COLDSTORAGE
April 2019
Penjelasan
Komponen utama dalam sistem merupakan komponen terpenting dari sistem kompresi
uap. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak ada maka sistem tidak akan bekerja.
Komponen tersebut adalah :
a. Kompresor
Kompresor adalah alat untuk menghisap uap refrigeran yang berasal dari
evaporator dan menekan uap refrigeran tersebut ke kondensor sehingga tekanan dan
temperaturnya meningkat. Kompresor yang biasa digunakan umumnya bersatu dengan
kondensor menjadi satu unit dan biasa disebut dengan kondensing unit.
b. Kondensor
Kondensor berfungsi sebagai alat perpindahan panas yang dilepaskan dari uap
refrigeran ke udara luar (media pengembun) sehingga uap refrigeran akan mengembun,
dan berubah fasa dari uap ke cair. Sebelum masuk ke kondensor refrigeran berfasa uap
yang bertemperatur dan bertekanan tinggi, sedangkan setelah ke luar dari kondensor,
refrigeran berfasa cair jenuh yang bertemperatur dan betekanan tinggi.
c. Evaporator
Evaporator merupakan komponen sistem refrigerasi yang berfungsi untuk
memindahkan panas dari udara, air, atau obyek lainnya dengan cara mengambil kalor
untuk proses penguapan refrigeran.
d. Alat ekspansi
Alat ekspansi pada sistem refrigerasi mempunyai dua tujuan, pertama adalah
fungsi termodinamik dengan ekspansi (menurunkan tekanan) cairan refrigeran dari
tekanan kondensor ke tekanan evaporator. Kedua, adalah fungsi kontrol terhadap aliran
cairan yang masuk evaporator. Pada saat masuk katup ekspansi refrigeran berfasa cair
dengan teka nan dan temperatur tinggi. Setelah ke luar, katup ekspansi berfasa
campuran (cair dengan uap) mempunyai tekanan dan temperatur rendah. Jenis alat
ekspansi yang umum digunakan adalah jenis pipa kapiler dan katup ekspansi (terdiri
atas beberapa macam). Pipa kapiler lebih sering digunakan untuk sistem refrigerasi
dengan kapasitas kecil, di bawah 10 KWatt, dan tidak dapat distel lagi untuk mengatasi
beban yang berbeda. Katup ekspansi termostatik (TXV), merupakan katup ekspansi
yang paling populer, yang digunakan untuk kapasitas lebih besar.
BAB II
KOMPONEN PENDUKUNG COLD STORAGE
II.1 Oil Pressure Control
Oil Pressure Control adalah sebuah komponen pengaman untuk memproteksi kompresor
terhadap bahaya kerusakan fatal yang diakibatkan karena kompresor kekurangan oli Jika
kompresor kekurangan oli maka fungsi pelumasan pada part yang bergerak di kompresor
seperti piston, dan poros engkol akan berkurang sehingga menimbulkan panas yang berlebih
dan bahaya kebakaran. Komponen ini akan memonitor jumlah oli dengan cara mendeteksi
beda tekanan antara tekanan pompa oli dan suction. Jika beda tekanan antara tekanan pompa
oli dan suction itu lebih dari 0.9bar maka jumlah oli di dalam sistem masih cukup, namun jika
kurang dari 0.7 bar mengindikasikan jumlah oli kurang dari cukup.
Pada mesin Cold Storage Glico Wings Oil Pressure Control yang dipakai adalah merk
Danfoss dengan type MP54. MP54 ini digunakan pada sistem pendingin yang menggunakan
refrigerant HCFC (R-22,R-123,dll) dan HFC (R-134A,R-404A,dll) yang non-flammable, dan
setingan differential, setpoint, dan timer nya tidak bisa diatur dalam arti settingan sesuai
dengan setelan pabrik. Untuk nilai settingan bisa dilihat di nameplate OPC.
A. Prinsip Kerja
Pengoperasian OPC berdasarkan beda tekanan, antara tekanan suction dengan tekanan
pompa oli. Saat awal pengoperasian tekanan oli pelumas pada kompresor belum stabil
diperlukan waktu dibawah 45 detik, agar tekanan oli pelumas menjadi stabil. Jika sebelum set
timer contohnya 45s oil pelumas mencapai setpoint, maka timer akan membuka dan
kompresor berjalan sesuai dengan normalnya. Namun jika setelah 45 detik dari awal start beda
tekanan tidak mencapai setpoint maka kontak L-M akan membuka dan compressor akan
berhenti.
Cara kerja pompa oli selama berjalan dapat dijelaskan pada gambar 1.2.
Diagram pada gambar II.2 diatas menunjukkan fungsi control opc selama pengoperasian.
o Pos C : Pos C menunjukkan keadaan beda tekanan turun mencapai setpoint yaitu
0.7 bar, lalu timer T1-T2 cut in dan timer akan jalan.
o Pos D : Pos D menunjukkan beda tekanan oli pelumas naik mencapai
setpoint+differential yaitu 0,9bar sebelum periode timer selesai, maka D circuit T1-
T2 cut out dan memutus timer. Kemudian selanjutnya dalam contoh beda tekanan
oli pelumas menjadi setabil.
o Pos E : Pos E menunjukkan saat pengoperasian beda tekanan oli pelumas turun
mencapai setpoint yaitu 0.7bar. Kemudian Timer T1-T2 cut in dan timer jalan.
o Pos F : Pos F menunjukkan setelah Periode timer selesai yaitu 45 detik, beda
tekanan oli pelumas terus menurun dibawah setpoint. Maka Timer akan
mengcutout , dan karena beda tekanan oli pelumas masih di bawah setpoint setelah
periode timer selesai maka kontak L-M akan membuka dan compressor akan
berhenti.
Berikut Penyebab turunnya tekanan pelumas:
1. Kerusakan pada bagian mekanik dari pompa pelumas.
2. Kurangnya pelumas di bagian crankcase kompresor
3. Tersumbatnya aliran pelumas di bagian hisap pompa atau jika sistem menggunakan Oil
Separator biasanya terjadi penyumbatan pada jarum pengontrol aliran pelumas di Oil
Separator.
4. Oil pelumas terbawa ke sitem.
B. Instalasi
Gambar II.3 Design Oil Pressure Control Gambar II.4 Wiring Circuit Oil Pressure Control
Pada Gambar II.3 menunjukkan bagian bagian pada Oil Pressure Control MP 54, berikut
keterangannya :
1. Sambungan ke sisi tekanan dari sistem pelumasan, Oli
2. Sambungan ke sisi suction, LP
3. Setting (MP55)
4. Reset button
5. Test Device
Pada Gambar II.4 menunjukkan bagian wiring pada Oil Pressure Control MP 54, berikut
keterangannya :
1. Terminal 240 : Berfungsi sebagai terminal input power 240V untuk Timer.
2. Terminal L : Berfungsi sebagai input power control compressor.
3. Terminal 120 : Berfungsi sebagai terminal input power 120V untuk timer.
4. Terminal S : Terminal ini adalah output dari kaki B, pada Cold Storage terminal
ini berfungsi untuk indicator lampu jika beda tekanan oli berada di bawah setpoint.
5. Terminal M : Terminal ini adalah output dari kaki A, pada Cold Storage terminal
ini berfungsi untuk menghubungkan power menuju kompresor.
II.2 Thermostat Dixel
Prinsip kerja thermostat dalam mengontrol kompresor dapat dilihat pada gambar II.6,
Jika suhu meningkat mencapai set+HY(Differential) compressor akan ON, dan kemudian
akan OFF ketika suhu mencapai SET.
Gambar II.7 Gambar Koneksi pada Thermostat XR77CX
Pada Gambar II.7 menunjukkan terminal terminal beserta kegunaan dari tiap tiap terminal
pada thermostat Dixel XR77CX. Dapat dilihat bahwa terminal 2,3,5,8,10 berfungsi sebagai
terminal input power, terminal 6 berfungsi sebagai Defrost dengan output terminal 6 terhubung
dengan electric heater, terminal 7 dan 9 befungsi sebagai output terminal untuk compresor dan
fan evaporator, terminal 7 untuk compresor dan 9 untuk fan evaporator, namun di coldstorage
Glico Wings terminal 7 digunakan untuk menghubungkan power untuk solenoid valve.
Kemudian terminal 11 berfungsi sebagai output terminal lampu/alarm. Kemudian terminal
21,22,23,24 berfungsi sebagai terminal input untuk probe temperatur.
: (UP) Untuk melihat suhu maximal, dalam mode program berfungsi untuk
menelusuri kode parameter atau menaikan nilai yang ditampilkan.
Modul Compressor pada compressor bitzer adalah sebuah keharusan karena fungsi dari
modul compressor ini yaitu untuk mengamankan compressor dari temperature motor dan
discharge gas yang melampaui batas. Modul Compressor ini terletak di terminal box
compressor.
A. Wiring Diagram
Wiring diagram modul compressor dapat dilihat pada Gambar II.12. Pada modul
compressor terdapat 7 terminal, yaitu terminal L dan N sebagai power Line dan Netral,
terminal B1 dan B2 berfungsi sebagai lock out, terminal 11 berfungsi sebagai common dengan
input power dari terminal L, terminal 12 berfungsi sebagai NC dengan output terhubung ke
lampu indikator, dan terminal 14 berfungsi sebagai NO dengan output terhubung ke terminal
power OPC. SE-B1 juga mempunyai 2 sensor type PTC untuk discharge gas dan temperature
motor dipasang di socket yang terdapat di dalam bagian terminal box compresor.
14
11
PTC1
L
12
PTC2
Gambar II.12 Bagian- Bagian Modul Compressor SB-1
B. Prinsip Kerja
Pada saat modul compressor energize, switch akan berpindah dari 11-12 menjadi 11-14
sehingga power terhubung menuju compressor. Kemudian kompresor akan memutus saat
sensor PTC1/PTC2 membaca temperature motor atau discharge gas melebihi batas, yang
menyebabkan switch berpindah menjadi 11-12 yang menyebabkan power ke compressor
terputus dan menghidupkan lampu indicator trip module.
II.4 High Pressure (KP5)
KP5 Danfoss adalah komponen control tekanan yang biasa dipasang pada sisi tekanan
tinggi. Pada Cold Storage KP5 ini digunakan untuk menjalankan fan condenser tambahan saat
tekanan discharge sangat tinggi. Saklar pada KP5 berjenis Single-Pole Double-Throw (SPDT)
yaitu satu sumber dua arah.
A. Wiring Diagram
High and Low Pressure (KP15) berfungsi sebagai komponen pengaman pada sistem
refrigerasi dari tekanan berlebih pada sisi tekanan tinggi dan tekanan yang sangat rendah
pada sisi tekanan rendah. Pada Cold Storage Glico Wings KP15 berfungsi untuk memutus
atau menghubungkan jalannya kompresor. Sehingga kompresor terhindar dari kerusakan
yang disebabkan oleh tekanan yang berlebih.
A. Wiring Diagram
Wiring KP15 Danfoss dapat dilihat pada gambar II.18. Terminal A berfungsi untuk
terminal input power, terminal B berfungsi untuk output lampu indicator jika terjadi tekanan
yang berlebih, terminal c berfungsi untuk terminal output yang terhubung dengan
compressor.
B. Prinsip Kerja
Prinsip kerja HLP KP-15 adalah pada sisi tekanan rendah jika tekanan turun melebihi
setpoint switch A-C akan terbuka dan power menuju compressor akan terputus, pada sisi
tekanan tinggi jika tekanan naik melebihi setpoint switch A-C akan terbuka dan power
menuju compressor akan terputus.
C. Penyetingan
Gambar II.20 menunjukkan cara penyetingan range dan differential untuk sisi tekanan
tinggi dan sisi tekanan rendah. Cara penyettingan sama dengan KP-5, yang membedakan
adalah nilai settinganya. Untuk KP-15 nilai settingannya adalah pada sisi Low(Kiri) Cut out
pada 5psig dan differentialnya adalah 15 psig. Sedangkan untuk sisi High(Kanan) nilai Cut
Out nya adalah 350 psig dengan differential tetap 4bar.
II.6 Over Under Voltage Relay
Over Under Voltage Relay berfungsi untuk mendeteksi adanya under voltage atau over
voltage yang bisa merusak peralatan listrik pada cold storage. Relay yang digunakan pada
Cold Storage Glico Wings yaitu model Schneider RM35TF yang mempunyai nilai range
antara 220-480 VAC.
A. Bagian-Bagian
7
8
1. Selector buat range voltase (220, 380, 400, 415, 440, 480V)
2. Setting persentase ambang batas buat over voltage
3. Setting persentase ambang batas buat under voltage
4. Potentiometer
5. Timer
6. Mounting
7. Indicator Over/Under Voltage
8. Indicator Relay energize atau de-energized
B. Wiring diagram
Gambar II.23 menunjukkan wiring diagram relay over under voltage model RM35TF,
Terdapat 3 terminal power input L1, L2, dan L3. Sedangkan output dari relay terdapat 6
terminal output yaitu 2 common, 2 NC, dan 2 NO. Jika terminal yg dipakai 11,12,14 maka
jika terjadi drop tegangan switch akan berpindah dari terminal 11-14 ke 11-12 dan power
menuju peralatan listrik cold storage akan putus.
C. Pensettingan
1. Putar selector no 1 ke range voltase yang terukur, pada coldstorage glicowings range
disetting pada 380V.
2. Putar selector no 2 ke ambang batas yang diinginkan, pada coldstorage glicowings
ambang batas untuk over yaitu 10%.
3. Putar selector no 3 ke ambang batas yang diinginkan, pada coldstorage glicowings
ambang batas untuk under yaitu 10%.
4. Putar selector no 4 ke nilai yang diinginkan, pada coldstorage glicowings nilai untuk
asymetri yaitu 10%.
5. Putar selector no 5 untuk timer, pada coldstorage glicowings nilau untuk timer yaitu
2min.
II.7 Kontaktor Magnetic
Kontaktor magnetic merupakan saklar yang bekerja dengan prinsip kemagnetan, berfungsi
sebagai alat penghubung dan pemutus antara sumber arus dengan bebannya. Pada Coldstorage
Glico Wings kontaktor digunakan sebagai switching untuk menghubungkan sumber arus
dengan bebannya yaitu heater evaporator, fan condenser, fan evaporator, dan compressor.
Kerusakan yang sering terjadi pada kontaktor adalah belitan koil yang terbakar, atau kontak
tipsnya saling lengket atau ujung kontaknya terbakar.
A. Prinsip Kerja
Prinsip kerja contactor sama seperti relay, dalam contactor terdapat beberada saklar yang
dikendalikan secara elektromagnetik. Pada contactor terdapat saklar dengan jenis NO
(Normally Open) dan NC (Normally Close) dan sebuah kumparan atau coil elektromagnetik
untuk menggerakan saklar tersebut.
Saat sebuah koil teraliri arus litrik koil tersebut akan menjadi magnet dan menarik inti
gerak sehingga sekaligus menarik saklar dan merubah posisi saklar yang sebelumnya NO
menjadi NC dan sebaliknya. Untuk memahami cara kerja kontaktor lebih jauh bisa dilihat
pada gambar II.25 .
B. Susunan Kontak Kontaktor
Susunan kontak dalam kontaktor dapat dilihat pada Gambar II.26 . Secara skematik
kontaktor terdiri dari atas belitan koil dengan notasi terminal yaitu A1-A2. Terminal
kontak utama untuk arus listrik yang relative besar dengan notasi terminal pada sisi sumber
listrik yaitu 1/L1, 3/L2, 5L3, dan terminal ke sisi beban motor atau beban listrik lainnya
adalah 2/T1, 4/T2, 6/T3. Kontaktor juga mempunyai dua kontak bantu NO (Normally
Open) dengan notasi 13-14 dan 43-44, dan dua kontak bantu NC (Normally Close) dengan
notasi 21-22, 31-32. Kontak utama digunakan untuk rangkaian daya saja, dan kontak bantu
digunakan untuk kebutuhan rangkaian control tidak boleh ditukarkan.
Thermal overload relay berfungsi untuk menjaga dan melindungi motor listrik, karena
motor listrik membutuhkan pengaman dari arus/beban lebih yang bisa menyebabkan
kerusakan fatal. Thermal Overload relay biasanya digandengkan dengan kontaktor, relay ini
biasa dihubungkan pada kontak utama 2/T1, 4/T2, 6/T3 sebelum dihubungkan ke beban. Pada
Cold Storage Glico Wings TOR (thermal overload relay) digunakan di kontaktor fan
evaporator, fan condenser, dan compressor.
A. Prinsip Kerja Thermal Overload Relay
Prinsip kerja thermal overload relay (TOR) berdasarkan panas yang ditimbulkan oleh arus
yang mengalir melaui elemen-elemen pemanas bimetal, prinsip kerja bimetal dapat dilihat
pada gambar II.28. Jika terjadi beban lebih dan arus yang mengalir menjadi besar yang
mengakibatkan bimetal melengkung sehingga akan menggerakkan kontak-kontak mekanik
pemutus rangkaian listrik kontak 95-96 membuka dan kontak 97-98 menutup. Karena pada
praktiknya kontak 95-96 terpasang seri dengan rangkaian power koil A1 kontaktor dan di
Coldstorage Glico Wings juga dipasang seri dengan rangkaian power ke koil A1 kontaktor,
maka jika kontak 95-96 membuka maka koil tidak teraliri arus listrik dan motor menjadi OFF.
Sedangkan kontak 97-98 terhubung dengan lampu indicator trouble.
Diagram penyambungan Thermal Overload Relay dapat dilihat pada gambar II.29. Pada
gambar terliha bahwa terlihat Thermal Overload Relay dipasang seri dengan kontak utama
kontaktor.
C. Penyetingan Thermal Overload Relay
Test Device
Selector nilai
rating arus
Relay adalah saklar (switch) yang dioperasikan secara elektromekanikal yang terdiri dari
2 bagian utama yaknik electromagnetic (koil) dan mekanikal (saklar/switch). Relay
menggunakan prinsip electromagnetic untuk menggerakan kontak saklar sehingga dengan arus
listrik yang kecil dapat menghantarkan listrik yang bertegangan tinggi.
Cara kerja relay menggunakan prinsip magnetic, saat koil teraliri arus listrik koil tersebut
menjadi magnet sehingga menarik armature ke dalam sehingga sehingga saklar yang asalnya
NC menjadi NO, ataupun sebaliknya NO menjadi NC.
Gambar II.32 Bagian Relay
1. Coil
2. Armature
3. Saklar
4. Spring
II.10 Timer REXL2TMP7
Timer REXL2TMP7 pada sistem Coldstorage Glico Wings berfungsi sebagai penjeda atau
delay hidupnya kompresor. Timer ini menggunakan prinsip elektromagnetik untuk
mengoperasikan saklar saklarnya. Terdapat jenis jenis timer yaitu on delay yaitu penjeda
waktu hidupnya mesin dan off delay yaitu penjeda waktu matinya mesin. Namun untuk yang
digunakan pada mesin coldstorage glico wings adalah jenis On Delay.
4 5
7
1
8
6
Gambar II.34 MicroRex QT31
Timer MicroRex QT31 berfungsi untuk mengontrol jam kerja dari mesin coldstorage dan
di coldstorage glico wings settingan untuk jam kerjanya adalah selama 16 jam perharinya.
A. Wiring Diagram
Terminal U1 dan U2 berfungsi sebagai power untuk koil, terminal point 1 berfungsi
untuk common, terminal 2 NC, dan terminal 4 NO.
B. Bagian – Bagian Timer MicroRex QT31
Pada gambar II. Terdapat nomor bagian bagian dari timer, nomer 1 merupakan bagian
selector off-automatic-on, nomer dua penunjuk untuk mengetahui waktu actual, nomer 3
adalah pengaturan waktu mesin off, nomer 4 adalah pengaturan waktu mesin on, dan nomer
5 merupakan bagian untuk mensetting waktu actual.
C. Langkah-Langkah Pensettingan
Dalam keadaan off atau selector (1) pada posisi off (6), putar bagian nomer 5 ke kanan
sampai bagian nomer (2) menunjukkan waktu actual. Kemudian atur waktu kerja mesin on
dengan menekan bagian nomer (3) untuk mesin ON. Setelah selesai mensetting waktu kerja
ubah posisi selector (1) ke posisi automatic (7).
BAB III
PM 3 BULANAN
III.1 Form Service 3 Bulanan
Gambar III.1 dan III.2 menunjukkan form service 3 bulanan yang harus diisi oleh pihak
Alphine untuk merawat dan mengecheck keandalan dari mesin cold storage. Fungsi dari
teknisi coldstorage di Depo adalah sebagai validator apakah pekerjaan yang dilakukan oleh
PT. Alphine sudah benar apa tidak.
BAB IV
PROSEDUR PENGECHECKAN DAN TROUBLESHOOTING
Berikut adalah diagram alur untuk langkah-langkah mencari penyelesaian masalah yang
terjadi di mesin Cold Storage. Untuk Garis yang berwarna Hijau proses penanganannya dapat
dilakukan oleh teknisi namun harus diarahkan oleh teknisi Head Office langsung atau lewat
telepon. Untuk Garis yang berwarna Merah proses penanganannya wajib diarahkan oleh
teknisi Head Office ditempat langsung. Untuk Prosedur Pengecekan dapat dilihat di BAB V
Prosedur Pengecekan dan Perbaikan.
IV.1 Kebocoran
IV.1.1 Indikasi
Temperatur tidak tercapai
Tekanan untuk low press dan high press turun
Pada Sight Glass terlihat gelembung-gelembung
Tekanan
Turun
Tekanan
Normal
Berikut adalah gambar tekanan normal pada sistem cold storage Glico Wings. Untuk
Tekanan normal pada sisi High berkisar diantar 250 psi – 300 psi. Kemudian untuk Tekanan
normal pada sisi LOW untuk antheroom yaitu 30 – 50 psi sedangkan untuk freezer yaitu 10-
20psi. Lebih atau kurang dari tekanan normal tersebut berarti terdapat indikasi kelebihan atau
kekurangan refrigerant.
V.2 KP 15
Pembuka
Lock
Plate
Dif
f
Cuti
n
Pembuka
Lock Reset Cutou
Plate t
Gambar V.2 Gambar Settingan KP 15
Untuk pengecekan KP 15 bekerja atau tidak, berikut adalah langkah-langkah pengecekan
KP 15. Untuk mengetest bagian LP cukup tutup kran ball valve setelah sightlas, kemudian
tunggu beberapa saat, sambal melihat tekanan suction. Jika tekanan suction sudah mencapai
5psi dan compressor tiba tiba mati maka HLP bagian low masih berfungsi. Untuk Cutout pada
sisi HP berikut cara mengechecknya :
Untuk pengecekan level oli harus dalam keadaan sistem ON, level oli yang standar
adalah ¾ dari Sight Glass bagian Oli Kompressor. Kurang atau lebih dari itu
mengindikasikan bahwa level oli kelebihan dan kekurangan.
Untuk pengecekan Insulasi Pipa Refrigerant, lakukan pengecekan visual terhadap bagian
pipa yang di insulasi yaitu dari bagian keluaran evaporator sampai menuju kompresor. Lihat
apakah insulasi masih dalam keadaan OK atau sudah ada yang rusak.
V.6 Kompresor
Lockplate
Pastikan fan condenser semuanya berfungsi dengan baik, arah putarannya tidak terbalik
normalnya arah putaran fan condenser berlawan arah jarum jam. Kemudian pastikan sirip
sirip condenser bagian belakang dalam keadaan bersih, tidak terdapat debu atau serangga dan
kotoran lainnya yang berlebih.
Pengecekan katup ekspansi meliputi kondisi bulb TXV, dan kondisi TXV. Untuk
mengecheck TXV dapat dilakukan dengan cara berikut:
Fan evaporator dapat di check dengan cara metode visual dan pengukuran ampere pada
fan evaporator. Pengecheckan dengan metode visual dapat dilakukan dengan cara melihat
putaran fannya, putaran fann evaporator normalnya berlawan arah jarum jam. Pengecekan
Arus Fan Evaporator dapat diukur pada output contactor fan Evaporator tersebut. Standar Arus
pada Fan Evaporator dapat dilihat di bagian lampiran.
V.13 Evaporator
Lakukanlah pengecheckan condenser, secara visual meliputi :
1. Putaran fan evaporator.
2. Arah putaran fan evaporator.
3. Kondisi sirip-sirip
4. Kebersihan sirip sirip evaporator, bagian belakang (hisap).
Pastikan fan evaporator semuanya berfungsi dengan baik, arah putarannya tidak
terbalik normalnya arah putaran fan evaporator berlawan arah jarum jam. Kemudian pastikan
sirip sirip condenser bagian belakang dalam keadaan bersih, tidak terdapat debu atau
serangga, dan kotoran lainnya yang berlebih. Pastikan bulb TXV terdapat insulasi, dan
bagian pan evaporator, sirip bagian depan dan belakang tidak terdapat pembentukan es yang
berlebih sehingga bisa menghalangi sirkulasi udara.
Pengechekan heater drain dan pintu dapat dilakukan dengan mengukur besaran amphere
heater tersebut pada masing masing keluaran mcbnya atau dengan melihat dan merasakan
apakah terdapat es pada bagian tersebut jika terdapat es maka heater tidak berfungsi dengan
OK. Kemudian dapat juga dirasakan panas dengan meraba bagian dari pintu dan drain apakah
terasa panas atau tidak.
V.15 Heater Evaporator
Pengechekan solenoid valve apakah berfungsi atau tidak dapat di check dengan beberapa
metode, yaitu:
1. Menggenggam bagian cover solenoid yang berwarna biru apa terasa panas atau tidak.
Terasa panas berarti coil teraliri arus listrik dan solenoid berfungsi. Jika tidak terasa
panas check sumber tegangan pada solenoid.
2. Melihat dari display cdc terdapat symbol bunga es samping fan, dan lihatlan tekanan
suctionnya jika stabil diangka 10-20psi maka solenoid valve berfungsi dengan baik.
V.17 Timer Relay
Pengecheckan timer relay dapat dilakukan dengan mengecheck fungsinya dengan cara :
TEST
Pengechekan MCB berfungsi dengan baik dapat dilakukan dengan mengukur tegangan
keluaran MCB dengan multitester pada posisi MCB ON. Jika hasil pengukuran keluaran
MCB menunjukkan nilai yang sama dengan hasil pengukuran input MCB, maka MCB
berfungsi dengan baik.
V.20 Lampu Indikator
Indikator power
Keluar Filter
Dryer