Anda di halaman 1dari 150

MAKALAH

“ PENGHEMATAN LISTRIK “
BUILDING MANAGEMENT

Diedit Oleh :

Ir. Lodewijk J. Marpaung

1
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Upaya Untuk Penghematan Biaya Listrik
Pernahkah terpikir oleh anda untuk menghemat tagihan rekening listrik tanpa harus
mengurangi kinerja usaha, justeru sebaliknya menaikkan kinerja usaha ?
Pertanyaan diatas hanyalah contoh dari beberapa analisa yang mungkin ada di benak
anda dan tentunya hanya anda sendiri yang dapat memutuskan pilihan yang terbaik,
namun tidak ada salahnya apabila anda kami ajak untuk mengenal sedikit banyak
tentang listrik dan solusi aplikasinya.

1. Energi Reaktif
Sumber listrik arus bolak balik (Alternating Current) baik yang berasal dari generator
maupun dari transformer mengeluarkan energi listrik dalam bentuk :
1. Energi Efektif (kW)
Yaitu energi yang kita gunakan yang dikonversi menjadi energi mekanik, panas,
cahaya dan sebagainya.
2. Energi Reaktif (kVAr)
Yaitu energi yang diperlukan oleh peralatan listrik yang bekerja dengan sistem
elektromagnet, untuk pembentukan medan magnet.
kita ketahui bahwa tidak semua daya yang didapat dari PLN atau Generator dapat
digunakan seluruhnya akan tetapi diantara kVA dan kW terdapat suatu faktor yang
disebut sebagai Faktor Daya / Power Factor (Cos phi).
Masalah : Biaya kVArh oleh PLN
PLN membebankan biaya kelebihan pemakaian kVArh kepada pelanggan pada
golongan tarif tertentu apabila:
a. Faktor Daya (Cos phi) pada instalasi pelanggan <>
b. Pemakaian kVArh total > 0.62 x pemakaian kWh total (LWBP + WBP)

KVArh = ( kVArh terpakai ) - ( 0.62 x kWh total terpakai )


Dari uraian diatas maka solusi yang harus kita lakukan untuk dapat melakukan
penghematan energi listrik adalah dengan memperbaiki/mengkoreksi Faktor Daya (Cos
phi) agar dicapai nilai Cos phi > 0.85.
Memperbaii Faktor Daya ialah dengan cara memastikan Capasitor Bank berfungsi
dengan baik.

2
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
CONTOH – CONTOH KASUS KELISTRIKAN
RUMUS YANG MENJADI POKOK BAHASAN :

KW = KVA x COS PHI atau KVA = KW / COS PHI


KVARh = KWh x Tan Phi
kVARh (bebas tidak bayar ) = 0,62 x KWh ( ketentuan PLN )
Cos Phi = KW / KVA
Tan Phi = kVARh / KWh

Kasus 1
Suatu pabrik mempunyai sumber daya berupa 3 buah generator masing-masing
150kVA yang diparalel sehingga total daya dari 3 buah generator adalah: 3x150kVA =
450kVA
Jumlah bebannya adalah 210 kW. Setelah dicek Cos phi nya = 0.6 Berarti untuk
menjalankan seluruh beban (210kW) diperlukan daya sebesar:

210kW : 0.6 = 350kVA, berarti harus dijalankan dengan 3 generator.( karena untuk 2
Generator dayanya hanya 300 kVA masih kurang 50 kVA lagi, sehingga harus 3 Generator dengan
Daya 450 kVA )

Tetapi setelah Cos phi nya ditingkatkan menjadi 0.95 maka daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan seluruh beban menjadi hanya:

210kW : 0.95 = 221kVA, maka cukup dijalankan dengan 2 buah generator saja.

Keuntungan yang diperoleh adalah:


a. Pemakaian Bahan Bakar untuk pengoperasian 3 generator menjadi 2 generator
sehingga menghemat 1 generator..
b. Pemakaian 3 generator dapat secara bergantian sehingga memperpanjang umur
genset,
c. 1 generator dapat dipakai sebagai cadangan sehingga apabila terjadi kerusakan
pada salah satu generator, masih dapat menggunakan 1 generator cadangan
tanpa harus membeli tambahan 1 generator, sambil menunggu perbaikan
generator yang rusak, sehingga proses produksi tidak terganggu.tidak perlu
ditambah dengan 1 generator lagi bila salah satu generator rusak sehingga
proses produksi tidak akan terganggu.
Kasus 2
Suatu pabrik dengan sumber daya generator 500kVA, Jumlah beban 310 kW, Cos phi
= 0.65 maka daya yang diperlukan adalah:

310kW : 0.65 = 477kVA , berarti beban generator = 4777 / 500 = 0,954 atau genetator
dibebani 95.4 % , hal ini berarti generator hampir Over Load
Suatu ketika kebutuhan daya perusahaan akan ditambah 100kW, sehingga jumlah
beban menjadi 410 kW.

3
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Daya yang diperlukan menjadi: 410kW : 0.65 = 631kVA

Sementara Generator yang tersedia hanya 500 kVA.


Kasus yang dihadapai ialah :
1. Tanpa menambah beban saja generator sudah hampir Over Load
2. Dengan menambah beban, kapasitas generator kurang 131 kVA, itupun dengn
resiko over load
Bagaimana mengatasinya?
Kita tingkatkan Cos phi nya menjadi 0.95, maka: daya yang dibutuhkan menjadi :
410 kW : 0.95 = 432kVA, berarti masih dibawah kapasitas generator, kemudian kita
coba perhatikan perhitungan sbb :
1. Sebelum dilakukan penambahan beban 100 kW, dengan ditingkatkannya Cos phi
dari 0.65 menjadi 0.95 maka daya generator yang dibutuhkan adalah sebesar
= 310 KW : 0,95 = 326.315 Ini berarti beban generator hanya 65 % dari kapasitas
terpasang ( generator cukup aman )
2. Bila menambah 100 kVA, maka daya yang dibutuhkan adalah
= 410 KW : 0.95 = 431.57 kVA atau dibulatka = 432 kVA, hal ini berarti generator
yang sedianya 500 kVA terpakai 86 % dari daya tersedia, sehingga walaupun
daya ditambah 100 kVA, daya terpasang masih cukup dan kondisi generator
masih aman ( maksimum ).
3. Dengan peningkatan Cos phi dari 0.65 menjasi 0.95, daya tetap tersedia dan
beban generator juga dari kondisi hampir over loada menjadi kondisi aman,
sehingga generator berusia panjang dan tanpa harus menambah daya
4. Bila Cos phi tidak diperbaiki (tetap 0.65) berarti harus dilakukan penambahan
sumber daya (generator). Dengan demikian berarti dengan ditingkatkannya Cos
phi maka dapat menghemat biaya untuk membeli generator berikut bahan
bakarnya.
Kasus 3
Suatu pabrik telah mempunyai sumber daya PLN 520 kVA. Jumlah bebannya 340kW,
Cos phi 0.68., berarti daya PLN terpakai = 340 : 0.65 = 553.85 kVA ( 554 kVA ), artinya
kapasitas daya PLN tidak cukup untuk kebutuhan perusahaan.
Perusahaan masih akan menambah peralatan dengan beban 120 kW, sehingga total
beban menjadi 460 kW, sehingga daya yang dibutuhkan menjadi :
= 460 kW : 0.68 = 676 kVA.
Untuk kebutuhan ini diharuskan penambahan daya PLN dari 520 kVA menjadi 695
kVA ( sesuai jenjang penambahan daya ).
Solusi yang ditempuh :
Cos Phi ditingkatkan dari 0.65 menjadi 0.95
Dengan demikian kebutuhan Daya menjadi 460 kW ; 0.95 = 484 kVA

4
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Berarti dengan daya terpasang PLn = 520 kVA, tidak perlu lagi menambah daya karena
ternyata hanya dengan meningkatkan Cos Phi dari 0.65 menjadi 0.95, daya terpasang
masih sisa 36 kVA.
Dari perhitungan pada kasus ini dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Apabila dilakukan penambahan daya sebesar 175 kVA ( peningkatan dari 520 kVA
menjadi 695 kVA ), maka dibutuhkan biaya sekitar Rp 10 Juta.
2. Tambahan biaya Abodemen sebesar 170 kVA x Rp 32.500 = Rp 5.525.000.- per-
bulan
Kesimpulan : Semua biaya ini menjadi penghematan hanya dengan meningkatkan
Cos Phi dari 0.65 menjadi 0.95.
Kasus 4
Suatu pabrik terdiri dari 3 bangunan gedung yaitu gedung A, gedung B dan gedung C.
Pada gedung A akan diperluas dimana sebelum perluasan arusnya sebesar 200A dan
Cos phi 0.6 serta dipakai kabel NYY 4 x 96 mm2 dengan kemampuan hantar arus
maksimal sebesar 200A.
Perluasan tersebut mengakibatkan beban bertambah menjadi 260A sehingga kabel
sudah tidak mampu lagi untuk dilalui arus tersebut.
Bagaimana solusinya?
Analisis : Pada Cos phi 0.6:
Pada posisi Arus 200 A dengan Cos phi 0.6 berarti daya yang dipakai adalah:
200 A x 380 x akar 3 x 0.6 = 86 kW
Pada posisi Arus 260 A dengan Cos phi 0.6 berarti daya yang dipakai adalah:
260 A x 380 x akar 3 x 0.6 = 103 kW .
Dalam kondisi ini, maka Kabel NYY 4 x 96 mm2, yang hanya mampu dialiri arus listrik
maksimum 200 A, harus diganti karena arus sudah meningkat menjadi 260 A
Pada Cos phi 0.95:
Pada Beban 86 kW, dengan Cos Phi 0.95, maka Arusnya menjadi =:
(380 x akar 3 x 0.95) = 138 Ampere
Pada Beban 103 kW, dengan CosPhi 0.95 maka Arusnya menjadi =
(380 x akar 3 x 0.95) = 165 Ampere
Dengan demikian berarti menginta kemampuan kabel NYY 4 x 96 mm2 mampu
mengalikan arus 200 A, maka dengan arus 165 A, tidak perlu mengganti kabel.
Dengan turunnya arus listrik maka kemungkinan timbulnya panas pada kabel dapat
dihindari karena arus (I) berbanding lurus dengan kalori/panas (Q).
Bila I turun maka Q pun turun.
5
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Analisa penghematan yang diperoleh :
Contoh
Sebuah pabrik memiliki data instalasi sebagai berikut:
Trafo :1.000 kVA, Waktu operasi : 07.00 – 17.00, Faktor daya : 0,65, Daya beban: 500 kW

Untuk alasan teknis, kepala pabrik akan meningkatkan faktor dayanya menjadi 0,95
Perhitungan pemakaian:
Pemakaian perbulan: 10 jam/hari x 30 hari x 500 kW = 150.000 kWh
Batas pemakaian kVArh yang dibebaskan oleh PLN: terhadap Daya Reaktif ;
= 0,62 x 150.000 = 93.000 kVArh
Rumus :
Cos phi = KW/KVA
Tan phi = KVAr/KW atau kVAr = KW x Tan Phi
KVARh yang dibolehkan (bebas) = 0,62 x KWh

KVArh = ( kVArh terpakai ) - ( 0.62 x kWh total terpakai )

Perhitungan sebelum kompensasi:


(cos phi = 0,65 maka tan phi = 1,17)
Daya reaktif terpakai: ( Pemakaian KWH x Tan Phi )
Daya beban x tan phi
= 500 x 1.17
= 585 kVAr
Pemakaian Daya Reaktif perbulan:
= 585 kVAr x 10 jam/hari x 30 hari
= 175.500 kVArh
Denda kelebihan Daya Reaktif:
(175.500 – 93.000) x Rp. 571,-
Rp. 46.822.000,-
Perhitungan setelah kompensasi:
(cos phi = 0,95 maka tan phi = 0,33)

6
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Daya reaktif terpakai:
Daya beban x tan phi
= 500 x 0,33
= 165 kVAr
Pemakaian daya reaktif perbulan:
= 165 kVAr x 10 jam/hari x 30 hari
= 49.500 kVArh
Denda kelebihan daya reaktif:
(49.500 – 93.000) x Rp. 571,- = Negatif
TIDAK MEMBAYAR DENDA & MENGHEMAT Rp. 561.864.000,- / Tahun
Keuntungan yang diperoleh dengan dipasangnya Power Capacitor
Menghilangkan denda PLN atas kelebihan pemakaian daya reaktif.
Menurunkan pemakaian kVA total karena pemakaian kVA lebih mendekati kW yang
terpakai, akibatnya pemakaian energi listrik lebih hemat.
Optimasi Jaringan:
a. Memberikan tambahan daya yang tersedia pada trafo sehingga trafo tidak
kelebihan beban (overload).
b. Mengurangi penurunan tegangan (voltage drop) pada line ends dan
meningkatkan daya pakai alat-alat produksi.
c. Terhindar dari kenaikan arus/suhu pada kabel sehingga mengurangi rugi-
rugi

2. UPAYA PENGHEMATAN ENERGY LISTRIK GEDUNG


Kenaikan harga riil listrik tidak bisa dihindarkan. Kenaikan harga listrik dunia rata-rata 7%
setahun, sedangkan Indonesia sudah dicanangkan akan ada kenaikan 6% tiap 4 bulan.
Salah satu alasan kenaikan harga ini adalah untuk membangun pembangkit baru guna
mencukupi kebutuhan kenaikan konsumsi listrik. Jika setiap konsumen bisa menghemat
antara 5 - 10% saja, maka ada kemungkinan pada tahun ini tidak diperlukan pembangkit
baru. Pemerintah bisa ikut berperan untuk mendukung program penghematan energi ini
dengan memberikan insentif pada pelaksanaannya. Sesungguhnya program hemat
energi ini memberikan keuntungan pada semua pihak, konsumen bisa mengurangi
pembayaran rekening, perusahaan listrik tidak dikejar-kejar bikin pembangkit baru,
pemerintah bisa mengurangi jumlah rencana hutang. Program penghematan listrik
adalah bukan sekedar masalah teknis semata, melainkan merupakan pertimbangan dan
keputusan manajemen, terutama ditinjau dari segi keuangan. Uraian di bawah ini
terutama ditujukan untuk para pemakai listrik yang besar dengan rekening listrik diatas
Rp100 juta per bulan.

7
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Secara garis besar cara penghematan pemakaian energi dapat dibagi dalam 5 kategori
yaitu:
1. Peninjauan ulang sistem teknis dan perbaikan arsitektur bangunan.
Dari hasil studi, statistik dan pengukuran pada sejumlah gedung bertingkat di indonesia
diperoleh fakta bahwa beban listrik untuk AC rata-rata mencapai sekitar 60% dari
seluruh pemakaian listrik. Oleh karfena itu fokus penghematan harus diarahkan pada
sistem pendinginan ini, misalnya memilih/mengganti unit AC dengan yang mempunyai
EER rendah atau memperbaiki sistem aliran refrigerant agar bisa lebih hemat listrik, dan
mengurangi beban pendinginan. Salah satu beban pendinginan yang besar adalah sinar
matahari yang langsung masuk ke dalam ruang, terutama antara jam 10 pagi sampai
jam 15. Dengan memasang penghalang sinar matahari pada sisi timur dan barat di luar
gedung pada sudut jam 10 dan jam 14, akan bisa sangat mengurangi secara drastis
beban pendinginan. Pemasangan vertical blind di dalam gedung tidak ada artinya bagi
mesin AC, karena radiasi sinar matahari sudah terlanjur masuk ke dalam ruang dan
akan tetap menjadi beban mesin AC. Perambatan panas matahari melalui dinding dapat
dikurangi dengan menambah isolator panas. Isolator panas yang cukup baik adalah
udara. Pemakaian dinding dobel dengan jarak antara dinding sekitar 10 cm akan sangat
menghambat perambatan panas. Pemakaian batako pres dengan rongga udara di
bagian tengah juga bisa mengurangi perambatan panas. Udara dingin yang keluar atau
udara panas yang masuk sama-sama memboroskan energi. Dengan melakukan
peninjauan ke lapangan, ke setiap ruang, selalu akan dapat diperoleh beberapa lubang
kebocoran udara dingin dengan udara panas yang harus segera ditutup. Hasil
pengukuran di pintu lobi hotel yang dibiarkan terbuka pada siang hari, dan udara dingin
keluar, menunjukkan pemborosan sebesar 5000 watt, yang setara dengan 10 bh rumah
rakyat KPR-BTN. Pemasangan pintu tutup otomatis, pintu putar atau alat ?air curtain?
bisa mengatasi masalah ini.
2. Perbaikan prosedur operasionil secara manual.
Beberapa prosedur operasional yang dapat dengan mudah dilaksanakan antara lain:
mewajibkan kepada para pemakai gedung untuk selalu mematikan lampu atau AC jika
sedang tidak ada orang, mematikan lampu yang dekat jendela kaca pada siang hari,
tidak menyalakan pompa pada jam 18-23 karena harga listrik lebih mahal, selalu
menutup pintu dan jendela yang memisahkan ruang berAC dengan yang tidak, selalu
memeriksa lampu jalan dan lampu taman yang sering lupa untuk dimatikan pada siang
hari. Prosedur operasional yang tampaknya sederhana ini ternyata dalam
pelaksanaannya tidaklah semudah seperti yang dikatakan. Diperlukan petunjuk, teguran,
pengawasan yang terus menerus dan melibatkan banyak orang, sampai menjadi suatu
kebiasaan atau budaya hemat listrik.
3. Perbaikan prosedur operasionil secara otomatis.
Cara seperti no 2 di atas masih mudah dan bisa dilaksanakan untuk gedung pendek
atau pabrik kecil, dan akan menjadi sulit dilaksanakan untuk gedung 25 lantai atau
pabrik lebih besar dari 5000m2. Untuk mengatasi kesulitan ini, telah tersedia banyak
jenis sensor dan actuator untuk berbagai keperluan. Sensor level cahaya, sensor pintu
sedang terbuka/tertutup, sensor keberadaan seseorang di dalam ruangan, pengatur
waktu otomatis, dan lain sebagainya bisa dirangkai dan dikombinasikan untuk mencapai
tujuan penghematan listrik. Konfigrasi jaringan sensor juga bisa direncanakan dengan
seksama. Bahkan sekarang juga telah tersedia teknologi ?addressable? sensor, actuator
8
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
dan monitor. Setiap unit bisa diberi address, dan hubungan antar unit cukup dilihat
sebagai antar address. Selama addressnya sama, dimanapun berada, selalu bisa saling
berhubungan. Semua koneksi komunikasi dilakukan secara paralel dengan cukup
menggunakan 2 kabel telepon biasa. Misalnya sensor keberadaan orang di ruang rapat
lantai-17 diberi address nomer 34, maka jika ada orang di dalam, maka lampu ruang
(address=34) akan menyala, AC ruang rapat (address=34) akan menyala, lampu tanda
minta kopi di pantry (address=34) menyala, lampu tanda monitor di ruang kontrol di
basement (address=34) juga menyala. Jika Ruang Rapat tersebut kosong dalam waktu
10 menit, makan semua yang berhubungan dengan address 34 akan mati semua.
Petugas jaga di ruang monitor mempunyai kuasa untuk mematikan semua yang
berhubungan dengan adress no 34. Semua dilakukan dengan cara yang sangat
sederhana, tanpa komputer. Salah satu kelemahan BAS (Building Automation System)
terletak pada SDM yang sering ?gaptek? (gagap teknologi) program komputer, baik
pada sisi operator maupun manajemen. Dengan demikian, banyak BAS yang tidak
dipakai secanggih kemampuannya.
4. Pemasangan alat penghemat listrik di seluruh instalasi.
Pada prinsipnya pada kebanyakan beban (peralatan yang memakai listrik), selalu bisa
dihemat listriknya walau sedikit. Di sini diperlukan kejelian dan keahlian untuk
menentukan memilih jenis beban dan alat yang sesuai untuk penghematan. Beban
lampu pijar, lampu neon, pemanas, unit AC, motor, dan lain-lain, semuanya mempunyai
alat penghemat yang spesifik/unik berdasarkan kinerja beban, schedul pemakaian
beban. Dalam persoalan ini, yang lebih penting adalah ?multiplier effect? dari
penghematan yang kecil-kecil ini. Pengertian ?multiplier effect? ini yang masih sulit
diterima oleh sebagian besar teknisi/insinyur kita, yang sudah terbiasa dengan
penghematan secara parsial. Berapa tingkat penghematan total yang bisa diperoleh
untuk suatu instalasi, hanya bisa diestimasi berdasarkan statistik dari banyak program/
proyek yang pernah dilakukan. Perusahaan yang bergerak dalam bidang penghematan
energi listrik ini mempunyai rahasia angka ?multiplier? yang tidak bisa dibuka terhadap
clientnya. Dengan demikian kontrak yang bisa dilakukan berupa ?Result Oriented
Contract?, atau ?Performance Contract?, terhadap tingkat penghematan yang
mencakup seluruh instalasi/jaringan listrik dalam satu gedung tinggi, kompleks bangunan
atau pabrik. Perusahaan Kontraktor Penghemat Biaya Listrik melakukan audit energi
yang biasa dipakai, mencari peluang kemungkinan di mana saja bisa dilakukan
penghematan, menghitung/estimasi besar penghematan, menjamin besar penghematan
dalam persen, menghitung waktu pengembalian modal (payback period). Dengan cara
ini, tingkat penghematan yang bisa dicapai antara 5-20%, dengan payback period sekitar
30 bulan
5. Perbaikan kwalitas daya listrik.
Dalam seminar HAEI (Himpunan Ahli Elektro Indonesia), November 2001, terungkap
bahwa di beberapa instalasi di Jakarta ditemukan beberapa anomali parameter listrik,
misalnya arus netral lebih besar daripada arus fasa, alat pemutus daya bekerja walau
beban arus terukur masih 60% dari kapasitasnya, motor lebih cepat panas dari biasanya.
Semula hal-hal ini membuat bingung para insinyur listrik dan untuk mengatasinya
sementara, mereka menambah ukuran kawat netral, sehingga sama dengan ukuran
kawat fasa (yang biasanya cukup setengah dari kawat fasa), memperbesar kapasitas
pemutus daya, kapasitas motor dlsb. Di sinilah ternyata telah dilakukan salah satu

9
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
pemborosan baik berupa biaya listrik bulanan maupun biaya modal investasi. Salah satu
penyebabnya adalah adanya “harmonisa” yang timbul/ada di dalam jaringan listrik.
Seperti halnya pengetahuan tentang tubuh manusia, harmonisa bisa dianalogikan
dengan kolesterol di dalam darah. Kolesterol merambat ke seluruh aliran darah, bisa
menyumbat saluran darah, membuat jantung bekerja lebih keras, menyumbat otak,
bahkan bisa menghentikan kerja jantung. Harmonisa juga merambat ke seluruh jaringan
instalasi, membuat kabel lebih panas, mesin-mesin motor lebih panas (kemampuan
menurun), sambungan-sambungan pada pemutus daya lebih panas, trafo utama
(jantung bangunan) lebih panas. Hal yang fatal bisa terjadi adalah panas berlebih pada
kabel, sambungan kabel dan pada trafo yang bisa meledak dan bisa mengakibatkan
kebakaran.
Harmonisa ini, disamping menjalar di dalam instalasi satu konsumen, bisa menjalar ke
instalasi tetangga yang berdekatan, bahkan menjalar sampai ke trafo PLN di Gardu
Distribusi dan Gardu Induk. Jadi, tidak heran jika ada Gardu Distribusi atau kabel PLN
yang semula aman aman saja, tiba-tiba bisa meledak.
Harmonisa timbul pada 2 dekade belakangan ini akibat pemakaian alat-alat ?modern?,
yang banyak dipakai untuk sistem kontrol yang lebih baik, misalnya inverter, pengatur
kecepatan/putaran, UPS (Uninteruptible Power Supply), ballast elektronik, pengatur
temperatur pemanas industri (oven, heater) yang menggunakan SCR/chopper, dll.
Fenomena harmonisa ini tidak bisa dideteksi dengan alat-alat ukur biasa yang ada pada
panel kontrol atau tang-amperemeter biasa. Seperti halnya stetoskop biasa yang tidak
bisa mendeteksi kolesterol atau kinerja jantung dengan teliti, maka diperlukan alat ECG,
maka untuk harmonisa ini juga diperlukan spektrum analyzer yang bisa mendeteksi
tingkat harmonisa 1 s/d 31 dan besaran nilai harmonisa dalam persen dan bisa
menghitung nilai total harmonisa, pada arus dan tegangan.
Untuk mengatasi masalah harmonisa ini, bisa dipasang alat penyaring dan penyumbat
(filtering and blocking) pada sumber-sumber harmonisa atau pada panel utama
konsumen. Dari hasil pengukuran harmonisa bisa ditentukan besaran filter yang
sebaiknya dipakai. Jika beban berubah-ubah, nilai filter juga bisa dibuat otomatis
berubah sesuai dengan perubahan beban.
Pemborosan energi juga terjadi pada besaran listrik lain, yakni pada tegangan dan arus
yang tidak seimbang, power factor, arus/tegangan surja (surge, impuls), tegangan surut
sesaat, kehilangan catu daya sesaat, catu daya hilang 1 fasa. Asosiasi produsen listrik
Amerika (NEMA), menerbitkan grafik karakteristik mesin motor, yang menunjukkan
bahwa ketidak-seimbangan tegangan supply sebesar 5% saja, bisa mengakibatkan
kenaikan panas sebesar 50%, dan mengakibatkan penurunan kapasitas sebesar 25%.
Jika mesin motor 10 PK tidak mampu mengangkat beban sebesar 10 PK atau bahkan 8
PK, maka perlu dicurigai, dan ini yang sering lolos dari perhatian manajemen. Teknisi
biasanya hanya menyarankan untuk memakai motor yang lebih besar saja, biar aman,
tetapi tanpa sadar memboroskan modal dan rekening listrik. Dengan alat ukur dan
recorder yang bisa sekaligus, pada saat yang bersamaan, membaca grafik tegangan
pada masing-masing fasa, ternyata pada banyak kasus, terjadi perbedaan tegangan
fasa sekitar 2 ? 7 Volt. Ketidak-seimbangan arus fasa menyebabkan terjadinya arus
netral yang tidak wajar, menyebabkan panas berlebih pada kawat netral (kawat nol),
yang juga memboroskan energi. Dengan memasang alat-alat penyeimbang fasa
tegangan dan arus, maka kerugian/pemborosan bisa dikurangi. Alat-alat kontrol pabrik
10
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
atau instalasi gedung bertingkat bisa terganggu akibat tegangan surut sesaat,
kehilangan catu daya sesaat, atau catu daya hilang satu fasa. Kerugian akibat
berhentinya pabrik atau aktivitas gedung akibat gangguan alat kontrol tersebut tidak
mudah untuk dihitung secara umum, tetapi secara kwalitatif pasti terjadi kerugian yang
besar pada kasus-kasus khusus, misalnya percetakan koran, pabrik dengan proses
batch yang tidak bisa diulang.
Perbaikan kwalitas daya dengan mengurangi pemborosan yang selama ini dilakukan
tanpa disadari, bisa mencapai penghematan total sebesar 5 - 25% dari rekening
bulanan. Angka ini berasal dari statistik program pelaksanaan penghematan energi, dan
merupakan “ multiplier effect” dari penghematan kecil-kecil pada tiap parameter listrik.
Investasi yang diperlukan untuk mendanai program-program penghematan energi ini,
dengan tingkat penghematan seperti di atas, dapat kembali dalam waktu sekitar 24
bulan, atau bisa mencapai tingkat ROI (return on investment) sebesar 30-38%. Jika
investasi ini dipandang sebagai pendirian usaha baru, maka ini adalah usaha yang
memberikan keuntungan pasti, bisa berjalan sendiri, tanpa menambah tenaga kerja,
tanpa demo, tanpa pemogokan. Jika bank sekarang ini pada kondisi over-liquid, kenapa
tidak menyalurkan dana pada program ini?. Jaminan payback period bisa di perkuat
dengan jaminan asuransi, maka ini merupakan lahan baru bagi perusahaan asuransi di
Indonesia. Investasi untuk program ini jika dihitung rupiah/kwh terhemat, masih jauh
lebih kecil dari pada rupiah/kwh pembangkitan.

3. MANAJEMEN OPERASIONAL ENGINEERING GEDUNG


Dalam manajemen operasional engineering bertujuan untuk memberikan suatu panduan
menjalankan bagian engineering maintenance dari suatu gedung komersil, dimana hal-
hal yang perlu diperhatikan terebut adalah sebagai berikut ;
Setiap hari bagian administrasi engineering harus memeriksa jadwal perawatan berkala
dan menyusun rencana kerja setiap bulan beserta material dan peralatan yang
diperlukan.
Disamping hal tersebut diatas, bagian administrasi engineering juga bertugas untuk
memonitor / memeriksa daftar Surat Perintah Kerja yang telah dikeluarkan dan memberi
tanda atas pekerjaan-pekerjaan yang belum diselesaikan.
Setiap penugasan kepada teknisi (service & repair) harus diinstruksikan secara tertulis
dengan memakai formulir Surat Perintah Kerja / Work Order agar teknisi betul-betul
mengerti tugas yang akan dikerjakan dan kemudian dapat disimpan di Maintenance Fille
dari peralatan yang bersangkutan. Dengan melaksanakan hal ini maka data-data operasi
dari setiap mesin tidak hilang dan dan dapat dilihat setiap saat untuk di-evaluasi bila
terjadi kerusakan.
Setiap hari semua peralatan-peralatan utama harus dimonitor dengan memeriksa dan
mencatat data operasi pada formulir yang telah disediakan sebelumnya dan melaporkan
dengan segera secara tertulis dalam Form “Laporan Kerusakan atau “Damage Report
Form”.

11
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Demikian juga check-list untuk Perawatan mesin-mesin agar dibuatkan secara tertulis
dalam bentuk formulir.
Setelah selesai dilaksanakan, teknisi / supervisor diwajibkan menulis pada tempat yang
disediakan hal-hal yang memerlukan penanganan dengan segera (bila ada kelainan-
kelainan) dan diserahkan kepada pimpinan untuk diperiksa dan disimpan di Maintenance
File mesin yang bersangkutan.
Note:
Check List untuk perawatan harus dievaluasi dan direvisi sesuai dengan umur dan
kondisi peralatan.
Jadwal Pengoperasian Peralatan Gedung
Harus disusun secara rinci jadwal pengoperasian (on & off) peralatan-peralatan utama
(contoh untuk menghindari pemakaian energi listrik / maupun air yang berlebihan).
Inspeksi Bersama
Minimal satu kali dalam sebulan harus melakukan inspeksi bersama ke lapangan untuk
memonitor keadaan yang sebenarnya dan mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki atau
ditindaklanjuti.
Rapat Koordinasi
Minimal satu kali dalam sebulan harus menyelenggarakan rapat koordinasi untuk
membahas status pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai maupun pekerjaan-
pekerjaan baru (yang didapat dari inspeksi bersama 6.0. diatas)
Equipment Operation Manual
Cara menjalankan dan mematikan peralatan utama harus disediakan secara tertulis
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti untuk dilaksanakan, terutama
untuk:
Prosedur yang harus dilakukan bila interlock antara PLN dan Emergency Generator tidak
bisa secara otomatis
Prosedur mengoperasikan panel tegangan menengah
Prosedur mengoperasikan pompa pemadam api
Prosedur mengoperasikan panel utama fire alarm
Prosedur mengeluarkan penumpang lift yang terperangkap
Prosedur mengoperasikan lift dengan engkol dari ruang mesin
Prosedur mengoperasikan peralatan A/C seperti Chilker, dll.
Standard Operation Prosedure (S.O.P)
Management harus mengeluarkan S.O.P. untuk dipergunakan sebagai petunjuk
pelaksanaan mutu pekerjaan seperti untuk:

12
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
S.O.P. untuk plant rooms
S.O.P. untuk peralatan-peralatan utama
S.O.P. untuk mematikan dan menjalankan peralatan-peralatan.
Daftar Permintaan Pekerjaan (Worked Request List).
Setiap permintaan pekerjaan harus dicatat terlebihdahulu (dalam computer database
atau log sheet) setiap hari oleh Bagian Administrasi Engineering dan kemudian
memeriksanya setiap hari untuk memonitor progress dan memastikan tidak ada
perkerjaan yang terlupakan.

Bench Marking
Data operasionil agar didata dan dievaluasi setiap tahun untuk dijadikan bahan acuan
atau bench marking seperti:
Pemakaian energi listrik (KwH) per meter persegi per bulan atau per tahun
Beban listrik (dalam volt-ampere) per meter persegi
Pemakaian energi air per meter persegi per bulan
Pemakaian energi listrik untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lampu, pompa
dan lift
Maintenance Cost untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lift, pompa-pompa, dll.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekrjaan sperti mengganti lampu
yang rusak, ganti oli genset, ganti seal pompa, service ac dll.
Laporan Bulanan
Setiap bulan harus dikeluarkan laporan rutin yang berisi antara lain:
Total Pemakaian energi listrik (contoh tabel Lampiran No. 7) untuk tenant dan building
facilities (common area)
Total pemakaian energi air untuk tenant dan building facilities
Laporan kejadian-kejadian (bila ada):
Blackout PLN
Machinery Breakdown
Kegiatan pekerjaan perawatan dan perbaikan
Rencana kerja pada bulan berikutnya
Pekerjaan yang tertunda dari rencana kerja bulan sebelumnya.

13
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Filing dan Dokumentasi.
a) Semua data–data operasi dari mulai service, perbaikan, modifikasi, instalasi baru
harus disimpan dengan baik pada file dari peralatan yang
bersangkutan.Umpamanya.file genset no1 harus disimpan pada folder file genset
no.1.
b) Semua dokumentasi teknik seperti gambar2 pada waktu konstruksi, dokumen
spesifikasi, dokumen perencanaan, dokumen testing commissioning data
sheet,as built drawing, factory manual.operation and maintenance manual harus
disimpan dengan baik dan sewaktu waktu dapat dilihat dengan mudah bila ada
yang memerlukan.
c) Satu set dari operation and maintenance manual harus disediakan diruang
engineering sedangkan yang asli disimpan di central file.
Training
Setiap tahun harus disusun jadwal pelatihan untuk semua tingkatan dari mulai level
bawah sampai pimpinan. Materi latihan harus meliputi antara lain (in-house atau keluar):
Preventive Maintenance
Kepemimpinan, Safety, Peningkatan pengetahuan:
Air Conditioning, Sistim Listrik, Sistim Mekanikal
Bahasa Inggris
Petunjuk cara operasi peralatan2 utama agar ditempatkan sedekat mungkin dengan
lokasi peralatan terpasang.
Gambar2 skematik sistim distribusi listrik,plambing,air conditioning, mekanikal, fire
service & alarm agar ditempelkan pada tembok dari ruangan dimana peralatan-peralatan
tersebut berlokasi.
Setiap panel listrik harus dilengkapi dengan gambar diagram sehingga memudahkan
pemeriksaan bila ada kerusakan.
SUKU CADANG (SPARE PARTS)
Pada tahun-tahun pertama pengadaan suku cadang cukup yang rutin saja (seperti filter,
vee belt, fuse) karena mesin-mesin masih baru dan masih garansi.
Sesudah tahun pertama memasuki tahun kedua pengadaan suku cadang sudah mulai
diperbanyak jenisnya, seperti:
Motor listrik untuk peralatan vital yang tidak mempunyai stand-by unit
Contractors, Cables for electrical, telephone, etc
Lightings, Bearing untuk elevator, Flexible coupling untuk pompa-pompa, Flexible joints.
Jumlah dari tiap-tiap jenis disesuaikan dengan: Jumlah peralatan
Frequency pemakaian atau penggantian

14
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Waktu yang diperlukan untuk memesan barang tersebut., Gudang Material, Tempat
penyimpanan suku cadang dan tools
Semua suku cadang maupun material apa saja harus dimasukkan kedalam kartu stock
(stock card)
Setiap satu jenis barang memiliki satu kartu stock.

4. Engineering Building
Dalam Sebuah Gedung yang paling penting adalah sistem MEP (Mechanical, Electrical,
Plumbing) karena merupakan jantung dari sebuah gedung, dan akan sangat penting
ketika suatu sistem MEP tidak beroperasi dengan normal. hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya aktivitas dalam sebuah gedung yang dampaknya menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pengguna gedung tersebut.
Oleh karenanya sangat penting ketika kita berada sebagai pengelola gedung untuk bisa
memastikan semua sistem MEP nya beroperasi dengan normal.
Untuk dapat memastikan semuanya itu kita perlu tahu mengetahui dasar-dasar dari
sistem yang ada di gedung, dari mulai konsep perencanaan sampai dengan kosep
perawatan sebuah sistem MEP gedung.
Dalam segala hal sistem MEP selalu akan mengalami permasalahan selama
pengoperasiannya adalah sangat wajar mengingat sistem tersebut merupakan sistem
yang aktif. Akan tetapi kita dapat meminimalkan timbulnya permasalahan di Sistem MEP
tersebut dengan perawatan yang disiplin pada sistem MEP gedung.
Sangat penting juga saat ini adalah melakukan banyak efficiency di semua sistem MEP
karena dalam sebuah gedung penggunaan sistem MEP merupakan sistem yang
mengkonsumsi biaya yang paling besar dalam sebuah gedung. Dalam melakukan
program efficiency adalah sangat penting juga untuk tidak mengurangi kenyamanan bagi
pengguna gedung tersebut.
Semoga Blog ini bermanfaat bagi kita semua.

5. Masalah Keretakan Pada Dinding


Kerusakan pada bangunan struktur, sering kali disebabkan oleh kesalahan manusia
(human error), hal ini karena manusia/pekerja ini sebagian besar kualitasnya masih jauh
dibawah rata-rata dibandingkan dengan perkembangan teknologi bahan itu sendiri.
Selain manusia, kebutuhan akan dana/uang sangat memegang peranan penting dalam
memenuhi akan kualitas bangunan yang bermutu karena dengan dana yang minim tentu
akan memilih material yang kualitas minim pula/kualitas rendah. Tentu dengan kualitas
rendah maka umur bangunan itu sendiri ikut rendah. Untuk mengatasi masalah dengan
kualitas rendah, baik dari segi manusia maupun material, ada beberapa tip untuk
menutupi pengeluaran yang besar dengan peningkatan kekuatan struktur bangunan.

15
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
1. Balok Beton Retak
Retak struktur pada balok memiliki pola vertikal atau diagonal, selain itu terdapat juga
pola retak-retak rambut. Keretakan balok beton dapat dikategorikan menjadi retak
struktur yang terdiri dari retak lentur yang memiliki pola vertikal/tegak biasanya
disebabkan oleh beban yang melebihi kemampuan balok dan retak geser yang memiliki
pola diagonal/miring biasa terjadi setelah adanya retak lentur yang memiliki pola vertikal.
Retak geser juga dapat terjadi jika balok terkena gaya gempa. Selain itu keretakan balok
dapat disebabkan proses pengerjaan yang kurang sempurna. Retak-retak kecil atau
retak rambut, banyak disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Umumnya terjadi karena
balok terpapar sinar matahari dan hujan.
Alternatif solusi :
1) Untuk balok beton yang di bawahnya terdapat dinding, dapat dibuat kolom/tiang
kecil tambahan disekitar retakan. Fungsi kolom ini adalah untuk menopang balok
dan membantu menyalurkan beban ke bawah/pondasi.
2) Untuk balok beton yang di bawahnya tidak memungkinkan diberi kolom
tambahan, pertama-tama diberi injeksi epoxy pada retakan, kemudian dilakukan
pembesaran dimensi balok dengan perkuatan eksternal.
3) Untuk retakan kecil, cukup dilakukan penambalan dengan plesteran. Tujuannya
agar tulangan besi tidak berhubungan langsung dengan udara luar yang dapat
menyebabkan karat.
2. Kolom Retak
Keretakan pada kolom bisa dikategorikan menjadi tiga jenis, kerusakan yang sifatnya
tidak membahayakan, sedang dan membahayakan bila tidak segera ditangani. Apa saja
yang menyebabkan kolom retak ?
 Retak geser
Retak dengan pola diagonal/miring pada kolom biasanya disebut retak geser, yang
disebakan oleh gaya pada arah horisontal/datar. Retak geser seperti ini cukup
membahayakan bila tidak segera di tangani, karena bisa menyebakan kolom roboh dan
tidak mampu menopang bangunan.
 Retak lentur
Retak dengan pola horisontal/datar biasanya disebut retak lentur, disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan pada kolom. Seperti halnya retak geser, retak lentur perlu
ditangani dengan cermat.
 Selimut beton terkelupas
Selimut beton pada kolom terkelupas, dapat disebakan oleh rendahnya kualitas/mutu
beton yang digunakan, sehingga kekuatan beton terhadap tekanan berkurang dan
selimut beton mudah pecah. Kontrol terhadap tahapan pembangunan sangat diperlukan
untuk mencegah penurunan kualitas beton.

16
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
 Tulangan bengkok
Kerusakan pada kolom dimana tulangan besi utama terlihat bengkok. Secara kasat mata
terlihat kolom sedikit bengkok. Hal ini diakibatkan kurangnya jumlah dan atau kurangnya
ukuran besi pengikat (sengkang).

 Retak rambut dengan pola tidak beraturan


Saat usia bangunan masih muda, retak-retak rambut sudah bisa dideteksi. Sekalipun
retak rambut tidak membahayakan, namun cukup mengganggu pemandangan. Retak-
retak kecil ini banyak disebabkan oleh pengaruh lingkungan, yaitu perubahan suhu
panas dan dingin yang drastis. Misalnya rumah dibangun pada musim panas, setelah
selesai terpapar hujan terus menerus.
Alternatif solusi :
1) Untuk retak diagonal dan retak horisontal perlu dilakukan pemeriksaan kekuatan
kolom, apabila kolom masih cukup kuat cukup dilakukan grouting dengan cairan
epoxy pada daerah tekan.
2) Jika setelah di analisa kolom kurang kuat, maka diperlukan pelebaran ukuran
kolom. Pelebaran ini dilakukan untuk memperkuat kolom sehingga mampu
menahan beban di atasnya.
3) Untuk retak-retak kecil, cukup dilakukan penambahan dengan plesteran agar
tulangan besi tidak berhubungan dengan udara luar yang dapat menyebabkan
karat.
3. Dinding/Lantai Retak
Keretakan pada dinding banyak disebabkan oleh kurangnya kualitas beton dinding
basement. Kualitas beton dinyatakan dengan satuan K (contoh : K-125, K-175, K-250
dst). Untuk rumah-rumah yang dibangun secara massal kerusakan semacam ini banyak
ditemui. Keretakan pada lantai akibat gaya uplift yang melebihi kapasitas lantai
basement. Adanya pergerakan tanah di bawah lantai basement, sehingga terjadi
keretakan pada dinding dan lantai basement. Ini dapat juga mengakibatkan sobeknya
waterstop (karet penahan air tanah).
Alternatif Solusi :
1) Siapkan cairan kimia khusus yang sifatnya mengikat dan cepat kering (epoxy),
selanjutnya suntikkan/grouting pada daerah retakan.
2) Untuk waterstop yang sobek harus diganti dengan yang baru.
4. Dinding Pagar Miring
Sering kita jumpai dinding pagar tembok yang miring atau hampir roboh. Tentu saja akan
membahayakan bila dinding roboh dan menimpa lingkungan di sekitarnya atau orang
yang melintas. Apa saja penyebab dinding pagar tembok roboh ? Pertama letak pondasi
kurang dalam sehingga tidak mampu menahan beban dinding pagar di atasnya,
akibatnya dinding miring. Kedua, dinding pagar tembok terkena beban angin/dorongan
yang besar. Adanya perubahan karateristik tanah di sekitar pondasi pagar yang
mengakibatkan daya dukung tanah berkurang, sehingga memperlemah pondasi.

17
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Alternatif Solusi :
1) Gali tanah di sekitar pondasi, luruskan pagar yang miring dengan penambahan
perkuatan sementara, berupa penopang kayu/besi pada dinding pagar.
2) Buat pondasi dan sloof di belakang pagar sebagai tempat dudukan kolom/tiang
penopang.
3) Buat kolom/tiang berbentuk segitiga untuk menahan kemiringan pagar. Ukuran
tiang disesuaikan dengan beban dinding yang ditopang.

5. Pondasi Batu Kali Turun


Penyebab :
1) Lapisan tanah di bawah pondasi kurang padat/kurang keras sehingga tidak
mampu menopang beban di atasnya.
2) Ukuran pondasi kurang besar, tidak sesuai dengan beban bangunan di atasnya.
3) Posisi/letak pondasi berada dalam sudut longsor tanah.
4) Tanah mengalami perubahan karakteristik akibat kejadian alam seperti banjir,
gempa bumi.
Alternatif Solusi :
1) Buat pondasi baru yang berada dekat dengan pondasi yang turun. Tujuannya
untuk membagi beban yang berlebih.
2) Padatkan permukaan tanah di bawah pondasi yang baru dengan cara manual
atau dengan bantuan mesin stamper sehingga daya dukung tanah meningkat.
3) Perbaiki ketinggian balok dan dinding yang rusak akibat penurunan pondasi.
4) Buat tiang di atas pondasi baru untuk menghentikan penurunan.
6. Keramik Pecah, Akibat Lantai Beton Retak
Penyebab :
1. Pecahnya keramik lantai bisa disebabkan oleh beton di bawahnya. Lantai
beton yang terkena beban yang melebihi kapasitasnya akan retak/pecah.
Akibatnya lantai keramik yang menempel di atasnya turut retak/pecah.
2. Adanya gempa menyebabkan lantai beton terkena gaya geser sehingga
mengalami pergerakan. Gerakan ini juga dapat menyebabkan lantai keramik di
atasnya retak/pecah.
3. Penggunaan kualitas beton yang tidak memenuhi syarat. Misalnya komposisi
campuran semen, pasir dan air yang tidak sesuai atau menggunakan air yang
kotor dapat menyebabkan lantai beton retak.
4. Kesalahan teknis dalam pengerjaan lantai beton, misalnya kekeliruan pada
susunan.anyaman besi beton, posisi sambungan coran beton,
perancah/bekisting dilepas sebelum beton cukup keras.
Alternatif Solusi :
1) Lepaskan lantai keramik yang pecah dan kikis retakan pada lantai beton.
2) Beri cairan kimia khusus untuk menutup retakan.
3) Tutup kembali permukaan lantai beton yang sudah diperbaiki dengan keramik.
4) Sumber : http://www.gussuta.com

18
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
6. ARUS LISTRIK SERTA KEAMANAN DAN KESELAMATAN MANUSIA
eamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan
fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan
terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya.
Mencari lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi
keamanan berupa kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting.
Dalam rangka usaha menyadarkan pentingnya menjaga keamanan dan menyediakan
keamanan bagi anggota keluarga, komunitas dan masyarakat, sangat relevan
membahas keamanan dari arus listrik karena arus listrik termasuk penyebab kecelakaan
yang cukup dominan yang menyebabkan kebakaran maupun kematian (electrocution) ,
terjadi baik pada perumahan maupun industri.
Beberapa penyebab yang berpotensi menyebabkan kecelakaan listrik pada
lingkungan kerja maupun rumah tangga :
1. Buruknya kondisi installasi listrik. antara lain disebabkan oleh :
pemasangan kabel yang serampangan. Banyak sekali dijumpai kasus instalasi listrik
yang serampangan dengan kurang mempertimbangkan kemampuan kabel untuk
menyalurkan daya. Demikian juga dengan banyaknya sambungan listrik yang
memperbesar impedansi kabel. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan suhu kabel
sehingga menyebabkan rusaknya isolasi kabel. Rusaknya isolasi kabel berpotensi
terjadinya hubung singkat atau kontak dengan manusia.
rusaknya isolasi kabel karena usia. Seiring dengan bertambahnya usia kabel, kualitas
isolasi kabel juga semakin berkurang. Kondisi ini tidak hanya ditemui di rumah tangga,
tetapi juga di industri. Tidak mengherankan jika kita sering menjumpai kabel yang sudah
berumur lebih dari 10 tahun masih digunakan dalam instalasi rumah.
Rusaknya isolasi kabel berpotensi menimbulkan kebakaran, dan melalui media lain
seperti air atau kayu yang lapuk/basah kontak tidak langsung dengan manusia
(kesetrum/electric shock).
2. Kurangnya pemahaman terhadap lingkungan/object kerja.
Bekerja dengan alat-alat baru atau alat yang sudah tua, memerlukan perhatian khusus.
analisa yang mendalam (job safety analisys/JSA) perlu dibuat untuk menggantisipasi
hal-hal yang tidak lazim tetapi berpotensi terjadi,semisal asumsi rusaknya isolasi.
3. Pengggunaan pemanas listrik.
Bahaya rusaknya isolasi pada alat pemanas listrik sangat besar, terutama jika isolasi
berhubungan langsung dengan manusia atau media penghantar listrik yang berpotensi
kontak dengan manusia.
Sebagai contoh water heater. Air mengalir melalui rangkaian pemanas listrik berisolasi.
Jika terjadi kebocoran isolasi maka aliran listrik juga akan mengalir melalui air yang
dilewatkan. Bisa dibayangkan bahaya yang mengancam jika air tersebut sedang
digunakan untuk mandi ?

19
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja mengatur tentang
syarat-syarat dan sanksi yang diberlakukan bagi perusahaan untuk
mengimplementasikan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menyatakan dengan
jelas keharusan untuk memberikan jaminan keselamatan pekerja dalam bentuk
pencegahan terkena aliran listrik yang berbahaya.
Tindakan pencegahan ini tentunya dapat mengurangi biaya jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek) yang nantinya harus diberikan kepada korban jika terjadi kecelakaan.
Pencegahan kecelakaan oleh arus listrik, selain melalui pelatihan, training, informasi,
instruksi, safety induction, manual, handbook, maupun buku saku, juga perlu
diimplementasikan juga berbagai peralatan pencegahnya, sepe ti alat yang dapat
mencegah terjadinya kecelakaan listrik, baik kesetrum atau kebakaran.
Semoga Bermanfaat.

7. AUDIT ENERGI PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT


1. DEFINISI AUDIT ENERGI
Energi merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pembangunan. Dengan
akselerasi pembangunan yang meningkat dewasa ini, pertambahan penduduk dan
peningkatan taraf hidup menyebabkan laju konsumsi energi semakin meningkat pula.
Tanpa dilakukannya usaha menghemat energi, akan mengakibatkan habisnya cadangan
energi dalam waktu yang relatif singkat dan dampaknya suatu pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable) tidak dapat direalisasikan. Penggunaan energi di Indonesia
dapat dikelompokkan dalam sektor-sektor industri rumahtangga bangunan komersial dan
transportasi. Penggunaan energi pada sektor industri dan bangunan komersial cukup
tinggi dibandingkan yang lain sehingga perlu menjadi fokus kegiatan konservasi energi.
Makin berkembangnya perekonomian dicatat dengan makin banyaknya pendirian
bangunan komersial karena itu Khusus untuk bangunan komersial perlu dilakukan
langkah-langkah konservasi energi sebelum dan sesudah pembangunan gedung
komersial tersebut. Pada bangunan gedung pengguna energi dapat dikelompokkan
pada empat pengguna energi terbesar yaitu : Sistem AC, Sistem pencahayaan, sistem
transportasi gedung, peralatan kantor dan lainnya. Dari hasil survei sejumlah pihak
didapatkan persentasi penggunaan energi peralatan gedung komersial rata-rata adalah
seperti terlihat pada gambar di bawah ini ; Gambar persentase penggunana energi di
gedung Sumber : Ditjen LPE, Departemen Energi dan sumberdaya Mineral Ada
perbedaan hasil yang significant dalam melaksanakan konservasi energi di bangunan
sebelum dan sesudah pembangunan gedung tersebut. Pembangunan suatu gedung
komersial yang direncanakan secara matang untuk memenuhi kaidah-kaidah konservasi
energi akan memberikan banyak keuntungan dan manfaat bagi pemilik dan pemakai
gedung tersebut. Dengan perencanaan awal yang matang dan menyeluruh serta
memenuhi kaída-kaidah hemat energi tanpa mengorbankan kenyamanan pemakaian
gedung seperti kenyamana termal dan visual maka pemakaian energi gedung akan lebih
rendah dibandingkan dengan tanpa perencanaan hemat energi. Dengan rendahnya
pemakaian energi gedung akan memberikan manfaat untuk pemilik gedung dengan
kemampuan yang tinggi untuk menggunakan bangunan secara terus menerus karena
biaya operasionalnya yang rendah. Biaya opersional yang rendah untuk gedung
20
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
komersial selanjutnya akan membuat harga sewa gedung menjadi lebih rendah
sehingga mendorong para penyewa tetap bertahan di bangunan tersebut. Konservasi
energi adalah salah satu bentuk pengelolaan energi yang benar dan efisien. Alat utama
kegiatan konservasi energi adalah audit energi. Seperti juga halnya audit keuangan,
audit energi merupakan suatu penelusuran atas sumber daya energi dari mulai
masuknya sampai ke pengguna akhir untuk mencari kebocoran kebocoran serta
membuat rekomendasi yang akan memperbaiki sistem pemanfaatan energi dari suatu
fasilitas (gedung atau pabrik). Sebagai contoh untuk melaksanakan kegiatan konservasi
energi pada bangunan gedung baik sebelum ataupun sesudah bengunan itu berdiri
harus melihat hal-hal sebagai berikut : ·
Sistem Selubung Bangunan · Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung · Sistem Tata
Cahaya Pada Bangunan Gedung · Sistem transportasi gedung dan motor-motor · Sistem
kelistrikan gedung · Sistem otomasi terigtegrasi gedung Hal lain yang menjadi faktor
keberhasilan kegiatan konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang
tepat serta kreatifitas untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif
dalam menghemat energi
1. Selubung bangunan
Selubung bangunan adalah bagian terluar dari gedung yang melingkupi seluruh
bangunan dalan menghambat aliran panas dari lingkungan luar. Yang menjadi
komponen selubung bangunan ini adalah dinding beserta jendela kaca dan pintu serta
selubung atap. Luasan dan jenis selubung bangunan (dinding dan atap) mempengaruhi
perolehan kalor/panas, akibat konduksi dari luar dan radiasi matahari. Untuk mengurangi
perolehan panas yang berarti pula menurunkan beban pendinginan sistem AC, maka
pemilihan dinding luar dan atap serta kaca dan kombinasi luasan dinding dengan
kacanya akan menjadi penentu efektifitas selubung bangunan dalam menghambat aliran
panas dari luar. Sistem AC yang menjadi pengguna energi terbesar di gedung sekitar 60
persen menyebabkan perhatian terhadap selubung bangunan ini harus lebih mendalam.
Disain selubung gedung yang terlalu banyak melibatkan jendela kaca menyebabkan
beban pendinginan AC yang besar sehingga akan membuat konsumsi listik untuk AC
yang besar. Diperlukan suatu kombinasi antara dinding keras dan kaca dari selubung
bangunan gedung yang optimal serta penggunaan peneduh dan vegetasi yang baik
diluar gedung. Sebagai tolok ukur tingkat efektiftas selubung bangunan ini dalam
mengatasi beban AC telah ditetapkan untuk kondisi Indonesia ukuran RTTV (Roof
Thermal Transfer Value)untuk selubung atap dan OTTV (Overall Thermal Transfer
Value) untuk selubung dinding.
2. Sistem Tataudara
Pada bangunan gedung sistem tataudara menjadi komponen utama yang paling
besar penggunaan energinya yaitu sekitar 60 persen. Penggunaan yang sangat besar ini
menjadikan sistem AC sebagai fokus utama dalam kegiatan penghematan energi di
gedung. Sistem AC pada gedung pada umumnya dapat dibagi dua bagian utama yaitu
sistem refrigerasi yang merupakan penggerak utama pengkondisian udara. Sistem
refrigerasi ini terdiri atas kompresor, evaporator, kondenser dan katup ekspansi. Pada
umumnya sistem refrigerasi ini menggunakan refrigerant (freon) yang saat ini masih
banyak menggunakan refrigerant yang menyebabkan kerusakan ozone serta
menimbulkan pemanasan global. Sistem kedua adalah sistem tataudara yang
mengalirkan udara pada duct setelah didinginkan oleh sistem refrigerasi. Pada sistem
tataudara ini terdiri atas duct aliran udara, kipas pengalir udara suplai dan diffuser
21
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
pendistribusi udara dingin. Parameter tingkat hemat sistem AC gedung adalah ditandai
dengan efisiensi sistem refirgerasinya dan pencapaian kenyamanan ruangan sesuai
standar kenyamanan orang Indonesia. Tingkat efisiensi sistem AC ditandai dengan
kemampuan pengambilan panas gedung dibandingkan dengan energi listrik yang
dikonsumsi angka standar efisiensi sistem refrigerasi gedung menurut SNI tahun 1993
maksimum kw/TR sebesar 0,9. Angka ini menunjukkan bahwa sistem refrigerasi
maksimum menkonsumsi listrik 0,9 kW untuk menghasilkan kemampuan mengambil
panas gedung sebesar 1 Ton Refrigerasi atau 12.000 Btu/hr atau 3024 kcal/jam.
Sementara tingkat kenyamanan dalam ruangan dimana sistem AC-nya beroperasi pada
kondisi efisien energi adalah pada suhu 25 + 2 oC dan kelembaban udara relatif sebesar
60 +10 % Suatu sistem yang baik seperti sistem AC yang efisien perencanaan awal
dalam penentuan jenis sistem AC yang dipilih serta peralatan yang diadakan sangat
menentukan dalam pencapaian tujuan konservasi energi pada sistem AC gedung. Ada
berbagai macam sistem refrigerasi yang dapat dipilih untuk kondisi gedung tertentu
seperti sistem chiller water cooler, chiller air cooler, sistem package atau kombinasinya.
Sementara pada sistem distribusi udara bisa menggunakan sistem seperti AHU dengan
chilled water atau refrigerant atau juga menggunakan fan coil sistem untuk mengalirkan
udara dingin ke ruangan-ruangan yang dilayani oleh sistem AC. Pemilihan sistem
refrigerasi dan distribusi udara ditentukan oleh banyak faktor terutama adalah kondisi
dan lokasi penempatan dari sistem AC di gedung serta anggaran yang dimiliki oleh
pemilik gedung. Selain itu yang terutama adalah bahwa sistem AC yang didisain
kapasitasnya sesuai dengan beban panas yang harus diatasi. Program konservasi
energi pada sistem AC lebih baik dilakukan pada saat awal perencaaan bangunan
dibandingkan dengan setelah bangunan itu berdiri karena modidikasi sistem yang telah
ada akan lebih menyulitkan dan akan mempengaruhi bagian-bagian lain dimana semua
sistem telah dihitung secara terintegrasi.
3. Sistem tatacahaya
Pada bangunan gedung sistem tatacahaya menempati urutan kedua dalam
mengkonsumsi energi listrik. Pada bangunan gedung pada umumnya pencahayaan
digunakan untuk area publik seperti membaca di kantor, lorong-lorong dan lobby
sehingga pencahayaannya lebih terdistribusi. Perencanaan pencahaayan gedung yang
hemat energi akan lebih baik dilakukan sebelum bangunan berdiri karena sifatnya yang
terdistribusi sehingga mempengaruhi area yang luas dari tempat lampunya berada.
Perubahan sistim pencahayaan atau retrofitting setelah bangunan berdiri akan
memberatkan biaya perubahan langit-langit dari ruangan yang diperbaiki. Untuk
mendapatkan pencahayaan dalam ruangan yang optimal diperlukan pemilihan jensi
lampu yang hemat energi sesuai dengan peruntukkan ruangan serta pemilihan armatur
yang efektif dalam merefleksikan cahaya ke bawah. Penentuan jenis warna dinding serta
letak tinggi dari armatur sangat menentukan tingakt pencahayaan yang sampai ke
bidang yang akan diterangi. Tingkat terang ini akan menentukan berapa banyak jumlah
lampu dan daya masing-masing lampu yang diperlukan. Pencahayaan ruangan yang
hemat energi ditentukan juga oleh efisiensi lampu yang ditandai dengan parameter
lumen per watt.. Untuk penerangan publik yang menggunakan jenis lampu fluorescent,
penggunaan ballast elektronik akan lebih mengurangi daya listrik yang dibutuhkan untuk
pencahayaan dalam ruangan. Indonesia adalah negara tropis yang dianugrahi cahaya
matahari yang melimpah sepanjang tahun. Sumber cahaya yang gratis dan murah ini
tidak secara optimal dimanfaatkan sebagai sumber cahaya penerangan alami siang hari.
Ada kekhawatiran bahwa penggunaan cahaya alami ini akan menambah beban AC
gedung. Sebenarnya hal itu tidak beralasan selama cahaya alami yang dimanfaatkan itu
22
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
adalah cahaya pantulan dan bukan cahaya langsung. Cahaya pantulan memiliki panjang
gelombang yang tinggi sementara cahaya langsung masih mengandung spektrum yang
memiliki panjang gelombang rendah. Spektrum dengan panjang gelombang rendah ini
akan menimbukan efek rumah kaca sementara cahaya pantulan tidak menimbulkan efek
rumah kaca dan menjadi beban pendinginan AC yang rendah.
4. Sistem Transportasi gedung
Saat ini gedung komersial khususnya yang berada di kota besar tidak terhindarkan
untuk menggunakan transportasi vertical. Hal ini terutama disebabkan keterbatasan
lahan yang menyebabkan pembangunan gedung mengarah ke atas. Perencanaan awal
transportasi vertical yang efisien energinya ditentukan oleh faktor-faktor seperti
peruntukan gedung, laju perkiraan jumlah orang dan pemilihan teknologi sistem
transportasi verticalnya. Sistem trasnportasi vertical yang modern dan dapat diprogram
ulang adalah sistem yang akan lebih mendukung program konservasi energi dalam
gedung baik dalam perencanaan awal maupun retrofit dikemudian hari.
5. Sistem kelistrikan
Sumber utama energi untuk operasional gedung saat ini adalah dari listrik. Listrik ini
bisa disuplai dari PLN atupun dari genset milik sendiri. Akan lebih baik jika dalam
perencanaan awal sudah dilibatkan aspek konservasi energi dalam pembuatan sistem
kelistrikan gedung. Aspek konservasi energi dari sistem kelsitrikan gedung adalah
terbaginya beban secara merata pada masing-masing fasa, telah terpisahnya msing-
masing beban seperti AC, penerangan dan lift pada saluran kabel yang tersendiri. Telah
adanya alat pengukur konsumsi energi lisitrik pada masing-masing sistem pengguna
energi sehingga pemakaian energinya dapat dimonitor. Monitoring dilakukan untuk
menilai keberhasilan sejumlah langkah konservasi energi yang bisa dilakukan pada
sistem-sistem pengguna energi tadi. Selain itu dengan telah terpisahnya beban listrik
sistem pengguna energi pada saluran kabel yang berbeda akan memudahkan kontrol
operasi sistem tadi apalagi jika gedung menggunakan sistem otomasi terintegrasi
(Building Automation System/BAS). Pemasangan kapasitor bank pada jaringan listrik
diawal pembangunan juga akan meningkatkan efisiensi penggunan listrik sistem
kelistrikan gedung. Jika tidak dilakukan minimal ada alokasi tempat yang tepat di panel
induk untuk pemasangan kapasitor bank ini dikemudian hari, Pemilihan genset yang
efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar juga diperlukan seandainya genset diperlukan
untuk mengganti suplai listrik dari PLN saat beban puncak jika saat dimana harga energi
alternatif pengganti solar yaitu BBN biosolar harganya cukup murah dan ekonomis.
6. Sistem Otomasi Terintegrasi Gedung (BAS)
Dengan kemajuan teknologi komputer dan informasi maka untuk meningkatkan
performa operasi sistem-sistem pengguna energi digunakan building otomation system
(BAS) penggunaan BAS ini juga dapat mengintegrasikan kerja sistem tadi. Pada
operasional sistem AC penggunaan BAS akan dapat mengatur jam nyala dari sistem
chiller dan AHU serta mengatur jumlah chiller yang nyala. Sementara pada lampu BAS
ini akan dapat mengatur jam nyala dari lampu dan juga mengatur jumlah lampu yang
nyala disesuaikan dengan pencahayaan alami siang hari yang masuk. Pengaturan
lampu dan sistem AC tadi hanya dapat dilakukan oleh BAS dengan syarat bahwa
jaringan kabel listriknya telah terpisah masing-masing. Sementara itu pada lift
penggunaan BAS dapat mengatur jumlah lift nyala sesuai jam yang telah ditetapkan.
Penggunaan sistem BAS ini sudah tentu akan dapat mendukung program penggunaan
23
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
energi listrik yang efisien pada bangunan gedung dengan syarat bahwa sistem
kelistrikan dan semua sistem pengguna energi tadi direncanakan secara terintegrasi dan
dipersiapkan dari awal untuk dikontrol oleh BAS.
7. KAPAN AUDIT ENERGI DIPERLUKAN
Audit energi adalah kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari peralatan
pengguna energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada
peralatan-peralatan utama pengguna energi seperti AC, lift, Pencahayaan, boiler dan
motor-motor. Dengan didapatkannya pola pemakaian energi maka langkah-langkah
untuk melakukan efisiensi dan pengelolaan energi di gedung menjadi lebih terarah.
Untuk menetapkan tingkat efisiensi peralatan penggguna energi yang ada di gedung
dilakukan perbandingan hasil pengamatan dan pengukuran dengan acuan standar yang
berlaku seperti SNI dan lainnya. Audit energi : ” Kegiatan yang dimaksud untuk
mengidentifikasi dimana dan berapa energi digunakan serta berapa potensi
penghematan yang mungkin diperoleh dalam suatu fasilitas pengguna energi ”. Tujuan
audit energi : ” Adalah untuk menentukan cara yang terbaik untuk mengurangi
penggunaan energi per satuan output dan mengurangi biaya operasi/biaya produksi ”
Ada 4 pertanyaan dasar yg harus perlu dijawab dalam Audit Energi baik di : “ bangunan
kantor, komersial atau fasilitas publik “
Berapa banyak energi yang telah digunakan, dan dimana sajakah dimanfaatkannya?
Berapa banyak energi yang harus digunakan pada kondisi operasi yang ada saat ini?
Seberapa hemat energi yang dapat dikonsumsi pada kondisi operasi yang telah
diperbaiki?
Seberapa aman/sehat bagi manusia dan lingkungan pemanfaatan energi tersebut?
Suatu kegiatan audit energi adalah merupakan alat untuk mendukung program
konservasi energi disuatu fasilitas pengguna energi. istilah konservasi energi ini harus
dibedakan dengan penghematan energi. Konsep yang berlaku dari konservasi energi ini
adalah suatu kegiatan untuk mendukung pemakaian energi yang tepat dan efisien pada
suatu fasilitas pengguna energi tanpa mengurangi produktifitas atau kenyamanannya.
Untuk mencapai ini diperlukan batasan-batasan standar yang harus ditaati. Dengan
adanya batasan ini maka penghematan energi tidak akan dilakukan secara semena-
mena sehingga merugikan pengguna, sebagai contoh ada persepsi yang salah
mengghemat energi lampu pada ruangan kantor adalah dengan mematikan begitu saja
sejumlah lampu pada ruangan itu, sehingga mengakibatkan sulitnya kegiatan membaca
dan aktifitas lainnya. Mematikan lampu pada ruangan kantor dibatasi oleh tingkat terang
minimal (lux) yang harus dipenuhi agar sesuai dengan peruntukkannya.
8. Apa Itu Capasitor Bank ????
Proses Kerja Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk meperbesar pf dipasang paralel dengan rangkaian
beban. Bila rangkaian itu diberi tegangan maka elektron akan mengalir masuk ke
kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan elektron maka tegangan akan
berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke dalam
membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap)
maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor mengeluarkan
elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya treaktif ke beban. Karena beban
24
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
bersifat induktif (+) sedangkan daya reaktif bersifat kapasitor (-) akibatnya daya reaktif
yang berlaku menjadi kecil.
Pemasangan Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki power factor (pf)
penempatannya ada dua cara :
1. Terpusat kapasitor ditempatkan pada:
a. Sisi primer dan sekunder transformator
b. Pada bus pusat pengontrol
2. Cara terbatas kapasitor ditempatkan
a. Feeder kecil
b. Pada rangkaian cabang
c. Langsung pada beban
Perawatan Kapasitor
Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki pf supaya tahan lama tentunya harus
dirawat secara teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus dilakukan pada tempat yang
lembab yang tidak terlindungi dari debu dan kotoran. Sebelum melakukan pemeriksaan
pastikan bahwa kapasitor tidak terhubung lagi dengan sumber. Kemudian karena
kapasitor ini masih mengandung muatan berarti masih ada arus/tegangan listrik maka
kapasitor itu harus dihubung singkatkan supaya muatannya hilang.
Adapun jenis pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :

 Pemeriksaan kebocoran
 Pemeriksaan kabel dan penyangga kapasitor
 Pemeriksaan isolator

Komponen Panel Capasitor :


1. Main switch / load Break switch
Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika ada pemeliharaan panel .
Sedangkan untuk pengaman kabel / instalasi sudah tersedia disisi atasnya (dari)
MDP.Mains switch atau lebih dikenal load break switch adalah peralatan pemutus dan
penyambung yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan disambung dalam keadaan
berbeban, berbeda dengan on-off switch model knife yang hanya dioperasikan pada
saat tidak berbeban .Untuk menentukan kapasitas yang dipakai dengan perhitungan
minimal 25 % lebih besar dari perhitungan KVar terpasang dari sebagai contoh :Jika
daya kvar terpasang 400 Kvar dengan arus 600 Ampere , maka pilihan kita berdasarkan
600 A + 25 % = 757 Ampere yang dipakai size 800 Ampere.
2. Kapasitor Breaker.
Kapasitor Breaker digunkakan untuk mengamankan instalasi kabel dari breaker ke
Kapasitor bank dan juga kapasitor itu sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan

25
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
sebesar 1,5 kali dari arus nominal dengan I m = 10 x Ir.Untuk menghitung besarnya arus
dapat digunakan rumusI n = Qc / 3 . VLSebagai contoh : masing masing steps dari 10
steps besarnya 20 Kvar maka dengan menggunakan rumus diatas didapat besarnya
arus sebesar 29 ampere , maka pemilihan kapasitas breaker sebesar 29 + 50 % = 43 A
atau yang dipakai 40 Ampere.Selain breaker dapat pula digunakan Fuse , Pemakaian
Fuse ini sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current dan Short circuit
lebih baik namun tidak efisien dalam pengoperasian jika dalam kondisi putus harus
selalu ada penggantian fuse. Jika memakai fuse perhitungannya juga sama dengan
pemakaian breaker.
3. Magnetic Contactor
Magnetic contactor diperlukan sebagai Peralatan kontrol.Beban kapasitor mempunyai
arus puncak yang tinggi , lebih tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic
contactor minimal 10 % lebih tinggi dari arus nominal ( pada AC 3 dengan beban
induktif/kapasitif). Pemilihan magnetic dengan range ampere lebih tinggi akan lebih baik
sehingga umur pemakaian magnetic contactor lebih lama.
4. Kapasitor Bank
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif..yang akan
berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar
sampai 60 Kvar. Dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt.
5. Reactive Power Regulator
Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif yang akan
disupply ke jaringan/ system dapat bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan
acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya
reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang akan mengatur kapan
dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini mempunyai bermacam macam
steps dari 6 steps , 12 steps sampai 18 steps.

Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor antara lain :
 Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan
magnetic contactor secara manual.- Selektor auto – off – manual yang
berfungsi memilih system operasional auto dari modul atau manual dari
push button.
 Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambein temperature
dalam ruang panel kapasitor. Karena kapasitor , kontaktor dan kabel
penghantar mempunyai disipasi daya panas yang besar maka temperature
ruang panel meningkat.setelah setting dari thermostat terlampaui maka
exhust fan akan otomatic berhenti.
Setup C/K PFR
Capacitor Bank Agar Power Factor Regulator (PFR) yang terpasang pada Panel
Capacitor Bank dapat bekerja secara maksimal dalam melakukan otomatisasi
mengendalikan kerja capacitor maka diperlukan setup C/K yang sesuai.Berikut ini cara
menghitung C/K pada PFR:Sebuah Panel Capacitor Bank 6 Step x 60 KVAR, 3 Phase,
26
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
400 Volt, dengan CT sensor terpasang 1000/5A. Berapa nilai setup C/K ? Solusi:60
KVAR = 60.000 VAR 60.000 = 86 A400 x 1.732 C/K = I c1= 86 = 0,43CT Ratio1000/5
Keuntungan yang diperoleh dengan dipasangnya Power Capacitor
• Menghilangkan denda PLN atas kelebihan pemakaian daya reaktif.
• Menurunkan pemakaian kVA total karena pemakaian kVA lebih mendekati kW
yang terpakai, akibatnya pemakaian energi listrik lebih hemat.
• Optimasi Jaringan:
 Memberikan tambahan daya yang tersedia pada trafo sehingga trafo tidak
kelebihan(overload).
 Mengurangi penurunan tegangan (voltage drop) pada line ends dan
meningkatkan daya pakai alat-alat produksi.
 Terhindar dari kenaikan arus/suhu pada kabel sehingga mengurangi rugi-rugi.
Memperbaiki Faktor daya berdasarkan rekening listrik PLN.
Berdasarkan rekening listrik PLN suatu perusahaan pada tahun 1977 diperoleh data
seperti dibawah ini.
1. Beban : 345 KVA
2. Pemakaian kWh
LWBP : 77.200 kWh
WBP : 34.000
kWhTotal : 111.200 kWh
3. Kelebihan kVARh : 10.656 kVARh
Cos phi = KW/KVA
Tan phi = KVAr/KW

KVArh = ( kVArh terpakai ) - ( 0.62 x kWh total terpakai )


sesuai dengan ketentuan PLN ,Yang Tidak terkena kelebihan KVAR kalau cos phi = 0.85
Cos phi = 0,85 ==> phi = 31,8maka tan 31,8 = 0.62
Jika KWH diketahui = 1111.200 ,
Maka batas tidak terkena biaya kelebihan KVARH dapat dihitung sebesar :
KVARH ( batas ) = KWH x tan phi = 111.200 x 0,62 = 68.944
Dengan adanya kelebihan KVARH sebesar 10.656,besarnya KVARH ( Total ) menjadi :
KVARH ( total ) = KVARH ( batas ) + KVARH ( lebih )= 68.944+10.656 = 79.600
Tan phi = KVARH ( total ) / kWh = 79.600/111.200 = 0,716
phi = 35,6Cos phi = cos 35,6 = 0,813

Memperbaiki nilai Cos phi


Untuk menghindari biaya kelebihan KVARH,maka perlu dipasang " Capasitor ". Misalnya
direncanakan COs phi ditingkatkan menjadi = 0,92
Besarnya pemakaian listrik rata-rata dihitung sebagai berikut :

27
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
KW ( rata-rata) = Pemakaian listrik per bulan / ( 30 hari x 24 jam )= 111.200 / ( 30x24)=
154,4KW
Cos phi = 0.92 ---> phi=23,1
Tan phi = 23,1 = 0,426 = KVAR/KWKW = 154,4 ---> KVAR = 0,426X154,4 = 66KVARH (
total) = 79.600KVAR = 79.600/ ( 30X24) = 111
Jadi kapasitor yang perlu dipasang = 111 - 66 = 35
KVARKapasitor yang digunakan = 6 x 7,5 KVAR ,dengan Regulator 6 Step

9. VENTILASI PERKANTORAN
I. PENDAHULUAN
Semakin maju perekonomian sebuah bangsa/negara maka akan semakin banyak
dilaksanakan pembangunan gedung-gedung pemerintah, gedung-gedung komersial,
infrastruktur juga fasilitas umum lainnya. Apalagi di kota-kota besar, harga tanah
semakin mahal sehingga perluasan tempat tinggal secara vertikal tidak bisa dielakkan
lagi. Pencarian tanah untuk kawasan tempat tinggal semakin sulit dan mahal.
Pembangunan gedung tingkat tinggi (high rise buildings) merupakan sebuah solusi untuk
menjawab permintaan konsumen yang semakin tinggi.
Salah satu jenis bangunan adalah gedung untuk kegiatan perkantoran. Bagian sebuah
gedung yang sangat penting agar sebuah gedung dapat beroperasi dengan lancar
adalah sistim utilitas gedung. Salah satu bagian dari sistim utilitas gedung adalah sub-
sistim ventilasi. Dengan adanya sistim ventilasi yang baik maka penghuni gedung
perkantoran akan dapat melaksanakan pekerjaannya secara produktif dan efisien.
Menurut YB Mangunwijaya dalam bukunya Pasal-pasal Penghantar Fisika Bangunan
(PT Gramedia Jakarta, 1980), tingkat pergantian yang ideal bagi ruang hunian adalah
antara 70 sampai 90 meter kubik per jam. Sementara kecepatan angin yang ideal/nikmat
dalam ruangan yang berventilasi adalah sekitar 0,1 m/detik hingga 0,15 m/detik. Dari
kedua angka tersebut bisa dibuat hitungan besaran ventilasi yang dibutuhkan. Namun
sekali lagi, bukan hanya besaran yang menentukan berhasilnya suatu sistem
penghawaan alami. Penempatan dari lubang-lubang ventilasi tersebut juga menentukan
baik buruk aerodinamika dalam ruangan yang hendak diventilasikan.
Ventilasi pada bangunan diperlukan untuk mengolah udara secara serempak dengan
mengendalikan temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusinya untuk
memperoleh kenyamanan penghuni dalam ruang yang dikondisikan. Indikator yang
digunakan untuk mengetahui kualitas ventilasi adalah PMV (Predicted Mean Vote) dan
PPD (Predicted Percentage of Dissatisfied. Kenyamanan termal yang dinilai dengan
menggunakan pendekatan psikologis yang mengartikan kenyamanan termal sebagai
kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan
termalnya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal
antara lain kualitas udara dalam bangunan, sick building syndrome, dan personal.
28
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Sistim ventilasi udara yang saat ini banyak dipergunakan di gedung-gedung perkantoran
masih bisa lebih ditingkatkan lagi unjuk kerjanya. Disisi lain penghuni suatu gedung
dalam kesehariannya rata-rata akan tinggal didalam gedung selama lebih dari 10 jam.
Oleh sebab itu keberhasilan sistim ventilasi udara yang efektif diharapkan akan dapat
lebih meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni pada
sebuah gedung perkantoran.Keberhasilan sistim ventilasi tersebut sangat tergantung
kepada faktor-faktor temperatur, kecepatan dan tingkat kontaminasi udara yang terjadi
pada sebuah ruangan.

II. TEORI
Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan gedung
dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Udara yang mengalir dan selalu berganti memang
dibutuhkan oleh sistem pendingin tubuh manusia yang mengandalkan pelepasan panas
tubuh melalui permukaan kulit. Udara dengan kejenuhan tinggi yang tidak mengalir di
permukaan kulit kita tentu akan menghambat sistem pelepasan kalor panas dari tubuh
kita. Diperlukan udara pengganti yang kurang jenuh untuk memperlancar pelepasan
panas dari tubuh. Di sinilah pentingnya udara yang mengalir di satu ruangan bagi
kenyamanan kita.
Hal tersebut dapat kita siasati dengan pembuatan ventilasi pada bangunan-bangunan
Hunian, dimana ventilasi tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti
kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik
karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab
penyakit).Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang
terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya
adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap didalam kelembaban (humudity)
yang optimum.
Tujuan utama dari sebuah sistem ventilasi udara adalah untuk dapat menyediakan
sebuah kondisi iklim mikro yang dapat diterima didalam sebuah ruangan, baik dari aspek
kenyamanan maupun kesehatan bagi para penghuni ruangan (occupant). Dalam hal ini,
iklim mikro mengacu pada lingkungan termal dan kualitas udara ruang dalam (IAQ,
Indoor Air Quality). Dua faktor ini wajib dipertimbangkan pada desain sebuah sistem
ventilasi udara untuk sebuah ruang atau pada sebuah gedung karena faktor-faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan kelayakan tempat beraktivitas
bagi penghuni manusia atau untuk sebuah kualitas dari hasil sebuah proses industri.
Pada sebuah masyarakat modern, manusia menghabiskan waktu lebih dari 90% seluruh
waktunya berada didalam lingkungan buatan (artificial environment), mungkin rumah,
tempat kerja ataupun sebuah kendaraan. Sebagai reaksi dari gerakan penghematan
energi yang terjadi pada awal 1970 an hal tersebut selanjutnya akan menghasilkan
lingkungan ruang dalam (indoor) yang mengalami perubahan radikal, beberapa positif
namun sebagian negatif. Dari sisi positif, meningkatkan tingkat kenyamanan termal
29
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
dengan melalui pengembangan isolasi termal dan juga peralatan penyejukan udara atau
desain sistem pemanasan. Sisi negatifnya adalah penurunan kualitas udara ruang dalam
(indoor air quality) yang dialami khususnya pada gedung-gedung fasilitas umum. Istilah
‘sick building syndrome’ semakin menjadi fenomena buruk pada era penghematan
energi. Permasalahan kualitas udara ruang dalam ini berkaitan dengan perawatan
instalasi yang rendah, konsentrasi tinggi dari polutan yang tumbuh secara internal dan
laju pemasukan (supply) udara luar rendah.
Penjelasan mengenai kenyamanan termal sebuah ruangan telah diuraikan dengan
cukup baik oleh McIntyre (1980) dan pada ASHRAE Handbook (1985) juga oleh Awbi
(1991). Sebelumnya, Madsen (1976) juga menjelaskan peralatantermal comfort meter
yang telah tersedia secara komersial.
Ø Tujuan Ventilasi Ruangan :
1. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh
keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan
oleh pernafasan dan proses-proses pembakaran.
2. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan
sebagainya.
3. Menghilangkan kalor yang berlebihan.
4. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.
Ø Jenis Ventilasi :
1. Ventilasi Alami
a) Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan
gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur,
sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.
b) Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu
atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi tidak kurang
dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi dan arah yang
menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, daerah yang
terbuka keatas, teras terbuka, pelataran parkir, atau ruang yang bersebelahan.
c) Jika suatu ruangan terdapat kloset atau kamar mandi, maka tidak boleh terbuka
langsung ke arah dapur atau pantri, ruang makan umum atau restoran, ruang
pertemuan, ruang kerja lebih dari satu orang.
2. Ventilasi Mekanik
Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak
memadai. Beberapa persyaratan dalam sistem ventilasi mekanik adalah:
a) Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan
juga memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
b) Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
c) Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis
untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang
harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai.
d) Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu
lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara
bersih pada lantai lainnya.
30
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
e) Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan
harus sesuai ketentuan yang berlaku.
Kebutuhan Ventilasi Mekanis
• Catu udara segar minimum
• Pertukaran udara/jam
• M3/jam per orang
• Kantor
• Restoran / Kantin
• Lobi, koridor, tangga
• Kamar mandi
Perancangan sistem ventilasi mekanis adalah menentukan kebutuhan udara ventilasi
yang diperlukan sesuai fungsi ruangan, menentukan kapasitas fan, dan merancang
sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara (ducting) atau fan yang
dipasang pada dinding/atap.
Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan laju aliran
udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di dalam ruangan
tidak bertambah melewati harga yang diinginkan. Jumlah laju aliran udara V (m3/detik)
tersebut, dapat dihitung dengan persamaan :
V = q / f.c.(tL – tD)
dimana :
V = laju aliran udara (m3/detik).
q = perolehan kalor (Watt).
f = densitas udara (kg/m3).
c = panas jenis udara (joule/kg.0C).
(tL – tD ) = kenaikan temperatur terhadap udara luar (0C)
Ø Ventilasi Gaya Angin
1) Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin termasuk
adalah : kecepatan rata-rata, arah angin yang kuat, variasi kecepatan dan arah
angin musiman dan harian, dan hambatan setempat, seperti bangunan yang
berdekatan, bukit, pohon dan semak belukar.
2) Liddamnet (1988) meninjau relevansi tekanan angin sebagai mekanisme
penggerak. Model simulasi lintasan aliran jamak dikembangkan dan
menggunakan ilustrasi pengaruh angin pada laju pertukaran udara. Kecepatan
angin biasanya terendah pada musim panas dari pada musim dingin. Pada
beberapa tempat relatif kecepatannya di bawah setengah rata-rata untuk lebih
dari beberapa jam per bulan. Karena itu, sistem ventilasi alami sering dirancang
untuk kecepatan angin setengah rata-rata dari musiman.
Persamaan di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi bukaan
inlet oleh angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk menghasilkan
laju aliran udara :
31
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Q = CV.A.V
dimana :
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2.
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6 untuk angin yang
tegak lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang diagonal).
Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tida ada tempat
yang menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan tersebut akan berkurang,
jika penempatannya kurang lazim, akan berkurang lagi.
Ø Ventilasi Gaya Termal
Jika tahanan di dalam bangunan tidak cukup berarti, aliran disebabkan efek cerobong
dapat dinyatakan dengan persamaan :
Q = K.A. √2g. Dh NPL.(T i-To) / T i
dimana :
Q = laju aliran, m3 / detik.
K = koefisien pelepasan untuk bukaan.
DhNPL= tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL , m
Ti = Temperatur di dalam bangunan, K.
To = Temperatur luar, K.
Persamaan ini digunakan jika Ti > To , jika Ti < To , ganti Ti dengan To, dan ganti (Ti-To)
dengan (To – Ti). Temperatur rata-rata untuk Ti sebaiknya dipakai jika panasnya
bertingkat. Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan inlet
dianggap sama.
Ø Zona Kenyamanan Ruangan
 Temperatur efektif didefinisikan sebagai indeks lingkungan yang menggabung
kan temperatur dan kelembaban udara menjadi satu indeks yang mempunyai arti
bahwa pada temperatur tersebut respon termal dari orang pada kondisi tersebut
adalah sama, meskipun mempunyai temperatur dan kelembaban yang berbeda,
tetapi keduanya harus mempunyai kecepatan udara yang sama.
 Standar ASHRAE untuk temperatur efektif ini didefinisikan sebagai temperatur
udara ekuivalen pada lingkungan isotermal dengan kelembaban udara relatif
50%, dimana orang memakai pakaian standar dan melakukan aktifitas tertentu
serta menghasilkan temperatur kulit dan kebasahan kulit yang sama.
 Untuk memperoleh daerah zona yang dapat diterima sebagai daerah temperatur
operatif dan kelembaban udara relatif yang memenuhi kenyamanan untuk orang

32
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
melakukan aktifitas ringan dengan met kurang dari 1,2 , serta memakai pakaian
dengan clo = 0,5 untuk musim panas dan clo = 0,9 untuk musim dingin.
Pada musim dingin, temperatur operatif tOP berkisar antara 200 C ~ 23,50 C pada
kelembaban udara relatif 60% dan berkisar antara 20,50 C ~ 24,50 C pada 200 C dew
point dan dibatasi oleh temperatur efektif 200 C dan 23,50 C. Sedangkan untuk musim
panas, temperatur operatif tOP berkisar antara 22,50 C ~ 260 C pada kelembaban udara
relatif 60% dan berkisar antara 23,50 C ~ 270 C pada 200 C dew point dan dibatasi oleh
temperatur efektif 230 C dan 260 C. Zona kenyamanan termal untuk orang Indonesia
umumnya diambil : 250C ± 10C dan kelembaban udara relatif 55 % ± 10 %.

III. PENUTUP
Sebuah sarana tempat tinggal manusia baik berupa sebuah rumah, gedung, kapal,
pesawat terbang ataupun fasilitas umum lainnya akan dapat berfungsi dengan baik jika
sistem utilitasnya dapat bekerja dengan optimal. Salah satu bagian penting dari sistem
utilitas selain sub-sub sistem air bersih (plumbing), pencahayaan dan kelistrikan adalah
sub-sistem ventilasi udara.
Ada dua buah indikator keberhasilan sistem ventilasi udara yang sedang
diimplementasikan yaitu selain dengan dapat diwujudkannya kenyamanan termal bagi
penghuni ruangan juga dapat dihasilkannya sebuah kualitas udara ruang (dalam) yang
tidak terkontaminasi melebihi ketentuan aspek kesehatan.
Sistim ventilasi udara yang saat ini banyak dipergunakan di gedung-gedung perkantoran
masih bisa lebih ditingkatkan lagi unjuk kerjanya. Disisi lain penghuni suatu gedung
dalam kesehariannya rata-rata akan tinggal didalam gedung selama lebih dari 10 jam.
Oleh sebab itu keberhasilan sistim ventilasi udara yang efektif diharapkan akan dapat
lebih meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni pada
sebuah gedung perkantoran. Keberhasilan sistim ventilasi tersebut sangat tergantung
kepada faktor-faktor temperatur, kecepatan dan tingkat kontaminasi udara yang terjadi
pada sebuah ruangan. Ketiga faktor tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh parameter-
parameter kapasitas/laju ventilasi, jumlah dan besar sumber panas, tinggi plafon,
pergerakan orang (penghuni ruang), total laju/emisi gas kontaminan serta penempatan
difusor.
Oleh sebab itu aspek-aspek tersebut perlu diteliti agar didapatkan sistim ventilasi yang
terbaik, sehingga akan diperoleh suatu rancang bangun sistim ventilasi yang efektif
dalam peningkatan kenyamanan dan penjagaan kesehatan bagi penghuni ruangan.

IV. DAFTAR PUSTAKA


1) Mangunwijaya YB, Pasal-pasal Penghantar Fisika Bangunan, PT Gramedia Jakarta, Jakarta,
1980.
2) Chen, Q. 1988, “Indoor Airflow, Air Quality and Energy Consumption of Buildings”. Ph.D. Thesis,
Delft University of Technology, The Netherlands.
3) ASHRAE Handbook : Fundamentals, 1997, ASHRAE,Inc.

33
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
10. Permasalahan Pada Compressor AC
Masalah yang terjadi pada sebuah compressor AC yang sudah melalui masa pakai
cukup lama biasanya adalah ketidakmampuan compressor AC tersebut untuk
memampatkan dengan baik gas refrigerant atau freon AC ke tekanan yang cukup.
Dibutuhkan teknisi yang berpengalaman untuk mengevaluasi dan melakukan test pada
sistem, atau untuk mengganti compressor AC tersebut.
Karena perbaikan/penggantian compressor AC membutuhkan biaya, pastikan mengapa
compressor tersebut tidak berfungsi dengan baik. Pastikan juga bahwa masalah ini tidak
disebabkan oleh tidak stabilnya tegangan listrik. Tegangan listrik yang fluktuatif dapat
menyebabkan compressor AC tidak bekerja dengan baik sehingga AC kehilangan
kemampuan pendinginan.
Masalah lain yang sering terjadi pada compressor AC diantaranya adalah; compressor
sulit hidup, berisik dan terbakarnya compressor.
Seorang teknisi yang berpengalaman akan melakukan pemeriksaan menyeluruh
sebelum memastikan bahwa compressor telah rusak, kecuali sudah terdapat indikasi
jelas bahwa terdapat masalah pada kompresor AC (berisik, sulit dihidupkan, terbakar).
Pemeriksaan menyeluruh meliputi pemeriksaan kelistrikan, pemeriksaan kondisi filter
dan duct serta pemeriksaan kipas pada blower.
Ketika sebuah kompresor AC terbakar, hal ini berarti bahwa kumparan didalam
kompresor tersebut mengalami kerusakan parah; terjadi korsleting dan terbakar. Jika ini
terjadi, jalan terbaik adalah mengganti kompresor AC.
compressor ac
Penggantian Compressor AC
Penggantian kompresor AC merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh teknisi
yang terlatih. Tidak hanya karena compressor motor merupakan bagian yang paling
mahal dari sebuah air conditioner, tetapi juga karena penggantian ini cukup rumit.
Langkah pengerjaan:
 Pastikan bahwa kompresor AC memang telah rusak da memerlukan penggantian.
 Melakukan identifikasi model dan kapasitas kompresor AC sehingga penggantian
dapat dilakukan secara tepat.
 Matikan air conditioner, termasuk jaringan listrik di lokasi air conditioner tersebut
dipasang
 Kosongkan refrigerant atau freon AC. Prosedur modern memungkinkan untuk
menampung refrigerant ini daripada melepasnya ke lingkungan untuk mengurangi
polusi
 Potong pipa refrigerant dan copot kompresor
 Compressor AC yang baru dipasang dan pipa refrigerant dihubungkan kembali
 Lakukan vacuuming pada sistem untuk megeluarkan udara dari pipa refrigerant
dan compressor AC. Hal ini bertujuan juga untuk memeriksa jika terdapat
kebocoran didalam sistem. Jika masih terdapat udara dan bercampur dengan
34
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
refrigerant akan menyebabkan sistem tidak bekerja dengan baik. Begitu juga jika
refrigerant bercampur dengan air.
 Refrigerant dimasukkan kedalam sistem pada jumlah yang tepat. Kelebihan atau
kekurangan volume refrigerant akan menyebabkan sistem tidak beroperasi
dengan baik.
 Lakukan test dan evaluasi pada system

11. PERHITUNGAN GENSET


Bagaimana Cara Menghitung Pemakaian Genset ???
Mesin-mesin Industri dan Transportasi yang menggunakan Solar sangat dominan karena
bahan bakar Solar itu sendiri terhadap jenis mesin yang menggunakan Solar memiliki
kinerja dan kekuatan atau tenaga yang timbul sangat baik dan bagus dibandingkan
dengan mesin dengan konsumsi bensin berikut adalah cara cepat mengetahui berapa
konsumsi solar untuk Generator Set (Genset) yang anda miliki tanpa perlu melihat flow
meter per jamnya sebagai berikut :
k = 0.21 (faktor ketetapan konsumsi solar per kilowatt per jam)
P = Daya Genset (KVA=KiloVoltAmpere)
t = waktu ( jam)
BB= Pemakaian Bahan Bakar
Rumus : BB = 0.21 x P x t
Misalkan : Daya Genset X adalah 100KVA, dilakukan pemanasan selama 1 jam, Berapa
solar yang dibutuhkan per jam nya?
Jawabannya adalah : 0.21 x 100 x 1 = 21
Adalah 21 liter perjam solar yang dikonsumsi Genset X
Demikian semoga bermanfaat.

12. PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI SEBAGAI PERSIAPAN


START-UP GENERATOR
PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI SEBAGAI PERSIAPAN
START-UP UMUM
Sebelum mengoperasikan generator, beberapa pengecekan dasar dan kalibrasi harus
dilakukan untuk menjamin bahwa semua komponen dalam keadaan baik. Jika
pengoperasian dilakukan sebelum melakukan pengecekan ini ada kemungkinan operasi
generator akan terganggu karena ada bagian yang tidak memenuhi kondisi operasi.

35
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Pencegahan Moisture.
Semua lilitan dan bagian-bagian yang saling berhubungan dibuat dari bahan anti
moisture dan anti jamur. Untuk mengetahui kondisi moisture memenuhi persyaratan
maka dilakukan tindakan sebagai berikut:
Pengujian Isolasi
Lilitan stator dan rotor harus dijaga tetap hangat sejak pertama generator diterima
sampai ditempatkan untuk dioperasikan. Dalam hal ini generator agar disimpan dengan
surface heater harus tetap beroperasi secara kontinyu sampai generator tersebut
dioperasikan.
Pengujian isolasi berikut ini agar dilakukan sebelum unit dioperasikan.
1. Pengujian tahanan isolasi
2. Pengujian Polarisasi Indeks
3. Pengujian tegangan lebih (hy-pot test).
Perhatian :
Semua peralatan penguji harus dibuat sebaik mungkin, terutama segi-segi keselamatan.
Semua mesin yang akan diuji harus dalam keadaan de-energize dan ditanahkan untuk
sementara untuk menghilangkan muatan sisi yang tertinggal di dalam lilitan.
PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI.
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelemahan isolasi tahanan. Pengujian
isolasi secara rutin dapat dilakukan dengan menggunakan Megohmmeter, atau megger
yang pembacaannya langsung dalam meghoms.
Tahanan isolasi adalah ukuran kebocoran arus yang melalui isolasi. Tahanan berubah-
ubah karena pengaruh temperatur dan lamanya tegangan yang diterapkan pada lilitan
tersebut, oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dicatat pada waktu pengujian.
Tegangan yang diterapkan kalau bisa hanya pada satu fasa saja. Nilai tegangan
minimum pengujian yang banyak digunakan dan diterima dikalangan praktisi adalah satu
kilovolt sebanding dengan satu (1) megaohm terhadap peralatan listrik yang banyak
digunakan pada industri-industri (untuk lilitan stator), dan satu (1) megaohm untuk lilitan
rotor setelah dikenai tegangan 500 volt dc selama satu menit. Generator-generator turbin
hampir selalu mempunyai nilai lebih tinggi. Tegangan 500 volt dc untuk pengujian ini
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian tegangan yang lebih tinggi dilakukan.
Nilai tahanan diatas merupakan nilai minimum yang menunjukkan bahwa keadaan lilitan
masih baik, nilai tahanan yang rendah dapat menunjukkan lilitan dalam keadaan kotor
atau basah. Moisture dapat juga terdapat pada permukaan isolasi, atau pada lilitan atau
pada keduanya.
Oleh sebab itu, pengujian dengan megger sebelum dan sesudah mesin dibersihkan
harus dilakukan. Jika nilai tahanan tetap rendah dan lilitan relatif bersih, ada
kemungkinan adanya moisture pada lilitan, dan lilitan harus dikeringkan sekurang-
kurangnya sampai diperoleh tahanan minimum yang dianjurkan.

36
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Pengujian Polarisasi Index.
Pengujian untuk menentukan keadaan isolasi yang baik adalah membandingkan hasil
tahanan setelah pengujian tegangan selama 10 menit dengan tahanan pada saat satu
menit pertama. Jika pengujian dilakukan sebelum dan sesudah mesin dibersihkan, dan
atau sesudah mesin dikeringkan, akan menunjukkan hasil pengukuran yang lebih baik.
Polarisasi index test merupakan petunjuk kekeringan dan kebersihan dari lilitan, dan
hasilnya akan menentukan apakah peralatan aman untuk dioperasikan dan atau
peralatan untuk dilakukan pengujian tegangan lebih.
Untuk stator, pengujian PI menggunakan tegangan 2,5 kV dc (tegangan rating generator
13.8 kV, 50 hz, 3 fasa). Jika PI adalah sama atau lebih besar dua (2), maka pengujian
dengan tegangan 6 KV dc dapat dilakukan. PI untuk pengujian dengan 6 KV dc harus
lebih besar atau sama dengan 2. Untuk rotor, tegangan 500 Vdc dapat digunakan tanpa
melepaskan atau menghubung singkatkan diode. Jangan menggunakan tegangan lebih
dari 500 V dc tanpa mengetahui hasil pengujian dengan tegangan 500 V dc. Jika
digunakan tegangan yang lebih tinggi, diode harus dilepas. Tahanan rotor pada
pengujian tahanan dengan menggunakan tegangan 500 V dc harus lebih dari 50
megohm dan PI untuk tegangan 500 V dc harus lebih besar dari dua (2). Tegangan
maksimum yang diizinkan adalah 1500 V ac atau 2500 V dc.
Pengujian Tegangan Lebih.
Pengujian tegangan lebih dimaksudkan untuk menemukan kelemahan pada lilitan stator
yang harus diperbaiki. Pengujian ini juga digunakan untuk meyakinkan bahwa lilitan
mempunyai ketahanan dielektrik yang cocok untuk dioperasikan. Pengujian ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tegangan ac (50 hz) atau arus searah.
Tingkat tegangan yang diterapkan sangat tergantung pada tipe mesin, pelayanannya,
isolasinya, dan pengalaman pemakai didalam pengujian tegangan tinggi. pengujian arus
bolak-balik biasanya dilakukan dengan menggunakan tegangan sebesar 1,5 kali
tegangan jala-jala. Sedangkan pengujian dengan tegangan arus searah kira-kira 1,7 kali
pengujian AC atau sekitar 2,7 kali tegangan nominal jala-jala.
Perhatian :
Jangan lakukan pengujian jika mesin dalam keadaan kotor dan basah (tidak bersih dan
tidak kering ).
Pengujian Step Voltage.
Pada pengujian ini, generator dilepaskan dari sistem pengendali dan semua peralatan
bantunya, dan hubungkan alat penguji tegangan tinggi dc antara satu fasa lilitan
generator dengan metal generator. Tegangan dinaikkan selangkah demi selangkah dan
arus bocor dapat kita baca dan data tersebut dicatat.
Arus yang terbaca pertama kali sebelum arus menjadi stabil yang merupakan arus bocor
yang dapat dinyatakan arus sebagai fungsi waktu terdiri dari tiga komponen yaitu :
1. Arus pengisian pada lilitan terhadap kapasitas tanah. Arus ini dengan cepat turun dari
maksimum menjadi nol.
2. Arus absorsi pada pergeseran molekul pengisian pada dielektrik. Arus peralihan ini
akan berkurang dengan waktu yang sangat lambat untuk menjadi nol.
37
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
3. Arus bocor yang merupakan arus penghantar sebenarnya dari dielektrik, arus bocor
akan berubah-ubah tergantung tegangan yang diterapkan. Arus ini dapat juga terdiri dari
arus bocor permukaan.
Pada pengujian ini, temperatur, kelembaban, dan keadaan sekelilingnya harus dicatat.
Penghantar penguji harus berukuran 12 AWG atau lebih, dan diatur agar bebas dari
pengaruh kehilangan (kerugian) korona. Semua peralatan bantu seperti penditeksi
temperatur, lilitan fasa yang tidak diuji, dan lilitan rotor harus ditanahkan sebelum
dilakukan pengujian. Hal ini perlu, karena setelah pengujian pengisian dapat dilepaskan
dengan aman.
Terapkan tegangan 10 kV pada saat mulai melakukan pengujian dan naikkan setiap
tingkat sampai tercapai nilai tegangan 2.7 kali tegangan jala-jala. Tahanan isolasi dapat
dihitung pada setiap tingkat dengan menggunakan hukum ohm.
Tahanan isolasi (megOhm) = tegangan pengujian/ arus bocor.
Arus bocor yang terbaca biasanya dalam mikro amper.
Pengeringan Lilitan
Jika nilai pengujian rendah dan lilitan relatif bersih, maka lilitan harus dikeringkan sampai
sekurang-kurangnya diperoleh nilai minimum yang dianjurkan. Pengeringan dapat
dilakukan dengan pemanasan luar atau pemanasan dalam. Cara yang dipilih sangat
tergantung dari kemudahan, ketersediaan dan biaya. Panas yang cukup harus bisa
dihasilkan untuk mendapatkan temperatur pada ujung lilitan 75oC. Kemampuan
kenaikan temperatur harus dimulai dari rendah untuk menghindari terbentuknya uap
atau gas yang berlebihan tekanannya dan hal ini dapat merusak isolasi.
Pemanasan Dari Luar
Biasanya generator dilengkapi dengan pemanas listrik. Alat ini ditempatkan pada bagian
bawah mesin dan terbuka lebar hal ini dimaksudkan agar pemanasan pada mesin dapat
menyebar keseluruh bagian mesin, tentunya hal ini harus dibantu dengan sirkulasi yang
memadai selama pemanasan untuk menjamin pekerjaan yang menyeluruh dan
sempurna.
Pemanasan Dari Dalam
Pemanasan dengan menggunakan sirkulasi arus pada lilitan adalah hal yang paling baik
untuk lilitan medan. Cara ini juga dapat dilakukan pada lilitan stator, tetapi perhatian
yang cermat harus dilakukan didalam pengendalian arus searah yang digunakan untuk
menghindari kerusakan pada komponen-komponen mesin.
Untuk stator dapat juga dipanaskan dengan menggunakan sirkulasi arus searah yang
diperoleh dari penguat terpisah atau menggunakan mesin las. Kemampuan kenaikan
temperatur harus mendapat perhatian khusus untuk menghindari panas dibagian dalam
terlalu tinggi. Hasil pengeringan harus diperiksa dengan maksud untuk mengetahui
tahanan isolasi. Pada permulaan penerapan panas, tahanan isolasi akan jatuh, tetapi
akan naik dan akhirnya tetap sebagai hasil pemanasan.
Pemerikasaan Isolasi Bearing

38
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Variasi pada rangkaian magnit generator dapat menyebabkan perubahan yang periodik
pada jumlah fluksi yang tersalurkan ke poros. Perubahan fluksi ini dapat membangkitkan
tegangan yang cukup untuk arus bersirkulasi yang melalui poros, bearing dan rangka.
Jika arus ini dibiarkan mengalir, akan menimbulkan pengaruh yang berbahaya pada
journal dan bearing. Untuk menghilangkan arus ini, bearing harus diisolasi. Pada mesin
type bracket bearing diisolasi antara mounting ringnya dan rumah bearing. Hal yang
perlu diperhatikan adalah mengisolasi setiap peralatan deteksi seperti probe temperatur,
yang berhubungan dengan bearing.
Adalah sangat sulit sekali memeriksa isolasi bearing ini. Pengukuran yang bisa dilakukan
adalah memasang megger 500 volt pada bearing dan bracket bearing. Pembacaan 0.1
megohm atau lebih besar memperlihatkan bahwa isolasi bearing sudah memadai.
Pendektesi Kebocoran Bahan Pendingin.
Pendektesi kebocoran bahan pendingin (pengindera kelembaban) ditempatkan pada
saluran udara dingin setiap pendingin. Masing-masing pengindera dihubungkan kerele
yang akan mentripkan sistem apabila nilai penyetelan rele dilampaui. Pengindera
kelembaban tidak memerlukan perawatan selama kurang lebih dua tahun, kecuali jika
elemennya terlalu kotor maka perlu dibersihkan, alat ini masih dapat bekerja dengan
baik walaupun pada permukaannya terdapat debu.

13. Mengetahui Kebutuhan PK AC dan Daya Pendingin (BTU/hr)


Salah satu hal yang sering menjadi pertanyaan saat kita memutuskan akan
menggunakan air conditioner adalah bagaimana cara mengetahui PK AC yang sesuai
dengan ruangan kita? Hal ini perlu mendapat perhatian karena hubungannya dengan
besaran pemakaian listrik yang harus kita bayar tiap bulannya. Unit air conditioner yang
terlalu besar dibanding luas ruangan akan membuat pemakaian listrik menjadi boros,
begitu juga dengan unit air conditioner yang terlalu kecil. Unit air conditioner yang terlalu
kecil dibanding luas ruangan akan membutuhkan waktu yang lama untuk mendinginkan
ruangan, hal ini tentu juga membuat tagihan listrik menjadi besar.
Ada 3 faktor yang perlu diperhatikan pada saat menentukan kebutuhan PK AC, yakni
daya pendinginan AC (BTU/hr – British Thermal Unit per hour), daya listrik (watt), dan
PK compressor AC. Sebagian dari kita mungkin lebih mengenal angka PK (Paard
Kracht/Daya Kuda/Horse Power (HP)) pada AC. Sebenarnya PK itu adalah satuan daya
pada compressor AC bukan daya pendingin AC. Namun PK lebih dikenal ketimbang
BTU/hr di masyarakat awam. Lalu bagaimana cara menghitung dan menyesuaikan daya
pendingin air conditioner dengan ruangan Anda? Untuk menyiasatinya, maka kita
konversi dulu PK – BTU/hr – luas ruangan (m2).
1 PK = 9.000-10.000 BTU/h
1 m2 = 600 BTU/hr
3 mx = 10 kaki —> 1 m = 3.33 kaki
Daya Pendingin AC berdasarkan PK AC :
BTU/hr

39
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
±5.000
± 7.000
± 9.000
±12.000
±18.000
PK
½
¾
1

2
Untuk menghitung kebutuhan BTU digunakan rumus:
(W x H x I x L x E) / 60 = kebutuhan BTU
W = panjang ruang (dalam feet)
H = tinggi ruang (dalam feet)
I = nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit
dengan ruangl ain). Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
L = lebar ruang (dalam feet)
E = nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap
timur; nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.
Contoh :
Ruang berukuran 3mx6m atau (10 kaki x 20 kaki), tinggi ruangan 3m (10 kaki) tidak
berinsulasi, dinding panjang menghadap ke timur. Kebutuhan BTU = (10 x 20 x 18 x 10 x
17) / 60 = 10.200 BTU alias cukup dengan AC 1 PK.
Agar air conditioner memberikan hasil yang maksimal dalam menyediakan udara yang
segar berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:
Sesuaikan ukuran ruangan dengan kapasitas air conditioner.
Jangan diletakkan tepat di depan pintu, karena udara akan lebih mudah keluar ke
ruangan lain.
Jangan letakkan air conditioner terlalu dekat dengan atap. Air conditioner mengambil
udara dari atas, maka bila terlalu dekat dengan plafon, ruang yang sempit menyebabkan
udara yang masuk tidak maksimal.

40
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Cuci filter air conditioner 1 bulan sekali.
Lakukan pencucian evaporator AC 3 bulan sekali.

14. Mengatasi Masalah Ketika Terjebak di Dalam Lift


Berikut Ini Adalah Kondisi Bila kita Terjebak Di Lift.Semoga Bermanfat.
A. Jika lift berhenti karena listrik mati.
1. Jika listrik tiba-tiba mati, lampu darurat didalam kereta (car) secara otomatis akan
segera menyala. Lampu darurat ini merupakan perlengkapan standard dari sebuah lift
yang ditenagai oleh batere NI-Cad.
2. Segera cari tombol interphone, atau dengan simbol . Mintalah pertolongan pada
teknisi gedung untuk mengeluarkan anda dan tunggu sampai bantuan datang.
3. Selama menunggu, jangan mencoba membuka pintu dan mencari jalan keluar sendiri,
karena lingkungan sekitar ruang luncur lift berbahaya.
4. Jika lift berada di pertengahan antara 2 lantai, lift akan di jalankan secara manual
dengan tangan. Tunggu sampai berhenti dan di bukakan pintu oleh . teknisi.
5. Setelah pintu terbuka keluarlah dari kereta dan melangkah hati-hati. (Pintu akan
ditutup kembali oleh teknisi setelah semua penumpang keluar.)

A1. Jika lift di gedung anda di lengkapi dengan ARD (Automatic Rescue Device,
Alat Penyelamat Otmatis).

1. Setelah listrik mati, lampu darurat akan menyala.


2. Tunggu beberapa detik, maka anda akan merasakan lift bergerak menuju lantai
terdekat.
4. Setelah lift berhenti, pintu akan terbuka beberapa saat. Segeralah keluar dan
melangkah hati-hati. Pintu akan otomatis tertutup lagi setelah beberapa detik.

A21. Jika gedung memiliki pembangkit listrik sendiri (Genset) dan tenaganya
cukup untuk semua lift.

1. Setelah listrik mati, lampu darurat akan menyala.


2. Tunggu anatra 10 sampai 30 detik, Listrik akan hidup kembali dan lampu kereta akan
menyala. Kemudian tunggu beberapa detik lagi dan tombol kembali lantai tujuan anda.
A22. Jika gedung memiliki pembangkit listrik sendiri (Genset) dan tenaganya
hanya cukup untuk sebagian lift.
1. Setelah listrik mati, lampu darurat akan menyala.
2. Tunggu anatra 10 sampai 30 detik, Listrik akan hidup kembali dan lampu kereta akan
menyala.
3. Tunggu sampai kereta diturunkan secara bergantian ke lantai lobi utama.
41
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
4. Setelah sampai lobi utama, keluarlah dan cari lift yang dioperasikan dalam kondisi
keterbatasan
B. Jika terjebak dalam kereta karena lift mengalami kerusakkan.
1. Ketika lift sedang melaju dan tiba-tiba mengalami kerusakkan, lift bisa berhenti
ditengah jalan. Jika lift dilengkapi dengan trouble rescue device, maka setelah lift
berhenti beberapa detik, lift akan segera mendarat di lantai terdekat pada kecepatan
lambat. Setelah pintu lift terbuka segeralah keluar. Pintu akan menutup kembali dan lift
tidak bisa digunakan sampai selesai diperbaiki. (Sistim rescue akan berjalan jika tidak
ada gangguan pada sistim pengaman atau rangkaian elektronik penggerak kereta).
2. Segera cari tombol interphone, atau tekan tombol dengan simbol . Mintalah
pertolongan pada teknisi gedung untuk mengeluarkan anda dan tunggu sampai bantuan
datang. Yakinkan anda bisa berkomunikasi dengan teknisi gedung yang terlatih
melakukan rescue lift yang macet.
3. Selama menunggu, jangan mencoba membuka pintu dan mencari jalan keluar sendiri,
karena lingkungan sekitar ruang luncur lift berbahaya bagi orang awam dan
kemungkinan lift bisa tiba-tiba bergerak. Sehingga penumpang yang berusaha keluar
sendiri bisa mengalami kecelakaan.
4. Jika lift berada di pertengahan antara 2 lantai, lift akan di jalankan secara manual
dengan tangan. Tunggu sampai berhenti dan di bukakan pintu oleh teknisi.
5. Setelah pintu terbuka keluarlah dari kereta dan melangkah hati-hati. (Pintu akan
ditutup kembali oleh teknisi setelah semua penumpang keluar)
C: Jika Terjadi Kebakaran.
1. Jika anda sedang berada diluar lift dan tahu ada kebakaran. Jangan Menggunakan
Lift. Cepat lari menuju ke tangga darurat untuk segera turun ke luar gedung.
2. Jika anda sedang berada dalam lift dan ada kebakaran. Jika lift menggunakan
interkoneksi otomatis dengan fire alarm sehingga memperoleh peringatan dini. Maka lift
akan otomatis turun ke bawah ke lantai utama. Atau secepatnya keluar lift,segera
sesudah mendapat informasi ada kebakaran di suatu lantai. Ini jika liftnya tidak memiliki
sistim otomatis.
3. Sesuai aturan international, pada saat kebakaran lift sama sekali tidak boleh
digunakan. Segera menuju ke tangga darurat untuk turun.. Kecuali regu pemadam
kebakaran yang menggunakan Fireman Lift (Lift Khusus Untuk Pemadam Kebakaran).
Mereka sudah dilengkapi baju untuk pemadam kebakaran yang tahan api dan tahan
panas.
D. Jika ada Gempa Bumi.
1. Jika lift diengkapi dengan sensor seismik, lift akan mendarat di lantai terdekat. Segera
keluar dari lift dan mencari perlindungan seperti dibawah meja yang kuat. Jika akan
turun menggunakan tangga darurat, mungkin sulit. Saat ada gempa, berdiri saja akan
sulit, apalagi mau jalan ke tangga. lebih baik cari perlindungan.
2. Jika lift tidak dilengkapi sensor seismik, maka lift akan tetap jalan dan anda akan
terasa dibanting-banting. Segera keluar lift dan secepatnya berlindung.
42
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
3. Setelah gempa bumi lift harus diperiksa dahulu sampai dinyatakan aman dan tidak
berbahaya untuk digunakan.

15. Menentukan Tempat Pemasangan AC Split Wall


Dalam hal pemasangan AC sangat di anjurkan untuk memperhatikan posisi/letak
pemasangan AC agar terlihat cantik dan dinamis juga menambah kesan ruangan
menjadi indah, karena jangan sampai setelah AC di pasang malahan akan mengganggu
kenyamanan dan kesulitan untuk Perawatan AC.
Beberapa hal yang harus di hindari pada saat menentukan lokasi pemasangan AC:
Gas yang mudah terbakar
Udara yang mengandung kadar garam tinggi
Oli mesin
kondisi lingkungan khusus
Tips dan Cara menentukan lokasi pemasangan AC yang baik (agar AC tahan lama dan
awet) :
Unit dalam (Indoor AC)
Tempat yang tidak menghalangi udara masuk dan keluar
pemasangan indoor ac jangan terlalu rapat dengan atap plafon + 15 cm dari atap
Pasang indoor AC pada tempat yang dapat menahan beratnya unit
hati2 bila memasang pada dinding yang memakai Batako
Pilih posisi yang memudahkan pemasangan pipa dan kabel kabel yang menuju unit
luar (outdoor)
untuk menhindari banyaknya tekukan tekukan pipa AC
Sediakan tempat yang cukup luas untuk memudahkan perawatan rutin (filter indoor)
dan pelepasan cashing indoor pada saar service AC
Pastikan buangan air AC mengalir dengan baik dan benar
untuk menghindari terjadinya luapan air buangan ac ke dalam unit indoor.
Pasang unit dalam (indoor) pada dinding minimal jarak 2,5 meter dari lantai
Unit luar (Outdoor AC)
Unit luar tidak boleh di pasang terbalik karena oli pelumas kompresor akan masuk ke
sirkuit pendingin sehinggga dapat merusak unit AC
Pilih tempat terbuka dan kering dan hindari dari sumber panas matahari langsung
Pasang di tempat yang tidak menggangu jalan (bila rumah di dalam Gang senggol)
43
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Pilih posisi yang mudah dalam penyambungan pipa ac yang terhubung ke indoor AC,
Panjang pipa minimal 5 meter dan maximal 15 meter (lebih dari itu jangan pasang AC)
Tempatkan unit luar pada posisi yang dapat membuang udara secara bebas agar
udara panas outdoor tidak feedback
Pilih tempat yang suara operasi AC dan hembusan udara outdoor tidak menggangu
tetangga
Buat jarak pemasangan outdoor ac yang memudahkan dalam hal perawatan ac
Jika unit luar (outdoor) di pasang terlalu tinggi, perhatikan kekuatan bracket
penyangganya
Jika pemasangan instalasi pipa ac melewati atap rumah (di atas plafon) usahakan agar
pipa pipa ac tersebut di balut kembali dengan ductape ac (isolasi) untuk menghindari
kondensasi ac yang dapat merusak plafon, jika ingin di pendam di dalam tembok
usahakan terbungkus di dalam pipa pvc karena kondensasi ac ini lama kelamaan akan
membuat tembok menjadi rusak dan berlumut.

16. LIFT PADA GEDUNG BERTINGKAT


I. JENIS ELEVATOR / LIFT
Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu :
1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator)
2. Lift Barang ( Freight elevator )
3. Lift Pelayan ( Dumb Waiter, lift barang berukuran kecil ).
Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda secara prinsip. Perbedaan yang nyata
pada interior dan perlengkapan operasi dari lift-lift tersebut. Juga pada sistem
pengamanan operasi yang dipasang sebagian besar sama, hanya pada dumb waiter
sistem pengamanan operasi yang disediakan lebih sederhana.
Perbedaan tersebut akan semakin nyata apabila dibandingkan antara lift barang untuk
pabrik (besar) dengan lift penumpang yang dipergunakan didalam gedung-gedung
diperkantoran. Lift barang untuk pabrik (sesuai dengan kebutuhan) dilengkapi dengan
pembuka pintu yang lebih besar, baik dipasang dengan pembukaan secara horizontal
(terdiri lebih dari dua pintu) maupun yang dipasang dengan sistem pembukaan pintu
vertikal (biasanya terdiri dari dua daun pintu atau lebih)
Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara penulisan kapasitas muatannya. Kapasitas
digerakan pada COP (Car Operation Panel, Operation Panel Board) didalam kereta
biasanya dinyatakan dalarn kilogram (kg) atau (Ib) untuk jenis lift barang, sedangkan
untuk penumpang sering dinyatakan dalam jumlah orang (persons) atau kombinasi
keduanya. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menjadi semakin tipis apabila kita
bandingkan lift penumpang dan lift barang yang terpasang dalam gedung perkantoran.

44
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar lift barang yang terpasang didalam
gedung hunian dipersyaratkan juga untuk dapat mengangkut penumpang atau orang.

Jenis Elevator / lift dilihat dari penggunaannya, adalah ;


1. Passenger Elevator.
2. Observation Elevator (Panoramic Elevator, Lift Capsul).
3. Service Elevator (passenger-freight elevator).
4. Fireman lift (lift Pemadam Kebakaran).
Observation elevator adalah jenis lift penumpang yang sebagian besar pada dindingnya
atau pintunya dilengkapi dengan kaca. Sehingga memungkinkan penumpangnya dapat
melihat kearah luar. Lift jenis ini biasanya dipasang pada pertokoan atau hotel yang
memiliki pemandangan yang bagus.
II. KOMPONEN UTAMA ELEVATOR
Komponen utama elevator terdiri dari 2 ( dua ) bagian besar , yaitu ruang mesin (
Machine Room ) dan ruang luncur ( Hoistway ).
1. Ruang mesin ( Machine Room )
Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana diruangan tersebut terjadinya semua
proses pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan. Didalam ruang mesin
terdapat beberapa alat penggerak elevator.
2. Motor penggerak
Motor penggerak elevator ini memiliki asupan daya tegangan bolak-balik (Ac) dari PLN
yang sangat berperan dalam pelaksanaan kerja elevator, motor penggerak ini
mempunyai kemampuan putar antara 50 putaran per menit sampai dengan 210 putaran
per menit. Dengan kapasitas tegangan motor yang disesuaikan dengan kapasitas
angkut .
Motor penggerak ini dilengkapi dengan rem magnet ( magnetic brake ) yang berfungsi
menahan motor ketika kereta telah sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat
atau lambatnya elevator diatur oleh PLC (Programable Logic Control) . Motor penggerak
dalam menarik dan menurunkan elevator menggunakan tali baja ( rope ) yang melingkar
pada puli mesin ( sheave ).
Jenis Penggerak Elevator / lift pada umumnya
Pada umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
A. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic elevator).
B. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type elevator).
Perbedaan pokok dari kedua jenis lift tersebut yaitu :

45
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
No Perbandingan Traction Machine Hydrolic
1. Pelayanan tidak terbatas terbatas 20 meter
2. Pemakaian Lebih dari 80 start /stop perjam. Terbatas 80 start /stop perjam
3. Kecepatan Tidak terbatas (1000m/menit) Terbatas (maks 90 m/menit)
Jenis Lift Dengan Traction Motor
Lift yang mempergunakan tarction motor dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Jenis Tarikan Langsung (Drum Type)
2. Jenis Tarikan Gesek (Traction Drive)
1. Drum Type Elevator
Cara operasi lift jenis ini seperti crane-crane pada proyek kontruksi bangunan, dengan
menggulung tali baja pada tabung gulung. Pemakaian jenis lift ini pada lift penumpang
tidak terlalu populer seperti pada lift traksi jenis motor pully, hal ini disebabkan adanya
beberapa keterbatasan dalam pemakaian. Oleh karena itu lift jenis ini hanya
dipergunakan untuk lift-lift dengan kapasitas kecil seperti pada lift perumahan (home
elevator) dan (lift pelayan) dumbwaiter.

Adapun kelemahan tersebut, antara lain :


a. Kecepatan yang dapat dicapai secara teknis terbatas ( +/- 15 m/menit)
b. Kapasitas angkut terbatas (maksimal 200 kg).
c. Penggunaan tenaga listrik lebih boros ( tanpa bobot imbang ).
2. Traction Type Elevator
Lift jenis ini dapat digolongkan menjadi 2 (dua ) penggolongan, yaitu :
a. Dilihat dari segi mesin penggerak , dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu :
a.1 Geared Elevator
a.2 Gearless Elevator
b. Dilihat dari jenis motor traksi yang dipergunakan dapat menjadi dua (2) jenis, yaitu :
b.1 Lift traksi motor AC
b.2 Lift traksi motor DC
Geared elevator dengan penggerak motor AC geared biasanya dipergunakan pada lift
berkecepatan rendah dan sedang. Sebaliknya Gearless elevator dengan penggerak
motor DC ( AC VVVF ) dipergunakan pada lift kecepatan tinggi.
Pada umumnya lift jenis traksi meletakkan motor traksi dan panel control diatas ruang
luncur (hoistway), namun demikian dalam beberapa kasus tertentu penempatan motor
46
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
traksi dan panel control ada yang diletakkan samping bawah atau disamping atas ruang
luncur. Untuk mengatasi masalah dimana ketinggian bangunan yang terbatas.
3. Governor
Governor adalah komponen penggerak utama dalam elevator, didalam governoor ini
terdapat saklar yang berfungsi untuk menonaktifkan semua rangkaian sehingga
otomatisasi elevator mati dan tidak berfungsi. Selain saklar juga terdapat pengait rem,
pengait rem ini berfungsi untuk menghentikan kawat selling dan kawat selling ini menarik
rem yang ada di kereta elevator.
4. Panel
Panel ini adalah tempat control elevator secara otomatis, panel ini terdapat inverter
motor dan program logic control yang berfungsi untuk mengatur geraknya elevator.
5. Ruang luncur
Ruang luncur ini adalah tempat dimana elevator beroperasi berbentuk lorong vertikal,
disinilah elevator menjangkau tiap-tiap lantainya.didalam ruang luncur ini terdapat
beberapa komponen utama yang tak kalah pentingnya dibandingkan dalam ruang
mesin.
6. Kereta ( Sangkar )
Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua sisinya,
pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail ( sliding guide ) yang berfungsi memandu
atau menapaki rail.
Selain pemandu rail ( sliding guide ) juga terdapat karet peredam ( silencer rubber ) yang
berfungsi untuk mengurangi kejutan ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain
itu pula terdapat pendeteksi beban (switch overload) yang terdapat dibawah kereta
elevator. Pada pintu kereta elevator juga terdapat sensor gerak ( safety ray ) dan sensor
sentuh ( safety shoe ) yang terpasang pada pintu kereta dan berfungsi supaya untuk
penumpang elevator tidak terjepit pintu elevator, didalam kereta elevator juga terdapat
tombol-tombol pemesanan lantai ( floor button ) yang akan dituju oleh pengguna
elevator.
Kereta elevator memiliki pintu otomatis yang digerakkan oleh motor stepper yang bekerja
berdasarkan sinyal digital yang asalnya dari sensor kedekatan ( proximity ) yang
berfungsi menentukan level atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan level atau rata
maka motor stepper akan membuka pintu secara otomatis.
Ada beberapa komponen pendukung kerja elevator antara lain seperti dibawah ini :
1. Saklar pintu ( door contact )
Saklar pintu ( door contact ) ini termasuk dalam komponen pengaman elevator.
2. Kunci pintu ( door lock )
Berfungsi untuk mengunci pintu agar pintu tidak dapat dibuka dari luar
3. Saklar batas atas ( final up ) dan bawah ( final down )

47
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Saklar batas atas dan bawah berfungsi untuk mengamankan kereta elevator terhadap
kemungkinan terjadinya kelebihan kecepatan.
7. Saklar Pintu
Saklar pintu atau sering disebut dengan door contact adalah salah satu komponen yang
termasuk penting dalam pengamanan elevator, cara kerja dari saklar pintu ( door contact
) ini adalah saklar di hubungkan kabel saklar pintu ( door contact ) tiap-tiap lantai secara
seri.
Apabila salah satu pintu dibuka secara sengaja maka elevator tidak akan bekerja, ini
dikarenakan untuk keselamatan pengguna elevator atau bagian perawatan elevator.

8. Bobot imbang ( counterweight )


Bobot imbang atau counterweight biasanya terpasang dibelakang atau disamping kereta
elevator, bobot dari bobot imbang ini harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Faktor-
faktor yang menentukan berapa berat dari bobot imbang ini diantaranya harus
memperhitungkan berat kereta, kapasitas penuh pada kereta dan faktor keseimbangan.
9. Peralatan Pengaman ( Safety Device )
Peralatan pengaman safety device pada lift meliputi
a. Circuit braker
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub panel) ke panel control lift.
Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih (over current).
b. Governoor
Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift jika governor mendeteksi
terjadinya overspeed (kecepatan lebih) pada traffict lift (putaran roda pulley
governoornya). Menjepit sling governor (catching).Secara mekanik bandul
governor akan menjepit sling overnor (rope governor) dan dengan terjepitnya
sling ini,maka sling ini akan menarik safety wedge pada unit safety gear/safety
wedge yang terletak di bawah car lift dan akan mencengkaram rail untuk
melakukan pengereman secara paksa terhadap lift.
c. Final limit switch (upper/bagian atas)
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi lift jika limit switch (upper)
gagal beroperasi.
d. Limit switch (upper/bagian atas)
Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai tertingginya.
48
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
e. Emergency exit (manhole)
Penumpang dapat di evakuasasi dari dalam sangkar melalui manhole ini pada saat
emergency.Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar bagian atas.jika pintu ini
terbuka lift otomatis akan berhenti.

f. Emergency light (lampu emergency)


Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika terjadi pemadaman
sumber listrik.Lampu ini dapat bertahan rata-rata sampai dengan 15 menit.
g. Safety gear/safety wedge
Melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika governor mendeteksi terjadinya
over speed.
h. Limit switch (Lower/bagian bawah)
Menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai terendahnya.
i. Final limit switch (lower/bagian bawah)
Merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi lift jika limit switch
gagal beroperasi.
j. Lubang kunci pintu luar
Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan untuk di buka
jika ingin melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi emergency.
k. Door lock switch
Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi (running).Pintu hanya
dapat di buka setelah sangkar berhenti.
l. Interphone
Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi (building maintenance)
di ruang mesin,ruang control atau ruang security jika terjadi pemdaman listrik atau
hal emergency.
m. Safety shoe
Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan membuka kembali
jika mendeteksi sesuatu.Photocell dapat di gunakan secara bersamaan safety shoe ini.

49
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
n. Weighing Device (pendeteksi beban)
Memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada saat weighing device ini mendeteksi
beban sangkar yang berlebih.jika weighing device ini aktif pintu lift akan tetap terbuka
sampai dengan sangkar di kurang bebannya.
o. Apron
Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang luncur lift) pada saat
penumpang mencoba keluar ketika lift berhenti tidak level.
p. Buffer
Jika sangkar atau counterweight (beban penyeimbang) bergerak ke arah paling bawah,
buffer akan mengurangi terjadinya shock (guncangan).
10. Lobi lift ( Lift Hall ):
a. Lobi lift (Lift Hall) adalah ruang bebas yang lerletak didepan pintu hall lift.
b. Tombol Lantai (Hall button ) adalah Tombol pemanggil kereta, di hall.
c. Sakelar Parkir (Parking switch) terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall
button),
berfungsi mematikan dan menjalankan lift.
d. Sakelar Kebakaran (Fireman Switch) terletak di lobby utama disisi atas hall button,
berfungsi untuk mengaktipkan fungsi fireman control atau fireman operation.
e. Petunjuk Posisi Kereta (Hall indicator) terletak di transom masing-masing lift.
Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.
11. Konstruksi tali baja tarik
Tali baja tarik khusus untuk lift harus dibuat dari kawat baja yang cukup kuat, tetapi
cukup lemas tahan tekukan, dimana tali tersebut bergerak bolak balik melalui roda.
Batas patah elemen kawat baja ialah kira-kira 19.000 kgf/cm2 atau 190kgf/mm2 (high
content carbon steel).
Konstruksi tali yang khas untuk lift terdiri dari 8 pintalan yang dililitkan bersama, arah
kekiri ataupun kekanan dengan inti ditengah dari serat sisal manila henep, yang jenuh
mengandung minyak lumas. Tiap-tiap pintalan terdiri dari 19 kawat yaitu 9.9.1, artinya 9
kawat diluar, 1 dipusat dan 9 lagi diantaranya. Biasanya 9 elemen kawat baja yang diluar
dibuat dari baja "lunak" (130 kgf7mm2) agar menyesuaikan gesekan dengan roda puli
dari besi tuang, tanpa rnenimbulkan keausan berlebihan. Konstruksi tali sering disebut
atau ditulis 8x19 atau 8 x 9.9.1. FC (fibre core).
Inti serat sisal dapat juga diganti dengan serat sintetis. Adapun tujuannya hanya sebagai
bantalan untuk mempertahankan bentuk bulat tali dan memberikan pelumasan pada

50
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
elemen kawat. Tali baja yang dilengkapi inti serat diberi kode FC (fibre core), untuk
membedakan dengan tali yang dilengkapi inti kawat baja atau kawat besi yang diberi
kode IWC (independent wire core). Yang tersebut terakhir tidak memberikan pelumasan
dan tidak digunakan untuk lift karena tidak luwes.
Dilihat dari segi arah pilinan, tali dibedakan atas 2 jenis yaitu :
1. Regular lay, jika arah pilinan kawat berlawanan dengan arah lilitan dan strand
2. Lang lay, jika arah pilinan kawat sama searah dengan lilitan dan stand.
Keuntungan dari lang lay ialah kemuluran tali lebih kecil yaitu 0.1 % hanya dibanding
dengan regular lay 0.5%. Tekanan pada alur puli lebih kecil sehingga lebih awet dan
lebih luwes, tidak mempunyai sifat kaku (menendang) saat mau dipasang. Lang lay
dipakai untuk instalasi lift berkecepatan tinggi diatas 300 m/menit, dan jarak lintas diatas
200 m.
Lang lay juga lebih tahan terhadap fatigue, tetapi batas patah lebih kecil kira-kira 10%
dibanding dengan regular lay. Umpama pada tali berdiameter 13 mm, untuk regular lay
batas patah 6500 kgf, sedangkan pada lang lay sebesar kira-kira 5800 kgf.
Tali baja kompensasi
Tali baja kompensasi dipasang sebagai pengimbang berat tali baja tarik, terutama pada
instalasi lift dengan tinggi lintas lebih dari 35 meter dan lift dengan berkecepatan 210
m/menit keatas. Lift dengan lintas rendah sampai 35 m dan berkecepatan dibawah 210
m/menit menggunakan rantai gelang sebagai pengimbang berat tali baja tarik.
Salah satu manfaat penggunaan kompensasi berat atas tali baja ialah menjaga
hubungan traksi T1/T2 konstan sepanjang lintasan. Lonjakan kereta dapat terjadi saat
bobot imbang membentur peredam di pit. Oleh karena itu overhead harus
diperhitungkan tingginya untuk cukup menampung tinggi ruang aman disamping
lonjakan kereta setinggi setengah langkah peredam. Setelah terjadi Ionjakan, kereta
akan jatuh kembali ke posisi menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis
pada tali baja tarik sesaat, setelah lonjakan. Kejutan semacam itu juga dapat terjadi saat
pesawat pengaman bekerja yaitu kereta meluncur overspeed kebawah tiba-tiba
dihentikan, sehingga bobot irnbang melonjak keatas sesaat dan kembali ke
kedudukannya menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja
tarik.
Tali kompensasi mempunyai peranan meredam peristiwa lonjakan tersebut. Untuk
mengurangi tegangan dinamis pada tali baja tarik, terutama pada lift berkecepatan
diatas 210 m/m, maka dipasang roda teromol di pit sebagai penegang tali kompensasi.
Teromol tersebut beralur sesuai dengan jumlah dan besarannya tali kompensasi serta
duduk pada rumah yang bebas naik-turun mengikuti ayunan, yang dipandu oleh
sepasang rel vertikal.
Gerakan ayunan naik-turun rumah teromol tersebut perlu diredam dengan satu atau dua
buah shock breaker (sejenis yang digunakan pada kendaraan bermotor) yang diikat
pada dasar pit sekaligus sebagai penahan kereta agar tidak atau hampir tidak melonjak.
Posisi kereta diujung atas dimulai dari tali kendor atau kecepatan Vo = 0, saat bobot
imbang membentur penyangga dan terhenti. Tahapan berikutnya tegangan puncak tali
terjadi saat tali baja tarik menahan kereta yang turun kembali dari lonjakan.
51
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Jika tali kompensasi tidak dilengkapi dengan teromol penegang yang sesuai, dan
peredam dari bobot imbang tidak dilengkapi dengan saklar pemutus arus, maka kereta
dapat saja meloncat sampai membentur bagian bawah lantai kamar mesin, yaitu sesaat
setelah bobot imbang membentur penyangga. Peristiwa ini sering disebut oleh teknisi
lapangan sebagai peristiwa "jatuh keatas".

18. Jenis/ macam, Penggunaan dan Dasar Pemilihan Lift Untuk Gedung Bertingkat
Jenis, macam dan fungi Lift :
1. Lift Penumpang
Berfungsi untuk mengangkut penumpang dan mempunyai bukaan pintu center opening
(co).
2. Lift Observation
Adalah sama dengan lift penumpang namun pada sisi belakangnya terbuat dari kaca
dan ruang luncurnya juga di design dari kaca yang berfungsi untuk menampilkan
keindahan design arsitektur dan memberikan kenyamanan penumpang kereta karena
dapat melihat tata letak ruang dalam bangunan.
3. Lift Barang atau biasa disebut Lift Service
Berfungsi untuk mengangkut barang dalam jumlah dan berat yang tertentu dan
mempunyai bukaan pintu side opening (so), dalam keadaan darurat atau kebakaran, lift
barang harus dapat difungsikan sebagai lift kebakaran.
4. Lift pasien biasa disebut Lift Bed
Mempunyai bukaan pintu side opening (so) pada 2 (dua) sisi yaitu muka dan belakang
(through door) berfungsi untuk mengangkut patient stretcher (brandkar) sehingga
diperlukan ukuran ruang kereta sebesar l =1.500 mm d = 2.300 mm.
5. Lift Automobile
Berfungsi untuk mengangkut kendaraan (mobil) sehingga memerlukan ukuran ruang
kereta sampai l =2.750 mm d =6.300 mm tergantung peruntukan jenis mobil yang akan
diangkut. Lift ini berkecepatan rendah yaitu 20, 30, 45 mpm dan mempunyai sistem
bukaan pintu atas – bawah dengan 2 (dua) atau 3 (tiga) panel pintu.
6. Lift fire.
Dalam keadaan darurat/kebakaran, minimal satu diantara jajaran lift harus dapat
dipergunakan untuk evakuasi ataupun transportasi bagi fire brigade. Lift yang berfungsi
juga sebagai lift fire adalah lift service atau disebut juga lift barang. Karena
kebutuhannya maka dinding ruang luncur, kamar mesin lift, pintu lift dan saluran kabel
power harus tahan api selama minimal 1 jam, sedangkan pada lobby lantai dasar
didekat lift fire harus dipasang fire man switch untuk keperluan operasional petugas fire
brigade.
Penggunaan lift pada bangunan bertingkat dibagi menjadi :

52
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Bangunan rendah sampai 6 lantai,
Mengunakan kereta kapasitas 300 kg ~ 1.000 kg dengan kecepatan 60 mpm atau 75
mpm.
Bangunan menengah rendah 6 ~ 20 lantai,
Mengunakan kereta kapasitas 1.000 kg ~ 1.150 kg dengan kecepatan 90 mpm atau 105
mpm.
Bangunan menengah tinggi 20 ~ 30 lantai,
Mengunakan kereta kapasitas 1.150 kg ~ 1.350 kg dengan kecepatan 120 mpm atau
150 mpm.
Bangunan tinggi diatas 20 lantai,
Mengunakan kereta kapasitas 1.350 kg ~ 1.600 kg dengan kecepatan 150 mpm ~ 300
mpm.
Dasar pemilihan passenger elevator meliputi :
1. Penentuan jumlah populasi orang dalam gedung berdasar pada peruntukan gedung
yang bersangkutan yaitu
No. Jenis gedung Per luas bersih
(nett area) -- --------------------------------------------------------------------------------------
1. Perkantoran 10 m²/orang, untuk lt. 1 ~ 20
12 m²/orang, untuk lt. 21 ~ 30
14 m²/orang, untuk lt. 31 ~ 40
2. Hotel
* unit kamar @ 2 orang

* function rooms 10 m²/orang


3. Rumah Sakit
* kamar pasien 3 ~ 4 bed / kamar
* ruang praktek 3 orang / ruang
* ruang tunggu 10 m²/orang
4.Apartment
* 1 bed room (1 br) @ 2 orang
* 2 bed room (2 br) @ 3 orang

53
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
* 3 bed room (3 br) @ 4 orang
* penthouse (ph) @ 6 orang
2. Average Arrival Interval (AAI dalam detik)
Waktu tunggu rata – rata yang diperlukan dalam satuan detik.
Standard AAI yang berlaku umum,
* gedung kantor mewah 25 ~ 35 detik
* gedung kantor komersial 25 ~ 35 detik
* gedung kantor instansi 30 ~ 40 detik
* hotel berbintang 40 ~ 60 detik
* hotel resort 60 ~ 90 detik
* rumah sakit 40 ~ 60 detik
* apartement kelas mewah 50 ~ 70 detik
* apartment kelas menengah 60 ~ 80 detik
* apartment kelas biasa 80 ~ 120 detik
* gedung sekolah / kuliah 40 ~ 90 detik
3. Handling Capacity (HC dalam %)

Batas kemampuan maksimum kereta dalam mengangkut sejumlah orang tiap 5 menit
pertama saat jam-jam padat (rush hour) yang dihitung dalam %.
Standard HC (%) dalam 5 menit yang berlaku umum,
* gedung kantor mewah 10 ~ 12 %
* gedung kantor komersial 11 ~ 13 %
* gedung kantor instansi 14 ~ 17 %
* hotel berbintang 8 ~ 10 %
* hotel resort 6 ~ 8 %
* rumah sakit 10 %
* apartement kelas mewah 5 ~ 7 %
* apartment kelas menengah 6 ~ 8 %
* apartment kelas biasa 10 ~ 11 %
* gedung sekolah / kuliah 2,5 ~ 25 %
54
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
19. JENIS SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
Tujuan pengkondisian udara adalah untuk mendapatkan kenyamanan bagi penghuni
yang berada didalam ruangan. Kondisi udara yang dirasakan nyaman oleh tubuh
manusia adalah berkisar antara :
Suhu dan kelembaban : 200C hingga 260C, 45% hingga 55%
Kecepatan udara : 0.25 m/s
Ada beberapa system pengkondisian udara yang dapat dilakukan, yaitu :
Sistim ekspansi langsung
Dengan sistim ini, pendinginan secara langsung dilakukan oleh refrigerant yang
diekspansikan melalui koil pendingin, sedangkan udara disirkulasikan dengan cara
menghembuskannya dengan menggunakan blower / fan melintasi koil pendingin
tersebut. Sistim ini biasanya dipergunakan untuk beban pendinginan udara yang tidak
terlalu besar seperti keperluan ruangan di rumah
Sistim Pengkondisian Udara secara Sentral
Secara singkat sistim Central Air Conditioning System ( Sistim Pengkondisian Udara
secara sentral ), yang biasa di rancang pada bangunan dapat di jelaskan sebagai berikut
: Unit pendingin utama di gunakan 2 unit Water Cooled Water Chiller dimana satu unit
beroperasi dan satu unit sebagai cadangan, unit Chiller beroperasi dengan
menggunakan “Primary Refrigerant” berupa refrigerant R123 pada unit Chiller & R 134A
pada unit purging yang sudah ramah lingkungan, nantinya akan mendinginkan
“Secondary Refrigerant” berupa air, dimana air yang sudah didinginkan ini di sirkulasikan
oleh Chilled Water Pump ke AHU dan FCU di LQB.
Pada unit AHU air dingin akan mengkondisikan / mendinginkan udara segar dari luar
gedung sehingga mencapai temperature dan kelembaban yang cukup dan untuk
selanjutnya di distribusikan ke koridor – koridor di ruangan setiap lantainya dan kamar-
kamar pada masing-masing lantai. Pada setiap lantai akan ditangani oleh 2 unit AHU
yang memiliki kapasitas pendinginan yang sama, begitu pula dengan 2 lantai diatasnya
memiliki masing-masing 2 unit AHU yang memiliki kapasitas pendinginan yang sama
dengan lantai dasar. Sedangkan proses pertukaran kalor yang terjadi di masing-masing
kamar akan ditangani oleh Fan Coil Unit yang telah mendapatkan distribusi udara segar
yang telah didinginkan oleh AHU sehingga kerja FCU tidak terlalu berat. Dikarenakan
lantai dasar, satu dan lantai dua memiliki kapasaitas pendinginan yang sama dan jenis
bangunana yang sama pula, maka perhitungan luasan sistim ducting akan diwakilkan di
salah satu lantai, yaitu lantai dasar.
Water Cooled Water Chiller
Unit Chiller yang digunakan pada sistim ini merupakan jenis Water Cooled Water Chiller
dengan menggunakan kompresor jenis sentrifugal 3 tahap / 3 stage centrifugal
compressor ( Kompresor sentrifugal 3 tingkat ), yang diproduksi oleh salah satu pabrikan
unit AC yang cukup terkenal yaitu Trane Company. Unit ini berkapasitas 320 Ton
55
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Refrigerant / 320 TR, dengan menggunakan sistim negative pressure, dimana jika terjadi
kebocoran pada unit Chiller maka refrigerant yang terdapat didalamnya tidak akan
terbuangan ke udara, melainkan udara luar yang akan masuk kedalam sistim. Didalam
sistim Chiller sendiri terdapat satu unit pembuang udara yang masuk saat terjadi
kebocoran tadi yang dinamakan Purging Unit. cara kerja purging seperti ini : saat Chiller
mengalami kebocoran, maka udara luar akan masuk kedalam sistim chiller sehingga
refrigerant atau freon akan bercampur dengan udara luar yang mengandung uap air,
sensor pada purging unit akan membaca perbedaan tekanan pada sistim dan
kelembaban refrigerant pada sistim sehingga akan mengaktifkan purging unit tersebut.
Saat purging unit bekerja, Chiller tetap beroperasi sebagaimana mestinya tanpa
terganggu. Udara yang terhisap masuk kedalam sistim akan di tekan keluar oleh purging
unit, sehingga tekanan pada sistim mengalami kondisi stabil barulah unit Chiller dapat di
perbaiki. Untuk media pendingin yang digunakan oleh unit Chiller yaitu refrigerant jenis R
123 dan untuk Purging unit berjenis R 134 A, kedua sudah ramah lingkungan.
Chilled Water & Condenser Water Pump
Guna keperluan mensirkulasikan air yang sudah didinginkan oleh unit Chiller ke AHU
maupun air yang mendinginkan unit condenser di Chiller ke Cooling Tower, maka di
gunakan masing-masing sistim satu paket Pompa sirkulasi air dingin dan Pompa
sirkulasi air pendingin. Jenis kedua pompa ini adalah sama, yaitu digunakan jenis End
Suction Centrifugal Pump dengan tekanan kerja pompa adalah 10 kg/cm2.
Pada sistim ini, sistim Chilled Water atau air yang didinginkan menggunakan 2 buah
pompa yang beroperasi sekaligus, hal ini dirancang agar umur pompa dapat lebih lama
mengingat jarak antara ruang pompa dan lokasi hotel cukup jauh. Sedangkan untuk
sistim air pendinginan hanya di gunakan satu buah pompa sirkulasi, mengingat jarak
ruang pompa dan unit Cooling Tower cukup dekat.
Cooling Tower Unit
Unit ini berfungsi sebagai pendingin unit condenser pada unit Chiller dengan media yang
digunakan adalah air, dimana sistim kerja Cooling Tower dapat di jelaskan sebagai
berikut : condenser di unit Chiller akan memiliki temperature dan tekanan yang tinggi
akibat tekanan kerja dari Kompresor, sehingga diperlukan media pendingin untuk
merubah fase refrigerant di condenser tersebut, untuk itu dibuat suatu sistim
pendinginan dengan menggunakan media air yang disirkulasikan oleh pompa ke unit
Cooling Tower, dimana air yang disirkulasikan tersebut akan membawa kalor dari
condenser untuk kemudian di lepaskan kalornya ke udara di Cooling Tower, sehingga air
akan mengalami penurunan temperature dan kembali disirkulasikan kembali ke unit
condenser.
Unit Cooling Tower sendiri terdiri dari : satu unit casing Cooling Tower, Motor Blower,
Basin dan Water Filler atau jika diartikan menjadi sirip – sirip pendingin air.
Air Handling Unit dan Fan Coil Unit
Baik Air Handling Unit maupun Fan Coil Unit memiliki kesamaan fungsi, Air Handiling
unit di fokuskan untuk menangani kapasitas pendinginan yang lebih besar sedangkan
Fan Coil Unit di fokuskan untuk kapasitas pendinginan yang lebih kecil, dalam sistim ini
AHU di gunakan untuk mengkondisikan fresh air (udara segar) dari udara luar yang akan

56
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
di distribusikan sebagai tambahan udara segar untuk FCU dan kamar juga sebagai
distribusi suplai udara dingin guna keperluan koridor di masing-masing lantai.
Komponen – komponen dari AHU maupun FCU sebernanya cukup sederhana yang
terdiri dari : Casing, Koil, Filter Udara dan Motor Blower.
Penggolongan Sistim Pengkondisian Udara
Jenis yang mendasari adalah sistim pengkondisian udara sentral. Untuk menjamin
pengaturan pengkondisian udara ruangan yang di teliti, maka sesuai dengan kemajuan
teknik pengkondisian udara yang telah dicapai sampai pada saat ini, dapat
dikembangkan beberapa sistim. Hal tersebut terutama menyangkut perkembangan
elemen pendinginnya.
Jenis – jenis sistim penghantar udara adalah sebagai berikut :
1. Sistim Udara Penuh
2. Sistim Saluran Tunggal
Sistim ini merupakan sistim penghantar udara yang paling banyak dipergunakan.
campuran udara ruangan didinginkan dan dilembabkan, kemudian dialirkan kembali
kedalam ruangan melalui saluran udara.
Keuntungan dari sistim ini adalah :
Sederhana, mudah perancangannya, pemasangan, pemakaian dan perawatannnya.
Biaya awal lebih rendah dan murah.
Kerugian dari sistim ini adalah :
Saluran utama berukuran besar, sehingga memerlukan tempat yang lebih besar.
Kesulitan dalam mengatur temperature dan kelembaban dari ruangan yang sedang
dikondisikan, karena beban kalor dari ruangan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada dasarnya sistim pengaturan untuk sistim saluran tunggal menyangkut pengaturan
temperature udara melalui bagian-bagian utama dari saluran. Dalam hal tersebut, laju
aliran air dingin, laju aliran air panas atau uap ke koil udara, diatur sedemikian rupa
sehingga temperature udara dapat diubah. Sistim ini dinamakan sistim volume konstan
temperature variable, yang sudah banyak dipergunakan dalam sistim penghantar udara.
Dalam keadaan dimana beban kalor dari beberapa ruangan yang akan dilayani ini
berbeda-beda, boleh dikatakan tidak mungkin mempertahankan udara ruangan pada
suatu temperature tertentu, kecuali bagi beberapa ruangan utama saja. Jadi masalah
tersebut dapat dipecahkan dengan melayani ruangan dengan beban kalor yang sama
oleh satu pengolah udara secara sentral.
Sistim saluran udara tunggal yang lain adalah sistim pemanasan ulang, dimana udara
segar yang mengalir didalam saluran utama tersebut dapat dipertahankan konstan, pada
temperature yang rendah. Kemudian udara tersebut masuk kedalam ruangan melalui
alat pemanas yang dipasang pada saluran- saluran cabang masing-masing. Pemanas
tersebut memanaskan udara dan diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh
temperature udara tang sesuai dengan temperature udara ruangan yang di inginkan.
57
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Sistim ini dinamakan sistim pemanasaan ulang terminal dan banyak digunakan untuk
melayani beberapa ruangan pribadi yang ada didalam gedung perkantoran umum.
Ada pula sistim saluran tunggal yang bekerja dengan volume variable dimana jumlah
aliran udara dapat diubah sesuai dengan beban kalornya, jadi, volume aliran udara akan
berkurang dengan turunnya beban kalor dari ruangan yang harus dilayani.pengaturab
volume aliran udara dilakukan dengan mengatur posisi damper atau dengan unit volume
variable damper. Ada beberapa macam unit volume variable damper. Salash satu
diantaranya seperti gambar dibawah ini
Pada hal tersebut terakhir terdapat dua saluran; satu saluran menyalurkan jumlah udara
yang minimal diperlukan, sedangkan saluran lainnya menyalurkan jumlah udara sesuai
dengan pembukaan katup udara yang diatur oleh thermostat. Pemasukan udara diatur
oleh tekanan udara yang bekerja pada tirai dari alat pengatur volume konstan dan gaya
pegas. Pemasukan udara minimum harus diatur supaya distribusi udara didalam
ruangan dapat berlangsung sebaik-baiknya, dengan jumlah ventilasi udara yang
minimal. Jumlah udara masuk akan berkurang dengan turunnya beban kalor, sehingga
apabila jumlah udara masuk menjadi lebih kecil daripada jumlah udara masuk yang
minimal, maka temperature udara masuk akan berubah.
Dalam sistim volume variable, putaran atau sudu isap dari kipas udara dapat diatus
sesuai dengan perubahan pemasukan udara yang diinginkan. Sistim pengaturan kipas
udara tersebut diatas memungkinkan penghematan daya listrik yang diperlukan untuk
menggerakan kipas udara pada beban parsial.
Sistim Dua Saluran
Selain sistim saluran tunggal, terdapat pula sistim dua saluran yang dapat menutupi
kekurangan daru sistim saluran tunggal. Sistim ini kebanyakan digunakan di gedung-
gedung besar, dalam hal tersebut udara panas dan udara dingin dihasilkan secara
terpisah oleh mesin penyegar udara yang bersangkutan. Kedua jenis udara itupun
disalurkan melalui saluran yang terpisah satu sama lain. Tetapi kemudian dicampur
sedemikian rupa sehingga tercapai tingkat keadaan yang sesuai dengan beban kalor
dari ruangan yang akan disegarkan. Sesudah itu disalurkan kedalam ruangan yang
bersangkutan. Sistim ini dinamakan sistim dua saluran.
Dalam sistim ini, alat yang diperlukan untuk mencampur udara panas dan udara dingin
dalam perbandingan jumlah aliran yang ditetapkan untuk memperoleh kondisi akhir yang
diinginkan, dinamai alat pencampur. Sistim dua saluran dapat memberikan hasil
pengaturan yang lebih teliti. Tetapi memerlukan lebih banyak energi kalor dan lebih
tinggi harga awalnya. Ada dua jenis sistim dua saluran, yaitu sistim volume konstan dan
sistim volume variabel.
Sistim Air Udara
Ciri-ciri Sistim Air Udara
Dalam sistim air udara, unit koil kipas udara atau unit induksi dipasang didalam ruagan
yang akan dikondisikan. Air dingin dialirkan kedalam unit tersebut, sedangkan udara
ruangan dialirkan melalui unit tersebut sehingga menjadi dingin. Selanjutnya udara
tersebut bersirkulasi didalam ruangan. Demikian pula untuk keperluan ventilasi, udara
luar yang telah didinginkan dan dikeringkan atau udara luar yang telah dipanaskan dan

58
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
dilembabkan dialirkan dari mesin pengolah udara jenis sentral keruangan yang akan di
kondisikan.
Oleh karena berat jenis dan kalor spesifik air lebih besar dari pada udara, maka baik
daya yang diperlukan untuk mengalirkan maupun ukuran pipa yang diperlukan untuk
memindahkan kalor yang sama adalah lebih kecil. Dengan demikian, untuk mengatasi
beban kalor dari ruangan yang akan di kondisikan, banyaknya udara yang mengalir dari
mesin pengolah udara jenis sentral adalah lebih kecil. Disamping itu, ukuran mesin
pengolah udara maupun daya yang diperlukan adalah lebih kecil jika dibandingkan
dengan yang diperlukan oleh sistim udara penuh.
Unit Koil Kipas Udara dan Unit Induksi
Unit ini dinamakan unit terminal dan dipasang didalam ruangan. Semua unit tersebut
merupakan bagian dari sistim penghantar udara yang berfungsi sama. Didalam unit
tersebut Koil udara ditempatkan didalam kabinet kecil, dimana dialirkan air dingin. Pada
unit koil kipas udara, udara dialirkan oleh kipas udara yang dipasang didalam unit
tersebut. Pada unit induksi, udara primer berkecepatan tinggi di alirkan melalui beberapa
nosel. Selanjutnya dengan efek induksi secara primer, udara ruangan terisap masuk
kedalam unit dan didinginkanoleh koil udara, kemudian disirkulasikan kembali kedalam
ruangan.

20. GENSET ( Generator Set )


Ketika terjadi pemadaman catu daya utama (PLN) maka dibutuhkan suplai cadangan
listrik dan pada kondisi tersebut Generator-Set diharapkan dapat mensuplai tenaga listrik
terutama untuk beban-beban prioritas. Genset dapat digunakan sebagai sistem
cadangan listrik atau "off-grid" (sumber daya yang tergantung atas kebutuhan pemakai).
Genset sering digunakan oleh rumah sakit dan industri yang membutuhkan sumber daya
yang mantap dan andal (tingkat keandalan pasokan yang tinggi), dan juga untuk area
pedesaan yang tidak ada akses untuk secara komersial dipasok listrik melalui jaringan
distribusi PLN yang ada.
Suatu mesin diesel generator set terdiri dari:
1. Prime mover atau pengerak mula, dalam hal ini mesin diesel (dalam bahasa inggris
disebut diesel engine)
2. Generator
3. AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch)
4. Baterai dan Battery Charger
5. Panel ACOS (Automatic Change Over Switch)
6. Pengaman untuk Peralatan
7. Perlengkapan Instalasi Tenaga
Mesin Diesel

59
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut dengan motor
bakar, ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya (energi panas). Untuk
membangkitkan listrik, sebuah mesin diesel dihubungkan dengan generator dalam satu
poros (poros dari mesin diesel dikopel dengan poros generator).
Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai penggerak mula:
* Desain dan instalasi sederhana
* Auxilary equipment (peralatan bantu) sederhana
* Waktu pembebanan relatif singkat
Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai Penggerak mula:
*Berat mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta kompresi yang
tinggi.
* Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu sekitar 200 bar.
* Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut dimensinya makin besar pula, hal
tersebut menyebabkan kesulitan jika daya mesinnya sangat besar.
* Konsumsi bahan bakar menggunakan bahan bakar minyak yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar jenis lainnya,
seperti gas dan batubara.
Cara Kerja Mesin Diesel
Prime mover atau penggerak mula merupakan peralatan yang berfungsi menghasilkan
energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Pada mesin
diesel/diesel engine terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan
udara murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi (± 30 atm),
sehingga temperatur di dalam silinder naik. Dan pada saat itu bahan bakar disemprotkan
dalam silinder yang bersuhu dan bertekanan tinggi melebihi titik nyala bahan bakar
sehingga bahan bakar yang diinjeksikan akan terbakar secara otomatis. Penambahan
panas atau energi senantiasa dilakukan pada tekanan yang konstan.
Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat
bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak
rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga
diubah menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.
Berdasarkan cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel dibedakan menjadi dua,
yaitu motor diesel yang menggunakan sistim airless injection (solid injection) yang
dianalisa dengan siklus dual dan motor diesel yang menggunakan sistim air injection
yang dianalisa dengan siklus diesel (sedangkan motor bensin dianalisa dengan
siklus otto).
Perbedaan antara motor diesel dan motor bensin yang nyata adalah terletak pada
proses pembakaran bahan bakar, pada motor bensin pembakaran bahan bakar terjadi
karena adanya loncatan api listrik yang dihasilkan oleh dua elektroda busi (spark plug),

60
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
sedangkan pada motor diesel pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur
campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi torak hingga mencapai temperatur
nyala. Karena prinsip penyalaan bahan bakarnya akibat tekanan maka motor diesel juga
disebut compression ignition engine sedangkan motor bensin disebut spark ignition
engine.
Pada mesin diesel, piston melakukan 2 langkah pendek menuju kepala silinder pada
setiap langkah daya.
1. Langkah ke atas yang pertama merupakan langkah pemasukan dan penghisapan, di
sini udara dan bahan bakar masuk sedangkan poros engkol berputar ke bawah.
2. Langkah kedua merupakan langkah kompresi, poros engkol terus berputar
menyebabkan torak naik dan menekan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran.
Kedua proses ini (1 dan 2) termasuk proses pembakaran.
3. Langkah ketiga merupakan langkah ekspansi dan kerja, di sini kedua katup yaitu
katup isap dan buang tertutup sedangkan poros engkol terus berputar dan menarik
kembali torak ke bawah.
4. Langkah keempat merupakan langkah pembuangan, disini katup buang terbuka dan
menyebabkan gas akibat sisa pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena
pada proses keempat ini torak kembali bergerak naik keatas dan menyebabkan gas
dapat keluar. Kedua proses terakhir ini (3 dan 4) termasuk proses pembuangan.
5. Setelah keempat proses tersebut, maka proses berikutnya akan mengulang kembali
proses yang pertama, dimana udara dan bahan bakar masuk kembali.
Berdasarkan kecepatan proses diatas maka mesin diesel dapat digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu:
1. Diesel kecepatan rendah (<>
2. Diesel kecepatan menengah (400 - 1000 rpm)
3. Diesel kecepatan tinggi ( >1000 rpm)
Sistem starting atau proses untuk menghidupkan/menjalankan mesin diesel dibagi
menjadi 3 macam sistem starting yaitu:
1. Sistem Start Manual
Sistem start ini dipakai untuk mesin diesel dengan daya mesin yang relatif kecil yaitu <>
2. Sistem Start Elektrik
Sistem ini dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya sedang yaitu <>

3. Sistem Start Kompresi


Sistem start ini dipakai oleh diesel yang memiliki daya besar yaitu > 500 PK. Sistem ini
memakai motor dengan udara bertekanan tinggi untuk start dari mesin diesel. Cara
kerjanya yaitu dengan menyimpan udara ke dalam suatu botol udara. Kemudian udara
61
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
tersebut dikompresi sehingga menjadi udara panas dan bahan bakar solar dimasukkan
ke dalam Fuel Injection Pump serta disemprotkan lewat nozzle dengan tekanan tinggi.
Akibatnya akan terjadi pengkabutan dan pembakaran di ruang bakar. Pada saat tekanan
di dalam tabung turun sampai batas minimum yang ditentukan, maka kompressor akan
secara otomatis menaikkan tekanan udara di dalam tabung hingga tekanan dalam
tabung mencukupi dan siap dipakai untuk melakukan starting mesin diesel.
AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch)
AMF merupakan alat yang berfungsi menurunkan downtime dan meningkatkan
keandalan sistem catu daya listrik. AMF dapat mengendalikan transfer Circuit Breaker
(CB) atau alat sejenis, dari catu daya utama (PLN) ke catu daya cadangan (genset) dan
sebaliknya. Dan ATS merupakan pelengkap dari AMF dan bekerja secara bersama-
sama.
Cara Kerja AMF dan ATS
Automatic Main Failure (AMF) dapat mengendalikan transfer suatu alat dari suplai utama
ke suplai cadangan atau dari suplai cadangan ke suplai utama.AMF akan beroperasi
saat catu daya utama (PLN) padam dengan mengatur catu daya cadangan (genset).
AMF dapat mengatur genset beroperasi jika suplai utama dari PLN mati dan
memutuskan genset jika suplai utama dari PLN hidup lagi.
Baterai (baterry dan accu)
Battery merupakan suatu proses pengubahan energi kimia menjadi energi listrik yang
berupa sel listrik. Pada dasarnya sel listrik terdiri dari dua buah logam/ konduktor yang
berbeda dicelupkan ke dalam larutan maka akan bereaksi secara kimia dan
menghasilkan gaya gerak listrik antara kedua konduktor tersebut. Proses pengisian
battery dilakukan dengan cara mengalirkan arus melalui sel-sel dengan arah yang
berlawanan dengan aliran arus dalam proses pengosongan sehingga sel akan
dikembalikan dalam keadaan semula. Battery yang digunakan pada sistem otomatis
GenSet berfungsi sebagai sumber arus DC pada starting diesel.
Battery Charger
Alat ini berfungsi untuk proses pengisian battery dengan mengubah tegangan PLN 220V
atau dari generator itu sendiri menjadi 12/24 V menggunakan rangkaian penyearah.
Battery Charger ini biasanya dilengkapi dengan pengaman hubung singkat (Short
Circuit) berupa sekering/ fuse.
Panel ACOS

ACOS (Automatic Change Over Switch) merupakan panel pengendalian generator dan
terdapat beberapa tombol yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.
Tombol pengontrol operasi Gen Set automatic, antara lain yaitu :
Off, Automatic, Trial Service, Manual Service, Manual Starting, Manual Stoping, Signal
Test, Horn Off, Release, Start, Start Fault, Engine Running, Supervision On, Low Oil
Pressure, Temperature To High, Generator Over Load.

62
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Sistem Pengaman Genset
Sistem pengaman harus dapat bekerja cepat dan tepat dalam mengisolir gangguan agar
tidak terjadi kerusakan fatal. Proteksi pada mesin generator ada dua macam yaitu :
1) Pengaman alarm
Bertujuan memberitahukan kepada operator bahwa ada sesuatu yang tidak normal
dalam operasi mesin generator dan agar operator segera bertindak.
2) Pengaman trip
Berfungsi untuk menghindarkan mesin generator dari kemungkinan kerusakan karena
ada sistem yang berfungsi tidak normal maka mesin akan stop secara otomatis.
Jenis pengaman trip antara lain :
1) Putaran lebih (over speed)
2) Temperatur air pendingin tinggi
3) Tekanan minyak pelumas rendah
4) Emergency stop
5) Reverse power
Pentanahan (grounding)
a) Pentanahan sistem, pentanahan untuk suatu titik pada penghantar arus dari sistem.
Pada umumnya titik tersebut adalah titik netral dari suatu mesin, transformator, atau
untuk rangkaian listrik tertentu.
b) Pentanahan peralatan sistem, pentanahan untuk suatu bagian yang tidak membawa
arus dari sistem, misalnya : Semua logam seperti saluran tempat kabel, kerangka mesin,
batang pemegang sakelar, penutup kotak sakelar.
Relay pengaman pada genset:

a) Relay arus lebih


Thermal Over Load Relay (TOLR) digunakan untuk melindungi motor dan perlengkapan
kendali motor dari kerusakan akibat beban lebih atau terjadinya hubungan singkat antar
hantaran yang menuju jaring atau antar fasa.
b) Relay tegangan lebih
bekerja bila tegangan yang dihasilkan generator melebihi batas nominalnya.
c) Relay diferensial
bekerja atas dasar perbandingan tegangan atau perbandingan arus, yaitu besarnya arus
sebelum lilitan stator dengan arus yang mengalir pada hantaran yang menuju jaring-
jaring.
63
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
d) Relay daya balik
berfungsi untuk mendeteksi aliran daya aktif yang masuk ke arah generator.
Sekering
berungsi untuk mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung
singkat
Jika suatu sekering dilewati arus di atas arus kerjanya, maka pada waktu tertentu
sekering tersebut akan lebur (putus). Besarnya arus yang dapat meleburkan suatu
sekering dalam waktu 4 jam dibagi arus kerja disebut faktor peleburan berkisar 1 hingga
1,5.

14. Elevator dan Escalator Dalam Perencanaan Gedung Bertingkat


Suatu bangunan yang besar & tinggi, memerlukan sarana angkut/transportasi yang
nyaman untuk aktifitas perpindahan orang dan barang secara VERTIKAL. Sarana
angkut vertikal yang bekerja secara mekanik elektrik adalah :
Elevator (Lift).
Eskalator
Mulai dari jaman kuno sampai jaman pertengahan dan memasuki abad ke-13, tenaga
manusia dan binatang merupakan tenaga penggerak.
Pada tahun 1850 telah diperkenalkan elevator uap dan hidrolik. Tahun 1852 terjadi
babak baru dalam sejarah elevator yaitu penemuan elevator yang aman pertama di
Dunia oleh Elisha Graves Otis.
ELEVATOR / LIFT
Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun 1857. Setelah
meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton mengembangkan
warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan membentuk Otis Brothers & Co., pada tahun
1867.
Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedung-gedung
perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika, dan lima tahun kemudian
dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang pertama.Berikutnya adalah era
Pencakar Langit.
Pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-connected geared
pertama yang sangat sukses.
Pada tahun 1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi “tulang punggung”
industri elevator,yaitu : elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti
mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya jaman
struktur-struktur tinggi, termasuk yang paling menonjol adalah Empire State building dan
World Trade Center di New York, John Hancock Center di Chicago dan CN Tower di
Toronto.

64
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis dalam bidang
pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal, Peak Period Control, Sistem
Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang terdepan di dunia dalam
pengembangan teknologi komputer dan perusahaan tersebut telah membuat revolusi
dalam pengendalian elevator sehingga tercipta peningkatan yang dramatis dalam hal
waktu reaksi elevator dan mutu berkendara dalam elevator.
CARA KERJA ELEVATOR / LIFT
Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi
gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang
luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot
pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang
memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist
ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan
counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.
Mesin Lift “Gearless”
Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas
ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari
kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang
mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta
sehingga disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”.
Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya
Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave
dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi
kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless
memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke
poros motor.
Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Gearless
Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah, dengan
kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston panjang
yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli
dipompa ke dalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun
saat oli kembali ke tangki oli.
Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke kereta) atau roped
(piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara tersebut, pekerjaan
pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik) untuk mengangkat
kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu melakukan
pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika
kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap
sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup hidrolik.
ESKALATOR
Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan Otis Elevator
Co., yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang diciptakan dengan
65
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
menggabungkan kata scala, yang dalam bahasa Latin berarti langkah-langkah (step),
dengan elevator). Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator
pertama step type eskalator untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris Exibition
1900 dan memenangkan hadiah pertama. Mr. Seeberger pada akhirnya menjual hak
patennya ke Otis pada tahun 1910.
Eskalator lurus dan melengkung
Dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi Electric Corporation telah berhasil
mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya lebih cenderung melengkung/curve
daripada melingkar/spiral) dan secara eksklusif dijual sejak pertengahan tahun 1980.
Eskalator ini dipasang di Osaka, Jepang pada tahun 1985.
CARA KERJA ESKALATOR
Pendaratan/Landing
Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untuk jalan
ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates.
Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga bergerak.
Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat berada di antara celah-celah
anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada dibawah permukaan
cleat.
Landasan penopang/Truss
Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang antara
pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak
berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama
dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah
bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja.
Struktur perletakan Eskalator pada lantai gedung
Lintasan
Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak
tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan:
satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu
untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi
dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah
comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan
penopang.
Sistem pergerakan Eskalator
Anak tangga (individual steps) dari Eskalator
Lintasan pembalikan di pendaratan atas menggulung anak tangga-anak tangga
mengelilingi bagian ujung dan kemudian menggerakkannya kembali ke arah yang
berbeda. Lintasan overhead berfungsi untuk memastikan bahwa roda trailer tetap
berada di tempatnya saat rantai anak tangga diputar kembali.
15. Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya
66
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Udara dingin yang keluar dari Air Conditioning sebenarnya merupakan output dari sistem
yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu; compressor AC, kondensor, orifice tube,
evaporator, katup ekspansi, dan evaporator. Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai peran masing-masing bagian tersebut:
Compressor AC
Compressor AC adalah power unit dari sistem AC. Ketika AC dijalankan, compressor AC
mengubah fluida kerja/refrigent berupa gas dari yang bertekanan rendah menjadi gas
yang bertekanan tinggi. Gas bertekanan tinggi kemudian diteruskan menuju kondensor.
Kondensor AC
Kondensor adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengubah gas yang bertekanan
tinggi berubah menjadi cairan yang bertekanan tinggi yang kemudian akan dialirkan ke
orifice tube. Kondensor merupakan bagian yang “panas” dari air conditioner. Kondensor
bisa disebut heat exchange yang bisa memindahkan panas ke udara atau ke
intermediate fluid (semacam air larutan yang mengandung ethylene glycol), untuk
membawa panas ke orifice tube.
Orifice Tube
Orifice tube merupakan tempat di mana cairan bertekanan tinggi diturunkan tekanan dan
suhunya menjadi cairan dingin bertekanan rendah. Dalam beberapa sistem, selain
memasang sebuah orifice tube, dipasang juga katup ekspansi.
Katup Ekspansi
Katup ekspansi merupakan komponen penting dalam sistem air conditioner. Katup ini
dirancang untuk mengontrol aliran cairan pendingin melalui katup orifice yang merubah
wujud cairan menjadi uap ketika zat pendingin meninggalkan katup pemuaian dan
memasuki evaporator/pendingin.
Evaporator AC
Refrigent menyerap panas dalam ruangan melalui kumparan pendingin dan kipas
evaporator meniupkan udara dingin ke dalam ruangan. Refrigent dalam evaporator mulai
berubah kembali menjadi uap bertekanan rendah, tapi masih mengandung sedikit
cairan. Campuran refrigent kemudian masuk ke akumulator / pengering. Ini juga dapat
berlaku seperti mulut/orifice kedua bagi cairan yang berubah menjadi uap bertekanan
rendah yang murni, sebelum melalui compressor AC untuk memperoleh tekanan dan
beredar dalam sistem lagi. Biasanya, evaporator dipasangi silikon yang berfungsi untuk
menyerap kelembapan dari refrigent.
Thermostat
Thermostat pada air conditioner beroperasi dengan menggunakan lempeng bimetal
yang peka terhadap perubahan suhu ruangan. Lempeng ini terbuat dari 2 metal yang
memiliki koefisien pemuaian yang berbeda. Ketika temperatur naik, metal terluar memuai
lebih dahulu, sehingga lempeng membengkok dan akhirnya menyentuh sirkuit listrik
yang menyebabkan motor AC aktif.
Jadi, cara kerja AC dapat dijelaskan sebagai berkut :

67
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Compressor AC yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam compressor
AC dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser.
Di bagian kondenser ini refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent
fase uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor
penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan
oleh kondenser adalah jumlahan dari energi compressor yang diperlukan dan energi
kalor yang diambil evaparator dari substansi yang akan didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondenser relatif jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada pada pipi-pipa
evaporator.
Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke
fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini
refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi dari fase cair ke fase
uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam evaporator ini refrigent akan
berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap, perubahan fase ini disebabkan karena
tekanan refrigent dibuat sedemikian rupa sehingga refrigent setelah melewati katup
ekspansi dan melalui evaporator tekanannya menjadi sangat turun.
Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada dievaporator
relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada kondenser.
Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap maka untuk
merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini membutuhkan energi
yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah energi yang
berada di dalam substansi yang akan didinginkan.
Dengan diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan didinginkan maka
enthalpi [*] substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun, dengan turunnya
enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun.
Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi pendinginan yang sesuai dengan
keinginan. Dengan adanya mesin pendingin listrik ini maka untuk mendinginkan atau
menurunkan temperatur suatu substansi dapat dengan mudah dilakukan.
Perlu diketahui :
Kunci utama dari air conditioner adalah refrigerant, yang umumnya adalah fluorocarbon
[**], yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat dipompa
(diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi.
Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan
cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah compressor
(pompa), condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar.
Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan
refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi
kembali ke dalam ruangan. Pada compressor AC, gas refrigerant dari cooling coil lalu
dipanaskan dengan cara pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan
panas dan menjadi cairan, yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat
AC [***] mengontrol motor compressor AC untuk mengatur suhu ruangan.
68
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
[*] Entalphi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal
dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan
kerja.
[**] Fluorocarbon adalah senyawa organik yang mengandung 1 atau lebih atom Fluorine.
Lebih dari 100 fluorocarbon yang telah ditemukan. Kelompok Freon dari fluorocarbon
terdiri dari Freon-11 (CCl3F) yang digunakan sebagai bahan aerosol, dan Freon-12
(CCl2F2), umumnya digunakan sebagai bahan refrigerant. Saat ini, freon AC dianggap
sebagai salah satu penyebab lapisan Ozon Bumi menajdi lubang dan menyebabkan
sinar UV masuk. Walaupun, hal tersebut belum terbukti sepenuhnya, produksi
fluorocarbon mulai dikurangi.
[***] Thermostat pada air conditioner beroperasi dengan menggunakan lempeng bimetal
yang peka terhadap perubahan suhu ruangan. Lempeng ini terbuat dari 2 metal yang
memiliki koefisien pemuaian yang berbeda. Ketika temperatur naik, metal terluar memuai
lebih dahulu, sehingga lempeng membengkok dan akhirnya menyentuh sirkuit listrik
yang menyebabkan motor AC aktif/jalan.

16. Bagian-bagian Pada Generator Set ( Genset )


Dalam pengoperasiannya, suatu instalasi GenSet memerlukan sistem pendukung agar
dapat bekerja dengan baik dan tanpa mengalami gangguan. Secara umum sistem-
sistem pendukung tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sistem Pelumasan
2. Sistem Bahan Bakar
3. Sistem Pendinginan
1. Sistem Pelumasan
Untuk mengurangi getaran antara bagian-bagian yang bergerak dan untuk membuang
panas, maka semua bearing dan dinding dalam dari tabung-tabung silinder diberi minyak
pelumas.
Cara Kerja Sistem Pelumasan
Minyak tersebut dihisap dari bak minyak 1 oleh pompa minyak 2 dan disalurkan dengan
tekanan ke saluran-saluran pembagi setelah terlebih dahulu melewati sistem pendingin
dan saringan minyak pelumas. Dari saluran-saluran pembagi ini, minyak pelumas
tersebut disalurkan sampai pada tempat kedudukan bearing-bearing dari poros engkol,
poros jungkat dan ayunan-ayunan. Saluran yang lain memberi minyak pelumas kepada
sprayer atau nozzle penyemperot yang menyemprotkannya ke dinding dalam dari piston
sebagai pendingin. Minyak pelumas yang memercik dari bearing utama dan bearing
ujung besar (bearing putar) melumasi dinding dalam dari tabung- tabung silinder.
Minyak pelumas yang mengalir dari tempat-tempat pelumasan kemudian kembali
kedalam bak minyak lagi melalui saluran kembali dan kemudian dihisap oleh pompa
minyak untuk disalurkan kembali dan begitu seterusnya.
Gambar 1. Sistem Pelumasan
69
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
1. Bak minyak
2. Pompa pelumas
3. Pompa minyak pendingin
4. Pipa hisap
5. Pendingin minyak pelumas
6. Bypass-untuk pendingin
7. Saringan minyak pelumas
8. Katup by-pass untuk saringan
9. Pipa pembagi
10. Bearing poros engkol (lager duduk)
11. Bearing ujung besar (lager putar)
12. Bearing poros-bubungan
13. Sprayer atau nozzle penyemprot untuk pendinginan piston
14. Piston
15. Pengetuk tangkai
16. Tangkai penolak
17. Ayunan
18. Pemadat udara (sistem Turbine gas)
19. Pipa ke pipa penyemprot
20. Saluran pengembalian
2. Sistem Bahan Bakar
Mesin dapat berputar karena sekali tiap dua putaran disemprotkan bahan bakar ke
dalam ruang silinder, sesaat sebelum, piston mencapai titik mati atasnya (T.M.A.). Untuk
itu oleh pompa penyemperot bahan bakar 1 ditekankan sejumlah bahan bakar yang
sebelumnya telah dibersihkan oleh saringan-bahan bakar 5, pada alat pemasok bahan
bakar atau injektor 7 yang terpasang dikepala silinder. Karena melewati injektor tersebut
maka bahan bakar masuk kedalam ruang silinder dalam keadaan terbagi dengan
bagian-bagian yang sangat kecil (biasa juga disebut dengan proses pengkabutan)
Didalam udara yang panas akibat pemadatan itu bahan bakar yang sudah dalam
keadaan bintik-bintik halus (kabut) tersebut segera terbakar. Pompa bahan bakar 2
mengantar bahan bakar dari tangki harian 8 ke pompa penyemprot bahan bakar. Bahan
bakar yang kelebihan yang keluar dari injektor dan pompa penyemperot dikembalikan
kepada tanki harian melalui pipa pengembalian bahan bakar.
Gambar 2. Sistem bahan bakar
70
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
1. Pompa penyemperot bahan bakar
2. Pompa bahan bakar
3. Pompa tangan untuk bahan bakar
4. Saringan bahar/bakar penyarinnan pendahuluan
5. Saringan bahan bakar/penyaringan akhir
6. Penutup bahan bakar otomatis
7. Injektor
8. Tanki
9. Pipa pengembalian bahan bakar
10. Pipa bahan bakar tekanan tinggi
11. Pipa peluap.
3. Sistem Pendinginan
Hanya sebagian dari energi yang terkandung dalam bahan bakar yang diberikan pada
mesin dapat diubah menjadi tenaga mekanik sedang sebagian lagi tersisa sebagai
panas. Panas yang tersisa tersebut akan diserap oleh bahan pendingin yang ada pada
dinding-dinding bagian tabung silinder yang membentuk ruang pembakaran, demikian
pula bagian-bagian dari kepala silinder didinginkan dengan air. Sedangkan untuk piston
didinginkan dengan minyak pelumas dan panas yang diresap oleh minyak pendingin itu
kemudian disalurkan melewati alat pendingin minyak, dimana panas tersebut diresap
oleh bahan pendingin.
Pada mesin diesel dengan pemadat udara tekanan tinggi, udara yang telah dipadatken
oleh turbocharger tersebut kemudian didinginkan oleh air didalam pendingin udara
(intercooler), Pendinginan sirkulasi dengan radiator bersirip dan kipas (pendinginan
dengan sirkuit)
Cara Kerja Sistem Pendingin
Pompa-pompa air 1 dan 2 memompa air kebagian-bagian mesin yarg memerlukan
pendinginan dan kealat pendingin udara (intercooler) 3. Dari situ air pendingin kemudian
melewati radiator dan kembali kepada pompa-pompa 1 dan 2. Didalam radiator terjadi
pemindahan panas dari air pendingin ke udara yang melewati celah-celah radiator oleh
dorongan kipas angin. Pada saat Genset baru dijalankan dan suhu dari bahan pendingin
masih terlalu rendah, maka oleh thermostat 5, air pendingin tersebut dipaksa melalui
jalan potong atau bypass 6 kembali kepompa. Dengan demikian maka air akan lebih
cepat mencapai suhu yang diperlukan untuk operasi. Bila suhu tersebut telah tercapai
maka air pendingin akan melalui jalan sirkulasi yang sebenarnya secara otomatis.

Gambar 3. Sistem pendinginan (sistem sirkulasi dengan 2 Sirkuit)


71
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
1. Pompa air untuk pendingin mesin
2. Pompa air untuk pendinginan intercooler
3. Inter cooler (Alat pendingin udara yang telah dipanaskan)
4. Radiator
5. Thermostat
6. Bypass (jalan potong)
7. Saluran pengembalian lewat radiator
8. Kipas.
Susunan Konstruksi Pada Generator
Gambar 4. Sistem konstruksi Generator
1. Stator
2. Rotor
3. Exciter Rotor
4. Exciter Stator
5. N.D.E. Bracket
6. Cover N.D.E
7. Bearing ‘O’ Ring N.D.E
8. Bearing N.D.E
9. Bearing Circlip N.D.E
10. D.E.Bracket?Engine Adaptor
11. D.E.Screen
12. Coupling Disc
13. Coupling Bolt
14. Foot
15. Frame Cover Bottom
16. Frame Cover Top
17. Air Inlert Cover
18. Terminal Box Lid
19. Endpanel D.E

72
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
20. Endpanel N.D.E
21. AVR
22. Side Panel
23. AVR Mounting Bracket
24. Main Rectifier Assembly – Forward
25. Main Rectifier Assembly – Reverse
26. Varistor
27. Dioda Forward Polarity
28. Dioda Reverse Polarity
29. Lifting Lug D.E
30. Lifting Lug N.D.E
31. Frame to Endbracket Adaptor Ring
32. Main Terminal Panel
33. Terminal Link
34. Edging Strip
35. Fan
36. Foot Mounting Spacer
37. Cap Screw
38. AVR Access Cover
39. AVR Anti Vibration Mounting Assembly
40. Auxiliary Terminal Assembly
Tags: genset, generator, bagian-bagian genset, bagian-bagian generator

`17. TENTANG FIRE ALARM SISTEM


Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.
Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar
detector ke detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM
2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau
Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire
73
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk kabel-kabel yang menuju
ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka instalasi ini
disebut dengan 2-Wire Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire seperti
terlihat pada Gambar di bawah ini.
Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini
dihubungkan dengan Panel Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga.
Hubungan antar detector satu dengan lainnya dilakukan secara PARALEL dengan
syarat TIDAK BOLEH BERCABANG yang berarti harus ada titik AWAL dan ada titik
AKHIR. Perhatikan Gambar di atas.
Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector
fire terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada
detector terakhir ini dipasang satu buah EOL Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang
benar adalah EOL Resistor ini dipasang di UJUNG loop, BUKAN di dalam Control Panel
dan jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa
dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor End of Line (EOL Resistor).
Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini untuk membedakannya dengan
sistem Addressable. Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak
listrik biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang khusus.
3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-
masing yang berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan
rumah sakit. Sebuah lampu indicator -yang disebut Remote Indicating Lamp- dipasang di
atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat detector mendeteksi.
Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang luar melalui nyala lampu.
Wiring diagram serta bentuk lampu indicatornya adalah seperti ini:
4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa
dihubungkan dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah
menggunakan sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya
bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai
supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang dihubungkan
dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini
bisa juga dipakai apabila ada satu atau beberapa Detector "ditugaskan" untuk men-
trigger peralatan lain saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar mesin pabrik,
menghidupkan mesin pompa air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system
atau releasing agent) dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang
tegangan antara 12VDC sampai dengan 24VDC.
Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung
bertingkat, semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar
dengan sistem konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap
detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi
berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya
menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector
mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector,
bahkan terkadang lebih.

74
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang
disebut dengan Monitor Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga
diperoleh sistem yang benar-benar addressable (istilahnya fully addressable).
Sedangkan addressable detector adalah detector konvensional yang memiliki module
yang built-in. Apabila detector konvensional akan dijadikan addressable, maka dia harus
dihubungkan dulu ke monitor module yang terpisah seperti pada contoh di bawah ini:
Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat
ditentukan secara berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127.
Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini "kalah pemasangannya"
dibandingkan dengan sistem konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika
menerapkan fully addressable dimana jumlah module adalah sama dengan jumlah
keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan tengah" ditempuh
cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya menggunakan Addressable, hanya
saja satu module melayani beberapa detector konvensional.
Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, melainkan yang ada adalah
terminal Loop. Dalam satu tarikan loop bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module.
Apa artinya? Artinya jumlah detector-nya bisa sampai 127 titik alias 127 zone fully
addressable hanya dalam satu tarikan saja. Jadi untuk model panel addressable
berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (=127 zone). Jenis panel
addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau sama dengan 254
zone dan seterusnya.
Jenis-jenis Detector Fire Alarm
1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak
digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor
bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi,
area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya
tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan
kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan
panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm
bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke
area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang
server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat
mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang
langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com
pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan
LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus.
Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
2. Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka
Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena
itu cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak
"panas", seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap
75
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka
akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah
bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada
ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m). Seperti halnya
ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan
bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah
NO (Normally Open).
3. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-
partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring
dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density)
telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan
aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada
tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga
hanya menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka
tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya
disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian
plafon 4m.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di
area mana kita menempatkan Heat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail
oleh Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun
apabila belum, maka secara umum patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi
hembusan panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh:
ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja
mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no
smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas,
gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
Jenis Smoke Detector:
Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap
dengan unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan
cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan
kepadatan tertentu.
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming
fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi.
Oleh karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil,
sehingga cocok untuk di hallway (lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan
terhadap false alarm dan karenanya boleh diletakkan di dekat dapur.
4. Flame Detector
76
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang
ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra
merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).
Aplikasi yang disarankan:
-Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.
-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin,
ruang panel listrik.
-Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.
Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan
lampu mercury, lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat
yang sering terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel
kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini
menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek
api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan
area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai orang yang hanya menyalakan
pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran. Bisa juga
dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya
terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang "membandel".
5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di
rumah tinggal. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
-LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.
-LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah.
Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila
bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih
ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke
udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector sebagaimana
ilustrasi di bawah ini:
Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan
arah detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang
turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara
detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi dari 4m.
Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm
di bawah plafon dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya,
maka saat bocor gas ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan
sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m.
PERINGATAN - Dapur atau ruangan yang dipenuhi oleh bocoran gas adalah sangat
berbahaya dan berpotensi menimbulkan ledakan, karena kedua jenis gas ini amat
mudah terbakar (highly flammable).

77
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Conventional Fire Alarm Control Panel
Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh
seperti terlihat pada gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah,
mungkin dengan maksud agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel
instrumentasi lainnya.
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan
merupakan inti dari semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya
harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya
adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial menimbulkan
kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak. Perlu diingat, kendati
bukan merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat bersangkutan jiwa
manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya.
Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi,
selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu
indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi
oleh panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone
Fault).
-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan
sederetan indikator lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara
teknis ia sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah
pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus
untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan
dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna memastikan
keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar
operasi yang benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang
di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.
"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm terdiri dari:
1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.

78
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah
ataupun ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran
(selang pemadam api).
1. Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara
manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya.
Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa
saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus
diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi
yang:
-sering terlihat oleh banyak orang,
-terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,
-mudah dijangkau.
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah
tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus
memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru.
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji
dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan
memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika itu juga telepon di
panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling berkomunikasi.
2. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring
dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm
adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini,
sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell
(pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan
jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah
kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.
3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire
Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak,
sebab dalam sebuah situs dikatakan begini:
"An indicator lamp is a light that indicates whether power is on to a device or even if
there is a problem with a circuit or if something is working properly".
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm
adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan
trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya
30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal
(tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila
lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi
kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.
79
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
4. Remote Indicating Lamp
Berbeda dengan Indicator Lamp, maka Remote Indicating Lamp akan menyala saat
terjadi kebakaran. Ingat kembali pembahasan ini pada Judul Bagian 1. Detector Heat
atau Smoke yang akan dihubungkan dengan unit ini harus ditempatkan pada Mounting
Base 3-kabel. Lampu ini dipasang di luar ruangan tertutup (closed room), seperti ruang
panel listrik, ruang genset, ruang pompa dan semisalnya, dengan maksud agar gejala
kebakaran di dalam dapat diketahui oleh orang di luar melalui nyala lampu. Unit ini bisa
juga dipasang di luar kamar hotel (sepanjang hallway), rumah sakit dan ruangan yang
semisalnya.
Bersambung pada artikel berikutnya.....

19. Spesifikasi Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Hydrant Sistem


I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM
1.1. PERATURAN DAN STANDARD
Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-
peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia..
Selama pelaksanaan spesifikasi ini harus betul-betul ditaati, diikuti serta sesuai
prosedure yang diberlakukan Pengawas.
Peraturan-peraturan berikut ini merupakan acuan dalam rangka perancangan maupun
pelaksanaan Instalasi Fire Hydrant
PERATURAN-PERATURAN
a. Perda Pemda setempat
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE
a. National Fire Codes,
1. NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
2. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
3. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose
Systems
4. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
80
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
5. SNI 03-1735-2000
6. SNI 03-1745-2000
b. Mc. Guiness, Stein & Reynolds
Mechanical & Electrical for Buildings
II. PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS
2.1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem fire fighting yang meliputi
Electric Fire Pump, Diesel Fire Pump dan Jockey Pump lengkap dengan panel kontrol,
Hydrant Box, Hydrant Pillar beserta pemipaannya.
b. Pengadaan dan pemasangan valve-valve dari sistem instalasi/pemipaan di setiap
gedung sesuai pentahapan pembangunan gedung tersebut.
c. Mengadakan Testing and Commissioning terhadap seluruh sistem fire hydrant
sehingga berfungsi dengan baik.
d. Mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk
mendapatkan persetujuan bahwa Instalasi sistem fire Fighting dapat dinyatakan baik
dan layak pakai oleh Dinas Pemadam Kebakaran .(TAHAP-2)
e. Pengadaan dan pemasangan system Instalasi listrik dari panel power ke unit panel
control unit Fire fighting dank e setiap peralatan pompa.
f. Mengadakan Training Operasional kepada Team Engineering pemilik proyek dan
untuk waktu serta kesiapannya akan ditentukan kemudian bersama Pemilik
proyek/Pengawas.
2.2. SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN UTAMA DAN INSTALASI
2.2.1. FIRE HYDRANT PUMPS.
Pompa fire Hydrant merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pompa pembantu
jockey pump, pompa utama penggerak electric dan pompa utama penggerak engine.
a. Jockey Pump
Type pompa : Centrifugal multi stage pump
Kapasitas : 56 L/men.
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : 3.0 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Variable Speed Drived
Jumlah : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan panel kontrol Jockey Pump
81
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
b. Electric Fire Pump
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 2850 l/men
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : +75 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start
Jumlah : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump.
c. Diesel Fire Hydrant Pump
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 2850 L/men
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Type Engine : Diesel
Putaran : 2.900 rpm
Sistem Coupling : Direct Connected
Daya : + 90 HP
Jumlah : 1 (satu) unit
Power : Accu 24 volt, 80 Amp, 2 buah type maintenance free
Lengkap dengan Panel Kontrol Engine Fire Pump.
Perlengkapan Engine :
- Flexible coupling
- Coupling guard
- Heat exchanger loop
- Batteries
- Battery rack
- Battery cable
- Silencer

82
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
- Flexible ex hose connector
- Cooling water heater + thermostat.
Perlengkapan pemipaan / pompa, antara lain :
- Coumpond suction gauge
- Discharge pressure gauge
- Automatic air release valve
- Main relief valve
- Enclosed waste cone
- ± 165 gallon fuel tank
- Fuel system accessories
- Fitting package
- Setiap pompa dan sambungan pipa harus digrounding dan untuk pompa harus
dilengkapi variable speed drived.
- dan lain-lain.
2.2.2. FIRE PUMP CONTROLLER
Panel kontrol merupakan kelengkapan unit tiap-tiap fire Fighting pump yang
dapat mengatur kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa
pembantu, pompa utama penggerak electric maupun pompa penggerak engine masing-
masingn mempunyai Fire Pump Controller tersendiri.
Khusus pompa penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran
daya listrik terputus pada saat terjadi kebakaran.
Fire Pump Controller harus standard NFPA-20.
2.2.3. FIGHTING FIXTURES
a. Hydrant Pillar
- Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton
secukupnya.
- Hydrant Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints atau cat ICI, (jenis
exterior coating)
b. Fire Hydrant Box
- Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.
- Dimensi box : lihat gambar perencana.
- Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan diberi
tulisan Hydrant dengan warna merah.
83
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
- Panjang fire hose tidak kurang dari 30 M' mudah digulung, tahan terhadap
tekanan dan penyambungan dengan sistem quick coupling.
- Nozzle variable (zet spray) diameter 65 mm semua dalam keadaan baru dan
fabricated.
- Fire hose dari jenis black rubber lined yang memenuhi standard BS 6391.
c. Seamese Connection
- Digunakan seamese connection jenis two way type Y terbuat dari baja tuang.
- Dalam pemasangan unit seamese connection harus diberikan pondasi penguat
sebagai dudukan.
- Lokasi seamese connection mudah dilihat dan dekat dengan jalan laluan mobil
agar mudah untuk dipakai bila diperlukan (lihat gambar perencanaan).
- Seamese Connection harus sesuai standard DPK, untuk penggunaan sistem
coupling.
2.2.4. PIPA DAN VALVE
a. Pemipaan
· Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Sch. 40, atau ASTM A 53 dan
harus diusahakan semuanya berasal dari satu merk.
· Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Pipe class 15 K, Weld Type.
b. Valve - valve
Working Pressure : 300 psi (15 bar)
Gate Valve :
· Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk, screwed
end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm atau bisa digunakan tipe Butterfly
untuk diameter 15 mm sampai dengan diameter 25 mm.
· Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand wheel
operated with position indicator untuk valve lebih besar dari diameter 50 mm dengan
body material cast iron untuk tekanan 150 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
Check Valve :
· Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed
end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm.
· Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk
tekanan 300 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
· Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate wafer type check
valve.
c. Tekanan Kerja Valve :
84
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
· Untuk keperluan fire fighting digunakan valve - valve dengan tekanan kerja
minimum 300psi (15 bar).
2.3. SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
2.3.1. PEMASANGAN UNIT POMPA
a. Seluruh unit pompa harus dipasang dan didudukkan diatas fondasi dengan kuat
dan kokoh.
b. Metoda dan persyaratan instalasi pompa, pemipaan serta peralatan pemipaannya
harus mengikuti dan mengacu kepada Standard NFPA-20.
2.3.2. INSTALASI PEMIPAAN
a. Sistem Penyambungan Pipa
- Menggunakan sambungan ulir/screwed atau las untuk pipa berdiameter 75 mm ke
bawah dan menggunakan sambungan flanged untuk diameter pipa 100 mm ke atas
dengan maximum dua batang pipa serta pada belokan minimal 5 kali diameter pipa dari
bahan yang sesuai dengan jenis bahan pipanya (long elbow).
- Sambungan flanged dilakukan pada setiap belokan dan pada setiap dua batang
pipa pada pipa lurus.
- Untuk mencegah terhadap kebocoran, penyambungan pipa dengan ulir harus
terlebih dulu diberi lapisan red lead cement atau pintalan khusus dari asbes.
Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet secara
homogen.
b. Penumpu Pipa
- Seluruh pipa harus diikat/ditetapkan, kuat dengan dudukan dan angker yang kokoh
(rigit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran dan gerakan.
- Pipa horizontal harus ditumpu dengan penyangga dengan jarak antara tidak lebih
dari 2,5 m.
c. Pemasangan Fixtures dan Fitting
- Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran
yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air, dan harus terpasang dengan kokoh
(Rigit) ditempatnya lengkap tumpuan yang mantap.
- Semua fixtures, fitting, pipa-pipa hidrant dilaksanakan harus rapi.
- Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi (pipa induk), dipasang balok-balok dari
beton dengan campuran yang kuat (K.225) dan dipasang setiap ada sambungan pipa
(tee, elbow, valve ) dan sebagainya.
- Tinggi pemasangan dari lantai + 20 cm (muka tanah jadi).
Perletakan engsel disesuaikan dengan keadaan setempat sehingga mudah untuk
dibuka/tutup.

85
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
2.4. SYARAT-SYARAT PENERIMAAN
2.4.1. M A T E R I A L
a. Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru
(New Product), bebas dari defective material, improver material dan menjamin terhadap
kualitas atau mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
b. Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti
dengan yang sesuai dan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah
ditanda tangani berita acara penerimaan barang.
c. Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi
tanggungan/beban Kontraktor.
2.4.2. CONTOH BARANG
a. Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan kepada Pengawas atau Brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan
menunggu persetujuan dari pemilik proyek/Pengawas/Perencana sebelum alat-alat
tersebut dipasang.
b. Contoh barang dimasukkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
diturunkannya SPK untuk diperiksa Pemilik/Perencana dan Pengawas.
c. Contoh-contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Pengawas/
Perencana harus disimpan di Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi pemasangan di
lapangan. Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor
penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata terdapat bahan-bahan
yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai oleh Pengawas/ Perencana, maka
Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada di lapangan (site).
2.4.3. PENGUJIAN INSTALASI PEMIPAAN
a. Sebelum dipasang fixtures-fixtures dari seluruh sistem distribusi, installasi
pemipaan air harus diuji dengan tekanan 20 kg/cm2, tanpa mengalami kebocoran dalam
waktu minimum 24 jam tekanan tersebut tidak turun/berubah. Pada prinsipnya
pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang pipa maximum 150
meter.
b. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi tanggung jawab
Pemborong/ Kontraktor. Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh
Pengawas dan wakil dari pemilik proyek/Perencana, selanjutnya apabila telah
diterima/memenuhi syarat akan dibuatkan Berita Acaranya.
c. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan "trial run" sistem instalasi
ini haruslah pula dihadiri pihak pemilik proyek/Perencana/Pengawas dan Ahli serta
pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan pula sertifikat
pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
2.4.4. PEMBERSIHAN LAPANGAN

86
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
a. Lapangan yang dipergunakan harus setiap hari setelah selesai bekerja dibersihkan
oleh Pemborong.
b. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua sisa
bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan selama
pemeliharaan.
2.4.5. P E N G E C A T A N
a. Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dililit dengan karung goni dan dilapisi
dengan Tar (Tar coated) untuk penahan Korosi atau dengan bahan anti karat sintesis
yang dispesifikasi untuk keperluan pemipaan bawah tanah. Sedangkan untuk pipa-pipa
yang terlihat (exposed) harus diberi tanda dengan warna atau cat yang warnanya akan
ditentukan kemudian oleh Pengawas.
b. Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda warna/cat pada
setiap jarak + 4 m dengan arah aliran pada pipa-pipa induk, begitu pula pipa-pipa pada
shaft dimana terletak pintu pemeriksaan.
c. Sebagai patokan dipakai warna cat sebagai berikut :
Untuk jaringan pipa hydrant dipakai warna merah
d. Khususnya untuk identifikasi dan penentuan warna cat dari masing - masing
instalasi Plumbing dan Hydrant akan ditentukan kemudian bersama Pemilik / Pengawas.
2.4.6. SURAT KETERANGAN
Pemborong harus memberikan Surat Keterangan/Sertifikat dari Dinas Pemadam
Kebakaran Daerah yang menunjukkan bahwa Sistem tersebut dapat dipergunakan dan
berfungsi dengan baik.
Surat Keterangan keagenan yang berada di Indonesia untuk material - material
import.
2.4.7. DATA SUKU CADANG
Pemborong harus menjamin dan melengkapi dengan Surat Jaminan adanya
suku cadang yang mudah diperoleh pada peralatan-peralatan yang sekiranya akan
mengalami gangguan atau kerusakan dalam waktu tertentu, baik untuk peralatan utama
maupun peralatan penunjang.
2.5. SYARAT-SYARAT OPERASIONAL
a. Pelayanan hydrant diluar/di dalam bangunan dan sprinkler menggunakan
satu set pompa yang terdiri dari jockey pump, electric hydrant pump dan diesel hydrant
pump.
b. Pengaturan kerja pompa dilakukan secara automatic dengan pressure switch
pump Control, control valve serta panel-panel pengoperasian.
Semua ketentuan-ketentuan unit pompa beserta perlengkapannya harus mengikuti
NFPA 20 standard.
2.6. SYARAT-SYARAT PEMELIHARAAN
87
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
2.6.1. SYARAT UMUM
a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus menyerahkan
gambar-gambar, data-data peralatan petunjuk operasi dan cara-cara perawatan dari
mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak ini. Data-data tersebut haruslah diserahkan
kepada pemilik proyek/Pengawas sebanyak 4 (empat) set dan kepada Perencana 1
(satu) set.
b. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual,
Installation Manual, Maintenance Manual, Operating Instruction, Trouble Shooting
Instruction.
c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan
kepada Pemilik, sebuah dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan di
dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk oleh pemilik
proyek/Pengawas.
d. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan
perawatannya kepada petugas-petugas teknis (Team Engineering) yang ditunjuk oleh
pemilik proyek secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.
e. Pemborong harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian peralatan-peralatan
utama kepada Pemberi Tugas.
2.6.2. MATERI PEMELIHARAAN
Selama masa pemeliharaan, Pemborong wajib melakukan pemeliharaan secara berkala
terhadap seluruh Instalasi Sistem, baik peralatan utama maupun instalasi pemipaannya.
Pelaksanaan pemeliharaan menyangkut item-item dan tidak terbatas pada berikut ini :
a. Pemeriksaan terhadap :
- Fungsi dan mekanisme kerja kontrol
- Mekanisme kerja panel-panel kontrol
b. Pemeriksaan terhadap: Battery Charger, penggerak engine, minyak pelumas sistem
pompa dan sistem engine
c. Testing terhadap bekerjanya unit-unit sistem, yaitu pompa penggerak elektrik dan
diesel
d. Bersihkan seluruh peralatan dari kotoran
e. Pembersihan tangki bahan bakar
f. Penggantian minyak pelumas.
2.6.3. PETUNJUK PEMELIHARAAN
a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan Buku
Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (pompa, motor, diesel, panel
listrik, panel kontrol, dll.) dan Instalasi serta daftar material/ komponen yang
memerlukan penggantian secara berkala.
88
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid dengan rapih dan
bagus.
Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari pemeliharaan berkala
yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat dan standard/aturan yang berlaku secara
umum.
b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas dan
ringkas mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook pencatatan
(harian, mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (empat) set,
masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Pengawas/MK dan 1 set untuk
Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan pengadaan buku
tersebut ditanggung oleh Pemborong.

20. Sistem Splinker


Sistem Pada Splinker :
Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap
Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan,
peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm
memerintahkannya.
- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.
- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.
PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI
1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.
Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan
bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.
Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka
pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.
Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa
cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.
Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada
yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan
adanya gangguan.
Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”.
Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera
membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow

89
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk
membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.
2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah
ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya
bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm,
kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan
setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.
Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada bangunan gedung, karena sistem
sprinkler otomatik telah terbukti paling efektif dalam memadamkan kebakaran. Namun
sangat disayangkan jika masih banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan
instansi berwenang) menganggap bahwa sprinkler tidak efektif dan memakan biaya
besar, sehingga menggantinya dengan sistem lain.
Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman,
ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain. Sehingga
system ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling
efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New
Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99% (Marryat, 1988).
Studi lain di USA (NFPA, 2001) menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi
kebakaran pada area of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya
70%. Semua building code di dunia mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan
tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai digalakkan sprinkler untuk residensial
tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat.
Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit kebakaran
tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka kemungkinan besar
kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai dan bangunan. Sementara itu waktu
tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk mengendalikan atau
memadamkan kebakaran secara otomatik. Banyak kejadian dilaporkan bahwa ketika
petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh sprinkler (NFPA Journal).
Sistem deteksi dan alarm tidak berfungsi sebagai alat pengendali/ pemadam, namun
lebih berfungsi sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera
menyelamatkan diri. Sedangkan regu pemadam yang menggunakan APAR (fire
extinguisher) dan hidran belum dapat menggantikan sprinkler karena masih dipengaruhi
oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan human error).
Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler adalah pompa kebakaran dan
panelnya, pemipaan berikut katupnya, serta sering digunakannya katup kontrol tekanan
(PRV) dalam rancangan secara indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari

90
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
dengan sistem zona, di mana tekanan kerja setiap zona adalah maksimum 175 psi (12
bar), yaitu sama dengan tekanan kerja maksimum kepala sprinkler.
Justru PRV dipersyaratkan digunakan di sistem hidran bila tekanan pada kotak hidran
bangunan melebihi 6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu, sistem sprinkler otomatik
boleh dikombinasikan dengan sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan
menggunakan hanya satu set pompa kebakaran untuk keduanya sprinkler dan hidran
(SNI 03-1745-2000).
Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti ketahanan
api, kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan (NFPA 101).
Misalnya untuk kelas hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam
atau bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk
ruang tertentu yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan
demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai
proyek keseluruhan.
Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan sistemik (NFPA 550) terbagi
menjadi 2 bagian utama yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b) Pengelolaan
pengaruh kuat (impact) kebakaran. Pencegahan termasuk pengendalian sumber panas-
energi, pengendalian interaksi sumber-bahan bakar, dan pengendalian bahan bakar.
Atau dengan kata lain berarti fire safety housekeeping, dan sistem proteksi pasif atau
kompartemenisasi.
Kota-kota besar di USA seperti Los Angeles dan New York, yang sebelumnya hanya
mengandalkan sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem deteksi dan
alarm serta sistem hidran, sekarang mempersyaratkan proteksi dengan menggunakan
sprinkler. Di Singapore memang sprinkler merupakan opsi untuk bangunan hunian
apartemen, akan tetapi komponen utama sistemnya tetap dipasang (pompa kombinasi
dengan pompa hidran, dan pipa tegak serta pipa cabang utama), kecuali pipa cabang
akhir dan kepala sprinkler yang merupakan opsi dan masih ada persyaratan lainnya
yang harus dipenuhi.
Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE Handbook of
Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan membuat asap
dan udara ruangan terikutkan mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume
membentur langit-langit, maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat
dengan langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada
ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit.
Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara
konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb)
yang menyebabkan temperaturnya akan naik dari sebelumnya sama dengan temperatur
ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja nominal yang
bermacam-macam dari 57°C s/d 343°C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya
kebakaran huniannya.
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik
mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan
temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan
prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan

91
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi
dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap.
Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 2
lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya.
Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi
kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama dengan
temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) relatif
tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler
sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini
dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen (Program
CFAST dan ASET).
Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding
keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama,
kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko
bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen di atas dan
paserba di podium, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian
rancangan densitasnya pun berbeda.

Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya


posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur)
tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler.
Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai
standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi
kebakaran.
Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke
udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan mudah
terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler.
Pak Imam, saya coba menjawab pertanyaan bapak secara detail, agar bapak bisa
memperoleh asal perhitungannya, dimana dalam perencanaan splinker sebagai berikut:
S = Perencanaanpenempatankepalasprinkler padapipacabang.
D = jarakantaraderetankepalasprinkler.
NilaiS danD :
1. Untukbahayakebakaranringan, maksimum4,6 m
2. Untukbahayakebakaransedang, maksimum4,0 ma
3. Untukbahayakebakaranberat, maksimum3,7 ma
Perencanaan sprinkler
1. Arah pancaran ke bawah, karena kepala sprinkler di letakkan pada atap ruangan.

92
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
2. Kepekaan terhadap suhu, warna cairan dalam tabung gelas berwarna Jingga pada
suhu 53oC.
3. Sprinkler yang dipakai ukuran ½” dengan kapasitas(Q) = 80 liter/ menit.
4. Kepadatan pancaran = 2,25 mm/ menit.
5. Jarak maksimum antar titik sprinkler 4,6 meter.
6. Jarak maksimum sprinkler dari dinding tembok 1,7 meter.
7. Daerah yg dilindungi adalah semua ruangan kecuali kamar mandi, toilet dan tangga
yang diperkirakan tidak mempunyai potensi terjadinya kebakaran.
8. Sprinkler overlap ¼ bagian
Contoh perhitungan sprinkler :
1. luas lantai yang direncanakan adalah 555 m2(luas total) –41 m2(luas toilet)= 514
m2
2. Satu buah sprinkler mampu mencakup area sebesar 4,6 m x 4,6 m
3. Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi overlapping
sebesar ¼ area jangkauan, sehingga tidak ada titik yang tidak terkena pancaran air.
Maka area jangkauan sprinkler dapat dihitung sebagai berikut :
X = 4,6 m –(1/4 x 4,6 m)
= 4,6 m –1,15 m
= 3,45 m
Maka, L = 3,45 m x 3,45 m
= 11,9 m2
Jadi Jumlah Sprinkler yang dibutuhkan :
= 514 m2 /11,9 m2
= 37,64 atau 38 buah Sprinkler
dan sebagai tambahan untuk Volume kebutuhanair sprinkler per gedung :
V=QxT
Dimana, V = Volume kebutuhanair (m3)
Q = Kapasitasair (dm3/menit)
Q = Q tiapsprinkler x Jumlahsprinkler yang pecah
= 80 dm3/menitx 12 sprinkler (1 zonaaktif)
= 960 dm3/menit

93
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
T = Waktuoperasisistem= 30 menit
V(kebutuhanair) = Q x T x 2 gedung
= 960 dm3/menitx 30 menitx 2 gedung
= 57600 dm3
= 57,6 m3
terima kasih
19 November 2011 at 01:02

21. SISTEM SPRINKLER DAN HYDRANT


Sistem distribusi air pemadam kebakaran diambil dari groundtank / reservoir
menggunakan pompa Fire Main Pump, Diesel Fire Pump dan Jocky Pump. Sistem
instalasi pipa kebakaran ini bisa tersendiri [ main pump hydrant dan main pump sprinkler
] atau bisa menjadi satu dengan melalui pipa header [ fire main pump, diesel fire pump
dan jocky pump ] dan instalasi ini terhubung dengan pressure tank , pada pressure tank
terpasang pressure swicth yang digunakan untuk mengoperasikan pompa secara
otomatis dan di-set sesuai dengan tekanan [ standat instalasi pipa gedung ] kemudian
pipa header dibagi menjadi dua instalasi pipa yaitu pipa hydrant [warna merah] dan pipa
sprinkler [warna orange].
1.Pipa Sprinkler
Instalasi pipa ini berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara otomatis disetiap ruangan
melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada setiap lantai [dalam flapon] dengan
jarak antara 3 sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai maka panas
api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler .
2.Pipa Hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran secara
manual dengan menggunakan hydrant box , hydrant box ini tersedia pada setiap lantai
dengan beberapa zone /tempat.
Pada hydrant box terdapat fire hose[ selang ] ,nozzle, valve, juga terpasang alat bantu
control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan untuk diluar gedung [ area
taman / parkir ] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet.
3.Jocky Fire Pump
Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank.
4.Main Fire Pump
Digunakan sebagai pompa utama , bila tekanan / pressure tank turun setelah jocky
pump tidak sanggup lagi mengatasi [ jocky pump akan mati sesuai dengan setting
pressure tank ] maka main pump akan bekerja.

94
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
5.Diesel Fire Pump
Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakkan atau gagal
operasional [listrik padam] dan pompa main pump serta jocky pump berhenti bekerja
mensupply air maka diesel fire pump akan melakukan start secara otomatis berdasarkan
pressure swicth . Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel
diesel stater, panel ini juga melakukan pengisian accu/me-charger accu dan dapat
bekerja secara manual dengan kunci stater pada diesel tersebut . Untuk perawatan pada
diesel fire pump ini dilakukan pemanasan setiap minggu [2xpemanasan] ,sebelum
dilakukan pemanasan diesel dilakukan pemeriksaan pada accu, pendingin air [air
radiator] dan peng-checkkan pada pelumas mesin [oli mesin].
6.Siemense Conection
Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa [diesel fire pump, fire main pump dan jocky
pump] tidak bisa di operasional / gagal bekerja pmaka dilakukan pengisian air kedalam
jaringan pipa dari mobil pemadam kebakaran/ pompa cadangan lain untuk
menggantikan fungsi peralatan yang ada dalam keadaan emergency , siemese
conection dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan hydrant.
7.Sistem Fire Alarm
Fire alarm adalah merupakan sistem untuk membantu pemilik gedung untuk mengetahui
secepatnya suatu sumber kebakaran , sehingga sebelum api menjadi besar pemilik
gedung sudah dapat mengambil tindakan pemadaman .
Sistem ini memakai panel kontrol [ MCFA ] yang biasanya dikontrol dari ruang teknik dan
panel Annuciator [panel kontrol tambahan] di pasang di ruang posko security agar
petugas keamanan juga bisa cepat mengetahui lokasi kebakaran pada setiap lantai.

22. Fire Fighting Sistem Splinker


Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap
Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan,
peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm
memerintahkannya.
- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.
- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.
PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI
1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.
Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan
bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.
Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka
pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.

95
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa
cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.
Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada
yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan
adanya gangguan.
Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”.
Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera
membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow
switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk
membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.
2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah
ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya
bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm,
kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan
setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.

23. Fire Fighting Sistem Splinker


Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap
Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan,
peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm
memerintahkannya.
- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.
- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.
PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI
1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.
Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan
bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.
Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka
pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.

96
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa
cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.
Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada
yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan
adanya gangguan.
Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”.
Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera
membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow
switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk
membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.
2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah
ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya
bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm,
kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan
setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.

24. Tentang Ground Loop dan Ground Loop Isolator


GROUND LOOP
Katakanlah V1 adalah camera CCTV yang mengalirkan sinyal menuju Monitor (V2).
Keduanya memakai jalur ground yang sama dalam satu kabel coaxial. Idealnya kabel
penghantar ground tidak memiliki resistansi, jadi dalam hal ini RG = 0 ohm. Karena
RG=0, maka tegangan ground VG akan 0 volt juga, sehingga rangkaian terhubung
sempurna pada satu potensial ground yang sama. Dalam keadaan ini output Vout sama
dengan Monitor (V2), jadi tidak ada masalah.
Akan tetapi pada instalasi kabel yang panjang, bisa saja terjadi penghantar ground
coaxial memiliki resistansi yang tidak nol (katakanlah sebesar RG), misalnya akibat dari
sambungan konektor yang tidak sempurna. Jika demikian, maka arus I1 yang mengalir
dari output camera (V1) akan menghasilkan tegangan drop VG, yaitu sebesar I1 x RG.
Akibat adanya resistansi RG, maka tegangan di output akan berkurang sebesar V2 - VG.
Dampaknya adalah output menjadi lemah dan rentan terhadap interferensi. Pada
camera, gangguan ini bisa berupa bayangan atau noise pada gambar. Lebih jauh,
karena potensial ground antara camera dan monitor tidak 0 (nol) secara sempurna,
maka bahaya sengatan listrik dapat terjadi sekalipun monitor sudah dimatikan. Problem
ini bisa dihilangkan dengan memasang ground loop isolator pada kabel coaxial.

97
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
GROUND LOOP ISOLATOR
Pernahkah anda mengalami masalah gambar bergaris tipis atau pudar? Sekalipun
sudah menggunakan video ampifier, namun masalah ini tidak kunjung hilang? Boleh jadi
anda mengalami masalah interferensi yang disebabkan oleh pengaruh ground loop.
Ground loop adalah masalah klasik yang kerap menghantui pada instalasi kabel coaxial
jarak jauh. Kurang sempurnanya sambungan kabel bisa menjadi penyebab utama
masalah ini. Akibatnya sinyal video cenderung lemah dan mudah terganggu oleh
interferensi. Memakai video amplifier bukan satu-satunya solusi "cerdas" dalam hal ini,
karena perlu diketahui amplifier menguatkan sinyal dan noise sekaligus "tanpa pandang
bulu". Artinya, jika sinyal video sudah "kotor" dari awalnya, maka hasil penguatannyapun
akan "lebih kotor" lagi. Kotor yang kami maksud di sini adalah noise dan interferensi. Ya,
ternyata video amplifier menguatkan noise juga!
Ketimbang melakukan "boost" terhadap sinyal yang sudah kotor, ada satu upaya yang
tampaknya lebih cerdas, yaitu menghilangkan noise itu sendiri. Cobalah gunakan
Ground Loop Isolator pada kabel coaxial. Untuk itu kita bisa melakukannya dalam tiga
alternatif.
1. Cobalah pasang ground loop isolator pada input DVR atau monitor, karena ini adalah
cara yang paling mudah. Lihatlah hasilnya, jika interferensi hilang, maka coba pula di
channel-channel lainnya.
2. Jika dengan cara pertama interferensi belum hilang, cobalah pasang pada output
camera. Ini adalah cara yang agak sulit, karena kita mesti naik lagi ke camera. Lihatlah
hasilnya.
3. Jika cara keduapun belum berhasil, cobalah menggabungkan cara pertama dan cara
kedua, yaitu memasangnya pada output camera dan input DVR sekaligus.

25. Mengatasi Drop Tegangan pada Camera CCTV


Salah satu upaya mengatasi drop tegangan pada camera adalah mengganti adaptor
dengan rangkaian Adjustable DC Regulated Power Supply. Sebagaimana diketahui,
masalah yang kerapkali muncul dalam instalasi camera adalah soal penempatan plug-in
dimana kita jarang sekali mendapatkan sumber 220VAC di dekat camera, kecuali
dengan menarik kabel listrTautanik ke titik itu. Penempatan adaptor atau power supply
yang jauh mendatangkan masalah drop tegangan. Hal tersebut tampak pada analisa di
bawah ini:
Arus camera adalah arus yang tercantum dalam brosur spesifikasi. Misalkan dalam
spesifikasi dinyatakan 300mA@12VDC, maka pada tegangan 12VDC camera
"memakan" arus sebesar 0.3A untuk operasionalnya.
Di sisi lain, kabel penghantar yang panjang akan memiliki apa yang disebut dengan
resistansi dalam (disimbolkan dengan huruf r kecil). Sesuai dengan hukum Ohm, maka
arus yang mengalir melalui satu nilai resistansi akan membangkitkan tegangan sebesar
arus (I) dikali nilai resistansi itu (r). Ilustrasi di atas memperlihatkan kabel merah-hitam
yang biasa dipakai pada instalasi alarm dan PABX, kali ini dipakai untuk menyuplai
98
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
tegangan camera pada jarak 30m. Misalkan, pada kabel merk tertentu diperoleh nilai r
sebesar 3 ohm, maka tegangan drop yang terjadi di satu kabel adalah: arus camera
dikali resistansi kabel, yaitu 0.3A x 3 ohm = 0.9 Volt. Jika dijumlahkan, maka untuk jarak
30m, tegangan adaptor plug-in sudah berkurang sekitar 1.8 VDC. Akibatnya, tegangan
di camera sebenarnya hanya sekitar 10,2 volt saja. Inilah problematika yang mungkin
pernah kita hadapi.
Pada bahasan selanjutnya, kami akan menjelaskan solusi alternatif dalam mengatasi
masalah yang "klasik" ini. Salah satunya adalah dengan memakai rangkaian adjustable
DC regulated power supply. Kendati belum dijelaskan secara detail, namun diagram di
atas kiranya sudah memberikan gambaran yang gamblang mengenai apa yang
dimaksud. Namun, jika belum jelas, nantikanlah posting kami selanjutnya seputar
masalah ini, termasuk bagaimana cara praktis untuk mengetahui resistansi kabel yang
dipasang.

26. CCTV (Closed-Circuit Television)


CCTV (Closed-Circuit Television) memiliki camera yang akan mentransmisikan image
video ke tempat yang spesifik dan jumlah televisi yang terbatas. Perbedaannya dengan
bentuk televisi CCTV tidak dapat menerima monitor lain, bahkan jika di area yang sama
sekalipun, kecuali monitor tersebut telah masuk ke dalam area CCTV. System CCTV
biasanya digunakan untuk alasan keamanan atau komersial ketika orang
memerlukannya bila berada di lingkungan yang berbahaya.
CCTV pertama kali dibuat oleh Walter Brunch, dan diinstall di sebuah area peluncuran
roket di Jerman. Oleh karena peluncuran tersebut dirasa berbahaya, dan banyak orang
yang ingin menyaksikannya, maka dibuatlah CCTV sehingga dapat digambarkan secara
detail mengenai peluncurannya. Teknologi CCTV masih digunakan untuk melihat
peluncuran roket, namun meluas fungsinya ke keamanan bank, institusi militer dan
tempat lain yang membutuhkan pengamanan yang tinggi. Di tahun 1990 dan 2000,
camera CCTV muali dipakai di area public, seperti di sudut jalan di negara Inggris.
Teknologi CCTV telah membuat evolusi jalan keamanan di sector publik dan private.
CCTV juga diperbolehkan oleh lingkungan hukum untuk menyelesaikan kriminalitas di
area, dimana camera CCTV dipasang. Sekarang ini, camera CCTV mudah diidentifikasi
oleh setiap orang. Banyak camera CCTV yang dipasang di langit-langit rumah, dinding
atau atap bangunan. Camera CCTV memiliki lensa di bagian depan, dan untuk CCTV
model baru berwarna hitam dan berbentuk kecil, juga dapat melakukan maneuver
putaran 360 derajat.
Masa depan teknologi camera CCTV sepertinya akan semakin menarik, Dimulai dari
computer yang mulai menggunakan camera CCTV control, yang akan mendeteksi
pergerakan dan mengikuti siapa saja yang ada di depan computer. Kualitas gambar
yang diambil camera CCTV berupa image crystal bening high-definition. CCTV untuk
masa depan juga dapat digunakan untuk membaca signature dan implementasi
pemandangan tengah malam (night-vision). Ketika CCTV mendeteksi adanya gerakan,
maka email akan dapat dikirimkan ke alamat yang dituju, memperingatkan pemilik email
akan keadaan bahaya.

99
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
27. Understanding Building Automation and Control Systems
Building Automation Systems (BAS) are centralized, interlinked, networks of hardware
and software, which monitor and control the environment in commercial, industrial, and
institutional facilities. While managing various building systems, the automation system
ensures the operational performance of the facility as well as the comfort and safety of
building occupants.
Typically, such control systems are installed in new buildings or as part of a renovation
where they replace an outdated control system.
You may hear any of the following terms to describe the control or automation of
buildings:
Building Automation and Control Systems (BACS), Building Control System (BCS),
and/or Building Management System (BMS)—same as “Building Automation System” or
the subject of this page.
Controls—This term is appropriate in describing discrete devices that control particular
pieces of equipment or processes.
Direct Digital Control (DDC)—describes the communication method used in modern
devices (hardware and software). Collectively, DDC products control various building
systems and form the automation system.
Energy Management System (EMS)—generally understood to be the same as a
“Building Automation System” but may have special emphasis on energy
metering/monitoring
Energy Management and Control System—well, you’re getting the idea.
Smart (Intelligent) Building—a building equipped with a data-rich BAS.
What is Controlled?
Generally, building automation begins with control of mechanical, electrical, and
plumbing (MEP) systems. For instance, the heating, ventilation, and air-conditioning
(HVAC) system is almost always controlled, including control of its various pieces of
equipment such as:
Chillers
Boilers
Air Handling Units (AHUs)
Roof-top Units (RTUs)
Fan Coil Units (FCUs)

100
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Heat Pump Units (HPUs)
Variable Air Volume boxes (VAVs)
Lighting control is, likewise, low-hanging fruit for optimizing building performance.
Other systems that are often controlled and/or brought under a complete automation
system include:
Power monitoring
Security
Close circuit video (CCTV)
Card and keypad access
Fire alarm system
Elevators/escalators
Plumbing and water monitoring
Types of Building Automation and Control Systems
Early control systems were pneumatic or air-based and were generally restricted to
controlling various aspects of the HVAC system. Common pneumatic devices include
controllers, sensors, actuators, valves, positioners, and regulators. Due to their large
base of installation throughout the 1960s and 1970s, pneumatic control systems are still
in place in a majority of existing buildings, especially in established metropolitan areas.
Analog electronic control devices became popular throughout the 1980s. They provided
faster response and higher precision than pneumatics.
However, it was not until digital control or DDC devices came on the scene in the 1990s
that a true automation system was possible. However, as there were no established
standards for this digital communication, various manufacturers, created their own
(proprietary) communication methods.
The automation system was fully functional but was not “interoperable” or capable of
mixing products from various manufacturers. Thus, a given building or portfolio could be
“locked” into a specific manufacturer. This is not necessarily a problem unless the
relationship with the associated service provider is challenging.
By the late 1990s and especially into the 2000s, movements were afoot to standardize
on “open” communication systems. The American Society of Heating, Refrigerating and
Air-conditioning Engineers (ASHRAE) developed the BACnet communication protocol
that eventually became the industry open standard.
What Does a BAS Look Like?
Most of the automation system is behind the scenes as hardware devices mounted to
equipment or hidden underfloor or in the ceiling. Some personalized control can be made
available through thermostat-like devices. From a central management perspective, the

101
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
BAS resides as software on an operator workstation (computer) or is available as a web
page.
Various types of “controllers” manage equipment and portions of the network. “Sensors”
provide input data to the controllers.
Here is a generalized view of a BAS:
Who Installs or Services a BAS?
A properly trained in-house staff can manage the operation and, sometimes, the
maintenance of the BAS. However, system design and initial installation is almost always
accomplished by controls professionals such as dedicated controls contractors or system
integrators. In practice, the controls contractor is a sub-contractor to the mechanical
contractor. Sometimes, the mechanical contractor will have a dedicated controls division.
Electrical contractors with controls teams are also common and multi-functional system
integrators are becoming more common for today’s complex facilities.
These controls professionals can provide on-going service or train your in-house staff to
self-perform service.
The automation system can also offer you an incredible amount of data related to
building performance, and with this data in hand, you can make more intelligent
decisions.
And, if you are building green, be aware that an automation system can contribute
greatly to your ability to earn such recognition as the EPA ENERGY STAR or the LEED
certification associated with the U.S. Green Building Council (USGBC).
Today’s BAS Trends
When the subject is intelligent buildings, you know that things don’t stand still. Here are a
few trends influencing building automation:
Wireless technology is beginning to replace traditionally wired BAS infrastructure.
Thus far, however, the wireless technology is limited to sensor-type devices and suffers
from issues including a lack of clear wireless standard, short battery life, and
communication challenges through various types of building structures and materials.
Enterprise-level initiatives are making the communication protocol of the BAS less
important.
While it is quite common to replace a pneumatic control system with a direct digital
control (DDC) system, pneumatic-to-DDC bridging strategies also exist.
More controls are coming to the construction site, factory pre-mounted to equipment.
Hardware and software continues to be augmented by energy-related visuals.
There has been tremendous consolidation among BAS manufacturers, leaving
relatively few independent players (such as KMC Controls).
Tags: BAS, building automation system

102
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
29. UPS ( Uninteruptible Power Supply )
Uninteruptible Power Supply merupakan system Penyedia daya listrik yang sangat
penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng dari kegagalan daya serta
kerusakan system dan hardware. UPS akan menjadi system yang sangat penting dan
sangat diperlukan pada banyak perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, Jasa
informasi, penyedia jasa internet dan banyak lagi. Dapat dibayangkan berapa besar
kerugian yang timbul akibat kegagalan daya listrik jika system tersebut tidak dilindugi
dengan UPS.
Fungsi Utama dari UPS adalah :
Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya pada listrik
utama (PLN).
Memberikan kesempatan waktu yang cukup kepada kita untuk segera menghidupkan
Genset sebagai pengganti PLN.
Memberikan kesempatan waktu yang cukup kepada kita untuk segera melakukan
back up data dan mengamankan Operating System (OS) dengan melakukan shutdown
sesuai prosedur ketika listrik utama (PLN) padam.
Mengamankan sistem komputer dari gangguan-gangguan listrik yang dapat
mengganggu sistem komputer baik berupa kerusakan software,data maupun kerusakan
hardware.
UPS secara otomatis dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi perubahan
tegangan pada input sehingga tegangan output yang digunakan oleh sistem komputer
berupa tegangan yang stabil.
UPS dapat melakukan diagnosa dan management terhadap dirinya sendiri sehingga
memudahkan pengguna untuk mengantisipasi jika akan terjadi gangguan terhadap
sistem.
User friendly dan mudah dalam installasi.
User dapat melakukan kontrol UPS melalui Jaringan LAN dengan menambahkan
beberapa accessories yang diperlukan.
Dapat diintegrasikan dengan jaringan Internet.
Notifikasi jika terjadi kegagalan dengan melakukan setting software UPS
management.

Jenis UPS berdasarkan cara kerjanya


Line Interactive UPS
Pada UPS jenis ini diberi tambahan alat AVR (automatic voltage regulator) yang
berfungsi mengatur tegangan dari suplai daya ke peralatan.
On-Line UPS

103
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Pada UPS jenis ini terdapat 1 rectifier dan 1 inverter yang terpisah. Hal ini lebih mahal
apabila dibandingkan dengan dua jenis UPS lainnya. Dalam keadaan gangguan, suplai
daya ke rectifier akan diblok sehingga akan ada arus DC dari batere ke inverter yang
kemudian diubah menjadi AC.
Off-Line UPS
UPS jenis ini merupakan UPS paling murah diantara jenis UPS yang lain. Karena
rectifier dan inverter berada dalam satu unit. Dalam keadaan gangguan, switch akan
berpindah sehingga suplai daya dari suplai utama terblok. Akibatnya akan mengalir arus
DC dari batere menuju inverter.
UPS ini akan menemukan penyimpangan jalur voltase (linevoltage) misalnya, kenaikan
tajam, kerendahan, gelombang dan juga penyimpangan disebabkan oleh pemakaian
dengan alat pembangkit tenaga listrik yang murah.
Karena gagal, UPS akan berpindah ke operasi on-battere atau batere hidup sebagai
reaksi kepada penyimpangan untuk melindungi bebannya (load). Jika kualitas listrik
kurang, UPS mungkin akan sering berubah ke operasi on-batere. Kalau beban bisa
berfungsi dengan baik dalam kondisi tersebut, kapsitas dan umur batere dapat bertahan
lama melalui penurunan kepekaan UPS.
UPS Bekerja Berdasar Kepekaan Tegangan
UPS ini akan menemukan penyimpangan jalur voltase (linevoltage) misalnya, kenaikan
tajam, kerendahan, gelombang dan juga penyimpangan disebabkan oleh pemakaian
dengan alat pembangkit tenaga listrik yang murah.
Karena gagal, UPS akan berpindah ke operasi on-battere atau batere hidup sebagai
reaksi kepada penyimpangan untuk melindungi bebannya (load). Jika kualitas listrik
kurang, UPS mungkin akan sering berubah ke operasi on-batere. Kalau beban bisa
berfungsi dengan baik dalam kondisi tersebut, kapsitas dan umur batere dapat bertahan
lama melalui penurunan kepekaan UPS.
INSTALASI UPS SECARA SERIAL DAN PARALEL REDUNDANTCY
Yang dimaksud dengan redundant ialah sistem akan selalu mendapat supply power dan
proses maintenance tidak akan menggangu sistem. Konfigurasi ini banyak diterapkan
pada sistem yang kritis dimana sistem tidak boleh down tanpa schedule yang tepat.
System redundant terbagi dua tipe yaitu pertama yang dipasang secara Serial dan yang
kedua yang dipasang secara Paralel.

Konfigurasi secara serial:


Dari gambar diatas konfigurasi serial dapat diterjemahkan dengan formula 1+1 Proses
kerja dari konfigurasi ini dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Pada saat normal beban akan disupply melalui UPS 1
2. Phasa dan tegangan UPS 2 akan disinkronkan sesuai dengan phasa dan tegangan
UPS1

104
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
3. Ketika UPS 1mengalami gangguan secara otomatis beban akan mendapat supply
Listrik dari UPS 2 dengan perpindahan transfer switch I proses perpindahan transfer
switch ini tidak akan menggangu system karena transfer timenya 0 detik .
Konfigurasi secara Paralel:
Konfigurasi secara paralel redundant umumnya memiliki formula N+1. Dalam konfigurasi
ini N
merupakan modul yang terpasang dan bekerja mensupply power ke beban, sedangkan
+1 merupakan model yang akan bekerja jika salah satu modul UPS utama mengalami
gangguan.

30. Transformator Daya dan Cara Pengujiannya


Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam operasi umumnya, trafo-trafo tenaga
ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk sistem
pengamanan/proteksi, sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara
langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan
di sisi netral 20 kV nya. Transformator yang telah diproduksi terlebih dahulu melalui
pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan.
Klasifikasi
Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut:
• Pasangan:
Pasangan dalam
Pasanga luar
• Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut: (lihat Tabel 1)

• Fungsi/Pemakaian
Transformator mesin
Transformator Gardu Induk
Transformato
r Distribusi • Kapasitas dan Tegangan
Untuk mempermudah pengawasan dalam operasi trafo dapat dibagi menjadi: Trafo
besar, Trafo sedang, Trafo kecil.
Cara Kerja dan Fungsi Tiap-tiap Bagian
105
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi masing-
masing:
• Bagian utama
- Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi,
untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh “Eddy Current”.
- Kumparan trafo
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut
diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan isolasi padat
seperti karton, pertinax dan lain-lain.
Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila kumparan primer
dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul
fluksi yang menginduksikan tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian
beban) maka akan mengalir arus pada kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat
transformasi tegangan dan arus.
- Kumparan tertier
Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan
lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta.
Kumparan tertier sering dipergunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu seperti
kondensator synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak semua
trafo daya mempunyai kumparan tertier.
- Minyak trafo
Sebagian besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak-
trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo
mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai
isolasi (daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan
isolasi. Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
kekuatan isolasi tinggi
penyalur panas yang baikberat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel dalam
minyak dapat mengendap dengan cepat
viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik
titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan
tidak merusak bahan isolasi padat
sifat kimia y
ang stabil.
- Bushing
106
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah busing yaitu sebuah
konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor tersebut denga tangki trafo.
- Tangki dan Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki
dilengkapi dengan konservator.
• Peralatan Bantu
- Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-
rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan
merusak isolasi di dalam trafo, maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan
tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar
trafo.
Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa: Udara/gas, minyak dan air.
Pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara :
Alamiah (natural)
Tekanan/paksaan (forced).
Macam-macam dan sistem pendingin trafo berdasarkan media dan cara pengalirannya
dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 1.
- Tap Changer (perubah tap)
Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan
operasi sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang berubah-
ubah. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam
keadaan tak berbeban (off load), tergantung jenisnya.
- Alat pernapasan
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu
minyakpun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi,
minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam
tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan
masuk ke dalam tangki.
Kedua proses di atas disebut pernapasan trafo. Permukaan minyak trafo akan selalu
bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus minyak trafo,
maka untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi
tabung berisi kristal zat hygroskopis.
- Indikator
Untuk mengawasi selama trafo beroperasi, maka perlu adanya indicator pada trafo
sebagai berikut:

107
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
indikator suhu minyak
indikator permukaan minyak
indikator sistem pendingin
indikator kedudukan tap
dan sebagainya.
• Peralatan Proteksi
- Rele Bucholz
Rele Bucholz adalah rele alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas.
Gas yang timbul diakibatkan oleh:
a. Hubung singkat antar lilitan pada/dalam phasa
b. Hubung singkat antar phasa
c. Hubung singkat antar phasa ke tanah
d. Busur api listrik antar laminasi
e. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
- Pengaman tekanan lebih
Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas,
berfungsi sebagai pengaman tangki trafo terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di
dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari
kakuatan tangi trafo.
- Rele tekanan lebih
Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni mengamankan terhadap
gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas
yang tiba-tiba dan langsung mentripkan P.M.T.
- Rele Diferensial
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain flash over antara
kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan
di dalam kumparan ataupun beda kumparan.
- Rele Arus lebih
Befungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang diperkenankan lewat
dari trafo terseut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan
hubung singkat.
- Rele Tangki tanah

108
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila ada hubung singkat antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada trafo.
- Rele Hubung tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat satu phasa ke
tanah.
- Rele Termis
Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan isolasi kumparan, akibat
adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran yang diukur di dalam rele
ini adalah kenaikan temperatur.
Pengujian Transformator
Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN’50-1982 dengan melalui tiga
macam pengujian, sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76 (1976), yaitu :
- Pengujian Rutin

Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan terhadap setiap transformator, meliputi:
pengujian tahanan isolasi
pengujian tahanan kumparan
pengujian perbandingan belitan Pengujian vector group
pengujian rugi besi dan arus beban kosong
pengujian rugi tembaga dan impedansi
pengujian tegangan terapan (Withstand Test)
pengujian tegangan induksi (Induce Test).
- Pengujian jenis
Pengujian jenis adalah pengujian yang dilaksanakan terhadap sebuah trafo yang
mewakili trafo lainnya yang sejenis, guna menunjukkan bahwa semua trafo jenis ini
memenuhi persyaratan yang belum diliput oleh pengujian rutin. Pengujian jenis meliputi:
pengujian kenaikan suhu
pengujian impedansi
- Pengujian khusus
Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari uji rutin dan jenis, dilaksanakan atas
persetujuan pabrik denga pmbeli dan hanya dilaksanakan terhadap satu atau lebih trafo
dari sejumlah trafo yang dipesan dalam suatu kontrak. Pengujian khusus meliputi :
pengujian dielektrik
pengujian impedansi urutan nol pada trafo tiga phasa
109
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
pengujian hubung singkat
pengujian harmonik pada arus beban kosong
pengujian tingkat bunyi akuistik
pengukuran daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan pompa minyak.
• Pengujian Rutin
- Pengukuran tahanan isolasi
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan untuk
mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo, untuk menghindari kegagalan yang fatal dan
pengujian selanjutnya, pengukuran dilakukan antara:
sisi HV - LV
sisi HV - Ground
sisi LV- Groud
X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)
X1-X2 dan X3-X4 )trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan circuit breaker.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger, lebih baik yang menggunakan
baterai karena dapat membangkitkan tegangan tinggi yang lebih stabil. Harga tahanan
isolasi ini digunakan untuk kriteria kering tidaknya trafo, juga untuk mengetahui apakah
ada bagian-bagian yang terhubung singkat.
- Pengukuran tahanan kumparan
Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk mengetahui berapa nilai tahanan listrik
pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus.
Nilai tahanan belitan dipakai untuk perhitungan rugi-rugi tembaga trafo.
Pada saat melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan adalah suhu belitan pada
saat pengukuran yang diusahakan sama dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya
diusahakan arus pengukuran kecil.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan di atas 1 ohm adalah Wheatstone
Bridge, sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1 ohm digunakan Precition
Double Bridge.
Pengukuran dilakukan pada setiap fasa trafo, yaitu antara terminal:
Untuk terminal tegangan tinggi:
a. Trafo 3 fasa
- fasa A - fasa B
- fasa B - fasa C
- fasa C - fasa A
110
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
b. Trafi 1 fasa
- terminal H1-H2 untuk trafo double bushing
- terminal H1-Ground untuk trafo single bushing

Untuk sisi tegangan rendah


a. Trafo 3 fasa
- fasa a - fasa b
- fasa b - fasa c
- fasa c - fasa a
b. Trafo 1 fasa
- terminal X1-X4 dengan X2-X3 dihubung singkat.
Pengukuran dengan Wheatstone bridge digunakan untuk tahanan di atas 1 ohm.
Rangkaian pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1. Pada keadaan seimbang berlaku
rumus:
Rx adalah hagra tahanan belitan yang diukur = factor pengali. Pengukuran dengan
Precition double bridge digunakan untuk tahanan yang lebih kecil dar 1 ohm. Rangkaian
pengukuran seperti Gambar 2. Tahanan yang diukur Rx dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
- Pengukuran perbandingan belitan
Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk mengetahui perbandingan jumlah
kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada setiap tapping, sehingga
tegangan output yang dihasilkan oleh trafo sesuai dengan yang dikehendaki. toleransi
yang diijinkan adalah:
a. 0,5 % dari rasio tegangan atau b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping
nominal.
Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi assembling yaitu setelah
coil trafo di assembling dengan inti besi dan setelah tap changer terpasang, pengujian
kedua ini bertujuan untuk mengetahui apakah posisi tap trafo telah terpasang secara
benar dan juga untuk pemeriksaan vector group trafo.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Transformer Turn Ratio Test (TTR),
misalnya merk Jemes G. Biddle Co Cat. No.55005 atau Cat. No. 550100-47.
- Pemeriksaan Vector Group
Pemeriksaan vector group bertujuan untuk mengetahui apakah polaritas terminal-
terminal trafo positif atau negatif. Standar dari notasi yang dipakai adalah ADDITIVE dan
SUBTRACTIVE.
- Pengukuran rugi dan arus beban kosong
111
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Pengukuran ini untuk mengetahui berapa daya yang hilang yang disebabkan oleh rugi
histerisis dan eddy current dari inti besi (core) dan besarnya arus yang ditimbulkan oleh
kerugian tersebut. Pengukuran dilakukan dengan memberikan tegangan nominal pada
salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka.
- Pengukuran rugi tembaga dan impedansi
Pengukuran ini bertujuan untum mengetahui besarnya daya yang hilang pada saat trafo
beroperasi akibat dari tembaga (Wcu) dan strey loss (Ws) trafo yang digunakan.
Pengukuran dilakukan dengan memberi arus nominal pada salah satu sisi dan pada sisi
yang lain dihubung-singkat, dengan demikian akan terbangkit juga arus nominal pada
sisi tersebut, sehingga trafo seolah-olah dibebani penuh.
Perhitungan rugi beban penuh (Wcu) dan impedansi (Iz), dimana pada waktu
pengukuran tahanan belitan (R), Wcu dan Iz dilakukan pada saat suhu rendah (udara
sekitar (t)), maka Wcu dan Iz perlu dikoreksi terhadap suhu acuan 75ºC, dimana factor
koreksi (a) adalah :
- Pengujian tegangan terapan (Withstand Test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji kekuatan isolasi antara kumparan dan body
tangki.
Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan uji sesuai denga standar uji dan
dilakukan pada:
- sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan body yang di ke tanahkan
- sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan body yang di ke tanahkan.
- waktu pengujian 60 detik.
- Pengujian tegangan induksi
Pengujian tegangan induksi bertujuan untuk mengetahui kekuatan isolasi antara layer
dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antara belitan trafo. Pengujian dilakukan
dengan memberi tegangan supply dua kali tegangan nominal pada salah satu sisi dan
sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi kejenuhan pada inti besi (core) maka
frekwensi yang digunakan harus dinaikkan sesuai denga kebutuhan. Lama pengujian
tergantung pada besarnya frekwensi pengujian berdasarkan rumus:
waktu pengujian maksimum adalah 60 detik.
- Pengujian kebocoran tangki
Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah semua komponen trafo terpasang.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kondisi paking dan las trafo.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan nitrogen (N2) sebesar kurang lebih 5
psi dan dilakukan pengamatan pada bagian-bagian las dan paking dengan memberikan
cairan sabun pada bagian tersebut. Pengujian dilakukan sekitar 3 jam apakah terjadi
penurunan tekanan.
• Pengujian Jenis (Type Test)

112
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
- Pengujian kenaikan suhu
Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan untuk mengetahui berapa kenaikan suhu oli dan
kumparan trafo yang disebabkan oleh rugi-rugi trafo apabila trafo dibebani. Pengujian ini
juga bertujuan untuk melihat apakah penyebab panas trafo sudah cukup effisien atau
belum.
Pada trafo dengan tapping tegangan di atas 5% pengujian kenaikan suhu dilakukan
pada tappng tegangan terendah (arus tertinggi), pada trafo dengan tapping maksimum
5% pengujian dilakukan pada tapping nominal.
Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian beban penuh, pengujian dilakukan
dengan memberikan arus trafo sedemikian hingga membangkitkan rugi-rugi trafo, yaitu
rugi beban penuh dan rugi beban kosong.
Suhu kumparan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
t adalah suhu sekitar pada saat akhir pengujian.
- Pengujian tegangan impulse
Pengujian impulse ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dielektrik dari sistem
isolasi trafo terhadap tegangan surja petir.
Pengujian impuls adalah pengujian dengan memberi tegangan lebih sesaat dengan
bentuk gelombang tertentu. Bila trafo mengalami tegangan lebih, maka tegangan
tersebut hampir didistribusikan melalui effek kapasitansi yang terdapat pada :
- antar lilitan trafo
- antar layer trafo
- antara coil denga ground.
- Pengujian tegangan tembus oli
Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dielektrik
oli. Hal ini dilakukan karena selain berfungsi sebagai pendingin dari trafo, oli juga
berfungsi sebagai isolasi.
Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN 49 - 1 : 1982, IEC 158
dan IEC 296 yaitu:
- > = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying
- > = 50 KV/2,5 mm setelah purifying

Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk Hipotronics type EP600CD. Cara
pengujian:
- bersihkan tempat sample oli dari kotoran dengan mencucinya dengan oli sampai
bersih.

113
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
- ambil contoh/sample oli yang akan diuji, usahakan pada saat pengambilan sample oli
tidak tersentuh tangan atau terlalu lama terkena udara luar karena oli ini sanga sensitive.
- tempatkan sample oli padaalat tetes.
- nyalakan power alat tetes.
- tekan tombol start dan counter akan mencatat secara otomatis sejauh mana
kemampuan dielektrik oli tersebut. Setelah counter berhenti dan tombol reset menyala,
tekan tombol reset untuk mengembalikan ke posisi semula.
- hasil pengujian tegangan tembus diambil rata-ratanya setelah dilakukan 5 (lima) kali
dengan selang waktu 2 menit.
Kesimpulan
Kelayakan operasi dari suatu transformator daya dapat ditetapkan setelah melalui
tahapan-tahapan pengujian berdasarkan standar yang berlaku.
Ketelitian dari proses pengujian transformator daya sangan dipengaruhi oleh
temperatur ruang serta ketepatan waktu pelaksanaannya.
Keandalan transformator selama masa operasi, sangat ditentukan oleh cara
pemeliharaannya, sehingga jadwal waktu pemeliharaan perlu dikaji lebih lanjut. q
Daftar Pustaka
IEC 156/1963 “ Method for the determination of electric strength of insulating oils”
1963
IEC 76/1976 “Power Transformer” 1976.
P.T. Bambang Djaya “ Methode Pengujian Transformator Distribusi” P.T. Bambang
Djaya, Surabaya 1995.
P.T. PLN “ Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan untuk Transformator Tenagan”
Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta 1981.
SPLN 17 : 1979 “Pedoman Pembebanan Transformator Terendam Minyak” Jakarta,
1979.
SPLN 50 - 1982 “Pengujian Transformator” Jakarta, 1982.

30. Transformator Daya


Transformator/ Transformer / Trafo adalah suatu peralatan listrik yang termasuk dalam
klasifikasi mesin listrik statis dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, dengan frekuensi sama. Dalam
pengoperasiannya, transformator-transformator tenaga pada umumnya ditanahkan pada
titik netral, sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan atau proteksi. Sebagai
contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, dan

114
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya.
Transformator yang telah diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar
yang telah ditetapkan.
Dasar dari teori transformator adalah sebagai berikut :
“Apabila ada arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti
besi itu akan berubah menjadi magnit dan apabila magnit tersebut dikelilingi oleh suatu
belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan mengelilingi
magnit, sehingga akan timbul gaya gerak listrik (GGL)”.
Klasifikasi Transformator Tenaga
Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut sistem pemasangan dan cara
pendinginannya.
1. Menurut Pemasangan
• Pemasangan dalam
• Pemasangan luar
2. Menurut Pendinginan , menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai
berikut:
a) Berdasarkan Fungsi dan pemakaian:
• Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)
• Transformator Gardu Induk
• Transformator Distribusi
b) Berdasarkan Kapasitas dan Tegangan Kerja:
Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas 1100 kV dan daya di atas
1000 MVA ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh Transformator 3 Phasa dengan Tegangan Kerja >1100 kV dan Daya
>1000 MVA.

Dalam usaha mempermudah pengawasan dalam operasi, transformator dapat dibagi


menjadi: transformator besar, transformator sedang, dan transformator kecil.
Cara Kerja dan Fungsi Bagian-Bagian Transformator
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
• Bagian utama transformator
• Peralatan Bantu
• Peralatan Proteksi

115
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Setiap bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing, dan untuk detailnya anda juga
dapat membaca artikel mengenai komponen-komponen transformator di sini
1. Bagian utama transformator, terdiri dari:
a) Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks, yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi,
untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus pusar atau
arus eddy (eddy current).
b) Kumparan transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, dan kumparan tersebut
diisolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan menggunakan
isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain.
Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika kumparan
primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut
timbul fluks yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup
(rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut, sehingga kumparan ini
berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
c) Kumparan tertier
Fungsi kumparan tertier diperlukan adalah untuk memperoleh tegangan tertier atau
untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu
dihubungkan delta atau segitiga. Kumparan tertier sering digunakan juga untuk
penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone, kapasitor shunt dan
reactor shunt, namun demikian tidak semua transformator daya mempunyai kumparan
tertier.
d) Minyak transformator
Sebagian besar dari transformator tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya
direndam dalam minyak transformator, terutama pada transformator-transformator
tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak transformator mempunyai sifat
sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan juga berfungsi pula sebagai isolasi
(memiliki daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin
dan isolasi.
Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu:
• kekuatan isolasi tinggi
• penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel dalam
minyak dapat mengendap dengan cepat
• viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik
• titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat menimbulkan baha

116
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
• tidak merusak bahan isolasi padat
• sifat kimia yang stabil
Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi seperti tampak pada Tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru.
Untuk minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > 1 MVA atau
bertegangan > 30 kV sifatnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi Minyak Isolasi Pakai.
e) Bushing
Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar melalui sebuah bushing, yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai
penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator.
f) Tangki dan konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak transformator
berada atau (ditempatkan) di dalam tangki. Untuk menampung pemuaian pada minyak
transformator, pada tangki dilengkapi dengan sebuah konservator.
Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya adalah:
• Jenis sirip (tank corrugated) Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai dingin yang
menjalani penekukan, pemotongan dan proses pengelasan otomatis, untuk membentuk
badan tangki bersirip dengan siripnya berfungsi sebagai radiator pendingin dan alat
bernapas pada saat yang sama. Tutup dan dasar tangki terbuat dari plat baja bercanai
panas yang kemudian dilas sambung kepada badan tangki bersirip membentuk tangki
corrugated ini. Umumnya transformator di bawah 4000 kVA dibuat dengan bentuk tangki
corrugated.
• Jenis tangki Conventional Beradiator, Jenis tangki terdiri dar badan tangki dan tutup
yang terbuat dari mild steel plate (plat baja bercanai panas) ditekuk dan dilas untuk
dibangun sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis panel terbuat dari pelat
baja bercanai dingin (cold rolled steel sheets). Transformator ini umumnya dilengkapi
dengan konservator dan digunakan untuk 25.000,00 kVA, yang ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Transformator Tipe Conventional Beradiator (Sumber Trafindo, 2005)
• Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined, Tipe tangki ini sama dengan jenis
conventional tetapi di atas permukaan minyak terdapat gas nitrogen untuk mencegah
kontak antara minyak dengan udara luar
2. Peralatan Bantu
a) Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-
rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan
117
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
merusak isolasi transformator, maka untuk mengurangi adanya kenaikan suhu yang
berlebihan tersebut pada transformator perlu juga dilengkapi dengan sistem pendingin
yang bergungsi untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang digunakan
pada sistem pendingin dapat berupa
udara, gas, minyak dan air.
Sistem pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara:
• Alamiah (natural)
• Tekanan/paksaan (forced).
Tabel 3. Tipe Pendinginan Transformator
keterangan: A = air (udara), O = Oil (minyak), N = Natural (alamiah), F = Forced
(Paksaan / tekanan)
b) Tap Changer (perubah tap)
Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan
operasi sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang berubah-
ubah. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam
keadaan tak berbeban (off load), dan tergantung jenisnya.
c) Alat pernapasan
Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara luar,
maka suhu minyak akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak
tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari
dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar
akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator.
Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang
menurunkan nilai tegangan tembus pada minyak transformator, maka untuk mencegah
hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal zat
hygroscopis.
d) Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya indicator yang
dipasang pada transformator. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
• indikator suhu minyak
• indikator permukaan minyak
• indikator sistem pendingin
• indikator kedudukan tap, dan sebagainya.
3. Peralatan Proteksi
a) Relay Bucholz

118
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Relay Bucholz adalah relai yang berfungsi mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan transformator yang menimbulkan gas.
Timbulnya gas dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
• Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam phasa
• Hubung singkat antar phasa
• Hubung singkat antar phasa ke tanah
• Busur api listrik antar laminasi
• Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
b) Relai Tekanan Lebih
Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relay Bucholz. Fungsinya adalah mengamankan
terhadap gangguan di dalam transformator. Bedanya relai ini hanya bekerja oleh
kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan pemutus tenaga (PMT).
Alat pengaman tekanan lebih ini berupa membran yang terbuat dari kaca, plastik,
tembaga atau katup berpegas, sebagai pengaman tangki transformator terhadap
kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu
dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator
c) Relai Diferensial
Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan di dalam transformator,
antara lain adalah kejadian flash over antara kumparan dengan kumparan atau
kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda
kumparan.
d) Relai Arus lebih
Berfungsi mengamankan transformator jika arus yang mengalir melebihi dari nilai yang
diperkenankan lewat pada transformator tersebut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau gangguan hubung singkat. Arus lebih ini dideteksi oleh
transformator arus atau current transformator (CT).
e) Relai Tangki Tanah
Alat ini berfungsi untuk mengamankan transformator bila ada hubung singkat antara
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada transformator.
f) Relai Hubung Tanah
Fungsi alat ini adalah untuk mengamankan transformator jika terjadi gangguan hubung
singkat satu phasa ke tanah.
g) Relai Thermis
Alat ini berfungsi untuk mencegah/mengamankan transformator dari kerusakan isolasi
pada kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran
yang diukur di dalam relai ini adalah kenaikan suhu.

119
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Tags: trafo, transformator
31. Tinjauan Singkat Pengaman Motor Listrik
Secara Umum Baik industri berskala besar maupun kecil, di dalam menunjang kegiatan
operasi biasanya menggunakan motor-motor listrik. Motor tersebut berfungsi sebagai
penggerak mula peralatan seperti :
1. kipas (fan).
2. kompresor.
3. konveyor.
4. eskalator.
5. pompa.
6. pengaduk (mixer).
7. dan lain-lain.
Dipilihnya motor-motor listrik sebagai penggerak peralatan tersebut di atas karena
mempunyai banyak kemudahan-kemudahan jika dibandingkan dengan mesin penggerak
lainnya. Jenis motor listrik yang paling banyak digunakan adalah motor induksi. Untuk
mendapatkan unjuk kerja yang baik, maka para pemakai diharapkan selain memahami
karakteristik motor, juga memahami rangkaian kendali dan sistem operasi motor
tersebut.
KOMPONEN-KOMPONEN MOTOR LISTRIK.
Dua komponen penting pada motor induksi adalah stator dan rotor. Rotor terdiri dari
susunan lempengan-lempengan baja tipis, penghantar rotor sangkar (squirel cage),
cincin ujung dan kipas pendingin yang dipasang pada poros rotor.
Stator juga dibuat dari lempengan-lempengan baja tipis yang dipasang pada rangka
mesin, di mana bagian dalam diameter stator dibuat alur-alur yang berfungsi untuk
menempatkan kumparan. Kumparan-kumparan tersebut dipasang sedemikian rupa,
sehingga apabila suatu tegangan suplai arus bolak-balik diterapkan pada terminal motor,
maka stator akan menimbulkan medan magnit putar.
Medan magnit putar ini akan memotong penghantar rotor, selanjutnya pada penghantar
rotor akan terinduksikan tegangan yang akan menimbulkan medan magnit rotor. Medan
magnit putar rotor akan berusaha mengimbangi medan magnit putar stator. Namun
medan magnit putar rotor tidak akan sama dengan medan magnit stator. Medan magnit
putar rotor akan sedikit terbelakang dari medan magnit stator, hal ini yang dikatakan
adanya slip.
PUTARAN MOTOR INDUKSI.
Putaran rotor motor tentunya diharapkan mempunyai putaran yang sesuai dengan
kondisi kerjanya. Putaran motor induksi sebenarnya sangat tergantung pada frekwensi
tegangan suplai dan jumlah kutub motor. Dari rumus berikut ini dapat diketahui
hubungannya.
N = F/P
di mana : N = putaran permenit.
F = frekwensi (hertz).
120
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
P = jumlah pasang kutub.
Sebagai contoh, sebuah motor yang mempunyai jumlah kutub 2, frekwensi tegangan
suplai 50 Hz, maka motor akan mempunyai kecepatan putar sebesar 3000 rpm.
Sedangkan sebuah motor yang mempunyai jumlah kutub 4 akan mempunyai putaran
1500 rpm. Sebenarnya kecepatan putar motor tidak tepat 3000 rpm atau 1500 rpm, hal
ini disebabkan adanya slip. Jadi, kecepatan putar sebenarnya dari motor akan sedikit
lebih kecil dari yang disebutkan di atas.
PENGASUTAN MOTOR.
Operasi pengasutan motor secara manual biasanya dilakukan dengan menekan tombol
start. Ada bermacam-macam cara pengasutan motor misalnya.
a. Pengasutan dengan tegangan penuh.
b. Pengasutan dengan tegangan yang dikurangi.
c. Pengasutan segi-tiga bintang.
d. Pengasutan dengan perubahan frekuensi.
e. Pengasutan dengan perubahan frekuensi dan tegangan.
f. Pengasutan dengan perubahan jumlah kutub.
Semua cara yang disebutkan di atas dimaksudkan untuk mendapatkan arus asut dan
torsi yang memadai dan tidak berbahaya terhadap sistem atau motor itu sendiri.
Mengasut motor dengan tegangan yang dikurangi, berarti mengurangi besar torsi asut.
Demikian sebaliknya mengasut motor dengan tegangan penuh akan menimbulkan arus
asut (starting current) yang sangat besar. Untuk mendapatkan titik temu dari kedua
keadaan tersebut, maka perlu dipertimbangkan situasi operasi yang diharapkan antara
lain mempertimbangkan sampai sejauh mana pengaruh arus inrush atau arus asut
terhadap peralatan dan sistem, demikian juga dengan pengaruh berkurangnya torsi.
Operasi pengasutan secara otomatis biasanya dilakukan oleh alat-alat bantu seperti :
a. alat pengindera temperatur.
b. alat pengindera tekanan.
c. alat pengindera cairan (liquid).
d. alat pengindera aliran.
e. alat pengindera kandungan gas.
f. timer.
g. saklar batas (limit switch).
Alat-alat tersebut di atas mampu menditeksi keadaan operasi suatu sistem. Apabila
batas penyetelannya tercapai, maka motor mulai bekerja atau berhenti tergantung pada
rangkaian kontrol yang dibuat. Jadi motor dapat diasut apabila menerima isyarat dari
peralatan bantu. Isyarat dari alat bantu ada yang langsung dihubungkan kerangkaian

121
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
kendali dan ada yang menggunakan rele bantu, bahkan ada yang menggunakan
rangkaian elektronik.
GANGGUAN PADA MOTOR.
Motor-motor yang sedang dioperasikan dapat mengalami gangguan, akibat gangguan
dapat menyebabkan kerusakan pada motor. Umumnya kerusakan motor dapat
disebabkan oleh beberapa keadaan seperti :
a. lingkungan yang tidak sesuai.
b. pemilihan motor yang tidak tepat.
c. instalasi yang salah.
d. gangguan mekanis.
e. perubahan besaran listrik yang diterapkan.
f. pemeliharaan yang tidak memadai.
g. prosedur pengoperasian yang salah.
h. kegagalan pelumas.
i. gabungan dari dua atau lebih permasalahan diatas.
Dengan adanya gangguan tersebut umur motor akan berkurang, yang lebih fatal lagi
adalah kerugian yang diakibatkan oleh terhentinya kegiatan produksi. Biasanya untuk
proses yang kritis dipasang dua buah motor, di mana salah satunya berfungsi sebagai
motor cadangan.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan yang fatal pada motor, maka keadaan gangguan
yang disebutkan di atas harus dapat dicegah pengaruhnya. Langkah-langkah untuk itu
biasanya sudah dilakukan pada saat perencanan atau perekayasaan motor dan
instalasinya, misalnya dengan menentukan persyaratan-persyaratan lokasi, jenis motor,
cara pengoperasian dan pemeliharaan yang baik, melengkapi peralatan pengaman dan
lain-lain.
PERALATAN PENGAMAN.
Untuk mengetahui gejala terjadinya gangguan motor, maka dipasang peralatan
penditeksi yang mampu merasakan keadaan tersebut, sebelum gejala tersebut
berkembang menjadi gangguan yang membahayakan operasi produksi atau motor itu
sendiri. Peralatan penditeksi tersebut memberikan isyarat pada peralatan pengaman,
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memberikan tanda peringatan atau
untuk melepaskan motor terhadap sumbernya.

Besaran-besaran yang diditeksi oleh alat ini ada yang merupakan besaran fisika seperti
panas dan besaran listrik seperti tegangan, arus dan frekwensi atau gabungan dari
tegangan dan arus. Penyimpangan besaran listrik terjadi karena :
a. gangguan hubung singkat pada lilitan motor.
122
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
b. gangguan pada rangkaian kendali.
c. pembebanan yang berlebihan.
d. jatuh tegangan yang terlampau besar.
e. urutan fasa terbalik.
f. fasa yang tidak seimbang.
g. gangguan pada alat yang digerakkan.
h. kombinasi dari keadaan di atas.
Jika jenis gangguan sudah dikenal, maka perlu diketahui peralatan penditeksi yang
dapat digunakan untuk merasakan gangguan tersebut dan dapat mengirimkan isyarat ke
peralatan pengaman atau rangkaian kontrol motor. Berikut ini adalah beberapa peralatan
yang berfungsi untuk menditeksi dan mengamankan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.
a. Vibration probe yang berfungsi menditeksi getaran.
b. RTD yang berfungsi untuk menditeksi panas.
c. Trafo arus dan trafo-trafo tegangan.
d. Overload heater (menditeksi arus lebih untuk periode tertentu).
e. Over curent relay (rele arus lebih yang menditeksi arus lebih).
f. Undervoltage relay (rele tegangan kurang yang menditeksi tegangan kurang).
g. Negative phase sequence relay (rele urutan fasa negatif yang menditeksi arus urutan
negatif).
h. Differential relay (yang menditeksi arus gangguan pada daerah pengamanannya
saja).
i. Rele gangguan tanah (yang menditeksi gangguan fasa ke tanah).
j. Overload relay (pengaman beban lebih).
k. Pemutus tenaga (circuit breaker berfungsi untuk melepaskan atau menghubungkan
motor ke sumbernya).

Umumnya skema rele pengaman menggunakan trafo arus atau trafo tegangan sebagai
sumber penditeksi gangguan. Pada motor kecil biasanya hanya menggunakan
pengaman panas beban lebih (over load heater) saja, kecuali jika diinginkan lain.
Peralatan pengaman yang dipasang untuk bekerja terhadap salah satu gangguan dapat
berfungsi terhadap gangguan lain, sebagai contoh pengaman lilitan. Isyarat untuk
mengisolasikan motor yang terganggu terhadap sistem yang sehat diperoleh dari
peralatan pengaman, yang kemudian dikirim kerangkaian kontrol. Rangkaian kontrol
selanjutnya akan memberikan perintah untuk melepaskan magnetik kontroler atau
123
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
pemutus tenaga. Pada sistem yang menggunakan pengaman sikring atau molded case
circuit breaker (MCCB) akan bekerja atau mengamankan sistem hanya terhadap arus
yang besar sekali yang hanya terjadi karena hubung singkat pada motor atau saluran.
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN.
Salah satu penyebab kerusakan motor adalah pemeliharaan yang dilaksanakan tidak
sesuai dengan anjuran atau persyaratan yang ditentukan oleh pembuatnya. Salah satu
tindakan pemeliharaan yang baik adalah preventive maintenance, di mana
pelaksanaannya dilakukan pada tenggang waktu tertentu. Tujuan melaksanakan
kegiatan ini adalah untuk mengetahui sedini mungkin gejala-gejala kerusakkan dan
melaksanakan perbaikan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang fatal. Beberapa
tindakan yang dilaksanakan dalam melakukan pemeliharaan antara lain.
a. pengujian.
b. pengukuran.
c. penggantian bagian yang rusak.
d. penyesuaian.
e. perbaikan.
f. membersihkan.
g. pelumasan.
Berikut ini adalah enam langkah program pemeli-haraan yang umum dilaksanakan :
a. membersihkan.
b. melumasi.
c. mengencangkan bagian yang kendur.
d. menginspeksi.
e. menguji.
f. mencatat.
Meskipun enam langkah program pemeliharaan sudah dilaksanakan dengan baik, tidak
berarti motor listrik bebas terhadap gangguan. Karena pengoperasian yang tidak sesuai
dengan prosedur yang dianjurkan dapat menyebabkan kerusakan motor baik secara
bertahap maupun secara langsung. Untuk itu perlu diperhatikan prosedur pengoperasian
motor yang baik.
Tags: motor listrik, singkat, tinjauan, motor listrik, listrik, pengasutan motor, PUTARAN
MOTOR INDUKSI, GANGGUAN PADA MOTOR, PERALATAN PENGAMAN,
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

33. Tentang Penangkal Petir

124
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA PETIR
Manusia selalu mencoba untuk menjinakan keganasan alam, salah satunya adalah
bahaya sambaran petir, metoda yang pernah di kembangkan :
1. Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Franklin
Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Franklin menjelaskan system yang hampir sama,
yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan
dan grounding, sedangkan system perlindungan yang di hasilkan ujung
penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat. Perbedaannya adalah
system yang di kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar
bangunan dengan pertimbangan bahwa kabelpenghantar juga berfungsi sebagai
material penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa di sebut
dengan sangkar faraday.
2. Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan sepakat
bahwa terjadinya petirkarena ada muatan listrik di awan berasal dari proses ionisasi,
maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara menggunakan zat
berradiasi seperti Radiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua bahan ini mampu
menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan listrik awan. Maka
manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan pada ujung
finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan zat
radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya, berdasarkan
kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi di
masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.
3. Penangkal Petir Elektrostatis
Prinsip kerja penangkal petir elektrostatis mengadopsi sebagian system penangkal petir
radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung finial/splitzer agar petir selalu melilih
ujung ini untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio aktif adalah jumlah energi
yang dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif muatan listrik dihasilkan dari proses
hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatis energi listrik yang
dihasilkan dari listrik awan yang menginduksi permukaan bumi.
CARA PEMASANGAN INSTALASI PENANGKAL PETIR FLASH VECTRON
Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penangkal petir/anti petir Flash Vectron
sebagai berikut :
1. Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding system
terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian dilakukan
pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter, apabila hasil
pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya dapat
dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 Ohm maka di
lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan
dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan
standarnya < 5 Ohm.
125
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
2. Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah memasang kabel
penyalur (Down Conductor) dari titik grounding sampai keatas bangunan, tentunya
dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak
belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi dapat
efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC (Bare
Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri pipa
pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan.
3. Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya
pemasangan head terminal petir tentunya harus terhubung dengan kabel penyalur
tersebut sampai ke grounding system.
Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari struktur
bangunan dan arealnya termasuk manusia serta peralatan yang ada didalamnya
terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Berikut ini akan
dibahas mengenai cara menentukan besarnya kebutuhan bangunan akan proteksipetir
menggunakan beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan Umum Instalasi
Penangkal Petir, Nasional Fire Protection Association 780, International Electrotechnical
Commision 1024-1-1.
A. Kebutuhan Bangunan Terhadap Instalasi Penangkal Petir Agar Terhindar dari
Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir.
Jenis Bangunan yang perlu diberi penangkal petir dikelompokan menjadi :
1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong pabrik.
2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar, misalnya pabrik
amunisi, gudang bahan kimia.
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun, bandara dan
sebagainya.
4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika misalnya museum,
gedung arsip negara.
Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan suatu instalasi proteksi petir ditentukan oleh
besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang terjadi jika bangunan tersebut
tersambar petir. Berdasarkan Peraturan umum Instalasi Penangkal Petir besarnya
kebutuhan tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili
keadaan bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai berikut R = A+B+C+D+E. Dari
persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks akan semakin
besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar
kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
Bebarapa Indeks perkiraan bahaya petir di tunjukkan ke dalam tabel berikut ini ;
Indeks A : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan, sumber : Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di
Indonesia. Hal 17.
ISTILAH PENANGKAL PETIR / ANTI PETIR

126
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Penangkal Petir atau Anti Petir adalah istilah yang sudah keliru dalam bahasa kita,
kesan yang ditimbulakn dua istilah ini adalah aman 100 % dari bahaya petir, akan tetapi
pada kenyataannya tidak demikian. Dalam penanganan bahaya petir memang ada
beberapa faktor yang sangat mempengaruhi, bilamana kita ingin mencari solusi total
akan bahaya petir maka kita harus mempertimbangkan faktor tersebut.
Sambaran petir tidak langsung pada bangunan yaitu petir menyambar di luar areal
perlindungan dari instalasipenangkal petir yang telah terpasang, kemudian arus petir ini
merambat melalui instalasi listrik, kabel data atau apa saja yang mengarah ke bangunan,
akhirnya arus petir ini merusak unit peralatan listrik dan elektronik di dalam bangunan
tersebut. Masalah ini semakin runyam karena peralatan elektronik menggunakan
tegangan kecil, DC yang sangat sensitif.
Pada dasarnya system pengamanan sambaran petir langsung bukan membuat posisi
kita aman 100 % dari petirmelainkan membuat posisi bangunan kita terhindar dari
kerusakan fatal akibat sambaran langsung serta mengurangi dampak kerusakan
peralatan listrik dan elektronik bila ada sambaran petir yang mengenai bangunan kita.
Maka istilah yang paling tepat untuk pengamanan petir adalah PENYALUR PETIR
PRINSIP PERLINDUNGAN PETIR
Jika kita memperhatikan bahaya yang di akibatkan sambaran petir, maka sistem
perlindungan petir harus mampu melindungi struktur bangunan atau fisik maupun
melindungi peralatan dari sambaran langsung dengan di pasangnya penangkal petir
eksternal (Eksternal Protection) dan sambaran tidak langsung dengan di
pasangnyapenangkal petir internal (Internal Protection) atau yang sering di sebur surge
arrester serta pembuatan grounding system yang memadai sesuai standart yang telah di
tentukan. sampai saat ini belum ada alat atau system proteksipetir yang dapat
melindungi 100 % dari bahaya sambaran petir, namun usaha perlindungan mutlak dan
wajib sangat di perlukan. Selama lebih dari 60 tahun pengembangan dan penelitian di
laboratorium dan lapangan terus dilakukan, berdasarkan usaha tersebut suatu
rancangan system proteksi petir secara terpadu telah di kembangan oleh Flash Vectron
Lightning Protection "SEVEN POINT PLAN".
Tujuan dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah perlindungan
efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, "Seven Point Plan'
tersebut meliputi :
1. Menangkap Petir
Dengan cara menyediakan system penerimaan (Air Terminal Unit) yang dapat dengan
cepat menyambut sambaran arus petir, dalam hal ini mampu untuk lebih cepat dari
sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan memperhitungkan besaran petir.
Terminal Petir Flash Vectron mampu memberikan solusi sebagai alat penerima
sambaran petir karena desainnya dirancang untuk digunakan khusus di daerah tropis.
2. Menyalurkan Arus Petir
Sambaran petir yang telah mengenai terminal penangkal petir sebagai alat penerima
sambaran akan membawa arus yang sangat tinggi, maka dari itu harus dengan cepat
disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel penyalursesuai standart sehingga tidak

127
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
terjadi loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan atau
membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan.
3. Menampung Petir
Dengan cara membuat grounding system dengan resistansi atau tahanan tanah kurang
dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa
terjadinya step potensial. Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan
tanah untuk instalasi penangkal petir harus dibawah 3 Ohm.
4. Proteksi Grounding System
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan untuk
pembuatan grounding juga harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat,
terlebih lagi jika didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan
arus petir yang ditimbulakn adanya beda potensial tegangan maka setiap titikgrounding
harus dilindungi dengan cara integrasi atau bonding system.
5. Proteksi Petir Jalur Power Listrik
Proteksi terhadap jalur dari power muntak diperlukan untuk mencegah terjadinya induksi
yang dapat merusah peralatan listrik dan elektronik.
6. Proteksi Petir Jalur PABX
Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat faxsimile dan jaringan
data
7. Proteksi Petir Jalur Elektronik
Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll dengan memasang
surge arrester elektronik
KEBUTUHAN BANGUNAN TERHADAP PERLINDUNGAN PETIR
Indeks B : Bahaya Berdasarkan Konstruksi Bangunan, sumber : Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di
Indonesia. Hal 18.
Indeks C : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan, sumber : Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan di
Indonesia. Hal 19.
Indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan, sumber : Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di
Indonesia. Hal 19.
Indeks E : Bahaya Berdasarkan Hari Guruh, sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal
19.
Dengan memperhatikan keadaan di tempat yang hendak di cari resikonya dan kemudian
menjumlahkan indeks - indeks tersebut di peroleh suatu perkiraan bahaya yang di
tanggung bangunan dan tingkat yang harus di terapkan. Di samping ini adalah tabel
Perkiraan bahaya Sambaran PetirBerdasarkan PUPP, sumber : Direktorat Penyelidikan
128
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi PenangkalPetir untuk Bangunan di
Indonesia. Hal 19.
B. Kebutuhan Bangunan Terhadap Instalasi Penangkal Petir Agar Terhindar dari
Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA)
780.
Cara penentuan yang di gunakan pada standar NFPA 780 hampir sama dengan cara
yang digunakan pada PUPP yaitu dengan menjumlahkan beberapa indeks yang
mewakili keadaan lokasi struktur bangunan berada kemudian hasil penjumlahan di bagi
dengan indeks yang mewakili isokerainic level di daerah tersebut. Secara matematik
dituliskan sebagai : R + (A+B+C+D+E) / F.
Beberapa indeksnya di nyatakan sebagai berikut ;
Indeks A : Jenis Struktur, sumber : National Fire Protection Association 780. Hal 35
Indeks B : Jenis Konstruksi, sumber : National Fire Protection Association 780. Hal 35.
Indeks C : Lokasi Bangunan, sumber : National Fire Protection Association 780. Hal 35.
Indeks D : Topografi, sumber : National Fire Protection Association 780. Hal 35.
Indeks E : Penggunaan dan Isi Bangunan, sumber : National Fire Protection Association
780. Hal 35
Indeks F : Isokeraunic Level, sumber : National Fire Protection Association 780. Hal 35.
Tabel disamping ini menunjukan Perkiraan Kebutuhan Penangkal Petir Berdasarkan
NFPA 780. Hal 34.
C. Kebutuhan Bangunan Terhadap Instalasi Penangkal Petir Agar Terhindar Dari
Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan International Electrotechnical Commision
(IEC) 1024-1-1.
Untuk keperluan perhitungan yang lebih detail dan terperinci digunakan standart IEC
1024-1-1. Berdasarkan standart ini pemilihan tingkat proteksi yang memadai untuk suatu
sistem proteksi petir didasarkan pada frekuensisambaran petir langsung di daerah
setempat (Nd) yang diperkirakan ke struktur yang di proteksi dan frekuensi sambaran
petir tahunan di daerah setempat (Nc) yang diperbolehkan. Kerapatan kilat petir ke
tanah atau kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan di daerah tempat
struktur yang akan di proteksi. Nd - Ng.Ae.10^ / tahun. Dimana Ae adalah area cakupan
dari struktur (m2) yaitu daerah permukaan tanah yang di anggap sebagai struktur yang
mempunyai frekuensi sambaran petir langsung tahunan.
Daerah yang di proteksi adalah daerah di sekitar struktur 3h dimana h adalah tinggi
struktur yang di proteksi. Contoh penentuan Ae ditunjukkan sebagai berikut : (a)
Proyeksi ke bidang vertikal, (b) Proyeksi ke bidang horizontal. Pengambilan keputusan
perlu atau tidaknya memasang sistem proteksi petir pada bangunan berdasarkan
perhitungan Nd dan Nc dilakukan sebagai berikut : Jika NdNc diperlukan sistem proteksi
petir dengan efisiensi E>1-(Nc/Nd) dengan tingkat proteksisesuai tabel 2.17.
Tabel 2.17. Efisiensi Sistem Proteksi Petir, sumber : Standar Engineering Pertamina
1999. Hal 20.
129
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Sistem proteksi terhadap sambaran petir berdasarkan IEC TC 81 menjelaskan bahwa
suatu instalasi penangkal petir yang terpasang sempurna harus terdiri dari 3 bagian,
yaitu proteksi eksternal, proteksi internal dan sistem pembumian (grounding). Maka dari
itu Flash Vectron Lightning Protection melakukan pengembangan dan penelitian di
laboratorium serta dilapangan, berdasarkan usaha tersebut suatu rancangan system
proteksi petir secara terpadu telah diterapkan oleh Flash Vectron Lightning Protection
yaitu " SEVEN POINT PLAN ".
Di bawah ini beberapa tips untuk menghindari tersambar petir :
1. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar guruh segeralah menuju
bangunan yang telah terlindungi dengan penangkal petir atau mendekatlah ke mobil
atau truk.
2. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan memakai kaos kaki
yang kering, sebagai upaya memisahkan tubuh kita dari tanah sehingga petir enggan
melalui tubuh kita.
3. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di areal terbuka, tempat
ketinggian, berada di tempat yang berair, di bawah pohon tinggi atau benda logam yang
menjulang tinggi.
4. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi hindari tangan anda
menyentuh tanah dan jangan berbaring karena akan memudahkan penyaluran tenaga
petir ke tanah.
5. Jika anda berada di luar ruangan maha hindari berdiri bergerombol dengan orang lain,
buatlah jarak orang ke orang sekitar 5 meter.
6. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita berdiri itu pertanda petir
akan menyambar kita, kita harus melakukan gerakan rukuk yaitu menekuk badan ke
arah depan (Syukur bila menghadap kiblat) dan menempatkan kedua tangan di lutut,
cara ini akan membuat kita selamat.
7. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat pintu, jendela dan tempat
yang berair.
8. Perangkat elektronik seperti televisi, radio, komputer sebaiknya di matikan dan di
cabut stop kontaknya, bila tidak memungkinkan menjauhlah dari perangkat elektronik
tersebut.
9. Bagi kita menbawa HP, HT dan radio saku sebaiknya di matikan segera, pisahkan
antena dengan body untuk mengurangi rangsangan petir menyambar.
10. Jika ada korban terkena sambaran petir tangani dengan hati-hati dan jangan dibawa
bersama barang yang bermuatan listrik agar tidak terkena sambaran ulang.

34. Sistem Pentanahan ( Grounding )


Sistem ini biasa disebut sebagai grounding atau Instalasi grounding. Sistem grounding
ini sudah banyak orang yang menggunakannya. Bahkan di setiap bangunan-bangunan
atau kantor-kantor sudah mekakai system grounding ini. Untuk daerah-daerah di
130
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
pedalaman pun system grounding sudah di pasang, karena di dataran yang luaspun bisa
terkena sambaran petir. Oleh karena itu system grounding cukup besar manfaatnya baik
untuk bangunan atau alat yang ingin kita lindungi maupun nyawa kita sendiri.
Grounding merupakan sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang
mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll. Grounding
sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur penting dalam data center
karena sistem grounding ini memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center.
Standar pentanahan grounding untuk data center tercantum dalam beberapa
dokumentasi grounding antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan IEEE Std 1100
(IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice Grounding for Powering and
Grounding Electronic Equipment.
Tujuan utama dari adanya grounding sistem pentanahan ini adalah untuk menciptakan
sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk
gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan
electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau
transient voltage. Grounding sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek
tersebut.
Kenapa Perlu Grounding Yang Bagus ?
Berikut ada beberapa alasan mengapa grounding yang bagus sangat kita perlukan :
1. Grounding mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan akibat dari
Sambaran petir
2. Grounding mencegah terjadinya Lonjakan Listrik (Spike)
3. Grounding mencegah terjadinya loncatan yang ditimbulkan adanya perbedaan
potensial tegangan antara satu system pentanahan dengan yang lainnya.

Standar Nilai Grounding yang di syaratkan untuk kelistrikan :

* Grounding Tegangan Phase - Netral ≈ 220 Volt AC


* Grounding Tegangan Phase – Ground ≈ 220 Volt AC
* Grounding Tegangan Netral – Ground ≈ 1 Volt AC
* Grounding Nilai toleransi ≈ 3 %
* Ukuran Gronding ≈ 1 Ohm
BEBERAPA MACAM TYPE GROUNDING
1. Ground Rod, tipe grounding yang terbuat dari kuningan untuk ground yang
terhubung ke tanah dan dilengkapi dengan bak control (untuk pengukuran)
2. Elektroda Pita, system grounding yang menggunakan dasar plat tembaga
sebagai elektroda pita yang dihubungkan dengan kabel dengan bak control
3. Elektroda Plat, system grounding yang menggunakan plat tembaga sebagai
elektroda platnya yang dihubungkan dengan kabel ke bak control.

131
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Grounding Sistem – seberapa pentingkah grounding ini ?
Mungkin istilah grounding sistem sudah tidak asing lagi bagi para kalangan yang
kesehariannya bergelut dengan komputer maupun radio komunikasi. Seperti yang telah
diketahui, grounding sistem untuk masyarakat umum diaplikasikan pada instalasi
kelistrikan ( atau sering disebut dengan ARDE ). Tujuannya grounding sistem ini yaitu
untuk membuang arus jahat yang mengalir di dalam listrik yang dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan komputer maupun radio komunikasi.
Setelah mencari informasi lebih lanjut, ternyata grounding sistem tidak sesederhana itu.
Ada dua macam grounding sistem yang sebenarnya sudah sangat umum.
1. Safety Grounding atau grounding yang digunakan untuk keamanan atau
keselamatan perangkat maupun manusia. Sistem grounding ini diaplikasikan
seperti uraian di atas, yaitu pada jalur kelistrikan dan juga pada perangkat
penangkal petir. Pemasangan sistem grounding ini bertujuan untuk
meminimalisir dampak arus jahat yang diakibatkan oleh naik turunnya
tegangan dan arus dari listrik PLN maupun arus jahat akibat gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh petir. Dengan pemasangan
grounding seperti ini, diharapkan kerusakan pada alat dapat diminimalisir,
meskipun tidak seorangpun bisa mencegah terjadinya kerusakan yang
disebabkan oleh sambaran petir.

2. RF Grounding. Sistem grounding ini khusus diaplikasikan pada instalasi


perangkat radio komunikasi. Tujuan utamanya instalasi grounding, yaitu
untuk mengurangi atau meminimalisir dampak pancaran radiasi gelombang
dari radio komunikasi. Sistem grounding seperti ini utamanya diterapkan
pada perangkat-perangkat High Frekuensi (HF) dan perangkat dengan
wattage atau power besar (sampai dengan kW). Dengan menerapkan sistem
grounding RF yang bagus, maka diharapkan kerugian yang ditimbulkan
akibat pancaran radiasi gelombang radio dapat berkurang.

35. Satuan Listrik


Satuan listrik mengacu pada sistem metrik yang banyak digunakan dalam berbagai
sistem satuan di eropa. Satuan pokok dalam sistem metrik adalah meter, gram dan
detik. Satuan meter merupakan panjang 1 batang logam standar, yaitu platina iridium
yang disimpan di International Bureau, Paris.
Dari satuan panjang inilah muncul satuan volume (liter) dan massa (gram). Ketiga
satuan tersebut saling terkait, digambarkan dalam sebuah kubus berisi air dengan
ukuran 1desimeter kubik yang memiliki volume 1 liter dengan berat 1 kilogram. 1 meter
setara dengan 39.37 inch atau 3.218 feet.
Berikut tadi adalah pengantar sejarah dari sistem satuan internasional (SI). Dalam
perkembangannya, munculah sistem satuan listrik dan magnetik yang sekarang disebut
dengan sistem satuan elektrik internasional (International Electric Unit). Terdapat empat
satuan

132
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
pokok di dalamnya, yaitu ohm, ampere, meter dan detik. Ohm merupakan satuan untuk
besaran tahanan atau resistansi yang didefinisikan sebagai tahanan dari sebuah
konduktor murni dalam ukuran atau dimensi tertentu. Ampere adalah satuan untuk
besaran arus listrik yang didefinisikan terjadi dalam suatu efek kimia dari arus listrik,
sebagai besarnya jumlah perak yang terkumpul pada suatu elektroda yang dialiri arus
listik dalam waktu tertentu tertentu.
Satuan elektrik yang lainnya muncul dan mengacu pada satuan-satuan tersebut (ohm,
ampere, meter dan detik) dengan berbagai prinsip ilmu pengetahuan yang terkait. Untuk
mengetahui definisi setiap satuan elektrik, dapat dilihat dalam uraian penjelasan berikut
yang diambil dari kongres ilmu pengetahuan internasional dan secara umum digunakan
dalam dunia kerja.
Satu ohm = besarnya tahanan dari suatu kolom logam mercury (pada suhu titik cair es
atau 0°C) dengan tampang lintang seluas 1 milimeter persegi dan panjang 106.30
centimeter.
Satu ampere = besarnya arus listrik yang melewati larutan perak nitrat (dicampur air
dengan komposisi tertentu) yang mampu memisahkan perak murni seberat 0.001118
gram dalam waktu 1 detik.
Satu volt = besarnya gaya gerak listrik (GGL) yang mampu menghasilkan arus listik
sebesar 1 ampere dalam konduktor dengan resistansi sebesar 1 ohm.
Satu coulomb = jumlah muatan listrik atau elektron yang dipindahkan oleh arus listrik
sebesar 1 ampere dalam waktu 1 detik.
Satu farad = kapasitas dari sebuah kondensor dengan beda potensial sebesar 1 volt
yang mampu menyalurkan muatan listrik sebesar 1 coulomb.
Satu henry = besarnya induktansi pada suatu rangkaian yang mampu menimbulkan
gaya gerak listrik (GGL) induksi sebesar 1 volt dan arus induksi yang besarnya 1 ampere
setiap detiknya.
Satu watt = daya yang dikeluarkan oleh arus listrik sebesar 1 ampere pada beda
potensial sebesar 1 volt.
Satu joule = energy yang dikeluarkan setiap detiknya oleh arus listrik sebesar 1 ampere
pada beda potensial sebesar 1 volt.
Watt dan joule bukan satuan elektrik yang utama (bias disebut turunan), akan tetapi
keduanya perlu dipejari keterkaitannya dengan satuan-satuan elektrik yang lainnya,
karena perhitungan mengenai energi yang dibutuhkan dan daya yang dihasilkan dalam
merupakan tahap yang penting dalam dunia kelistrikan.
Horse-power atau tenaga-kuda terkadang digunakan untuk satuan daya pada beberapa
peralatan listrik. 1 tenaga-kuda setara dengan 746 watt.
Gram-calorie merupakan energy yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air
sebesar 1°C. 1 gram-calories sebanding dengan 4,18 joule.
Satuan lain yang menyatakan jumlah muatan listrik selain coulomb adalah ampere-hour.
Satuan ini menyatakan jumlah muatan listik yang dipindahkan oleh arus listrik sebesar 1
ampere dalam waktu 1 jam. 1 ampere-hour setara dengan 3.600 coulomb.
133
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Satuan dari kapasitansi diantara adalah micro-farad = 10-6 farad (1 per 1.000.000 farad)
dan pico-farad = 10-12 farad (1 per 1.000.000 micro-farad). 1 farad sendiri jarang
dijumpai dalam kelistrikan karena ukuran tersebut terlalu besar untuk menyatakan
besaran kapasitansi pada umumnya. Satuan lain yang kadang kala digunakan adalah
satuan dengan sistem C.G.S., satuan elektro-statis yang menunjukkan nilai kapasitansi
sering disebut dengan centimeter capacity yang setara dengan 1,11 micro-farad.
Satun induktansi yang digunakan secara umum adalah milli-henry = 10-3 henry (1 per
1.000 henry) dan micro-henry = 10-6 henry (1 per 1.000.000 henry). Satuan lain yang
kadang kala digunakan adalah centimeter of inductance atau centimeter induktansi yang
setara dengan 0,001 micro-henry (1 per 1.000 micro-henry).

36. Pemeliharaan Pada Sistem Penerangan Gedung


Cahaya yang dihasilkan lampu sebagai sumber cahaya berkembang sesuai dengan
umur lampu. Semakin lama makin berkurang lumen yang dipan-carkannya.
Pengurangan ini disebut depresiasi lumen dan peristiwa ini tidak bisa dipisahkan dengan
karakteristik lampu tersebut. Berkurangnya cahaya yang dipancarkan lampu juga
dipengaruhi oleh akibat debu dan kotoran yang terdapat pada lampu dan armatur serta
ruangan yang kotor. Dengan demikian hilangnya cahaya disebabkan oleh beberapa
faktor seperti akumulasi debu dan kotoran, usia lampu serta ketuaan dan lemahnya
sumber cahaya, rendahnya tegangan masuk, rendahnya pantulan loteng, lantai serta
permukaan mesin-mesin dan alat-alat lainnya.
Untuk mendapatkan kelayakan yang sesuai dengan yang diharapkan sepanjang umur
dari sistem penerangan sebaiknya diadakan perawatan dan pemeliharaan secara
periodik. Gangguan yang paling nyata adalah debu yang menempel pada sistem. Selain
menurunkan kuat penerangan, debu ini juga menyebabkan berkurangnya aliran
pertukaran panas pada sistem. Juga serangga sering kali menjadi penyebab terjadinya
hubungan singkat sehingga ballast terbakar.
Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum untuk ruang kantor/ industri adalah 15 watt/
m2. Untuk rumah tak melebihi 10 watt/m2.( tambahan Ir. Hartono Poerbo, M.Arch : untuk
toko 20-40 watt/m2, hotel 10-30 watt/m2, sekolah 15-30 watt/m2, rumah sakit 10-30
watt/m2 ).
Peranan yang penting dari kegiatan pemeliharaan baru diingat setelah sistem
penerangan telah melumpuhkan aktifitas dalam perusahaan atau gedung perkantoran
tersebut karena kurangnya penerangan dari lampu-lampu.
Secara umum tujuan pemeliharaan dimaksudkan adalah untuk :
1. Mempertahankan kemampuan penerangan dapat memenuhi kebutuhan
sesuai dengan perencanaan.
2. Menjaga kualitas penerangan sesuai dengan kebutuhan penghuni
perusahaan, pabrik, gedung-gedung perkantoran dan rumah tinggal
tersebut.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan peralatan
penerangan diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan.
4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan pembersihan secara efektif dan efisien.
134
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
5. Menghidari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan
keselamatan kerja.
6. Mengadakan kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya
dari suatu perusahaan atau gedung perkantoran, dalam rangka untuk
mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan yang
maksimal dan total biaya yang rendah.

Penggunaan LLF (Light Loss Faktor) atau faktor kerugian cahaya pada perencanaan
instalasi penerangan perlu pengaturan, agar tidak ada pemeliharaan yang berulang-
ulang untuk mempertahankan tingkat penerangan yang sedekat mungkin dengan
keadaan awal. Nilai dari LLF dipergunakan untuk indikasi sejumlah depresiasi yang tidak
dapat dikontrol dan usaha yang diharapkan untuk mengatasi depresiasi.
Pentingnya Pemeliharaan
Untuk merencanakan sebuah program pemeliharaan sistem penerangan secara
sempurna, perlu mengetahui serta memahami dasar-dasar pencahayaan, termasuk
perhitungan dan disain penerangan untuk sebuah ruangan. Banyak informasi-informasi
yang lebih terinci yang telah dikembangkan untuk disain penerangan untuk berbagai
keperluan ruangan.
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kerugian cahaya pada sistem
penerangan sebagaimana dijelaskan oleh Berlon C. Cooper (1977:7-150) yaitu
depresiasi lumen lampu, pengotoran lampu dan armatur, pemadaman (burn out),
tegangan rendah, armatur yang tidak efisien dan depresiasi ruangan yang kotor.
Berikut ini dijelaskan program penggantian dan pembersihan sistem penerangan secara
periodik yaitu :
1. Penggantian Lampu Secara Teratur/Periodik
Rencana yang teratur dalam program pelaksanaan penggantian lampu akan
menghentikan depresiasi lumen dari lampu dan menjaga lampu agar tidak banyak mati.
Dengan demikian tingkat penerangan akan diperbaiki dan sesuai dengan yang
diinginkan.
Lampu-lampu pada sebuah sistem penerangan dapat ditukar secara langsung saat ia
mati atau keseluruhan instalasi dapat diganti sebelum lampu-lampu mencapai akhir
hidup rata-ratanya. Penggantian lampu secara lang-sung disebut “spot replacement”,
sedangkan penggantian secara masal disebut “group relamping”.
a. Penggantian Lampu Secara Langsung (Spot Replacement)
Penggantian lampu pada program ini hanya dilakukan pada lampu yang rusak atau
lampu-lampu yang telah lewat umur. Program peng-gantian ini merupakan proses yang
menjemukan dan memakan waktu yang panjang. Hal ini mengakibatkan biaya pekerja
dan biaya produksi yang tinggi, maka total biaya untuk penggantian secara langsung
lebih besar.
Pada lokasi penerangan yang luas dipakai program penggantian individual yang
dimodifikasi, dimana pemeriksaan dilakukan secara periodik (misalnya mingguan,
bulanan) dan mengganti semua lampu-lampu yang rusak/mati. Jadi tidak hanya ditunggu
135
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
bila lampu ada yang rusak/mati, tetapi dilakukan pemeriksaan perlampuan secara
berkala.
b. Penggantian Lampu Secara Masal (Group Relamping)
Penggantian lampu secara berkelompok besar (masal) disebut group relamping.
Program penggantian ini dilakukan berganti-ganti dan disesuaikan dengan jadwal yang
disukai. Cara yang paling praktis untuk menentukan kapas sistem penerangan harus
menggunakan metode group relamping adalah menggunakan data pemadaman lampu
(burn out) sebagai petunjuk. Ini boleh dilakukan karena jumlah kerusakan dalam satu
group benar-benar menunjukkan porsi dari hidup rata-rata yang dihasilkan group
tersebut.
Kurva mortality (angka kematian) lampu sangat lazim digunakan untuk informasi ini.
Kurva mortality lampu pijar dan lampu flouresen dapat dilihat gambar 3 di atas.
Kurva mortality lampu flouresen memperlihatkan bila lampu telah mencapai 70% hidup
rata-rata, maka 12% dari lampu tersebut telah rusak. Atau bila lampu-lampu itu telah
mencapai 80% dari hidup rata-rata, maka 21% akan rusak. Setelah 80% kehidupan rata-
rata, tingkat kerusakan akan bertambah secara cepat.
Penentuan interval yang dipilih untuk group relamping merupakan hal yang penting,
sehingga biaya tahunan lebih rendah terhadap produksi penerangan (lux). Dalam
banyak hal, interval ini sama dengan 50% hidup rata-rata lampu secara relatif. Interval
yang panjang (diatas 80% hidup) cenderung menghasilkan lampu yang rendah, biaya
pekerja dan akibat terakhir tentu tingkat pemeliharaan tinggi pada intensitas pene-
rangan. Dalam prakteknya memilih interval biasanya mempertimbang-kan antara biaya
produksi setiap lux yang rendah dan biaya pemeliha- raannya yang rendah. Pada sistem
group relamping biaya pekerja dapat hemat, lampu lebih terang (banyak cahaya), sedikit
rintangan pekerjaan, penampilan sistem penerangan lebih baik dan sedikit alat bantu
perawatan.
Lampu-lampu flouresen cocok untuk program group relamping, karena jumlah biaya
lampu dalam kaitannya dengan total biaya penerangan adalah kecil, biasanya kurang
10%. Group relamping untuk lampu mercury dan lampu incandesen kurang tepat
dipakai, dimana kerusakan pada satu lampu bisa mengurangi iluminasi pada sebuah
bidang kerja tertentu secara besar.
Pada sistem group relamping dapat dilakukan prosedur/cara yaitu pada saat lampu
hidup rata-rata 80% misalnya, 20% dari sisa lampu yang masih baik, dipisahkan dan
digunakan sebagai penggantian individual selama periode sementara (interim) sebelum
group relamping berikutnya.
2. Membersihkan Secara Teratur/Periodik
Pembersihan armatur-armatur, lampu dan permukaan ruangan secara teratur/periodik
dapat menekan penyusutan cahaya akibat kotoran/debu yang menempel pada bagian-
bagian tersebut. Debu dan kotoran akan mengurangi efisiensi armatur dan sekaligus
mengurangi cahaya yang direfleksikan pada bidang kerja. Permukaan ruangan seperti
langit-langit, dinding dan bidang kerja perlu dibersihkan dan dicat kembali secara
berkala. Pembersihan armatur, lampu dan permukaan ruangan secara teratur akan
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :

136
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
a. Lebih Banyak Cahaya Yang Diberikan Per Rupiah
Pembersihan akan memperbaiki cahaya yang dihasilkan pada suatu sistem penerangan.
Pengotoran pada armatur dan permukaan ruangan akan mempunyai reflektansi yang
rendah dari pada permukaan itu sendiri. Dengan adanya program pembersihan, jumlah
cahaya yang dihasilkan per rupiah akan efisien.
b. Manajemen Energi Yang Lebih Baik
Armatur yang bersih dapat menghemat penggunaan daya dari lampu-lampu, karena
mempunyai reflektansi yang tinggi. Dengan demikian sekaligus jumlah armatur jauh lebih
sedikit.
c. Kebanggaan Pemilik
Armatur dan permukaan ruangan yang bersih memberikan ke-banggaan yang menarik
perhatian dari pemilik bangunan dan juga kebanggaan dari “bagian rumah tangga”.
d. Pengurangan Modal Investasi
Jika suatu sistem penerangan secara periodik diadakan penggantian lampu dan
pembersihan, dengan rencanan yang cermat, akan memberi-kan cahaya yang lebih
banyak jika dibandingkan lampu-lampu diganti hanya sesudah mati dan armatur
dibiarkan kotor.
Jika perencanaan sistem penerangan mengetahui tentang rencana program
pemeliharaan yang baik, mereka akan merencanakan tingkat penerangan dengan lebih
sedikit armatur. Ini akan mengakibatkan pengurangan modal investasi dan juga
mengurangi biaya operasional dan penggunaan energi.
G. Langkah-Langkah Pembersihan dan Penggantian
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi dalam pemeliharaan sistem penerangan perlu
dipahami langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah pembersihan akan
berselang-seling karena adanya bermacam-macam tipe armatur dan lokasi/ruangan
yang berbeda-beda. Untuk melakukan pember-sihan tersebut bisanya berkelompok atau
team, karena ada sebagian yang berada di atas tangga dan sebagian lagi di bawah.
Adapun langkah-langkah pembersihan lampu pada umumnya sebagai berikut :
1. Sebelum bekerja terlebih dahulu matikan sumber terhadap armatur yang akan
dibersihkan, agar keselamatan pekerja lebih terjamin.
2. Lepaskan material penutup dan juga lampunya, louver, plastik atau panel glass,
kemudian lampu diambil dari armatur dan diteruskan pada orang yang di lantai.
3. Usahakan mengurangi goncangan pada saat bekerja dekat dengan soket listrik,
karena bila goncangan yang kuat akan dapat mengakibatkan rang- kaian listrik
akan putus.
4. Bersihkan Unit Dasar
Kotoran-kotoran yang banyak pada permukaan armatur paling atas dibersih- kan
dengan mencuci, melap, menyedot debu. Kemudian seluruh unit di-bersihkan dan
dibilas.
5.. Membersihkan Material Penutup dan Lampu-lampu.
Sementara dilakukan pembersihan armatur paling atas, orang yang berada di
137
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
bawah membersihkan material penutup dan lampu. Lampu harus dilap kering
sebelum dipasang. Material/peralatan dari plastik digosok dengan kain lembab,
sebab jika memakai kain kering akan timbul muatan elektro statik.
6. Penggantian Lampu dan Material Penutup
Setelah semua material dibersihkan, lampu baru atau lampu yang telah
dibersihkan dipasang kembali dengan benar seperti semula.

Lampu pijar dan armatur lampu dengan pelepasan listrik (lampu pijar) tidak memerlukan
banyak langkah seperti unit lampu flouresen (TL), tetapi secara umum metode tersebut
dapat dipakai untuk pembersihan semua peralatan listrik.

37. PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK TAHUN 2014


Kepada pelanggan PT PLN (Persero), dengan ini kami mengumumkan bahwa tarif
tenaga listrik bagi beberapa Golongan Tarif mengalami penyesuaian mulai tanggal 1 Mei
2014. Penyesuaian tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 09 Tahun 2014 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh PT
PLN (Persero).

Pelanggan yang mengalami penyesuaian tarif tenaga listrik adalah:


1. Golongan Tarif yang akan diterapkan penyesuaian tarif bulanan (tariff adjustment),
yaitu:
a. R-3/TR, untuk Rumah Tangga besar, dengan daya 6600 VA ke atas,
b. P-1/TR, untuk Kantor Pemerintah skala menengah, dengan daya 6600 VA sd 200
kVA,
c. B-2/TR , untuk Bisnis skala menengah, dengan daya 6600 VA sd 200 kVA, dan
d. B-3/TM, untuk Bisnis skala besar, dengan daya di atas 200 kVA.
1Besarnya penyesuaian tarif (tariff adjustment) setiap bulan akan diinformasikan melalui
www.pln.co.id dan Contact Center PLN 123.
2. Golongan Tarif I-3/TM, untuk Industri skala menengah dengan daya di atas 200 kVA,
dan merupakan Perusahaan Terbuka (Go Public), akan disesuaikan secara bertahap
dua bulanan hingga November 2014.
3. Golongan Tarif I-4/TT, untuk Industri skala besar dengan daya 30 MVA ke atas, akan
disesuaikan secara bertahap dua bulanan hingga November 2014.

38. PENCAHAYAAN GEDUNG


Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia menciptakan cahaya hanya dari
api, walaupun lebih banyak sumber panas daripada cahaya. Di abad ke 21 ini kita masih
menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya melalui lampu
pijar. Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan menjadi lebih

138
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
canggih dan beraneka ragam. Perkiraan menunjukan bahwa pemakaian energi oleh
penerangan adalah 20 – 45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan komersial
dan sekitar 3 – 10% untuk pemakaian energi total oleh plant industri. Hampir
kebanyakan pengguna energi komersial dan industri peduli penghematan energi dalam
sistim penerangan. Seringkali, penghematan energi yang cukup berarti dapat didapatkan
dengan investasi yang minim dan masuk akal. Mengganti lampu uap merkuri atau
sumber lampu pijar dengan logam halida atau sodium bertekanan tinggi akan
menghasilkan pengurangan biaya energi dan meningkatkan jarak penglihatan.
Memasang dan menggunakan kontrol foto, pengaturan waktu penerangan, dan sistim
manajemen energi juga dapat memperoleh penghematan yang luar biasa. Walau begitu,
dalam beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan modifikasi rancangan
penerangan untuk mendapatkan penghematan energi yang dikehendaki. Penting untuk
dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien, belum tentu merupakan sistim penerangan
yang efisien.
2. JENIS-JENIS SISTIM PENCAHAYAAN
Menjelaskan berbagai jenis dan komponen sistim pencahayaan.
2.1. Lampu Pijar (GLS)
Lampu pijar bertindak sebagai ‘badan abu-abu’ yang secara selektif memancarkan
radiasi, dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari
hampa udara atau berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar
tungsten, namun tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu
dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif
dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin
besar berat molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan. Untuk
lampu biasa dengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogen dengan
perbandingan 9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan khusus
seperti lampu sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi
kenaikan harga, dan jika penampilan merupakan hal yang penting. Gas yang terdapat
dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga daya hantar yang
rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas biasanya memadukan sekering dalam
kawat timah. Gangguan kecil dapat menyebabkan pemutusan arus listrik, yang dapat
menarik arus yang sangat tinggi. Jika patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur
lampu, tetapi untuk kerusakan sekering tidak begitu halnya.
2.2. Lampu Tungsten–Halogen
Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten
seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan
gas halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke
dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen bergabung pada
dinding bola lampu membentuk molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bola lampu
menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah
kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom
tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar – bukan ditempat
yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat sambungan
antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara
tajam.

139
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
2.3. Lampu Neon
2.3.1. Ciri-ciri lampu Neon
Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan dapat
bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau
logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu
sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri
bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namun
kebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan 185nm. Bagian dalam dinding kaca
memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan
meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%. Tabung
neon merupakan lampu ‘katode panas’, sebab katode dipanaskan sebagai bagian dari
proses awal. Katodenya berupa kawat pijar tungsten dengan sebuah lapisan barium
karbonat. Jika dipanaskan, lapisan ini akan mengeluarkan elektron tambahan untuk
membantu pelepasan. Lapisan ini tidak boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur
lampu akan berkurang. Lampu menggunakan kaca soda kapur yang merupakan
pemancar UV yang buruk. Jumlah merkurinya sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu
yang terbaru menggunakan amalgam merkuri, yang kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini
memungkinkan tekanan merkuri optimum berada pada kisaran suhu yang lebih luas.
Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan luar ruangan karena memiliki fitting yang
kompak.
2.3.2. Bagaimana lampu neon T12, T10, T8, dan T5 bisa berbeda?
Keempat lampu tersebut memiliki diameter yang beragam (berbeda sekitar 1,5 inchi,
yaitu 12/8 inchi untuk lampu T12 hingga 0,625 atau 5/8 inchi untuk lampu T5). Efficacy
merupakan lain yang membedakan satu lampu dari yang lainnya. Efficacy lampu T5 dan
T8 lebih tinggi 5 persen dari lampu T12 yang 40-watt, dan telah menjadi pilihan paling
populer untuk pemasangan lampu baru.
2.3.3. Pengaruh suhu
Operasi lampu yang paling efisien dicapai bila suhu ambien berada antara 20 dan 30°C
untuk lampu neon. Suhu yang lebih rendah menyebabkan penurunan tekanan merkuri,
yang berarti bahwa energi UV yang diproduksi menjadi semakin sedikit; oleh karena itu,
lebih sedikit energi UV yang berlaku sebagai fospor sehingga sebagai hasilnya cahaya
yang dihasilkan menjadi sedikit. Suhu yang tinggi menyebabkan pergeseran dalam
panjang gelombang UV yang dihasilkan sehingga akan lebih dekat ke spektrum tampak.
Makin panjang panjang gelombang UV akan makin sedikit pengaruhnya terhadap
fospor, dan oleh karena itu keluaran cahaya pun akan berkurang. Pengaruh
keseluruhannya adalah bahwa keluaran cahayanya jatuh diatas dan dibawah kisaran
suhu ambien yang optimal.
2.3.4. Lampu neon yang kompak
Lampu neon kompak yang tersedia saat ini membuka seluruh pasar bagi lampu neon.
Lampu-lampu ini dirancang dengan bentuk yang lebih kecil yang dapat bersaing dengan
lampu pijar dan uap merkuri di pasaran lampu dan memiliki bentuk bulat atau segi
empat. Produk di pasaran tersedia dengan gir pengontrol yang sudah terpasang (GFG)
atau terpisah (CFN).
2.4. Lampu Sodium
140
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
2.4.1. Lampu sodium tekanan tinggi
Lampu sodium tekanan tinggi (HPS) banyak digunakan untuk penerapan di luar ruangan
dan industri. Efficacy nya yang tinggi membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik
daripada metal halida, terutama bila perubahan warna yang baik bukan menjadi
prioritas. Lampu HPS berbeda dari lampu merkuri dan metal halida karena tidak memiliki
starter elektroda; sirkuit ballast dan starter elektronik tegangan tinggi. Tabung pemancar
listrik terbuat dari bahan keramik, yang dapat menahan suhu hingga 2372F. Didalamnya
diisi dengan xenon untuk membantu menyalakan pemancar listrik, juga campuran gas
sodium – merkuri.
2.4.2. Lampu sodium tekanan rendah
Walaupun lampu sodium tekanan rendah (LPS) serupa dengan sistim neon (sebab
keduanya menggunakan sistim tekanan rendah), mereka umumnya dimasukkan
kedalam keluarga HID. Lampu LPS adalah sumber cahaya yang paling sukses, namun
produksi semua jenis lampunya berkualitas sangat jelek. Sebagai sumber cahaya
monokromatis, semua warna nampak hitam, putih, atau berbayang abu-abu. Lampu LPS
tersedia dalam kisaran 18-180 watt. Penggunaan lampu LPS umumnya hanya untuk
penggunaan luar ruang seperti penerangan keamanan atau jalanan dan jalan dalam
gedung, penggunaan watt nya rendah dimana kualitas warnanya tidak penting (seperti
ruangan tangga). Walau demikian, karena perubahan warnanya sangat buruk, beberapa
daerah tidak mengijinkan penggunaan lampu tersebut untuk penerangan jalan raya.
2.5. Lampu Uap Merkuri
Lampu uap merkuri merupakan model tertua lampu HID. Walaupun mereka memiliki
umur yang panjang dan biaya awal yang rendah, lampu ini memiliki efficacy yang buruk
(30 hingga 65 lumens per watt, tidak termasuk kerugian balas) dan memancarkan warna
hijau pucat. Isu paling penting tentang lampu uap merkuri adalah bagaimana caranya
supaya digunakan jenis sumber HID atau neon lainnya yang memiliki efficacy dan
perubahan warna yang lebih baik. Lampu uap merkuri yang bening, yang menghasilkan
cahaya biru-hijau, terdiri dari tabung pemancar uap merkuri dengan elektroda tungsten
di kedua ujungnya. Lampu tersebut memiliki efficacy terendah dari keluarga HID,
penurunan lumen yang cepat, dan indeks perubahan warna yang rendah. Disebabkan
karakteristik tersebut, lampu jenis HID yang lain telah menggantikan lampu uap merkuri
dalam banyak penggunaannya. Walau begitu, lampu uap merkuri masih merupakan
sumber yang populer untuk penerangan taman sebab umur lampunya yang mencapai
24.000 jam dan bayangan taman yang hijaunya terlihat seperti gambaran hidup.
Pemancar disimpan di bagian dalam bola lampu yang disebut tabung pemancar. Tabung
pemancar diisi dengan gas merkuri dan argon murni. Tabung pemancar tertutup di
dalam bola lampu yang berada diluarnya, yang diisi dengan nitrogen.
2.6. Lampu Kombinasi
Lampu kombinasi kadang disebut sebagai lampu two-in-one. Lampu ini
mengkombinasikan dua sumber cahaya yang tertutup dalam satu lampu yang diisi gas.
Salah satu sumbernya adalah tabung pelepas merkuri kuarsa (seperti sebuah lampu
merkuri) dan sumber lainnya adalah kawat pijar tungsten yang disambungkan secara
seri. Kawat pijar ini bertindak sebagai balas untuk tabung pelepasan yang menstabilkan
arus, jadi tidak diperlukan balas yang lain. Kawat pijar tungsten digulung dengan
susunan melingkar pada tabung pelepasan dan dihubungkan dalam susunan seri.
141
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Lapisan bubuk fluorescent diletakkan ke bagian dalam dinding lampu untuk mengubah
sinar UV yang dipancarkan dari tabung pelepas ke cahaya nampak. Pada penyalaan,
lampu hanya memancarkan cahaya dari kawat pijar tungsten, dan selama perjalanan
sekitar 3 menit, pemancar didalam tabung pelepas melesat mencapai keluaran cahaya
penuh. Lampu ini cocok untuk area anti nyala dan dapat disesuaikan dengan
perlengkapan lampu pijar tanpa modifikasi.
2.7. Lampu Metal Halida
Halida bertindak sama halnya dengan siklus halogen tungsten. Manakala suhu
bertambah maka terjadi pemecahan senyawa halida melepaskan logam ke pemancar.
Halida mencegah dinding kuarsa diserang oleh logam-logam alkali.
2.8. Lampu LED
Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien
energinya. Ketika lampu LED memancarkan cahaya nampak pada gelombang spektrum
yang sangat sempit, mereka dapat memproduksi “cahaya putih”. Hal ini sesuai dengan
kesatuan susunan merah-biru hijau atau lampu LED biru berlapis fospor. Lampu LED
bertahan dari 40.000 hingga 100.000 jam tergantung pada warna. Lampu LED
digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalu lintas,
cahaya dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif. Walaupun masih dalam
masa perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami kemajuan dan
menjanjikan untuk masa depan. Pada cahaya sinyal lalu lintas, pasar yang kuat untuk
LED, sinyal lalu lintas warna merah menggunakan lampu 10W yang setara dengan 196
LEDs, menggantikan lampu pijar yang menggunakan 150W. Berbagai perkiraan potensi
penghematan energi berkisar dari 82% hingga 93%. Produk pengganti LED, diproduksi
dalam berbagai bentuk termasuk batang ringan, panel dan sekrup dalam lampu LED,
biasanya memiliki kekuatan 2-5W masing-masing, memberikan penghematan yang
cukup berarti dibanding lampu pijar dengan bonus keuntungan masa pakai yang lebih
lama, yang pada gilirannya mengurangi perawatan.
2.9. Komponen Pencahayaan
2.9.1. Luminer/ Reflektor
Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah
reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang
diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat
atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis atau seperti kaca). Tingkat
pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap
efektifitas dan efisiensi fitting. Reflektor konvensional yang menyebar memiliki tingkat
pemantulan 70-80% apabila baru. Bahan yang lebih baru dengan daya pemantulan yang
lebih tinggi atau semi-difusi memiliki daya pemantulan sebesar 85%. Pendifusi/Diffuser
konvensional menyerap cahaya lebih banyak dan menyebarkannya daripada
memantulkannya ke area yang dikehendaki. Lama kelamaan nilai daya pantul dapat
berkurang disebabkan penumpukan debu dan kotoran dan perubahan warna menjadi
kuning disebabkan oleh sinar UV. Reflektor specular lebih efektif dimana pemantul ini
memaksimalkan optik dan daya pantul specular sehingga membiarkan pengontrolan
cahaya yang lebih seksama dan jalan pintas yang lebih tajam. Dalam kondisi baru,
lampu ini memiliki nilai pantul sekitar 85-96%. Nilai tersebut tidak berkurang seperti pada
reflektor konvensional yang berkurang karena usia. Bahan yang umum digunakan
142
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
adalah alumunium yang diberi perlakuan anoda (nilai pantul 85-90%) dan lapisan perak
yang dilaminasikan ke bahan logam (nilai pantul 91-95%). Menambah (atau melapisi)
alumunium dilakukan untuk mencapai nilai pantul lebih kurang 88-96%. Lampu harus
tetap bersih agar efektif, reflektor optik kaca tidak boleh digunakan dalam peralatan yang
terbuka di industri dimana peralatan tersebut mungkin akan terkena debu.
Gir yang digunakan dalam peralatan pencahayaan adalah sebagai berikut:
Balas: Suatu alat yang membatasi arus, untuk melawan karakteristik tahanan negatif
dari berbagai lampu pelepas. Untuk lampu neon, alat ini membantu meningkatkan
tegangan awal yang diperlukan untuk memulai penyalaan.
Ignitors: Digunakan untuk penyalaan awal lampu Metal Halida dan uap Sodium
intensitas tinggi.

3. PENGKAJIAN SISTIM PENCAHAYAAN


Meliputi perancangan sistim penerangan untuk interior dan juga metodologi studi
efisiensi energi sistim pencahayaan, dan juga memberi rekomendasi nilai penerangan
yang diperlukan oleh berbagai jenis pekerjaan sesuai dengan standar India.
3.1. Merancang Sistim Pencahayaan
3.1.1. Berapa banyak cahaya yang diperlukan?
3.1.2. Rancangan pencahayaan untuk inerior
3.2. Tingkat Pencahayaan Yang Direkomendasikan Untuk Berbagai Tugas/
Kegiatan/Lokasi
3.3. Metodologi Studi Efisiensi Energi Sistim Pencahayaan

4. PELUANG EFISIENSI ENERGI


Memberikan berbagai alat dan cara dimana energi dapat dihemat dengan penerapan
praktek pencahayaan yang baik.
4.1. Penggunaan Pencahayaan Alami Siang Hari
Manfaat dari pemakaian cahaya alami pada siang hari sudah dikenal dari pada cahaya
listrik, namun cenderung terjadi peningkatan pengabaian terutama pada ruang kantor
modern yang berpenyejuk dan perusahaan komersial seperti hotel, plaza pebelanjaan
dll. Di industri pada umumnya menggunakan cahaya siang untuk beberapa model,
namun perancangan sistim pencahayaan siang hari yang tidak benar dapat
mengakibatkan koplain dari personil atau penggunaan cahaya listrik tambahan pada
siang hari. Pertimbangkan ruangan yang memerlukan tingkat pencahayaan 500 lux.
Untuk menghitung pengurangan pantulan dan penyebaran pada titik atap kaca,
asumsikan bahwa 40% cahaya matahari melalui atap kaca ke ruangan. Jadi, pada hari
yang terang benderang, sekitar 2% dibutuhkan atap yang tembus pandang. Untuk
menanggulangi sudut matahari yang rendah, kondisi berkabut, atap kaca kotor, dll.,
lipatkan dari nilai tersebut sekitar 4%. Untuk menghitung kondisi berawan rata-rata,
143
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
naikan nilai ini ke 10% atau 15%. Beberapa metoda untuk menggabungkan
pencahayaan siang hari adalah:
Pencahayaan utara dengan menggunakan tiang penopang bubungan jenis gigi gergaji
sangat umum digunakan di industri; rancangan ini cocok untuk garis lintang utara 23
yakni India Utara. Di India Selatan, pencahayaan ke arah utara mungkin tidak cocok
kecuali jika kaca penyebar cahaya digunakan untuk memotong arah cahaya.
Rancangan yang inovatif memungkinkan akan menghilangkan sorotan cahaya siang
hari dan mencampurkan dengan interior. Potongan kaca, berjalan secara sinambung
melintasi atap yang luas pada rentang yang beraturan, dapat memberikan cahaya yang
baik dan seragam pada lantai bengkel pabrik dan tempat penyimpanan.
Sebuah rancangan yang bagus yang memadukan kaca atap dengan bahan FRP
bersamaan dengan langit-langit transparan dan tembus cahaya dapat memberikan
pencahayaan bagus bebas silau; langit-langit juga akan memotong panas yang datang
dari cahaya alami.
Pemakaian atrium dengan kubah FRP pada arsitektur dasar dapat menghilangkan
penggunaan cahaya listrik pada lintasan gedung-gedung tinggi.
Cahaya alam dari jendela harus juga digunakan. Walau begitu, hal ini harus dirancang
dengan baik untuk menghindari silau. Rak cahaya dapat digunakan untuk memberikan
cahaya alami tanpa silau.
4.2. De–lamping untuk mengurangi pencahayaan yang berlebihan
De-lamping merupakan metode yang effektif untuk mengurangi pemakaian energi
cahaya. Di beberapa industri, penurunan tinggi bantalan lampu memberikan luminers
yang efisien dan delamping telah meyakinkan bahwa penerangan sangat sulit
dipengaruhi. De-lamping pada ruang kosong dimana tidak ditampilkan pekerjaan aktif
juga merupakan konsep yang sangat berguna.
4.3. Pencahayaan Tugas Khusus
Pencahayaan tugas khusus menunjukkan dibutuhkannya pencahayaan yang baik hanya
pada areal yang kecil dimana aktifitas tersebut dilaksanakan, sementara penerangan
umum pada lantai bengkel atau kantor dijaga pada tingkat yang lebih rendah; misal
lampu yang tergantung pada mesin atau lampu meja. Penghematan energi terjadi
disebabkan pencahayaan tugas khusus dapat dicapai dengan lampu yang memiliki watt
rendah. Konsep pencahayaan untuk tugas ini jika diterapkan dengan bijaksana, dapat
mengurangi jumlah peralatan pencahayaan umum, mengurangi watt lampu, menghemat
energi dan memberikan penerangan yang lebih baik serta memberikan suasana sekitar
yang berestetika menyenangkan.
4.4. Pemilihan Lampu dan Pencahayaan yang Berefisiensi Tinggi
4.5. Pengurangan Tegangan Pengumpan Pencahayaan
4.6. Balas Elektronik
4.7. Kehilangan Kecil Chokes Elektromagnetik untuk Cahaya Tabung
4.8. Pencatat Waktu, Saklar Malam & Sensor Penempatan
144
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
4.9. T5 Lampu Neon
4.10. Perawatan Lampu
5. DAFTAR OPSI EFISIENSI
Opsi efisiensi energi yang sangat penting :
Kurangi tingkat pencahayaan yang berlebih ke tingkat standar dengan menggunakan
saklar, pengurangan lampu, dll. (Ketahui terlebih dahulu pengaruh listrik sebelum
melakukan pengurangan lampu)
Rajin mengontrol cahaya dengan jam waktu, pelambat waktu, photocells, dan/atau
sensor penempatan.
Pasang alternatif-alternatif yang efisien terhadap lampu pijar, lampu uap merkuri, dll.
Efisiensi (lumens/watt) berbagai kisaran teknologi mulai dari yang terbaik hingga yang
terburuk kira-kira sebagai berikut: sodium tekanan rendah, sodium tekanan tinggi, logam
halida, neon, uap merkuri, pijar.
Pilih balas dan lampu secara hati-hati dengan faktor daya tinggi dan efisiensi jangka
panjang dari sistim neon yang sudah usang ke neon kompak dan balas elektronik.
Pertimbangkan untuk merendahkan peralatan agar mampu menggunakannya lebih
sedikit.
Pertimbangkan cahaya siang hari, kaca atap, dll.
Pertimbangkan pengecatan dinding dengan warna yang lebih terang dan
menggunakan sedikit peralatan pencahayaan atau menurunkan watt.
Gunakan lampu tugas dan kurangi pencahayaan latar belakang.
Evaluasi kembali kontrol, jenis, strategi pencahayaan luar ruangan. Kontrol dengan
giat.
Ubah tanda keluar dari lampu pijar ke LED.

40. PANEL ATS DAN AMF


I. Deskripsi Singkat Panel ATS AMF :
Panel ATS (Automatic Transfer Switch) :
Pemakaian Panel ATS pada instalasi dalam gedung dimaksudkan untuk mengantisipasi
pada saat PLN gagal dalam mensuplai listrik (mengalami pemadaman), maka dalam hal
ini genset yang akan menggantikan peranan dari PLN untuk mensuplai sumber daya
listrik, disini peranan Panel ATS adalah memindahkan secara otomatis distribusi dari
PLN ke Genset, sehingga Genset tersebut dapat menggantikan peranan dari PLN untuk
mensuplai sumber daya listik pada Gedung/lokasi tersebut. Selanjutnya apabila PLN
kembali normal, maka Fungsi ATS secara otomatis memindahkan distribusi daya listrik
dari Genset ke PLN.

145
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
PANEL AMF (Automatic Main Failure) :
Jika kita ingin agar dalam menghidupkan atau mematikan (ON - OFF) Engine Genset
secara otomatis (tanpa peranan operator), maka Panel AMF yang akan menggantikan
peranan operator untuk mengoperasikan Genset. Untuk proses perawatan, sebaiknya
Genset perlu dilakukan pemanasan setiap seminggu sekali selama 10-15 menit untuk
sirkulasi pelumas / Oli ke seluruh bagian mesin. Dalam hal ini pemakain Panel AMF
akan menggantikan peranan Operator untuk melakukan tugas pemanasan Genset
(Warming-up). Dengan dilengkapi sebuah Timer, maka Genset tersebut dapat di-setting
untuk melakukan proses pemanasan sendiri secara otomatis tanpa bantuan operator.
Kita tinggal men-setting pada hari apa, berapa menit dan dalam seminggu ada berapa
kali proses warming-up dilakukan. Gabungan antara Panel ATS AMF memberikan solusi
yang terpadu untuk meng-otomatis-kan dalam menangani masalah kegagalan PLN
Pemasangan Panel ATS AMF desain kami ini memiliki beberapa keuntungan :
Sistim perpindahan secara otomatis dari PLN ke Genset atau sebaliknya hanya perlu
waktu yang sangat singkat, hanya dengan hitungan detik saja setelah PLN padam,
Genset langsung start dan listrik segera dapat di 'nikmati' kembali oleh pengguna.
Sistem maintenance Warming-up Genset secara Otomatis, dengan metode sistem
warming-up (optional) pada Panel ATS AMF kami,
Secara periodik genset perlu juga dilakukan proses warming-up untuk menjaga
sirkulasi pelumasan oil dan pemeliharaan Accu agar tetap berjalan dengan baik ( sama
dengan tujuan pemasanasan /warming-up pada mobil), dalam hal ini nantinya Genset
akan melakukan sistem warming-up / pemanasan sendiri secara terjadwal tanpa harus
mematikan listrik PLN, tanpa mengganggu sistim dan roda aktifitas kantor, tanpa perlu
operator 'dadakan' semuanya menjadi mudah dan otomatis.
Meringankan tugas tehnisi listrik / Operator Gedung,
bahkan gedung perkantoran sering dijumpai tidak memiliki seorang tehnisi listrik /
operator, dengan panel ATS-AMF ini semuanya menjadi mudah dan otomatis, begitu
PLN mengalami pemadaman, Engine Genset langsung start secara otomatis, demikian
juga sebaliknya apabila PLN kembali berjalan normal, Engine Genset secara otomatis
akan berhenti / Stop engine, sehingga tehnisi / operator tidak perlu lagi berlari-lari karena
panik hanya untuk cepat-cepat men-start genset dan mengoper switch supaya roda
aktifitas tidak terganggu panel ats wiring panel ats
II. Panel Capacitor Bank / Automatic Power Factor
PLN akan membebankan biaya kelebihan pemakaian KVARH pada pelanggan, jika rata-
rata factor dayanya (Cos phi) kurang dari 0.85. Disinilah fungsi dari Pemasangan Panel
Capacitor Bank yaitu Untuk memperbaiki factor daya (Cos phi) sehingga biaya denda
akibat kelebihan pemakaian KVARH dapat diminimalkan / dihilangkan,
Selain itu fungsi lain dari pemasangan Panel capacitor Bank :
Menghilangkan Denda / Kelebihan Biaya (kVARh)
Menghindari kelebihan beban transformer / trafo over load
Menghindari kenaikan Arus / Suhu pada kabel,
146
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Memaksimalkan Pemakaian Daya yang terpasang (kVA),
Menghindari voltage drop pada Line end, Meningkatkan kualitas
sumber daya listrik Memelihara peralatan / perangkat electric yang terpasang.
III. Synchronizing Panel:
Jika pada Gedung terdapat pemakaian dua Genset untuk mensuplai energi listrik
pada satu jalur instalasi, output dari kedua Genset tersebut terlebih dahulu harus di-
sinkronkan (synchronizing). Yang akhirnya diharapkan kedua output Genset tersebut
akan memiliki tahapan rangkaian yang sama dalam Voltage, Phase, dan Frequency-nya
IV. Isolation Transformer / IT » Powercare Series
Isolation Transformer - Powercare Series adalah produk yang berfungsi untuk
memperbaiki kualitas tegangan pada Netral-Ground (Grounding).
Isolation Transformer - Powercare Series mempunyai kemampuan untuk meredam
Noise (Common Mode Noise maupun Normal Mode Noise) termasuk juga Transient
yang timbul dalam sumber daya listrik, dimana hal tersebut adalah salah satu masalah
dalam Power Quality yang dapat mengganggu dan/ merusak sistem kerja operasional
peralatan/perangkat listrik yang sensitif terhadap kualitas sumber daya listrik. Dalam
beberapa penggunaan instalasi, adanya Isolation Transformer ini memungkinkan kita
untuk membuat Dedicated Ground System.
Isolation Transformer - Powercare Series ideal untuk aplikasi:
Komputer dan Perangkat Lunak
Telekomunikasi
Medical
Laboratory Instrumentation
Building Security
Industrial Control Equipment
Isolation Transformer - Powercare Series range capacity: 0.5 s/d 25 kVA

40. Optimalisasi Pemakaian Daya Listrik


Perhitungan daya dipengaruhi beberapa faktor, seperti fungsi ruang ( untuk menentukan
terang lampu ), jenis lampu ( mempengaruhi banyaknya cahaya yang dipancarkan ), dan
jumlah armatur/ titik lampu ( agar distribusi cahaya lebih merata dan sesuai kebutuhan ).
Daya listrik terpasang tak boleh melebihi angka maksimum yang ditentukan untuk setiap
ruang.
Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum untuk ruang kantor/ industri adalah 15 watt/
m2. Untuk rumah tak melebihi 10 watt/m2.( tambahan Ir. Hartono Poerbo, M.Arch : untuk
toko 20-40 watt/m2, hotel 10-30 watt/m2, sekolah 15-30 watt/m2, rumah sakit 10-30

147
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
watt/m2 ). Coba terapkan perhitungan ini pada setiap ruang di rumah, kemudian
jumlahkan dan dirata-rata. Misalnya, rumah anda berukuran 36 m2, maka jumlah daya
untuk lampu harus di bawah 360 watt. Jika jumlahnya berlebih, sebaiknya kurangi titik
lampu atau gunakan jenis lampu hemat energi.
( Titovianto, Pusdiklat Energi & Ketenagalistrikan ).
( SNI adalah standar konservasi energi sistem pencahayaan pada bangunan yang
dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengelolaan bangunan untuk mencapai energi efesien.
Standar ini dibuat oleh Badan Standarisasi Nasional ( BSN ) yang bekerja sama dengan
instansi terkait. Standar kebutuhan terang untuk rumah tinggal juga tersedia sehingga
bila anda membutuhkannya untuk keperluan desain, anda bisa mendapatkannya di
kantor BSN, Senayan, Jakarta ).
10 jam hemat energi, solar dan batubara juga dihemat.
Jika kita menghemat daya sebesar 100 watt selama 10 jam, maka kita menghemat
energi sebesar 1000 watt-jam atau 1 kWh. Ini artinya menghemat energi pada
pembangkit listrik sebesar 10 kali lipat, yaitu 10 kWh. Energi sebesar ini setara 0,75 liter
solar atau 1,5 kg batubara. ( Pekik Argo Dahono/ Kompas ).
Contoh perhitungan :
Luas ruang makan : 5 m x 4 m = 20 m2. Daya lampu : 3 buah ( titik lampu ) x 15 watt =
45 watt. Daya : luas ruang = 45 : 20 = 2, 25 watt/m2 ( memenuhi syarat ).
Menentukan posisi lampu.
Anatomi lampu pijar, atau bohlam. Kawatnya akan putus setelah sekian ratus kali
pemakaian. Sekitar 3 bulan.
Menghitung kebutuhan cahaya dalam ruangan memang tidak mudah. Untuk
menentukan secara akurat, biasanya dilakukan oleh para profesional di bidang
perlampuan. Namun, tak ada salahnya jika anda mengerti sedikit mengenai prinsip
penentuan titik lampu. Perhitungan ini gunanya agar lampu yang digunakan jumlahnya
pas dengan kebutuhan. Jika kurang atau berlebihan, selain boros, juga menyebabkan
ketidaknyamanan di mata. Contoh berikut menggunakan downlight yang memiliki sudut
cahaya 30°.
Hitung ketinggian plafon dan tinggi bidang kerja dari atas lantai. Misalnya, tinggi plafon 3
meter dan bidang kerja 80 cm. Yang dimaksud dengan bidang kerja adalah area yang
paling banyak digunakan untuk berkegiatan di ruang tsb. Di ruang kerja, misalnya,
kegiatan menulis dan membaca di atas meja, adalah yang paling sering dilakukan.
Ketinggian meja tsb, nantinya menjadi patokan tinggi bidang kerja. Setelah itu dengan
rumus Pythagoras anda bisa menghitung jarak antar titik lampu di ruang tsb.
Lumen adalah jumlah cahaya yang dihasilkan sebuah lampu. Lumen dipakai sebagai
satuan kuat/ terang cahaya. Jarak antara permukaan meja dengan armatur lampu
gantung tidak lebih dari 75 cm. Jarak yang lebih besar menyebabkan panas yang
dikeluarkan lampu akan terasa saat orang akan berdiri. Jarak ideal antara titik
penerangan lampu ( di plafon ) dengan lantai adalah 2,5 meter. Di ketinggian manapun

148
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
lampu diletakkan, usahakan agar jarak ini terpenuhi, supaya terang lampu yang diterima
ruang tidak berkurang.
Menghitung jumlah lampu & daya listrik
Arus cahaya disimbolkan Ø, satuannya lumen, rumusnya Ø = I x watt.
Kuat cahaya disimbolkan I, satuannya candle, rumusnya I = Ø watt
Kuat penerangan disimbolkan E, satuannya lux, rumusan E = Ø : A
A adalah luas bidang kerja. Ø = E x A. Untuk kantor 200-500. Untuk rumah 75 – 250.
Untuk sistem penerangan langsung dengan warna plafon dan dinding terang, CU (
coeffesien of utilization ) –nya 50-65 %. Light loss factor ( LLF ) = 0,7-0,8. LLF
tergantung ; kebersihan sumber cahaya, tipe kap lampu, penyusutan cahaya dari
permukaan lampu, dll.
Rumus menghitung jumlah lampu :
Jumlah lampu ( N ) = kuat penerangan ( E ) x luas bidang kerja ( A ) dibagi Ø lumen
lampu x LLF x CU
Contoh perhitungan : ruangan kantor berukuran 20 x 10 x 3 m direncanakan memakai
TL 4 x 40 watt dengan penerangan E = 300 lux. Hitung, jumlah lampu dan daya listrik
yang dibutuhkan.
Penyelesaian : dari tabel, Untuk 1 bh TL 40 watt, jumlah lumen = 40 x 75 = 3000 lumen.
Untuk 4 TL 40 watt, jumlah lumen = 4 x 3000 = 12.000 lumen.
Dipilih CU 60 % dan LLF 0,8
Jumlah lampu yang dibutuhkan ( N ) = E x A dibagi lampu x CU x LLF = 300 x 200 dibagi
12000 x 0,6 x 0,8 = 10,4
Jadi N = 11 buah 4 x TL 40 watt. Pemakaian watt untuk lampu TL 40 watt termasuk
ballast = 50 watt. Jumlah beban dari lampu = 11 x 4 x 50 watt = 2200 watt. Untuk stop
kontak peralatan kantor diperhitungkan 20 % dari beban lampu = 20 % x 2200 watt =
440 watt. Total kebutuhan watt = 2640 watt, atau watt/m2 = 13, 4.
Untuk perumahan, jumlah stop kontak diperhitungkan masing2 satu buah @ 100 watt
pada kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Daya cadangan listrik ( generator set diesel )
harus dapat melayani emergency load. Rumusnya :
Cavity Ratio (CR ) = 2,5 x area of cavity wall dibagi area of work plane
Tagihan listrik dari mana ?
Pilih bohlam atau neon ? CFL bisa mengurangi tagihan listrik. Apalagi jika tak lupa
mematikan lampu setelah selesai menggunakan ruangan. Memang harga awal lebih
mahal, tapi jika awet dan konsumsi listriknya lebih rendah, kita bisa berhemat berkali-kali
lipat.

149
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung
Perhitungan rekening listrik dari PLN dilakukan melalui besar pemakaian kWH atau
stand meter ( awal – akhir, dalam satuan kWH ). Penggolongan tarif didasarkan besar
kebutuhan daya, mulai skala rumah tangga, sampai industri besar. (www.pln.co.id)
Di situs ini, kita dapat menghitung biaya tagihan, berapa biaya pasang baru atau
mengubah daya listrik. R1 ( 900, 1300 ) dikategorikan rumah tangga kecil, bea beban
dibagi atas blok2. R2 ( 3500 ) dikategorikan rumah tangga menengah, bea beban tidak
dibagi blok konstan dengan nilai yang lebih tinggi.

150
Makalah Usaha Penghematan Biaya Listrik
Copyright by Ir.Lodewijk J. Marpaung

Anda mungkin juga menyukai