air dingin 5.6 K,


perubahan temperatur air kondenser 5.6 K untuk sistem refrigerasi mekanik dengan
menara pendingin. Pada sistem dengan refrigerasi absorpsi dengan menara pendingin,
kenaikan temperatur air kondenser sekitar 9.4 K, dan untuk mesin refrigerasi absorpsi
dengan air kota (PDAM) pada 21 atau 24oC, kenaikan temperatur air kondenser 11.1K.
Harga-harga perubahan temperatur di atas dipilih dengan mempertimbangkan biaya
awal, biaya operasi, dan kebutuhan energi. Perubahan temperatur yang lebih tinggi akan
memberikan konsekuensi debit yang rendah, ukuran pipa yang lebih kecil, biaya operasi
yang lebih rendah, dan kebutuhan energi yang lebih rendah. Sebagai contoh, perubahan

132
Sistem Tata Udara

temperatur air dingin sebesar 11K atau lebih dapat digunakan tanpa menyebabkan
banyak masalah pada pemilihan chiller dan koil air-dingin.

5.2. Jenis-jenis Pemipaan


Jenis-jenis pemipaan air pada sistem tata udara antara lain adalah:

 Sekali-lintas/Once-through type

 Resirkulasi terbuka/Open recirculating type

 Resirkulasi tertutup/Closed recirculating type

 Direct return

 Reverse return

Pada jenis pemipaan sekali lintas atau once-through type, air mengalir melalui sistem
dan langsung dibuang. Contoh untuk aplikasi ini adalah penggunaan air kota untuk
pendingin kondenser. Sistem ini dapat bekerja dengan atau tanpa pompa.

Pada jenis pemipaan resirkulasi terbuka atau open recirculating type, air dipompakan
dari reservoir ke sistem dan kembali lagi ke reservoir, dengan memberikan kesempatan
kepada air untuk kontak dengan udara. Contoh jenis ini adalah sistem air dingin dengan
pencuci udara/air washer untuk pendinginan dan dehumidifikasi, dan sistem air
pendinginn kondenser dengan menara pendingin.

F
E

COOLING
TOWER

Bak H C
G D
Pompa

A B
I KONDENSER

Sumur

Gambar ‎5.1. Contoh sistem pemipaan terbuka.

Pada pemipaan resirkulasi tertutup atau closed recirculating system, air disirkulasikan
pada pipa dan peralatan lain secara tertutup, tanpa kontak dengan udara (kecuali jika ada
tanki ekspansi). Contoh untuk jenis ini adalah sistem air dingin dengan koil untuk
proses pendinginan dan dehumidifikasi.

133
Sistem Tata Udara

Chiller/Boiler

AHU/FCU

AHU/FCU

AHU/FCU
Gambar ‎5.2. Contoh sistem pemipaan tertutup.

Direct return type (Gambar 5.3)merupakan bagian dari sistem pemipaan resirkulasi
tertutup. Jika drop tekanan pada unit-unit sama, maka pada direct return type setiap unit
akan memerlukan balancing valve dan memeerlukan waktu untuk menjamin debit air
yang sama ke setiap unit.

Pada reverse return type (Gambar 5.4), beda tekanan dari saluran catu/supply line
menuju unit ke saluran balik/return line sama untuk setiap unit. Jadi, setiap unit akan
memiliki debit yang sama dan tidak diperlukan lagi balancing. Biaya untuk tambahan
pemipaan pada pipa balik bisa jadi lebih berharga dibandingkan biaya untuk katup-
katup, biaya balancing, dan waktu yang digunakan untuk proses balancing. Reverse
return type sangat disarankan digunakan pada gedung dengan banyak ruangan yang
menggunakan banyak FCU yang memiliki drop tekanan yang sama.

Gambar ‎5.3. Direct return piping (dari Carrier TDP).

134
Sistem Tata Udara

Gambar ‎5.4. Reverse return piping (dari Carrier TDP).

5.3. Pertimbangan dalam Desain Pemipaan


Pemipaan air sebaiknya diusahakan untuk lurus, langsung ke tujuan, dan sesederhana
mungkin. Fitting atau sambungan berupa pembersaran, pengecilan, cabang, belokan,
dan perubahan ketinggian diusahakan sesedikit mungkin. Berkurangnya jumlah fitting
akan mengurangi biaya awal, biaya operasi, dan biaya perawatan.

Selain itu, pipa-pipa pada kondenser dan chiller harus dibersihkan secara berkala. Koil
pendingin, control valve, dan pompa secara berkala juga memerlukan servis atau
reparasi. Proses-proses pembersihan, servis, dan reparasi, sebaiknya diawali dengan
membuang sisa-sisa air (draining) yang ada di dalam pemipaan. Untuk keperluan ini,
seringkali dibutuhkan katup penghenti aliran/shut-off valve dan katup isolasi/isolating
valve, sehingga tidak perlu seluruh air di dalam pemipaan dan peralatan dibuang.
Dengan isolating valve, dimungkinkan pula sebagian peralatan diperbaiki, sementara
peralatan lain tetap bekerja. Di samping katup penghenti aliran dan katup isolasi,
diperlukan pula sambungan union dan flange pada tempat-tempat tertentu untuk
mempermudah pelepasan dan pemasangan peralatan seperti koil pendingin dan katup
kontrol.

135
Sistem Tata Udara

5.4. Material Pemipaan


Material yang sering digunakan pada pemipaan air adalah baja hitam/black steel untuk
pipa ukuran besar 1.5” (ND40) atau lebih, dan tembaga keras/hard copper untuk pipa
yang lebih kecil. Pipa galvanis dapat digunakan, tetapi disarankan hanya untuk drainase
saja. Sekarang, penanganan air/water treatment telah berkembang untuk mengontrol
korosi, sehingga tidak umumnya diperlukan lagi pipa galvanis atau pipa dari besi tempa.
Fitting untuk black steel umumnya dipasang dengan dilas pada pipa-pipa yang besar.
Pada pipa yang kecil, dapat digunakan besi lunak yang dipasang dengan ulir. Untuk
pipa tembaga/hard copper, dapat digunakan sambungan dari tembaga maupun
kuningan.

5.5. Gantungan atau Penyangga


Gantungan atau penyangga pipa dengan jarak antara 2.5m sampai dengan 6 m,
tergantung pada ukuran pipa.

Gambar ‎5.5. Contoh gantungan pipa (dari Carrier TDP).

Gantungan pipa sebaiknya kaku, namun masih memungkinkan terjadinya sedikit


pergeseran pada pipa. Pada beberapa sistem yang memiliki banyak perubahan arah
pemipaan, ekspansi akibat perubahan temperatur dapat diantisipasi dengan cara ini.
Gantungan untuk pipa air dingin dipasang di luar insulasi untuk menghindari terjadinya
pengembunan. Insulasi juga harus dilindungi, antara lain dengan menambahkan pelat
metal dengan panjang tertentu dan dibuat melengkung mengikuti bentuk permukaan
insulator, dan dipasang di antara insulator dan gantungan. Pada sistem air panas,
gantungan umumnya langsung dipasang di sekeliling pipa, dengan pipa dan gantungan
diinsulasi bersamaan.

136
Sistem Tata Udara

Pada flange pompa atau penukar kalor, pipa harus disangga agar tidak ada tekanan yang
mengarah pada pompa atau penukar kalor. Pada sisi isap dan buang pompa, seringkali
digunakan karet fleksibel untuk mengurangi tekanan pada pompa dan untuk
mengkompensasi ketidaklurusan sambungan antara pipa dan pompa. Karet ini juga
dapat mengurangi rambatan getaran dari pompa ke pemipaan, meskipun tidak terlalu
efektif. Air merupakan fluida tak kompresibel, sehingga getaran dari pompa dapat
menjalar melalui kolom air dengan tingkat redaman yang kecil. Masalah getaran pompa
dapat lebih mudah diatasi dengan menggunakan gantungan pipa jenis pegas. Jika sistem
pemipaan termasuk instalasi vital, maka ahli vibrasi harus dilibatkan untuk rancangan.
Harus dipertimbangkan pula bahwa pada sistem yang besar, sistem pemipaan dan air
yang ada di dalamnya dapat berbobot sangat berat.

Gambar ‎5.6. Contoh instalasi yang dilengkapi dengan drain dan


pembuangan kotoran (dari Carrier TDP).

Gambar 5.6 menunjukkan salah satu metode penyangga pipa yang sederhana, murah,
dilengkapi dengan penampung kotoran/dirt leg dengan lubang pembuangan kotoran.
Perlu dicatat bahwa berat air yang bersirkulasi ditanggung langsung oleh pondasi.
Sambungan antara pipa utama horisontal (horizontal main) dengan pipa tegak (riser)
harus dibuat dari forged welding tee, bukan sambungan yang dilas di tempat. Ekspansi
pipa akibat perubahan temperatur harus mendapatkan perhatian.

5.6. Katup
Ada ratusan jenis katup yang digunakan pada sistem pemipaan, namun hanya akan
dibahas lima atau enam jenis yang umum digunakan pada pemipaan air dingin.

Katup pada sistem pemipaan berfungsi

137
Sistem Tata Udara

 Mengalirkan dan menghentikan aliran air

 Mengatur debit air

 Mencegah aliran balik

Untuk mengalirkan dan menghentikan aliran udara, sering digunakan katup gerbang
atau gate valve, karena pada saat terbuka penuh, air dapat mengalir tanpa drop tekanan
yang terlalu besar.

Gambar ‎5.7. Gate valve (dari Carrier TDP).

Gambar 5.7 menunjukkan sebuah katup gerbang atau gate valve jenis outside screw and
yoke dengan rising stem. Jenis ini sering digunakan untuk isolating pump, cooler, dan
condenser. Ulir yang pada sisi luar stem akan memudahkan pencegahan korosi dan
pelumasan.

Pada posisi buka penuh, stem akan tertarik keluar dan katup akan sangat “tinggi”,
sehingga seringkali ditemui kesulitan dalam memasang katup tersebut pada tempat-
tempat yang instalasi pemipaannya rumit atau terhalang oleh instalasi lain.

Suatu plug cock (Gambar 5.8) memiliki drop tekanan yang kecil saat terbuka penuh dan
dapat digunakan sebagai katup throttling atau katup balancing.

138
Sistem Tata Udara

Gambar ‎5.8. Plug-cock (dari Carrier TDP)..

Katup globe dan katup sudut/angle valve (Gambar 5.9) umum digunakan untuk
mengatur atau “mencekik” aliran air. Katup ini memiliki drop tekanan yang tinggi saat
terbuka, namun memiliki karakteristik pencekikan atau “throttling” yang baik, yaitu
persentase debit hampir proporsional dengan persentase bukaan katup.

Gambar ‎5.9. Katup globe dan katup sudut (dari Carrier TDP).

Katup satu arah atau katup cek dapat berfungsi untuk mengalirkan air ke satu arah saja
dan menghidari terjadinya aliran balik. Gambar 5.10 menunjukkan katup cek jenis ayun
yang banyak digunakan pada sisi buang pompa.

139
Sistem Tata Udara

Gambar ‎5.10. Katup cek jenis ayun.

Jika beberapa pompa disusun paralel, katup cek harus dipasang di masing-masing sisi
buang pompa untuk mencegah air dibypass ke pompa yang sedang mati.

Gambar ‎5.11. Pompa-pompa yang disusun paralel (dari Carrier


TDP).

Katup pengurang-tekanan atau pressure reducing valve (Gambar 5.12) kadang


digunakan pada pemipaan air. Salah satu contohnya adalah saat digunakan untuk
mencatu air minum, di mana tekanan harus dijaga pada 35 kPa di atas tekanan isap
pompa. Katup semacam ini ukurannya menyesuaikan dengan debit air di arah hilir,
bukan menyesuaikan dengan ukuran pipa.

Gambar ‎5.12. Katup pengurang tekanan.

140
Sistem Tata Udara

Katup pelepas tekanan (Gambar 5.12) atau pressure relief valve seringkali juga
dibutuhkan pada sistem pemipaan. Sebagai contoh, dalam suatu pemipaan air dingin
dapat terjadi pengkerutan pipa. Hal ini berbahaya saat katup-katup di ujung pipa
tertutup, karena air yang ada di dalamnya dapat memberikan tekanan yang sangat tinggi
saat air dalam pipa mengalami kenaikan temperatur. Untuk itu, katup pelepas tekanan
dapat mengurangi tekanan air hingga pipa aman dari tekanan yang berlebih.

Gambar ‎5.13. Katup pelepas tekanan.

Pada sistem pemipaan yang rumit, di mana banyak digunakan katup kontrol, pompa
dapat menciptakan tekanan air yang tinggi saat semua katup dalam posisi hampir
menutup. Dalam kasus ini, sekali lagi, katup pelepas tekanan yang dipasang pada
saluran buang pompa dapat mengurangi tekanan air dalam pemipaan menuju saluran
isap.

5.7. Penyaring/strainer
Pada kebanyakan sistem pemipaan, kotoran-kotoran halus dapat bersirkulasi tanpa
menyebabkan gangguan yang berarti. Dalam kasus ini, kebutuhan akan strainer atau
penyaring kotoran tidak begitu mendesak. Kalau pun dipasang, penyaring sebaiknya
tidak terlalu rapat hingga akan tersumbat terlalu cepat akibat menumpuknya kotoran.

Pada sistem kondenser berpendingin air dengan menara pendingin tanpa katup kontrol,
penyaring/strainer yang dipasang pada sambungan isap menara pendingin sudah
dianggap cukup (Gambar 5.14). Cincin penahan lumpur/mud ring kadang-kadang
dipasang mengelilingi sambungan tadi untuk menahan kotoran-kotoran kasar di dasar
bak menara pendingin, sehingga kotoran akan terkumpul dan mudah dibersihkan pada

141
Sistem Tata Udara

saat dilakukan perawatan tahunan. Saringan cadangan harus disediakan agar saat
saringan kotor diganti menara pendingin tidak perlu dimatikan.

Gambar ‎5.14. Saringan pada bak menara pendingin (dari Carrier


TDP).

Pada sistem pemipaan, penyaring/strainer umumnya dipasang di saluran isap pompa.


Jenis yang umum digunakan adalah Y-strainer (Gambar 5.15).

Gambar ‎5.15. Y-strainer.

Pada sistem pemipaan resirkulasi tertutup, tanki ekspansi dibutuhkan untuk


mengantisipasi pemuaian dan penyusutan air akibat perubahan temperatur (Gambar
5.16), dan untuk menyediakan tempat untuk penambahan air sebagai pengganti air yang
hilang akibat kebocoran pada pompa dan bagian pemipaan lainnya.

142
Sistem Tata Udara

Gambar ‎5.16. Pengaruh temparatur terhadap tekanan air (dari


www.engineeringtoolbox.com).

Tanki ekspani dapat dibagi dalam tiga jenis: tangki ekspansi jenis terbuka, tanki
ekspansi jenis tertutup, dan tanki ekspansi diafragma. Air dalam tanki ekspansi terbuka
berhubungan langsung dengan udara luar, sehingga tekanan permukaan air sama dengan
tekanan udara lingkungan. Dalam tanki ekspansi tertutup, air tidak berhubungan
langsung dengan udara luar. Tekanan air dalam tanki akan lebih besar dibandingkan
dengan tekanan udara luar. Pada tanki ekspansi diafragma, air dan gas bertekanan dalam
tanki dibatasi oleh sekat diafragma yang dipasang dalam tanki.

Sistem tangki ekspansi terbuka lebih disarankan, dan umumnya ditempatkan pada
bagian tertinggi dari sistem pemipaan balik, sedekat mungkin dengan pompa untuk
menjaga tekanan positif pada saluran isap pompa (Gambar 5.17).

Gambar ‎5.17. Tanki ekspansi terbuka (dari Carrier TDP).

143
Sistem Tata Udara

Jika pemasangan tanki ekspansi terbuka di bagian teratas sistem pemipaan dipandang
menyulitkan, tanki ekspansi tertutup (Gambar 5.18) dapat digunakan. Tanki ini dapat
dipasang sedekat mungkin dengan bagian sistem pemipaan yang memiliki tekanan
terendah.

Gambar ‎5.18. Tanki ekspansi tertutup (dari Carrier TDP).

Tangki ekspansi diafragma (Gambar 5.19) dapat juga digunakan sebagai alternatif
pengaman terhadap pemuaian dan penyusutan volume air akibat perubahan temperatur.
Jika temperatur air naik, maka volume air akan bertambah. Penambahan volume ini
akan mendorong difragma yang ada pada tanki ekspansi, sehingga kenaikan tekanan air
tidak akan terlalu besar.

Air
Nitrogen
Udara

DINGIN HANGAT

Gambar ‎5.19. Tanki ekspansi diafragma.

Perubahan volume air akibat kenaikan temperatur dapat dinyatakan dengan nilai
ekspansi netto, yang dapat dinyatakan dengan

Vnet = (v1 / v0) - 1 (5.3)

di mana

144
Sistem Tata Udara

Vnet = nilai ekspansi netto air

v0 = volume spesifik air awal, saat dingin (ft3/lb, m3/kg)

v1 = volume spesifik air akhir, setelah menghangat (ft3/lb, m3/kg)

Pada tanki ekspansi terbuka, volume tanki dapat dihitung dengan

Vet = k Vw [(v1 / v0) - 1] (5.3)

di mana

Vet = volume tanki ekspansi (gallon, liter)

k = faktor keamanan/safety factor (umumnya digunakan nilai 2)

Vw = volume air dalam sistem (gallon, liter)

v0 = volume spesifik air awal, saat dingin (ft3/lb, m3/kg)

v1 = volume spesifik air akhir, setelah menghangat (ft3/lb, m3/kg)

Pada tanki ekspansi tertutup, volume tanki dapat dihitung dengan

Vet = k Vw [ ( v1 / v0 ) - 1 ] / [ ( pa / p0 ) - ( pa / p1 ) ] (5.4)

di mana

Vet = volume tanki ekspansi (gallon, liter)

k = faktor keamanan/safety factor (umumnya digunakan nilai 2)

Vw = volume air dalam sistem (gallon, liter)

v0 = volume spesifik air awal, saat dingin (ft3/lb, m3/kg)

v1 = volume spesifik air akhir, setelah menghangat (ft3/lb, m3/kg)

pa = tekanan udara atmosfer, ~ 14.7 (psia)

p0 = tekanan air awal (psia)

p1 = tekanan air akhir (psia)

145
Sistem Tata Udara

Estimasi volume tanki ekspansi tertutup pada berbagai temperatur diberikan pada
Gambar 5.20, dengan asumsi temperatur awal 100C, tekanan awal 70 kPa, dan tekanan
maksimum 200 kPa.

Gambar ‎5.20. Estimasi volume tanki ekspansi tertutup pada


berbagai temperatur (dari www. engineeringtoolbox.com).

Jika temperatur awal dan tekanan maksimum selain dari angka-angka di atas, maka
volume tanki ekspansi tertutup harus dikalikan dengan faktor koreksi sebagaimana
terlihat pada Gambar 5.21.

Gambar ‎5.21. Faktor koreksi volume tanki ekspansi tertutup


pada berbagai temperatur (dari www. engineeringtoolbox.com).

146
Sistem Tata Udara

Pada tanki ekspansi diafragma, volume tanki dapat dihitung dengan

Vet = k Vw [ ( v1 / v0 ) - 1 ] / [ 1 - ( p0 / p1 ) ] (5.5)

di mana

Vet = volume tanki ekspansi (gallon, liter)

k = faktor keamanan/safety factor (umumnya digunakan nilai 2)

Vw = volume air dalam sistem (gallon, liter)

v0 = volume spesifik air awal, saat dingin (ft3/lb, m3/kg)

v1 = volume spesifik air akhir, setelah menghangat (ft3/lb, m3/kg)

p0 = tekanan air awal (psia)

p1 = tekanan air akhir (psia)

Estimasi volume tanki ekspansi diafragma pada berbagai temperatur diberikan pada
Gambar 5.22, dengan asumsi temperatur awal 100C, tekanan awal 70 kPa, tekanan
maksimum 200 kPa, faktor keamanan 2, dan acceptance factor 0.5.

Gambar ‎5.22. Estimasi volume tanki ekspansi diafragma pada


berbagai temperatur (dari www. engineeringtoolbox.com).

147
Sistem Tata Udara

Jika temperatur awal dan tekanan maksimum selain dari angka-angka di atas, maka
volume tanki ekspansi tertutup harus dikalikan dengan faktor koreksi sebagaimana
terlihat pada Gambar 5.23.

Gambar ‎5.23. Faktor koreksi volume tanki ekspansi diafragma


pada berbagai temperatur (dari www. engineeringtoolbox.com).

5.8. Pentil Udara/Air Vents


Jika dipasang dengan benar, tanki ekspansi terbuka dapat berfungsi sebagai pentil udara.
Udara yang terjebak dalam air akan terkumpul dalam bentuk gelembung-gelembung
udara. Tempat terjadinya gelembung-gelembung ini antara lain adalah lokasi di mana
kecepatan air berkurang, arah aliran berubah, atau air mengalami pemanasan. Tempat-
tempat seperti ini harus dipasangi dengan pentil udara, baik automatik maupun manual.
Gambar 5.24 menunjukkan bagaimana pentil udara automatik dipasang. Keluaran penti
udara harus dihubungkan dengan saluran drain. Pentil manual harus dipasang pada
penukar kalor dan koil pendingin.

148
Sistem Tata Udara

Gambar ‎5.24. Pemasangan pentil udara

5.9. Aksesoris Sistem Pemipaan


Sistem pemipaan dimaksudkan untuk mensirkulasikan air dengan debit tertentu pada
titik-titik tertentu pada sistem. Setelah sistem bekerja, seringkali dibutuhkan peralatan
untuk mengetahui berapa nilai debit, kecepatan, tekanan, dan temperatur air yang
bersirkulasi. Untuk itu perlu dipasang pengukur tekanan, sensor temperatur dan
termometer, dan pengukur aliran pada posisi-posisi tertentu yang dianggap penting.
Pemasangan berbagai peralatan ini akan berguna tidak saja saat sistem bekerja, tetapi
juga saat diperlukan perbaikan dan pelacakan gangguan.

Tiap-tiap pompa sebaiknya dilengkapi dengan kurva karakteristik masing-masing, yang


menunjukkan plot head terhadap debit. Pengukur tekanan sebaiknya dipasang sedekat
mungkin dengan bagian isap dan buang pompa sehingga kemampuan tekan pompa
dapat diamati. Dengan mengacu pada kurva karakteristik, debit air dapat dibaca pada
kurva. Hal ini akan memberikan estimasi debit yang cukup akurat. Pengukur aliran
perlu dipasang untuk memberikan informasi debit air setiap saat. Orifice merupakan alat
yang umum digunakan untuk mengetahui debit air setiap saat.

Termometer dan thermowell/sensor temperatur harus dipasang untuk membantu


operator dalam pemeriksaan rutin. Termometer permanen dengan skala yang tepat dapat
digunakan pada berbagai titik pada pemipaan di mana pembacaan temperatur ering
dilakukan. Sensor temperatur harus dipasang saat pembacaan diperlukan waktu start-up
dan pelacakan gangguan.

149
Sistem Tata Udara

Katup untuk pengukur tekanan harus dipasang pada tempat-tempat di mana pembacaan
tekanan diperlukan. Harus diingat bahwa alat ukur tekanan yang dipasang permanen
akan mudah rusak akibat adanya getaran dan perubagan tekanan tiba-tiba, sehingga
hasil pembacaannya tidak cocok digunakan untuk pelacakan gangguan atau
troubleshooting. Untuk alasan inilah sebaiknya alat ukur tekanan harus dilepas, kecuali
saat dibutuhkan untuk membaca tekanan.

5.10. Pompa sentrifugal


Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang paling umum ditemui pada berbagai
aplikasi, mulai dari skala rumahtangga sampai dengan skala industri. Debit yang
dihasilkannya pun bervariasi antara beberapa liter per jam hingga puluhan atau ratusan
meter kubik per jam.

5.10.1. Cara kerja pompa sentrifugal


Pada suatu pompa sentrifugal, motor listrik atau penggerak jenis lain akan
memutar impeler pada kecepatan tertentu. Perputaran impeler akan menambah
energi pada fluida yang akan dipindahkan oleh pompa. Perubahan energi fluida
terjadi pada dua bagian utama pompa, yakni impeler dan volute atau difuser.
Impeler adalah bagian berputar yang akan mengubah energi mekanik rotatif dari
penggerak pompa menjadi energi kinetik. Sementara, volute atau difuser adalah
bagian stasioner yang akan mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan
pada fluida. Rumah atau casing pompa didesain sedemikian untuk menghasilan
konversi yang maksimum dari energi kinetik menjadi energi tekanan.

Pembangkitan gaya sentrifugal pada pompa dimulai dari saat cfluida masuk
pada saluran isap (suction) dan kemudian masuk ke bagian tengah (eye) dari
impeler yang berputar. Saat berputar, impeler akan memutar fluida pada rongga
di antara sudu (vane) impeler ke arah luar sehingga menghasilkan percepatan
sentrifugal. Perpindahan fluida meninggalkan bagian tengah impeler akan
menyebabkan bagian tersebut bertekanan rendah, sehingga cairan yang dipompa
akan mengalir ke saluran isap. Karena sudu impeler melengkung, fluida akan
terdorong dalam arah tangensial (tegaklurus bidang ujung impeler) dan radial
(dari pusat impeler ke arah luar) oleh gaya sentrifugal dan keluar lewat saluran
buang (discharge). Gambar 5.25 menjelaskan penampang lintang suatu pompa
sentrifugal berikut arah aliran fluida.

150
Sistem Tata Udara

Gambar ‎5.25. Penampang lintang pompa sentrifugal dan arah


aliran fluida.

Energi yang dihasilkan oleh gaya sentrifugal adalah energi kinetik. Jumlah
energi yang diberikan kepada fluida sebanding dengan kecepata pada ujung sudu
impeler. Semakin cepat impeler berputar, makin besar kecepatan fluida pada
ujung sudu impeler, sehingga energi yang diberikan kepada fluida pun akan
semakin besar.

Energi kinetik pada fluida yang keluar dari impeler dapat diubah menjadi energi
tekanan dengan menciptakan hambatan aliran. Hambatan pertama, yang
diciptakan oleh volute atau rumah pompa akan memperlambat kecepatan fluida.
Hambatan kedua, yang diciptakan oleh saluran buang sekali lagi akan
memperlambat fluida dan kecepatannya akan diubah menjadi tekanan sesuai
dengan prinsip Bernoulli. Tekanan fluida yang dihasilkan pompa akan
sebanding dengan pangkat dua dari kecepatan fluida.

Pompa Sentrifugal dapat diklasifikasikan, berdasarkan:

 Kapasitas:

- Kapasitas rendah, < 20 m3/jam

- Kapasitas menengah, 20 - 60 m3/jam

- Kapasitas tinggi, > 60 m3/jam

 Tekanan Discharge:

- Tekanan Rendah, < 5 Kg/cm2

- Tekanan menengah, 5 - 50 Kg/cm2

- Tekanan tinggi, > 50 Kg/cm2

151
Sistem Tata Udara

 Jumlah/Susunan Impeller dan Tingkat:

- Single stage: Terdiri dari satu impeller dan satu casing

- Multi stage: Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam
satu casing.

- Multi Impeller: Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel


dalam satu casing.

- Multi Impeller & Multi stage: Kombinasi multi impeller dan multi stage.

 Posisi Poros :

- Poros tegak

- Poros mendatar

 Jumlah Suction:

- Single Suction

- Double Suction

 Arah aliran keluar impeller :

- Radial flow

- Axial flow

- Mixed fllow

Gambar 5.26 menunjukkan bagian-bagian dari pompa sentrifugal.

Gambar ‎5.26. Bagian-bagian pompa sentrifugal.

Penjelasan tentang bagian-bagian pompa diberikan pada uraian berikut:

152
Sistem Tata Udara

A. Stuffing Box
berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana poros pompa
menembus casing.

B. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.

C. Shaft (poros)
Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama
beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar
lainnya.

D. Shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan
keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage
joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.

E. Vane
Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.

F. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane),
inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller
dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis
(single stage).

G. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.

H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga
cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan
akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.

I. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang

153
Sistem Tata Udara

melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan


cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.

J. Bearing
Beraing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari
poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial.
Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan
tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.

K. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane),
inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller
dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis
(single stage).

5.10.2. Head pompa


Tekanan pada suatu titik pada cairan akan sebanding dengan tinggi dan berat
jenis cairan tersebut. Head adalah satuan tekanan yang dinyatakan dengan tinggi
kolom cairan. M H2O atau meter air, ft H2O atau feet air, cm Hg, in H2O,
adalah beberapa satuan yang umum digunakan untuk head.

Istilah head juga digunakan untuk mengukur energi kinetik yang dihasilkan oleh
pompa. Dengan kata lain, head adalah ukuran dari tinggi kolom cairan yang
dapat dihasilkan oleh pompa dari energi kinetik yang diberikan kepada fluida.
Pada suatu pipa yang menyemburkan air secara vertikal ke udara, tinggi air yang
tersembur dapat dikatakan sebagai head.

Head tidak persis sama dengan tekanan. Head adalah besaran dengan dimensi
panjang (atau tinggi), sementara dimensi tekanan adalah gaya per satuan luas.
Penggunaan besaran head lebih sering dijumpai pada sistem pemipaan dan
pompa karena tekanan fluida akan berubah jika massa jenis fluida berubah,
sementara head tidak. Karena pompa sentrifugal dapat digunakan untuk
memindahkan atau memompa berbagai jenis fluida dengan berbagai berat jenis,
maka akan lebih mudah untuk menggunakan istilah head daripada tekanan.

Beberapa istilah yang berkaitan dengan head adalah:

154
Sistem Tata Udara

 Head isap statik/Static Suction Head, hS

 Head buang statik/Static Discharge Head, hd

 Head gesek/Friction Head, hf

 Head tekanan uap/Vapor pressure Head, hvp

 Head tekanan/Pressure Head, hp

 Head kecepatan/Velocity Head, hv

 Head isap total/Total Suction Head HS

 Head buang total/Total Discharge Head Hd

 Head diferensial total/Total Differential Head HT

 Net Positive Suction Head Required NPSHr

 Net Positive Suction Head Available NPSHa

Head isap statik/Static Suction Head (hS): adalah head yang dihasilkan dari
posisi ketinggian atau elevasi fluida relatif terhadap pusat pompa. Jika level
cairan ada di atas pusat pompa, hS dikatakan positif. Jika level cairan berada di
bawah pusat pompa, hS dikatakan negatif. Harga hS yang negatif umumnya
kemudian disebut dengan “suction lift”.

Head buang statik/Static Discharge Head (hd): adalah jarak vertical (dalam
meter atau feet) antara pusat pompa dengan titik pada semburan bebas pada
saluran buang pompa atau permukaan cairan pada discharge tank.

Head gesekan/Friction Head (hf): adalah head yang diperlukan untuk


mengatasi hambatan aliran pada pemipaan dan fitting. Besaran ini tergantung
pada ukuran, kondisi dan jenis pipa, jumlah dan jenis fitting, debit, dan sifat-
sifat cairan.

Head tekanan uap/Vapor Pressure Head (hvp): Tekanan uap atau vapor
pressure adalah tekanan di mana cairan dan uapnya berada pada kesetimbangan.
Tekanan uap suatu jenis cairan dapat ditentukan dengan tabel. Jika tekanan uap
tersebut dikonversikan menjadi head, maka besaran ini akan disebut sebagai
head tekanan uap atau vapor pressure head.

155
Sistem Tata Udara

Head tekanan/Pressure Head (hp): Besaran Pressure Head atau head tekanan
digunakan pada sistem pompa di mana fluida diisap dari atau dikirim ke tangki
yang tekanannya berbeda dengan tekanan atmosfer, yakni untuk sistem
pemipaan yang tertutup.

Head kecepatan/Velocity Head (hv): adalah energi fluida yang diakibatkan


oleh pergerakan fluida dengan kecepatan v. Velocity head atau head kecepatan
biasanya dapat diabaikan pada perhitungan sistem pemipaan dan pompa yang
memiliki head tinggi.

Head isap total/Total Suction Head (HS): Head isap total atau total suction
head adalah pembacaan alat ukur tekanan pada saluran isap yang dikonversikan
menjadi tinggi kolom cairan. Head isap total adalah jumlah dari suction
reservoir pressure head (hpS) ditambah dengan static suction head (hS)
ditambah velocity head pada flange isap pompa (hVS) dikurangi head gesekan
pada saluran isap atau friction head in the suction line (hfS), atau

HS = hpS + hS + hvS – hfS (5.6)

Head buang total/Total Discharge Head (Hd): Head buang total atau total
discharge head adalah pembacaan alat ukur tekanan pada saluran buang yang
dikonversikan menjadi tinggi kolom cairan. Head buang total adalah
penjumlahan dari discharge reservoir pressure head (hpd), static discharge head
(hd), velocity head at the pump discharge flange (hvd), dan total friction head in
the discharge line (hfd), atau

Hd = hpd + hd + hvd + hfd (5.7)

Head diferensial total/Total Differential Head (HT): adalah selisih antara total
discharge head dengan total suction head, atau

HT = Hd + HS (dengan suction lift) (5.8)

HT = Hd - HS (dengan suction head) (5.9)

156
Sistem Tata Udara

Net Positive Suction Head (NPSH): adalah total head pada saluran suction
dikurangi dengan tekanan uap, dan satuannya dikonversikan ke tinggi kolom
cairan.

Kavitasi (cavitation): proses perubahan fasa air dari cair menjadi uap dan
sebaliknya dalam periode yang cepat akibat rendahnya tekanan pada, terutama
saluran isap. Pada pompa sentrifugal, kavitasi akan menurunkan efisiensi pompa
dan dapat menimbulkan kerusakan pada pompa dan impeler. Karena memiliki
efefk merusak, kavitasi harus dihindari.

Net Positive Suction Head Required, NPSHr: adalah head positif pada saluran
isap yang dibutuhkan untuk mengatasi rugi tekanan pada pompa dan menjaga
tekanan cairan di atas tekanan uapnya. NPSHr merupakan karakteristik bawaan
dari pompa dan biasanya besarnya akan diberikan oleh pabrik pembuatnya.

Net Positive Suction Head Available, NPSHa: NPSHa merupakan fungsi dari
sistem pemipaan di mana pompa bekerja. Besaran ini menyatakan selisih positif
tekanan pada cairan dengan tekanan uap saat masuk ke saluran isap pompa, dan
menjamin tidak terjadi kavitasi. Dengan bantuan Gambar 5.27, NPSHa dapat
dihitung dengan:

NPSHa = ((Pt – Pvp) /) + (Zts – Zs) - HL (5.10)

di mana
Pt : Tekanan absolut pada permukaan bebas suatu tangki yang
dihubungkan dengan saluran isap pompa [Pa]
Pvp : Tekanan uap pada temperatur kerja yang digunakan [Pa]
Zts : Elevasi permukaan tangki [m]
Zs : Elevasi saluran isap [m]
 : Massa jenis cairan [kg/m3]
HL : Rugi gesekan pemipaan saluran isap, dihitung dari tangki ke
lubang isap pompa [m]

157
Sistem Tata Udara

Pt

suction
Zts piping

Zs

Gambar ‎5.27. Illustrasi untuk menghitung NPSHa.

Jika pompa sentrifugal memiliki NPSHa lebih besar dibanding NPSHr, maka
kavitasi pada pompa dapat dihindari.

Kapasitas pompa

Kapasitas pompa adalah istilah yang umum digunakan untuk menyatakan


kemampuan pompa menghasilkan debit aliran fluida. Kapasitas atau debit
dinyatakan dalam gallon per minute (gpm) atau meter kubik perjam. Kapasitas
pompa dipengaruhi oleh:

 Sifat-sifat fluida: misal massa jenis, viskositas


 Ukuran/diameter saluran isap dan buang
 Diameter impeler
 Kecepatan putar
 Ukuran dan bentuk rongga di antara bilah/sudu pompa
 Temperatur dan tekanan fluida pada saluran isap dan buang.

5.10.3. Karakteristik kerja pompa sentrifugal


Umumnya, suatu pompa sentrifugal menghasilkan kenaikan tekanan yang relatif
kecil pada fluida. Pada kecepatan konstan, kenaikan tekanan balik pada sistem
akan menyebabkan penurunan debit yang dihasilkan pompa.

158
Sistem Tata Udara

Analisis hubungan antara debit yang dapat dihasilkan oleh pompa dan kenaikan
tekanan fluida dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan fluida pada sistem.
Varibel-variabel yang dievaluasi untuk menentukan hubungan itu meliputi
efisiensi pompa, daya yang dicatu ke pompa, kecepatan putar impeler, diameter
impeler, massa jenis fluidam dan viskositas fluida. Gambar 3 memberikan
contoh kurva hubungan antara kenaikan tekanan fluida dengan debit yang
dihasilkan oleh pompa.

Karakteristik suatu pompa sentrifugal umumnya diberikan oleh pabrik


pembuatnya. Kurva ini memberikan informasi tentang daya pompa yang
diperlukan untuk menyirkulasikan air dengan massa jenis 1000 kg/m3 pada
berbagai harga diameter impeler dan tingkat debit. Kurva ini dihasilkan dari
serangkaian pengujian dengan standar dari The Hydraulic Institute.
Tekanan

Debit

Gambar ‎5.28. Kurva karakteristik pompa.

5.10.4. Hukum Pompa


Pompa sentrifugal pada umumnya akan mengikuti hukum pompa. Hukum
pompa menyatakan bahwa debit atau kapasitas pompa akan sebanding dengan
kecepatan putar pompa, tekanan akan sebanding dengan pangkat dua dari
kecepatan pompa dan daya akan sebanding dengan pangkat tiga dari kecepatan
pompa.

Q n

Hp  n2

Pw  n3

159
Sistem Tata Udara

di mana
n : Kecepatan putar pompa [rpm]
Q : Debit [m3/detik]
Hp : Head pompa [m]
Pw : Daya pompa [W]

Dengan demikian hukum pompa untuk kecepatan putar n1 dan n2 dapat


dituliskan dengan

Q2 n
 2 (5.11)
Q1 n1
atau Q2  Q1(n2 / n1 )

Hp 2 n2 2
( ) (5.12)
Hp1 n1 Hp 2  Hp 1 (n2 / n1 )2
atau

Pw 2 n2 3
( ) 3 (5.13)
Pw 1 n1
atau Pw 2  PW1 (n2 / n1 )

Gambar 5.29 menjelaskan karakteristik pompa untuk berbagai tingkat kecepatan


putar impeler pompa.
Tekanan

Debit

Gambar ‎5.29. Kurva karakteristik pompa untuk berbagai tingkat


kecepatan putar impeler.

CONTOH 5.1

Sebuah pompa bekerja dengan kecepatan purat impeler 1800 RPM. Pompa tersebut
menghasilkan debit sebesar 400 liter per menit dan head sebesar 16 m. Jika daya yang

160
Sistem Tata Udara

dibutuhkan pompa adalah 15 kW, hitung debit, head, dan daya jika pompa bekerja pada 3600
RPM.

Dengan menggunakan hukum pompa

𝑄1 𝑁1
=
𝑄2 𝑁2

atau
𝑁2
𝑄2 = 𝑄
𝑁1 1

3600
𝑄2 = 1800 𝑥 400 = 800 liter per menit

Pada kondisi tersebut, tekanan statik dapat dicari dengan


2
𝐻1 𝑁1
=
𝐻2 𝑁2

atau
2
𝑁2
𝐻2 = 𝐻1
𝑁1

3600 2
𝐻2 = 𝑥 16 = 64 m
1800

Selanjutnya, konsumsi daya dapat dicari dengan


3
𝑃1 𝑁1
=
𝑃2 𝑁2

atau
3
𝑁2
𝑃2 = 𝑃1
𝑁1

3600 3
𝑃2 = 1800
𝑥 15 = 120 kW

DENGAN HASIL INI, MAKA MOTOR POMPA HARUS DIGANTI DARI RATING 15 KW MENJADI 120 KW.

5.11. Pemipaan
Drop tekanan pada suatu sistem pemipaan lurus dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan Darcy-Weisbach:

161
Sistem Tata Udara

Lv2
Dp  f (5.14)
2D

di mana

Dp : Drop tekanan pada pipa [Pa]


f : Faktor gesekan, tak bersatuan
L : Panjang pipa [m]
v : Kecepatan [m/detik]
D : Diameter dalam pipa [m]
 : Massa jenis cairan [kg/m3]

Dalam bentuk energi spesifik persamaan di atas dapat ditulis dengan

Dp Lv2
Dh  f (5.15)
g 2gD

di mana

Dh : Penurunan head [m]

g : Percepatan gravitasi [m/detik2]

Kedua persamaan di atas menjelaskan bahwa penurunan tekanan atau head berbanding
lurus dengan pangkat dua dari kecepatan aliran fluida. Karena itu, kurva penurunan
tekanan atau head pada pemipaan terhadap kecepatan akan mendekati bentuk parabola.
Karena debit sebanding dengan kecepatan fluida, maka kurva drop tekanan atau rugi
head terhadap debit juga berbentuk parabola (gambar 5). Kurva tadi dikenal dengan
kurva karakteristik sistem.

162
Sistem Tata Udara

Drop tekanan
Debit

Gambar ‎5.30. Kurva karakteristik sistem pemipaan.

5.12. Titik Kerja Sistem


Titik di mana suatu pompa bekerja pada suatu sistem pemipaan tergantung pada debit
dan rugi tekanan atau rugi head pada sistem. Titik kerja sistem dapat dicari dengan
menggabungkan antara kurva karakteristik sistem dan kurva karakteristik pompa.
Selanjutnya, titik kerja dapat dicari dari perpotongan antara kurva pompa dan kurva
sistem. Gambar 5.31 memberikan contoh tentang titik kerja pompa pada suatu sistem
pemipaan.
Tekanan/head

Titik kerja 1
Titik kerja 2

Debit

Gambar ‎5.31. Titik kerja pompa sentrifugal pada sistem


pemipaan.

163
Sistem Tata Udara

Titik kerja 1 pada Gambar 5.31 adalah titik kerja pompa saat digunakan pada sistem
pemipaan yang memiliki rugi tekanan yang lebih besar. Titik kerja 2 menyatakan titik
kerja pompa pada sistem pemipaan yang memiliki rugi tekanan yang kecil. Perubahan
titik kerja di atas dapat disimulasikan dengan mudah pada suatu sistem pemipaan
dengan mengatur tingkat bukaan katup pada pipa keluaran pompa.

CONTOH 5.2

Sebuah pompa memiliki karakteristik seperti terdapat pada gambar di bawah. Tentukan kondisi
operasi pompa dan pipa.
70
60
50
Head, meter
40

Titik kerja
30
20
10

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Debit, liter per detik

Berdasarkan gambar di atas, pompa bekerja pada kondisi kerja sebagai berikut:
Debit = 70 liter per menit
Head pompa = 40 meter

5.13. Sistem dengan Pompa Banyak


 Pompa paralel

Susunan paralel untuk dua pompa atau lebih dimaksudkan untuk meningkatkan
debit pada head yang konstan. Gambar 5.32 menjelaskan 2 pompa sentrifugal
yang identik disusun paralel.

164
Sistem Tata Udara

pompa A dan B

Tekanan

pompa A atau B

Debit

Gambar ‎5.32. Kurva karakteristik 2 pompa sentrifugal identik yang disusun parallel.

Karena inlet masing-masing pompa berada pada titik yang identik pada sistem,
maka head yang dihasilkan oleh kedua pompa adalah sama. Sementara, debit
yang dihasilkan adalah penjumlahan dari debit masing-masing pompa.

Dengan menggabungkan kurva karakteristik sistem pada kurva pompa paralel,


titik kerja pada pada pompa paralel akan menghasilkan debit lebih besar dan rugi
tekanan yang lebih besar pula. Sebagaimana tampak pada Gambar 5.33,
meningkatnya rugi tekanan disebabkan oleh naiknya kecepatan fluida akibat dari
naiknya debit. Karena rugi tekanan yang dihasilkannya lebih besar, maka debit
yang dihasilkan oleh pompa paralel akan lebih kecil jika dibandingkan dengan
dua kali debit yang dihasilkan oleh pompa tunggal.
Tekanan

titik
kerja

pompa A dan B

pompa A atau B

Debit

Gambar ‎5.33. Titik kerja 2 pompa sentrifugal identik yang disusun parallel.

 Pompa seri

Susunan seri untuk dua pompa atau lebih dimaksudkan untuk mengatasi rugi
tekanan yang besar. Sebagaimana tampak pada Gambar 5.34, dua buah pompa

165
Sistem Tata Udara

sentrifugal identik yang bekerja pada kecepatan sama dengan debit yang sama
masing-masing akan menghasilkan head yang sama. Karena inlet pada pompa
kedua terletak pada outlet pompa pertama, head yang dihasilkan oleh kedua
pompa akan merupakan penjumlahan dari head masing-masing pompa. Debit
dari inlet pompa pertama dan outlet pompa kedua akan sama.
Tekanan

pompa A dan B

pompa A atau B

Debit

Gambar ‎5.34. Kurva karakteristik 2 pompa sentrifugal identik yang disusun seri.

Selanjutnya, sebagaimana tampak pada Gambar 5.35, penggunaan dua buah


pompa sentrifugal yang identik dalam susunan seri kenyataannya tidak akan
menghasilkan head sampai dua kali head pompa tunggal. Debit yang
dihasilkannya pun akan sedikit lebih besar dibanding dengan debit pompa
tunggal.

dua pompa
disusun seri
Tekanan

pompa titik
tunggal kerja

Debit

Gambar ‎5.35. Titik kerja 2 pompa sentrifugal identik yang disusun seri.

166
Sistem Tata Udara

 Daya pompa

Daya pompa teoretik yang digunakan untuk menyirkulasikan air dapat dihitung
dengan:

Pw  m
 Dp /  (5.16)

Pw  m
 Dp / 

di mana
Pw : Daya pompa [W]
m
 : Laju aliran massa cairan [kg/detik]
Dp : Kenaikan tekanan pompa [Pa]
 : Massa jenis cairan [kg/m3]

 Efisiensi pompa

Efisiensi pompa ditentukan dari perbandingan antara daya output dan daya input
pompa, atau

Dayaouput Pw
Efisiensi  x100% (5.16)
Dayainput Pt

Daya input pada persamaan di atas bukan daya input motor, melainkan daya
yang masuk ke poros pompa. Dengan demikian, pada perhitungan efisiensi
pompa, efisiensi motor juga harus diperhitungkan.

Illustrasi
CONTOH 5.2

Hasil pengujian suatu pompa sentrifugal memberikan data sebagaimana Gambar 5.36. Jika
diinginkan debit sebesar 320 gallon per menit atau 1200 liter per menit (atau 20 liter per detik,
setara dengan 20 kg per detik). Berikan komentar terhadap hasil pengujian tadi.

Dari gambar 11 dapat ditarik kesimpulan bahwa pompa akan memberikan:


2
 total discharge head (TDH) sebesar 22 feet atau 6.6 m atau 66000 Pa atau 66000 N/m , atau
66000 kg/m.detik2
 power input 3.4 kW

167
Sistem Tata Udara

 efisiensi 53%.
Jika pengukuran juga memberikan harga arus 9 ampere, tegangan 230 V, dan efisiensi
motor73.7%, maka:
Faktor daya = 3400 [Watt]/(9.9 [Ampere] x 230 [Volt] x 3 [fasa]) = = 0.862
HP motor = 3.4 [kW] x 1.341 =4.56 hp
Brake horsepower = 73.7% x 4.56 = 3.36 hp
Brake watt = 73.7% x 3400 = 2505.8 Watt
Daya pompa = 20 [kg/detik] x 66000 [N/m2] / 1000 kg/m3
= 1320 N.m/detik
= 1320 Joule/detik
= 1320 Watt
Efisiensi total = (1320/3400)x100%
= 37%
Efisiensi pompa = 1320/2505.8
= 53%

Gambar ‎5.36. Contoh hasil pengujian kinerja pompa sentrifugal (dari Zoeller Pump).

168
Sistem Tata Udara

Bab 6.
Pendingin Evaporatif

Tujuan Pembelajaran Umum


 Mahasiswa dapat memahami konstruksi, cara kerja, pengontrolan, dan pemilihan
evaporative cooler dan air washer

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa dapat memahami konstruksi dan prinsip kerja dari pendingin
evaporatif
2. Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis pendingin evaporatif
3. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen-komponen pendingin evaporatif
4. Mahasiswa dapat memahami aplikasi pendingin evaporatif seperti air washer

Proses pendinginan evaporatif terjadi saat uap air ditambahkan ke udara yang memiliki
yang memiliki kelembahan relatif di bawah 100%. Kelembaban relatif adalah besaran
yang tergantung pada temperatur tabung kering dan temperatur tabung basah udara.
Makin rendah kelembaban relatif, makin besar potensi terjadinya pendinginan
evaporatif. Sensasi pendinginan yang dapat dirasakan manusia saat angin sepoi-sepoi
bertiup dan menguapkan keringat di kulit sehingga terasa sejuk merupakan salah satu
contoh fenomena tersebut. Penggunaan kipas elektrik untuk menghembuskan udara
pada permukaan media basah, sebagaimana yang banyak dilakukan pada masa
sekarang, adalah pengembangan dari konsep tadi.

Makin besar selisih antara temperatur tabung kering dan temperatur tabung basah udara
(atau dikenal dengan wetbulb depression), makin besar penurunan temperatur yang
dapat dicapai pada proses pendinginan evaporatif. Pada suatu daerah dengan temperatur
tabung kering 1050F dan temperatur tabung basah 650F, sebuat mesin pendingin
evaporatif dengan efektivitas 75% dapat menurunkan temperatur udara hingga 75 0F.

169
Sistem Tata Udara

Secara umum, penggunaan pendingin evaporatif memiliki kelebihan dalam hal:

 Mengurangi beban chiller/mesin refrigerasi untuk mendinginkan udara


luar.

 Mengurangi biaya pendinginan udara (hingga 25% sampai 65%).

 Meningkatkan kapasitas mesin pendingin yang telah terpasang tanpa


menambahkan peralatan pendingin mekanik.

 Meningkatkan umur kompresor.

 Meningkatkan umur penukar kalor.

Mesin pendingin evaporatif akan bekerja lebih efektif pada temperatur udara yang lebih
tinggi (pada kondisi tersebut, efektivitas mesin DX justru lebih rendah). Mesin ini juga
dapat bekerja pada seluruh kondisi udara, bukan hanya pada daerah yang beriklim panas
dan kering.

6.1. Jenis

6.1.1. Pendingin evaporatif langsung


Pendingin evaporatif jenis langsung (Gambar 6.1) akan mendinginkan udara
dengan cara udara dialirkan melalui media basah (biasanya dari bahan selulosa).
Saat melewati media basah, udara akan mendingin akibat adanya penguapan air.
Pada pendingin jenis ini, alat akan menambah jumlah uap air di udara sampai
mendekati saturasi. Temperatur tabung kering akan turun dan temperatur tabung
basah relatif konstan.

Udara hangat Udara dingin

Gambar ‎6.1. Pendingin evaporatif langsung.

170
Sistem Tata Udara

6.1.2. Pendingin evaporatif tidak langsung


Pendingin evaporatif jenis tidak langsung (Gambar 6.2) mendinginkan udara
dengan cara aliran udara sekunder didinginkan oleh air. Udara sekunder yang
telah didinginkan akan dilewatkan pada penukar kalor yang mendinginkan aliran
udara primer. Udara primer yang telah dingin aakan disirkulasikan dengan
sebuah blower. Pendingin evaporatif tak langsung tidak menambah kandungan
uap air di udara primer, sedang temperatur tabung kering dan temperatur tabung
basah akan mengalami penurunan. Pada musim dingin, sistem tidak langsung ini
dapat menghangatkan udara luar jika udara buang digunakan sebagai udara
sekunder.

Udara hangat Udara dingin

Gambar ‎6.2. Pendingin evaporatif tidak langsung.

6.1.3. Pendingin evaporatif tidak langsung/langsung


Pada pendingin evaporatif jenis tidak langsung/langsung (Gambar 6.3) udara
primer didinginkan dalam dua tahap. Mula-mula udara primer didinginkan
dengan pendingin evaporatif tidak langsung, dan selanjutnya didinginkan lebih
lanjut dengan pendingin evaporatif langsung.

Udara
sekunder
keluar
langsung

Langsung

Udara lebih
Tak

Udara hangat Udara dingin


dingin

Udara
sekunder
masuk

Gambar ‎6.3. Pendingin evaporatif tidak langsung/langsung.

171
Sistem Tata Udara

6.1.4. Pendingin evaporatif tidak langsung/tidak langsung


Pada jenis ini (Gambar 6.4), udara primer didinginkan dalam dua tahap. Tahap
pertama, udara primer didinginkan dengan pendingin evaporatif tidak langsung.
Tahap kedua, air yang digunakan pada pendinginan tahap pertama dilewatkan
pada sisi basah koil. Dalam hal ini, terdapat tambahan kalor sensibel yang
diambil dari udara primer dan tak ada penambahan uap air pada udara primer.

Udara
sekunder
keluar

Udara lebih
Udara hangat Udara dingin Tak langsung dingin
Tak langsung

Udara
sekunder
masuk

Gambar ‎6.4. Pendingin evaporatif tidak langsung/tidak langsung.

6.1.5. Pendingin evaporatif tidak langsung/DX


Pada jenis ini (Gambar 6.5), udara primer didinginkan dalam dua tahap. Tahap
pertama, udara primer didinginkan dengan pendingin evaporatif tidak langsung.
Secara umum, sebagian besar proses pendinginan berlangsung di sini. Jika
dibutuhkan pendinginan lebih lanjut, modul/koil DX dapat digunakan untuk
mendinginkan udara lebih lanjut ke temperatur yang diinginkan.

Udara
sekunder
keluar
langsung

Udara lebih
Tak

Udara hangat Udara dingin


dingin
DX

Udara
sekunder
masuk

Gambar ‎6.5. Pendingin evaporatif tidak langsung/DX.

172
Sistem Tata Udara

6.2. Prinsip Kerja, dan Komponen


Pendingin evaporatif jenis langsung atau direct evaporative cooler terdiri atas
kombinasi sebuah kabinet dari logam atau plastik yang berisi sebuah bak
penampung/reservoir, media evaporatif, pompa resirkulasi, katup pelampung, kipas dan
sistem distribusi. Konfigurasi pendingin evaporatif jenis langsung dapat dilihat pada
Gambar 6.6.

Gambar ‎6.6. Contoh konstruksi pendingin evaporatif jenis


langsung/direct evaporative cooler.

Pada pendingin evaporatif jenis langsung, air yang mengisi reservoir dijaga pada level
tertentu dengan menggunakan katup apung atau saklar yang mengontrol aliran air dari
sumber air. Saat level air turun akibat adanya penguapan, katup apung akan membuka
sampai reservoir terisi kembali ke level semula. Selama pendingin evaporatif bekerja,
air disirkulasikan oleh oleh sebuah pompa melalui sistem distribusi ke media evaporatif
untuk menjaganya agar tetap basah. Kips suplai akan menghisap udara luar melalui
media basah tersebut sehingga mengalami pendinginan dan humidifikasi.

Pendingin evaporatif langsung merupakan pendingin evaporatif yang paling sederhana


dan paling murah. Pendingin evaporatif jenis ini akan menaikkan kelembaban udara,
sehingga udara hasil pendinginan yang dilakukannya berbeda dengan udara hasil
pendinginan dengan sistem kompresi uap, yang cenderung untuk mengurangi
kelembaban udara. Pendingin evaporatif langsung akan menghasilkan udara dengan

173
Sistem Tata Udara

kelembaban yang tinggi, yang merupakan kelemahan utama pendingin evaporatif.


Makin kering udara lingkungan dan makin rendah beban pendinginan, maka udara hasil
pendinginan evaporatif cenderung memenuhi syarat kenyamanan.

Meisin pendingin evaporatif jenis langsung dapat dipasang dengan saluran udara yang
menembus dinding atau jendela, atau dipasang di atas atap dengan saluran udara
dipasang menembus atap. Relief damper yang dipasang pada plafon akan berfungsi
mengalirkan udara di atas langit-langit sehingga dapat mengurangi beban pendinginan.

Pendingin evaporatif jenis tak langsung/langsung memiliki bagian tambahan berupa


penukar kalor evaporatif tak langsung yang dipasang di depan pendingin evaporatif
langsung (Gambar 6.7).

Tergantung pada kondisinya, pendingin evaporatif langsung dapat mendinginkan udara


lebih lanjut hingga lebih rendah daripada temperatur tabung basah udara. Hasilnya,
udara akan lebih dingin dan lebih kering.

Udara buang
sekunder

Tahap Pipa
pendinginan distribusi
langsung

Tahap
pendinginan
tak langsung

Udara
terkondisi

Pompa

Masukan Kipas catu


udara luar

Gambar ‎6.7. Contoh konstruksi pendingin evaporatif jenis


tak langsung/langsung (indirect/direct
evaporative cooler).

174
Sistem Tata Udara

6.3. Proses Psikrometrik pada Pendingin Evaporatif

6.3.1. Pendingin evaporatif langsung


Pada jenis ini, temperatur tabung kering udara akan turun, sementara temperatur
tabung basah konstan. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 6.8.

Temp tabung basah

Temp tabung kering

Gambar ‎6.8. Proses psikrometrik pendingin evaporatif jenis langsung.

6.3.2. Pendingin evaporatif tidak langsung


Pada jenis ini, temperatur tabung kering dan temperatur tabung basah udara akan
turun. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 6.9.

Temp tabung basah

Temp tabung kering

Gambar ‎6.9. Proses psikrometrik pendingin evaporatif jenis tidak langsung.

6.3.3. Pendingin evaporatif tidak langsung/langsung


Pada jenis ini, temperatur tabung kering dan temperatur tabung basah udara akan
turun. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 6.10. Untuk jenis ini mula-mula
dihitung dulu berapa penurunan temperatur yang dapat diperoleh dengan

175
Sistem Tata Udara

pendingin evaporatif tak langsung. Dari hasil ini, selanjutnya kondisi udara yang
keluar dari pendingin evaporatif langsung dapat ditentukan.

Temp tabung basah

Temp tabung kering

Gambar ‎6.10. Proses psikrometrik pendingin evaporatif jenis tidak langsung/langsung.

6.3.4. Pendingin evaporatif tidak langsung/langsung


Proses ini dapat dilihat pada Gambar 6.11, di mana keluaran pendingin tahap
pertama akan menjadi masukan pendingin evaporatif tahap kedua. Perhitungan
dilakukan pada masing-masing tahap. Kondisi udara keluaran pendingin
evaporatif tahap pertama dan tahap kedua tergantung pada temperatur air dan
efektivitas dari pendingin evaporatif.

Temp tabung kering

Temp tabung kering

Gambar ‎6.11. Proses psikrometrik pendingin evaporatif jenis tidak langsung/tidak langsung.

6.4. Aplikasi Pendingin Evaporatif: Pencuci Udara: Pencuci Udara


Pencuci udara, atau air washer (Gambar 6.12) terdiri atas wadah yang memiliki nosel
penyembur, bak untuk menampung air semburan yang jatuh, dan eliminator yang

176
Sistem Tata Udara

berfungsi mengurangi laju kehilangan air. Alat ini juga dilengkapi dengan pompa untuk
mensirkulasikan air pada laju yang lebih tinggi dibanding laju penguapan. Kontak
langsung antara udara dan air tidak saja menyebabkan terjadinya perpindahan panas,
namun juga perpindahan massa.

Pada proses pendinginan dan dehumidifikasi, penyerapan panas dan kandungan uap air
akan diikuti dengan naiknya temperatur air. Proses dehumidifikasi terjadi jika air yang
meninggalkan pencuci udara memiliki temperatur di bawah titik embun udara.
Selanjutnya, temperatur air akhir ditentukan oleh laju pengurangan kalor sensibel dan
laten udara dan jumlah air yang disirkulasikan. Temperatur air akhir tidak akan lebih
tinggi dibanding dengan temperatur tabung-basah udara akhir. Dalam prakteknya,
temperatur air akhir akan berada 0.5 sampai 10C di bawah temperatur titik embun udara.

dV

ma,h,W ma
h+dh
W+dW
udara udara

mw mw-madW t2,W2,h2
hf,w hf,w

air
air tambahan
tw

pompa

Gambar ‎6.12. Diagram pencuci udara.

Udara keluaran pencuci udara akan berada pada kondisi jenuh atau hampir jenuh. Pada
umumnya, beda temperatur antara tabung-kering dan tabung basah udara kurang dari
0.50C. Beda temperatur antara udara keluaran dan air keluaran pencuci udara tergantung
pada beda temperatur antara beda temperatur tabung-kering dan tabung-basah udara
masukan. Di samping itu, panjang dan tinggi dari ruang penyembur air, kecepatan
udara, debit air, dan pola semburan juga akan mempengaruhi besarnya selisisih antara
temperatur udara dan air keluaran pencuci udara.

Pada sistem pencuci udara yang dilengkapi dengan sistem refrigerasi penyedia air
dingin, kenaikan temperatur air akan sangat kecil. Semakin rendah temperatur air, maka

177
Sistem Tata Udara

akin semakin besar pula pengurangan kelembaban yang dapat dilakukan. Meski
demikian, temperatur air yang digunakan tidak boleh terlalu rendah agar terhindar dari
pembekuan. Di samping itu, temperatur air yang rendah menuntut temperatur evaporasi
yang rendah pula. Rendahnya temperatur evaporasi akan menurunkan koefisien prestasi
(coefficient of performance atau COP) dari sistem refrigerasi.

6.4.1. Proses termodinamika udara pada pencuci udara


Udara yang melewati pencuci udara dapat mengalami pendinginan, pemanasan,
penambahan kelembaban (humidifikasi), atau pengurangan kelembaban
(dehumidifikasi), tergantung pada temperatur air yang digunakan. Gambar 2
menunjukkan beberapa kemungkinan proses termodinamika yang dialami udara
setelah melewati pencuci udara.

Proses 1-A: pemanasan dan humidifikasi

Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air pada


temperatur yang lebih tinggi dari temperatur udara. Pada proses
ini, temperatur dan kelembaban udara akan mengalami kenaikan
akibat perpindahan kalor dari air ke udara dan penguapan air.

Proses 1-B: humidifikasi

Proses ini dilakukan dengan menggunakan air yang memiliki


temperatur yang sama dengan udara. Udara yang mengalami
proses ini tidak mengalami perubahan temperatur, tetapi
kelembabannya mengalami kenaikan.

178
Sistem Tata Udara

S B
C A

W
S D
W1
1

E
S

td t1' t1

Gambar ‎6.13. Proses psikrometrik pada pencuci udara.

Proses 1-C: pendinginan dan humidifikasi

Pendinginan dan dehumidfikasi dapat dilakukan dengan


menggunakan air yang memiliki temperatur lebih rendah dari
udara namun lebih tinggi daripada temperatur titik embun udara.
Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air biasa yang
tidak diproses, karena secara alamiah temperatur air akan berada
di bawah temperatur udara dan di atas temperatur titik embun
udara. Pada proses ini udara akan mengalami penurunan
temperatur dan kenaikan kelembaban.

Proses 1-D: pendinginan sensibel

Pendinginan sensibel adalah proses penurunan temperatur udara


tanpa mengubah kandungan uap air di udara. Proses ini dapat
dilakukan dengan menggunakan air yang memiliki temperatur
sama denga temperatur titik embun udara. Jika diasumsikan
temperatur Kota Bandung adalah 25 0C dengan kelembaban relatif
65%, maka proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air
pada temperatur kurang lebih18 0C.

Proses 1-E: pendinginan dan dehumidifikasi

179
Sistem Tata Udara

Udara pada proses ini akan mengalami penurunan temperatur dan


kandungan uap air. Proses ini memerlukan air dengan temperatur
di bawah titik embun udara. Udara yang mengalami proses ini
akan turun temperatur dan kelembabannya.

Pada Gambar 6.13, titik-titik S menyatakan variasi harga temperatur air yang
digunakan.

6.5. Analisis Pertukaran Kalor pada Pencuci Udara


Perpindahan panas pada pencuci udara meliputi penguapan tetesan air dan perpindahan
panas konveksi dari udara ke air. Pada kondisi tunak, kesetimbangan energi dapat
dinyatakan dengan (lihat Gambar 6.12)

ma dh = ma dW hf,w (6.1)

atau

dh
q'   h f ,w (6.2)
dW

di mana
ma : Laju aliran massa udara [kg/s]
h : Entalpi udara basah [kJ/kg]
W : Rasio kelembaban [kg air/kg udara]
q’ = dh/dW [kJ/kg]
hf,w : Entalpi udara jenuh dihitung pada t = tw

Karena temperatur air tidak berubah, kondisi pada karta psikrometrik akan lurus dengan
arah q’ = hf,w.

Entalpi udara didefinisikan dengan

dh = cp,a dt + hg,t dW (6.3)

sehingga kombinasi persamaan (6.2) dan (6.3) menghasilkan

180
Sistem Tata Udara

dt  (hg ,t  h f , w )
 (6.4)
dW c p ,a

dengan

cp,a : Kalor jenis udara pada tekanan konstan [kJkg.K]


hg,t : Entalpi spesifik udara jenuh dihitung padatemperatur t [kJ/kg]

Pertukaran kalor untuk penguapan dari air yang ditambahkan berasal dari pendinginan
udara alir secara konveksi, sehingga

hD AV dV (Ws,w – W) hfg,w = hc AV dV (t – tw) (6.5)

di mana

hD : Koefisien perpindahan massa konveksi [kJ/jam.m2.K]


Av : Luas tetesan air, m2
V : Volume kontak, m3
Ws,w : Rasio kelembaban dalam kesetimbangan dengan air [ka air/kg
udara]
Ws,a : Rasio kelembaban dalam kesetimbangan dengan udara [ka air/kg
udara]
hfg,w : Kalor laten penguapan air [kJ/kg]
hc : Koefisien perpindahan kalor konveksi [W/m2.K]
t : Temperatur tabung-kering udara [0C]
tw : Temperatur air [0C]

Substitusi bilangan Lewis Le = hc/(hD cp,a) pada persamaan (6.5) memberikan

(Ws,w – W)hfg,w = Le cp,a (t – tw) (6.6)

Jika Le dan tw konstan, maka diferensiasi persamaan (6.6) terhadap W akan memberikan

dt  (hg ,t  hg , w  h fg , w / Le)
 (6.7)
dW c p ,a

181
Sistem Tata Udara

Karena persamaan (6.2) dan (6.5) harus dipenuhi, maka

(Ws,w – W)hfg,w = cp,a(t – tw) (6.8)

Temperatur air pada persamaan (6.8) haruslah sama dengan temperatur tabung basah
termodinamika t*.

Laju penguapan dari elemen volume dV dapat dituliskan sebagai

ma dW =hD AV dV(W*s – W) (6.9)

Jika ma, hDAV, dan tw dianggap konstan, maka

Ws*  W2
 eZ (6.10)
Ws  W1
*

dengan

hD AV V
Z (6.11)
ma

Efisiensi dari pencuci udara w didefinisikan dengan hubungan

W2  W1
w  (6.12)
Ws*  W1

Atau, dengan mengkombinasikan persamaan (6.10) dan (6.12) diperoleh

w = 1 – e-Z (6.13)

182
Sistem Tata Udara

Jika cp,a dianggap konstan maka didapat hubungan

t1  t 2
w  (6.14)
t1  t *

dengan subskrip 1 menyatakan kondisi udara masuk dan subskrip 2 menyatakan kondisi
udara keluar.

Persamaan (6.12) berlaku baik untuk pendinginan dan humidifikasi atau penambahan
kelembaban udara, maupun pendinginan dan dehumidifikasi atau pengurangan
kelembaban udara.

Pada proses pendinginan dan pelembaban udara, air yang digunakan adalah air yang
memiliki temperatur di bawah temperatur tabung kering udara dan di atas titik embun
udara. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air biasa yang belum
mengalami proses apa-apa, karena secara alamiah air akan memiliki temperatur di atas
titik embun udara dan di bawah temperatur tabung kering udara. Jika proses yang
diinginkan adalah pendinginan dan dehumidifikasi, maka air yang digunakan haruslah
memiliki temperatur di bawah titik embun udara. Sebagai contoh, jika temperatur udara
0
kota Bandung adalah 27 C dengan kelembaban 65% maka pendinginan dan
dehumidifikasi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan air dengan temperatur di
bawah 19 0C. Jika diinginkan penurunan kelembaban yang cukup signifikan, maka
temperatur air harus lebih rendah lagi (lihat proses 1-E pada Gambar 2).

6.6. Jenis-jenis Pencuci Udara


Pencuci udara untuk pendinginan dan dehumidifikasi jenis spray umumnya memiliki
dua pipa penyalur air dengan beberapa nosel penyembur (spray nozzles). Pada pencuci
udara jenis fill, air tidak disemburkan melalui nosel melainkan dijatuhkan pada fill atau
packing atau cell yang berfungsi untuk memperluas bidang kontak antara air dan udara
yang melewatinya. Pencuci udara jenis kedua ini memiliki keunggulan dalam hal
menangkap partikel pengotor karena permukaan fill yang terbasahi akan menjadi
medium yang baik untuk menempelnya kotoran yang beterbangan di udara. Agar luas
bidang kontak maksimum, maka fill harus dibuat sebesar dan serapat mungkin.
Seringkali, fill disusun dalam beberapa lapis untuk maksud ini. Meski demikian, drop

183
Sistem Tata Udara

tekanan udara yang ditimbulkannya harus dipertimbangkan dalam menentukan bahan,


jumlah, ukuran, dan kerapatan fill.

6.7. Faktor Prestasi Pencuci Udara


Jika suatu pencuci udara dapat melakukan proses pendinginan dan dehumidifikasi
sampai temperatur tabung basah udara sama dengan temperatur air akhir, maka alat
tersebut dikatakan memiliki faktor prestasi Fp =1. Prestasi aktual dari suatu pencuci
udara didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan entalpi aktual udara dengan
perubahan entalpi udara pada faktor prestasi = 1, atau

h1  h2
Fp  (6.15)
h1  h3

dengan

h1 : Entalpi udara masuk [kJ/kg]


h2 : Entalpi udara keluar aktual [kJ/kg]
h3 : Entalpi udara keluar pada Fp = 1 [kJ/kg]

Dengan demikian, prestasi dari suatu pencuci udara dapat diukur dengan tingkat
kedekatan antara temperatur udara akhir dengan temperatur air akhir.

184
Sistem Tata Udara

Bab 7.
PERANCANGAN SALURAN
UDARA
Tujuan Pembelajaran Umum
1. Mahasiswa mengenal metode perancangan saluran udara
2. Mahasiswa dapat memanfaatkan metode perancangan untuk merancang saluran
udara

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa memahami kaitan antara debit udara dengan rugi tekanan pada
saluran udara
2. Mahasiswa dapat menghitung rugi tekanan pada saluran udara lurus
3. Mahasiswa dapat menghitung rugi tekanan sambungan/fitting saluran udara
4. Mahasiswa memahami dan dapat menggunakan metode velocity reduction,
equal friction, dan static regain untuk merancang saluran udara

Udara yang secara mekanis dicatukan ke dalam ruangan untuk keperluan ventilasi,
pemanasan dan/atau pendinginan, memerlukan saluran udara yang didesain dengan
baik. Begitu pula dengan kipas, difuser dan grill pada sistem saluran udara. Udara balik
yang ditarik dari ruangan (return air) juga memerlukan sistem saluran udara dengan
desain dengan baik.

Suatu sistem saluran udara digunakan untuk melewatkan udara yang telah dikondisikan
dari satu lokasi ke lokasi lain dengan mempertimbangkan keterbatasan ruang,
kebisingan, dan biaya. Desain sistem saluran udara tidak semata-mata
memperhitungkan aliran fluida yang ada di dalamnya, namun juga harus
memperhitungkan estetika dan segi ekonomi.

Semua langkah yang diperlukan dalam merancang sistem saluran udara akan diberikan
dalam daftar di bawah ini. (Berdasarkan pengalaman, tiap-tiap perancang dapat

185
Sistem Tata Udara

mengembangkan tekniknya masing-masing, namun daftar di bawah ini dapat digunakan


untuk memeriksa langkah-langkah yang diperlukan). Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Hitung laju aliran volume udara yang diperlukan oleh tiap-tiap ruang
dalam bangunan sesuai dengan beban kalor, rugi-rugi, dan/atau beban
ventilasi.
2. Tentukan ukuran dan lokasi semua keluaran (outlet) catu udara dan
masukan (inlet) udara balik pada tiap-tiap ruangan yang dikondisikan.
3. Pelajari rancangan bangunan dan gambarkan skema sistem saluran
udara suplai yang menghubungkan semua keluarannya dengan kipas
sentral. Jangan lupa untuk menghidari penghalang-pengalang yang ada
serta hindari kontak langsung antara bagiang bangunan dengan sistem
saluran udara. Secara umum sistem yang terbaik adalah yang paling
sederhana dan langsung.
4. Gambarkan skema sistem saluran udara balik. Udara dari ruangan-
ruangan yang terkontaminasi seperti kamar mandi, dapur, ruang cuci,
dan lain-lain harus dibuang ke luar.
5. Tentukan ukuran saluran udara suplai dan udara balik menggunakan
metode yang sesuai.
6. Tentukan rugi gesekan pada saluran udara yang memberikan resistansi
terbesar pada aliran udara. Kemudian jumlahkan rugi tekanan statik
akibat gesekan ini dengan tekanan total yang diperlukan oleh keluaran
sistem saluran, serta tekanan yang diperlukan untuk mengatasi belokan-
belokan pada difuser. Jumlah tersebut menyatakan tekanan keluaran
(discharge) statik yang harus diatasi oleh kipas. Tekanan ini masih
harus ditambah lagi dengan tekanan statik masukan (suction) dari sistem
udara balik, dan jumalh tekanan statik ini merupakan tekanan total yang
harus dihasilkan oleh kipas untuk mendapatkan suatu sistem saluran
udara yang baik. (Catatan: saluran udara dengan panjang lurus
maksimum umumnya memberikan resistansi aliran udara terbesar, meski
tidak selalu begitu.)
7. Pilih kipas yang sesuai.

7.1. Prinsip Dasar Perancangan Saluran Udara


Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diingat dalam perancangan sistem saluran
udara:

1. Usahakan aliran udara tidak terlalu banyak mengalami belokan,


sesedikit mungkin bahan, daya, ruangan, dan biaya.
2. Gunakan kecepatan udara yang direkomendasikan kecuali ada alasan
tertentu yang dapat diterima. Kecepatan udara yang sesuai akan
menghasilkan sistem saluran udara yang tidak bising dan lebih sedikit
gangguan dalam penggunaanya.

186
Sistem Tata Udara

3. Hindari belokan dan tekukan yang tajam. Pada belokan sebaiknya diberi
pemisah aliran (splitter) dan sudu pembelok (turning vane) untuk
mengurangi rugi tekanan.
4. Hindari baik pembesaran maupun pengecilan saluran secara tiba-tiba.
Sudut pembesaran saluran jangan melebihi 200 dan sudut pengecilan
saluran jangan melebihi 600.
5. Untuk mendapatkan kemampuan mengalirkan udara terbesar tiap satuan
luas bahan, gunakan saluran bundar. Jika dalam instalasi diinginkan
saluran persegi, usahakan saluran tersebut berpenampang bujursangkar
atau mendekati bujursangkar. Tentukan ukurannya berdasarkan tabel
ekuivalennsi saluran bundar dan persegi. Saluran persegi dengan rasio
aspek (aspect ratio, perbandingan antara sisi panjang dengan sisi
pendek) lebih dari 6 harus dihindari.
6. Sambungan pada saluran udara harus dibuat sekuat mungkin. Semua
sambungan sebaiknya searah dengan aliran udara. Hindari sisi splitter
dan turning vane yang tajam.
7. Pada saluran yang panjang sebaiknya dipasang sambungan ekspansi
(expansion joints).
8. Gunakan penahan dan penyangga yang cukup pada sistem saluran
udara.
9. Gunakan sekrup, rivet dan baut yang dilapis. Untuk saluran udara dari
alumunium, komponen-komponen tersebut sebaiknya terbuat dari
alumunium atau metal yang dilapisi dengan seng atau kadmium.
10. Gunakan insulasi saluran untuk mencegah rugi-rugi kalor, kebocoran
kalor, atau kondensasi.
11. Tambahkan damper pada semua percabangan saluran untuk keperluan
balancing akhir.
12. Sediakan bukaan/pintu untuk keperluan perawatan dan perbaikan
alat/komponen.

7.2. Rugi-Rugi Tekanan Akibat Gesekan


Udara yang mengalir pada suatu sistem saluran udara akan mengalami penurunan
tekanan statik dan tekanan total. Rugi-rugi ini disebabkan oleh adanya gesekan fluida
dan turbulensi pada aliran fluida. Pada bagian ini akan dibahas rugi-rugi gesekan fluida.
Rugi-rugi ini disebabkan oleh gesekan fluida internal dan pergerakan udara pada sisi
dalam suatu saluran udara.

Rugi-rugi head (head loss) aliran fluida akibat gesekan pada saluran bundar tertutup
dapat dinyatakan dengan persamaan Darcy-Weisbach,

187
Sistem Tata Udara

𝐿 𝑣2
𝑕𝐿 = 𝑓 (7.1)
𝐷 2𝑔

atau
𝐿 𝑣2
∆𝑝𝐿 = 𝑓 𝛾 (7.2)
𝐷 2𝑔

dengan:

hL : rugi-rugi head (head loss) akibat gesekan fluida [ft atau m]


DpL : rugi-rugi tekanan akibat gesekan fluida [lbf/ft2 atau N/m2]
f : faktor gesekan [tanpa satuan]
L : panjang saluran [ft atau m]
D : diameter dalam saluran [ft atau m]
 : berat jenis fluida [lbf/ft3 atau N/m3]
v : kecepatan aliran rata-rata [ft/s atau m/s]
g : percepatan gravitasi [ft/s2 atau m/s2]

Karena V2/2g adalah head kecepatan, maka persamaan di atas dapat ditulis

𝐿 𝑣 2
𝑕𝐿 = 𝑓 𝜌 [in.wg] (7.3)
𝐷 1096.5

di mana  adalah massa jenis udara (lb/ft3).

Jika udara diasumsikan dalam keadaan standar (dalam Sistem Satuan Imperial Pound, 
= 0.075 lb/ft3) maka persamaan di atas menjadi

𝐿 𝑣 2
𝑕𝐿 = 𝑓 [in.wg] (7.4)
𝐷 4005

Dalam Sistem Internasional, massa jenis udara standar adalah 1.214 kg/m3. Selanjutnya,
persamaan 7.4 dapat dituliskan menjadi

𝐿 𝑣 2
∆𝑝𝐿 = 𝑓 [Pa] (7.5)
𝐷 1.291

dengan:

188
Sistem Tata Udara

DpL : rugi-rugi tekanan akibat gesekan fluida [Pa atau N/m2]


f : faktor gesekan [tanpa satuan]
L : panjang saluran [m]
D : diameter dalam saluran [m]
v : kecepatan aliran rata-rata [m/s]
g : percepatan gravitasi [m/s2]

Semakin besar laju aliran udara, makin besar pula rugi-rugi tekanan akibat gesekan,
yang berarti akan menaikkan biaya operasi. Jika ukuran saluran udara diperbesar untuk
mengurangi kecepatan aliran udara dan menurunkan rugi gesekan, maka biaya awal
akan meningkat. Karena itulah prinsip-prinsip perancangan sistem saluran udara yang
baik harus dipahami agar diperoleh kemudahan dalam operasinya sekaligus optimal
ditinjau dari segi biaya awal dan biaya operasi.

Rugi-rugi gesekan pada saluran lurus dapat ditentukan dengan karta rugi gesek. Karta
ini dibuat berdasarkan kondisi udara standar (standard air, dengan massa jenis = 1.214
kg/m3 atau 0.075 lb/ft3), untuk saluran bundar dari bahan alumunium yang halus dan
bersih. Saluran dari bahan metal galvanis memiliki rugi gesekan yang sedikit lebih besar
dibanding alumunium. Meskipun begitu, apabila pembacaan kartanya teliti dan
pembuatan saluran udara juga dilakukan dengan ketelitian tinggi, maka karta tersebut
dapat digunakan baik untuk saluran udara dari alumunium atau metal galvanis.

Pada sistem Imperial Pound, rugi gesek, yang ditunjukkan oleh skala horisontal,
dinyatakan dalam inci air (in. w.g. = inches water gauge) per 100 feet saluran lurus. Ini
sering disebut dengan laju gesekan (friction rate) dan dinotasikan dengan f100. Skala
vertikal menunjukkan jumlah aliran udara dalam feet kubik per menit (cubic feet per
minute = cfm). Garis-garis miring dari bagian kiri bawah ke kanan atas menyatakan
diameter saluran udara dalam inci. Garis-garis miring dari kiri atas ke kanan bawah
menyatakan garis-garis kecepatan konstan dalam feet per menit (fpm). Meskipun karta
ini dirancang untuk aliran udara standar, namun karta ini dapat digunakan dengan
tingkat kesalahan yang kecil pada temperatur udara antara 50 0F dan 90 0F. Selain itu,
karta ini tidak memerlukan koreksi untuk perbedaan kelembaban atau perbedaan kecil
pada tekanan barometrik (tidak lebih dari + 0.5 in Hg).

Karta gesek saluran udara dengan Sistem Satuan Internasional dan Sistem Satuan
Imperial Pound diberikan pada Gambar 7.1 dan 7.2.

189
Sistem Tata Udara

Gambar ‎7.1. Karta gesek (IP) dari ASHRAE Handbook of Fundamentals, 2005

Pada sistem Sistem Internasional, rugi gesek, yang ditunjukkan oleh skala horisontal,
dinyatakan dalam Pascal per meter (Pa/m) saluran lurus. Skala vertikal menunjukkan
jumlah aliran udara dalam liper per detik atau meter kubik per detik atau meter kubik
per jam, tergantung dari produsen kartanya. Garis-garis miring dari bagian kiri bawah
ke kanan atas menyatakan diameter saluran udara dalam mm. Garis-garis miring dari

190
Sistem Tata Udara

kiri atas ke kanan bawah menyatakan garis-garis kecepatan konstan dalam meter per
detik.

Gambar ‎7.2. Karta gesek (SI) dari ASHRAE Handbook of Fundamentals, 2005

Konversi:
 2 2 2
1 inch water = 1 in.wg. = 248.8 N/m (Pa)= 0.0361 lb/in (psi) = 25.4 kg/m = 0.0739 in mercury
 3 3
1 ft /min (cfm) = 1.7 m /h = 0.47 l/s
 -3
1 ft/min = 5.08x10 m/s
 1 inch = 25.4 mm = 2.54 cm = 0.0254 m = 0.08333 ft

191
Sistem Tata Udara

7.3. Kecepatan Udara yang Direkomendasikan


Pada uraian di bawah akan disampaikan harga-harga kecepatan yang direkomendasikan
untuk berbagai kelas sistem saluran udara dan berbagai aplikasi. Kecepatan udara ini
harus dijaga untuk tidak melewati batas yang diberikan untuk mencegah kebisingan, di
samping agar laju gesekan tak terlalu besar dan konsumsi daya tidak boros.

7.3.1. Saluran Udara Tekanan Rendah dan Menengah/Low and Medium


Pressure Ducts
Besaran-besaran yang disarankan adalah maximum friction rate 0.1 - 0.2 inches
W.G./100 ft dan velocity 1,500 - 2,000 ft/min (8 - 10 m/s). Variasi kecepatan
dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel ‎7.1. Kecepatan maksimum untuk berbagai aplikasi pada low and medium pressure
ducts (dari engineeringtoolbox.com)

Kecepatan udara Kecepatan maksimum

(m3/h) (CFM) (m/s) (ft/min)


< 300 < 175 2.5 490
< 1,000 < 590 3 590
< 2,000 < 1,200 4 785
< 4,000 < 2,350 5 980
< 10,000 < 5,900 6 1,180
> 10,000 > 5,900 7 1,380

7.3.2. Saluran Udara Tekanan Tinggi/High Pressure Ducts


Batasan yang disarankan adalah maximum friction rate kurang dari 0.4 in
wg..G./100 ft dan kecepatan 2,000 - 3,500 ft/min (10 - 18 m/s)

 Shaft
Batasan-batasan kecepatan untuk shaft diberikan pada Tabel 7.2. Kecepatan
pada saluran utama/main duct sebaikanya tidak kurang dari 20 m/s atau 3940
fpm.

Tabel ‎7.2. Kecepatan udara maksimum pada shaft (dari engineeringtoolbox.com).

Kecepatan udara Kecepatan maksimum

(m3/h) (CFM) (m/s) (ft/min)


< 5,000 < 2,950 12 2,350
< 10,000 < 5,900 15 2,950
< 17,000 < 10,000 17 3,350
< 25,000 < 14,700 20 3,940
< 40,000 < 23,500 22 4,300
< 70,000 < 41,000 25 4,900
< 100,000 < 59,000 30 5,800

192
Sistem Tata Udara

 Koridor
Batasan-batasan kecepatan untuk koridor diberikan pada Tabel 7.3. Kecepatan
pada saluran utama/main duct sebaikanya tidak kurang dari 20 m/s atau 3940
fpm.

Tabel ‎7.3. Kecepatan udara maksimum pada koridor.

Kecepatan udara Kecepatan maksimum


3
(m /h) (CFM) (m/s) (ft/min)
< 5,000 < 2,950 10 2,000
< 10,000 < 5,900 12 2,350
< 17,000 < 10,000 15 2,950
< 25,000 < 14,700 17 3,350
< 40,000 < 23,500 20 3,940

 User Areas
Batasan-batasan kecepatan untuk user area diberikan pada Tabel 4.4. Kecepatan
pada saluran utama/main duct sebaikanya tidak kurang dari 20 m/s atau 3940
fpm. User area yang dimaksud di sini adalah offices, receptions, lounges dan
sejenisnya.

Tabel ‎7.4. Kecepatan udara maksimum pada user area.

Kecepatan udara Kecepatan maksimum


3
(m /h) (CFM) (m/s) (ft/min)
< 5,000 < 2,950 10 2,000
< 10,000 < 5,900 12 2,350
< 17,000 < 10,000 14 2,750
< 25,000 < 14,700 16 3,150

7.3.3. Kecepatan pada bagian-bagian saluran


Batas kecepatan yang direkomendasikan pada segmen atau bagian saluran udara
tergantung pada aplikasinya. Kebisingan yang dapat ditoleransi pada bangunan
industri lebih besar dibanding pada bangunan hunian atau fasilitas umum. Tabel

193
Sistem Tata Udara

7.4 memberikan ringkasan tentang batas kecepatan yang direkomendasikan


untuk tiap-tiap segmen saluran.

Tabel ‎7.5. Rekomendasi kecepatan pada tiap-tiap bagian saluran udara

Bagian Kecepatan - v
Fasilitas umum Bangunan industri
(m/s) (ft/min) (m/s) (ft/min)
Air intake from outside 2.5 - 4.5 500 - 900 5-6 1000 - 1200
Heater connection to fan 3.5 - 4.5 700 - 900 5-7 1000 - 1400
Main supply ducts 5.0 - 8.0 1000 - 1500 6 - 12 1200 - 2400
Branch supply ducts 2.5 - 3.0 500 - 600 4.5 - 9 900 - 1800
Supply registers and grilles 1.2 - 2.3 250 - 450 1.5 - 2.5 350 - 500
Low level supply registers 0.8 - 1.2 150 - 250
Main extract ducts 4.5 - 8.0 900 - 1500 6 - 12 1200 - 2400
Branch extract ducts 2.5 - 3.0 500 - 600 4.5 - 9 900 - 1800

CONTOH 7.1
Suatu saluran udara sepanjang 160 ft dengan diameter 14 in. mengalirkan udara standar
sebanyak 2000 cfm.Tentukan:
 Rugi gesek pada saluran.
 Kecepatan udara pada saluran
Jawab:
Lihat pada karta rugi gesek. Pada perpotongan antara garis horisontal 2000 cfm dan garis
miring diameter 14 in. baca harga gesekannya, f100 = 0.34 in. w.g./100 ft. Untuk panjang
total saluran 160 ft ,
hL = 0.34(160/100)
= 0.544 in. w.g.
Kecepatan udara dalam saluran bundar dapat dicari dari karta rugi gesek.
V = 1900 fpm

CONTOH 7.2
Suatu saluran udara sepanjang 60 m dengan diameter 40 cm mengalirkan udara standar
sebanyak 1000 LPS.Tentukan:
 Rugi gesek pada saluran.
 Kecepatan udara pada saluran
Jawab:
Lihat pada karta rugi gesek. Pada perpotongan antara garis horisontal 1000 LPS dan garis
miring diameter 40 cm baca harga gesekannya, f = 1.8 Pa/m. Untuk panjang total saluran
60 m ,
Dp =fxL
= 1.8 x 60
= 108 Pa
Kecepatan udara dalam saluran bundar dapat dicari dari karta rugi gesek.
V = 8 m/s

CONTOH 7.3

194
Sistem Tata Udara

Tekanan statik yang digunakan untuk mengatasi rugi gesekan dalam suatu saluran udara
adalah 0.25 in. w.g. Saluran memiliki diameter 22 in. dan panjang 315 ft. Tentukan
 Jumlah laju aliran udara yang melewati saluran.
 Kecepatan udara.
Jawab:
Rugi gesekan tiap 100 ft,
f100 = 100(0.25/315) = 0.079

Pada karta rugi gesek cari perpotongan antara f100 = 0.079 dengan diameter = 22 in., baca
Q = 3000 cfm.

Pada titik perpotongan tersebut baca kecepatan aliran udara,


V = 1150 fpm.

CONTOH 7.4
Tekanan statik yang digunakan untuk mengatasi rugi gesekan dalam suatu saluran udara
adalah 120 Pa. Saluran memiliki diameter 50 cm. dan panjang 60 m. Tentukan
 Jumlah laju aliran udara yang melewati saluran.
 Kecepatan udara.
Jawab:
Rugi gesekan tiap meter,
f = 120/60 = 2 Pa/m

Pada karta rugi gesek cari perpotongan antara f = 2 Pa/m dengan diameter = 50 cm., baca
Q = 2000 LPS.

Pada titik perpotongan tersebut baca kecepatan aliran udara,


V = 10 m/s.

CONTOH 7.5
Kecepatan maksimum dalam suatu saluran udara dibatasi 1600 fpm. Panjang total saluran
adalah 155 ft. Jika jumlah total udara standar yang dilewatkan saluran tersebut sebesar
10000 cfm, tentukan:
 Diameter saluran udara.
 Rugi gesek dalam saluran
Jawab:
Lihat pada karta rugi gesek. Diameter saluran dapat dibaca pada perpotongan antara V =
1600 fpm dan Q = 10000 cfm, yaitu
D = 34 in.

Rugi gesekan per 100 ft dapat dibaca di karta sebesar 0.086 in. w.g./100 ft. Jadi rugi gesek
total adalah
hL= 0.086(155/100)
= 0.133 in. wg.

CONTOH 7.6
Kecepatan maksimum dalam suatu saluran udara dibatasi 8 m/s. Panjang total saluran
adalah 60 m. Jika jumlah total udara standar yang dilewatkan saluran tersebut sebesar 5000
LPS, tentukan:

195
Sistem Tata Udara

 Diameter saluran udara.


 Rugi gesek dalam saluran
Jawab:
Lihat pada karta rugi gesek. Diameter saluran dapat dibaca pada perpotongan antara V = 8
m/s dan Q = 5000 LPS, yaitu
D = 85 cm.

Rugi gesekan satuan panjang dapat dibaca di karta sebesar 0.65 Pa/m. Jadi rugi gesek total
adalah
∆p= 0.6 x 60
= 36 Pa

7.4. Saluran Persegi Ekuivalen


Penggunaan saluran udara persegi lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan saluran
bundar. Meskipun saluran bundar memerlukan bahan yang lebih sedikit untuk
mengalirkan udara dalam jumlah yang sama dibanding saluran persegi, namun saluran
persegi memiliki kemudahan dalam hal instalasinya.

Rugi gesek dalam saluran persegi lebih besar dibandingkan dengan rugi gesek pada
saluran bundar untuk luas penampang yang sama. Jika rugi gesek per satuan panjang
pada saluran bundar ingin dibuat sama dengan rugi gesek pada saluran persegi, maka
dapat digunakan hubungan berikut:

1/8
𝐻+𝑊 5
𝐷𝑒𝑞 = 1.3 (7.6)
𝐻𝑊 2

atau

𝐻 + 𝑊 0.625 (7.7)
𝐷𝑒𝑞 = 1.3
𝐻𝑊 0.25

dengan:

𝐷𝑒𝑞 = diameter sekuivalen saluran [in] atau [cm] atau [mm]


𝐻= panjang saluran [ft] atau [meter]
𝑊= lebar saluran [ft] atau [meter]

Untuk kepraktisan dalam perancangan, ekuivalen saluran bundar terhadap saluran


persegi telah ditabelkan (Tabel 7.6 sampai 7.6). Perlu untuk dicatat bahwa kecepatan
rata-rata dalam saluran persegi lebih kecil dibandingkan dengan pada saluran bundar
untuk laju aliran volume yang sama.

196
Sistem Tata Udara

Saluran persegi umumnya memiliki dimensi dengan bilangan-bilangan yang bulat agar
mempermudah perancangannya sekaligus menghemat waktu dan biaya fabrikasi. Dalam
penerapannya, satu dimensi dari saluran persegi (umumnya tinggi saluran) ditentukan
terlebih dahulu misalnya 4, 6, 12, 14, 18, atau 20 “. Selanjutnya lebar saluran bervariasi
sesuai dengan luas penampang yang diinginkan.

Tabel ‎7.6. Ekuivalen saluran bundar dan persegi (inci).

Panjang satu sisi H atau W (in)

H 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

5 5.47 5.98 6.4 6.9 7.3 7.6 8.3 8.9 9.4 9.9 10.3 10.8 11.2 11.5 11.9 12.2 12.6 12.9 13.2 13.5 13.8

6 5.98 6.56 7.1 7.6 8.0 8.4 9.1 9.8 10.4 11.0 11.5 12.0 12.4 12.8 13.2 13.6 14.0 14.4 14.7 15.0 15.3

7 6.44 7.08 7.7 8.2 8.7 9.1 9.9 10.7 11.3 11.9 12.5 13.0 13.5 14.0 14.5 14.9 15.3 15.7 16.1 16.5 16.8

8 6.87 7.55 8.2 8.7 9.3 9.8 10.7 11.5 12.2 12.9 13.5 14.1 14.6 15.1 15.6 16.1 16.5 17.0 17.4 17.8 18.2

9 7.26 7.99 8.7 9.3 9.8 10.4 11.3 12.2 13.0 13.7 14.4 15.0 15.6 16.2 16.7 17.2 17.7 18.2 18.6 19.0 19.5

10 7.62 8.40 9.1 9.8 10.4 10.9 12.0 12.9 13.7 14.5 15.2 15.9 16.5 17.1 17.7 18.3 18.8 19.3 19.8 20.2 20.7

11 7.95 8.78 9.5 10.2 10.9 11.5 12.6 13.5 14.4 15.3 16.0 16.8 17.4 18.1 18.7 19.3 19.8 20.4 20.9 21.4 21.8

12 8.27 9.14 9.9 10.7 11.3 12.0 13.1 14.2 15.1 16.0 16.8 17.6 18.3 19.0 19.6 20.2 20.8 21.4 21.9 22.4 22.9

13 8.57 9.48 10.3 11.1 11.8 12.4 13.7 14.7 15.7 16.7 17.5 18.3 19.1 19.8 20.5 21.1 21.8 22.4 22.9 23.5 24.0
14 8.86 9.80 10.7 11.5 12.2 12.9 14.2 15.3 16.4 17.3 18.2 19.1 19.9 20.6 21.3 22.0 22.7 23.3 23.9 24.5 25.0
15 9.13 10.11 11.0 11.8 12.6 13.3 14.6 15.8 16.9 17.9 18.9 19.8 20.6 21.4 22.1 22.9 23.5 24.2 24.8 25.4 26.0
16 9.39 10.41 11.3 12.2 13.0 13.7 15.1 16.4 17.5 18.5 19.5 20.4 21.3 22.1 22.9 23.7 24.4 25.1 25.7 26.4 27.0
17 9.64 10.69 11.6 12.5 13.4 14.1 15.6 16.8 18.0 19.1 20.1 21.1 22.0 22.9 23.7 24.4 25.2 25.9 26.6 27.2 27.9
18 9.88 10.96 11.9 12.9 13.7 14.5 16.0 17.3 18.5 19.7 20.7 21.7 22.7 23.5 24.4 25.2 26.0 26.7 27.4 28.1 28.8
19 10.12 11.22 12.2 13.2 14.1 14.9 16.4 17.8 19.0 20.2 21.3 22.3 23.3 24.2 25.1 25.9 26.7 27.5 28.2 28.9 29.6
20 10.34 11.47 12.5 13.5 14.4 15.2 16.8 18.2 19.5 20.7 21.9 22.9 23.9 24.9 25.8 26.6 27.5 28.3 29.0 29.8 30.5
21 10.55 11.72 12.8 13.8 14.7 15.6 17.2 18.6 20.0 21.2 22.4 23.5 24.5 25.5 26.4 27.3 28.2 29.0 29.8 30.5 31.3
22 10.76 11.95 13.0 14.1 15.0 15.9 17.6 19.1 20.4 21.7 22.9 24.0 25.1 26.1 27.1 28.0 28.9 29.7 30.5 31.3 32.1
23 10.97 12.18 13.3 14.3 15.3 16.2 17.9 19.5 20.9 22.2 23.4 24.6 25.7 26.7 27.7 28.7 29.6 30.4 31.3 32.1 32.8
24 11.16 12.41 13.5 14.6 15.6 16.5 18.3 19.9 21.3 22.7 23.9 25.1 26.2 27.3 28.3 29.3 30.2 31.1 32.0 32.8 33.6
25 11.36 12.62 13.8 14.9 15.9 16.9 18.6 20.2 21.7 23.1 24.4 25.6 26.8 27.9 28.9 29.9 30.9 31.8 32.7 33.5 34.3
26 11.54 12.83 14.0 15.1 16.2 17.1 19.0 20.6 22.1 23.5 24.9 26.1 27.3 28.4 29.5 30.5 31.5 32.4 33.3 34.2 35.1
27 11.73 13.04 14.3 15.4 16.4 17.4 19.3 21.0 22.5 24.0 25.3 26.6 27.8 29.0 30.1 31.1 32.1 33.1 34.0 34.9 35.8
28 11.90 13.24 14.5 15.6 16.7 17.7 19.6 21.3 22.9 24.4 25.8 27.1 28.3 29.5 30.6 31.7 32.7 33.7 34.6 35.6 36.4
29 12.08 13.44 14.7 15.9 17.0 18.0 19.9 21.7 23.3 24.8 26.2 27.5 28.8 30.0 31.1 32.2 33.3 34.3 35.3 36.2 37.1
30 12.25 13.63 14.9 16.1 17.2 18.3 20.2 22.0 23.7 25.2 26.6 28.0 29.3 30.5 31.7 32.8 33.9 34.9 35.9 36.8 37.8
31 12.41 13.81 15.1 16.3 17.5 18.5 20.5 22.3 24.0 25.6 27.1 28.4 29.8 31.0 32.2 33.3 34.4 35.5 36.5 37.5 38.4
32 12.57 14.00 15.3 16.5 17.7 18.8 20.8 22.7 24.4 26.0 27.5 28.9 30.2 31.5 32.7 33.9 35.0 36.1 37.1 38.1 39.0
33 12.73 14.18 15.5 16.8 17.9 19.0 21.1 23.0 24.7 26.3 27.9 29.3 30.7 32.0 33.2 34.4 35.5 36.6 37.7 38.7 39.7
34 12.89 14.35 15.7 17.0 18.2 19.3 21.4 23.3 25.1 26.7 28.3 29.7 31.1 32.4 33.7 34.9 36.1 37.2 38.2 39.3 40.3
35 13.04 14.53 15.9 17.2 18.4 19.5 21.6 23.6 25.4 27.1 28.6 30.1 31.5 32.9 34.2 35.4 36.6 37.7 38.8 39.9 40.9
36 13.19 14.69 16.1 17.4 18.6 19.8 21.9 23.9 25.7 27.4 29.0 30.5 32.0 33.3 34.6 35.9 37.1 38.2 39.4 40.4 41.5

197
Sistem Tata Udara

Panjang satu sisi H atau W (in)

H 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

37 13.34 14.86 16.3 17.6 18.8 20.0 22.2 24.2 26.0 27.8 29.4 30.9 32.4 33.8 35.1 36.4 37.6 38.8 39.9 41.0 42.0
38 13.48 15.02 16.5 17.8 19.0 20.2 22.4 24.5 26.4 28.1 29.8 31.3 32.8 34.2 35.6 36.8 38.1 39.3 40.4 41.5 42.6
39 13.63 15.18 16.6 18.0 19.3 20.5 22.7 24.8 26.7 28.4 30.1 31.7 33.2 34.6 36.0 37.3 38.6 39.8 41.0 42.1 43.2
40 13.77 15.34 16.8 18.2 19.5 20.7 22.9 25.0 27.0 28.8 30.5 32.1 33.6 35.1 36.4 37.8 39.0 40.3 41.5 42.6 43.7
41 13.90 15.50 17.0 18.4 19.7 20.9 23.2 25.3 27.3 29.1 30.8 32.4 34.0 35.5 36.9 38.2 39.5 40.8 42.0 43.1 44.3
42 14.04 15.65 17.1 18.5 19.9 21.1 23.4 25.6 27.6 29.4 31.2 32.8 34.4 35.9 37.3 38.7 40.0 41.3 42.5 43.7 44.8
43 14.17 15.80 17.3 18.7 20.1 21.3 23.7 25.8 27.8 29.7 31.5 33.2 34.8 36.3 37.7 39.1 40.4 41.7 43.0 44.2 45.3
44 14.30 15.95 17.5 18.9 20.3 21.5 23.9 26.1 28.1 30.0 31.8 33.5 35.1 36.7 38.1 39.5 40.9 42.2 43.5 44.7 45.8
45 14.43 16.09 17.6 19.1 20.4 21.7 24.1 26.4 28.4 30.3 32.1 33.9 35.5 37.0 38.5 40.0 41.3 42.7 43.9 45.2 46.4
46 14.56 16.24 17.8 19.3 20.6 21.9 24.4 26.6 28.7 30.6 32.5 34.2 35.9 37.4 38.9 40.4 41.8 43.1 44.4 45.7 46.9
47 14.68 16.38 18.0 19.4 20.8 22.1 24.6 26.9 29.0 30.9 32.8 34.5 36.2 37.8 39.3 40.8 42.2 43.6 44.9 46.1 47.4
48 14.81 16.52 18.1 19.6 21.0 22.3 24.8 27.1 29.2 31.2 33.1 34.9 36.6 38.2 39.7 41.2 42.6 44.0 45.3 46.6 47.9
49 14.93 16.66 18.3 19.8 21.2 22.5 25.0 27.3 29.5 31.5 33.4 35.2 36.9 38.5 40.1 41.6 43.0 44.4 45.8 47.1 48.3
50 15.05 16.79 18.4 19.9 21.4 22.7 25.2 27.6 29.8 31.8 33.7 35.5 37.2 38.9 40.5 42.0 43.5 44.9 46.2 47.5 48.8
51 15.17 16.93 18.6 20.1 21.5 22.9 25.5 27.8 30.0 32.1 34.0 35.8 37.6 39.3 40.9 42.4 43.9 45.3 46.7 48.0 49.3
52 15.29 17.06 18.7 20.2 21.7 23.1 25.7 28.0 30.3 32.3 34.3 36.2 37.9 39.6 41.2 42.8 44.3 45.7 47.1 48.4 49.7
53 15.40 17.19 18.8 20.4 21.9 23.3 25.9 28.3 30.5 32.6 34.6 36.5 38.2 40.0 41.6 43.2 44.7 46.1 47.5 48.9 50.2
54 15.52 17.32 19.0 20.6 22.0 23.5 26.1 28.5 30.8 32.9 34.9 36.8 38.6 40.3 41.9 43.5 45.1 46.5 48.0 49.3 50.7
55 15.63 17.45 19.1 20.7 22.2 23.6 26.3 28.7 31.0 33.1 35.2 37.1 38.9 40.6 42.3 43.9 45.4 46.9 48.4 49.8 51.1
56 15.74 17.57 19.3 20.9 22.4 23.8 26.5 28.9 31.2 33.4 35.4 37.4 39.2 41.0 42.7 44.3 45.8 47.3 48.8 50.2 51.6
57 15.85 17.70 19.4 21.0 22.5 24.0 26.7 29.2 31.5 33.7 35.7 37.7 39.5 41.3 43.0 44.6 46.2 47.7 49.2 50.6 52.0
58 15.96 17.82 19.5 21.2 22.7 24.2 26.9 29.4 31.7 33.9 36.0 38.0 39.8 41.6 43.3 45.0 46.6 48.1 49.6 51.0 52.4
59 16.07 17.94 19.7 21.3 22.9 24.3 27.1 29.6 32.0 34.2 36.3 38.2 40.1 41.9 43.7 45.4 47.0 48.5 50.0 51.5 52.9
60 16.18 18.06 19.8 21.5 23.0 24.5 27.3 29.8 32.2 34.4 36.5 38.5 40.4 42.3 44.0 45.7 47.3 48.9 50.4 51.9 53.3

Tabel ‎7.7. Ekuivalen saluran bundar dan persegi (mm).

Panjang salah satu sisi H atau w (mm)


H 100 125 150 175 200 225 250 275 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900

100 109 122 133 143 152 161 169 176 183 195 207 217 227 236 245 253 261 268 275 282 289

125 122 137 150 161 172 181 190 199 207 222 235 247 258 269 279 289 298 306 314 322 330
150 133 150 164 177 189 200 210 220 229 245 260 274 287 299 310 321 331 341 350 359 367

175 143 161 177 191 204 216 228 238 248 267 283 299 313 326 339 351 362 373 383 393 402

200 152 172 189 204 219 232 244 256 266 286 305 321 337 352 365 378 391 402 414 424 435
225 161 181 200 216 232 246 259 272 283 305 325 343 360 375 390 404 418 430 442 454 465
250 169 190 210 228 244 259 273 287 299 322 343 363 381 398 414 429 443 457 470 482 494

275 176 199 220 238 256 272 287 301 314 339 361 382 401 419 436 452 467 482 496 509 522
300 183 207 229 248 266 283 299 314 328 354 378 400 420 439 457 474 490 506 520 534 548

350 195 222 245 267 286 305 322 339 354 383 409 433 455 477 496 515 533 550 567 582 597

400 207 235 260 283 305 325 343 361 378 409 437 464 488 511 533 553 573 592 609 626 643
450 217 247 274 299 321 343 363 382 400 433 464 492 518 543 567 589 610 630 649 668 686

198
Sistem Tata Udara

Panjang salah satu sisi H atau w (mm)


H 100 125 150 175 200 225 250 275 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900

500 227 258 287 313 337 360 381 401 420 455 488 518 547 573 598 622 644 666 687 706 726

550 236 269 299 326 352 375 398 419 439 477 511 543 573 601 628 653 677 700 722 743 763
600 245 279 310 339 365 390 414 436 457 496 533 567 598 628 656 683 708 732 755 778 799
650 253 289 321 351 378 404 429 452 474 515 553 589 622 653 683 711 737 763 787 811 833
700 261 298 331 362 391 418 443 467 490 533 573 610 644 677 708 737 765 792 818 842 866
750 268 306 341 373 402 430 457 482 506 550 592 630 666 700 732 763 792 820 847 872 897

800 275 314 350 383 414 442 470 496 520 567 609 649 687 722 755 787 818 847 875 901 927

850 282 322 359 393 424 454 482 509 534 582 626 668 706 743 778 811 842 872 901 929 956

900 289 330 367 402 435 465 494 522 548 597 643 686 726 763 799 833 866 897 927 956 984
950 295 337 376 411 445 476 506 534 561 612 659 703 744 783 820 855 889 921 952 982 1,011

1000 301 344 384 420 454 486 517 546 574 626 674 719 762 802 840 876 911 944 976 1,007 1,037
1050 307 351 391 429 464 497 528 557 586 639 689 735 779 820 859 897 932 967 1,000 1,031 1,062

1100 313 358 399 437 473 506 538 569 598 652 703 751 795 838 878 916 953 988 1,022 1,055 1,086

1150 318 364 406 445 481 516 548 579 609 665 717 766 812 855 896 936 973 1,009 1,044 1,078 1,110
1200 324 370 413 453 490 525 558 590 620 677 731 780 827 872 914 954 993 1,030 1,066 1,100 1,133

1250 329 376 420 460 498 534 568 600 631 689 744 795 843 888 931 973 1,012 1,050 1,086 1,122 1,156

1300 334 382 426 468 506 543 577 610 642 701 757 808 857 904 948 990 1,031 1,069 1,107 1,143 1,177
1350 339 388 433 475 514 551 586 620 652 713 769 822 872 919 964 1,007 1,049 1,088 1,126 1,163 1,199

1400 344 394 439 482 522 559 595 629 662 724 781 835 886 934 980 1,024 1,066 1,107 1,146 1,183 1,220

1450 349 399 445 489 529 567 604 639 672 735 793 848 900 949 996 1,041 1,084 1,125 1,165 1,203 1,240

1500 353 404 452 495 536 575 612 648 681 745 805 860 913 963 1,011 1,057 1,100 1,143 1,183 1,222 1,260

1550 358 410 457 502 544 583 621 656 691 756 816 873 926 977 1,026 1,072 1,117 1,160 1,201 1,241 1,279
1600 362 415 463 508 551 591 629 665 700 766 827 885 939 991 1,041 1,088 1,133 1,177 1,219 1,259 1,298

1650 367 420 469 515 557 598 637 674 709 776 838 897 952 1,005 1,055 1,103 1,149 1,193 1,236 1,277 1,317

1700 371 425 475 521 564 605 644 682 718 785 849 908 964 1,018 1,069 1,118 1,164 1,209 1,253 1,295 1,335

1750 375 430 480 527 571 612 652 690 726 795 859 919 976 1,031 1,082 1,132 1,180 1,225 1,270 1,312 1,353

1800 379 434 485 533 577 619 660 698 735 804 869 930 988 1,043 1,096 1,146 1,195 1,241 1,286 1,329 1,371
1850 383 439 491 539 584 626 667 706 743 814 879 941 1,000 1,056 1,109 1,160 1,209 1,256 1,302 1,346 1,388

1900 387 444 496 544 590 633 674 713 751 823 889 952 1,012 1,068 1,122 1,174 1,224 1,271 1,318 1,362 1,405

1950 391 448 501 550 596 640 681 721 759 831 899 963 1,023 1,080 1,135 1,187 1,238 1,286 1,333 1,378 1,422

2000 395 453 506 555 602 646 688 728 767 840 908 973 1,034 1,092 1,147 1,200 1,252 1,301 1,348 1,394 1,438

2050 399 457 511 561 608 653 695 736 775 849 918 983 1,045 1,104 1,160 1,213 1,265 1,315 1,363 1,410 1,455

2100 402 461 516 566 614 659 702 743 782 857 927 993 1,055 1,115 1,172 1,226 1,279 1,329 1,378 1,425 1,470

Tabel ‎7.8. Ekuivalen saluran bundar dan persegi untuk saluran udara berukuran besar
(mm)

Panjang salah satu sisi H atau w (mm)


H 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300 2400 2500 2600 2700 2800 2900 3000
W

1000 1093 1146 1196 1244 1289 1332 1373 1413 1451 1488 1523 1558 1591 1623 1655 1685 1715 1744 1772 1800 1827

1100 1146 1202 1256 1306 1354 1400 1444 1486 1527 1566 1604 1640 1676 1710 1744 1776 1808 1839 1869 1898 1927

1200 1196 1256 1312 1365 1416 1464 1511 1555 1598 1640 1680 1719 1756 1793 1828 1862 1896 1929 1961 1992 2022

1300 1244 1306 1365 1421 1475 1526 1574 1621 1667 1710 1753 1793 1833 1871 1909 1945 1980 2015 2048 2081 2113

1400 1289 1354 1416 1475 1530 1584 1635 1684 1732 1778 1822 1865 1906 1947 1986 2024 2061 2097 2133 2167 2201

199
Sistem Tata Udara

Panjang salah satu sisi H atau w (mm)


H 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300 2400 2500 2600 2700 2800 2900 3000
W

1500 1332 1400 1464 1526 1584 1640 1693 1745 1794 1842 1889 1933 1977 2019 2060 2100 2139 2177 2214 2250 2285

1600 1373 1444 1511 1574 1635 1693 1749 1803 1854 1904 1952 1999 2044 2088 2131 2173 2213 2253 2292 2329 2366

1700 1413 1486 1555 1621 1684 1745 1803 1858 1912 1964 2014 2063 2110 2155 2200 2243 2285 2327 2367 2406 2444

1800 1451 1527 1598 1667 1732 1794 1854 1912 1968 2021 2073 2124 2173 2220 2266 2311 2355 2398 2439 2480 2520

1900 1488 1566 1640 1710 1778 1842 1904 1964 2021 2077 2131 2183 2233 2283 2330 2377 2422 2466 2510 2552 2593

2000 1523 1604 1680 1753 1822 1889 1952 2014 2073 2131 2186 2240 2292 2343 2393 2441 2487 2533 2578 2621 2664

2100 1558 1640 1719 1793 1865 1933 1999 2063 2124 2183 2240 2296 2350 2402 2453 2502 2551 2598 2644 2689 2733

2200 1591 1676 1756 1833 1906 1977 2044 2110 2173 2233 2292 2350 2405 2459 2511 2562 2612 2661 2708 2755 2800

2300 1623 1710 1793 1871 1947 2019 2088 2155 2220 2283 2343 2402 2459 2514 2568 2621 2672 2722 2771 2819 2865

2400 1655 1744 1828 1909 1986 2060 2131 2200 2266 2330 2393 2453 2511 2568 2624 2678 2730 2782 2832 2881 2929

2500 1685 1776 1862 1945 2024 2100 2173 2243 2311 2377 2441 2502 2562 2621 2678 2733 2787 2840 2891 2941 2991

2600 1715 1808 1896 1980 2061 2139 2213 2285 2355 2422 2487 2551 2612 2672 2730 2787 2842 2896 2949 3001 3051

2700 1744 1839 1929 2015 2097 2177 2253 2327 2398 2466 2533 2598 2661 2722 2782 2840 2896 2952 3006 3058 3110

2800 1772 1869 1961 2048 2133 2214 2292 2367 2439 2510 2578 2644 2708 2771 2832 2891 2949 3006 3061 3115 3168

2900 1800 1898 1992 2081 2167 2250 2329 2406 2480 2552 2621 2689 2755 2819 2881 2941 3001 3058 3115 3170 3224

3000 1827 1927 2022 2113 2201 2285 2366 2444 2520 2593 2664 2733 2800 2865 2929 2991 3051 3110 3168 3224 3279

CONTOH 7.7
Pada‎ saluran‎ udara‎ bundar‎ dengan‎ diameter‎ 20”‎ mengalir‎ udara‎ standar‎ (dengan‎
densitas = 0.075 lb/ft3) sejumlah 6000 cfm. Tentukan:
 Rugi gesek untuk saluran lurus sepanjang 125 ft.
 Kecepatan udara dalam saluran bundar.
 Ukuran saluran persegi ekuivalenn.
 Kecepatan udara dalam saluran persegi
Jawab:
a. Pada karta rugi gesek, untuk jumlah aliran 6000 cfm pada saluran dengan
diameter‎20”‎maka‎rugi‎geseknya‎adalah‎0.46‎in‎w.g.‎per‎100‎ft.
Untuk saluran lurus sepanjang 125 ft rugi geseknya menjadi
hL = (125ft) (0.46 in. w.g./100 ft)
= 0.575 in. w.g. atau 0.575 in. H2O

b. Kecepatan aliran udara dalam saluran bundar dapat dibaca pada karta
V = 2800 fpm

c. Ukuran saluran persegi ekuivalen dapat dibaca pada tabel. Ukuran tersebut bisa
sangat bervariasi, di antaranya adalah:
50”‎x‎8”‎(untuk‎De‎=‎19.9”)
30”‎x‎12”‎(untuk‎De‎=‎20.2”)
22”‎x‎16”‎(untuk‎De‎=‎20.4”)
19”‎x‎18”‎(untuk‎De‎=‎20.2”)‎

200
Sistem Tata Udara

d. Jika‎ dipilih‎ saluran‎ dengan‎ ukuran‎ 19”‎ x‎ 10”‎ maka‎ kecepatan rata-rata aliran
udara pada saluran tersebut adalah:
Q 6000( 144 )
V=   2526 _ fpm
A ( 19 )( 18 )

CONTOH 4.7
Pada saluran udara bundar dengan diameter 50 cm mengalir udara standar (dengan
3
densitas = 1.2 kg/m ) sejumlah 3000 LPS. Tentukan:
 Rugi gesek untuk saluran lurus sepanjang 40 m.
 Kecepatan udara dalam saluran bundar.
 Ukuran saluran persegi ekuivalenn.
 Kecepatan udara dalam saluran persegi
Jawab:
a. Pada karta rugi gesek, untuk jumlah aliran 3000 LPS pada saluran dengan
diameter 50 cm maka rugi geseknya adalah 4.2 Pa/m.
Untuk saluran lurus sepanjang 40 m rugi geseknya menjadi
Dp = 4.2 x 40
= 164 Pa

b. Kecepatan aliran udara dalam saluran bundar dapat dibaca pada karta
V = 15 m/s

c. Ukuran saluran persegi ekuivalen dapat dibaca pada tabel. Ukuran tersebut
bisa sangat bervariasi, di antaranya adalah:
450 x 450 (untuk De = 49 cm
400 x 500 (untuk De = 49 cm
350 x 600 (untuk De = 50 cm)

d. Jika dipilih saluran dengan ukuran 450 x 450 mm2 (atau 0.45 x 0.45 m2) dengan
debit 3000 LPS = 3 m3/s, maka kecepatan rata-rata aliran udara pada saluran
tersebut adalah:
Q 3
V=   14.18 m / s
A ( 0.45 )( 0.45 )

CONTOH 4.9
Suatu saluran berukuran 24 x 12 in. mengalirkan 3000 cfm udara standar. Tentukan
rugi gesek per 100 ft.

Jawab:
 Lihat tabel ekivalen saluran persegi. Untuk saluran persegi 24 x 12 in., maka
saluran bundar ekuivalennya adalah 18.3 in.
 Kemudian dengan karta rugi gesek dapat dilihat bahwa untuk saluran
dengan diameter 18.3 in dan CFM = 3000 maka rugi gesekannya adalah 0.20
in w.g. per 100 ft.

CONTOH 4.10

201
Sistem Tata Udara

Suatu saluran berukuran 60 cm x 30 cm. mengalirkan 1500 LPS udara standar.


Tentukan rugi gesek per stuan panjang.

Jawab:

 Lihat tabel ekivalen saluran persegi. Untuk saluran persegi 60 cm x 30 cm.,


maka saluran bundar ekuivalennya adalah 46 cm.

 Kemudian dengan karta rugi gesek dapat dilihat bahwa untuk saluran
dengan diameter 46 cm dan debit 1500 LPS maka rugi gesekannya 2.3 Pa/m.

7.5. Rasio Aspek (Aspect Ratio)


Rasio aspek pada suatu saluran persegi adalah perbandingan antara sisi panjang dengan
sisi pendek saluran. Rasio aspek sebaiknya dibuat serendah mungkin karena:

 Rugi-rugi kalor pada udara yang mengalir dalam saluran akan membesar
jika rasio aspek besar.

 Jumlah material yang diperlukan dan biaya pembuatan akan naik jika
rasio aspek besar.

 Biaya operasi akan naik karena rugi gesekan yang besar jika rasio aspek
besar.

Ilustrasi dari hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.3 dan Tabel 7.9.

A = 144 in2
12 in

AR = 1

12 in
4 in

A = 144 in2 AR = 9:1

36 in

Gambar ‎7.3. Illustrasi untuk Aspect Ratio

202
Sistem Tata Udara

Gambar atas dan bawah adalah gambar penampang saluran yang memiliki luas
penampang sama, yakni 144 sq.in. Pada gambar atas, rasio aspek saluran adalah 1:1 dan
kelilingnya 48 in. Pada gambar bawah, rasio aspek saluran adalah 9:1 dan kelilingnya
80 in. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa saluran udara dengan rasio aspek
lebih besar akan memerlukan material dalam jumlah yang lebih banyak untuk luas
penampang dan panjang saluran yang sama.

Misal suatu saluran udara mengalirkan udara standar sebanyak 5000 cfm pada
kecepatan 2000 fpm. Untuk itu diperlukan sautu saluran dengan luas penampang

A = Q/V = 5000/2000 = 2.5 sq. ft.= 360 sq. in.

Saluran dengan luas penampang 360 sq. in. ini dapat dibuat dengan berbagai macam
harga rasio aspek yang masing-masing memiliki laju gesekan (friction rate) yang
berbeda. Makin besar rasio aspek, makin besar laju gesekan.

Tabel ‎7.9. Illustrasi pengaruh aspect ratio terhadap diameter ekuivalen dan rugi gesekan.

Ukuran Persegi Rasio Aspek Diameter Ekuivalen (in.) Laju Gesekan


HxW (in. H2O/100 ft)
18 x 20 1:1 20.7 0.28
12 x 30 2.5:1 20.2 0.32
10 x 36 3.6:1 19.8 0.36
8 x 45 5.6:1 19.1 0.43
6 x 60 10:1 18.1 0.54

7.6. Rugi Dinamik Pada Saluran Udara


Rugi dinamik pada saluran udara disebabkan oleh gangguan pada aliran karena adanya
perubahan dalam arah dan atau luas penampang aliran udara. Hal ini dapat terjadi pada
grill, difuser, nosel, orifice, tee, belokan, dan penghalang.

Kerugian dinamik pada suatu sambungan (fitting) pada saluran udara dapat dinyatakan
dengan persamaan

(𝑕𝐿 )𝑑 = 𝐶𝑜 𝑥 𝑕𝑣 (7.8)

203
Sistem Tata Udara

atau

∆𝑝 = 𝐶𝑜 𝑥 𝑃𝑣 (7.9)

(𝑕𝐿 )𝑑 : Head loss atau rugi head dinamik [in.wg.]


∆𝑝 : Pressure loss atau rugi tekanan [Pa]
𝐶𝑜 : Koefisien rugi tekanan sambungan [tak bersatuan]
𝑕𝑣 : Velocity head atau head kecepatan [in.wg.]
𝑃𝑣 : Velocity pressure atau tekanan kecepatan [Pa]

Head kecepatan (dalam Sistem IP) atau tekanan kecepatan (dalam Sistem Internasional)
dinyatakan dengan

𝑣 2
𝑕𝑣 = [in.wg] (7.10)
4005
atau

𝑣 2
𝑝𝑣 = [Pa] (7.11)
1.3

Head kecepatan dalam sistem satuan IP dinyatakan dalam in.wg., sementara kecepatan
dalam feet per menit (fpm). Tekanan kecepatan dalam sistem satuan SI dinyatakan
dalam satuan Pascal dan kecepatan dinyatakan dalam meter per detik.

Koefisien rugi dinamik C0 suatu sambungan ditentukan oleh jenis sambungan. Sebagai
contoh untuk belokan, harga koefisien ini ditentukan oleh rasio aspek dan rasio jari-jari
(radius ratio). Rasio aspek pada belokan selalu didefinisikan sebagai perbandingan
antara tinggi dan lebar saluran (H/W) di mana lebar saluran adalah ukuran dari sisi
belokan yang sebidang dengan jari-jari belokan. Jadi pada belokan dimungkinkan rasio
aspek lebih kecil daripada satu.

CONTOH 7.11
0
Tentukan rugi tekanan dinamik pada suatu belokan horisontal 90 tanpa splitter vane yang

204
Sistem Tata Udara

memiliki tinggi 24 in., lebar 12 in., dan rasio radius 0.75. Udara yang mengalir di dalamnya
memiliki laju 4000 cfm.

Jawab:

Belokan tersebut memiliki


Rasio aspek AR = H/W = 24/12 = 2.0
Rasio radius RR = r/W = 0.75
sehingga dari tabel didapat C0 = 0.39 (Data dari ASHRAE Handbook of Fundamentals, 2005)

Kecepatan aliran dalam belokan


𝑄 4000 𝑥 144
𝑣= =
𝐴 24 𝑥 12
𝑣 = 2000 fpm

sehingga tekanan kecepatan


𝑣 2 2000 2
𝑕𝑣 = =
4005 4005
𝑕𝑣 = 0.249 in.wg.

Dan rugi tekanan dinamiknya


(𝑕𝐿 )𝑑 = 𝐶0 𝑥 𝑕𝑣 = 0.39 𝑥 0.249
(𝑕𝐿 )𝑑 = 0.097 in.wg.

CONTOH 7.12

Tentukan rugi tekanan dinamik pada suatu belokan horisontal 900 dengan 1 splitter vane
yang memiliki tinggi 24 in., lebar 12 in., dan rasio radius 0.75. Udara yang mengalir di
dalamnya memiliki laju 4000 cfm.

Jawab:

205
Sistem Tata Udara

Belokan tersebut memiliki


Aspect ratio AR = H/W = 24/12 = 2.0
Radius ratio RR = r/W = 0.75
Curve ratio CR = 0.447
sehingga dari tabel didapat C0 = 0.11 (Data dari ASHRAE Handbook of Fundamentals,
2005)

Kecepatan aliran dalam belokan


𝑄 4000 𝑥 144
𝑣= =
𝐴 24 𝑥 12

𝑣 = 2000 fpm

sehingga tekanan kecepatan


𝑣 2 2000 2
𝑕𝑣 = =
4005 4005

𝑕𝑣 = 0.249 in.wg.

Dan rugi tekanan dinamiknya


(𝑕𝐿 )𝑑 = 𝐶0 𝑥 𝑕𝑣 = 0.11 𝑥 0.249
(𝑕𝐿 )𝑑 = 0.02739 in.wg.

Jadi, dengan splitter (pembagi aliran), rugi tekanannya berkurang.

CONTOH 7.13
Tentukan rugi tekanan dinamik pada suatu percabangan 900 di mana saluran utama
(common) memiliki ukuran 40 cm x 40 cm, saluran lurus (straight) 40 cm x 30 cm dan saluran

206
Sistem Tata Udara

cabang 40 cm x 20 cm. Udara yang mengalir di dalamnya memiliki laju 3000 LPS pada
common, 2000 LPS pada straight, dan 1000 LPS pada branch.

Jawab:

Percabangan tersebut memiliki


Luas penampang common AC = 40 x 40 = 1600 cm2 = 0.16 m2
Luas penampang straight AS = 40 x 30 = 1200 cm2 = 0.12 m2
Luas penampang branch AB = 40 x 20 = 800 cm2 = 0.08 m2
AS/AC = 1200/1600 = 0.75
AB/AC = 800/1600 = 0.50
QB/QC = 1000/3000 = 0.33

sehingga dari tabel didapat CS = 0.6 dan CB = 0.7 (Data dari ASHRAE Handbook of
Fundamentals, 2005)

BAGIAN LURUS (STRAIGHT)


Kecepatan aliran dalam arah lurus,
𝑄𝑠 2
𝑣𝑠 = =
𝐴𝑠 0.12

𝑣 = 16.67 m/s

sehingga tekanan kecepatan


𝑣 2 16.67 2
𝑝𝑣 = =
1.3 1.3

𝑝𝑣 = 164 Pa.

Dan rugi tekanan dinamiknya


(∆𝑝𝐿 )𝑠 = 𝐶𝑠 𝑥 𝑝𝑣 = 0.6 𝑥 164
(∆𝑝𝐿 )𝑠 = 98 Pa.
Artinya bagian cabang lurus tekanannya turun 98 Pa.

BAGIAN CABANG BELOK (BRANCH)


Kecepatan aliran dalam arah lurus,
𝑄𝑏 1
𝑣𝑏 = =
𝐴𝑏 0.08

207
Sistem Tata Udara

𝑣 = 12.5 m/s

sehingga tekanan kecepatan


𝑣 2 12.5 2
𝑝𝑣 = =
1.3 1.3

𝑝𝑣 = 92 Pa.

Dan rugi tekanan dinamiknya


(∆𝑝𝐿 )𝑏 = 𝐶𝑏 𝑥 𝑝𝑣 = 0.7 𝑥 92
(∆𝑝𝐿 )𝑏 = 65 Pa.
Artinya bagian cabang belok tekanannya turun 65 Pa.

Data yang berkaitan dengan koefisien rugi tekanan pada fitting atau sambungan saluran
udara dapat dilihat pada Bab 35 Buku ASHRAE Handboook of Fundamentals, 2005,
atau SMACNA HVAC Duct Design. Pada Tabel 7.10 juga ditunjukkan nilai drop
tekanan normal pada berbagai jenis fitting atau sambungan pada sistem ventilasi.

Tabel ‎7.10. Nilai drop tekanan normal pada fitting atau sambungan sistem ventilasi.

Drop tekanan (Pa)


Jenis komponen Kecep. udara (m/s)
2.0 2.25 2.5 2.75 3.0
Damper masukan 5 5 5 5 5
Kotak pencampuran straight 35 45 55 70 85
90o 40 55 70 85 100
Filter short EU2 70 75 80 90 95
short EU3 100 110 120 135 145
long EU3 70 75 80 80 85
long EU5 115 125 140 150 165
long EU7 140 150 165 175 185
long EU9 160 175 190 210 230
Pemanas water, size 1 5 5 10 10 10
water, size 2 10 15 15 20 20
water, size 3 20 25 30 30 35
electrical, size 1 10 10 15 15 20
electrical, size 2 15 20 30 35 40
electrical, size 3 35 45 55 70 85
Pendingin size 1 20 25 30 35 40
size 2 25 35 40 45 55
size 3 35 45 50 60 70
drop separator 45 50
Humidifier 60% 50 60 75 90 110
90% 75 100 120 160 180
Damper bising 750 mm 5 10 10 15 15
1425 mm 10 15 15 20 25
Penukar kalor rotary big rotor 120 140 160 180 195
little rotor 150 170 195 220 245
Penukar kalor lamella 2 mm, size 1 50 60 75 90 105
udara-fluida lamella 2 mm, size 2 75 90 110 130 155
lamella 2 mm, size 3 95 120 145 175 205
lamella 4 mm, size 1 30 35 45 55 65
lamella 4 mm, size 2 45 55 65 80 90
lamella 4 mm, size 3 55 70 85 100 120
drop separator 45 50
Penukar kalor pelat 65 80 105 125 150
with drop separator 200

208
Sistem Tata Udara

7.7. Penentuan Ukuran Saluran Udara (Duct Sizing)


Salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan pada suatu perancangan sistem tata
udara adalah penentuan ukuran saluran udara. Dengan ukuran yang tepat sesuai dengan
hasil perhitungan, maka desain sistem tata udara yang diinginkan dapat dipenuhi,
misalnya temperatur ruangan yang dikondisikan, laju aliran volume udara, kecepatan
aliran udara, dan kebisingan. Dengan perhitungan ini pula sekaligus kebutuhan material
dan biaya pembuatan dapat diperkirakan.

Tiga metode yang umum digunakan dalam penentuan ukuran saluran udara adalah:

1. Metode pengurangan-kecepatan (velocity-reduction method)

2. Metode perolehan-kembali-tekanan-statik (static-regain method)

3. Metode laju-gesekan-sama (equal-friction-rate method)

Secara umum metode pengurangan-kecepatan digunakan untuk menghitung ukuran


saluran udara pada sistem saluran yang kecil dengan kecepatan aliran udara yang
rendah. Sistem besar dengan kecepatan aliran udara yang tinggi umumnya
menggunakan metode perolehan-kembali-tekanan-statik (static-regain). Sedang metode
laju-gesekan-sama umumnya digunakan pada sistem dengan ukuran antara kecil dan
besar.

Ada kalanya dua metode sekaligus digunakan dalam perancangan suatu sistem saluran
udara. Sebagai contoh, untuk sistem yang besar, saluran utama dihitung dengan
menggunakan metode static-regain dan bagian percabangannya dihitung dengan metode
laju-gesekan-sama.

Untuk mempermudah perhitungan ukuran saluran udara, telah tersedia tabel variasi
kecepatan aliran udara yang direkomnedasikan untuk berbagai aplikasi, seperti rumah
tinggal, bangunan komersial, dan industri. Selain itu, kecepatan yang direkomendasikan
juga dapat ditemui pada karta laju gesek, baik untuk desain kecepatan rendah maupun
kecepatan tinggi.

7.8. Metode Pengurangan-Kecepatan (Velocity-Reduction Method)


Pada metode pengurangan-kecepatan harga kecepatan pada tiap-tiap bagian dari saluran
udara dapat dipilih sesuai dengan harga yang direkomendasikan yang dapat dibaca pada
tabel. Pada metode ini (sesuai dengan namanya) kecepatan tertinggi terdapat pada

209
Sistem Tata Udara

bagian hulu, yakni pada keluaran kipas. Makin ke hilir kecepatannya makin rendah.
Kecepatan terendah terdapat pada ujung-ujung saluran (pada outlet/difuser).

Langkah-langkah perhitungan ukuran saluran udara dengan metode pengurangan


kecepatan dapat diuraikan pada Gambar 7.4.

Baca harga laju aliran volume udara


pada tiap-tiap bagian saluran dan tabelkan

Pilih harga kecepatan berdasarkan harga


yang direkomendasikan

Berdasarkan laju aliran volume dan kecepatantentukan diameter saluran


dengan karta rugi gesek.

Tentukan ukuran saluran persegi dengan


menggunakan tabel saluran persegi ekuivalen

Gambar ‎7.4. Urutan perancangan dengan velocity reduction method

CONTOH 7.14

Gambar di bawah ini menunjukkan diagram saluran udara suplai pada suatu kantor kecil.
Pada sistem ini digunakan difuser yang dipasang pada langit-langit sedang saluran dipasang
di atas langit-langit. Jumlah laju aliran volume udara suplai diperlihatkan oleh angka pada
masing-masing difuser. Tentukan:

 Ukuran saluran persegi dengan menggunakan metode pengurangan-kecepatan.


Tinggi saluran persegi seragam 14 in., baik untuk saluran utama maupun
percabangannya.

 Hitung rugi gesekan sistem tersebut dengan asumsi semua percabangan memiliki
sifat seperti belokan 90 derajat serta semua belokan memiliki rasio radius 1.0.

210
Sistem Tata Udara

1000 cfm

14 ft

800 cfm
3

14 ft

B 14 ft C 12 ft 16 ft E 18 ft
D

12 ft 12 ft
16 ft
16 ft
1 5
800 cfm 900 cfm

A
7
16 ft
Fan
16ft 1000 cfm

2 6

900 cfm 800 cfm

Jawab:

a. Tabelkan laju aliran volume untuk tiap-tiap bagian dari saluran.

 Dengan tabel kecepatan yang direkomendasikan pilih harga kecepatan yang sesuai.

 Untuk saluran utama kecepatan yang direkomendasikan adalah antara 1000 sampai 1300
fpm dengan kecepatan maksimum antara 1100 dan 1600 fpm.

 Berdasarkan karta kecepatan yang direkomendasikan, untuk laju 6000 cfm harga
tersebut berkisar antara 1400 dan 1750 fpm untuk saluran utama ABC. Pilih

V = 1400 fpm (untuk ABC)

 Dengan cara yang sama pilih

V = 1300 fpm untuk CD


V = 1200 fpm untuk DE

V = 900 fpm untuk E-7

 Untuk percabangan tabel kecepatan menyarankan kecepatan antara 600 dan 900 fpm.
Pilih

V = 900 fpm untuk E-5, D-3, C-1

V = 800 fpm untuk 5-6, 3-4, 1-2

(Catatan: pada bagian ini dipilih sisi kecepatan tinggi. Namun perlu diingat bahwa
kecepatan ini berlaku untuk saluran bundar. Untuk saluran persegi kecepatannya akan lebih
kecil).

 Dengan karta rugi gesek, berdasarkan harga cfm dan kecepatan aliran, tentukan ukuran
diameter saluran bundar.
Misal:

211
Sistem Tata Udara

Bagian ABC,
Q = 6000 cfm
V = 1400 fpm
Baca D = 28.0 in.
Bagian CD,
Q = 4300 cfm
V = 1300 fpm
Baca D = 25.0 in.,
dan seterusnya.
 Dengan menggunakan tabel saluran persegi ekivalen tentukan ukuran saluran persegi.
(Ketinggian saluran seragam H = 14 in.)
Misal:
Bagian ABC,
D = 28.0 in.
Baca W x H = 52 x 14
Bagian BC,
D = 25.0 in.
Baca W x H = 40 x 14,
dan seterusnya.

 Tabel hasil perhitungan:

Bagian Kapasitas Kecepatan pd Diameter Ukuran persegi Laju gesekan


(CFM) saluran bundar (fpm) (in.) (HxW) (in.
wg./100ft)

ABC 6000 1400 28 14 X 52 0.085

CD 4300 1300 25 14 X 40 0.085

DE 2500 1200 20 14 X 24 0.090

E-7 1000 900 14.3 14 X 12 0.085

E-5 1500 900 17.5 14 X 18 0.065

5-6 800 800 13.7 14 X 11 0.070

D-3 1800 900 19.3 14 X 24 0.059

3-4 1000 800 15.2 14 X 14 0.064

C-1 1700 900 19.0 14 X 22 0.060

1-2 900 800 14.3 14 X 12 0.066

b. Untuk mencari rugi tekanan total periksa bagian saluran terpanjang (yang umumnya
memiliki rugi tekanan maksimum). Bagian tersebut adalah ABCDE-7.
 Untuk bagian ini, rugi tekanan total terdiri atas rugi tekanan pada saluran lurus dan rugi
tekanan pada belokan B dan belokan E-7.
Rugi tekanan pada belokan B:
Radius ratio r/W = 1.0 (dari soal)
Aspect ratio H/W = 52/14 = 3.7
Dari tabel, untuk belokan 90 derajat, dapat dibaca bahwa koefisien rugi tekanan C0 = 0.21
(pendekatan).
 Kecepatan pada saluran persegi dihitung dengan:
𝑄 6000 𝑥 144
𝑣= =
𝐴 52 𝑥 14

212
Sistem Tata Udara

𝑣 = 1187 fpm

sehingga tekanan kecepatan


2 2
𝑣 1187
𝑕𝑣 = =
4005 4005

𝑕𝑣 = 0.0878 in.wg.

Sehingga rugi tekanan pada belokan B adalah:


(𝑕𝐿 )𝑑 = 𝐶0 𝑥 𝑕𝑣 = 0.21 𝑥 0.0878
(𝑕𝐿 )𝑑 = 0.018 in.wg.

 Rugi tekanan pada belokan E-7:


Radius ratio r/W = 1.0 (dari soal)
Aspect ratio H/W = 14/12 = 1.16
Dari tabel, untuk belokan 90 derajat, dapat dibaca bahwa koefisien rugi tekanan C0 = 0.21
(pendekatan).
 Kecepatan pada saluran persegi dihitung dengan:
𝑄 1000 𝑥 144
𝑣= =
𝐴 12 𝑥 14

𝑣 = 857 fpm

Dengan demikian tekanan kecepatan dapat dihitung menggunakan:


2
𝑣 2 857
𝑕𝑣 = =
4005 4005
𝑕𝑣 = 0.0458 in.wg

Sehingga rugi tekanan pada belokan B adalah:


(𝑕𝐿 )𝑑 = 𝐶0 𝑥 𝑕𝑣 = 0.21 𝑥 0.0458
(𝑕𝐿 )𝑑 = 0.01 in.wg.

 Rugi tekanan saluran lurus ABCDE-7:


rugi tekanan ABC= (0.085/100)(30) = 0.0255 in. w.g.
rugi tekanan CD = (0.085/100)(12) = 0.0102 in. w.g.
rugi tekanan DE = (0.085/100)(16) = 0.0144 in. w.g.
rugi tekanan E-7 = (0.085/100)(34) = 0.0289 in. w.g.
Sehingga rugi saluran lurus ABCDE-7 = 0.0790 in. w.g.

Rugi tekanan total saluran ABCDE-7 = Rugi tekanan pada saluran lurus ABCDE-7 + Rugi
tekanan pada belokan B + Rugi tekanan pada belokan E-7
atau:
Rugi tekanan total saluran ABCDE-7 = 0.0790 + 0.0180 + 0.0100 = 0.107 in. w.g.

Rugi tekanan inilah yang harus diatasi oleh kipas agar sistem saluran udara dapat
berfungsi sebagaimana yang diinginkan dalam perancangan.

213
Sistem Tata Udara

7.9. Metode Laju-Gesekan-Sama (Equal-Friction-Rate Method)


Pada metode ini laju gesekan pada saluran udara (per 100 ft) dibuat tetap sepanjang
sistem saluran. Harga laju gesekan dipilih berdasarkan kecepatan yang
direkomendasikan pada sistem tersebut.

CONTOH 7.15

Saluran udara suplai dari suatu sistem industri ditunjukkan seperti pada gambar di bawah
ini. Tentukan:

 Ukuran saluan udara persegi dengan metode laju-gesekan-sama jika salah satu
sisinya berukuran seragam 14 in.

 Tentukan tekanan statik minimum pada titik A sehingga memungkinkan sistem


berfungsi sebagaimana mestinya.
Anggap rugi tekanan statik pada semua keluaran/difuser 0.05 in. w.g. dan semua belokan
memiliki r/W = 1.0.

2 3000 cfm 5 1500 cfm

50 f t 50 f t

40 f t B 30 f t 40 f t D 30 f t E 20 f t
A C

Fan
40 f t 40 f t 40 f t

4
1500 cfm 1 1000 cfm 3 2000 cfm

Jawab:

 Kecepatan yang direkomendasikan untuk sistem tersebut adalah:

 1300 sampai 2200 fpm untuk saluran utama

 1000 sampai 1800 fpm untuk percabangan.

 Lihat karta rugi gesek. Dengan laju aliran volume 9000 cfm dan kecepatan 2200 fpm,
laju gesekan (frictin rate) = 0.21 in. w.g./100 ft. Jika kecepatan dipilih 1800 fpm, maka laju
gesekan = 0.125 in w.g./100 ft. Untuk mudahnya dipilih laju gesekan = 0.15 in. w.g./100 ft.

 Susun tabel untuk pencatatan data.

 Tabelkan laju aliran volume udara dan laju gesekan yan telah dipilih.

 Dengan karta rugi gesek tentukan diameter saluran bundar.

 Dengan tabel saluran persegi ekuivalen tentukan ukuran saluran persegi dengan salah

214
Sistem Tata Udara

satu sisinya 14 in.

 Hitung kecepatan tiap bagian dengan menggunakan persamaan V = Q/A. Data


kecepatan ini akan digunakan untuk menghitung tekanan kecepatan dan rugi tekanan
dinamik.

Tabel hasil perhitungan:


Bagian Kapasitas Laju gesekan Diameter Ukuran Kecepatan pd Tekanan
(CFM) (in. wg./100ft) (in.) persegi saluran kecepatan
(H x W) persegi (fpm) (in. wg.)
AB 9000 0.15 29.2 14 x 58 1596 0.159
BC 7500 0.15 27.0 14 x 48 1607 0.161
CD 4500 0.15 22.5 14 x 32 1446 0.130
DE 3500 0.15 20.5 14 x 26 1385 0.120
E-5 1500 0.15 15.0 14 x 14 1102 0.076
E-4 2000 0.15 16.6 14 x 17 1210 0.091
D-3 1000 0.15 12.8 14 x 10 1028 0.066
C-2 3000 0.15 19.4 14 x 22 1402 0.123
B-1 1500 0.15 15.0 14 x 14 1102 0.076

 Tentukan rugi tekanan maksimum pada sistem tersebut. Karena dengan pengamatan
sekilas sulit ditentukan apakah rugi tekanan maksimum terjadi pada A-5 atau A-4, maka
perlu diperiksa satu persatu.
 Rugi tekanan A-4:
 Percabangan di E:
 VB = 1210 fpm, VU = 1385 fpm, sehingga VB/VU = 1210/1385 = 0.87
 H/W = 14/17 = 0.82
 AB/AU = (17 x 14)/(26 x 14) = 0.65
Dari tabel rugi tekanan pada percabangan diperoleh:
(hL)d = 0.028 in. wg.
 Belokan antara E dan 4:
 r/W = 1.0
 H/W = 14/17 = 0.82
sehingga didapat C0 = 0.22, dan
 (hL)d = C0 x hv = 0.22 x 0.091 = 0.02 in. wg.
 Rugi tekanan saluran lurus A - 4:
(hL)A-4 = (0.15/100)(200) = 0.300 in. wg.

Rugi total saluran A - 4 = 0.300 + 0.028 + 0.02 = 0.348 in. w.g.

 Rugi saluran A - 5:
 Belokan antara E dan 5:
 r/W = 1.0
 H/W = 14/14 = 1.0
 Dari tabel, C0 = 0.21, sehingga
 (hL)d = 0.21 x 0.076 = 0.016 in. wg.
 Rugi saluran lurus A-5:
(hL)A-5 = (0.15/100)(210) = 0.315 in.wg.

215
Sistem Tata Udara

Rugi tekanan total A-5 = 0.315 + 0.016 = 0.331 in. wg.

Jadi rugi tekanan terbesar terdapat pada saluran A-4. Dengan demikian tekanan statik yang
diperlukan pada titik A ditentukan oleh rugi tekanan pada saluran A-4.
 Untuk mencari tekanan statik di titik A terlebih dahulu dihitung tekanan total di titik A.

Tekanan total di titik A


htA = Rugi tekanan A-4 + Rugi tekanan pada difuser + tekanan kecepatan E-4
Sehingga:
htA = 0.348 + 0.05 + 0.091 = 0.849 in.wg.
Karena
Tekanan total A = Tekanan statik A + Tekanan kecepatan A
maka
Tekanan statik A = Tekanan total A - Tekanan kecepatan A
atau
hsA = htA - hvA
hsA = 0.498 - 0.159 = 0.33 in.wg.

7.10. Metode Static-Regain


Pada metode static-regain tekanan statik di sepanjang saluran udara dijaga konstan.
Karena itu, jika laju aliran udara pada outlet (difuser) konstan maka ukuran outletnya
pun akan konstan sehingga memudahkan pemilihan difuser. Metode ini sangat cocok
digunakan pada bangunan-bangunan yang memiliki bentuk dan ukuran ruangan yang
hampir sama (misalnya hotel-hotel dan rumahsakit).

Langkah-langkah penentuan ukuran saluran udara dengan metode static -regain:

1. Tentukan laju gesekan (in. wg/100 ft) dari karta rugi-gesek.

2. Hitung rugi tekanan statik pada saluran dengan menghitung hasilkali


antara laju gesekan dengan panjang saluran.

3. Hitung tekanan kecepatan pada bagian hulu saluran (hv)U

4. Hitung kecepatan yang diperlukan pada bagian berikutnya (hv)D dengan


menggunakan persamaan:

SPR = 0.5[(hv)U - (hv)D]

atau

216
Sistem Tata Udara

(hv)D = (hv)U - 2 SPR

di mana SPR adalah static-pressure-regain yang harganya sama dengan


rugi gesekan yang diperoleh pada langkah 2. Persamaan di atas
menggunakan asumsi efisiensi konversi tekanan 50 persen.

5. Dengan diperolehnya harga (hv)D maka kecepatan pada bagian tersebut


dapat dicari.

6. Dengan menggunakan data kecepatan dan laju aliran volume udara dan/
atau laju gesekan maka diameter saluran dapat diperoleh dari karta rugi
gesek.

7. Apabila diminta, ukuran saluran persegi (H x W) dapat dicari dari tabel


saluran persegi ekuivalen.

CONTOH 7.16

Suatu bagian dari suatu sistem saluran udara dinyatakan dalam skema di bawah ini. Laju
aliran volume udara yang masuk pada bagian tersebut besarnya 10000 cfm dengan
kecepatan 2000fpm. Tiap cabang mengalirkan 2000 cfm. Saluran ABCD ukurannya konstan.
Tentukan:

 Tekanan total, tekanan statik, dan tekanan kecepatan pada titik A, B, C, dan D.

 Tentukan diameter saluran pada bagian BC dan CD dengan menggunakan hasil


yang diperoleh pada perhitungan sebelumnya.
Asumsikan tekanan total di titik A 1.00 in. wg.
2000 cfm 2000 cfm 2000 cfm

10000 cfm 8000 cfm 6000cfm


A 40 ft B 40 ft C 40 ft D

Jawab:

1. Tentukan laju gesekan pada bagian AB dengan menggunakan data yang tersedia.
Dengan Q = 10000 cfm dan V = 2000 fpm, maka dari karta rugi gesek, didapat laju gesekan
0.150 in. wg./100 ft dan diameter 30.2 in.
2. Hitung rugi tekanan pada bagian AB.

217
Sistem Tata Udara

Rugi tekanan AB = (0.150/100)(40) = 0.06 in. wg.


3. Karena diameter saluran konstan 30.2 in., maka kecepatan dan laju gesekan pada
bagian BC dan CD dapat dicari dengan menggunakan karta rugi gesek.
4. Dengan harga-harga yang didapat pada langkah di atas hitung rugi gesekan pada
bagian BC dan CD.
5. Karena kecepatan pada tiap bagian telah diketahui, maka tekanan kecepatannya
dapat dihitung.
(hv)AB = (VAB/4005)2 = (2000/4005)2 = 0.249 in. wg.
2 2
(hv)BC = (VBC/4005) = (1600/4005) = 0.160 in. wg.
(hv)CD = (VCD/4005)2 = (1200/4005)2 = 0.090 in. wg.
6. Karena tekanan total di titik A 1.00 in. wg dan rugi gesekan di bagian AB adalah 0.06
in. wg., maka
tekanan total di titik B adalah:
(ht)B = (ht)A - Rugi AB = 1.00 - 0.06 = 0.94 in. wg
tekanan total di titik C:
(ht)C = (ht)B - Rugi BC = 0.94 - 0.04 = 0.90 in. wg
dan tekanan total di titik D
(ht)D = (ht)C - Rugi CD = 0.90 - 0.024 = 0.876 in. wg
7. Karena ht = hs + hv, maka
(hs)B = (ht)B - (hv)AB = 0.94 - 0.249 = 0.691 in. wg.
(hs)C = (ht)C - (hv)BC = 0.90 - 0.160 = 0.740 in. wg.
(hs)B = (ht)B - (hv)AB = 0.876 - 0.090 = 0.786 in. wg.

No Besaran Bagian AB Bagian BC Bagian CD

1 Laju aliran volume (cfm) 10000 8000 6000


2 Diameter saluran (in.) 30.2 30.2 30.2
3 Kecepatan aliran (fpm) 2000 1600 12004
4 Laju gesekan (in. wg./100 ft) 0.150 0.10 0.059
5 Rugi gesekan (in. wg.) 0.06 0.04 0.024
Titik B Titik C Titik D
6 Tekanan kecepatan (in. wg.) 0.249 0.160 0.090
7 Tekanan total (in. wg.) 0.940 0.900 0.876
8 Tekanan statik (in. wg.) 0.691 0.740 0.786

Perlu untuk dicatat bahwa tekanan kecepatan di sepanjang saluran utama ABCD turun dan
tekanan statiknya naik. Dengan kata lain pada bagian tersebut terjadi konversi tekanan
kecepatan menjadi tekanan statik. Peristiwa inilah yang disebut sebagai Static-Pressure-
Regain. Dan, langkah kunci untuk menggunakan metode static-regain adalah:
 Pilih harga kecepatan di bagian BC sedemikian hingga tekanan statik di titik C = 0.691
in. wg.
 Pilih harga kecepatan di bagian CD sedemikian hingga tekanan statik di titik D = 0.691
in. wg.

218
Sistem Tata Udara

8. Untuk mencari diameter pada bagian BC dengan menggunakan metode static-regain


(diketahui diameter bagian AB = 30.2 in) maka data yang digunakan adalah Rugi tekanan
bagian AB (0.06 in wg.) dan tekanan kecepatan bagian AB (0.249 in. wg.)
 Tekanan statik yang harus diperoleh pada bagian BC untuk mengatasi rugi tekanan
pada bagian AB dihitung dengan persamaan:
(hv)BC = (hv)AB - 2 SPR = 0.249 - 2 (0.06) = 0.129 in. wg.
2
atau (VBC/4005) = 0.0129
 Dari hasil ini didapat VBC = 1438 fpm (kecepatan yang diperlukan untuk memperoleh
kembali tekanan statik).
 Luas bagian BC = 8000/1438 = 5.6 ft2
A = D /4 = 5.6
2

sehingga D = 2.67 ft = 32.0 in (diameter bagian BC).


9. Diameter bagian CD:
 Dengan karta rugi gesek, untuk DBC = 32.0 in. dan Q = 8000 cfm didapat laju gesekan =
0.07 in. wg./100 ft, sehingga
 Rugi gesekan BC = (0.07/100)(40) = 0.028 in. wg.
 Tekanan kecepatan CD:
(hv)CD = (hv)BC - 2 SPR = 0.129 - 2(0.028) = 0.073 in. wg.
atau (VCD/4005)2 = 0.073, sehingga
VCD = 1082 fpm.
 Luas penampang CD,
ACD = 6000/1082 = 5.55 ft2
D2/4 = 5.55, atau
DCD = 2.66 ft = 31.9 in (diameter bagian CD)

219

Anda mungkin juga menyukai